• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Renstra BKPP ke 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Review Renstra BKPP ke 3"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY

R

eview

R

encana

S

trategis

(RENSTRA)

Tahun 2012-2017

B

K

P

(2)

REVIEW RENCANA STRATEGIS

TAHUN 2012-2017

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Jl. Gondosuli Nomor. 6 Telp (0274) 540798, 540897, 523882 Fax (0274) 523882 Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id

Y O G Y A K A R T A 55165

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nomor : 188 / 0588 / I Tentang

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017 setiap SKPD wajib menyusun Perubahan Rencana Strategis (Renstra) SKPD;

b. bahwa Perubahan Rencana Strategis SKPD tersebut berisi program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan untuk dua tahun terakhir (2016-2017) disesuaikan untuk mendukung pencapaian visi, misi, tujuan serta sasaran yang harus dipedomani dalam menyusun program dan kegiatan setiap tahun;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan b, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Perubahan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 2017.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Jl. Gondosuli Nomor. 6 Telp (0274) 540798, 540897, 523882 Fax (0274) 523882 Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id

Y O G Y A K A R T A 55165

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nomor : 188 / 0588 / I Tentang

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017 setiap SKPD wajib menyusun Perubahan Rencana Strategis (Renstra) SKPD;

b. bahwa Perubahan Rencana Strategis SKPD tersebut berisi program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan untuk dua tahun terakhir (2016-2017) disesuaikan untuk mendukung pencapaian visi, misi, tujuan serta sasaran yang harus dipedomani dalam menyusun program dan kegiatan setiap tahun;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan b, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Perubahan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 2017.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Jl. Gondosuli Nomor. 6 Telp (0274) 540798, 540897, 523882 Fax (0274) 523882 Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id

Y O G Y A K A R T A 55165

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nomor : 188 / 0588 / I Tentang

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017 setiap SKPD wajib menyusun Perubahan Rencana Strategis (Renstra) SKPD;

b. bahwa Perubahan Rencana Strategis SKPD tersebut berisi program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan untuk dua tahun terakhir (2016-2017) disesuaikan untuk mendukung pencapaian visi, misi, tujuan serta sasaran yang harus dipedomani dalam menyusun program dan kegiatan setiap tahun;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan b, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Perubahan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 2017.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN

Jl. Gondosuli Nomor. 6 Telp (0274) 540798, 540897, 523882 Fax (0274) 523882 Website: www.bkpp.jogjaprov.go.id Email: bkpp@jogjaprov.go.id

Y O G Y A K A R T A 55165

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nomor : 188 / 0588 / I Tentang

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017 setiap SKPD wajib menyusun Perubahan Rencana Strategis (Renstra) SKPD;

b. bahwa Perubahan Rencana Strategis SKPD tersebut berisi program-program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan untuk dua tahun terakhir (2016-2017) disesuaikan untuk mendukung pencapaian visi, misi, tujuan serta sasaran yang harus dipedomani dalam menyusun program dan kegiatan setiap tahun;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf a dan b, perlu menetapkan keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Perubahan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 2017.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 1959;

2. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

(11)
(12)
(13)

Daftar Isi

Halaman Judul ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ...iii

Daftar Tabel...v

Daftar Gambar...vi

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Landasan Hukum ...4

1.3. Maksud dan Tujuan ...6

1.3.1. Maksud ...6

1.3.2. Tujuan ...7

1.4. Sistematika Penulisan ...7

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD ...9

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD...9

2.1.1. Tugas ...9

2.1.2. Fungsi ...9

2.1.3. Struktur Organisasi ...10

2.2. Sumber Daya SKPD ...11

2.2.1. Sumber Daya Manusia ...11

2.2.2. Aset/Modal ...14

2.2.3. Unit Usaha yang Masih Operasional ...16

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD ...16

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD ...22

2.4.1. Tantangan Penyediaan Lahan Pangan ...22

2.4.2. Tantangan sekaligus Potensi dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi DIY Tahun 2009-2029 ...23

2.4.3. Keamanan Pangan dan Peningkatan Daya Saing menuju MEA 2015 ...24

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ...25

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD ...25

3.2. Telaahan Visi, Visi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih ...26

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi/Kabupaten/ Kota ...28

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ...35

3.4.1. Rencana Tata Ruang dalam Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi DIY Tahun 2009-2029 ...35

(14)

3.4.3. Telaah Keamanan Pangan dalam Memasuki Kancah

Persaingan MEA 2015 ...41

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis ...45

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN ..47

4.1. Visi dan Misi SKPD ...47

4.1.1. Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY ..48

4.1.2. Misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY...51

4.2. Tujuan Jangka Menengah SKPD ...52

4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD ...52

4.3.1. Sasaran Strategis SKPD ...53

4.3.2. Kebijakan SKPD ...53

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF ...57

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD ...73

(15)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Golongan,

Pendidikan, dan Jenis Kelamin 12

Tabel 2.2. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Jabatan dan

Golongan 13

Tabel 2.3. Rincian Pegawai menurut Tingkat Pendidikan . 13 Tabel 2.4. Jabatan Struktural/Fungsional Tertentu . 13

Tabel 2.5. Aset BKPP DIY dan Kondisinya .. 14

Tabel 2.6. Pencapaian Kinerja Pelayanan BKPP DIY 17

Tabel 2.7. Keragaan Penyuluh di DIY .. 21

Tabel 3.1. Analisis SWOT ... 29

Tabel 3.2. Luas Lahan Sawah Tahun 2002-2013 Daerah Istimewa

Yogyakarta . 38

Tabel 3.3. Proyeksi Laju Alih Fungsi Lahan Tahun 2014-2020 Daerah

Istimewa Yogyakarta . 38

Tabel 3.4. Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan DIY .. 39 Tabel 3.5. Jenis Bahaya yang Ditimbulkan dari Berbagai Jenis

Cemaran . 42

Tabel 4.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, Kebijakan, Program,

Kegiatan, Indikator Program BKPP DIY Tahun 2013-2017 55 Tabel 5.1. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja,

(16)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BKPP DIY . 11

Gambar 2.2. Skor PPH DIY Tahun 2012-2014 . 19

Gambar 3.1. Arahan Pola Ruang di DIY (Mengacu RTRW DIY

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ketahanan pangan merupakan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) DIY tahun 2005-2025, yang difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan, pemantapan distribusi pangan, serta percepatan penganekaragaman pangan sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah. Pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan melalui berbagai upaya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan sekaligus sebagai perwujudan pembangunan sosial ekonomi sebagai bagian dari pembangunan secara keseluruhan.

Implementasi program pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dengan memperhatikan subsistem ketahanan pangan yaitu melalui upaya peningkatan produksi, ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, pemantapan distribusi dan cadangan pangan, serta peningkatan kualitas konsumsi dan keamanan pangan. Dengan demikian program-program pembangunan ketahanan pangan dan pertanian tersebut diarahkan untuk mendorong terciptanya kondisi sosial-ekonomi yang kondusif, menuju ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan.

(18)

nilai-nilai budaya yang adiluhung sesuai dengan visi pembangunan DIY Tahun 2012 2017. Perwujudan program pembangunan ketahanan pangan di DIY tidak terlepas dari arah Renaisans Pangan, dengan sebesar mungkin pengembangan local genius yang dilakukan untuk menopang terwujudnya kedaulatan pangan, yakni terpenuhinya pangan untuk hidup sehat dan produktif bagi setiap rumah tangga dari produksi dalam negeri.

Berbagai peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan, juga telah mengarahkan dan mendorong pemantapan ketahanan pangan yaitu: Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; Paraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 pasal 2 dan pasal 3 menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib membuat laporan pertanggungjawaban urusan ketahanan pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

(19)

instansi terkait lainnya terutama dalam meningkatkan percepatan diversifikasi pangan dan memantapkan ketahanan pangan masyarakat. Menindaklanjuti penyampaian Visi, Misi, dan Program Gubernur DIY Tahun 2012 2017 yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2012-2017, maka disusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta (Renstra BKPP DIY) Tahun 2012-2017.

(20)

1.2. Landasan Hukum

Penyusunan Review Renstra BKPP DIY Tahun 2012 2017didasarkan pada landasan ideologis Pancasila, landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 A ayat 1 dan Pasal 34, dan landasan operasional sebagai berikut:

1. Deklarasi Internasional berkaitan dengan Hak Asasi Manusia Tahun 1948, ECOSOC Tahun 1968, ICRC dan CEDAW Tahun 1978;

2. Deklarasi World Food Summit Tahun 1996 dan Tahun 2001; 3. Millenium Development Goals Tahun 2000;

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta;

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM;

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

8. Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistim Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

(21)

13. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan;

14. Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara nomor 498);

18. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

19. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal;

20. Peraturan Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

21. Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025;

(22)

23. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017;

24. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan;

25. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 2011-1015;

26. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 104 Tahun 2014 tentang Perubahan Target Pencapaian Sasaran Tahunan Rencana Jangka Menengah, Kebijakan Umum dan Program Pembangunan serta Indikator Kinerja Utama Gubernur pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta 2012-2017;

27. Keputusan Gubernur DIY Nomor 18/KEP/2015 tentang Pengesahan Perubahan Renstra SKPD DIY Tahun 2012-2017.

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

(23)

1.3.2. Tujuan

1. Untuk menetapkan prioritas program dan kegiatan yang strategis selama lima tahun.

2. Untuk memberikan landasan kebijakan taktis strategis lima tahunan dalam kerangka mencapai visi dan misi sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.

1.4. Sistematika Penulisan

Review Renstra BKPP DIY 2012-2017 disusun menurut sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Menguraikan Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD, Sumber Daya SKPD, Kinerja Pelayanan SKPD serta Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD.

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Menjelaskan permasalahan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan dan isu strategis pembangunan ketahanan pangan.

(24)

(kuantitatif) yang hendak diwujudkan, strategi dan kebijakan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan.

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Berisi tentang program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif yang akan dilaksanakan selama 5 (lima) tahun .

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

(25)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2008, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tugas, fungsi, dan struktur organisasi sebagai berikut:

2.1.1. Tugas

Tugas Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan serta koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dan perkebunan.

2.1.2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam butir 2.1.1. di atas, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:

A. Penyusunan program kerja bidang ketahanan pangan dan penyuluhan; B. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan; C. Pengelolaan, pengkoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian

ketersediaan pangan;

(26)

E. Pengkoordinasian, pemberian fasilitasi, pengendalian konsumsi dan kewaspadaan pangan;

F. Pengkoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, dan perkebunan;

G. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang ketahanan pangan, serta penyuluhan koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, dan perkebunan;

H. Pengkoordinasian mitra kerja di bidang ketahanan pangan dan pemberdayaan sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

I. Pengendalian, monitoring dan evaluasi bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan;

J. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan;

K. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.1.3. Struktur Organisasi

(27)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BKPP DIY

Bagan Struktur Organisasi BKPP DIY di atas berdasarkan pada Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.2. Sumber Daya SKPD 2.2.1. Sumber Daya Manusia

(28)

Tabel 2.1. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Golongan, Pendidikan, dan Jenis Kelamin

(29)

Tabel 2.2. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Jabatan dan Golongan

No Uraian Golongan IV Golongan III

Jumlah

No Uraian Golongan II Golongan I

Sumber: BKPP DIY (2014)

Tabel 2.3. Rincian Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

S 3 S 2 S 1 D 4 D 3 SLTA SLTP SD Jumlah

- 12 44 - 2 28 1 - 87

Sumber: BKPP DIY (2014)

Tabel 2.4. Jabatan Struktural/Fungsional Tertentu

No Jenis Jabatan Jumlah Belum Terisi Keterangan

1

a. a Penyuluh Pertanian

b.PMHP

(30)

2.2.2. Aset/Modal

Kondisi aset/modal yang dimiliki Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5. Aset BKPP DIY dan Kondisinya

No. Jenis Barang JumlahAset 2014

Kondisi Aset 2014

Keterangan Layak Tidak Layak

A. Peralatan Kantor

1 Camera digital 4 4

2 Faximile 2 1 1 3 Handycam 1 1

4 Komputer desktop 39 30 9 5 Komputer desktop touchscreen 1 1

6 Komputer note book 14 13 1 7 Komputer note book (pengurus

barang/APBDP) 1 1 8 Kelengkapan computer 5 5 9 LCD dan perlengkapan 3 3 10 Monitor LCD 23 2 2 11 Mesin ketik manual 6 6

12 Printer 23 19 4 13 UPS 20 20

14 Spliter VGA 1 1 15 Teralis 254 254

B. Perlengkapan Kantor

1 Almari arsip 13 13

2 Almari barang 8 3 5 3 Almari buffet 6 6

4 Air conditioner 32 32 5 Brankas 5 5

6 Filling kabinet 43 28 15 7 Gordyn/vitrage 284 284

8 Gerobak sampah 1 1 9 Jam dinding 1 1

10 Kipas angin 10 8 2 11 Kursi kerja :

(31)

No. Jenis Barang JumlahAset 17 Meja-kursi tamu/sofa 7 7

18 Meja kerja lobi 1 1 19 Meja computer 3 3 20 Mic dynamic + kabel mic 2 2 21 Papan nama organisasi 1 1 22 Papan nama gerai 1 1 23 Rak besi gerai 2 2 24 Rak kayu 1 1 25 Rak besi 1 1 26 Sound system rapat/

mic conference set 25 25 27 Mixer portabel 6 chanel 1 1 28 Limeter compressor DBX 1 1 29 Mixer power 16 chanel 1 1 30 Speaker pasif two way 12 4 4 31 Speaker aktif two way12 2 2 32 Kabel speaker + spikon 2 2 33 Stand speaker 4 4 34 Stand mic panjang 3 3 35 Stand mic meja/ duduk 2 2 36 Mic ruang rapat 8 8 37 Tangga 1 1 38 Tabung pemadam kebakaran 12 12 39 Wireless portabel dan

perlengkapan 2 2 40 White board 9 9 41 Kendaraan dinas operasional:

- Roda 4 ( empat ) 4 4 Kurang 3 - Roda 2 ( dua ) 14 12 2 Kurang 6 42 Bagan struktur organisasi 1 1

43 Papan data elektronik 1 1 44 Coolbox/box pendingin 2 2 45 Televisi 20 2 2 46 Televisi LCD 42 1 1 47 Televisi LED 32 (gerai) 1 1 48 DVD home teather 1 1 49 DVD blue ray 1 1 50 Lemari pendingin 1 1 51 Dispencer 1 1 52 Timbangan digital 2 2 53 Gazebo gerai 2 2 54 Sign out box gerai 1 1 55 Sign in box gerai 3 3 56 Sand blasting gerai 25 25 57 Buku pengetahuan tentang

penyuluhan 142 142

C. Prasarana

(32)

No. Jenis Barang JumlahAset 2014

Kondisi Aset 2014

Keterangan Layak Tidak Layak

4 PABX 1 1 5 Jaringan listrik/tambah daya 4 4 6 Tempat parkir sepeda motor 1 1 7 Gedung semi permanen gerai 1 1 8 Jaringan internet 2 2

Sumber: BKPP DIY (2014)

2.2.3. Unit Usaha yang Masih Operasional

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini tidak memiliki unit usaha.

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

(33)

Tabel 2.6. Pencapaian Kinerja Pelayanan BKPP DIY

NO Indikator Kinerja sesuai Tugas danFungsi SKPD TargetSPM TargetIKK IndikatorTarget Lainnya

Target Renstra SKPD

Tahun ke- Realisasi CapaianTahun ke- Rasio Capaian padaTahun

ke-1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) 1 Skor Pola Pangan Harapan (PPH) - 80,2 81,9 84,6 88,5 90 83,1 85,3 n/a n/a n/a 103,62 104,15 n/a n/a n/a 2 Persentase jumlah penyuluh yang

meningkat kapasitasnya - 48 61 74 87 100 48 61 n/a n/a n/a 100 100 n/a n/a n/a

3 Persentase rata-rata hasil

ketercapaian pelaksanaan program dukungan sasaran SKPD

- 100 100 100 100 100 100 100 n/a n/a n/a 100 100 n/a n/a n/a

Keterangan:

1. Target SPM adalah target pada tahun 2013, sebanyak 4 jenis pelayanan dasar bidang ketahanan pangan Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010

No Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal Daerah

Indikator Target Batas AkhirCapaian Target2011 Capaian2011 Target2012 Capaian2012 Target2013 Capaian2013 Target2014 Capaian2014 1. Ketersediaan dan Cadangan

Pangan Penguatan cadangan pangan 60% 2015 15,50% 15,50% 37,50% 35% 45,00% 56,56% 52% 73,42% 2. Distribusi dan Akses Pangan Ketersediaan informasi

pasokan, harga dan akses pangan di daerah

100% 2015 91,91% 91,91% 94,26% 94,26% 96,87% 92,19% 99,15% 99,15%

3. Penganekaragaman dan

Keamanan Pangan Pengawasan dan pembinaankeamanan pangan 80% 2015 70,50% 70,50% 73% 73% 75,50% 100% 78% 100% 4. Penanganan Kerawanan

Pangan Penanganan daerah rawanpangan 60% 2015 24% 24,80% 45% 46% 50% 56,25% 50% 176,92%

(34)

Dari tabel 2.6 dapat dilihat bahwa secara umum indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY telah mampu memenuhi target, bahkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Gubernur yaitu Skor Pola Pangan Harapan (PPH) capaiannya melebihi target yang ditetapkan. Adapun indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Pola Pangan Harapan (PPH) adalah jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi berdasarkan kontribusi zat gizi energi masing-masing kelompok pangan. Melalui pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam, semakin baik komposisi dan mutu gizinya, sehingga pola konsumsi pangan penduduk semakin mendekati pola konsumsi pangan yang ideal yakni pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA). Beberapa kegunaan analisis ini adalah:

1. Menilai jumlah dan komposisi konsumsi atau ketersediaan pangan; 2. Indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi atau ketersediaan

(35)

5. Perencanaan konsumsi, kebutuhan dan penyediaan pangan wilayah.

Capaian skor PPH Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Gambarannya seperti terlihat pada grafik berikut ini:

Gambar 2.2. Skor PPH DIY Tahun 2012-2014 Sumber: BKPP DIY (2014)

Skor PPH yang semakin meningkat menunjukkan pola konsumsi pangan penduduk DIY semakin mendekati pola konsumsi pangan ideal yakni pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

B. Persentase Jumlah Penyuluh yang Meningkat Kapasitasnya

Penyuluhan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mau dan mampu menolong mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, modal dan sumber daya lainnya. Arah kegiatan penyuluhan di DIY diarahkan kepada penyuluhan yang mendukung swasembada padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi;

78,7

83,1

85,3

74 76 78 80 82 84 86

2012 2013 2014

(36)

penyuluhan yang mendukung diversifikasi pangan; penyuluhan yang mendukung peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta penyuluhan yang mendukung kesejahteraan petani.

Penyuluh pertanian mempunyai kedudukan strategis dalam pembangunan pertanian khususnya dalam pengembangan kualitas pelaku utama dan pelaku usaha. Salah satu permasalahan atau tantangan penyuluhan di DIY adalah penurunan kuantitas dan kualitas tenaga penyuluh karena usia. Selain itu juga terdapat permasalahan yaitu materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kebutuhan petani, nelayan dan masyarakat sekitar kawasan hutan. Namun demikian faktor pendorong untuk keberhasilan pencapaian peningkatan kapasitas penyuluh lebih besar dibanding permasalahan yang ada, yaitu semangat dari para penyuluh PNS serta penyuluh kontrak dan swadaya dalam memberikan pendampingan pada para pelaku usaha/pelaku utama serta kesadaran untuk terus meningkatkan kompetensinya guna menjawab tuntutan perkembangan zaman.

(37)

pertanian ke depannya. Programa disusun dengan dengan mengakomodir keperluan masyarakat yang dibuat berjenjang dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi dengan tetap berpegang pada rambu-rambu perundangan kebijakan pemerintah, RPJMD maupun Renstra DIY. Programa yang disusun secara partisipatif ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas penyuluh itu sendiri.

Keragaan penyuluh di DIY, mulai dari 1) penyuluh PNS yang terdiri dari penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan; 2) penyuluh kontrak yang terdiri dari THL-TB PP dan PPTK; serta 3) penyuluh swadaya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.7. Keragaan Penyuluh di DIY

Sumber: BKPP DIY (2014)

Program/kegiatan pendukung yang dilaksanakan telah dapat meningkatkan kualitas penyuluh melalui peningkatan kompetensi dan profesionalitas penyuluh sehingga dapat memberikan pembinaan dan pendampingan yang optimal bagi para pelaku usaha/pelaku utama. Capaian

No Penyuluh 2012 2013 2014

1 Penyuluh Pertanian PNS

a Tanaman Pangan dan Hortikultura 165 164 160

b Peternakan 74 74 73

c Perkebunan 56 56 54

2 Penyuluh Perikanan PNS 54 50 47

3 Penyuluh Kehutanan PNS 64 58 58

4 THL-TB PP 242 241 237

5 PPTK - 19 19

6 Penyuluh Swadaya 303 593 779

958 1.255 1.427

(38)

untuk peningkatan kapasitasnya. Tahun berikutnya ada tambahan 13% penyuluh yang ditingkatkan kapasitasnya sehingga capaian persentase jumlah penyuluh yang meningkat kapasitasnya di tahun 2014 menjadi 61% (kumulatif).

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Tujuan utama pembangunan Ketahanan Pangan di DIY adalah bagaimana mencukupi kebutuhan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal. Untuk tujuan tersebut BKPP menghadapi tantangan terutama berupa keterbatasan lahan dan tantangan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara (Masyarakat Ekonomi Asean/MEA) 2015. Tantangan tersebut akan diatasi dengan strategi yang menekankan pada dua hal yaitu Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Swasembada Pangan.

2.4.1. Tantangan Penyediaan Lahan Pangan

(39)

Perlindungan lahan pangan yang diatur dalam Perda No. 12 tahun 2011 menargetkan luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk wilayah DIY yaitu sebesar 35.911,59 Ha. Jumlah tersebut adalah seluas 13.000 Ha untuk Kabupaten Bantul, 12.377 Ha di Kabupaten Sleman, 5.029 Ha di Kulon Progo, dan sisanya seluas 5.505 Ha di Kabupaten Gunungkidul.

2.4.2 Tantangan sekaligus Potensi dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi DIY Tahun 2009-2029

Penyediaan lahan pangan melalui proteksi lahan pangan berkelanjutan juga mengacu pada regulasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) secara nasional yaitu melalui UU No. 41 Tahun 2009. Undang-Undang tersebut kemudian direspon Pemerintah Daerah DIY melalui Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikutnya Pemerintah Daerah DIY mewujudkan usaha perlindungan lahan tersebut dengan terbitnya Perda No. 12 Tahun 2011 yang mengatur tentang perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B).

Dengan demikian usaha proteksi lahan pangan tersebut memiliki payung hukum yang kuat untuk sedapat mungkin menghentikan laju alih fungsi lahan produktif dalam rangka memenuhi produksi pangan. Meskipun demikian dibutuhkan kerjasama yang baik dan komitmen yang kuat dengan Pemerintah Daerah Kabupaten di DIY dalam mendorong Peraturan Daerah LP2B tingkat Kabupaten.

(40)

lindung, resapan air), lindung setempat (sempadan, pantai, sungai, waduk, embung, telaga, mata air), suaka alam (cagar alam, tahura, cagar budaya) dan suaka margasatwa, serta daerah rawan bencana alam. Sementara itu kawasan budidaya meliputi hutan produksi, lahan pertanian (lahan basah dan lahan kering), pertambangan, industri, pariwisata, pemukiman (perdesaan dan perkotaan), Pendidikan Tinggi, dan pesisir.

2.4.3 Keamanan Pangan dan Peningkatan Daya Saing menuju MEA 2015

Perdagangan bebas antar negara-negara di kawasan Asia Tenggara atau lebih dikenal dengan MEA 2015 akan mengetatkan persaingan barang konsumsi, utamanya yang berakar dari sektor pertanian. Untuk menghindarkan bencana impor produk pertanian segar dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing produk melalui keamanan pangan dan penjaminan mutu produk.

(41)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Permasalahan strategis yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut: 1. Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan terhadap salah satu

sumber karbohidrat yakni beras, sebagai makanan pokok.

2. Masih terjadinya kecenderungan ketergantungan konsumsi pangan (nabati dan hewani) pada produk impor seperti daging, terigu serta menurunnya konsumsi pangan lokal.

3. Masih besarnya ketergantungan penyediaan pangan asal luar daerah. 4. Masih terbatasnya sarana prasarana pengelolaan cadangan pangan.

5. Belum tercapainya skor mutu keragaman dan keseimbangan gizi sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH) ideal dengan skor 100.

6. Harga bahan pangan pokok masih belum stabil terutama pada saat musim panen raya, musim paceklik dan menjelang hari besar nasional.

7. Masih terjadinya kerawanan pangan baik kronis maupun transien dan kasus gizi kurang/buruk diwilayah tertentu.

8. Konsumsi pangan masyarakat masih kurang beragam, bergizi, seimbang, aman, dan halal.

(42)

10. Adanya tuntutan penyediaan bahan pangan yang terjamin mutu dan keamanannya sebagai konsekuensi dari adanya peningkatan kesadaran masyarakat.

11. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan pangan yang beredar.

12. Masih terbatasnya sarana dan penegakan hukum distribusi pangan.

13. Belum optimalnya pemantauan distribusi pangan antar kabupaten dan antar provinsi.

14. Sinergi lintas sektor pembangunan ketahanan pangan masih kurang optimal.

15. Masih terbatasnya akses sebagian masyarakat terhadap bahan pangan karena kemiskinan.

16. Kelembagaan penyuluhan belum sesuai dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K).

17. Jumlah penyuluh (penyuluh PNS) belum sesuai UU Nomor 16 Tahun 2006 dan Permentan Nomor 72 Tahun 2012.

18. Sinergi lintas sektor pelaku penyuluhan masih belum optimal.

(43)

ketahanan pangan serta koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dan perkebunan.

Sedangkan fungsi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah penyusunan program kerja bidang ketahanan pangan dan penyuluhan; perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan dan penyuluhan; pengelolaan, pengkoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian ketersediaan pangan; pengelolaan, pengkoordinasian, pemberian fasilitasi dan pengendalian distribusi pangan; pengkoordinasian, pemberian fasilitasi, pengendalian konsumsi dan kewaspadaan pangan; pengkoordinasian dan pemberian fasilitasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, dan perkebunan; pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang ketahanan pangan, serta penyuluhan koordinasi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, dan perkebunan; pengkoordinasian mitra kerja di bidang ketahanan pangan dan pemberdayaan sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; pengendalian, monitoring dan evaluasi bidang ketahanan pangan dan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Faktor-faktor penghambat adalah sebagai berikut:

a. Masih ada kab/kota yang belum memiliki unit kelembagaan ketahanan pangan setingkat Eselon II hingga dapat menghambat penyelenggaraan program.

(44)

c. Pembagian tugas masih kurang merata dan efektif dengan volume pekerjaan yang cukup padat.

d. Belum berjalannya koordinasi antara kelembagaan penyuluhan, petani, dan kelembagaan profesi lainnya yang bergerak di bidang pertanian.

e. Belum semua potensi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) dimanfaatkan dan dikembangkan.

Faktor-faktor pendorong adalah sebagai berikut: a. Sumber daya manusia sudah berpengalaman.

b. Mampu mengkoordinasi SKPD lain dalam keterkaitannya dengan sistem ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan.

c. Adanya kelembagaan pengawasan fungsional yaitu Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) sebagai lembaga penjamin mutu pangan segar asal tumbuhan.

d. Jajaran pimpinan cukup senior dan berpengalaman.

e. Tersedianya alat untuk menganalisis ketersediaan dan pengelola ketersediaan pangan.

f. Adanya dukungan dari Dewan Ketahanan Pangan dan dana pemerintah dalam rangka peningkatan ketahanan pangan.

(45)

Tabel 3.1. Analisis SWOT

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

1 Instansi pemerintah

5 Sistem jaringan kerja

sudah bagus Masih banyak SDMyang belum memahami apa yang

(46)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

berpengalaman dan efektif dengan volume pekerjaan

8 Jumlah SDM sudah

cukup memadai Data yang masih jauhdari sempurna Peran Bulog yangtidak seperti dulu memacu Badan

9 SDM yang memiliki inisiatif yang tinggi dilihat dari kaca mata politik (masih impor terigu, beras)

10 Pendelegasian tugas

(47)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

konsumsi pangan pengolahan pangan perubahan perilakudan budaya pola konsumsi 17 Adanya hasil kajian

(48)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat) lokalita dan wilayah

(49)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

(50)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

(51)

No (Strengthness)Kekuatan (Weakness)Kelemahan (Oportunity)Peluang Ancaman(Threat)

Mutu Hasil Pertanian

(PMHP) pengawasan pangan pangan segar danolahan masyarakat terhadapkeamanan pangan yang disebabkan oleh tingkat pendapatan, pendidikan serta aspek sosial budaya 29 Adanya Komitmen

dari pimpinan terhadap keamanan pangan

Adanya keterlambatan penyelesaian sertifikat jaminan keamanan pangan

Adanya kelembagaan tim jejaring

keamanan pangan terpadu/SKPT

Belum adanya regulasi perda pengendalian produk pangan yang

berbahaya

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Program dan Kegiatan utama dalam pembangunan Ketahanan pangan tidak bisa lepas dari taat asas terhadap rencana pembangunan dalam RPJMN. RPJMN tersebut mengatur kegiatan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam 2 bab yaitu terkait pembangunan Wilayah dan Tata Ruang (Bab 8) dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Hidup (Bab 10). Dengan demikian upaya pemenuhan produksi pangan dengan memproteksi lahan mengacu pada regulasi yang mengatur karakter wilayah dan tata ruang.

3.4.1. Rencana Tata Ruang dalam Perda Nomor 2 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi DIY Tahun 2009-2029

(52)

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/RZWP3K Provinsi DIY 2011-2030 sesuai Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011).

Sesuai RTRW, kawasan budidaya pertanian baik pertanian lahan basah maupun lahan kering diperuntukkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan. Selain itu, dalam rencana pengelolaan kawasan budidaya pertanian dukungan terhadap ketahanan pangan juga dilakukan melalui pengembangan budidaya ikan air tawar, budidaya ternak ruminansia dan unggas, intensifikasi lahan pekarangan, serta pengembangan budidaya hutan negara dan hutan rakyat.

Gambar 3.1. Arahan Pola Ruang di DIY (Mengacu RTRW DIY 2009-2029)

Salah satu dukungan program ketahanan pangan tersebut berupa Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/RZWP3K Provinsi DIY 2011-2030 sesuai Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011).

Sesuai RTRW, kawasan budidaya pertanian baik pertanian lahan basah maupun lahan kering diperuntukkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan. Selain itu, dalam rencana pengelolaan kawasan budidaya pertanian dukungan terhadap ketahanan pangan juga dilakukan melalui pengembangan budidaya ikan air tawar, budidaya ternak ruminansia dan unggas, intensifikasi lahan pekarangan, serta pengembangan budidaya hutan negara dan hutan rakyat.

Gambar 3.1. Arahan Pola Ruang di DIY (Mengacu RTRW DIY 2009-2029)

Salah satu dukungan program ketahanan pangan tersebut berupa Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil/RZWP3K Provinsi DIY 2011-2030 sesuai Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2011).

Sesuai RTRW, kawasan budidaya pertanian baik pertanian lahan basah maupun lahan kering diperuntukkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan. Selain itu, dalam rencana pengelolaan kawasan budidaya pertanian dukungan terhadap ketahanan pangan juga dilakukan melalui pengembangan budidaya ikan air tawar, budidaya ternak ruminansia dan unggas, intensifikasi lahan pekarangan, serta pengembangan budidaya hutan negara dan hutan rakyat.

Gambar 3.1. Arahan Pola Ruang di DIY (Mengacu RTRW DIY 2009-2029)

(53)

DIY, Dinas Pertanian DIY, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY sebagai leading sector-nya. Kerjasama ini semakin didukung dengan diterbitkannya Keputusan Gubernur DIY No. 196/KEP/2014 tanggal 22 Agustus 2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kegiatan Penguatan Ketahanan Pangan dalam Kawasan Hutan. Selanjutnya segala kegiatan terkait dengan pemanfaatan lahan di bawah tegakan tanaman hutan untuk penguatan ketahanan pangan menggunakan istilah wana pangan .

3.4.2. Isu Konversi Lahan Pertanian Produktif

(54)

Tabel 3.2. Luas Lahan Sawah Tahun 2002-2013 Daerah Istimewa Yogyakarta

No Kabupaten/ Kota

Luas Lahan (Ha)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Kulon Progo 10.886 10.886 10.867 10.883 10.883 10.397 10.280 10.280 10.304 10.304 10.299 10.297 2 Bantul 16.310 16.198 16.079 15.991 15.945 15.884 15.843 15.569 15.465 15.470 15.482 15.471 3 Gunungkidul 7.630 7.629 7.727 7.626 7.664 8.002 7.865 7.865 7.865 7.865 7.865 7.865 4 Sleman 23.403 23.361 23.255 23.191 23.121 23.062 23.005 22.914 22.819 22.769 22.642 22.835

5 Yogyakarta 138 136 122 121 98 98 88 84 85 83 76 71

Total Prov. DIY 58.367 58.210 58.050 57.812 57.711 57.443 57.081 56.712 56.538 56.491 56.364 56.539

Sumber data: Dinas Pertanian Provinsi DIY dan DIY Dalam Angka

Tabel 3.3. Proyeksi Laju Alih Fungsi Lahan Tahun 2014-2020 Daerah Istimewa Yogyakarta

No Kabupaten/ Kota

Luah Lahan (Ha)

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Kulon Progo 10.254 10.211 10.168 10.125 10.083 10.040 9.998 2 Bantul 15.406 15.341 15.277 15.213 15.149 15.085 15.022 3 Gunungkidul 7.832 7.799 7.766 7.734 7.701 7.669 7.637 4 Sleman 22.739 22.644 22.548 22.454 22.359 22.266 22.172

5 Yogyakarta 71 70 70 70 70 69 69

Total Prov. DIY 56.302 56.065 55.829 55.596 55.362 55.129 54.898

Keterangan:

Proyeksi alih fungsi lahan berdasarkan laju alih fungsi lahan 0,42 (Provinsi DIY)

(55)

serta kesejahteraan petani dan masyarakat; (6) meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani; (7) meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak; (8) mempertahankan keseimbangan ekologis; dan (9) mewujudkan revitalisasi pertanian.

Secara khusus dijelaskan dalam Perda tersebut perihal KAWASAN yang termasuk target lahan dan cadangan lahan pangan berkelanjutan. Lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan meliputi tanah terlantar, alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian pangan, dan kawasan lahan marginal.

Perkembangan dan respon Perda LP2B tingkat kabupaten demikian beragam. Perda ini sudah ditindaklanjuti oleh Kabupaten Gunungkidul dengan menerbitkan Perda Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di propinsi DIY sebesar 35.911,59 dengan perincian luasan per kabupaten adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4. Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan DIY

Kabupaten Luas Proteksi Lahan (Ha)

Luas Lahan Sawah (Ha)

% Lahan Terproteksi

Produk/Tahap Kebijakan Sleman 12.377,59 22.646 54,66 Naskah Akademik Bantul 13.000 15.551 83,60 Prolegda Kulon Progo 5.029 10.299 48,83 Prolegda Gunungkidul 5.505 7.865 69,99 Perda Kab. No. 23/

2012 tentang PLP2B

(56)

a. Intensifikasi lahan pertanian pangan dengan cara peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan, peningkatan kualitas pakan ternak dan/atau ikan, peningkatan kualitas benih dan/atau bibit, pencegahan, penanggulangan hama dan penyakit, pengembangan irigasi, pengembangan inovasi pertanian, penyuluhan pertanian, dan/atau jaminan akses permodalan.

b. Ekstensifikasi lahan pertanian pangan dengan cara pemanfaatan lahan marginal, pemanfaatan lahan terlantar, pemanfaatan lahan dibawah tegakan tanaman tahunan.

c. Diversifikasi lahan pertanian pangan dengan cara pola tanam, tumpang sari; dan/atau sistem pertanian terpadu.

Dalam rangka akselerasi program Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(57)

alam . Adanya ancaman pidana (Pasal 46-48) sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2011: yaitu (a) orang/perseorangan yang melakukan alih fungsi lahan pertanian dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 5 Milyar; dan (b) badan hukum/perusahaan/korporasi yang melakukan alih fungsi lahan pertanian, pengurusnya dipidana penjara 2-7 tahun dan denda Rp 2 Milyar Rp 7 Milyar. Selanjutnya penentuan kawasan luas lahan berkelanjutan harus pula mengacu Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DIY Tahun 2009 2029.

3.4.3 Telaah Keamanan Pangan dalam Memasuki Kancah Persaingan MEA 2015

Penggunaan pestisida, baik insektisida, fungisida, herbisida dan bakterisida merupakan salah satu faktor input dalam produksi pertanian secara umum. Hal ini disebabkan salah satu faktor penghambat peningkatan produksi dan kualitas produk pertanian adalah hama dan penyakit. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan, penggunaan pestisida masih diperbolehkan untuk pengendalian hama dan penyakit tumbuhan dengan mempertimbangkan tepat dosis, waktu, sasaran, jenis, dan mutu sehingga apabila masih terdapat residu pestisida pada produk hasil pertanian dibawah ambang batas yang ditetapkan.

(58)

Ada beberapa jenis cemaran pada pangan yang dapat membahayakan kesehatan yaitu:

1. Cemaran biologi yaitu antara lain Eschericia coli, Salmonella, Staphylococcus aerius,

2. Cemaran kimia, antara lain residu pestisida, hormon, mikotoksin, logam berat dan penggunaan bahan tambahan pangan berbahaya, 3. Bahaya fisik, kotoran, debu, pasir, pecahan kaca, isi staples, rambut,

dll.

Adapun bahaya yang ditimbulkan terhadap kesehatan oleh cemaran tersebut jika diatas ambang batas yang ditentukan dan terakumulasi dalam tubuh. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari berbagai jenis cemaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.5. Jenis Bahaya yang Ditimbulkan dari Berbagai Jenis Cemaran

JENIS BAHAYA

No Residu Pestisida Cemaran Mikotoksin Cemaran Logam Berat

1 Penyakit kanker Gangguan fungsi jantung Gangguan sistem syaraf 2 Gangguan sistem

reproduksi (pria dan wanita)

Gangguan sistem kekebalan tubuh

Gangguan sistem pernafasan (paru-paru)

3 Gangguan sistem syaraf Gagal ginjal Gangguan fungsi ginjal 4 Kerusakan sistem

kekebalan tubuh

(59)

wilayah antar daerah dan negara dalam lalulintas barang perdagangan dunia, sehingga membuka peluang untuk masuknya berbagai macam jenis barang termasuk bahan makanan yang kurang aman untuk dikonsumsi masuk dari luar daerah dan luar negeri, karena adanya pengurangan pengenaan elemen tarif terhadap barang yang masuk ke suatu Negara. Dan pada saat ini isu untuk keamanan pangan sudah menjadi isu global. Namun demikian juga menjadi peluang yang besar bagi para pelaku usaha dibidang pertanian khusus di DIY untuk menembus pasar modern dan ekspor yang selama ini masih berorientasi pada pasar tradisional.

Oleh sebab itu diperlukan adanya upaya upaya dalam rangka meminimalisir dampak perdagangan antar daerah dan membanjirnya produk luar negeri termasuk didalamnya pemasukan bahan pangan. Indonesia telah memiliki instrumen instrumen terkait dengan keamanan pangan itu sendiri. Undang Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan merupakan instrumen dasar dari pengawasan keamanan pangan. Dalam undang-undang tersebut yang dimaksud dengan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

(60)

adanya peningkatan nilai tambah dan pendapatan. Adapun lembaga pengendalian dan penjamin mutu keamanan pangan segar asal tumbuahan adalah Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) yang telah terbentuk tahun 2007. Lembaga ini mempunyai kewenangan melakukan pengawasan dan sertifikasi penjaminan mutu dan keamanan pangan segar asal tumbuhan.

Namun demikian ada beberapa faktor yang masih menjadi kendala dan hambatan dalam merubah paradigma dari produksi berorientasi kuantitas ke kualitas, khususnya di DIY. Kendala dan hambatan tersebut adalah:

1. Penghargaan konsumen terhadap produk pertanian berkualitas/bermutu masih relatif rendah.

2. Terbatasnya akses ke pasar modern karena sebagian besar produk pertanian terkendala kontinyuitas ketersediaannya.

3. Ketatnya persyaratan teknis dan admininistrasi yang membatasi produk produk lokal masuk ke pasar modern.

(61)

untuk dikonsumsi. Hal ini dikarenakan buah dan sayuran yang berasal dari perdagangan antar daerah dan terutama dari luar negeri bertujuan agar komoditas tersebut tidak rusak selama dalam pengiriman maka dilakukan perlakuan-perlakuan antara lain secara kimiawi agar buah dan sayuran segar tetap dalam keadaan baik sehingga tetap laku di pasaran.

Pengawasan terhadap pemasukan PSAT ini sangat penting terutama buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar masuk kategori sebagai pangan yang berisiko besar karena selain mudah rusak juga karena dalam budidayanya sebagian besar menggunakan pestisida kimia dalam dosis yang cukup tinggi. Hal ini memungkinkan residu pestisida yang digunakan selama proses budidaya dapat masuk ke dalam buah atau sayuran, dan apabila kadarnya diatas ambang batas yang ditentukan akan menyebabkan bahaya pada manusia yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu dalam rangka mencegah timbulnya penyakit akibat pangan segar yang tidak aman konsumsi, maka pangan harus diawasi mulai dari tempat produksi sampai tempat pemasukan maupun pengeluaran untuk mencegah kontaminasi.

(62)

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis

Isu 1. Perkembangan geoekonomi dan krisis ekonomi global;

Isu 2. Millenium Development Goals (MDG s) terutama terkait dengan upaya pengurangan kemiskinan;

Isu 3. DeklarasiWorld Food Summit1996 dan tahun 2001 untuk mengurangi penduduk dunia yang menderita lapar dan malnutrisi hingga setengahnya pada tahun 2015;

Isu 4. Ancaman kelaparan global dan ketergantungan pangan dari luar negeri;

Isu 5. Kondisi dan beban ganda keamanan pangan;

Isu 6. Kondisi kemiskinan dan pengangguran yang berlanjut pada rawan pangan;

Isu 7. Perubahan iklim global, konversi dan degradasi sumber daya lahan dan air;

Isu 8. Pendekatan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan dalam pembangunan ketahanan pangan di DIY sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

Isu 9. Penanganan Desa Rawan Pangan yang terpadu dalam pengentasan kemiskinan;

(63)

BAB IV

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN

4.1. Visi dan Misi SKPD

Visi yang hendak diwujudkan dalam rentang lima tahun, berupa suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju namun tetap menjunjung tinggi nilai budaya adiluhung. Dengan mempertimbangkan pelbagai aspek dan perkembangan global yang pesat, visi pembangunan daerah Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dirumuskan sebagai berikut:

Daerah Istimewa Yogyakarta yang Lebih Berkarakter, Berbudaya, Maju, Mandiri dan Sejahtera Menyongsong Peradaban Baru.

Dari hasil pencermatan terhadap kondisi ketahanan pangan dan penyuluhan DIY dan berbagai isu strategis, visi pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mewujudkan ketahanan pangan yang kuat, berkarakter dan berbudaya secara berkelanjutan melalui tercapainya kemandirian dan kedaulatan pangan didukung oleh sistem penyuluhan yang efektif dan efisien.

Terwujudnya visi di atas akan dilihat dari menguatnya peran ketahanan pangan dan penyuluhan dalam mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat DIY, karena dengan ketahanan pangan yang kuat dan penyuluhan yang efektif dan efisien diharapkan mampu:

(64)

b. memberikan pengaruh yang nyata terhadap terwujudnya SDM yang berkualitas;

c. mendukung stabilisasi keamanan karena kuatnya ketahanan pangan maka gejolak sosial di suatu wilayah dapat dihindari;

d. meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani, nelayan serta masyarakat disekitar hutan sebagai modal dasar dalam mewujudkan ketahanan pangan;

e. menjadi katalisator pembangunan ekonomi yang berbasis di perdesaan.

4.1.1. Visi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY

Pembangunan bidang ketahanan pangan dan penyuluhan, sesuai dengan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat termasuk didalamnya pelaku utama, pelaksana dan pemangku kepentingan lain dalam bidang pangan dan penyuluhan.

(65)

Mewujudkan ketahanan pangan yang kuat, berkarakter dan berbudaya secara berkelanjutan melalui tercapainya kemandirian dan kedaulatan pangan didukung oleh sistem penyuluhan yang efektif dan efisien.

Adapun penjelasan visi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pangan, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.

2. Kedaulatan Pangan, adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

3. Kemandirian Pangan, adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

(66)

dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

5. Ketahanan Pangan yang kuat, adalah kondisi dari suatu keterkaitan yang padu disepanjang sistem ketahanan pangan, mulai dari sub sistem ketersediaan dan kewaspadaan pangan, sub sistem distribusi dan akses pangan hingga sub sistem konsumsi dan keamanan pangan.

6. Ketahanan Pangan yang berkarakter, adalah ketahanan pangan yang mempunyai kualitas tertentu yang positif, sehingga mampu membangun kehidupan yang bermanfaat bagi masyarakat.

7. Ketahanan Pangan yang berbudaya, adalah ketahanan pangan dengan

budaya lokal yang mampu menyerap unsur-unsur budaya asing untuk memperkokoh budaya lokal dan dapat mengembangkan identitas budaya masyarakat setempat dengan kearifan dan keunggulan lokal.

8. Berkelanjutan, adalah kondisi terpenuhinya pangan yang terus menerus atau berkesinambungan dari waktu kewaktu.

(67)

10. Sistem penyuluhan, adalah seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, penngetahuan ketrampilan serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

11. Efektif, adalah suatu kegiatan yang dapat membawa hasil atau berhasil guna.

12. Efisien, adalah ketepatan dan kesesuaian kegiatan untuk menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya.

4.1.2. Misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY

Pernyataan misi dimaksudkan agar seluruh aparat Badan mengetahui peran yang akan dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Pernyataan misi mengandung hal-hal yang harus diemban oleh BKPP untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Mengingat pernyataan visi mendasarkan pada peran yang bisa dilakukan oleh BKPP dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang kuat serta sistem penyuluhan yang efektif dan efisien, maka misi BKPP perlu mencakup dua sudut pandang, yakni sudut pandang ke dalam (inward looking) dan sudut pandang keluar (outward looking). Selengkapnya, misi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut:

(68)

Misi 2. Pengembangan sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan sesuai karakter, budaya lokal dan kebutuhan petani, nelayan dan masyarakat sekitar kawasan hutan

Misi 3. Pengembangan sistem pengelolaan ketahanan pangan dan penyuluhan yang sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan benar (good governance)

4.2. Tujuan Jangka Menengah SKPD

Tujuan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan pada hakekatnya adalah untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat wilayah, rumah tangga sampai dengan perseorangan/individu serta penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien.

Memperhatikan visi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang akan dicapai atau dihasilkan dalam rentang waktu lima tahun adalah sebagai berikut:

Tujuan

1. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 90 di tahun 2017

(69)

4.3. Sasaran Strategis dan Kebijakan SKPD 4.3.1. Sasaran Strategis SKPD

Mengacu pada tujuan pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan diatas, maka strategi yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Pemantapan ketersediaan dan pola konsumsi masyarakat.

2. Peningkatan kualitas penyuluh dan peningkatan kualitas kelembagaan pelaku utama/pelaku usaha.

3. Meningkatkan capaian pelaksanaan program pendukung sasaran SKPD.

4.3.2. Kebijakan SKPD

Kebijakan dalam pembangunan ketahanan pangan dan penyuluhan menjadi acuan baik bagi pemerintah maupun masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan ditingkat daerah dan perseorangan serta penyelenggaraan penyuluhan yang efektif dan efisien. Kebijakan kebijakan yang dimaksud meliputi:

a. Pemantapan ketersediaan pangan, kewaspadaan pangan, dan pengembangan cadangan pangan daerah (masyarakat dan pemerintah). b. Penurunan Desa Rawan Pangan.

c. Peningkatan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal, penanganan keamanan pangan, dan pengawasan pangan beredar/bersertifikat.

(70)

e. Peningkatan kapasitas tenaga penyuluh dan pelaku utama/pelaku usaha, pemantapan kelembagaan penyuluhan, dan peningkatan koordinasi penyelenggaraan penyuluhan.

(71)

Tabel 4.1. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, Kebijakan, Program, Kegiatan, Indikator Program BKPP DIY Tahun 2013-2017

Visi Misi Tujuan Sasaran Strategis Kebijakan Program Indikator Program Satuan Sebelum Review2013 2014 2015Setelah Review2016 2017

Mewujudkan ketahanan (PPH) minimal 90 di tahun 2017

cadangan pangan berasTon 230 290 360 405 450

2. Penurunan Desa

(72)

Visi Misi Tujuan Sasaran Strategis Kebijakan Program Indikator Program Satuan Sebelum Review2013 2014 2015Setelah Review2016 2017 masyarakat petani dan nelayan serta yang baik dan benar (good governance) tugas dan fungsi SKPD

% 100 100 100 100 100 tugas dan fungsi SKPD

(73)

BAB V

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

(74)

Tabel 5.1. Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif BKPP DIY

Tujuan Sasaran IndikatorSasaran Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program(outcome) dan Kegiatan (output)

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Sebelum Review Setelah Review Kondisi Kinerjapada akhir

periode Renstra SKPD

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 (PPH) minimal 90 di tahun 2017

Jumlah Desa Rawan Pangan

(Desa) 80 71 3.388 62 3.675 53 3.815 18 3.920 14 4.042 14 4.042 Kegiatan:

1 Penyusunan neraca bahan

makanan (NBM) 1 Tersedianya buku NBM sbgacuan perencanaan pangan 1 49 1 60 1 70 1 80 1 90 1 90 2 Analisis ketersediaan

pangan 2 Tersedianya dataketersediaan,data kebutuhan konsumsi dan tersusunnya rekomendasi

(75)

Tujuan Sasaran IndikatorSasaran Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program(outcome) dan Kegiatan

Target Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan

Sebelum Review Setelah Review Kondisi Kinerjapada akhir

periode Renstra SKPD

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp Target (juta)Rp

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 7 Koordinasi pencegahan dan

pengendalian masalah 8 Fasilitasi Dewan Ketahanan

Pangan Dokumen rumusanKebijakan/Rekomendasi 1 paket 59 1 paket 70 1 paket 70 paket1 70 1 paket 72 1 paket 72 9 Pemberdayaan Daerah

Rawan Pangan Meningkatnya TPD,LKDdan tenaga pendamping pemberdayaan masyarakat

41 71 3.035 75 3.100 79 3.150 83 3.200 87 3.250 87 3.250 10 Penyusunan SKPG Tersedianya data analisis

rawan pangan setiap triwulan serta data penyusunan peta

1 paket 40 1 paket 60 1 paket 70 1

paket 80 1 paket 90 1 paket 90 11 Penyusunan FSVA Tersedianya data

ketahanan dan kerentanan pangan

1 paket 40 1 paket 50 1 paket 80 1

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BKPP DIY
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Golongan,Pendidikan, dan Jenis Kelamin
Tabel 2.2. Jumlah Pegawai BKPP DIY Berdasarkan Jabatan dan Golongan
Tabel 2.5. Aset BKPP DIY dan Kondisinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat banyak metode sistem prediksi yang dapat diimplementasikan pada auto-scaling untuk menjaga efisiensi resource server bagi kebutuhan terhadap layanan

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan kepada Pokja Jasa

Kecemasan akan lebih dirasakan pada ibu hamil yang disertai preeklampsia, karena risiko yang jauh lebih besar saat hamil dan persalinan.. Wanita dengan status ekonomi baik akan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu tubuh pasien >37 o C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.. Hipertermi berhubungan

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh tokoh bernama Suchman, dengan teori sebagai berikut : 1) secara alami para mahasiswa akan mencari sesuatu segera

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wan Vidi Rukmana (2013) memperoleh hasil bahwa secara persial variabel Pajak dan Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara

With the exception of standalone queue and topic resources that must be targeted to a single JMS server, the connection factory, distributed destination, foreign server, and JMS

Nusantara VIII Pasca Nasionalisasi dan Dampak Terhadap Masyarakat Desa Sukamulya Kecamatan Cugenang Cianjur Tahun 1957-1987 .”.. Bagaimana sejarah kebun teh Gedeh