• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Defibrilator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Defibrilator"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FISIKA DASAR II

GROUP

Aldo Oktasio, Bintang, Dieter, Muhammad Zaky,

Yoviandri Satrio Putra, 1306392241

DEFIBRILLATOR : SALAH SATU JEMBATAN MEDIS DAN FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan………...…………3

BAB II Pembahasan 1.1 Bab I – Kekuatan dan Keutamaan Karakter………...4

1.2 Bab II – Dasar-Dasar Filsafat……….…6

1.3 Bab III – Dasar-Dasar Logika………7

1.3.1 Logika………....7

1.3.2 Kategori……….7

1.3.3 Term, Definisi, Divisi………7

1.3.4 Kalimat, Pernyataan, Preposisi………..8

1.3.5 Penalaran………9

1.3.6 Argumen Deduktif………...…….10

1.3.7 Argumen Induktif……….…11

1.3.8 Sesat Pikir………12

1.3.9 Kesalahan Umum Dalam Penalaran Induktif………..……13

1.4 Bab IV – Dasar-Dasar Etika………14

1.4.1 Perbedaan Etika dan Moralitas………14

1.4.2 Klasifikasi Etika………...15

1.4.3 Realisme Etis dan Non-Realisme Etis……….16

1.4.4 Empat Jenis Pernyataan Etika………..16

1.4.5 Kegunaan Etika………17

BAB III Kesimpulan………...…………18

Lampiran Daftar Pustaka………...……..19

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu fisika dan ilmu biologi pada awalnya terlihat sangat bertolak belakang dan sulit untuk disatukan. Tapi lain halnya ketika berada dalam ruang lingkup bidang medis. Ternyata kedua ilmu tersebut dapat disatukan, terutama dalam penggunaan aplikasinya berupa alat-alat medis yang memegang peranan penting dalam bidang medis.

Alat-alat medis dibutuhkan terutama dalam menangani pasien penderita suatu penyakit, seperti aritmia jantung, fibrilasi ventrikular dan takikardia ventrikal yang tidak mempunyai nadi. Ketiga contoh penyakit tersebut pada umumnya memiliki kesamaan yaitu berakibat besar pada jantung dimana denyut jantung yang seharusnya beritme normal menjadi denyut yang ritmenya tidak stabil. Untuk itu, diperlukan adanya proses defibrilasi yang secara umum proses tersebut dilakukan untuk membuat ritme denyut jantung yang acak menjadi denyut jantung yang stabil.

Dalam melakukan proses defibrilasi sangat diperlukan adanya alat medis yang disebut defibrilator untuk melakukan proses defibrilasi. Defibrillator dapat eksternal, transvenous, atau implan, tergantung pada jenis perangkat yang digunakan atau dibutuhkan. Beberapa unit eksternal, yang dikenal sebagai defibrillator eksternal otomatis (AED), alat ini bisa digunakan oleh orang yang bahkan tidak ada pelatihan sama sekali.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam dunia ilmu SAINTEK tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu biologi dan ilmu fisika sangat bertolak belakang. Namun kedua hal tersebut memiliki peranan penting dalam bidang medis sehingga menimbulkan pertanyaan :

1. Apa itu defibrillator?

2. Apa kaitan defibrillator dengan ilmu biologi dan ilmu fisika? 3. Bagaimana prinsip dasar defibrillator?

(4)

2. Mengajak kepada pembaca untuk memahami lebih lanjut mengenai alat defibrillator

3. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Fisika Dasar II.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menjadi sumber inspirasi bagi pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Sebagai khasanah pustaka di perpustakaan.

3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

1.5 Metode Penulisan

Penyusun memakai metode kepustakaan dan literatur dalam penyusunan makalah ini. Referensi didapat tidak hanya dari buku ajar Fisika Dasar II tapi juga dari media-media lain seperti internet.

1.6 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan pembagian tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun pada bab pendahuluan terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode peulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan subpokok-subpokok yang akan dikaitkan dengan pemicu. Bab penutup terdiri dari kesimpulan dan lampiran.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

1.1 BAB I - Proses Defibrilasi

Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang ditempatkan pada permukaan dada pasien. Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi. American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi diberikan secepat mungkin saat pasien mengalami gambaran VT non-pulse atau VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5 menit atau kurang dalam setting luar rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar rumah sakit karena sekarang ini sudah ada defibrillator yang bisa dioperasikan oleh orang awam.

1.2 BAB II – Alat Defibrillator

1.2.1 Pengertian

Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang tinggi kepada pasien penyakit jantung.

Pengulangan pemberian kejut listrik paling lama 45 detik sejak jantung berhenti. Energi Externalyang diberikan antara 50 sampai 400 Joule. Energi Internal yang diberikan maximum 1/10 External

Posisi elektroda (paddles) : anterior - anterior (apex - sternum) atau anterior posterior. Diameter elektroda antara 8 - 10 cm untuk dewasa. Pengaturan energi, dan pemeberian energi di kontrol oleh mikrokontroler. Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV²

Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda diberikan gel elektrolit. Ada dua jenis defibrillator: a.c defibrillator dan d.c defibrillator. Untuk a.c defibrillator sudah tidak digunakan lagi. Mempunyai elektroda (paddles) yang mempunyai diameter 8 - 10 cm (untuk dewasa). Energi yang diberikan berkisar

(6)

posisi anterior - anterior (Apex-sternum) atau posterior anterior. Pada saat pemberian defibrillator hindari bersentuhan antara pengguna alat dengan pasien. Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV²

Paduan d.c defibrillator terdiri dari trafo berkekuatan besar dan pada sekundernya terdapat penyearah dan capastor.Penyearah ini akan megisi energi listrik pada kapasitor, besarnya energi listrik akan dikontrol oleh mikrokontrol. Pada saat discharge (pemberian) energi pada pasien dengan menekan switch yang berada pada ujung elektroda. Bila memilih jenis sinkron, dapat dilakukan dengan menekan key board (sinkron).

1.2.2 Prinsip Dasar Defibrillator

Pada Prinsipnya Prosedur Pengoperasian Defibrillator Dibagi Dalam Tiga Tahap:

a. Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian b. Pengisian energi (charge) pada kapasitor

c. Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien (discharge)

Besarnya energi dilakukan dengan memutar selector pemilihan energi R3, set Level yang akan mengatur besarnya tegangan yang akan timbul pada pengisian kapasitor C1. Bila tombol charge ditekan maka akan terjadi pengisian kapasitor C1, dan tegangan pada kapasitor C1, dideteksi oleh detector A1 melalui pembagi tegangan R1 dan R2yang bersesuaian dengan tegangan pada C1. Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari tegangan R3, maka A1 keluarannya akan menyebabkan High-voltage DC supply tidak lagi mensupply tegangan ke kapasitror C1. Bila ditekan tombol discharge tegangan pada kapasitor C1 akan berpindah sehingga tubuh atau jantung akan mendapatkan energi listrik dari kapasitor C1. Bentuk tegangan yang diberikan pada pasien dipengaruhi oleh adanya induktor.

1.2.3 Petunjuk Operasional

1. Ambil paddles dari sisi samping alat 2. Yakinkan dalam keadaan kering 3. Beri krim pada permukaan paddle

4. Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum 5. Tekan tombol energy

(7)

6. Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses pengisian dapat dilihat di monitor

7. Jangan menyentuh pasien

8. Setelah proses pengisiian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada display muncul tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan menyala

9. Tekan paddle agak menekan ke tengkorak

10. Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan 11. Lihat pada monitor

12. Selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0” 13. Tekan tombol power

1.2.4 Jenis-jenis Defibrillator

M-series monophasic dan defibrilator biphasic adalah defibrilator yang umum digunakan di rumah sakit. Unit portable menggabungkan Defibrillator, ECG, Non-Invasive Transcutaneous Pacing (NTP) dan fungsi pemantauan pasien yang lainnya. Berbagai jenis defibrilator adalah:

a. DC Defibrillator

DC defibrilator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor. Energi dalam detik-watt sama dengan satu setengah kapasitansi dalam farad dikalikan dengan tegangan di yaitu volt kuadrat

Jumlah energi (E) yang diberikan merupakan faktor bagi keberhasilan defibrilator. Energi yang diberikan kepada pasien dapat diperkirakan dengan mengasumsikan nilai resistansi yang ditempatkan antara elektroda yang seterusnya mensimulasi resistansi dari pasien. Kebanyakan defibrilator akan memberikan 60 - 80% dari energi mereka untuk disimpan ke resistansi sebanyak 50 Ω

(8)

akan menyalurkan energi listrik yang tersimpan apabila kontak defibrilator dengan tubuh yang baik sudah tercapai

Internal defibrilasi: besar berbentuk sendok elektroda b. Advisory Difibrillator

Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan menyalurkan kejutan dengan handal. Dirancang untuk mendeteksi fibrilasi ventrikel atau ventricular fibrillation dengan sensitivitas dan spesifisitas sebanding dengan paramedis terlatih, kemudian memberikan atau merekomendasikan seberapa banyak energi sesuai dengan kejutan defibrilasi tersebut.

c. Implan Defibrillator

Biasa digunakan oleh pasien yang berisiko tinggi mengalami ventricular fibrillation. Implan defibrilator menyimpan rekaman sinyal jantung pasien, sejarah terapi pasien dan data diagnostik pasien. Implan defibrilator mempunyai volume kurang dari 70 cc, ia juga mempunyai lebih dari 30 juta transistor dan menyalurkan kurang dari 20 micro ampere selama beroperasi sebagai pemantauan konstan. Implan defibrilator sangat tertutup rapat dari lingkungan sekeliling di dalam tubuh maka ianya sangat bio-kompatible dan mampu bertahan pada rentang suhu 30 C hingga 60 C. Sumber energi untuk menjalankan implan defibrilator berasal dari baterai Lithium Perak Vanadium Oksida (LiSVO).

(9)

BAB III KESIMPULAN

Dalam kehidupan kita pasti menghadapi masalah. Untuk menghadapi masalah tersebut kita harus memiliki karakter yang kuat. Dengan memiliki karakter kuat tersebut kita pasti dapat menghadapi masalah yang datang pada kita. Kekuatan dan keutamaan karakter merupakan salah satu kunci kemajuan dan pembangunan dalam bangsa. Dalam mengembangkan karakter, kita diharuskan untuk berpikir secara kritis yaitu dengan berpikir sesuai dengan dasar-dasar filsafat, dasar-dasar logika serta yang tidak kalah penting adalah dasar-dasar etika. Dalam pengembangan proses berpikir, kita juga diwajibkan memiliki kemauan kuat agar ilmu yang didapat dapat bermanfaat, agar kemauan tersebut tercipta pertama-tama kita harus menguatkan karakter yang kita miliki. Dengan memiliki karakter yang kuat, berpikir dengan berdasarkan pada dasar-dasar filsafat, dasar-dasar logika dan dasar-dasar etika kita pasti menjadi bangsa yang maju.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Lampu terang Banyak gelembung di elektroda Menghantarkan Listrik Elektrolit Kuat Lampu redup Sedikit gelembung di elektroda Menghantarkan listrik Elektrolit Lemah Lampu tidak

Melakukan latihan yoga selama delapan pekan terbukti memberikan manfaat bagi pasien pengidap penyakit jantung yang pernah terkena serangan jantung dan

Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan pasien, serta

Latar Belakang : Terapi kejang listrik merupakan terapi fisik dengan menggunakan arus listrik melalui elektroda dan ditempelkan pada temporal kepala dengan tegangan diatur

Apabila dalam satu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda kemudian elektroda tersebut dialiri oleh arus listrik searah maka akan terjadi suatu proses

Walaupun antagonis reseptor H2 lebih kuat menghambat sekresi asam lambung daripada terapi intensif dengan antasida pada pasien esofagitis refluks, tukak lambung,

Dengan cara mendekatkan elektroda las ke logam induk atau logam yang akan dilas, dengan jarak kurang lebih 2 rnm, maka terjadilah busur listrik yang nrerupakan sumber

4 Defibrilator Digunakan untuk resusitasi jantung pada saat jantung pasien mengalami fibrilasi, dengan memberikan energi kejut listrik untuk mengaktifkan kembali aktifitas