• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK FAKTOR MODAL USAHA, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN UKIR KAYU DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK FAKTOR MODAL USAHA, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN UKIR KAYU DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Laporan Penelitian

DAMPAK FAKTOR MODAL USAHA , DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN UKIR KAYU

DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

I KETUT RANTAU

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

(4)

Laporan Penelitian

DAMPAK FAKTOR MODAL USAHA, DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PENGRAJIN UKIR KAYU

DI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

OLEH :

DRS. I KETUT RANTAU, M.SI NIP. 19561130 198103 100 1

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2017

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmatNyalah Penulis dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.

Adapun judul penelitian ini adalah adalah Dampak Faktor Modal Usaha, dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Pengrajin Ukir Kayu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk pengisian BKD stap pengajar dilingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada istri dan anak-anak tercinta serta rekan-rekan dilingkungan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan mengingat kemampuan penulis terbatas. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Denpasar, 2017

(6)

vii DAFTAR ISI ISI Halaman JUDUL ... ii PENGESAHAN ... iii HALAMAN PENGUJI ... iv KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

2.1 Pengertian Industri... 8

2.2 Pengertian Modal dalam Perusahaan Industri ... 11

2.3 Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja ... 15

2.4 Pengertian industri Pengrajin Ukiran Kayu dan Pendapatannya ... 17

BAB III HIPOTESIS DAN METODELOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Hipotesis ... 20

3.2 Metode Penelitian ... 21

3.2.1 Identifikasi variabel ...21

(7)

viii

3.2.3 Hipotesis ... 21

3.2.4 Daerah Penelitian ... 21

3.2.5 Pemilihan responden ... 21

3.2.6 Teknik pengumpulan data ... 22

3.2.7 Teknik analisa data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 28

4.2 Karakteristik Daerah Penelitian ... 30

4.3 Karakteristik Responden ... 38

4.4 Diskripsi Hasil Penelitian ... 40

4.5 Hasil dan Uji Hipotesis ... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Simpulan ... 49

5.2 Saran- Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA

(8)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Populasi Pengrajin di Kecamatan Mengwi Tahun 2012 ... 4 1.2 Perkembangan Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan mengwi Dari

Tahun 2008-2012 ... 5 2.1 Perbedaan Industri Besar, Sedang dan Kecil Menurut Golongan ... 10 4.1 Pembagian Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Badung

Tahun 2012 ... 29 4.2 Luas Kecamatan dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Badung

Tahun 2012 ... 30 4.3 Susunan Wilayah Pemerintahan Kecamatan Mengwi Tahun 2012 ... 32 4.4 Luas Wilayah dan Penduduk Kecamatan Mengwi Menurut Jenis Kelamin

per Desa/Kecamatan Tahun 2012 ... 34 4.5 Umur Responden Sampel Pengrajin Ukiran Kayu di Daerah Penelitian

Tahun 2012 ... 39 4.6 Tingkat Pendidikan Sampel Responden di Daerah Penelitian

Tahun 2012 ... 39 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Modal Usaha Pengrajin Ukiran Kayu

di Kecamatan Mengwi ... 40 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Ukiran Kayu

Di Kecamatan Mengwi ... 41 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu

Di Kecamatan Mengwi ... 42 4.10 Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda Metode Full Regression ... 43

(9)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 danpak Faktor Modal Usaha, dan Tenaga Kerja terhadap Tingkat Pendapatan

Pengrajin Ukiran Kayu Secara Parsial ... 26 3.2 Dampak Faktor Modal Usaha, dan Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan

Pengrajin Ukiran Kayu Secara Bersama-sama ... 27 4.1 Hasil Uji t Pengaruh Modal Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan ... 46 4.2 Hasil Uji t Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan ... 47 4.3 Hasil Uji F Pengaruh Modal Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja

(10)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Data Modal Usaha, Tenaga Kerja dan Pendapatan Pengerajin Ukiran

Kayu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Tahun 2013 ... 53

2. Hasil Analisis SPSS ... 56

3. Daftar Tabel Uji t ... 57

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Ketahanan perekonomian nasional merupakan landasan utama didalam pelaksanaan pembangunan , berarti bahwa penerimaan devisa Negara yang bersumber dari eksort minyak dan gas bumi perlu ditingkatkan serta dikembangkan dan harus dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan adanya kebijaksanaan baru pemerintah yaitu peningkatan eksport nonmigas bisa ditinjau kembali disamping itu eksport kerajinan mempunyai potensi yang sangat bagus sehingga dapat memperluas pemasarannya di dalam negeri.

Pertumbuhan di berbagai sektor ekonomi , terutama di sektor perdagangan dan kerajinan semakin berkembang pesat , sehingga akan menjadi tumpuan ekonomi menggantikan sektor yang menghasilkan minyak dan gas bumi.

Pembangunan kerajinan makin mantap dan telah dapat meningkatkan pendapatan serta taraf hidup masyarakat dengan cara meningkatkan , menganekaragamkan mutu dan nilai tambah hasil kerajinan . disisi lain pembangunan perdangangan harus dilaksanakan secara optimal untuk memperkuat daya saing dan memperluas pasar dalam negeri dan luar negeri. Perolehan nilai tambah bagi pengerajin belum memadai dan kesempatan berusaha di pedesaan masih terbatas.

Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan pendapatan , kesejahteraan , taraf hidup , kapasitas dan kemandirian petani , pengerajin serta

(12)

2 Mendukung swasembada pangan melalui usaha intensifikasi , ekstensifikasi dan penganekaragaman kerajinan . pembangunan kerajinan harus didukung oleh pengembangan industry penunjang dengan harga terjangkau dan mudah diperoleh oleh masyarakat. Intensifikasi kerajinan dilaksanakan melalui penyuluhan terhadap pengerajin , peningkatan kwalitas produk , kwalitas bahan baku , pemeliharaan hasil kerajinan manajemen usaha dan industry hasil kerajinan yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ektensifikasi pengerajin dilaksanakan dalam rangka mengembangkan pusat-pusat kerajinan baru terutama melalui program transmigrasi dengan mengikutsertakan usaha nasional. Penganekaragaman dalam bidang kerajinan dilaksanakan dengan menganekaragamkan jenis produksi yang diusahakan dan dibudidayakan .

Pengerajin harus dibina dan dikembangkan menjadi masyarakat pengusaha berbudaya industry yang tangguh dan terintegrasi dalam wadah koperasi.Sesuai dengan program pemerintah yaitu untuk meninggkatkan hasil produksi hasil kerajinan atau peningkatan untuk kesejahteraan keluarga salah satunya yang harus dilaksanakan ialah di bidang perdagangan.

Di bidang kerajinan harus ditingkatkan didalam memproduksi barang , dan lain sebagainya guna memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat. Guna meningkatkan produksi barang bisa dimulai dengan usaha seperti membuat ukiran kayu , tedung,bedawang dan sebagainya.

Indonesia belakangaan I ni banyak mengekspor hasil kerajinan karena permintaan hasil kerajinan di luar negeri sangat tinggi. Dengan banyaknya

(13)

3 Mengexport hasil kerajinan keluar negeri , maka akan menambah devisa Negara. Untuk meningkatkannya kita perlu tambahan modal untuk meingkatkan kembali kwalitas atau mutu karena Indonesia yang terkenal dengan kerajinannya sangat potensial untuk mengembangkan berbagai macam komiditi kerajinan , seperti kerajinan ukiran kayu , tedung , bedawang , ukiran tradisional dan lain sebagainya.

Rendahnya persediaan bahan baku merupakan salah satu penyebab merosotnya hasil kerajinan di Indonesia. Kebutuhan akan produksi ukiran kayu di dalam negeri cukup tinggi sedangkan bahan baku yang tersedia tidak cukup untuk mengimbanginya. Kalau keadaan ini tidak diatasi sedini mungkin, maka tidak lama lagi sumber daya pengerajin akan habis untuk mengimbangi laju permintaan hasil kerajinan.

Pengerajin adalah salah satu usaha yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi , karena dari hasil kerajinan akan dapat memenuhui kebutuhan hidupnya, penegerajin ukiran kayu adalah kerajinan yang di buat dari kayu yang dibuat oleh masyarakat bali , ukiran kayu tidak bisa lepas dari adat istiadat dan agama terutama agama hindu.

Kecamatan mengwi dengan luas wilayah 8.200 Ha , dengan jumlah penduduk 100.726 jika dimana sebagian besar pendududknya mempunyai mata pencaharian bergerak dalam sektor pertanian dalam arti luas. Hasil pembangunan pertanian terutama sub pengerajin diharapkan meningkatkan dari tahun ke tahun agar dapat mengimbangi kebutuhan masyarakat dengan jumlah penduduk yang semakin berkembang dari tahun ke tahun .namun dari mata statistic kecamatan mengwi diperoleh data bahwa jumlah pengerajin mengalami peningkatan.

(14)

4 Adapun jenis populasi pengerajin untuk kecamatan mengwi dalam tahun2012 dapat dilihat dengan table 1.1 sebagai berikut :

Tabel1.1

Populasi Pengerajian di Kecamatan Mengwi Tahun 2012

No Pengerajin Populasi

1 Ukiran kayu bali 126

2 Ukiran kayu 69

3 Kursi bamboo 25

4 Perak 13

5 Gong bali 2

Sumber : statistik kecamatan mengwi 2012

Pengerajin di kecamatan mengwi masih bersifat tradisional dan belum banyak perusahan-perusahan yang bergerak di dalam bidang kerajinan .semua pengerajin yang terdapat dalan tabel 1.1 sangat memelurkan usaha-usaha di dalam pengembangannya. Pengembangan pengerajin kecil khusunya pengerajin ukiran kayu mempunyai peluang pasar yang sangat bagus dan diharapkan akan dapat menunjang sektor pariwisata dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Adapun perkembanagn populasi pengerajin ukiran kayu kecamatan mengwi dapat dilihat dalam table 1.2 sebagai berikut :

(15)

5 Tabel1.2

Perkembangan Pengerajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi Dari Tahun 2008 - 2012 No DESA PENGERAJIN 2008 2009 2010 2011 2012 1 Mengwi 16 17 18 21 25 2 Gulingan 10 11 13 14 15 3 Werdhi buwana 10 11 11 12 14 4 Baha 9 10 12 13 15 Jumlah 45 49 54 60 69

SUMBER : Statistik kecamatan mengwi 2012

Dari data di atas diketahui bahwa perkembangan pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi dari tahun 2008 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan.

Disamping untuk memenuhui kebutuhan ukiran kayu di kabupaten badung, peningkatan populasi ini juga berdampak pada tersedianya lapangan kerja , sehingga dapat memberikan pendapatan bagi masyarakat serta dapat menguragi jumlah penggangguran di kabupaten badung .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang dapat diajukan adalah sebgai berikut :

1. Apakah ada dampak faktor modal usaha, secara persial terhadap tingkat pendapatan pengerajin ukiran kayu dikecamatan mengwi , kabupaten badung ?

2. Apakah ada dampak faktor penggunaan tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di kecamatan megwi ,kabupaten badung ?

(16)

6 3. Apakah ada dampak faktor modal usaha, dan penggunaan tenaga kerja secara

bersama-sama terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi kabupaten badung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini 2. Untuk mengetahui modal usaha secara parsial terhadap tingkat pendapataan pengerajin

ukiran kayu di kecamatan mengwi , kabupaten badung.

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan tenga kerja secara parsial terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi kabupaten badung.

4. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha dan penggunaan tenaga kerja secara bersama-sama terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi kabupaten badung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. sebagai bahan informasi bagi masyarakat khusnya masyarakat pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi kabupaten badung

2. penelitian ini juga berguna bagi pemerintah sebagai masukkan untuk mengambil suatu kebijakkan , apabila nantinya ada tidaknya pengaruh antara modal usaha dan tenaga kerja pendapatan pengerajin ukiran kayu di kecamatan mengwi kabupaten badung.

3. Bagi mahasiswa sebagai bahan latihan penelitian didalam menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan sebenarnya di lapangan , disamping itu sebagai sarana untuk menyusun skripsi pada jurusan ekonomi pembangunan fakultas universitas tabanan.

(17)

7 4. Bagi fakultas

Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan pada perpustakaan di lingkungan universitas tabanan.

(18)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri

Pembangunan di bidang industri harus pula semakin diarahkan pada usaha memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produksi untk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap barang import dan berusaha meningkatkan eksport hasil industry. Selain itu pembangunan sektor industry harus pula mencakup pertumbuhan industry daerah dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia .

Menurut gema industry kecil , departemen jendral industry kecil (1981;11) , pengertian industry tersebut adalah serangkaian kegiatan usaha ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengolahan ,pengerjaan pengubahan , perbaikan bahan baku atau barang , baik organis maupun non organis sehingga menjadi barang yang dapat dipergunakan lebih bermanfaat .

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian , industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah , bahan baku , barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk rancang bangun dan perekayasaan industri.

Jadi dengan demikian industry adalah serangkaian kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang mengolah suatu barang atau benda agara mempunyai nilai yang lebih tinggi.

(19)

9 Ditinjau dari sudut fisiknya , maka industri dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Golongan industry besar

2. Golongan industry menengah / sedang 3. Golongan industry kecil

Menurut biro pusat statistic dalam survey statistic industry menjelaskan bahwa : - Industri besar adalah perusahaan industry yang menggunakan tenaga mesin dengan

buruh 50 (lima puluh ) orang keatas atau bisa juga disebut perusahaan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi manusia atau buruh 100 ( seratus ) orang ke atas . - Industri menengah / sedang adalah perusahaan industry yang mempunyai tenga kerja

20 (dua puluh ) orang sampai dengan 99 ( Sembilan puluh Sembilan ) orang .

- Industri kecil / ringan adalah perusahaan industry yang memakai atau mempunyai tenga kerja 10 (sepuluh ) orang sampai dengan 19 ( Sembilan belas ) orang .

Pembangunan industri ini didasarkan atas tujuan utama dari pembangunan industry yaitu : menciptakan lapangan pekerjaan . pada umumnya juga dikatakan semakin besar suatu perusahaan , maka semakin besar pula modal perusahaan tersebut , sehungga penanaman modal per tenaga kerja baru yang akan dipekerjakan dalam suatu perusahaan atau pada suatu industry yang besar , jauh lebih besar daripada industry yang menengah atau sedang ataupun perusahaan industry kecil . untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel : 2.1 dibawah ini .

(20)

10 Tabel 2.1

Perbedaan Industri Besar, Sedang, Dan Kecil Menurut Golongan

No Golongan Industri Banyak Tenaga Kerja

1 2 3 Industri Besar Industri Sedang Industri Kecil 100 orang ke atas 20-99 orang 1-19 orang Sumber : Kantor Departemen Perdagangan, Kabupaten Badung

Untuk setiap kelompok atau golongan industri tersebut perlu mendapatkan penanganan semedikian rupa hingga mampu menghasilkan product atau hasil usaha yang seoptimal mungkin. Maka dari itu masing-masing sektor industri dibagi menjadi empat kelompok, yang tiap-tiap kelompok memiliki ciri-ciri khas dan cara penanganan yang tersendiri pula.

Menurut “Kuznets” dalam analisisnya industri dikelompokkan menjadi 4 yaitu : industri pertambangan, industri pengolahan, industri bangunan, industri perhubungan atau pengangkutan. Peranan sub sektor industri ini merupakan suatu langkah untuk menghasilkan produk nasional dan penciptaan lapangan kerja yang lebih memadai. Untuk lebih jelasnya ciri-ciri daripada pokok sub sektor industri ini adalah sebagai berikut :

1. Sub sektor industri pertambangan pada umunya merupakan sub sektor industri yang kecil peranannya dalam menciptakan produksi penampungan tenaga kerja dan dalam pembangunan.

2. Sub sektor industri bangunan adalah sektor industri bangunan yang juga mengalami sifat perubahan seperti : sub sektor industri pertambangan yaitu : dimana kebanyakan terjadi di negara-negara yang diobservasikan peranannya dalam menciptakan

(21)

11 produksi sektor industri dan untuk menampung lebih sedikit tenaga kerja apabila tingkat pembangunan bertambah tinggi.

3. Sub sektor industri pengolahan meliputi industri tenaga kerja (misalnya listrik) peranannya dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja yang pada umumnya bertambah tinggi.

4. Menurut Sadono Sukino (1990), sub sektor industri perhubungan/pengangkutan adalah sektor industri yang dalam menciptakan produksi sektor produksi dan mampu menampung tenaga kerja yang tidak menunjukkan pola yang tidak seragam. Peranannya dalam pembangunan agar menunjukkan peningkatan sehingga tenaga kerja yang digunakan bertambah banyak.

2.2 Pengertian Modal dalam Perusahaan Industri

Suatu perusahaan pada umumnya memerlukan modal guna membiayai operasinya sehari-hari. Untuk mengetahui apa artinya modal yang sebenarnya pada suatu perusahaan, maka dibawah ini akan dibahas beberapa pengertian tentang modal, sebagai dasar perbandingan didalam melakukan praktek operasinya. Terdapat perbedaan pengertian modal diantara ahli ekonomi.Ketidaksamaan pengertian ini disebakan oleh kenyataan bahwa istilah modal (capital) ini tidak tampak dalam bentuk yang konkrit dalam neraca.

Dibawah ini akan dikemukakan pengertian modal menurut beberapa penulis : Harry G. Gutham (1995), memberikan definisi “Working Capital is The Exess of Current Assets Over Current Liabilities” Modal adalah kelebihan aktiva lancer diatas hutang lancer. Drs. Bambang Rianto memberikan definisi adalah “ada tiga konsep tentang pengertian modal” yaitu :

(22)

12 1. Konsep kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas daripada dana yang ditanam dalam unsur-unsur aktiva lancer dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek.

2. Konsep Kwalitatif

Dalam konsep ini pengertian modal tidak hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang harus segera dibayar.Dengan sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segra dilakukan, dimana kegiatan aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk mebiayai operasi perusahaan untuk menjaga liquiditasnya.Oleh karenanya modal menurut konsep ini adalah sebagian darj aktiva lancar yang benar benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu liquiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.Modal dalam pengertian ini disebut “Modal Netto (Net Working Capital)”.

3. Konsep Fungsional

Setiap dana yang dekerjakan atau digunakan dalam perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (income). Menurut konsep ini yang dimaksud dengan modal adalah dana yang digunakan dalam periode tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan Current Income, yang sesuai dengan tujuan utama didirikannya perusahaan tersebut, sedangkan dana yang digunakan untuk menghasilkan Current Income adalah tidak sesuai dengan tujuan utama didirikannya perusahaan, maka menurut konsep ini tidak termasuk ke dalam modal (Non Working Capital).

(23)

13 Dari pengertian modal yang dikemukakan diatas terlihat adanya ketidakseragaman pandangan pendapatan, tetapi walaupun demikian masing-masing mengandung pengertian yang tidak jauh berbeda.Pada prinsipnya dapat dikatakan bahwa modal adalah menyangkut masalah aktiva lancar dan pasiva lancar.

2.2.1 Jenis-jenis Modal

Menurut Bambang Rianto (1990 : 22), jenis-jenis modal yang ada pada perusahaan industri yang disebutkan dalam buku besar Dasar-dasar pembelanjaan. Jenis-jenis modal pada umumnya dimiliki oleh perusahaan industri baik industri besar, sedang maupun kecil seperti juga pada industri pengrajin kayu ada di Kecamatan Mengwi.

Jenis-jenis modal tersebut adalah :

a. Modal permanen (Permanent Working Capital) Permanen Working Capital ini dibedakan menjadi :

 Modal Kerja Primer (Primer Working Capital)  Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) b. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)

 Modal Musiman (Seasonal Working Capital)  Modal Darurat (Emergency Working Capital)  Modal Siklus (Eyslical Working Capital)

(24)

14 1. Permanent Working Capital (Modal Permanent)

Yaitu jumlah modal yang tetap pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya.Dan permanent working capital ini dapat dibedakan antara modal primer dan modal normal dimana yang dimaksud dengan modal primer adalah jumlah modal minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas perusahaannya.Sedangkan modal normal adalah jumlah modal yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2. Variabel Working Capital (Modal Kerja Variabel)

Yaitu besarnya modal yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dan modal variabel ini dibedakan antara modl musiman, siklus, dan modal darurat.

 Modal musiman dimaksudkan adalah besarnya yang berubah-ubah yang disebakan karena fluktuasi musiman.

 Modal siklus adalah besarnya modal yang berubah-ubah disebakan karena fluktuasi konjungtur.

 Modal darurat yang dimaksudkan adalah jumlah modal yang berubah-ubah yang tidak diketahui sebelumnya.

Jadi modal merupakan jumlah dana yang terus menerus menghubungkan antara pengeluaran uang untuk memperoleh barang atau jasa dengan saat hasil penerimaan dan hasil penjualan.

(25)

15

2.3 Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja

Golongan tenga kerja tidak merupakan suatu yang tertentu, namun merupakan suatu jumlah yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena dipengaruhi oleh faktor-faktor musim dan urbanisasi dari desa ke kota. Masalah produktivitas tenaga kerja sangatlah dipengaruhi oleh aspek-aspek masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat.

Menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, maka tenaga kerja adalah orang-orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ada pengertian lain mengenai tenaga kerja ialah penduduk dalam usia kerja atau seluruh penduduk yang berusia 15-64 tahun.

Pengertian dari angkatan kerjaa ialah bagian dari tenaga kerja sesungguhnya terlibat atau berurusan dalam kegiatan produksi barang dan jasa.Menurut Ida Bagus Mantra (1991) angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis.

Secara umum pengukuran ketenagakerjaan dapat didekati dengan 2 (dua) cara yaitu :  Gainfull Worker Approach

Labour Force Approach

Dalam Gainfull Worker Approach (2007) seorang yang dalam batas umur waktu tertentu kegiatan apa yang bisa dilakukan dalam suatu kurun waktu tertentu dan pendekatan lain yang paling banyak digunakan adalah Labour Force Approach. Dalam pendekatan ini seluruh penduduk dalam kelompok umur tertentu dalam kurun waktu tertentu dalam kurun waktu tertentu pula dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok yakni : mereka yang termasuk kategori angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

(26)

16 2.3.1 Jenis-jenis Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalh suatu faktor pembangunan disamping faktor pembangunan lainnya seperti modal dan sumber alam, ini berarti tenaga kerja diperlukan dalam produksi.

Proses pembangunan untuk melakukan kegiatan dan pekerjaan dalam mengisi lapangan kerja yang timbul akibat pembangunan. Disamping itu tenaga kerja yang berasal dari Sumber Daya Manusia (SDM) harus memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk itu diperlukan kebijaksanaan tentang kesempatan kerja dan tenaga kerja hendaknya merupakan pasangan terpadu.

Dalam hal ini angkatan kerja dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok yaitu: 1 Kelompok angkatan kerja yang dikelompokkan bekerja yaitu :

 Mereka yang selama seminggu belum pencacahan melakukan sesuatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit dua hari.

 Mereka yang selam seminggu belum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah :

 Pekerja tetap, pegawai pemerintah swasta yang sedang tidak masuk karena cuti, sakit dan sebagainya.

 Petani tidak bekerja karena sedang menunggu panen.

(27)

17 2 Kelompok angkatan kerja yang digolongkan mencari pekerjaan :

 Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan.

 Mereka yang bekerja tetapi saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.

 Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusa mendapatkan pekerjaan.

2.4 Pengertian Industri Pengerajin ukiran kayu dan Pendapatannya

Seperti telah diketahui dimuka, maka tentang pengertian dari pada industri adalah : serangkaian kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan baku atau barang, baik organis atau non organis, sehingga menjadi barang yang dapat dipergunakan dan lebih bermanfaat.

Pengertian industri pengerajin kayu adalah perusahaan yang berkecimpung dalam usaha kegiatan yang bergerak di bidang kerajinan dengan cara memperoleh bahan baku yang berasal dari kayu, yang pengerjaannya dengan cara dipahat sehingga menjadi produk jadi berupa ukiran kayu.

Jadi dengan demikian industri adalah serangkaian kegiatan ekonomi di masyarakat dalam mengolah suatu barang atau bend sedemikian rupa, sehingga menjadi barang atau benda yang bernilai tinggi.

Menegenai pendapatan industri pengerajin ukiran kayu sangat dipengaruhi oleh mutu dari produk yang dihasilkan karena hal ini sangat erat hubungannya dengan nilai ekspor, semkain bagus mutu barang atau produk yang kita pasarkan ke luar negeri semakin banyak juga permintaan, sehingga dengan adanya banyak permintaan dalam periode tertentu pendapatan yang

(28)

18 akan diperoleh tentu juga mengalami peningkatan sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada pada industri pengerajin ukiran kayu tersebut.

Disamping produk industri pengerajin ukiran kayu lebih banyak bernilai ekspor, tetapi ada juga yang dipasarkan negeri, tentunya semua konsumen itu menginginkan produk yang nilainya tinggi, baik yang dipasarkan keluar negeri maupun di dalam negeri.

Pendapatan yang diterima oleh industri pengerajin ukiran kayu ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan para tenaga kerja yang dipergunakannya. Semakin banyak ada permintaan akan barang yang diproduksi oleh industri pengerajin ukiran kayu, sudah tentu secara otomatis para tenaga kerja mendapat pekerjaan yang lebih banyak dan pendapatannya juga meningkat.

Menurut Ace Partadiredja (1977 : 33), cara menghitung pendapatan nasional para tenaga kerja dilakukan 2 (dua) metode yaitu :

1 Metode Produksi

Bila kita lihat cara menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan metode produksi hanya nilai tambah (Value added) yang dimasukkan sebagai pendapatan nasional, perhitungannya dengan menjumlahkan nilai produksi barang-barang dan jasa selama satu periode tertentu

2 Metode pendapatan

Bila kita melihat cara menghitung pendapatan nasional dengan menggunakan metode pendapatan, maka dalam proses produksi barang dan jasa diperlukan tanah, modal, tenaga kerja dank arena faktor produksi yang digunakan ini diberikan balas jasa yang masing-masing berupa sewa, bunga, upah dan gaji.

(29)

19 Karena faktor produksi dimiliki oleh seseorang dalam masyarakat, maka balas jasa kembali pada masyarakat sebagai pendapatan.Perusahaan menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa ini dijual kepada masyarakat yang sebaliknya membayar uang sebagai pengembalinya.Uang yang diterima perusahaan digunakan untuk membayar penggunaan faktor produksi kepada masyarakat, sedangkan sisanya adalah keuntungannya.Jadi metode pendapatan sebagai metode di dalam perhitungan dengan menjumlahkan pendapatan seluruh lapisan masyarakat yang berasal dari pengunaan faktor-faktor produksi.

(30)

20

BAB III

HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Hipotesis

Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan, ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis.Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Menurut Nanang Martono (2010:57), hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya harus diuji atau rangkuman kesimpulan secara teoritis yang diperoleh melalui tinjauan pustaka.

Lungberg dalam Nanang Martono (2010:57), mendefinisikan hipotesis sebagai sebuah generalisasi yang bersifat tentative, sebuah generalisai tentative yang valid masih harus diuji. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada dampak faktor modal usaha secara parsial terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung akan meningkat satu satuan.

2. Ada dampak faktor tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung akan meningkat sebesar satu satuan.

3. Ada dampak faktor modal usaha dan penggunaan tenaga kerja secara bersama sama terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu kayu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung akan meningkat satu satuan.

(31)

21 3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Identitas Variabel

- Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel terikat, dalam hal ini variabel bebasnya adalah modal dan tenaga kerja.

- Variabel terikat adalah variabel pendapatan pengerajinan ukiran kayu.

3.2.2 Devinisi Variabel

1. Modal usaha adalah modal yang dimiliki oleh pengerajin ukiran kayu di kecamatan Mengwi dalam satuan rupiah.

2. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi dalam satuan orang.

3. Pendapatan adalah pendapatan per bulan yang diperoleh pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi dalam satuan rupiah.

3.2.3 Daerah Penelitian

Penelitian ini diadakan di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa ini diambil sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung berjumlah cukup dan terus berkembang dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Mengwi.

3.2.4 Pemilihan Responden

Cara pengambilan sampel yang digunakan adalan random sampling. Random sampling ini menurut Soehardi S (2001:82) bahwa “ dikatakan random sampling, jika dari populasi itu

(32)

22 peneliti mengambil siapa saja diantaranya tanpa menentukan kriteria dari subyek yang diambil, karena tiap anggota dalam populasi itu derajat dan kualifikasinya sama atau setara, atau sama dan serupa tiada bedanya, dengan kata lain homogin. Jadi, jika tiap anggota atau subyek-subyek atau elemen-elemen dalam populasi itu memiliki kesamaan sifat, maka mereka masing-masing memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk disampel”.

Penelitian ini menyangkut usaha pengerajin sebagai sumber pendapatan tambahan dan penyerapan tenaga kerja masyarakat , jadi setiap anggota dalam populasi memiliki derajat yang sama sebagai pengerajin. Besarnya sampel yang diambil dari setiap cluster yang populasinya cukup homogen terhadap populasi dibawah 100 digunakan sampel populasi, dibawah 1000 dapat digunakan sampel 20 dari jumlah populasi dan diatas 1000 dapt digunakan sampel 15%.

Berpedoman dari ketentuan diatas dan melihat jumlah populasi pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebanyak 60 orang (di bawah 100), maka sampel populasi telah memenuhi ketentuan tersebut. Distribusi sampel berdasarkan pembagian cluster dari jumlah pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kbupaten Badung sebanyak 69 orang.

3.2.5 Tehnik Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan data

(33)

23 a. Mertode Survey

Adalah data yang diperoleh melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak yang memberikan jawaban (responden).Datanya berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

b. Metode Observasi

Dengan data ini orang melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang diselidiki.

c. Metode Interview

Yaitu data yang diperoleh dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan kepada tujuan penelitian.

2. Jenis Data

Berdasarkan sumbernya data dapat dibedakan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.

b. Data Sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti artinya data ini dicatat atau dicari pada kantor-kantor yang ada hubungannya dengan data yang diteliti.

(34)

24 Dalam penelitian ini digunakan kedua jenis data tersebut diatas, yakni data primer diperoleh melalui wawancara dengan responden dan data sekunder dikumpulkan melalu kantor / instansiyang bersangkutan.

3.2 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesa diatas akan dipergunakan statistik yang mencakup:

1. Analisa Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal usaha dan penggunaan tenaga kerja secara bersama-sama terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Perhitungan dapat dicari dengan rumus (kartono, 2002:62).

Y = a + b1x1 + b1x1 + ei Dimana :

Y = Tingkat Pendapatan Pengerajin Ukiran Kayu a = Konstanta

X1 = Modal Usaha X2 = Tenaga Kerja b1, b2 = koefisien regresi ei = standar kesalahan Analisa Persamaan Kolerasi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel Y dengan variabel X1 dan X2.Dari hasil perhitungan koefisien korelasi linier berganda (R) akan diperoleh koefisien penentu yang dihitung dengan rumus berikut :

(35)

25 Ry =

Ry= menunjukan kuat atau lemahnya hubungan antara modal usaha (X1) dan tenaga kerja (X2) secara bersama dengan pendapatan (Y).

Koefisien determinasi berganda

Untuk lebih lengkap hasil perhitungan diatas, maka perlu di cari koefisien determinasi (R2) dari variabel modal usaha tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Koefisien determinasi ini untuk mengetahui besarnya pengaruh varrabel bebas terhadap variabel terikat yang di ukur dengan presentase. Adapun perumusan koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

R2 =

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

Y = Pendapatan pengrajin ukiran kayu

X1 = Modal usaha

X2 = Tenaga kerja

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas tehadap variabel terikat secara parsial dengan mempergunakan t – test yang rumusnya adalah sebagai berikut :

(36)

26 to =

Gambar 3.1

Pengaruh Modal Usaha Dan Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu Secara Parsial

Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho

-t tabel t tabel

Sb adalah standar deviasi

Dengan demikian selanjutnya dilakukan pengujain hipotesa dengan kriteria sebagai berikut :

Ho : b = 0 artinya tidak ada pengaruh nyata atau tidak significant

Ho : b ≠ 0 artinya ada pengaruh nyata atau significant.

Uji F (varian dalam regresi Linier Berganda)

Uji secara bersama-sama antara X1 (modal usaha) dan X2 (tenaga kerja) terhadap Y (pendapatan)

(37)

27 F =

Formulasi Hipotesis

Ho : b1,b2 = 0, tidak ada pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y

Hi : b1,b ≠ 0, paling sedikit ada satu variance X1 atau X2 berpengaruh terhadap Y

Gambar 3.2

Pengaruh Modal Usaha dan Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu Secara Bersama-sama / Simultan

f(F) Daerah Terima Ho

Data penolakan Ho

F

0 F tabel F

(38)

28

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Badung merupakan salah satu dari 9 (sembilan) Kabupaten/ Kota yang ada di daerah Bali. Mengenai kabupaten ini yaitu : 41.852 km2 atau 7,43 persen dari seluruh wilayah Provinsi Bali (554,280 km2). Luas Kabupaten Badung ini terbagi ke dalam 4 (empat) Kecamatan dengan luas masing-masing adalah sebagai berikut :

a. Kecamatan Petang dengan luas wilayah 115 km2 yang terbagi menjadi 7 (tujuh) Desa. b. Kecamatan Abiansemal dengan luas wilayah 69,01 km2,yang terbagi menjadi 18 (delapan

belas) Desa.

c. Kecamatan Mengwi dengan luas wilayah 82,00 km2 yang terbagi menjadi 20 (dua puluh) Desa/Kelurahan.

d. Kecamatan Kuta Utara dengan luas 33,86 km2 yang terbatasi menjadi 6 (enam) Desa/ Kelurahan.

e. Kecamatan Kuta dengan luas 17,52 km2 yang terbatasi menjadi 5 (lima) Desa/ Kelurahan. f. Kecamatan Kuta Selatan dengan luas 101,13km2 yang terbatasi menjadi 6 (enam) Desa/

Kelurahan.

Dari ke enam Kecamatan yang ada di Kabupaten Badung secara keseluruhan terdapat 62 (enam puluh dua) Desa di lihat dari segi letak Kabupaten Badung yaitu di ujung Selatan Pulau Bali.Hal ini merupakan letak yang sangat strategis karena untuk perhubungan udara, otomatis daerah ini merupakan penghubung antara pulau-pulau yang ada di wilayah Indonesia. Selanjutnya setelah di ketahui luas wilayahKabupaten Badung ini,

(39)

29 maka untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan tanah di Kabupaten Badung, seperti terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 4.1 di bawah dapat di lihat bahwa penggunaan tanah yang terbanyak di Kabupaten Badung adalah untuk atau berupa tanah kering sebanyak 75,81 km2 . kemudian secara rinci berturut-turut diikuti oleh tanah pekarangan rumah , tanah tegal, perkebunan, tanah lainnya, dan terakhir adalah untuk tambak.

Tabel 4.1

Pembagian Tanah Menurut Penggunaan Di Kabupaten Badung 2012

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Prosentase

I Tanah Sawah 10,121 74,840 II Tanah Kering a. Pekarangan b. Tegal c. Tambak d. Kolam

e.Tanah sementara tidak di usahakan f. Hutan Rakyat g.Hutan Negara h.Tanah Perkebunan i. Tanah Lainnya 31.731 9.341 8.714 7 25 159 1.253 1.490 6.547 4.195 75,81 22,31 20,82 0,01 0,05 0,37 2,99 3,56 15,64 10,02 Jumlah

(40)

30 4.1.2 Keadaan Penduduk

Bila dilihat suatu perbandingan luas Kecamatan di Kabupaten Badung adalah mengenali hal ini untuk jelasnya akan disajikan dalam Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Luas Kecamatan dan Kepadatan Penduduk Di Kabupaten Badung Tahun 2012

No Kecamatan

Luas

Tanah Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Km²) 1 Petang 115,00 27.637 240 2 Abiansemal 69,01 77.735 1.126 3 Mengwi 82,00 103.769 1.265 4 Kuta Utara 33,86 55.816 1.648 5 Kuta 17,52 45.298 2.585 6 Kuta Selatan 101,13 64.127 634 Jumlah 418,52 374.377 1.298

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung tahun 2012

Berdasarkan tabel tersebut di atas , dapat di lihat Kecamatan Mengwi merupakan Kecamatan yang terpadat penduduknya, di bandingkan dengan Kecamatan – Kecaamatan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Petang dengan Kepadatannya 240 jiwa (km2)

4.2 Karakteristik Daerah Penelitian

Kecamatan Mengwi termasuk wilayah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, dan merupakan daerah dataran rendah pedalaman dengan ketinggian dari

(41)

31 Permukaan laut adalah antara 180-204 m yang terletak di sebelah utara kota Denpasar.

Kecamatan Mengwi terletak sekitar 18 km dari Kota Denpasar.

Luas wilayah Kecamatan Mengwi adalah 82 km2 terdiri dari 5 Kelurahan, 15 Desa, 187 Banjar Dinas/Lingkungan dan 38 Desa Adat dengan 211 Banjar Adat. Kecamatan Mengwi juga merupakan Wilayah Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang terletak di Kelurahan Sempidi.

Kecamatan Mengwi merupakan daerah Ibu Kota dari wilayah Kecamatan Mengwi, di samping sebagai perut keris lambang Kabupaten Badung juga merupakan obyek wisata yang sangat menarik bagi turis asing maupun domestik. Kecamatan Mengwi di samping sebagai sentralindustri-industri/kerajinan rumah tangga dan kerajinan untuk upacara agama, merupakan pusat pasar jual beli hewan, karena di tempat ini banyak pedagang maupun pembeli khususnya sapi pada hari Rabu dan Minggu.

Semenjak pemerintahan Bupati A.A Gede Agung Desa Mengwi mengalami pembenahan-pembenahan. Beberapa kantor pelayanan pemerintah di bangun di wilayah Desa Mengwi.

1. Luas, Letak dan batas-batasnya Kecamatan Mengwi a. Luas

Daerah wilayah Kecamatan Mengwi yang terdiri dari 15 (lima belas) buah desa dan 5 (lima) buah kelurahan yang mempunyai luas wilayah 82,00 Km2 dengan perincian sebagai berikut

(42)

32 Tabel 4.3

Susunan Wilayah Pemerintahan Kecamatan Mengwi Tahun 2012

No

Kelurahan / Desa Luas wilayah (Km)

Jumlah Banjar/Dusun 1 Cemagi 4,58 12 2 Pererenan 4,46 6 3 Munggu 5,49 13 4 Tumbak Bayuh 2,37 7 5 Buduk 2,77 9 6 Sempidi 3,46 9 7 Sading 2,84 9 8 Lukluk 3,14 9 9 Abianbase 4,01 13 10 Kapal 5,62 16 11 Kekeran 4,05 7 12 Mengwitani 4,20 11 13 Mengwi 3,78 11 14 Gulingan 4,77 13 15 Penarungan 4,68 11 16 Baha 5,13 6 17 Werdi Buwana 2,53 6 18 Sobangan 4,11 4 19 Sembung 7,17 8 20 Kuwum 2,84 5 Jumlah 82,00 185

(43)

33 b. Letak

Kecamatan Mengwi yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Badung yang sekaligus merupakan perut keris pada lambang Kabupaten Badung, wilayah Kecamatan Mengwi merupakan daerah yang cukup menguntungkan bagi kegiatan industri/kerajinan dan lebih-lebih perdagangan. Batas-batas daerah Kecamatan Mengwi adalah sebagai berikut :

- Di sebelah Utara : Desa Perean Kecamatan Baturiti - Di sebelah Timur. : Desa Mambal Kecamatan Abiansemal - Di sebelah Barat. : Kelurahan Abiantuwung Kecamatan Kediri - Di sebelah Selatan. : Samudra Indonesia

c. Keadaan Tanah

- Tanah Regosol : Tanah ini berwarna coklat kelabu terdapat di bagian timur (Desa Penarungan, Kapal, Sempidi)

- Tanah Latosol : Tanah ini berwarna coklat kekuning-kuningan terdapat di bagian utara dan sedikit di bagian selatan

- Tanah Endapan : Tanah yang agak subur terdapat di Mengwitani, Budul, Cemagi, Pererenan, Tumbak Bayuh dan Munggu. Tanah yang cocok untuk jenis tanaman kelapa dan pohon lainnya.

a. Keadaan Iklimnya

Keadaan iklim daerah kecamatan Mengwi adalah beriklim sedang dengan adanya musim hujan dan musim kemarau.Walaupun iklim yang demikian tidak mempengaruhi

(44)

34 2. Keadaan Penduduk Kecamatan Mengwi

Keadaan penduduk Kecamatan Mengwi yang terdiri dari 15 (lima belas) desa dan 5 (lima) kelurahan yang terbagi menjadi 185 (seratus delapan puluh lima) dusun/banjar atau

lingkungan dengan 35 (tiga puluh lima) banjar adat yang mempunyai jumlah penduduk sebesar 103.769 orang/jiwa dengan luas wilayah 82,00 km2 dan 127.413 kepala keluarga, dengan perincian seperti pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4

Luas Wilayah dan Penduduk Kecamatan Mengwi Menurut Jenis Kelamin per Desa/Kecamatan

Tahun 2012 No Desa/ Kelurahan Luas (Km) Laki-laki (Orang) Wanita (Orang) Jumlah (Orang) Kepala Keluarga (KK) 1 Cemagi 4,58 2473 2419 4892 1014 2 Pererenan 4,46 1430 1437 2867 573 3 Munggu 5,49 3163 3013 6176 1231 4 Tumbak Bayuh 2,37 1430 1425 2855 594 5 Buduk 2,77 2417 2491 4908 1005

(45)

35 6 Sempidi 3,46 2435 2478 4913 1021 7 Sading 2,84 3329 3452 6781 1342 8 Lukluk 3,14 3372 3512 6884 1336 9 Abianbase 4,01 2606 2702 5308 1140 10 Kapal 5,62 5270 5373 10643 2148 11 Kekeran 4,05 1734 1740 3474 778 12 Mengwitani 4,20 3264 3473 6737 1450 13 Mengwi 3,78 3428 3337 6765 1745 14 Gulingan 4,77 3189 3441 6630 1586 15 Penarungan 4,68 2831 2970 5801 1541 16 Baha 5,13 1787 1704 3491 915 17 Werdi Buwana 2,53 2250 2279 4529 1143 18 Sobangan 4,11 1613 1539 3152 876 19 Sembung 7,17 2123 2249 4372 1505 20 Kuwum 2,84 1293 1298 2591 701 Jumlah 51437 52332 103769 127413

(46)

36 3. Kepadatan Penduduk

Dengan melihat Kecamatan Mengwi yang cukup luas dengan jumlah penduduknya yang cukup tinggi, maka kepadatan penduduk terlihat sebagai berikut :

Jika dengan demikian penduduk wilayah Kecamatan Mengwi rata-rata 1.265 jiwa/km2. Kalau dilihat Undang-undang Nomor 56/PRP.60LNNo.174/1960 tentang penentuan luas tanah pertanian dinyatakan bahwa :

- Penduduk 0-50 jiwa/km2 (tidak padat) - Penduduk 51-250 jiwa/km2 (kurang padat) - Penduduk 251-400 jiwa/km2 (cukup padat) - Penduduk 401-ke atas/km2 (sangat padat)

Jadi dengan melihat hal tersebut diatas, maka Kecamatan Mengwi, merupakan wilayah

Kecamatan yangbtergolong rendah yang sangat padat penduduknya. Dengan melihat hal tersebut diatas, maka Kecamatan Mengwi harus dapat menghidupkan sebanyak 1.265 jiwa/km2 dengan kata lain tiap-tiap km2 harus dapat menjamin kehidupan penduduknya sebanyak 1.265 orang.

4. Mata Pencaharian Penduduk 103.769

X rata-rata km2 = 1.265 jiwa 82.00km2

(47)

37 Kalau kita melihat pencaharian penduduk Kecamatan Mengwi yang sebagian besar dari mereka adalah sebagai petani yaitu sebanyak 14.467 orang atau 27,80 persen dan disusul penduduk bermatapencaharian sebagai dagang sebanyak 11.017 orang atau sekitar 21,17 persen dan

penduduk berpencaharian sebagai buruh 10.087 orang atau 19,38 persen serta sebagai pengerajin 9.127 orang atau sekitar 17,54 persen dari jumlah penduduk yang produktif, kemudian

seterusnya sebagai pegawai sebanyak 3.456 orang atau sekitar 6,64 persen.

5. Aspek Sosial Budaya Penduduk

Di dalam wilayah Kecamatan Mengwi peranan adat masih menentukan dalam menjaga situasi umat di masing-masing desanya.Adat istiadat merupakan senjata yang sangat ampuh dalam membendung hal-hal yang datang dari luar maupun dalam yang bersifat negatif.Pelaksanaan sanksi-sanksi hukum pidana adat yang membawa konsekuensi langsung kepada pribadi masyarakat itu sendiri. Antara adat dengan agama

pelaksanannya sulit disamakan namun susah dibedakan, malahan dengan adanya

bimbingan dan pembinaan adat dari fakultas Hukum Universitas Udayana, maka melalui bimbingan atau lewat pembinaan tersebut sehingga satu-persatu Desa Adat di Kecamatan Mengwi mulai membenahi diri baik memperbaharui awig-awig desanya maupun

pembangunan dalam bidang agama yaitu misalnya memperbaiki bangunan-bangunan, pura-pura yang ada di Desanya masing-masing.

Kewajiban kita bersama dalam masing-masing desa adalah membina dan

memasyarakatkan hukum kepada masyarakat terdiri dari individu-individu.Masing-masing dari Individu itu mempunyai intelektual yang berbeda-beda dalam tingkat

(48)

38 golongan pengetahuan agar supaya mereka tetap merasa bersatu baik dalam pikiran, perkataan dan perbuatan demi perbaikan desa itu khususnya dan bangsa pada umumnya.

Kehidupan sosial di Bali pada umumnya dan lingkungannya Daerah Kabupaten Badung pada khususnya boleh dikatakan mempunyai ciri kehidupan sosial yang tinggi, ini tiada lain disebabkan oleh pandangan hidup dari Agama Hindu yang mempunyai ikatan kekeluargaan yang masih kuat. Seperti halnya kehidupan gotong royong, hal mana akan menyebabkan timbulnya perkumpulan-perkumpulan yang bertujuan meringankan beban hidup masyarakat di Bali pada umumnya dan daerah Badung terutama pada Kecamatan Mengwi pada khususnya. Dengan demikian sifat gotong royong bagi semua umat masih tampak sekali dalam melaksanakan perwujudan pembangunan.

4.3 Karakteristik Responden

Sehubungan dengan penelitian, yang perlu diketahui mengenai karakteristik responden adalah seperti : Nama, umur dan pendidikan formal. Banyaknya tenaga kerja yang diserap, dan pendapatan pengusaha kecil dan menengah di Kecamatan Mengwi yang diteliti sebanyak 69 orang yang selanjutnya akan dijelaskan masing-masing karakteristik responden adalah sebagai berikut :

1. Rata-rata umur Responden

Dari jumlah responden yang saya teliti, maka sebagian besar pengrajin ukiran kayu berumur 40-44 tahun, yaitu sebanyak 17 orang atau sekitar 24,64% dan kelompok umur yang paling sedikit adalah berumur antara 55-59 tahun adalah sebanyak 7 orang atau sekitar 10,15%. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat seperti tabel 4.5 sebagai berikut :

(49)

39 Tabel 4.5

Umur Responden Sampel Pengrajin Ukiran Kayu di Daerah Penelitian, Tahun 2012

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Presentase (%) 30-34 8 11,59 35-39 15 21,74 40-44 17 24,64 45-49 12 17,39 50-54 10 14,49 55-59 7 10,15 Jumlah 69 100

Sumber : Data hasil penelitian Tahun 2012 2. Tingkat Pendidikan Responden

Keadaan pendidikan responden yang pernah diperoleh di bangku sekolah adalah sebagian besar Sekolah Menengah Umum adalah 34 orang atau sekitar 49,28% dan sebagian kecil mereka tamatan Sekolah Dasar sebanyak 15 orang atau sekitar 21,74%. Untuk melihat secara lebih rinci akan dijelaskan seperti pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Tingkat Pendidikan Sampel Responden di Daerah Penelitian Tahun 2012 No Tingkat Pendidikan

Secara Formal

Jumlah

(Orang) Presentase (%)

1 Tamat Sekolah Dasar 15 21,74

2 Tamat SLTP 20 28,98

3 Tamat SLTA 34 49,28

Jumlah 69 100

(50)

40 4.3 Diskripsi Hasil Penelitian

Bagian ini merupakan penjelasan mengenai perhitungan dari masing-masing variabel yang diteliti dalam penelitian ini beserta cara pengukurannya.

4.4.2 Modal Usaha

Pengukuran atas penggunaan modal usaha dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh modal yang digunakan oleh pengusaha kecil dan menengah dalam kurun waktu satu tahun diukur dengan satuan rupiah. Kisaran modal yang digunakan oleh pengusaha kecil dan menengah di Kecamatan Mengwi berkisar antara Rp. 3.000.000,00 sampai dengan Rp. 9.000.000,00 setahun. Umtuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Distribusi Responden berdasarkan Modal Usaha Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi

Modal Usaha Frekwensi Persen

3.000.000,00 12 17,39 3.500.000,00 6 8,70 4.000.000,00 3 4,35 4.500.000,00 3 4,35 5.000.000,00 6 8,70 5.500.000,00 12 17,39 6.000.000,00 6 8,70 6.500.000,00 3 4,35 7.000.000,00 3 4,35 7.500.000,00 3 4,35 8.000.000,00 8 11,59 9.000.000,00 4 5,80 Total 69 100

(51)

41 Berdasarkan tabel 4.7 pengusaha kecil dan menengah yang menggunakan modal usaha paling banyak Rp. 3.000.000,00 dan Rp. 5.500.000,00 yaitu sebanyak 12 Responden atau 17,39%.

4.4.2 Penggunaan Tenaga Kerja

Pengukuran atas penggunaan tenaga kerja pada pengusaha pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh tenaga kerja yang ada di perusahaan tersebut dalam kurun waktu satu tahun diukur dengan satuan orang. Kisaran tenaga kerja yang diterima oleh pengusaha pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi berkisar antara 1 orang sampai dengan 5 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi

Jumlah Tenaga Kerja Frekwensi Persen

1 3 4,35 2 36 52,17 3 6 8,70 4 22 31,88 5 2 2,90 Total 69 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.8 Pengrajin Ukiran Kayu yang mempunyai tenaga kerja paling banyak yaitu berjumlah 2 orang yang dimiliki 36 responden atau 52,17%.

(52)

42 4.4.3 Pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi

Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi diukur dengan menjumlahkan seluruh laba atau keuntungan bersih yang diterima oleh para pengrajin ukiran kayu dalam waktu satu tahun diukur dengan satuan rupiah. Pendapatan pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi berkisar antara Rp. 2.000.000,00. sampai dengan Rp. 4.000.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi Pendapatan Pengrajin Ukiran

Kayu di Kecamatan Mengwi

Frekwensi Persen 2.000.000,00. 30 43,48 2.500.000,00. 12 17,39 3.000.000,00. 6 8,70 3.500.000,00. 11 15,94 4.000.000,00 10 14,49 Total 69 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.9 pendapatan pengrajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi paling banyak Rp. 2.000.000,00 setahun yaitu sebesar 30 responden atau 43,48 persen.

4.5 Hasil dan Uji Hipotesis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berdampak pe terhadap ndapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Analisis regresi linear berganda ini digunakan untuk

(53)

43 mengetahui arah dan besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Pembuktian hipotesis digunakan uji statistik yaitu uji regresi parsial (uji t) dan uji regresi secara serempak (uji F).

Memperhatikan uraian dari variabel-variabel yang digunakan dalam model tersebut dan berdasarkan pengukuran terhadap variabel-variabelnya, maka dapat diperoleh hasil estimasi terhadap faktor-faktor yang berdampak terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

Dalam model analisis regresi linear berganda, yang digunakan sebagai variabel terikat adalah pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Modal usaha (X1) dan penggunaan tenaga kerja (X2).

1. Analisis regresi linear berganda

Analisis ini diolah dengan menggunakan program SPSS. Adapun rangkuman dari hasil pengolahan data tersebut terlihat pada tabel 4.10.berikut ini :

Tabel 4.10.

Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda Metode Full Regression

Variabel Bebas

Koefisien

Regresi t Sig

Modal usaha (X1) 0,228 7,836 0,000

Penggunaan tenaga kerja (X2) 322265,7 6,270 0,003

Konstanta =565188,4

Koefisien determinasi (R2) =0,926

F ratio =412,149

Signifikansi =0,000

(54)

44 Berdasarkan tabel 4.10.di atas dapat dibuat satu persamaan model regresi linear berganda sebagai berikut :

Y = 565188,4 + 0,228X1 + 322265,7 X2

Hasil dari persamaan regresi linear berganda diatas menunjukkan arah dampak masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukkan oleh koefisien masing-masing variabel bebasnya.Koefisien regresi b1dan b2, bertanda positif berarti variabel modal usaha dan tenaga kerja berdampak terhadap tenaga kerja mempunyai pengaruh yang searah terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Untuk melihat bermakna tidaknya pengaruh masing-masing faktor tersebut, maka perlu dilakukan pengujian baik secara parsial maupun simultan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Modal usaha

Koefisien regresi X1 sebesar 0,228 berarti bahwa peningkatan atas Modal usaha sebesar satu rupiah akan meningkatkan pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebesar 0,228 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi, peningkatan atau penurunan modal usaha setiap satu rupiah, akan berdampak terhadap perubahan pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebesar 0,228 rupiah.

b. Penggunaan tenaga kerja

Koefisien regresi X2 sebesar 322265,7 berarti bahwa peningkatan atas penggunaan tenaga kerja sebesar satu orang akan meningkatkan pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebesar 322265,7 rupiah, dalam arti meningkatnya pendapatan

(55)

45 pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebesar 322265,7 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Jadi, peningkatan atau penurunan penggunaan tenaga kerja setiap satu orang, akan berdampak terhadap perubahan pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung sebesar 322265,7 rupiah.

2. Uji hipotesis pertama (Uji t)

Uji parsial atau uji t digunakan untuk menguji dampak masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel tergaantug (Y). Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka dapat diketahui signifikan tidaknya berdampak masing-masing variabel bebas terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.Dari pengujian ini sekaligus dapat dibuktikan apakah hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel modal usaha dan penggunaan tenaga kerja mempunyai dampak signifikan secara parsial terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung diterima atau ditolak.

Pengujian dengan menggunakan uji t dilakukan dengan cara membandingkan nilai t tabel dengan t hitung atau membandingkan signifikansinya pada tahap nyata 5 %. Nilai t tabel pada taraf nyata 5% adalah sebesar 2,000.Berdasarkan tabel 4.10.dapat diketahui besarnya nilai t hitung dan signifikansinya.

a. Dampak modal usaha (X1) terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

Berdasarkan tabel 4.10.dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 7,836 lebih besar dari t tabel 2,390. Angka-angka ini memberikan arti bahwa modal usaha (X1) mempunyai dampak yang signifikan terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, karena t hitung lebih besar dari t tabel atau signifikansinya sebesar 0,000 lebih kecil

(56)

46 Gambar 4.1

Hasil Uji t Pengaruh Modal Usaha Terhadap Tingkat Pendapatan

Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho

-2,390 2,390 7,836

b. Dampak faktor Penggunaan tenaga kerja (X2) terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 6,270 lebih besar dari t tabel sebesar 2,390. Angka-angka ini memberikan arti penggunaan tenaga kerja mempunyai dampak yang signifikan terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di

Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, karena t hitung lebih besar dari t tabel atau signifikansinya adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari 5 %.

(57)

47 Gambar 4.2

Hasil Uji t Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan

Daerah penolakan Ho Daerah penolakan Ho

Daerah penerimaan Ho

////////// -2,000 2,000 6,270 c. Uji Hipotesis Kedua (uji F)

Berdasarkan tabel 4.10 maka diketahui bahwa nilai F tabel dengan taraf nyata 5% adalah sebesar 2,75, ternyata Fratio sebesar 412,149 lebih besar dari Ftabel. Begitu juga kalau dilihat dari nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,000 berarti lebih kecil daripada 5% dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel-variabel modal usaha dan penggunaan tenaga kerja secara serempak atau bersama-sama mempunyai dampak yang sangat signifikan terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

(58)

48 3,15 412,149 F 0 f(F) Gambar 4.3

Hasil Uji F Pengaruh Modal Usaha dan Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan

Daerah Terima Ho

Daerah Tolak Ho

Besarnya dampak kedua variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat secara serempak dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasinya (R2) pada tabel 4.10 diketahui R2 adalah sebesar 0,926. Ini berarti bahwa kedua variabel tersebut secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 92,6% terhadap pendapatan

pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, sedangkan sisanya sebesar 7,4 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa hipotesis kedua yang diajukan pertama dalam penelitian ini dengan menyatakan bahwa variabel-variabel modal usaha dan penggunaan tenaga kerja berdampak secara serempak/bersama-sama terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung terbukti.

(59)

49 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah ditemukan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Modal usaha berdampak nyata terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, karena t hitung lebih besar dari t tabel atau signifikansinya lebih kecil dari 5% dengan nilai t hitung sebesar 7,836 dan signifikansinya adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari 5%.

2. Penggunaan tenaga kerja berdampak nyata terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, karena t hitung lebih kecil dari t tabel atau signifikansinya lebih besar dari 5% dengan nilai t hitung sebesar 6,270 dan

signifikansinya adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari 5%.

3. Dampak modal usaha dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara bersama-sama terhadap pendapatan pengrajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, karena t hitung lebih besar dari f tabel atau signifikansinya lebih kecil dari 5%.

5.2 Saran – saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disarankan sebagai berikut :

1. Pemerintah hendaknya dapat memberikan kebijakan berupa bantuan lunak kepada pengrajin ukiran kayu yang masih berskala kecil agar dapat mengembangkan usahanya.

2. Perlu penambahan jumlah tenaga kerja yang terampil untuk meningkatkan pendapatan pengerajin dengan memperhatikab keseimbangan antara permintaan dan peningkatan produksi.

(60)

50 3. Dengan adanya pengaruh yang cukup besar antara modal usaha dan tenaga kerja terhadap pendapatan pengerajin ukiran kayu di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, maka kepada pengerajin ukiran kayu hendaknya memperhatikan pertambahan modal dan tenaga kerja untuk meningkatkan pendapatan dengan cara menyesuaikan hasil produksi dengan permintaan pasar.

(61)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ace Partadiredja.1977. Perhitungan Pendapatan Nasional Pengantar Ke Analisa Ekonomi Mikro. Jakarta: LP3ES.

Badung Dalam Angka. 2013. Biro Pusat Statistik Kabupaten Badung. Prov. Bali. Bagus, Ida Mantra. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nur Cahaya. Bambang Riyanto. 1990. Dasar-Dasar Pembelanjaan. Yogyakarta: Gajah Mada. Benggolo, A. 1973.Tenaga Kerja dan Pembangunan. Jakarta: Yayasan Jasa Karya. Djarwanto Ps dan Subayo, P. 1993.Statistic Induktif. Yogyakarta: UGM

Denny, D.H. 1972.Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: CV. Yasa Guna.

Harry G. Gutham. 1995. Cash Flow Reporting and Financial Distress Model : Testing of Gypothesis, Financial Managemen.

Irwan M. Suparmoko. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.

Kadariah.1981. Analisa Pendapatan Nasional. Jakarta: Bina Aksara.

Karono. 2002. Kenakalan Remaja (Patologi Sosial 2). Cetakan Ketiga. Bandung: PT. Raja Grapindo Persada.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI. 1981. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Penerbit Lembaga FEUI.

Maryono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mubyarto dan Soeratno. 1976. Metodelogi Penelitia Ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.

(62)

52 M. Samad Sosroamidjojo dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. Jakarta: CV. Yasa Guna. Sadono Sukino. 1990. Pegantar EkonomiMikro. Jakarta: PT. Gramedia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Cetakan Kelima. Bandung: Alfabeta.

Soediyono R. 1985. Pengantar Analisa Pendapatan Nasional. Yogyakarta: Liberty.

Soenardi S. 2001. Pengantar Metodelogi Penelitian. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Sanjana Wiyata.

Soehardi Sigit. 1980. Azas-Azas Akuntansi. Jakarta: Bina Aksara.

Soehardi S. 2001. Pengantar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Tim Penyusun. 1981. Gema Industri Kecil. Jakarta: Departemen Jendral Industri Kecil.

Winarno Soerakhmad. 1993. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969.

(63)

53 Lampiran 1

Data Modal Usaha, Tenaga Kerja dan Pndapatan Pengerajin Ukiran Kayu di Kecamatan Mengwi

Kabupaten Badung Tahun 2013

No. Modal Usaha (Rp) Tenaga Kerja (orang) Pendapatan (Rp) 1 3.000.000,00 1 2.000.000,00 2 3.000.000,00 2 2.000.000,00 3 3.000.000,00 2 2.000.000,00 4 3.000.000,00 2 2.000.000,00 5 3.000.000,00 1 2.000.000,00 6 3.000.000,00 2 2.000.000,00 7 3.000.000,00 2 2.000.000,00 8 3.000.000,00 2 2.000.000,00 9 3.000.000,00 1 2.000.000,00 10 3.000.000,00 2 2.000.000,00 11 3.000.000,00 2 2.000.000,00 12 3.000.000,00 2 2.000.000,00 13 3.500.000,00 2 2.000.000,00 14 3.500.000,00 2 2.000.000,00 15 3.500.000,00 2 2.000.000,00 16 3.500.000,00 2 2.000.000,00 17 3.500.000,00 2 2.000.000,00 18 3.500.000,00 2 2.000.000,00 19 4.000.000,00 2 2.000.000,00 20 4.000.000,00 2 2.000.000,00 21 4.000.000,00 2 2.000.000,00 22 4.500.000,00 2 2.000.000,00

(64)

54

23 4.500.000,00 2 2.000.000,00

24 4.500.000,00 2 2.000.000,00

Lanjutan Lampiran 1 No. Modal Usaha

(Rp) Tenaga Kerja (orang) Pendapatan (Rp) 25 5.000.000,00 2 2.000.000,00 26 5.000.000,00 2 2.000.000,00 27 5.000.000,00 2 2.000.000,00 28 5.000.000,00 2 2.000.000,00 29 5.000.000,00 2 2.000.000,00 30 5.000.000,00 2 2.000.000,00 31 5.500.000,00 2 2.500.000,00 32 5.500.000,00 2 2.500.000,00 33 5.500.000,00 2 2.500.000,00 34 5.500.000,00 3 2.500.000,00 35 5.500.000,00 2 2.500.000,00 36 5.500.000,00 2 2.500.000,00 37 5.500.000,00 2 2.500.000,00 38 5.500.000,00 3 2.500.000,00 39 5.500.000,00 2 2.500.000,00 40 5.500.000,00 2 2.500.000,00 41 5.500.000,00 2 2.500.000,00 42 5.500.000,00 3 2.500.000,00 43 6.000.000,00 3 3.000.000,00 44 6.000.000,00 4 3.000.000,00 45 6.000.000,00 3 3.000.000,00 46 6.000.000,00 4 3.000.000,00 47 6.000.000,00 3 3.000.000,00 48 6.000.000,00 4 3.000.000,00 49 6.500.000,00 4 3.500.000,00

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang mutu hedonik daging burung puyuh dengan pemberian tepung limbah kulit kopi daram ransum bahwa dengan pemberian

Pada item soal no 4,11, dan 14, dengan indikator pertama merupakan soal yang dikategorikan cukup rumit dalam penyelesaianya, sehingga di perlukan waktu yang

Dengan ini menyatakan Bersedia mengikuti Program BEASISWA PERINTIS 7 Jawa Barat yang diselenggarakan oleh RUMAH AMAL Salman & LPP Salman ITB.. Program beasiswa perintis

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:.. Pajak langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh. Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan

Badan Pemberdayan Masyarakat Desa Kabupaten Boyolali yang dibentuk menurut Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

jual pancake durian online durian crepe online order durian belanda untuk dijual jual bibit durian unggul. jual

pengalaman di satuan pendidikan rintisan). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Ratna, Nyoman Kuntha. Stilistika: kajian puitika bahasa, sastra,

Apabila tarif yang gunakan sesuai dengan peraturan perda setempat dengan sistem kebijakan tarif kombinasi ( progressive-fix ), maka titik impas akan terjadi pada tahun