• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Evaluasi: Pelaksanaan Terapi Percutaneous Nephrolithotomy di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 - 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Evaluasi: Pelaksanaan Terapi Percutaneous Nephrolithotomy di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013 - 2014"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batu Saluran Kemih

2.1.1 Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih merupakan agregat dari polycrystalline yang terbentuk

dari berbagai jenis kristaloid dan matriks organik. Pembentukan batu saluran kemih

dipengaruhi oleh saturasi urin. Saturasi urin bergantung pada pH urin, ion-ion,

konsentrasi zat terlarut, dan lain-lain.

Pengaruh konsentrasi zat terlarut pada pembentukan batu sangat jelas.

Semakin tinggi konsentrasi dari suatu ion, maka kemungkinan ion tersebut untuk

mengendap semakin tinggi. Ketika konsentrasi ion meningkat, ion akan mencapai

suatu titik spesifik yang disebut dengan solubility product (Ksp). Konsentrasi ion

yang meningkat melebihi titik ini akan menyebabkan dimulainya proses

perkembangan kristal dan nukleasi.

Teori nukleasi menjelaskan bahwa batu saluran kemih terbentuk dari

kristal-kristal atau benda asing yang terkandung dalam urin yang jenuh. Teori lain

yaitu teori inhibitor kristal menegaskan bahwa batu saluran kemih terbentuk karena

rendahnya konsentrasi ion-ion inhibitor alami dari batu saluran kemih tersebut

seperti magnesium, sitrat dan pirofosfat. Akan tetapi, teori inhibitor kristal ini masih

diperdebatkan karena banyak orang yang mengalami defisiensi ion-ion inhibitor

tersebut tetapi tidak mengalami pembentukan batu saluran kemih dan yang

mempunyai kelebihan ion-ion inhibitor tersebut malah terbentuk batu saluran

kemih (Stoller, 2008).

Komponen utama pembentuk batu saluran kemih adalah kristalin.

Terdapat beberapa tahapan dalam proses pembentukan kristal yaitu nukleasi,

growth, dan agregasi. Nukleasi mengawali proses pembentukan batu. Nukleasi

dipengaruhi oleh berbagai substansi seperti matriks proteinaceous, benda asing, dan

partikel lain. Nukleasi heterogen (epitaxy) merupakan jenis nukleasi yang umum

terjadi pada pembentukan batu saluran kemih. Hal ini disebabkan karena nukleasi

(2)

nukleasi homogen. Sebuah tipe kristal akan menjadi nidus atau sarang untuk

nukleasi kristal lain. Sebagai contoh, kristal asam urat akan menjadi sarang untuk

nukleasi kalsium oksalat (Stoller, 2008).

Jumlah komponen matriks pada batu saluran kemih bervariasi, tergantung

pada jenis batu. Komponen matriks biasanya hanya 2-10% dari berat batu tersebut.

Komponen matriks yang paling dominan adalah protein dengan sedikit hexose dan

hexosamine. Peran matriks pada inisiasi pembentukan batu saluran kemih masih

belum dimengerti dengan sempurna. Matriks dapat berperan sebagai sarang untuk

agregasi atau sebagai perekat alami komponen-komponen kristal kecil (Stoller,

2008).

Gambar 2.1. Tahapan pembentukan batu saluran kemih Sumber : EAU-EBU update series. Basavaraj, D. P128

Growth adalah langkah selanjutnya dalam pembentukan batu saluran

kemih. Proses Growth atau pertumbuhan kristal dimulai dengan pembentukan

gugus-gugus oleh kristal-kristal nukleasi. Langkah selanjutnya adalah agregasi

kristal. Pada proses ini, kristal-kristal bergabung menjadi sebuah partikel yang lebih

besar. Jarak antar partikel yang dekat akan meningkatkan gaya tarik dan

(3)

2.1.2 Jenis Batu Saluran Kemih 2.1.2.1 Batu Kalsium

Kalsifikasi dapat berlangsung dan berakumulasi pada duktus kolektivus,

menghasilkan batu saluran kemih. Kira-kira 80-85% dari seluruh kejadian batu

saluran kemih adalah batu kalsium. Batu kalsium sering terjadi karena kenaikan

kadar kalsium dalam urin, kenaikan kadar asam urat dalam urin, naiknya kadar

oksalat atau menurunnya sitrat dalam urin (Stoller, 2008).

Hiperkalsiuria adalah kelainan yang paling sering menyebabkan terjadinya

pembentukan batu kalsium. Tingginya kadar kalsium dalam urin menyebabkan urin

jenuh akan garam kalsium dan menurunkan aktivitas inhibitor. Defenisi paling ketat

mengklasifikasikan hiperkalsiuria lebih dari 200mg kalsium urin per hari.

Penambahan kadar kalsium akibat hiperabsorbsi usus terhadap kalsium

menyebabkan kenaikan sementara kadar kalsium serum, dimana hal ini

menghasilkan peningkatan filtrasi kalsium pada ginjal. Karena peningkatan

absorbsi kalsium di usus diimbangi oleh kenaikan ekskresi melalui ginjal, maka

kadar kalsium serum bertahan pada angka normal (Pearle et al., 2012).

2.1.2.2 Batu Struvite

Griffith dalam tulisannya menyatakan bahwa batu struvite pertama kali

ditemukan pada abad ke-18 oleh seorang ahli geologi asal Swedia bernama Ulex.

Batu struvite mengandung magnesium, ammonium, dan fosfat. Nama struvit sendiri

diambil dari seorang diplomat Rusia bernama Von Stuve.

Batu struvit pada umumnya ditemukan pada wanita dan sering rekuren

dalam waktu singkat. Batu struvit sering dihubungkan dengan infeksi yang

disebabkan oleh bakteri pemecah urea yang dapat menyebabkan alkalinasi urin

hingga mencapat pH lebih dari 7,2 dimana pada pH inilah kristal magnesium,

amonium, dan fosfat akan mengendap (Stoller , 2008).

Bakteri-bakteri seperti Proteus mirabilis dan Ureaplasma urealyticum

mensekresi enzim urease yang menghidrolisis urea menjadi ion amonium dan

karbon dioksida. Reaksi ini menyebabkan pH urin naik. Untuk membentuk batu

struvit, urin harus mengandung amonium dan ion trivalent fosfat pada saat yang

(4)

Oleh karena itu, ada keadaan fisiologis, struvite tidak akan mengendap. Pada

keadaan patologis, dimana terdapat bakteri yang menghasilkan urease, urea akan

dipecah menjadi amonia dan asam karbonat. Selanjutnya, amonia akan bercampur

dengan air untuk menghasilkan ammonium hidroksida pada kondisi basa, dan akan

menghasilkan bikarbonat dan ion karbonat. Alkalinisasi urin oleh reaksi urease tadi

menghasilkan NH4, yang akan membentuk ion karbonat dan ion trivalent fosfat.

Zat inilah yang akan membentuk batu struvite (Sellaturay, 2011).

Gambar 2.2. Skema pembentukan batu struvite

Sumber : Campbell-Walsh Urology 10th Edition. Urinary Lithiasis. Pearle, M. 45;1283

2.1.2.3 Batu Asam Urat

Batu asam urat merupakan jenis batu saluran kemih yang lazim ditemukan

pada pria dengan angka kejadian 5% dari seluruh kejadian batu. Pasien dengan

gout, penyakit proliferatif, penurunan berat badan yang cepat serta riwayat

penggunaan obat-obat sitotoksik memiliki insiden yang tinggi pada batu asam urat.

Tidak semua pasien dengan batu asam urat mengalami hiperurisemia. Naiknya

kadar asam urat disebabkan oleh kurangnya cairan dan konsumsi purin yang

(5)

Gambar 2.3. Skema pembentukan batu asam urat

Sumber : Campbell-Walsh Urology 10th Edition. Urinary Lithiasis. Pearle, M.45;1277

Hiperurikosuiria menjadi faktor predisposisi pada pembentukan batu asam

urat dan batu kalsium oksalat karena menyebabkan supersaturasi urin. Pasien

dengan kadar asam urat dalam urin dibawah 600mg/hari memiliki batu yang lebih

sedikit dari pasien yang memiliki kadar asam urat diatas 1000mg/hari dalam urin.

Batu asam urat dapat dihasilkan secara kongenital, didapat, atau idiopatik. Kelainan

kongenital yang berhubungan dengan batu asam urat melibatkan transpor asam urat

di tubulus ginjal atau metabolisme asam urat menyebabkan hiperurikosuria.

Kelainan didapat dapat berupa diare kronik, menurunnya volume urin, penyakit

myeloproliferatif, tingginya konsumsi protein hewani, dan obat-obatan yang

menyebabkan 3 faktor di atas (Pearle et al., 2012).

2.1.3 Manifestasi Klinis dan Evaluasi Pasien Batu Saluran Kemih

Manifestasi klinis dari batu saluran kemih biasanya adalah nyeri. Nyeri

bergantung pada lokasi batu. Kolik ginjal dan nyeri ginjal nonkolik adalah dua tipe

nyeri utama pada ginjal. Kolik ginjal biasanya disebabkan peregangan ureter dan

sistem pengumpul, sedangkan nyeri ginjal nonkolik disebabkan distensi kapsul

ginjal. Obstruksi pada saluran kemih adalah penyebab utama terjadinya kolik ginjal.

Gejala kolik ginjal akut bergantung pada lokasi dari batu saluran kemih.

Daerah-daerah seperti renal calyx, renal pelvis, upper and midureter dan distal ureter

merupakan daerah yang sering berhubungan dengan kolik ginjal yang terjadi.

Obstruksi pada renal calyx menyebabkan nyeri yang dalam dan tumpul

(6)

ringan. Nyeri sering muncul pada konsumsi cairan yang berlebihan. Obstruksi pada

renal pelvic dengan diameter batu lebih dari 1 cm biasanya terjadi pada

ureteropelvic junction. Nyeri akan muncul pada sudut costovertebra dan bervariasi

dari rasa tumpul sampai rasa tajam yang tidak tertahankan. Nyeri ini sering

merambat ke flank dan ke daerah kuadran ipsilateral abdomen (Stoller, 2008).

Obstruksi pada proksimal ureter akan menimbulkan nyeri pada sudut

kostobertebra yang intens dan merambat sepanjang dermatom dari saraf spinal yang

terpengaruh. Pada obstruksi ureter bagian atas, nyeri akan menjalar ke regio lumbal,

sedangkan obstruksi pada midureter akan menyebabkan nyeri yang menjalar ke

kaudal dan anterior menuju abdomen bagian tengah dan bawah.

Selain nyeri, pasien juga akan mengakui bahwa mereka mengalami

kencing darah atau urin berwarna seperti teh. Infeksi juga bisa terjadi pada pasien

batu saluran kemih. Batu yang mengobstruksi saluran kemih akan memicu

terjadinya pyonephrosis (Stoller, 2008).

Evaluasi awal pada pasien dengan batu saluran kemih harus mencakup

riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik. Gejalan khas kolik ginjal akut

adalah nyeri kolik pada punggung yang intermiten yang bisa menjalar ke abdomen

bagian bawah atau ke selangkangan. LUTS atau Lower Urinary Track Symptoms

sering muncul pada kasus batu yang sudah mencapai ureter (Miller et al., 2007).

Pemeriksaan fisik secara menyeluruh adalah komponen yang penting

untuk mengevaluasi pasien yang dicurigai menderita batu saluran kemih. Pasien

biasanya mengeluh mengalami kolik ginjal aku yang berat. Kolik ginjal biasanya

mereda setelah pasien mengubah posisinya. Ini merupakan tanda untuk

mendiferensiasi pasien dengan peritonitis dimana pasien ini takut untuk mengubah

posisinya.

Pemeriksaan lanjutannya adalah pemeriksaan radiologi. CT scan

merupakan pilihan untuk pasien dengan kolik ginjal akut. Pemeriksaannya cepat

dan lebih murah dari IVP (Intravenous Pyelography). Pemeriksaan IVP juga

merupakan pilihan radiologi. IVP , selain memberikan gambaran adanya batu

saluran kemih, juga memberikan gambaran anatomis saluran kemih. Tomografi

(7)

penegakan diagnosa. Pemeriksaan USG juga dapat menjadi pilihan dengan

efektifitas yang hampir sama dengan IVP dalam menegakkan diagnosa. Retrograde

pyelography dilakukan untuk menggambarkan saluran kemih atas dan mengetahui

letak batu yang kecil-kecil. Pemeriksaan MRI tidak dianjurkan karena tidak efektif

dalam menegakkan diagnosa (Stoller, 2008).

Tabel 2.1 Faktor penting yang perlu diidentifikasi dari riwayat pasien.

Penyakit sistemik Hiperparatiroidisme primer, RTA,

Cystinuria, Gout, Diabetes mellitus,

IBD, Ginjal yang tidak adekuat.

Kelainan anatomis Horseshoe kidney, Urinary

diversion, Obstruksi pada

ureteropelvic junction, Solitary

kidney.

Riwayat penyakit ginjal ISK atau Pyelonefritis, Riwayat batu

ginjal keluarga, Penyakit batu

sebelumnya.

Obat-obatan yang berhubungan dengan

penyakit batu saluran kemih

Carbonic anhydrase inhibitors,

Ephedrine, Guaifenesin, Kalsium

dengan vitamin D, Triamterene,

Indinavir atau sulfadiazine.

Sumber : BMJ 2007. Management of kidney stones. Miller, N. 334;468

2.1.4 Penatalaksanaan Batu Saluran Kemih 2.1.4.1 Observasi Konservatif

Kebanyakan batu saluran kemih akan keluar sendiri tanpa pemberian

intervensi. Keluarnya batu secara spontan tergantung pada ukuran, bentuk, lokasi,

dan edema ureter terkait. Batu dengan ukuran 4-5mm mempunyai 40-50%

kemungkinan keluar secara spontan. Sebagai perbandingan, batu dengan ukuran

(8)

spontan. Tapi ini tidak menjamin bahwa batu dengan ukuran 1cm tidak mungkin

untuk keluar spontan atau batu dengan ukuran 1-2mm dapat pasti keluar secara

spontan.

2.1.4.2 Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)

Pemilihan metode terapi yang tepat merupakan hal yang kompleks, tidak

hanya berpengaruh pada angka bebas batu, juga pada kemungkinan terapi ulang,

dan juga komplikasi. Hasil terapi ESWL bergantung pada berbagai macam faktor

seperti ukuran, lokasi, komposisi batu, dan anatomi dari collecting system pasien.

ESWL umumnya sangat efektif untuk batu dengan diameter 1,5-2cm. ESWL tidak

dianjurkan untuk penatalaksanaan batu staghorn atau bercabang. Untuk terapi pada

kutub bawah ginjal, ESWL dibatasi untuk batu berukuran kurang dari 10mm. Batu

yang lebih besar seharusnya diterapi dengan ureteroscopy atau percutaneous

nephrolithotomy.

Kesuksesan ESWL memecah batu bervariasi tergantung komposisi batu.

Cystine dan brushite merupakan batu yang paling resisten terhadat ESWL, diikuti

dengan tingkat resistensi yang menurun yaitu kalsium oksalat monohidrat, struvite,

kalsium oksalat dihidrat, dan batu asam urat. Walaupun kandungan batu tidak dapat

diketahui sebelum pelaksanaan terapi, tetapi faktor ini harus menjadi pertimbangan

untuk pengambilan keputusan pada pasien yang sudah pernah dianalisis batunya

(Pearle, 2012).

2.1.4.3 Ureteroscopy Stone Extraction

Terapi ini sangat efektif untuk batu pada ureter bagian bawah. Penggunaan

ureteroscope kaliber kecil dan dilatasi balon meningkatkan angka bebas batu secara

dramatis. Angka bebas batu berkisar antara 66%-100% tergantung pada beban batu

dan lokasi, lamanya batu, riwayat operasi retroperitoneal, dan pengalaman operator.

Batu dengan ukuran kurang dari 8mm dapat dikeluarkan secara utuh.

2.2 Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL)

PCNL dapat diaplikasikan untuk hampir semua batu ginjal. PCNL

cenderung diaplikasikan pada batu yang sudah bersarang lama di ginjal atau pada

(9)

2.2.1 Prosedur PCNL

Pelaksanaan PCNL lebih dianjurkan kepada pasien dibawah pengaruh

anestesi umum karena pasien harus berbaring dengan posisi yang tidak nyaman

sampai hampir tiga jam. Teknik operatif standard PCNL terbagi menjadi tiga

langkah utama yaitu percutaneous puncture of pelvi-calyceal system, development

of tracks dan fragmentation and/or removal of stone.

Langkah pertama yaitu tusukan perkutan dapat dilakukan dengan mudah

dengan dipandu USG. Tusukan diawali dengan jarum tipis berukurang 21G atau

22G dibawah iga ke-12. Kedalaman tusukan dan keberhasilan mencapai target

calyx dikonfirmasi dengan C-arm fluoroscopic imaging. Kesuksesan tusukan

pertama ini dipastikan ketika cairan berwarna biru mengalir keluar melalui jarum.

Tusukan kedua dilakukan dengan jarum berukuran 18G, diinsersi hanya pada

sebelah tusukan jarum pertama (Wong, 2009).

Dua buah kawat pemandu harus diinsersi ke sistem pelvi-calyceal. Kawat

kedua berfungsi sebagai pengaman apabila kawat pertama secara tidak sengaja

terlepas ke sistem kolektivus.

Langkah kedua yaitu untuk mendilatasi sebuah jalur dari kulit menuju

parenkim ginjal sampai ke sistem kolektivus dan untuk memasang working sheath.

Dengan panduan fluoroskop, fascial dilators diinsersi melalui kawat pemandu.

Setelah mendilatasikan jalur sesuai yang diinginkan, sebuah Amplatz sheath

diselipkan ke dilator menuju ke sistem kolektivus sebagai sebuah tampon untuk

menghentikan pendarahan dari jalur yang baru dikembangkan. Secara bersamaan,

Amplatz sheath juga berperan sebagai saluran untuk instrumen dan sebuah kanal

untuk irigasi.

Langkah ketiga adalah untuk memasukkan sebuah nefroskop via Amplatz

sheath ke sistem pelvy-calyceal untuk mengetahui lokasi batu. Nefroskop standar

dengan lensa berbentuk batang yang kaku menyediakan penglihatan yang bagus

dan memperbolehkan penggunaan instrumen yang kuat dan kaku untuk

menghancurkan batu. Irigasi yang berkesinambungan dengan normal salin yang

hangat dipersiapkan untuk mengisi sistem pelvi-calyceal dengan cairan dengan

(10)

menghasilkan sebuah aliran cairan yang sangat cepat untuk membersihkan pecahan

batu dan darah dari pandangan endoskop (Wong, 2009).

Gambar 2.4. Tusukan jarum pertama dan jarum kedua.

Sumber : The Hong Kong Medical Diary. Percutaneous Nephrolithotomy. Wong, B. Vol.14. No.10;16

Gambar 2.5. Dua buah kawan pemandu di insersi ke sistem pelvi-calyceal

(11)

Gambar 2.6. Amplatz sheath diinsersikan ke sistem kolektivus

Sumber : The Hong Kong Medical Diary. Percutaneous Nephrolithotomy. Wong, B. Vol.14. No.10;17

Gambar 2.7. Nefroskopi dan ekstraksi batu dengan C-arm fluoroskop sebagai pengkonfirmasi pembersihan.

Sumber : The Hong Kong Medical Diary. Percutaneous Nephrolithotomy. Wong, B. Vol.14. No.10;16

Perawatan pasca operatif berupa pemeriksaan darah lengkap dan

pemeriksaan X-ray pada ginjal, buli-buli dan ureter harus dilakukan untuk

(12)

2.2.2 Indikasi dan Kontraindikasi PCNL

Nugroho et al. dalam tulisannya menyatakan indikasi tindakan PCNL

adalah sebagai berikut :

 Batu pielum simpel dengan ukuran lebih dari 2cm

 Batu kaliks ginjal, terutama batu kaliks inferior dengan ukuran 2cm

 Batu multipel

 Batu pada ureteropelvic junction dan ureter proksimal

 Batu ginjal besar, terutama staghorn membutuhkan waktu yang lebih lama

 Batu pada solitary kidney.

Hanya ada satu kontraindikasi absolut PCNL yaitu pada pasien yang

memiliki kelainan perdarahan atau pembekuan darah (Nugroho et al., 2011).

2.2.3 Komplikasi PCNL

Untuk urologist yang paling berpengalaman sekalipun, komplikasi masih

bisa muncul. Pendarahan merupakan komplikasi yang paling signifikan pada

PCNL. PCNL juga bisa menyebabkan absorbi larutan irigasi. Oleh karena itu,

larutan irigasi yang fisiologis merupakan sebuah keharusan. Cedera pada kolon

Gambar

Gambar 2.1. Tahapan pembentukan batu saluran kemih Sumber : EAU-EBU update series. Basavaraj, D
Gambar 2.2. Skema pembentukan batu struvite Sumber : Campbell-Walsh Urology 10th Edition
Gambar 2.3. Skema pembentukan batu asam urat       Sumber : Campbell-Walsh Urology 10th Edition
Gambar 2.4. Tusukan jarum pertama dan jarum kedua. Sumber : The Hong Kong Medical Diary
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui selisih bahan baku yang digunakan perusahaan serta untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pengendalian bahan baku yang

kami mengundang Bapak/lbu sebagaimana daftar terlampir untuk hadir pada.. Kegiatan Penyelenggaraan Layanan Informasi Keagamaan dan

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui jumlah mutasi debet dan mutasi kredit pada rekening Koran bank dan catatan perusahaan, untuk mengetahui jumlah saldo akhir

A. Ijazah untuk MI, MTs, dan MA hanya diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Ijazah dan hasil ujian/daftar nilai ujian dicetak bolak-balik, Ijazah di halaman depan

Untuk itu, Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling dialokasikan jam masuk kelas selama 2 (dua) jam pembelajaran per minggu setiap kelas secara rutin

Setiap orang atau instansi pasti menginginkan suatu keamanan data yang sangat kuat agar suatu informasi yang dianggap sangat rahasia dapat terjamin kerahasiaanya,maka dengan

Apakah Bukti Fisik tersebut merupakan pengajuan kembali (apelan) karena perbaikan atau kekurangan AK pada pengajuan sebelumnya , atau karena tidak sesuai dengan kriteria

Dengan website JavaCafindo Furniture ini para pelanggan toko JavaCafindo Furniture atau pencari informasi seputar produk furniture dapat mengetahui macam-macam produk