• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sop Pemeriksaan Reduksi Urine 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sop Pemeriksaan Reduksi Urine 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Semua tidak akan sempurna apabila kesehatan seseorang terganggu. Gangguan kesehatan dapat menghambat segala aktivitas manusia. Oleh sebab itu penting bagi seseorang untuk menjaga kesehatan. Bukan hanya satu organ tubuh saja yang perlu dijaga namun keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urin. Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urin atau metabolisme tubuh melalui urin yang biasa kita sebut buang air kecil ( BAK ). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna misalnya. Atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Dari contoh tersebut tentu saja terdapat sebab mengapa hal itu dapat terjadi. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan pada urin dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seeorang. Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pemeriksaan urin, alat-alat yang digunakan dan apa saja kegunaan urin dalam menentukan diagnosa suatu penyakit

1.2 Rumusan Masalah

-

Apa yang dimaksud sistem urinaria?

-

Bagaimana proses pembentukan urin?

-

Apa saja macam sampel urin?

- Bagaimana cara pemeriksaan glukosa urin metode reduksi?

-

Bagaimana cara pemeriksaan protein urin metode reduksi?

1.3

Tujuan Penulisan

-

Mengetahui system urinaria

-

Mengetahui proses pembentukan urin

-

Mengetahui macam sampel urin

-

Mengetahui cara pemeriksaan glukosa urin metode reduksi

-

Mengetahui cara pemeriksaan protein urin metode reduksi

(2)

BAB II

ISI

2.1 Sistem Urinaria

Sistem saluran kemih atau sering dikenal dengan sistem urinaria terdiri dari enam organ,

yaitu dua ginjal, dua ureter, kandung kemih dan uretra. Letak ginjal sendiri berada dibawah hati

dan limfa, disebelah kanan dan kiri tulang belkang bagian punggung. Kedua ginjal terletak

dibelakang selaput yang melapisi perut yang disebut peritoneum. Ginjal kanan biasanya terletak

sedikit dibawah ginjal kiri karena terdesak oleh hati.. ginjal orang dewasa memiliki ukuran

kurang lebih dengan panjang 11 cm, tebal 5 cm, berat 150 gram dan memilki bentuk seperti biji

kacang dengan lengkungan yang menghadap kedalam.

Fungsi ginjal sendiri adalah:

a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

b.

Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.

c.

Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

d.

Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

e.

Mengeluarakn sisa-sisa metabolism hasil akhir dari ureum protein.

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring

darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang

terdapat pada pyramid renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler satu badan Malpighi

yang disebut glomerolus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena

renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

2.2 Proses Pembentukan Urin

Glomerolus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk

menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali

zat-zat yang sudah disaring pada glomerolus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus

berlanju ke ureter.

Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari

bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.

Ada tiga tahap pembentukan urin, antara lain:

a. Proses Filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan

eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian

cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang

terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain yang diteruskan

ketubulus ginjal.

(3)

Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion

bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal obligator, reabsorpsi terjadi pada

tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium

dan ion bikarbonat bila diperlukan. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan

reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

c.

Proses Sekresi

Sisanya penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal

selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

2.3 Macam-Macam Sampel Urin

Dalam pelaksanan urinalisis atau pemeriksaan urin dibutuhkan sampel atau specimen berupa

urin. Sampel urin sendiri terdiri dari beberapa jenis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan,

antara lain:

a.

Urin Segar

Urin yang mulai pengambilan sampai dilakukan pemeriksaan kurang dari 1 jam. Dan dipakai

untuku pemeriksaan protein, glukosa, juga pemeriksaan obat yang dicurigai dalam tubuh

penderita.

b.

Urin Sewaktu

Urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu) dilakukan

pemeriksaan kurang dari 1 jam. Dipaki untuk pemeriksaan glukosa.

c. Urin Pagi

Urin pada pagi hari setelah bangun tidur, dipakai untuk segala pemeriksaan urin.

d.

Urin 24 jam

Urin yang dikumpulkan selama 24 jam (missal dari jam 7 pagi sampai jam 7 pagi keesokan

harinya), dipakai untuk pemeriksaan kadar protein dalam urin.

e.

Urin 4 porsi

Urin yang dikumpulkan selama 24 jam dan diambil setiap 6 jam. Dipaki untuk pemeriksaan

kadar glukosa dan memantau cara kerja insulin serta pola makan penderita.

2.4 Pemerikasaan Glukosa Urin Metode Reduksi

1.

Defenisi

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).

(4)

Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

2.

Tujuan :

Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin

3.

Indikasi - Glukosaria - Diabetes mulitus

4.

Kontraindikasi

Cara benedict Alat dan Bahan Alat :

1. Tabung reaksi

2. Penjepit tabung reaksi 3. Rak tabung

4. Pipet tetes 5. Corong 6. Pipet volume

7. Lampu spiritus/ Bunsen 8. Beker glass

Bahan :

1. 5 cc larutan benedict 2. Urine patologis

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Penampung yang bersih dan kering disesuaikan dengan jenis pemeriksaan. 2. Cara-cara pengambilan sampel urin

3. Jenis sampel urin

(5)

Cara Kerja

1. Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc

2. Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict 3. Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih 4. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak

Cara menilai hasil :

 Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan

 Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)  Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)

 Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)  Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

2.4 Pemerikasaan Protein Urin Metode Reduksi

1.

Defenisi

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.

Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi.

Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.

Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> +2 dengan cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam, proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil dapat mengindikasikan terjadinya

(6)

preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester kedua -kehamilan.

Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilandimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak , 2004).Pemeriksaan protein urin dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau berat, dari hasil pemeriksaan ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yangditujukan untuk mencegah timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklampsi.

Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang sengajaditambahkan ke dalam urin. Asam asetat yang dipakai tidak pentingkonsentrasinya, konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pHyang dicapai melalui pemberian asam asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan untuk percobaan ini. Hasil terbail padapercobaan ini diperoleh dengan penggunaan urin asam.

Ditemukannya protein urine merupakan tanda paling sering di jumpai pada preeklamsi, penyakit ginjal, bahkan sering merupakan petunjuk dini dari latent glomerulo nephitis,Toxemia gravidarum ataupun diabetic nephropathy. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan hemodinamika ginjal dan di ikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urine dimulai dalam glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran yang hebat, molekul protein besar akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria. Pada pasien yang telah menderita penyakit parenkhim ginjal, Faktor kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan memperberat kebocoran protein melalui urine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran protein urine pada ibu hamil trimester II yang memeriksakan diri di bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei 2010 dengan jumlah sampel di ambil secara purposif dan sampel di periksa secara semi kuntitatif dengan metode statistik. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan urine pada ibu hamil trimester II yang negative sebanyak 9 sampel. Positif satu sebanyak 19 sampel dan positif dua sebanyak dua sampel. Pada pengukuran tekanan darah terdapat 6 ibu hamil yang mengalami hipertensi dan dilihat dari kondisi kaki terdapat 3 orang ibu hamil yang mengalami edema. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di harapkan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaaan kehamilan secara rutin sehingga perkembangan janin dapat dipantau.

Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari yangdikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara5 sampai 7. Banyak faktor yang memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan ketidakseimbangan hormonal. Warna urine adalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari emas.Fungsi utama urin adalah untuk

(7)

membuang zat sisa seperti racun atauobat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor.

Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan Mengandung bakteri.Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi danberbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuangkeluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melaluiurinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam urin. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin dan pH serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.

Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalahanalisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawahmikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri.

Reabsorpsi asam amino terutama terjadi di bagian awal tubulus kontortus proksimal yang menyerupai proses absorpsi di usus halus. Karier utama dimembrane luminal merupakan kotransport Na+ sedangkan karier di basolateraltidak bergantung pada Na+. Na+ di pompa keluar sel oleh Na+, K+, ATP ase dan kemudian asam amino keluar sel melalui proses difusi fasilitasi menuju cairan intertisium.

Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).

Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara Esbach.

2.

Tujuan

Untuk mengetahui adanya protein didalam urin

3.

indikasi

- protenuria

- kerusakan glomelurus

4.

kontraindikasi

(8)

Pemeriksaan proteinuria

Untuk menguji adanya kekeruhan , periksalah tabung dengan cahayaberpantul dan dengan latar belakang yang hitam. Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :

a Cara pemanasan asam asetat Alat dan Bahan

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Penjepit tabung reaksi 3. Rak tabung

4. Pipet tetes 5. Corong 6. Pipet volume

7. Lampu spiritus/ Bunsen 8. Beker glass

Bahan :

1. Asam Asetat 6% 2. Urin patologis

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Penampung yang bersih dan kering disesuaikan dengan jenis pemeriksaan. 2. Cara-cara pengambilan sampel urin

3. Jenis sampel urin

4. Pengiriman sampel urin harus dilengkapi identitas pasien

Cara Kerja

1. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung 2. Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin sampai mendidih

3. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian bawah.

4. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn maka hasilnya negative

5. jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.

6. Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.

(9)

Cara menilai hasil :

 Tak ada kekeruhan :

- Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir : + (protein 0,01-0,05%)

 Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%)

 Kekeruhan jelas dan berkeping-keping : +++ (protein 0,2-0,5%)

 Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)

b Prosedur yang lain :

1.

Dengan Dipstick

Urin sewaktu

1.

Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu.

2.

Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin.

3.

Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan

warna.

Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual. Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-Jones,

dan mukoprotein.

Spesimen urin 24 jam

1.

Kumpulkan urin 24 jam

2. masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin.

3.

Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.

4.

Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer

kimiawi otomatis.

(10)

1.

Dengan asam sulfosalisil:

1.

Dua tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan dua ml urin yang akan diperiksa.

2.

Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemudian

dikocok.

3.

Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%).

Kalau tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.

4.

Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas

nyala api sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir :

Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali,

tes terhadap protein “Positif”.

Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan &muncul lagi setelah dingin, lakukan

pemeriksaan Bence Jones.

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

-

Sistem urinaria terdiri dari enam organ, yaitu dua ginjal, dua ureter, kandung kemih dan uretra.

-

Ada tiga tahap pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.

-

Ada lima macam sampel urin yang dapat digunakan untuk pemeriksaan, yaitu urin segar,

sewaktu, pagi, 24 jam dan 4 porsi.

-

Zat produksi dalam urin dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan basa. Dalam test

benedict dan fehling, glukosa dan bahan-bahan produksi dalam urin akan mereduksi cupri sulfat

yang berwarna biru menjadi endapan cupro oksida yang berwarna merah dalam suasana alkali.

- Hasil positif dalam test reduksi urin belum tentu pasien menderita disbetes mellitus.

3.2 Saran

-

Dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut bila terdapat hasil positif pada pemeriksaan glukosa urin

menggunakan test reduksi karena masih semi kuntitatif.

-

Pemanasan yang dilakukan selama proses reaksi harus benar-benar dengan air mendidih, atau

api kecil sampai benar-benar mendidih.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Yuni. 2012. Pemeriksaan Urin.

(http://kedokteranagnes.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, diakses tanggal 22/01/13)

Evelyn C. Pears. 2011.

Anatomi dan fisiologi untuk paramedic.

Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Gandasoebrata, R. 2010.

Penuntun Laboratorium Klinik

. Jakarta: Dian Rakyat

Gibson, John MD. 1995.

Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisi 2

. Jakarta : EGC

Hendro. 2012. Reduksi Urin (glukosa).

(http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/reduksi-urin-glukosa.html, diakses tanggal 23/01/13)

Syafuddin. 1997

. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2.

Jakarta : EGC

Syafuddin. 2006.

Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3

. Jakarta : EGC

Referensi

Dokumen terkait

Untuk merancang suatu system yang dapat mengurangi kadar asap rokok.

Berkenaan dengan evaluasi dokumen penawaran atas kegiatan pengadaan Pemeliharaan Gedung Komplek Badan Litbang Diklat Kumdil MA RI TA 2014, bersama ini kami dari

Pengembangan diri yang terdapat di SDN Kotagede 1 sangat beragam, dilakukan melalui kegiatan yang sering disebut dengan kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya:

Analisis data merupakan langkah yang paling penting di dalam proses penelitian. Data yang telah terkumpul tersebut diolah dengan menggunakan analisis

d. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan

variabel time budget pressuremempunyai pengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor.Dalam penelitian ini mengenai time budget pressure dapat dikatakan bahwa

Komponen hasil yang diamati meliputi laju asimilasi bahan kering biji, bobot biji per tanaman, volume 100 biji, bobot 100 biji, jumlah biji per tanaman, jumlah polong isi per

Berdasarkan data yang diperoleh peniliti didapatkan hasil yaitu prosedur tanggap darurat yang ada di gedung perkantoran X (tenant emergency procedures) hanya tersedia