• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Personal Hygiene Anak Usia Sekolah di Lingkungan IX Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun Kota Medan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

atau makhluk yang bersangkutan (Notoadmodjo, 2012).Semua makhluk hidup

mulai dari binatang sampai manusia, mempunyai aktivitas yang menggambarkan

kehidupan masing-masing. Aktivitas manusia sangat kompleks, secara garis besar

dikelompokkan menjadi dua yakni :

a. Aktivitas-aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya berjalan,

bernyanyi, tertatawa, menangis, dan sebagainya.

b. Aktivitas-aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya berpikir,

berfantasi, berencana, dan sebagainya.

Menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau

reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick (1974, dalam Kholid

2012), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Skinner (1938, dalam

Notoadmodjo 2012) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar). Perilaku manusia terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut

merespon, sehingga muncul teori “ S-O-R” (Stimulus-organisme-respon).

Selanjutnya teori Skinner ini menjelaskan adanya dua jenis respon, yaitu:

a. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

(2)

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya, makanan lezat akan

menimbulkan nafsu makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi mata

tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku

emosional, misalnya, mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa

sedih, mendengar berita suka atau gembira akan menimbulkan rasa sukacita,

dan sebagainya.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau ransangan yang lain.

Peransang yang terakhir ini disebut reinforcingstimuli atau reinforce, karena

berfungsi untuk memperkuat respon. Misalnya, apabila seorang petugas

kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah suatu respon terhadap gaji

yang cukup (stimulus), kemudian karena kerja baik tersebut juga menjadi

stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut

sebagai reinforce untuk memperoleh promosi pekerjaan.

2.1.2. Jenis Perilaku

Berdasarkan teori “ S-O-R menurut Skinner, maka perilaku manusia data

dibedakan menjadi dua, yakni :

a. Perilaku tertutup ( covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap

terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau

(3)

seorang anak tahu pentingnya mencuci tangan sebelum makan untuk mencegah

masuknya kuman melalui mulut adalah domain pengetahuan (knowledge).

Kemudian anak tersebut bertanya kepada orangtuanyabagaimana cara mencuci

tangan yang baik disebut domain sikap (attitude).

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik

yang dapat diamati orang lain dari luar (observable behavior). Contoh: seorang

anak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggunting kuku secara

teratur, dan menggosok gigi minimal dua kali sehari, dan sebagainya.

Contoh-contoh tersebut adalah berbentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau

dalam bentuk praktis.

Bagan 1. Teori S-O-R

(Notoadmodjo, 2010)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap

merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau ransangan yang masih

bersifat terselubung dan disebut covert behavior.Tindakan nyata seseorang

sebagai respon terhadap stimulus (practice) merupakan overt behavior.

Stimulus Organisme

Respon terbuka

1. Tindakan/praktik

Respon tertutup

1. Pengetahuan

(4)

2.1.3. Domain Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon

tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap

stimulus yang sama disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

yang bersifat given (bawaan). Misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku merupakan totalitas

penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau

resultant antara berbagai faktor (faktor internal dan eksternal). Benyamin Bloom

(1908, dalam Notoadmodjo 2012) membedakan adanya tiga ranah/domain

perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor

(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

(5)

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran dan penglihatan. Menghasilkan pengetahuan dengan baik sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap suatu objek.

Pengetahuan seseorang terhadap objek tertentu mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda, secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat

sebagai berikut:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall(memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat

banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dan

sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu, dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan seperti: apa tanda-tanda anak yang kurang

gizi, bagaimana cara memberantas sarang nyamuk, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi seseorang harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Misalnya: orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah

(6)

menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus melakukan 3M

tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain. Misalnya: seseorang yang telah paham tentang

proses perencanaan, maka ia akan dapat membuat perencanaan program

kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan atau

membuat diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya: dapat

membedakan antara antara nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk biasa, dapat

membuat diagram siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk

(7)

dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang

hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulannya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat

menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).

Campbell (1950, dalam Notoadmodjo 2010) mendefinisikan sikap itu sebagai

suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,

sehingga sikap ini melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan

lainnya.

Menurut Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan

tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi

perilaku(reaksi tertutup).Sikap terdiri dari empat tingkatan yang berdasarkan

(8)

a. Menerima (receiving)

Menerima disini berarti orang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil, dapat

diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk mendengarkan penyuluhan

tentang antenatal care di lingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya seorang ibu yang

mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut ditanya atau diminta

menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapinya.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai disini berarti subjek atau seseorang yang memberikan nilai

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang

lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon. Misalnya

seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care tersebut mendiskusikan

dengan suaminya, atau mengajak tetangganya untuk sama-sama ikut

penyuluhan.

d. Bertanggungjawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggungjawab terhadap

apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang

(9)

sudah mau mengikuti penyuluhan antenatal care, ia harus berani untuk

mengorbankan waktunya atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah.

3. Tindakan atau praktik (practice)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak (praktik), maka sikap belum tentu terwujud dalam

tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana. Misalnya seorang ibu hamil sudah tahu bahwa

periksa kehamilan itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dia sudah ada niat

(sikap) untuk periksa kehamilan. Agar sikap meningkat menjadi tindakan, maka

diperlukan fasilitas atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapainya. Apabila

tidak, maka kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya.

Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi tiga tingkatan, yakni:

a. Respon terpimpin (guided response)

Praktik terpimpin terjadi apabila subjek atau seseorang telah melakukan

sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menungggu

diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme terjadi apabila subjek atau seseorang telah

melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis. Misalnya seorang

ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diperiksa

(10)

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang,

artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi

sudah dilakukan modifikasi atau tindakan yang berkualitas. Misalnya seseorang

menggosok gigi bukan hanya sekedar gosok gigi, melainkan dengan

teknik-teknik yang benar.

2.2. Personal Hygiene

2.2.1. Defenisi Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal

yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat.Dari pernyataan tersebut dapat

diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu

tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laila Isro’in, 2012).Personal hygiene

merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri, meliputi mandi,

kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan

genitalia (Effendy, 1997 dalam Pratiwi, 2008).

Pemenuhan kebutuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan dan kesehatanbaik pada orang sehat maupun pada orang sakit

termasuk anak usia sekolah yang rentan terkena masalah kesehatan (Ardhiyarini,

2008) dan hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dimana kulit

merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi (Potter & Perry,

(11)

Kurang dalam personal hygiene adalah kondisi dimana seseorang tidak

mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Wartonah,

2010).Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang

berbagai penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut,

penyakit saluran cerna, dan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu,

seperti halnya kulit (Pratiwi, 2008).

2.2.2. Jenis-jenis dan Manfaat Personal Hygiene

Pemeliharaan Personal hygiene berarti tindakan memlihara kebersihan dan

kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang

dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,

mata, hidung dan telinga, kuku kaki dan tangan, genetalia, serta kebersihan dan

kerapihan pakaiannya. Menurut Potter& Perry (2006) macam-macam personal

hygieneadalah :

a. Kebersihan kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari

berbagai kuman atau trauma, sekresi, ekresi, pengatur temperatur dan sensasi,

sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya.

Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Ketika

seseorang tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi maka perawat

memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana melaksanakan

personal hygiene. Seseorang yang tidak mampu bergerak bebas karena penyakit

(12)

terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh akan mengurangi sirkulasi pada

bagian tubuh yang terkena sehingga dapat memyebabkan dekubitus.

Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri

dan menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis dan dapat

menyebabkan maserasi kulit. Tujuan perawatan kulit adalah seseorang

akanmemiliki kulit yang utuh, bebas bau badan dan gatal-gatal, pasien dapat

mempertahankanrentang gerak, merasa nyaman dansejahtera serta dapat

berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.Pemeliharaan kesehatan

kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan,

serta kebiasaan hidup sehari-hari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan kulit yaitu:

1. Mandi

Mandi minimal 2 kali sehari sewaktu pagi dan sore hari dengan

menggunakan sabun mandi. Pada musim panas sebaiknya mandi menggunakan air

dingin dan musim panas menggunakan air hangat.Perlu diperhatikan secara

khusus untuk membersihkan bagian tubuh yang sering berkeringat, seperti ketiak,

bagian genitalia, belakang leher, sela-sela paha dan sebagainya. Menggosok badan

yang basah setelah mandi dengan menggunakan handuk ( itu akan membuka pori

tubuh). Gunakan handuk milik sendiri (N. Sharman, 2007).

2. Menjaga kebersihan pakaian

Menjaga kebersihan pakaian dengan menggunakan pakaian yang bersih tiap

hari, menggunakan pakaian sesuai waktunya, dan perhatikan apakah ada alergi

(13)

3. Menggunakan kosmetik

Hindari menggunakan kosmetik yang tidak perlu digunakan.Jika

memungkinkan gunakan kosmetik yang alami pada kulit.Gunakan bedak, parfum,

atau deodoran untuk memberi kesegaran lebih pada tubuh.Menggunakan krim

pelindung kulit dari serangga untuk mencegah malaria dan penyakit lainnya yang

mungkin ditimbulkan gigitan serangga.( N. Sharman, 2007).

4. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

5. Menjaga kebersihan lingkungan

6. Melakukan pijat minimal 2 kali seminggu

b. Kebersihan rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi

serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat

diidentifikasi.Secara anatomis, rambut terdiri atas bagian batang, akar rambut,

sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea. Penampilan dan kesejahteraan

seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai

rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah klien untuk memelihara

perawatan rambut sehari-hari.

Masalah/gangguan pada rambut: ketombe, kutu, botak (alopecia), radang

pada kulit di rambut (seborrheic dermatitis).Nutrisi yang kurang seimbang juga

mempengaruhi kesehatan rambut. Kekurangan vitamin B dapat mengakibatkan

(14)

Menyikat, menyisir, dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis untuk

semua klien.Klien juga harus diizinkan bercukur bila kondisi

mengizinkan.Pertumbuhan, distribusi, dan pola rambut dapat menjadi indikator

status kesehatan umum.Perubahan hormonal, stres emosional maupun fisik,

penuaan, infeksi, dan penyakit tertentu atau obat-obatan dapat mempengaruhi

karakteristik rambut.Rambut yang tidak bercahaya, kusut, kotor mengindikasikan

perawatan rambut yang tidak tepat.Rambut yang tidak disisir mungkin karena

kurangnya minat, depresi, atau ketidakmampuan fisik untuk merawat

rambut.Penyikatan yang sering membantu mempertahankan kebersihan rambut

dan mendistribusi minyak secara merata sepanjang helai rambut.

Penyisiran hanya membentuk gaya rambut dan mencegah rambut kusut.

Klien yang mampu melakukan perawatan diri harus dimotivasi untuk memelihara

perawatan rambut sehari-hari.Karena rambut dan kulit kepala memiliki

kecenderungan menjadi kering, maka mungkin diperlukan penyisiran sehari-hari,

penyikatan yang lembut, dan aplikasi produk pelembab.Frekuensi bersampo

tergantung rutinitas pribadi sehari-hari dan kondisi rambut.Jika klien mampu

untuk mandi, biasanya rambut dapat dikeramas tanpa kesulitan.Pencukuran

rambut yang berada di bagian wajah dapat dilakukan setelah mandi atau

bersampo.

Cara perawatan rambut yaitu: cuci rambut 1-2 kali seminggu (sesuai

kebutuhan) dengan memakai sampo yang cocok, pangkas rambut agar terlihat

rapi, gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesin

(15)

melukai kulit kepala, pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk

merangsang pertumbuhan rambut, pada jenis rambut ikal dan keriting sisir rambut

mulai dari bagian ujung hingga kepangkal dengan pelan dan hati-hati.

c. Kebersihan gigi dan mulut

Mulut, atau bukal, rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaan mulut,

leher sepanjang sisi dinding rongga, lidah dan ototnya dan langit-langit mulut

bagian depan dan belakang yang membentuk akar rongga. Mukosa mulut secara

normal berwarna merah muda terang dan basah.Gigi berfungsi untuk

mengunyah.Higiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,

gigi, gusi, dan bibir.Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel

makanan, plak, dan bakteri; memasase gusi; dan mengurangi ketidaknyamanan

yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.Flossing membantu lebih

lanjut dalam mengangkat plak dan tartar di antara gigi untuk mengurangi

inflamasi gusi dan infeksi.

Higiene mulut yang lengkap memberikan rasa sehat dan selanjutnya

menstimulus nafsu makan.Higiene mulut yang baik termasuk kebersihan,

kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut.Perawatan yang tepat mencegah

penyakit mulut dan kerusakan gigi.Perawatan mulut harus diberikan teratur dan

setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada kondisi rongga mulut

klien..Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari (setelah makan dan

khususnya sebelum tidur) adalah dasar program higiene mulut yang

(16)

1. Karies gigi (lubang) merupakan masalah mulut paling umum dari orang

muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan

kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium.

Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau

kehitaman.

2. Penyakit periodontal (pyorrhea): paling sering terjadi pada orang usia lebih

dari 35 tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti

peradangan membran periodontal atau ligamen periodontal.

3. Halitosis (bau napas) merupakan akibat higiene mulut yang buruk,

pemasukan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Higiene

mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali penyebabnya adalah

kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.

4. Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan

pengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakteri, virus,

atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi.

5. Gingivitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang

buruk atau terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara kebersihan gigi yaitu;

1. Menyikat gigi secara benar dan teratur 4 kali sehari sehabis makan dan

sebelum tidur. Menjaga gigi tetap bersih penting juga untuk berkumur atau

(17)

2. Gigi harus disikat dengan cara menjangkau lima permukaan gigi ;

permukaan dalam, permukaan sebelah kiri dan kanan, permukaan atas dan

bawah untuk membersihkannya dengan baik.

3. Sikat gigi yang digunakan adalah sikat gigi sendiri yang sikatnya tidak

terlalu keras atau terlalu lembut. Menyikat gigi harus dimulai dari sisi bagian

gusi ke email gigi dengan cara naik turun.

4. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride karena berguna untuk

mencegah karies gigi.

5. Lidah juga harus dibersihkan dengan menyikatnya 2 kali ke arah luar.

6. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi seperti minuman atau

makanan yang terlalu dingin dan panas. Coklat, vitamin C berkualitas tinggi,

makanan yang manis-manis, dan roti kering juga harus dikonsumsi secara

hati-hati karena beresiko merusak email gigi.

7. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi seperti apel,

wortel dan sayur-sayuran.

8. Memeriksa gigi secara teratur ke puskesmas ataupun ke klinik gigi 2 kali

setahun untuk anak-anak sampai usia pertengahan.

d. Kebersihan mata, hidung, telinga

Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata

karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata dan bulu

mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya perlu memindahkan

kotoran mata/ sekresi kering yang terkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu

(18)

kacamata hendaklah selalu dipakai. Pembersihan mata dilakukan selama mandi

dan melibatkan pembersihan dengan waslap bersih yang dilembabkan ke dalam

air, dengan cara menyeka dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah

sekresidari pengeluaran ke dalam kantung lakrimal. Tekanan langsung jangan

digunakan di atas bola mata karena dapat menyebabkan cedera serius.

Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran bila

substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang

mengganggu konduksi udara.Khususnya pada lansia rentan terkena masalah

ini.Membersihkan telinga merupakan bagian rutin dalam kegiatan mandi.Bila ada

kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara pelan-pelan, dan jangan

menggunakan peniti atau jepitan rambut untuk membersihkan kotoran telinga

karena dapat merusak gendang telinga.

Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau temperatur

dan kelembaban udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing

kedalam sistem pernapasan.Secara tipikal, perawatan higienis hidung adalah

sederhana.Mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke

dalam dengan tisu lembut menjadi higiene harian yang diperlukan.Jangan

mengeluarkan kotoran dengan kasar atau dengan jari karena mengakibatkan

tekanan yang dapat mengiritasi mukosa hidung, jaga agar lubang hidung tidak

kemasukan air atau benda kecil sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat

jalan nafas serta menyebabkan luka pada membran mukosa.Perdarahan hidung

(19)

e. Kebersihan kuku dan kaki

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam

tubuh melalui kuku.Oleh sebab itu, kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat

dan bersih.Secara anatomis kuku terdiri atas dasar kuku, badan kuku, dinding

kuku, kantung kuku, akar kuku, dan lunula. Kondisi normal kuku ini dapat terlihat

halus, tebal kurang lebih 0,5 mm, transparan, dasar kuku berwarna merah muda

(Potter & Perry, 2006). Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus

untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.Perawatan dapat

digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Seringkali, orang tidak

sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan.

Masalah dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan

tangan seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak tepat, pemaparan

dengan zat-zat kimia yang tajam, dan pemakaian sepatu yang tidak

pas.Ketidaknyamanan dapat mengarah pada stres fisik dan emosional.

Kaki penting untuk kesehatan fisik dan emosional.Nyeri pada kaki dapat

menyebabkan seseorang berjalan berbeda, yang menyebabkan ketegangan pada

kelompok otot yang bebeda.Banyak orang harus berjalan atau berdiri nyaman

untuk melakukan pekerjaan mereka dengan efektif.

Masalah/ gangguan pada kuku:

1. Ingrown nail, kuku tangan yang tidak tumbuh-tumbuh dan dirasakan sakit

pada daerah tersebut.

(20)

3. Ram’s horn nail, gangguan kuku yang ditandai pertumbuhan yang lambat

disertai kerusakan dasar kuku atau infeksi.

4. Bau tidak sedap, reaksi mikroorganisme yang menyebabkan bau tidak

sedap.

Cara-cara dalam merawat kuku antara lain: jangan memotong kuku terlalu

pendek dan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus, jangan membersihkan

kotoran dibalik kuku dengan benda tajam sebab akan merusak jaringan dibawah

kuku, potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan, khusus untuk jari

sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam, jangan menggigit

kuku karena akan merusak bagian kuku.

f. Kersihan tangan

Tangan adalah alat dalam melakukan keseluruhan aktivitas

manusia.Kebersihan tangan tidak hanya menambah keindahan tapi juga sangat

penting untuk memenuhi kebutuhan manusia.Tangan dan kuku bisa terkena

infeksi, jika tidak dicuci dengan segera setelah ada kontak dengan makanan,

peralatan, pakaian, setelah buang air kecil dan buang air besar.Kuman yang

berkumpul pada tangan kita dari berbagai objek yang kita sentuh ini yang

kemudian bisa masuk ke dalam tubuh kita.Manusia, khususnya anak-anak

mempunyai kebiasaan sering menyentuh bagian wajahnya dengan tangan,

misalnya menggosok mata, memegang bibir atau gigi, mengorek hidung tanpa

kita sadari.Kuman yang berkumpul di tangan dapat masuk ke dalam tubuh.Kuman

yang menyebar melalui tangan yang tidak bersih bisa sangat beragam seperti

(21)

infeksi saluran pernapasan.Cara terbaik untuk mencegah meyebarnya kuman dan

bakteri ke dalam tubuh melalui tangan adalah dengan rajin mencuci tangan setelah

dan sebelum melakukan aktivitas.(N. Sharma 2007).

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013)

adalah:

1. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun

dan sebagainya).

2. Setelah BAB (buang air besar)

3. Sebelum memegang makanan

4. Setelah bersin, batuk, membuang ingus

5. Setelah pulang dari bepergian

6. Setelah bermain

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan

40-60 detik.

Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut anjuran

WHO (2008) yaitu sebagai berikut

1. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun

dengan kedua telapak tangan.

2. Kedua, gosok punggung tangan dan sela - sela jari tangan kiri dan tangan

kanan, begitu pula sebaliknya.

3. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela -sela jari tangan

(22)

5. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya.

6. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak

tangan kiri dan sebaliknya

7. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keingkan

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personalhygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene menurut Tarwoto

(2006), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah

faktor antara lain:

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan

fisiknya.Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan

citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya dapat mempengaruhi

personalhygiene, misalnya karena adanya perubahan fisik pada dirinya, maka ia

tidak peduli terhadap kebersihannya.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial seseorang dapat mempengaruhi perilaku

personal hygiene.Anak-anak mendapatkan praktik personal hygiene dari orang tua

mereka, misalnya kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air

bersih dapat mempengaruhi perawatan kebersihan.

c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat

(23)

bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan dan pengetahuan tentang pentingnya personal

hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik personal hygiene.

Namun, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, seseorang juga harus termotivasi

untuk memelihara perawatan-dirinya.

e. Kebudayaan

Kepercayaan, kebudayaan, dan nilai pribadi akan mempengaruhi personal

hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda melakukan perilaku personal

hygiene yang berbeda pula.Disebagian masyarakatjikaindividu mengalami

penyakit tertentu maka, tidak boleh dimandikan. Seseorang dari latar belakang

kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek keperawatan personal hygiene yang

berbeda. Keyakinan yang didasari kultur sering menentukan definisi tentang

kesehatan dan perawatan diri.

f. Pilihan pribadi

Setiap orang memiliki keinginan, kebiasaan, atau pilihan pribadi untuk

menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya, seperti penggunaan

sabun, sampo, dan lain-lain.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan mengalami suatu penyakit tertentu, seseorang dapat

(24)

sehingga perlu bantuan untuk melakukannya. Apabila ia tidak dapat

melakukannya secara sendiri, maka ia cenderung untuk tidak melaksanakan

personal hygiene.

Berdasarkan teori-teori tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku personal hygiene yaitu perilaku menjaga kebersihan diri atau

perseorangan, yang terdiri dari kebersihan kulit, rambut, gigi, mata, telinga, kaki,

dan kuku.tangan.

2.3. Anak Usia Sekolah

2.3.1. Defenisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah biasa disebut anak pertengahan. Periode usia tengah

merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia sekolah dibagi

menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun, tahap pertengahan 8-9

tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry, 2006). Periode ketika

anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan

dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.

Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu (Wong, 2009). Ahli menganggap masa ini sebagai masa

tenang, di mana apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa sebelumnya

akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya (Gunarsa, 2006).

2.3.2. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Harapan

(25)

dasar saat usia 6 atau 7 tahun. Anak usia sekolah mengalami beberapa perubahan

sampai akhir dari periode masa kanak-kanak dimana anak mulai matang secara

seksual pada usia 12 tahun (Santrock, 2009; Wong, 2009).

Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut teori

tumbuh kembang, yaitu :

a. Perkembangan Kognitif (Piaget)

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah berada pada

tahap konkret dengan perkembangan kemampuan anak yang sudah mulai

memandang secara realistis terhadap dunianya dan mempunyai anggapan yang

sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik sudah mulai hilang, sebab anak mulai

memiliki pengertian tentang keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah mulai

dapat mengetahui tujuan rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek

dalam situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai mampu

mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-bukti dalam

penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah secara nyata dan urut dari

apa yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia sekolah berada dalam tahap

reversibilitas, yaitu anak mulai memandang sesutau dari arah sebaliknya atau

dapat disebut anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu.

Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (a)

Tahap sensoris-motorik (0-2 tahun); (b) Praoperasional (2-7 tahun); (c) Concrete

(26)

1. Concrete operational (7-11 tahun)

Fase ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak

mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah secara

konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.

Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan dapat menggali objek

atau situasi lebih banyak untuk memecahkan masalah. Anak sudah dapat berpikir

konsep tentang waktu dan mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan

yang dilakukan berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam,

selanjutnya akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa

remaja.

2. Formal operation ( 11-15 tahun)

Tahapan ini ditunjukkan dengan karakteristik kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan dan kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungannya.

Menurut Piaget, usia 7-11 tahun mendakan fase operasi konkret. Anak mengalami

perubahan selama tahap ini, dari interaksi egosentris menjadi interaksi kooperatif.

Anak usia sekolah juga mengembangkan peningkatan mengenai konsep yang

berkaitan dengan objek-objek tertentu. Pada masa ini anak-anak mengambangkan

pola pikir logis dari pola pikir intuitif, sebagai contoh mereka belajar mengurangi

angka ketika mencari jawaban dari suatu soal atau pertanyaan dan belajar

mengenai hubungan sebab akibat (Piaget, 1996 dalam Kozier, 2011).

Kemampuan membaca biasanya berkembang dengan baik di akhir masa

kanak-kanak dan bacaan yang dibaca anak biasanya dipengaruhi oleh keluarga.

(27)

bersaing dengan dirinya sendiri dan mereka senang membuat rencana kedepan,

mencapai usia 12 tahun, mereka termotivasi oleh dorongan dalam diri, bukan

Karena kompetisi dengan teman sebaya. Mereka senang berbicara, berdiskusi

mengenai subjek dan berdebat (Kozier dkk, 2011 ).

b. Perkembangan Psikoseksual ( Freud)

Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase laten dimana

perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak terhadap diri sendiri yang

mulai terintegrasi dan anak sudah masuk pada masa pubertas. Anak juga mulai

berhadapan dengan tuntutan sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam

kelompok. Pada tahap ini anak biasanya membangun kelompok dengan teman

sebaya. Anak usia sekolah mulai tertarik untuk membina hubungan dengan jenis

kelamin yang sama. Anak mulai menggunakan energi untuk melakukan aktifitas

fisik dan intelektual bersama kelompok sosial dan dengan teman sebayanya,

terutama dengan yang berjenis kelamin sama (Hockenberry & Wilson, 2007;

Wong, 2009).

c. Perkembangan Psikososial

Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan akan selalu

berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan terutama apabila hal tersebut bernilai

sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya. Pada tahap ini anak akan sangat tertarik

dalam menyelasaikan sebuah masalah atau tantangan dalam kelompoknya. Hal ini

disebabkan oleh adanya keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di

(28)

Pada tahap ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata.

Keberhasilan anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan

meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri anak. Anak- anak yang tidak

dapat memenuhi standar yang ada dapat mengalami rasa inferiority (Wong,

2009).Pengakuan teman sebaya terhadap keterlibatan anak di kelompoknya akan

memberikan dukungan positif pada anak usia sekolah.

Perkembangan moral sejalan dengan cara pikir anak usia sekolah yang

lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2007). Anak pada usia sekolah dapat lebih

memahami standar perilaku yang seharusnya mereka terapkan pada kehidupan

sehari-hari. Anak dalam tahap konvensional, mulai memahami bagaimana harus

memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin diterima oleh mereka

dari orang lain (Wong, 2009). Anak mulai melihat berbagai cara pandang untuk

menilai suatu tindakan benar atau salah (Hockenberry & Wilson, 2007).

Pekembangan psikososial anak usia sekolah menurut Potter & Perry

(2006)

a. Hubungan anak usia sekolah dengan orang tua

Anak mempelajari secara betahap bahwa orangtua kurang sempurna,

mereka dapat dikecewakan orang tua dan berharap teman orang tuanya adalah

teman mereka. Kadang mereka percaya bahwa mereka diapdopsi.Mereka

mengendalikan orang tuanya untuk memberikan kasih sayang, keamanan,

(29)

b. Hubungan dengan saudara kandung

Usia sekolah tampak saling merasa asing dengan saudaranya di rumah ;

meskipun mereka adalah pembela saudaranya yang paling baik di luar rumah.

Anak yang lebih kecil kadang mengidolakan saudaranya yang lebih besar, dan

akhirnya sering terjadi persaingan. Anak yang lebih besar mungkin iri pada

perhatian yang diberikan pada saudara kandungnya yang lebih kecil dan sedikit

merayu dan kadang-kadang kasar.

c. Hubungan dengan sebaya

Selama tahap primer (6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain

bersama, bergantung pada siapa yang bersedia dan tertarik. Sekitar usia 8 tahun,

kelompok social dengan kawan sebaya berjenis kelamin sama mulai terbentuk. “

Geng” ini membuat anak menyatakan kemandirian mereka dari peran orangtua

dan membuat kode atau bahasa rahasia dan perilaku mereka sendiri.

d. Konsep diri

Perasaan anak terhadap penugasan tugas merupakan elemen kunci dalam

membentuk harga diri.Anak perlu mendapat umpan baik positif dari guru dan

orang tua terhadap usahanya.Sangat penting bagi anak untuk mengembangkan

keterampilan sedikitnya dalam satu area seperti membaca, musik atau berenang.

e. Ketakutan

Terdapat penurunan rasa takut yang berkaitan dengan keamanan tubuh

seperti, kilat, anjing, kegelapan, suara, luka dan goresan.Takut terhadap

supernatural seperti hantu dan penyihir menetap dan menurun secara

(30)

keluarga.Ketakutanmereka terhadap guru dan teman-temannya dan

ketidaksetujuan dan penolakan orangtua.Mereka juga menjadi takut tentang

kematian dan hal-hal yang mereka dengar dalam berita seperti perang dan

pengrusakan lingkungan.

2.3.3. Perkembangan Motorik pada Anak Usia Sekolah

Menurut Potter & Perry (2006) dan Wong (2009) perkembangan motorik

anak usia sekolah meliputi :

a. Kemampuan Motorik Halus

Kemampuan meningkatkan motorik halus pada anak dalam pertengahan

masa kanak-kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri untuk mandi,

berpakaian, dan merawat kebutuhan personal lain. Mereka mengembangkan

keinginan personal yang kuat yang dalam prosesnya kebutuhan ini akan dipenuhi.

Maka sangat penting mengijinkan mereka berpartisipasi dalam perawatan dan

mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin. Usia (6-7 tahun) sudah

terampil menggunakan pisau untuk mengoles mentega dan memotong roti dan

belajar memotong daging yang lunak, menggunting, melipat dan menempelkan

kertas, menulis dengan pensil, menggambar orang dengan 12-16 rincian,

mencontoh segitiga pada usia 6 tahun dan wajib pada usia 7 tahun, mewarnai

gambar dan garisnya. Anak pada usia ini mebutuhkan bantuan untuk

membersihkan gigi dengan seksama. Usia 8-10 tahun anak sudah bisa

meggunakan pisau dan garpu secara bersamaan, belajar memasukkan benang

(31)

Anak juga ahli dalam menulis kursif, meggunakan simbol saat

menggambar ( mis, burung dan bintang), membuat model sederhana mobil dan

pesawat terbang serta membuat kerajinan tangan sederhana. Belajar bermain

dongkrak dari kelereng. Anak pada usia ini belajar membersihkan gigi dengan

flossing secara efektif dan mandiri melakukan perawatan gigi. Usia (11-12 tahun)

anak belajar mengupas apel dan kentang, menjahit bahan sederhana dengan

mesin, membangun objek sederhana seperti rumah burung, menikmati

mengguakan tulisan dekoratif, mulai menggunakan bakat kreatif dan artistik,

menggunakan model kompleks mobil dan pesawat dan membuat kerajinan tangan

yang rumit. Belajar memainkan instrumen musik dan menjadi ahli dalam merawat

kawat gigi dan alat lain.

b. Keterampilan Motorik Kasar

Usia (6-7 tahun) mempertahankan gerak spontan, bergerak lebih hati-hati

pada usia 7 tahun daripada usia 6 tahu. Melompat dan meloncat ke dalam kotak

kecil.Belajar bermain roller skate, lompat tali, mengendarai sepeda dan berenang.

Usia (8-9 tahun) dapat menangkap dan melemparkan sejauh 70 kaki, dan

memukul bola kasti. Melakukan loncat ritmik dengan pola 2-2, 2-3 atau 3-3.

Melakukan bermacam-macam gaya lompat tali disertai menyanyikan lagu atau

ucapan lain. Usia (11-12 tahun) dapat melakukan lompat jauh sejauh 1,5 meter

dan melakukan lompat tinggi berdiri sejauh 90 cm. Melakukan permainan yang

melibatkan penggunaan dua atau lebih keterampilan motorik kompleks seperti

(32)

c. Personal hygiene

Anak usia (6-7 tahun) sudah bisa mandi tanpa pengawasan dan sering

kembali menggunakan tangan saat makan. Mereka juga belajar menyikat dan

menyisir rambut dengan model yang biasa tanpa bantuan dan memakai baju,

tetapi membutuhkan bantuan pada bagian bawah kemeja, ikat pinggang dan

penyesuaian terakhir. Usia (8-9 tahun) sudah belajar membersihkan kamar mandi

setelah mandi dan menikmati membuat makanan ringan dan menyusun makan

sendiri. Anak juga belajar mengatur rambut dan menyisipkan pita rambut dan

hiasan lain, memakai baju sendiri dengan lengkap dan dapat membantu

saudaranya yang lebih kecil untuk berpakaian, dan dapat merapikan tempat tidur

sendiri. Usia (11-12 tahun) anak sudah bisa membersihkan debu, membersihkan

degan vakum dan membereskan ruangan sendiri, belajar memasak makanan siap

saji yang sederhana, mencuci, mengeringkan, mengeritingkan dan mengucir

rambutnya sendiri. Belajar memilih, mencuci, mengeringkan dan menyetrika

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pengaruh SPIP pada kualitas LK (laporan keuangan) Pemkot Bogor dikarenakan SPIP yang diimplementasikan dengan efektif dan juga diterapkan oleh pimpinan hingga

Studi literatur merupakan prosedur untuk mendapatkan literatur / artikel tentang filtering firewall dengan IP Table, kemudian Mempelajari Sistem jaringan yang

Siswa SMK PGRI 3 Salatiga membenarkan bahwa metode project based learning dan problem based learning sama-sama dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Sesuai

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit, yaitu hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

kehidupan manusia dalam berfikir dan berperilaku sebagai penduduk Indonesia 1.3  Mengsyukuri. karunia dan rahmat Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkunganya

Hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah sakit, yaitu hak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat

Negara Maju di Dunia TEMA II PERKEMBANGAN MASYARAKAT 12 JP INDONESIA. MENUJU

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang