35
Kharicmayanda, 2016
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.
Studi korelasional tidak dimaksudkan untuk memperoleh temuan
–
temuan deskriptif
tentang hubungan kausal antara dua atau lebih variable, namun berdasarkan temuan
–
temuan yang dihasilkan sekurang-kurangnya dalam memicu dilakukannya studi lain
untuk menguji adanya hubungan kausal itu.
Penggunaan studi korelasional dalam
riset perilaku dan social, yang menjadikan manusia sebagai sumber data,
dimaksudkan untuk menjawab masalah yang terkait dengan hubungan antara dua
variable atau lebih dalam situasi nyata yang sedang dihadapi (Ali, 2011, hlm. 202).
Studi korelasi memiliki manfaat dalam riset perilaku dan social. Manfaat
–
manfaat
itu adalah :
1.
Dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sejumlah besar variable
dalam satu studi
2.
Memberikan informasi tentang derajat hubungan antar variable riset (Singh,
dalam Ali, 2011)
Penulis menggunakan poin nomer dua dikarenakan dalam pelaksanaannya,
penulis akan melihat seberapa besar derajat hubungan antara pelatihan sepakbola
konvensional dan futsal terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreativitas
Kharicmayanda, 2016
Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian korelasional,
seperti gambar berikut :
Gambar 3.1
Desain Penelitian Deskriptif Korelasional
Keterangan :
X1
: Pelatihan sepakbola
X2
: pelatihan futsal
Y1
: Kemampuan berpikir kritis
Y2
: Kreativitas
X1Y1 : Hubungan antara pelatihan sepakbola dengan kemampuan berpikir
kritis
X1Y2 : Hubungan antara pelatihan sepakbola dengan kreativitas
X2Y1 : Hubungan antara pelatihan futsal dengan kemampuan berpikir kritis
X2Y2 : Hubungan antara pelatihan futsal dengan kreativitas
X1X2 Y2
Kharicmayanda, 2016
B.
Populasi dan Sampel
Sugiyono (2012, hlm. 117) mengemukakan bahwa
: “
populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
”
Nawawi (Riduwan, 2011, hlm. 10) memberikan pengertian
bahwa
: “
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung
ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan obyk yang lengkap.
”
Populasi bukan hanya orang, tapi juga obyek atau benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek
itu. Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi,
cara bergaul, kepemimpinannya dan lain
–
lain.
Dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti akan melakukan penelitian
dengan menggunakan populasi yaitu sekolah sepakbola dan klub futsal usia antara 15
tahun sampai 18 tahun yang ada di Kota Bandung.
C.
Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2012, hlm. 118) memberikan pengertian bahwa
: “
sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
”
Bila
populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan data, tenaga, waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Arikunto (Riduwan, 2011:11)
mengatakan bahwa
: “
sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti).
”
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Dalam
Kharicmayanda, 2016
Teknik pengambilan sampel atau tehnik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representative dari populasi. Pengambilan sampel ini
dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar
–
benar dapat
mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. (hlm.
11)
Dalam penelitian ini, peneliti dalam pengambilan sampel menggunakan
tehnik area sampling (
kluster sampling
). Seperti yang dikemukakan oleh Riduwan
(2011, hlm. 60) bahwa :
“
area sampling (
kluster sampling
) ialah tehnik sampling
yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang
ada.
”
Dengan melihat keadaan dan situasi saat ini yang berada dalam waktu
menjelang bulan suci ramadhan dan khususnya untuk para atlet yang masih terdaftar
sebagai siswa di sekolah menengah atas yang sedang melakukan ujian kenaikan
kelas, maka beberapa klub tidak melakukan latihan dan diliburkan oleh pihak klub.
Maka dari itu penulis hanya berhasil mendapatkan 10 SSB dan 5 Klub Futsal, yang
masing
–
masing dibagi menjadi 2 perwakilan untuk sepakbola dan 1 perwakilan
untuk futsal tiap wilayah di Bandung.
Gambar 3.2
Sekolah Sepakbola di Kota Bandung Menurut Letak Geografis Untuk Dijadikan
Sampel Penelitian
Bandung Utara
1. SSB Sinar Muda 2. SSB Kahuripan
Bandung Tengah
1. SSB Tunas Jaya 2. SSB Barky 96
Bandung Timur
1. SSB Nusa Raya 2. SSB Citra Raya Bandung Barat
1. SSB Bupa 2. SSB Puma
Bandung Selatan
Kharicmayanda, 2016
Gambar 3.3
Klub Futsal di Kota Bandung Menurut Letak Geografis Untuk Dijadikan Sampel
Penelitian
D.
Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan empat buah instrumen, diantaranya :
1.
Instrumen beban latihan yang ideal menurut PSSI (Scheunemann, 2012, hlm.
63-66) yang terdiri dari aspek fisik, teknik, taktik, dan mental
yang menjadi
pembanding dengan kuisioner yang diisi oleh pelatih .
2.
Instrumen evaluasi pelatihan melalui angket.
3.
Instrumen untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis atlet
sepakbola dan futsal.
4.
Instrumen untuk mengetahui kreativitas atlet sepakbola dan futsal.
1.
Instrumen Beban Latihan
Instrumen beban latihan dibuat berdasarkan kurikulum pembinaan usia muda
PSSI dan menjadi pembanding dengan program yang dibuat pelatih yang disesuaikan
Bandung UtaraAlba 15
Bandung Tengah
PRMI
Bandung Timur
5 VHS
Bandung BaratSonic
Bandung Selatan
Maestro
Kharicmayanda, 2016
dengan pengetahuan pelatih dalam melakukan proses pelatihan dengan mengisi
kolom jawaban dengan angka 0-5.
Tabel 3.1
Keterangan Pengisian Program Latihan
TINGKATAN
ARTI
0
Tidak dilakukan
1
Sangat rendah
2
Rendah
3
Sedang
4
Tinggi
5
Sangat tinggi
Tabel 3.2
Program Beban Latihan PSSI
NO ASPEK MATERI LATIHAN BEBAN LATIHAN
0 1 2 3 4 5
1
FISIK
Kekuatan daya tahan
2 Kekuatan eksplositas
3 Kekuatan maksimal
4 Kemampuan gerak tubuh
5 Kekuatan gerak tubuh
6 Tenaga otot tanpa O2 dengan laktat
(aerobic lactic)
7 Tenaga otot tanpa O2 tanpa laktat
(anaerobic lactic)
8 Reaksi
9 Akselerasi
10 Kecepatan maksimal
11 Mempertahankan kecepatan (speed
endurance)
12 Kecepatan berbagai arah (acylic
Kharicmayanda, 2016
13 Kelenturan dan mobilitas
14 Koordinasi dan keseimbangan
15 Kelincahan
16 Kemampuan gerak dasar (basic
motoric skills)
17 Tanggap dan waspada (awareness)
18
TEKNIK
Passing dan menerima umpan
19 Speed dribling
20 Membawa bola (dribbling)
21 Berbalik
22 Menembak (shooting)
23 Kontrol bola
24 Menyundul (heading)
25 Penyerangan 1 v 1
26 Melindungi bola
27 Menerima dan berputar
28 Umpan silang dan penyelesaian akhir
29 Pertahanan 1 v 1
30
TAKTIK
Prinsip - prinsip penyerangan
31 Penguasaan bola
32 Perpindahan (transisi)
33 Kombinasi permainan
34 Pergantian sisi serangan
35 Serangan balik
36 Bermain dari belakang
37 Penyelesaian akhir
38 Prinsip - prinsip pertahanan
39 Zona marking
40 Tekanan (pressing)
Kharicmayanda, 2016
42 Kepadatan pertahanan (compact)
43
MENTAL
Motivasi
44 Percaya diri
45 Kerjasama
46 Keputusan/determinasi
47 Jiwa kompetisi
48 Konsentrasi
49 Komitmen
50 Penguasaan diri
51 Komunikasi
52 Menghormati dan disiplin
2.
Instrumen Evaluasi Pelatihan
Angket evaluasi dibuat dengan disesuaikan dengan kurikulum pembinaan usia
muda PSSI, dengan memiliki 84 pernyataan yang akan diuji coba kepada para pelatih,
yang selanjutnya digunakan menjadi pernyataan yang valid dengan menggunakan
tingkatan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Nilai Pengisian Angket Evaluasi
TINGKATAN
SKOR +
SKOR -
SS (Sangat Setuju)
5
1
S (Setuju
4
2
TT (Tidak Tahu)
3
3
TS (Tidak Setuju)
2
4
STS (Sangat Tidak
Setuju)
Kharicmayanda, 2016
Setelah diuji coba, angket ini memiliki 21 pernyataan valid dengan
pertimbangan membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel dan memiliki
derajat kebebasan sebesar 0,05 dan memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0,93 dengan
menggunakan teknik ganjil-genap dengan rumus
korelasi product moment.
Adapun
kisi
–
kisinya seperti dibawah ini :
Tabel 3.4
Kisi
–
Kisi Evaluasi Pelatihan
NO KONSEP INDIKATOR PENJELASAN
PERNYATAAN
Lapangan paling tidak harus rata (berdebu tidak masalah asal rata). Jika di desa Anda hanya ada lapangan kecil, besar sesuai standar FIFA.
1. Lapangan yang digunakan rata 2. Lapangan
berukuran
1. Lapangan yang digunakan bergelom bang 2. Lapangan
disesuaika
2 Pengetahuan
Gizi
Orang tua, pelatih dan pemain memiliki pengetahuan akan gizi dan disiplin dalam mengkonsumsi
makanan dan minuman yang membantu perkembangan fisik pemain. Penuh Dari Orang Tua
Kegiatan anak harus diketahui dan direstui oleh orang tua masing-masing. Dukungan penuh tidak berarti tekanan. Biarkan pemain berkembang dengan nyaman; didukung tapi tidak kepada klub
Kharicmayanda, 2016
klub
4
Liga Dan Turnamen Yang Tertata Rapi
Liga dan turnamen SSB dalam lingkup PENGCAB (Pengurus Cabang) perlu dilaksanakan sesering mungkin. Agar tidak tergantung pada PENCAB, bentuklah sebuah asosiasi SSB di SSB daerah
72, 39 1. Klub ikut Pemain Atau Grup Yang Dibatasi
Peserta latihan yang terlalu banyak tidak efektif dan sulit untuk diawasi secara individu.
1. Peserta
Penting tersedia satu bola untuk setiap pemain.
Setiap atlet memiliki satu bola saat berlatih
11 Setiap tim memiliki satu bola saat berlatih
21
7 Cones
Sediakan cones
beragam warna guna efisiensi latihan.
Cones yang digunakan berwarna merah, kuning, hijau, biru
35 Cones latihan beragam warna harus tersedia guna efisiensi latihan.
Warna kostum latihan berbeda dengan kostum saat bertanding
30 Warna
Tersedia pula tangga koordinasi, 2-4 gawang kecil, beberapa barbel (2-5 kg), gawang-gawang pendek untuk rintangan serta tiang-tiang plastik.
Latihan menggunakan alat modifikasi
5 Alat bantu latihan sesuai dengan peraturan pertandingan FIFA
Kharicmayanda, 2016
Sering/banyak ikut pelatihan atau seminar lebih baik, mau belajar (melalui buku, internet, dll).
Memiliki semangat,
jeli dalam
melakukan
pembenaran pada pemain. 3. Instruksi langsung
berkualitas harus banyak, PSSI Pusat dan pengurus propinsi, mutlak perlu
mengadakan kursus-kursus dan seminar kepelatihan.
Pelatih yang tersedia terbagi menjadi pelatih utama, asisten pelatih, pelatih fisik, dan pelatih kiper
52 Semua
pelatih yang ada memiliki hak yang sama pada setiap anak
43
12 Teladan
Seorang pelatih mutlak harus menjadi teladan baik dalam perkataan dan tingkah laku : tidak suka omong kotor, tepat waktu, bisa menjaga emosi, tidak melakukan pencurian umur, dll.
1. Pelatih kepada atlet
71, 57 1. Pelatih terus menerus memberikan semangat dengan
perkataan dan bahasa tubuh yang positif.
Berbicara secara pribadi dengan atlet yang bermain buruk dan latihan tidak serius
48 Memarahi atlet yang bermain buruk atau latihan tidak serius
Perlu memahami
konsep “Student
athlete”; seorang
pemain adalah seorang murid sekolah, baru kemudian menjadi atlit.
Kharicmayanda, 2016
Dengan kata lain, sekolah harus diutamakan oleh pemain,
pelatih dan orang tua.
atletnya bisa latihan
Pelatih sangat bergantung kepada pemain. Pelatih harus bisa melihat potensi pemain misalnya dengan latihan atau pergantian posisi. Yang diperhatikan adalah : Teknik, Speed dengan bola, Speed tanpa bola, Visi, Penempatan posisi, Karakter atau Mental. Karakter perlu diperhatikan karena karakter adalah faktor penentu kesuksesan pemain itu sendiri
sekaligus berpengaruh pada kebersamaan tim.
1. Posisi
Kualitas pelatih sebagai pemimpin sangat berpengaruh pada respek pemain pada pelatih.
Sebagai sorang pemimpin pelatih harus :
1. Menjadi Contoh Hidup : Teladan dalam perkataan dan tingkah laku. 2. Mampu menjadi
Pengatur / Penengah
Kharicmayanda, 2016
kepedulian kepada para pemain, seperti masalah pendidikan atau kesehatan pemain. Jangan sekadar menuntut pemain berprestasi. Kenali dan selalu tunjukkan
kepedulian anda pada pemain. 4. Kompeten :
Memiliki
kemampuan yang memadai untuk duduk di dalam posisi pelatih. Maka perlu untuk terus menerus belajar menambah
pengetahuan, baik secara umum maupun dalam bidang kepelatihan. 5. Fair (sifat adil) :
Pelatih tidak pilih kasih kepada anak-anak didiknya, melihat potensi terbaik berdasarkan kemampuan, bukan pilih-pilih.
6. Konsisten : Tegakkan peraturan dan hukum. Pujilah pemain tanpa pandang bulu. Setali tiga uang dengan prinsip ini adalah kemampuan pelatih untuk selalu menegakkan peraturan tanpa berubah sejalan dengan waktu.
pelatihan
Buatlah program latihan yang :
1. Realistis : Sesuai kebutuhan saat pertandingan. 2. Variatif : Memiliki
kreativitas latihan yang beragam dan
Kharicmayanda, 2016
tidak membosankan. 3. Metodis : Memiliki metode latihan yang tertata rapi dan berjenjang; , bukan sembarangan membuat program latihan.
4. Mencakup semua aspek : Fisik, Teknik, Taktik,
Mental dan
Karakter.
5. Tematis : Memiliki tema atau tujuan yang dipersiapkan. Dari awal hingga akhir latihan, tema latihan terlihat jelas lewat variasi-variasi latihan yang dipilih. Membuat program yang tematis dikhususkan bagi usia 15 tahun ke atas dan dewasa.
6. Sesuai prinsip
“Benang Merah “ :
Masing-masing sesi latihan saling berkaitan, saling berhubungan antara latihan yang satu dan yang lainnya sehingga
menghasilkan keutuhan latihan yang baik.
7. Terencana (Tertulis)
: Untuk
dokumentasi dan supaya dapat dikoreksi dari waktu
ke waktu.
Merencanakan latihan anda bisa mengetahui
perlengkapan apa
saja yang
dibutuhkan sehingga latihan bisa berjalan dengan efektif.
agar tidak mental secara terstruktur latihan sesuai kelompok 7. Evaluasi
Kharicmayanda, 2016
18 Pengetahuan
Taktik
Selain masalah teknik, sepak bola juga sangat ditentukan oleh taktik. Pemahaman mendasar mengenai taktik yang wajib dimiliki oleh seorang pelatih adalah : 1. Taktik bertahan ;
Pengertian
permainan saat bertahan sebagai individu/grup/tim. 2. Taktik menyerang ;
Pengertian
permainan saat menyerang sebagai individu / grup/tim. 3. Situasi standar;
Lemparan ke dalam,
free kick, tendangan penjuru dan goal kick.
4. Taktik hari pertandingan; Penentuan tipe pemain dan formasi yang dipilih, pergantian pemain dan arahan spesifik latihan tim 2. Latihan latihan tim 3. Situasi set
dilatih dalam waktu yang
Kharicmayanda, 2016
3.
Instrumen Berpikir Kritis
Instrumen berpikir kritis menggunakan angket yang sudah baku yang diadopsi
dalam desertasi Bambang Abduljabar tahun 2009 tentang kemampuan berpikir kritis.
Tabel 3.5
Kisi
–
Kisi Angket Kemampuan Berpikir Kritis
(Abduljabar, 2009)
Definisi Konseptual Kemampuan Berfikir
Kritis
Definisi Operasional Kemampuan Berfikir
Kritis dalam Pendidikan Jasmani
Sub Komponen Kemampuan Berfikir
Kritis
Indikator
Ennis (1987) Reflective and
reasonable thinking that if focused on deciding what to believe or do.
Berfikir tingkat tinggi dalam menentukan apa dan bagaimana cara melakukan tugas melalui berfikir beralasan yang kontekstual dan bermakna
Kemampuan Inferece
1. Mencari relevansi 2. Menentukan
bukti 3. Menarik
Kesimpulan 4. Memperluas
Alternatif Beyer (1985)
The process of determining the authenticity, accuracy, and worth information or knowlage claim.
Kemampuan mengenali asumsi
1. Mengenali landasan logis 2. Melakukan
kategori 3. Mempertegas
Makna
4. Menguji gagasan
En.wikipedia.org./wilk i/critical_thinking Critical thinking is a mental proces of analyzing or evaluating information. Such information may be gathered from
observation, experience, reasoning, or
communication. Critical thinking has its basis intellectual values that go beyond subject matter divisions and include clarity, accurasy, precision, evidence, thoroughness and fairness.
Kemampuan Deduksi
Kemampuan Interpretasi
1. Mencari bukti 2. Menyatakan
kesimpulan 3. Menjustifikasi
prosedur 4. Menyajikan
argument
1. Melakukan kategorisasi 2. Menandai
signifikasi 3. Mempertegas
makna 4. Memposisikan
Kharicmayanda, 2016
Paul, Binker, Adamson Martin (1989) Berfikir kritis adalah seni berfikir tentang pikiran anda manakala anda berpikir untuk Kemampuan berpikir lebih baik, lebih jelas, lebih akurat. Dan lebih dapat dipertahankan.
Kemampuan Menilai Argumen
1. Mengenali argument 2. Menganalisis
argument 3. Menilai
argument 4. Menyatakan
pendapat
Angket berpikir kritis ini memiliki reliabilitas sebesar 0,6 dan terdapat 40 pertanyaan
dengan jawaban berupa isian tingkatan jawaban sebagai berikut :
Tabel 3.6
Nilai Pengisian Angket Berpikir Kritis
TINGKATAN
SKOR
B (benar)
5
MB (Mungkin Benar)
4
TCD (Tidak Cukup Data)
3
MS (Mungkin Salah)
2
Kharicmayanda, 2016
4.
Instrumen Kreativitas
Sama halnya dengan berpikir kritis, angket kreativitaspun diadopsi dari
desertasi Tite Juliantine tahun 2010 tentang kreativitas.
Tabel 3.7
Kisi
–
Kisi Angket Kreativitas
(Juliantine, 2010)
Variabel Sub Variabel Indicator Deskripsi Tingkah Laku Kreativitas Appitude (Utami
Munandar, 2004) ; (Winardi, 1991) ; Guilford (t.t) :
inspired kids, (April, 2007)
http://www.Ceriace rdas, (Desmita, 2007)
1. Fluiditas
(Kelancaran)
2. Fleksibilitas
(Keluwesan)
3. Orisinalitas
(Keaslian)
4. Elaborasi
(Kerincian)
5. Evaluasi
(Penilaian)
a. Mengajukan banyak pertanyaan
b. Memberikan banyak jawaban
c. Memiliki banyak gagasan
d. Lancer menyatakan gagasan
e. Bekerja lebih cepat dan banyak
f. Lebih cepat melihat kesalahan pada
situasi
a. Memberikan macam – macam
penafsiran terhadap suatu masalah
b. Menerapkan suatu konsep dengan cara
yang berbeda
a. Memikirkan hal – hal yang tidak
dipikirkan oleh orang lain
b. Memikirkan cara – cara baru
c. Memiliki cara berpikir yang berbeda
d. Mencari pendekatan baru
e. Bekerja menemukan/menyelesaikan
yang baru
a. Menyusun langkah penyelesaian
secara detail
b. Memperkaya gagasan orang lain
c. Memeiliki rasa keindahan yang tinggi
d. Melengkapi gambar – gambar yang
Kharicmayanda, 2016
a. Member pertimbangan
b. Menganalisis ,asalah dengan
pertanyaan mengapa
c. Selalu memiliki alas an yang kuat
d. Merancang suatu rencana kerja
e. Bertahan pada pendapat sendiri
Kreativitas Non-Appitude (Utami Munandar, 2004) ; (Winardi, 1 991) ; Guilford (t.t) : inspired kids, (April, 2007)
http://www.Ceriace rdas, (Desmita, 2007)
1. Rasa ingin
tahu
2. Imajinatif
3. Tertantang
oleh
kemajemuka
n
4. Berani
a. Mempertanyakan banyak hal
b. Senang mencoba atau membaca
c. Tidak butuh dorongan untuk mencoba
sesuatu yang baru
d. Tidak takut mencoba sesuatu yang
baru
e. Senang mengamati
f. Senang bereksperimen
a. Memikirkan hal – hal yang belum
pernah terjadi
b. Memikirkan bagaimana jika
melakukan sesuatu yang belum pernah
dilakukan orang lain
c. Meramalkan apa yang dikatakan oleh
orang lain
d. Memiliki firasat yang akan terjadi
e. Melihat hal – hal dalam suatu gambar
yang tidak dilihat orang lain
f. Membuat cerita tentang tempat –
tempat yang belum pernah dikunjungi
atau tentang kejadian – kejadian yang
belum pernah di alami
a. Menggunakan gagasan yang rumit
b. Melibatkan diri dalam tugas – tugas
yang majemuk
c. Tertantang oleh situasi yang tidak
dapat diramalkan keadaannya
Kharicmayanda, 2016
mengambil
resiko
5. Menghargai
orang lain
e. Tidak cenderung mencari jalan
gampang
f. Mencari terus – menerus agar berhasil
g. Mencari jawaban – jawaban yang
lebih sulit
h. Senang menjajagi jalan yang lebih
rumit
a. Berani memberikan gagasan yang
berbeda
b. Berani mengakui kesalahan
c. Berani menerima tugas yang sulit
d. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain
e. Melakukan hal yang diyakini
meskipun berbeda
f. Berani mencoba hal – hal yang baru
g. Berani mengakui kegagalan dan
berusaha lagi
a. Menghargai hak sendiri dan orang lain
b. Menghargai diri sendiri dan prestasi
sendiri
c. Menghargai keluarga, sekolah dan
teman – teman
d. Menghargai kebebasan yang
bertanggung jawab
e. Menghargai kesempatan yang
diberikan
Angket kreativitas ini memiliki reliabilitas sebesar 0,6 dan terdapat 70 pertanyaan
Kharicmayanda, 2016
Tabel 3.8
Nilai Pengisian Angket Kreativitas
TINGKATAN
SKOR +
SKOR -
SS (Sangat Setuju)
5
1
S (Setuju
4
2
TT (Tidak Tahu)
3
3
TS (Tidak Setuju)
2
4
STS (Sangat Tidak
Setuju)
1
5
E.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket penelitian. Penulis memilih
pelatih dan pemain sebagai sampel dalam pengumpulan data. Data yang terkumpul
berbentuk poin
–
poin statistik yang selanjutnya diolah untuk disimpulkan.
F.
Prosedur Pengambilan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, penulis merumuskan
langkah-langkah atau prosedur penelitian yang akan dilakukan diantaranya :
Atlet
Angket Berpikir Kritis
Angket Kreativitas Pelatih
Sepakbola
Angket Evaluasi Angket Beban
Latihan
Kharicmayanda, 2016
G.
Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis
Dalam pengolahan data, sesuai dengan banyaknya instrument yang
digunakan, terdapat banyak macam pula proses pengolahannya.
1.
Untuk menjawab rumusan masalah, penulis menggunakan rumus korelasi
pearson product moment
dengan langkah
–
langkah sebagai berikut :
a.
Menghubungkan antara pelatihan sepakbola konvensional dengan
kemampuan berpikir kritis atlet sepakbola konvensional.
b.
Menghubungkan antara pelatihan sepakbola konvensional dengan
kreativitas atlet sepakbola konvensional.
c.
Menghubungkan antara pelatihan futsal dengan kemampuan berpikir
kritis atlet futsal.
d.
Menghubungkan antara pelatihan futsal dengan kreativitas atlet futsal.
2.
Setelah dihitung akan didapat jumla r hitung yang memiliki criteria pada
tabel 3. 11
Atlet
Angket Berpikir Kritis
Angket Kreativitas Pelatih
Futsal
Angket Evaluasi Angket Beban
Latihan
Kharicmayanda, 2016
Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
(sumber : Abduljabar dan Sudrajat, 2010;230)
Adapun langkah
–
langkah dalam pengolahan dan analisis data korelasi
pearson
prudoct moment
yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya :
1.
Membandingkan X dan Y untuk mencari hubungan tes dengan rumus
korelasi
product moment
angka kasar.
r XY =
� ∑
− ∑ . ∑
√{�. ∑
2− ∑
2}. {�. ∑
2− ∑
2}
Keterangan :
r XY
= Koefisien korelasi
∑ �
= Jumlah skor item
∑ �
= Jumlah skor total (seluruh item)
n
= Jumlah responden
2.
Mencari signifikansi hubungan dengan rumus
� =
�√� −
√ − �²
3.
Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan dk 0,05.
4.
Mencari konstribusi antar variable dengan rumus
Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,80
–
1,000
0,60
–
0,799
0,40
–
0,599
0,20
–
0,399
0,00
–
0,199
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Kharicmayanda, 2016