• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI HUKUM PIDANA PENGERTIAN ASAS DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERI HUKUM PIDANA PENGERTIAN ASAS DAN"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN KULIAH HUKUM

PIDANA

PENGANTAR DAN PENGERTIAN

HUKUM PIDANA

OLEH : AIRI SAFRIJAL,

S.H.,M.H.

(2)

ISTILAH, RUANG

LINGKUP DAN

PENGERTIAN

Istilah hkm pid mrpkan trjmhan dr bhsa

Belanda “Strafrecht”. Straf brti pidana, recht brti hukum. Straf sndri scra harfiah brti hukuman. Jk digbungkan keduanya akn brti hukum hukuman. Istilah dmkian dianggap tdk lazim mnrut tata bahasa, mk istilah “hukum hukuman” itu diganti dg hukum pidana.

Hukum pidana dapat dibagi:

1. Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)

(3)

1. Hkm pid objektif adl sjmlah prtran yg mngndung lrngan2 dan khrusan2 dimna thdp plnggaran2 diancam dg hukuman.

Hkm pid objektif ini dibgi ke dlm hkm pid materil dan hkm pid formil. Hkm pid materil adl hkm yg mntkan ttg :

Prbtan2 yg dpt dipidana;

Siapakah yg dpt dipidana, atau siapakah

yg dpt dipertanggungjawabkan; dan

Jnis hkman apakah yg dpt dijtuhkan kpd

(4)

2. Hukum Pidana Subjektif (Ius Poeniendi) adl atran hkm yg mntkan hak negara utk memidana atau mnjtuhkan pid kpd seseorang, yaitu:

Hak utk mngncam prbtan2 dg pid, hak ini

brda pd pmbuat UU.

Hak utk mnjtuhkan pid, hak ini brda di

tangan hakim, utk menghukum org yg terbukti bersalah.

Hak utk mlksnakan pid, hak ini trltak

(5)

TUJUAN HUKUM PIDANA

Tujuan hkm pid mnrut Wirjono Projodikoro adl utk mmnuhi rasa keadilan. Tujuan hkm pid adl sbg :

Utk menakut-nakuti org jngn smpai mlkkan

kjhtan, baik scra menakut-nakuti org bnyk (generale preventie) maupun menakut-nakuti org tttu yg sdh mlkkan kjhtan agar dikmdian hr tdk mlkkan kjhtan lagi (speciale preventie).

Utk mendidik atau mprbaiki org2 yg sdh

(6)

FUNGSI HUKUM PIDANA

Scra umum hkm pid berfungsi utk mngtur dan mnylggrakan khdpan masy agar dpt terciptanya dan terpeliharanya kttiban umum. Dan Scra khusus sbg bgian hkm publik, hkm pid berfungsi utk :

Mlndungi kpntingan hkm dr prbtan atau prbtan2 yg

mnyerang atau mmprkosa kpntingan hkm tsb;

Mmberi dsar legitimasi bg ngra dlm rngka ngra

mnjlankan fungsi prlindungan ats brbgai kpntingan hkm; dan

Mngatur dan mbtasi kekuasaan ngra dlm rngka ngra

(7)

Lnjtan....,

Kpntingan hkm yg wjib

dilindungi itu ada 3 macam,

yaitu :

Kpntingan hkm per-orangan

(

individule belangen

);

Kpntingan hkm masy (

sosiale

belangen

); dan

Kpntingan hkm negara

(8)

ASAS LEGALITAS

(9)

ASAS LEGALITAS=Pasal 1

KUHP

(1) Tiada suatu perbuatan dapat

dipidana,

kecuali

berdasarkan

kekuatan

ketentuan

perundang-undangan pidana yang telah ada

sebelumnya.

(10)

Asas-asas dalam

Pasal 1 ayat (1 ) KUHP

1. Asas Legalitas

2. Asas Larangan berlaku surut 3. Asas Larangan

(11)

ASAS LARANGAN BERLAKU

SURUT

Undang-undang pidana berjalan

ke depan dan tidak ke belakang :

(12)

Larangan berlaku surut (dan pengecualiannya) dalam berbagai ketentuan

Nasional

Ps 28i UUD 1945

Ps 18 (2) dan Ps 18 (3) UU No. 39 Tahun 1999 Ps 43 UU No. 26 Tahun 2000

Perpu 1/2002 & 2/2002  UU 15/2003 ; UU

16/2003

Internasional

(13)

RUANG LINGKUP BERLAKUNYA

HUKUM PIDANA

1. Asas Teritorialitas (Teritorialiteit beginsel)

Ktntuan asas ini dicntumkan dlm Pasal 2 yg mnytakan bhw “Ktntuan pid dlm uu Indo brlku bg setiap org yg di dlm wlyah Indo mlkkan tindak pidana”. (lht Psl 3 KUHP yg mmprluas pngrtian brlkunya hkm Pidana Indo)

2. Asas Nasionalitas Aktif (actief nationaliteit beginsel)

(14)

Lnjtan....,

bg wrga ngra yg mlkkan tindak pidana

(15)

3. Asas Nasionalitas Pasif (pasief nasionaliteit beginsel)

(16)

4. Asas universalitas

(

universaliteit beginsel

)

(17)

Pengertian Hukum Pidana

(1)

Prof. Moeljatno

Hkm Pid adl bgian dr kslruhan hkm yg

brlku di suatu negara, yg mngdakan dsar2 dan aturan untuk :

1) mnntukan prbtan2 mna yg tdk blh

dilkkan, yg dilarang, dg disertai ancaman atau sanksi brpa pid tttu bgi barang siapa mlnggar lrngan tsb;  Criminal Act.

2) mnntukan kpn dan dlm hal2 apa kpd mrk yg tlh mlnggar lrngan2 itu dpt

diknakan atau dijatuhi pid sbgmna yg tlh diancamkan ;  Criminal Liability/Criminal Responsibility.

(18)

3) mnntukan dg cra bgmna pengenaan pid itu dpt dilksnkan apbla ada org yg disngka tlh mlnggar

lrngan tsb.  Criminal Procedure/ Hukum Acara Pidana

Pengertian Hukum Pidana (2)

Prof. Pompe

Hkm Pid adl smua atran2 hkm yg mntukan

(19)

Pengertian Hukum Pidana

(3)

Prof. Simons

Hkm Pid adl ksmuanya prntah2

(20)

Pengertian Hukum Pidana

(4)

Prof. Van Hamel

Hkm Pid adl smua dsar2 dan

atran2 yg dianut olh suatu ngra

dlm mnylggrakan ktrtiban hkm

(rechtsorde) yaitu dg mlrang apa

yg btntangan dg hkm dan

mngenakan suatu nestapa kpd yg

mlnggar lrngan2 tsb.

Pembagian Hukum Pidana

Hukum Pidana Materiil (Hukum

Pidana)

Hukum Pidana Formil (Hukum

(21)

Ilmu Hukum Pidana & Ilmu-ilmu

lainnya

Kriminologi :

0byek studinya

-->

kejahatan, penjahat, reaksi masyarakat terhadap kejahatan & penjahat

Kriminalistik : mmpljri kjhtan.

Ilmu Forensik : ilmu pnylidikan.

Psikiatri Kehakiman : mmpljri

jiwa.

Sosiologi Hukum : mpljri

(22)

KUHP dan Sejarahnya

-KUHP tahun 1915

(23)

Jaman Hindia Belanda

Dualisme dlm H. Pidana

1. Ptsan Raja Belanda 10/2/1866 (S.1866 no.55) --> Org Eropa

2. Ordonnantie 6 Mei 1872 (S.1872) --> Org Indo&Timur Asing

Unifikasi :

Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch - Indie

- Ptsan Raja Belanda 15/10/1915 Berlaku 1/1/1918 disrtai

(24)

Jaman Jepang

WvSI masih berlaku Osamu Serei (UU) No.

1 Tahun 1942, berlaku 7/3/1942

H. Pidana formil yang

(25)

Jaman Kemerdekaan

(1)

UUD 1945 Ps. II

Aturan Peralihan Segala Badan

Negara dan

Peraturan yang ada masih berlaku

selama belum

(26)

Jaman Kemerdekaan

(2)

UU No. 1 Tahun 1946 : Penegasan

tentang Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia

Berlaku di Jawa-Madura (26/2/1946) PP No. 8 Tahun 1946 : Berlaku di

Sumatera

UU No. 73 Tahun 1958 : “

Undang-undang tentang menyatakan

berlakunya UU No. 1 Tahun 1946

(27)

SUMBER-SUMBER HUKUM PIDANA DI

INDONESIA

KUHP (beserta UU

yang merubah & menambahnya)

UU Pidana di luar

KUHP

Ketentuan Pidana

dalam Peraturan

(28)

KUHP

Buku I : Ketentuan Umum (ps 1 – ps 103)

Pasal 103  Ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII buku I

juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan

perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain

Buku II : Kejahatan (ps 104 – 488)

(29)

Beberapa UU yang merubah & menambah KUHP

UU No.1/1946 : brlkunya KUHP, prbhan

bbrpa istilah, pnghpusan bbrpa pasal, pnmbahan pasal-pasal baru : Bab IX - XVI

UU No. 20/1946 : tmbhan jnis pid Ps 10 a

KUHP --> pidana Tutupan

UU drt No. 8/1955 : menghapus Ps 527

UU No. 73/1958 : mnytakan UU No.

1/1946 brlku di slruh Indo, tmbhan Ps 52a, 142a, 154a

UU drt No. 1/1960 : mnmbah ancaman pid

(30)

Beberapa UU yang merubah &

menambah KUHP

Perpu No. 16/1960 : pnmbahan nilai

thdp bbrpa kjhtan ringan : Ps 364, 373, 379, 384, 407 (1)

Perpu No. 18/1960 : pid denda

dilipatgandakan 15 X

UU No. 1/PNPS/1965 : tmbhan Ps 156

a

UU No. 7/1974 : tmbhan sanksi utk

judi Ps 303 mjd 10 jta& denda 25 juta, Ps 542 (1) mjd Kjhtan, Ps 303 bis pid mjd 4 thn, denda 10 juta.

UU No. 4/1976 prbhan dan pnmbahan

ttg Kjhtan pnrbangan : Ps 3, Ps 4

angka 4, Ps 95a, 95b,95c, Bab XXIX A.

UU No. 20/2001 : mnghapus pasal2 ttg

(31)

UU Pidana di luar KUHP

UU Anti Subversi, UU No.

11/PNPS/1963 (Sdh dihapus)

UU Pmbrntasan T.P. Korupsi, UU

No. 20/2001 jo UU No. 31/1999

UU Tindak Pid Ekonomi, UU No.

7/drt/1955

Perpu 1/2002  UU 15/2003 Anti

Terorisme

(32)

Contoh UU non pidana yang memuat sanksi pidana

UU Lingkungan

UU Pers

UU Pendidikan Nasional

UU Perbankan

UU Pajak

UU Partai Politik

UU pemilu

UU Merek

UU Kepabeanan

(33)

PERBUATAN PIDANA

 Prbtan pidana mrpkan prbtan yg dilrang olh suatu

atran hkm lrngan yg diatur dlm hkm pidana.

 Moeljatno yg mngutip pndpt Simons mnrangkan

bhw strafbaar feit adl kelakuan (handeling) yg diancam dg pidana, yg brsfat mlwan hkm, yg brhubngan dg kslahan&yg dilkkan olh org yg mmpu bertanggungjawab.

 Ketut Wirawan mngtakan bhw Prbtan pidana sring

(34)

Lnjtan....,

Suatu peristiwa hukum yg dpt dinytkan sbg peristiwa pidana kalau mmnuhi unsur obyektif dan unsur subyektif :

unsur obyektif, yaitu adanya suatu tindakan

(perbuatan) yg brtntangan dg hkm atau  prbtan yg dilrang olh hkm dg ancaman pidananya.

unsur subyektif, yaitu adanya prbtan

(35)

Lnjtan....,

Syarat yg hrs dipnhi (sbg unsur obyektif dan subyektif yang dipersyaratkan) dlm suatu peristiwa pidana ialah:

Hrs ada prbtan org atau bbrpa org;

Prbtan itu hrs brttangan dg hukum;

Prbtan itu hrs sesuai dg apa yg dsbtkan dlm

ktntuan hukum;

Hrs trbkti ada kesalahan yg dpt diprtnggung

jawabkan; dan

Hrs trsdia ancaman hkman thdp prbtan yg

(36)

UNSUR2 TINDAK PIDANA

Unsur-Unsur Tindak Pidana Mnrut Bbrpa Teoritisi

Menurut

Moeljatno

, unsur-unsur

tindak pidana adalah :

a. Perbuatan;

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum)

c. Ancaman pidana (bagi yang

(37)

Teori2 ttg Faktor Pnybab

Trjdinya Tindak Pidana

PENGERTIAN KAUSALITAS

Tiap2 prstwa psti ada sbabnya tdk

mngkin tjd bgt sja, dpt jga suatu prstwa mnmbulkan prstwa yg lain. Disamping hal tsb diatas dpt jga tjd satu prstwa

sbg akibat stu prstwa atau bbrpa prstwa yg lain. Mslh sebab&akibat tsb dsb dg nama causalitas, yg brsal dri kata

causa”  yg artinya adl sebab.

Hal sebab-akibat

(38)

lnjtan....,

Yg mjd fkus prhtian ahli hkm pid (bkn makna di atas), ttpi makna yg dpt dilekatkan pd pngrtian kausalitas agr mrk dpt mnjwb persoalan siapa yg dpt dimintai pertanggungjawaban atas suatu

akibat tertentu

Manfaat Ajaran Causaliteit :

 Dpt mbntu pra hkim utk dpt lbh cermat dlm

mnjtuhkan ptsan. Krn dlm prsdangan pastinya tjd argumentasi antra pnntut umum dg penasihat

(39)

Kapankah diperlukan ajaran Kausalitas ? Ilmu hkm pid mngnal bbrp dlik yg pting

dlm hal kausalitas yaitu:

1. DELIK FORMIL

Delik formil adl delik yg tlh dianggap pnuh dg dilkkannya suatu pbuatan yg dilrang&diancam dg suatu hukuman. Delik formal ini yg prmusannya menitikberatkan pd prbuatan yg dilrang&diancam pid oleh uu. (rumusan dari perbuatannya jelas)

(40)

2. DELIK MATERIIL

delik materiil adl delik yg tlah dianggap slsai dg ditmbulkannya akibat yg dilrang&diancam dg hkman&uu. delik ini yg prmsannya mntikbratkan pd akbt yg dilrang&diancam pid olh uu. (rumusan dari akibat perbuatan).

Misal : Pasal 338 KUHP : yg dilrang dlm delik ini adl mnybbkan matinya orang lain. Atau Pasal 351 KUHP : yg dilrang dlm delik ini adl mnmbulkan sakit atau luka pd orang lain.

Jd dlm Delik formal prbuatan itulah yg

(41)

Delik yg terkualifikasi/dikwalifisir

:

tndak pid yg krn situasi&kondisi

khusus yg brkaitan dg plksnaan

tndkan yg brsngktan/krn akibat2

khusus yg dimnculkannya, diancam

dg sanksi pid yg lbh brat ktmbang

sanksi yg diancamkan pd delik pokok

tsb.

(42)

Ajaran Kausalitas

Conditio Sine Qua

Non/Ekuivalensi dan

bedingungtheorie (Von Buri)

Teori-teori Individualisasi / Causa

Proxima : Birkmeyer , G.E.

Mulder

Teori-teori menggeneralisasi :

teori Adekuat (Von Kries, Simons,

Pompe, Rumelink)

(43)

Ajaran Conditio Sine Qua Non=

dri Van Buri

Smua faktor yaitu smua syarat,

yg trut srt mnybbkan suatu

akibat&yg tdk dpt dihlngkan dri

rngkaian faktor2 ybs. Harus

dianggap causa (sebab) akibat

itu.

Smua syarat nilainya sama

(ekuivalensi)

Ada bbrpa sebab

(44)

Teori-teori Individualisasi / Causa

Proxima

Birkmeyer :

Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua Non . Di dalam rangkaian

syarat-syarat yang tidak dapat

dihilangkan untuk timbulnya akibat, lalu dicari syarat manakah yang dalam

keadaan tertentu itu, yang paling banyak membantu untuk terjadinya akibat.

G.E Mulder :

Sebab adalah syarat yang paling dekat

(45)

Teori-teori

menggeneralisasi

Von Bar : teori ini tdk mnyoal tndkan mna atau

kjdian mna yg in concreto mmbrikan pngruh (fisik/psikis) pling mnntkan. Yg diprsoalkan adl apkah stu syrat yg scra umum dpt dipndng

mngkibtkan tjdinya prstiwa spti yg brsngktan mngkin ditmkan dlm rngkaian kausalitas yg ada.

Rumelink (Teori Adequat Objectif) :

Faktor yg ditnjau dr sdut objektif, hrs (perlu) ada utk tjdinya akibat. Ihwal probabilitas tda

bdsarkan pd apa yg dikthui/mngkin dikthui pd wkt mlkkan tndkannya, mlainkan pd fakta yg

(46)

lanjutan

Von Kries

(Teori Adequat

Subjectif) : Sebab adl kslrhan

faktor positif &negatif yg tdk dpt

diksmpingkan tnpa skligus

mniadakan akibat. Sebab =

syarat-syarat yg dlm

situasi&kondisi ttntu mmlki

kcndrungan utk mmnculkan

akibat ttntu, biasanya mmnculkan

akibat itu, atau scra objectif

(47)

Teori Relevansi

Langemeijer

Teori ini ingin menerapkan ajaran

von Buri dengan memilih satu

atau lebih sebab dari sekian yang

mungkin ada, yang dipilih

sebab-sebab yang relevan saja , yakni

yang kiranya dimaksudkan

(48)

STELSEL PIDANA

Jenis-jenis pidana dapat

dilihat dalam stelsel

pidana yang diatur

dalam Pasal 10 KUHP,

yaitu:

1.

Pidana pokok

(49)

1. Jenis Hukuman Pokok :

Pidana mati;

Pidana penjara;

Pidana kurungan;

Pidana Denda; dan

Pidana Tutupan.

2. Jenis Hukuman Tambahan :

Pencabutan hak-hak tertentu;

Perampasan barang-barang tertentu;

(50)

A. JENIS-JENIS HUKUMAN MATI : a.1. Pidana Mati 

Pid mati adl pid yg trbrat dr smua pid yg dicntmkan thdp brbgai kjhtan yg sngt brat, mslnya pmbnuhan brncna (Psl 340 KUHP), pncrian dg kkrasan (Psl 365 ayat (4), pmbrontakan yg diatur dlm Psl 124 KUHP.

a.2. Pidana Penjara 

Pid adl pid yg mbtasi kmrdekaan /kbbasan ssorg, yaitu brpa hkman pnjara dan krungan. Hkman

(51)

a.3. Pidana Kurungan 

Pid kurungan adl pid lbih ringan dr pid pnjara. Lbih ringan antara lain, dlm hal mlkkan pkjaan yg diwjbkan dan kebolehan mbwa peralatan yg dibtuhkan trhkum shri-hri, mis : tmp tdr, slmut, dll. Lmanya pid krngan skrang2nya satu hari dan paling lama satu tahun, (lht  Psl 18 KUHP).  

a.4. Pidana Denda 

(52)

Sejarah singkat lhirnya pid tutupan dlm KUHP. a.5. Pidana Tutupan (Muncul dari Peristiwa 3 Juli

1946)

Sbgmna dikthui, pid tutupan sbg slh satu jenis pid pokok blm diknal dlm Wetboek Van Strafrecht voor Nederlandsch Indie (WvSNI) yg dibrlkkan di Belanda sejak 1 Januari 1918. Pid tutupan br diadakan pd tgl 30 Oktober 1946 brdsarkan UU No. 20 Tahun 1946 ttg pnmbahan jnis hkman pokok dg hkman tutupan. Dlm pnjlsan UU No. 20 Tahun 1946 antara lain disebutkan :

(53)

Lnjtan....,

Sjrah singkat ttg Peristiwa 3 Juli 1946, yaitu mrpkan

(54)

Lnjtan....,

a.5. Pidana Tutupan

Pid tutupan adl pid yg disediakan bg para politisi yg mlkkan kjhtan yg disbbkan olh ideologi yg dianutnya. Ttpi dlm praktek peradilan dewasa ini tdk prnh ktntuan tsb di terapkan.

Pid tutupan dimksud dpt mnggntikan

(55)

B. JENIS-JENIS HUKUMAN TAMBAHAN 1. Pencabutan hak-hak tertentu

  Hal ini diatur dlm Psl 35 KUHP yg brbnyi :  (1) Hak si brslah, yg blh dicbut dlm ptsan hakim dlm hal yg ditntkan dlm KUHP/UU umum lainnya, ialah :  1. Mnjbat sgla jbtan/jbtan tertentu;

2. Masuk balai tentara;

3. Mmlih dan blh dipilih pd pmlihan yg dilkkan krn UU umum;  4. Mjd penasehat/wali, atau wali pengawas atau pengampu atau pengampu pengawas atas org lain yg bkn ankanya sendiri; 

5. Kekuasaan bapak, perwalian, dan pengampuan atas anaknya sendiri; 

6. Melakukan pekerjaan tertentu; 

(2) Hakim berkuasa memecat seorang pegawai negeri dari jabatannya apabila dalam undang-undang umum ada ditunjuk pembesar lain yang semata-mata berkuasa melakukan pemecatan itu.

(56)

2. Perampasan Barang Tertentu 

Krn suatu ptsan prkara mngnai diri trpdna, mk brang yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan atau brang mlik trpdna yg dirampas itu adl brang hsl kjhtan/brang mlik trpdna yg dignkan utk mlksnkan kjhtannya, (lht Psl 39 KUHP ).

3. Pengumuman Putusan Hakim

(57)

PIDANA BERSYARAT

Pengertian Pidana Bersyarat

Istilah pidana bersyarat diknal olh masy Ind dg istilah hkman janggelan/hkman percobaan. Dlm Kamus Umum Inggris-Indonesia istilah probation

(58)

PELEPASAN BERSYARAT

Pengertian Pelepasan Bersyarat

pmbbasan bersyarat adl proses pmbnaan

narapidana di luar Lembaga Pemasyarakatan. (dsr hkmnya Psl 15 dan Psl 16 KUHP srt Psl 14, 22, dan Pasa1 29 UU No. 12 Thn 1995 ttg

Pemasyarakatan. Pmbbsan bersyarat dpt dibrkan jk sdh :

1. telah menjalani 2/3 lama pidana,minimal 9 bulan;

2. syarat umum : tidak mengulangi tindak pidana dan perbuatan lainyang tidak baik;dan

(59)

pembebasan bersyarat bertujuan :

1. mmbngkitkan motivasi/drongan pd dri

Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan kearah pencapaian tujuan pembinaan;

2. mberi ksmptan bg Narapidana dan Anak

Didik Pemasyarakatan utk pnddkan dan ketrampilan gna mprsiapkan dri hdp mndiri di tngah masy stlah bbas mnjlani pidana;dan

3. mndorong masy utk berperanserta secara

(60)

Persyaratan dalam pembebasan Bersyarat :

a. Persyaratan substantif 

• tlh mnjukan ksdaran&pnysalan ats kslhan yg mnybbkan dijatuhi pidana;

(61)

Persyaratan administratif

• salinan putusan pengadilan (ekstrak vania);

• surat ktrngan asli dr Kejaksaan bhw narapidana yg brsngktan tdk mpnyai prkra dg tindak pid lainnya;

• lpran pnltian kemasyarakatan (Litmas) dr BAPAS ttg phk keluarga yg akn mnrima narapidana, keadaan masy sktarnya dan pihak lain yg ada hbngannya dg narapidana;

• Surat ktrangan kshtan dr psikolog/dr dokter bhw narapidana sht baik jasmani maupun jiwanya, dll.

• bagi Narapidana atau Anak Pidana Warga Negara Asing diperlukan syarat tambahan :

- surat ktrngan snggup mnjmin Kedutaan Besar/Konsulat Negara org asing yg brsngktan;

(62)

TEORI PEMIDANAAN DAN

PENANGGULANGANNYA

TEORI PEMIDANAAN

(63)

Van Hamel sprti yg dikutip olh Lamintang yg

dimaksud dg pemidanaan yaitu :

Pemidanaan adalah suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh

kekuasaan yang berwenang untuk

menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai penanggung jawab dari ketertiban hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh negara.

Edwin Sutherland yg dikutip Soedjono D,

(64)

1. Hukuman dijtuhkan dg dasar hrs

mnjukkan dan mndukung

prbtan/tndakan mprthankan tatib dlm masy;

2. Hukuman hrs dpt mncegah tjdinya

prbtan2 yg dpt mnimbulkan kekacauan;

3. Negara hrs mprthankan tatib masy

yg ada;dan

4. Negara hrs mprthankan ketentraman

(65)

Dlm hbngannya dg pemidanaan dikenal 3 teori yaitu:

1. Teori absolut atau teori pembalasan; 2. eori relatif atau teori tujuan;dan

3. Teori gabungan.

Ad. 1. Teori absolut atau teori pembalasan

Mnrut teori ini, stiap kjhtan hrs diikuti dg pid, tdk blh tdk, tnpa twar-mnwar. Seorang dpt di pid krn tlh mlkkan kjhtan. Kgtan pembalasan, atau dsb jg sbg vergelding yg mnrut bnyk org dijlskan sbg alsan utk mempidana suatu

(66)

 Mnrut Adami Chazawi, tndkan pembalasan di

dlm hkm pid mpnyai dua arah yaitu:

Ditjukan kpd pnjhatnya (Subjektif dr pmblsan).

Ditjukan utk mmnuhi kepuasan dr prsaan

dndam di klngan masy (sudut objektif dr pembalasan).

Ad. 2. Teori Relatif atau teori tujuan.

(67)

 Adami Chazawi mngmkakan dua sifat

pncgahan teori tujuan ini, yaitu:

1. Pencegahan Umum

Teori ini brtjuan utk mnkuti org agr tdk

mlkkan kejahatan. Slain ditjukan utk plku jg ditjukan utk masy umum.

2. Pencegahan Khusus

Teori ini jg tjuan pmidanaan adl mncegah

(68)

Lnjtan....,

Tjuan yg hndak dicpai dr teori ini dg mnjtuhkan pidana, yg sifatnya ada tiga macam, yaitu:

1. menakuti si pelaku

2. memperbaiki si pelaku

3. membuat si pelaku tidak berdaya.

Ad. 3. Teori Gabungan (Verenigings-Theorien).

(69)

Lnjtan....,

Utrecht mmbagi teori gabungan dlm

tiga glngan, yaitu:

mnitikberatkan pmblasan ttpi mmbalas

tdk blh mlampaui btas (apa yg prlu) dan sdh ckp utk mprthankan masy;

mnitikberatkan prthanan tatib masy ttpi

tdk blh lbh berat dr pd suatu pdritaan yg beratnya ssuai dg beratnya prbtan;dan

menganggap kedua asas tsb hrs

(70)

PENANGGULANGAN KJHTAN

Pd dsarnya pnnggulangan kjhtan itu

ada dua cara, yaitu tindakan preventif dan tindakan represif.

1. Tindakan Preventif

Tindakan preventif yaitu suatu upaya utk mcgah agr ssorg tdk mkkan kjhtan tsb.

(71)

Pnnggulangan kjhtan scra preventif dpt dilkkan dg 2 cara yaitu:

a. Cara moralistik, dilkkan dg mnyebarluaskan ajran2 agama dan moral, prndang2an yg baik, sarana2 lain yg dpt mengekang nafsu ssorg utk berbuat jahat.

b. Cara aboliolistik, brsha mnnggulangi kjhtan dg mbrantas sebab-musababnya.

2. Tindakan Represif

(72)

Lnjtan....,

Tahap penyidikan oleh Polri.

Tahap pntutan dilkkan Jaksa sbg

PU.

Tahap pmriksaan di dpn sidang

pngdilan oleh hakim.

Tahap plksanaan ptsan pengadilan

(73)

 Terdapat bbrpa syarat yg prlu diprhtikan

olh pemerintahan agar pnnggulangan kjhtan dpt lbh brhsil. Syarat-syarat tsb adl :

Sistem organisasi Kepolisian yang baik; Pelaksanaan peradilan yang lebih efektif, Hukum yang berwibawa

Pengawasan dan pencegahan kejahatan

yang lebih terkoordinir,

Partisipasi masyarakat dalam

(74)

TUJUAN HUKUM PIDANA

Menurut para ahli tujuan hukum pidana adl :

Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO

PRODJODIKORO)

Melindungi masyarakat (social

defence) (TIRTA AMIDJAJA)

Melindungi kepentingan individu (HAM)

dan kepentingan masyarakat dengan negara (KANTER DAN SIANTURI)

(75)

TUJUAN PIDANA MENURUT LITERATUR INGGRIS

Reformation, yaitu mprbaiki/mrhabilitasi

pnjhat mjd org baik&brgna bg masy.

Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dr

masy shngga timbul rasa aman masy.

Retribution, yaitu pmblasan thdp plnggar

krn tlh mlkkan kjhtan.

Deterrence, yaitu menjera atau mencegah

shngga baik terdakwa sbg individual

maupun org lain yg potensi mjd pnjahat

(76)

KEPENTINGAN HUKUM YG WJB DILINDUNGI IADA TIGA MACAM

Kpntingan hukum perorangan (individuale

belangen) msalnya kpntingan hkm thdp hak hidup (nyawa), kpntingan hkm atas tubuh,

kpntingan hkm akan hak milik benda, kpntingan hkm thdp harga diri dan nama baik, kpntingan hkm thdp rasa susila, dsb.

Kpntingan hkm masyarakat (sociale of

maatschapppelijke belangen), msalnya kpntingan hkm thdp keamanan dan ketertiban umum,

ketertiban berlalu lintas di jalan raya, dsb.

Kpntingan hkm negara (staatsbelangen),

msalnya kpntingan hkm thdp keamanan dan kslmatan negara, kpntingan hkm thdp negara2 sahabat, kpntingan hkm thdp martabat kpla

(77)

DASAR-DASAR

PENIADAAN,

PEMBERATAN,

PERINGANAN, DAN

HAPUSNYA HAK

MENUN TUT DAN

(78)

Dasar2 Peniadaan

Pidana

Mnrut Adami Chazawi, dsar2 peniadaan atau

penghapusan pidana (strafuitslutingsgronden) di dlm KUHP dibedakan antara yg brsifat

umum dan khusus.

I. DSAR2 PENIADAAN/PNGHPUSAN PID SCRA UMUM

Tdk dipidananya ssorg ats plnggaran kttuan pid yg brsifat umum disbbkan tdk dpt

ditntutnya si pembuat

(vervolgingsuitslutingsgronden) krn alsan pemaaf dan dihapuskannya prbtan si

(79)

Bab III KUHP mnntukan tujuh alasan (dasar) yg mnybabkan tdk dpt

dipidananya si pembuat ini, ialah:

1. adanya ktdkmampuan brtnggungjwab si

pembuat, (Pasal 44 ayat (1) )

2. adanya daya paksa (overmacht, Pasal 48)

3. adanya pbelaan trpaksa (noodweer, Pasal 49

ayat (1) )

4. adanya pbelaan trpaksa yg mlmpaui batas

(noodweerexcess, Pasal 49 ayat (2))

5. krn sbb mjlankan perintah UU (Pasal 50)

6. krn mlksnakan printah jbtan yg sah (Pasal 51

ayat (1))

7. krn mnjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg

(80)

Dari tujuh alasan tsb di atas, kmdian dibagi mjd dua alasan, yaitu:

1. Alasan pemaaf (schulduitsluitingsgronden)

Alasan ini brsifat subjektif&melekat pd diri orgnya, khususnya mngnai sikap batin

sblm/pd saat akan berbuat. Alasan pemaaf ini terdiri dri :

ktdkmampuan bertanggung jawab;

pmbelaan trpaksa yg melampaui batas; dan

mjlankan prntah jbtan yg tdk sah dg i’tikad

(81)

2. Alasan pembenar

(rechtsvaardingingsgronden)

Alasan ini bersifat objektif&melekat pd prbuatannya/hal2 lain di luar batin si

pembuat. Alasan pembenar ini terdiri dari:

adanya daya paksa

adanya pembelaan terpaksa

sebab menjalankan perintah UU

sebab menjalankan perintah jabatan yang

sah

(82)
(83)

II. DASAR DIPERBERATNYA

PIDANA

Dasar Pemberatan Pidana

Umum

Undang-undang mengatur

tentang tiga dasar (alasan) yang

menyebabkan diperberatnya

pidana umum, ialah:

Ad. 1. karena jabatan

Ad. 2. karena menggunakan

bendera kebangsaan

(84)

Lnjtan....,

Ad. 1. Alasan karena Jabatan

Pemberatan karena jabatan ditentukan dalam Pasal 52 KUHP yang rumusan lengkapnya adalah: “Bilamana seorang pejabat karena melakukan tindak pidana melanaggar suatu kewajiban khusus dari jabatannya atau pada waktu melakukan tindak pidana memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diberikan

kepadanya karena jabatannya,

(85)

Dsar pmberat pid tsb dlm Pasal 52 ini trltak pd

keadaan jbtan dr kualitas si pembuat (pejabat atau pegawai negeri) mngnai empat hal ialah dlm mlkkan tindak pid dengan :

a. Mlnggar suatu kwjiban khusus dr jabatannya, contoh : Seorang polisi yg diprintah brtgas di Pos Keamanan sebuah Bank, mk dia dibbani tgs khusus, utk mnjga keamanan, keselamtan bank bsrta slruh org yg brhbungan dg bank tsb dimna dia brtgas. Akn ttpi kwjiban khusus tsb dpt pla dilnggarnya dg

mlkkan tindak pid yg justru mnyerang

kslmatan&keamanan bank itu. Msalnya dia

berkomplotan dg org lain utk mrampok bank tsb, dia mberi informasi dan mrancang kjhtan itu srt brlaku pasif utk mberi ksmpatan pd tman2nya dlm

(86)

b. Memakai kekuasaan jabatannya, Suatu jabatan publik disamping mmbeban kwjiban khusus dan kwjiban umum dr jbtannya, suatu kekuasaan yg mlkat&timbul dr jbtan yg dipangku. Kekuasaan ini jg dpt dislahgnakan pmangkunya utk mlkkan suatu kjhtan tttu yg bhubngan dg kekuasaan itu.

(87)

c. menggunakan kesempatan karena

jabatannya.

Pegawai

negeri

dlm

(88)

d. Menggunakan sarana yg dibrikan krn jabatannya. Seorang pegawai negeri dlm

mjlnkan kwjban&tgas jbtannya dibrikan sarana2 tttu dan sarana mna dpt dignakan utk mlkkan tindak pid tttu. Di sini dpt diartikan

mnylahgunakan sarana dr jbtannya utk mlkkan suatu tindak pid. Misalnya, seorang polisi yg

diberi hak menguasai senjata api, dan dg senjata api itu dia menembak mati musuh pribadi yg

(89)

Lnjtan....,

Ad. 2. Dasar Pemberatan Pidana dg Menggunakan Sarana Bendera

Kebangsaan

Mlkukan suatu tindak pidana dg

menggunakan sarana bendera kebangsaan dirumuskan dlm Pasal 52 a, KUHP yg bunyi lengkapnya adalah :

Bilamana pada waktu melakukan

(90)

Ad. 3. Dsar Pmbratan Pid krn

Pnglangan pid (Recidive). Mngnai pnglangan KUHP mngtur:

Pertama, mnybutkan dg mnglmpokkan

tindak2 pidana tttu dg syarat2 tttu yg dpt tjdi pnglangannya. Pengulangan hny trbtas pd tindak pid-tindak pid tttu yg disbtkan

dlm Pasal 486, 487, 488 KUHP; dan

Di luar klmpok kjhtan dlm Pasal 386, 387

dan 388 itu, KUHP jg mnntukan bbrpa tindak pid khusus tttu yg dpt tjdi

(91)

III. DASAR-DASAR DIPERINGANNYA

PIDANA BAGI PEMBUAT

1. Dasar-dasar yang Menyebabkan Diperingannya Pidana Umum

Menurut KUHP: Belum Berumur 16 Tahun. Diatur dlm Bab III Buku I KUHP ttg hal2 yg mnghapuskan, mengurangkan atau memberatkan pidana. Ttg hal yg memperingan pidana dimuat dalam Pasal 45, 46 dan 47. akn ttpi sejak brlkunya UU No. 3 Tahun 1997 ttg Pengadilan Anak, ketiga pasal itu tlh tdk berlaku lagi (Pasal 67). UU ini jg tlh dignti dg

(92)

2. Dsar2 yg Mnybabkan Diperingannya Pid Khusus

Disebagian tindak pid tttu, ada pla dicntumkan dasar peringanan tttu, yg hny brlaku khusus thdp tindak

pid yg disbtkan itu sja, dan tdk brlaku umum utk segala macam tindak pid. Dasar peringan pidana

khusus ini tersebar di dlm pasal-pasal KUHP. Contoh : tindak pid dlm bentuk pokok : pembunuhan (338),

penganiayaan (351 ayat 1), pencurian (362), penggelapan (372), penipuan (378). Pd bbrapa

(93)

HAL YANG MENYEBABKAN

HAPUSNYA HAK UNTUK

MENUNTUT DAN MENAJALANI

HUKUMAN

1.

Hapusnya Hak Negara untuk

Menuntut Pidana

(94)

Ne bis in idem (Pasal 76)

Meninggalnya si pembuat (Pasal 77)Lampau waktu atau kadaluarsa

(Pasal 78-80)

Penyelesaian di luar pengadilan,

yaitu dengan dibayarnya denda maksimum dan biaya-biaya bila

penuntutan telah dimulai (Pasal 82: bagi pelanggaran yang hanya

(95)

2. Hapusnya Hak Negara untuk Menjalankan Pidana/Hukuman

Mskipun suatu ptsan pmdanaan tlh mpnyai kktan hkm, ada dua hal yg mnybbkan hapusnya hak negara utk

mnjlnkan pid dlm KUHP. Pertama, diatur dlm Pasal 83 KUHP, krn mninggalnya si terpidana dan kedua, krn daluarsa

diatur dlm Pasal 84 KUHP. Sdngkan dsar hapusnya hak negara mnjlnkan pidana di luar KUHP adl grasi yg dibrikan olh

(96)

CONCURCUS/PERBARENGAN TINDAK PIDANA

Pengertian

Concursus atau perbarengan tindak pid ialah tjdinya dua atau lbih tindak pid

olh stu org di mna tindak pid yg dilkkan prtma kali blm dijtuhi pid, atau antara tindak pid yg awal dg tindak pid

brkutnya blm dibtasi olh suatu ptsan

hakim. Jdi concursus adL ssorg mlkkan bbrapa tindak pid dan di antara tindak pid tsb blm mpnyai ptsan hakim yg

(97)

Ilmu hukum pidana mengenal 3 (tiga) bentuk concursus /jg dsb 3 ajaran,

yaitu :

1. Concursus idealis (eendaadsche

samenloop); tjd apbla ssorg mlkkan satu prbtan&trnyata satu prbtan tsb mlnggar bbrpa ktntuan hkm pidana.

2. Concursus realis (meerdaadsche samenloop); tjd apbla ssorg skligus merealisasikan bbrpa prbtan.

3. Perbuatan lanjutan (voortgezette

(98)

1. Concursus Idealis. Diatur dlm Pasal 63 KUHP yg bunyinya sbb :

(1) Jka satu prbtan trmsuk dlm lbih

dr satu norma pid, yg dipkai hny slah stu dr norma pid itu; jka hkmannya berlainan, yg dipkai adl norma pid yg diancam pidananya yg trbrat.

(2) Jka bg suatu prbtan yg trmsuk dlm norma pid umum, ada suatu

(99)

Lnjtan....,

Bbrpa contoh dr pndpat

Hazewinkel-Suringa yg termuat dlm Psl 63 KUHP

:

◦Seorang guru berbuat cabul dengan muridnya yang masih di bawah umur. Kejadian tersebut melanggar tindak

pidana perlindungan terhadap anak dan salah menggunakan kekuasaan

◦Seseorang melakukan pemerkosaan di jalan umum. Kejadian tersebut

(100)

2. Concursus Realis. Diatur dlm Pasal 65, 66 dan 67 KUHP. Pasal 65 KUHP berbunyi :

◦Dlm hal gbngan bbrpa prbtan yg hrs dipndang sbg prbtan yg msing2 brdri sndri&mrpkan bbrpa kjhtan yg atasnya

ditntukan hkman pokok yg sjnis, mka satu hkman sj yg dijatuhkan (Psl 65 (1) KUHP).

◦Lama yg trtinggi dr hkman itu adl jmlh

(101)

3. Prbtan Lnjutan (Voortgezette

Handeling), diatur dlm Pasal 64 KUHP

yakni :

Dlm hal antara bbrpa prbtan, mskpun prbtan itu msing2 mrpkan kjhtan/plnggaran, ada

sdmikian hbngannya shngga hrs dipndang sbg satu prbtan yg brlanjut, mka hnylah satu atran hkm sja yg dibrlkukan, jka brlainan, mka

dipakai atran dg hkman pokok yg trberat.

Tirtaamidjaja mbri contoh prbtan brlanjut

tsb sbb : misalnya A hendak berzina dg seorang prmpuan B yg tlh bersuami ; A

(102)

Lnjtan....,

Para pakar pd umunya

berpendapat “perbuatan

berlanjut” sbgmna diatur dlm

Pasal 64 KUHP, terjadi apabila :

kejahatan atau pelanggaran

tersendiri itu adalah pelaksanaan

dari satu kehendak yang

terlarang;

kejahatan atau pelanggaran itu

sejenis; dan

tenggang waktu antara

(103)

SEKIAN

DAN

Referensi

Dokumen terkait

Digester biogas berbahan baku eceng gondok terbuat dari drum plastik berukuran 200 liter agar tahan terhadap kondisi asam dan tidak mengalami kobocoran untuk

Kelengkapan dokumen permohonan, dan bukti-bukti yang dapat menunjukkan, bahwa kerugian nyata-nyata dialami oleh korban, akibat suatu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya dukungan publik dan efisiensi program saja yang dapat menggambarkan pengaruh kinerja keuangan

Pemanfaatan dana Bantuan Siswa Miskin (BSM) digunakan untuk membeli pakaian sekolah (seragam sekolah) seperti seragam sekolah putih biru, dan pramuka. Dengan ada

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa pengembangan karir dan motivasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan kinerja.. Sedangkan

Kompetensi Dasar : Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memerhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan

ated with a more marked shift in the major lipid crystallization transition (peak a of Figures 1a and 2a ) and related to an higher level of lipid oxidation as for samples of G3

Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden,