• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

II TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit sudah banyak dilakukan sebelumnya, baik pada kredit yang disalurkan oleh lembaga keuangan (bank) maupun kredit melalui Koperasi Unit Desa. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan, Fridawati (1995), Hermawan (1995), Sarianti (1998), Muhardini (1999), Hidayati (2003), Panggabean (2005), Mardianingsih (2006), Safitri (2007), Gustiani (2007), Taufiq(2007).

Fridawati (1995) melakukan penelitian tentang Analisis Peluang Pengembalian Kredit (Repayment) pada Kredit Usaha Tani kasus pada KUD Sari Mukti dan KUD Timbul Jaya, Kabupaten Serang, Jawa Barat. Hasil penelitian berdasarkan keragaan KUT diketahui bahwa jumlah KUT di Kabupaten Subang cenderung mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena adanya tunggakan KUT pada KUD-KUD.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai peluang pengembalian kredit untuk KUD Sari Mukti adalah 0,2702. Artinya, pada KUD Sari Mukti terdapat peluang sebesar 27,02 persen bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya.

Sedangkan pada KUD Timbul Jaya, nilai pengembalian kreditnya adalah nol yang berarti tidak terdapat peluang bahwa anggota akan mengembalikan kreditnya.

Terbukti bahwa nilai peluang untuk KUD yang berhasil akan lebih besar dari nilai peluang untuk KUD yang kurang berhasil.

Selain nilai peluang obyektif, terdapat peluang yang bersifat kualitatif. Peluang kualitatif merupakan hasil analisis lingkungan eksternal yang mencakup opportunity dan threat. Peluang kualitatif dapat ditelaah dari lingkungan terkendali, lingkungan industri, dan lingkungan operasi KUD, dimana setiap unsur dalam masing-masing lingkungan dapat menjadi ancaman maupun peluang bagi KUD yang bersangkutan.

Penelitian Hermawan (1995) tentang Analisis Faktor-faktor Ekonomi dan Non Ekonomi Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit Tebu Rakyat Intensifikasi di Tingkat Petani pada Musim Tanam 1993/1994. Penelitian ini menggunakan metode analisis ekonometrik. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh positif/nyata terhadap tingkat pengembalian kredit TRI diantaranya adalah faktor luas lahan, produktivitas usahatani TRI, pendapatan diluar usahatani TRI, umur, dan tingkat pendidikan petani. Sedangkan faktor jumlah musim tanam

(2)

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI.

Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit petani plasma pada proyek PIR-BUN Cikaso (Studi kasus pada proyek PIR-BUN Cikaso-Agrabinta, plasma PIR-BUN Cikaso Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat). Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pendapatan usahatani kelapa hybrida yang diperoleh petani plasma tidak mencukupi untuk melunasi angsuran kredit karena pendapatan yang diperoleh jauh dari pendapatan minimal yang diharapkan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan petani untuk mengembalikan kredit yang dianalisis dengan regresi berganda adalah pendapatan usahatani kelapa hybrida per tahun, nisbah pendapatan usahatani dengan permintaan total rumah tangga, nisbah cicilan kredit dengan penerimaan tunai rumah tangga per bulan, serta nisbah pengeluaran usahatani kelapa hybrida dengan penerimaan tunai rumah tangga.

Variabel-variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit dari hasil analisis regresi berganda adalah frekuensi panen dalam setahun, pengalaman berusahatani kelapa, pendapatan usahatani kelapa hybrida, nisbah pengeluaran usahatani dengan penerimaan tunai rumah tangga dan pengeluaran keluarga. Sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah tingkat pendidikan, nisbah total pendapatan kelapa hybrida dengan penerimaan total, cicilan kredit dengan penerimaan kredit perbulan.

Penelitian yang dilakukan Muhardini (1999) berjudul analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kredit motorisasi, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan dalam mengembalikan kredit motorisasi, dan melihat sejauh mana peningkatan usaha nelayan penerima kredit motorisasi. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi logit dan analisis lintasan.

Hasil penelitiannya dengan analisis logit menunjukkan bahwa terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit motorisasi nelayan,

(3)

yaitu pengalaman usaha penangkapan, asset, tagihan kredit, dan hubungan antara pengalaman usaha penangkapan dan asset terhadap pola pengembalian kredit motorisasi nelayan adalah negative, sedangkan tagihan kredit hubungan personal memiliki hubungan positif.

Berdasarkan hasil analisis lintasan diketahui semua variabel sosial ekonomi berpengaruh langsung terhadap tingkat pengembalian kredit motorisasi nelayan.

Variabel tersebut adalah umur, pengalaman usaha penangkapan, jarak dari rumah nelayan ke KCD, asset, modal, pendidikan formal, jumlah tanggungan, frekuensi penyuluhan, status pengusahaan kapal/perahu, tagihan kredit, dan hubungan personal. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar (54,55 persen) penerima kredit motorisasi memperoleh peningkatan pendapatan, sedangkan sisanya tidak memperoleh peningkatan pendapatan.

Hidayati (2003) melakukan penelitian yang berjudul perilaku pengusaha kecil dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit; kasus pada Kredit Umum Perdesaan di BRI Unit Pasar Blok A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola penggunaan dan pola pengembalian kredit pada UKM, melihat hubungan antara pola penggunaan dan pola pengembalian serta manfaat kredit, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola penggunaan dan pengembalian kredit. Untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yang diamati digunakan uji Rank Spearman, dan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pola penggunaan dan pengembalian kredit digunakan analisis regresi logistik.

Dari hasil penelitiannya disebutkan bahwa pola penggunaan kredit berhubungan dengan pola pengembalian kredit. Dari 23 responden yang menggunakan kredit sesuai dengan usahanya, sebanyak 21 responden mengembalikan kreditnya secara lancar. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola pengembalian kredit disebutkan bahwa faktor karakteristik individu yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah umur. Semakin tua umur pengusaha maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini disebabkan karena para responden berumur muda memiliki gairah yang tinggi dalam berusaha. Adapun dari faktor karakteristik usaha yang berpengaruh nyata terhadap pola pengembalian kredit adalah pengalaman mengambil kredit. Semakin sering pengusaha mengambil kredit

(4)

maka akan semakin tidak lancar pengembalian kreditnya. Hal ini karena semakin sering mengambil kredit akan meningkatkan pengalaman dalam peminjaman dan lebih berani mengambil resiko jika menunggak.

Penelitian Panggabean (2005) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan tunggakan Kupedes pada nasabah BRI cabang Iskandar Muda Medan, menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh BRI secara dominan dalam memberikan kupedes adalah kemampuan nasabah dalam melakukan usahanya adalah capacity dan character. Mengingat target kupedes adalah usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Alat analisis yang digunakan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi permintaan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan double log.

Faktor yang menjadi penyebab tunggakan sangat typical, beragam dan conditional pada masing-masing nasabah, sehingga tidak bisa digeneralisasi. Secara umum dari tiga kelompok usaha yang dianalisis (pertanian, perdagangan, dan industri) secara mendasar disebabkan penyimpangan penerimaan dan pengeluaran rumah tangga. Usaha-usaha yang memiliki capacity atau kemampuan usaha yang paling baik dan telah memiliki pengalaman dalam meminjam kupedes adalah usaha- usaha yang memiliki resiko menunggak paling kecil. Sektor usaha perdagangan juga merupakan sektor usaha dengan resiko paling kecil, sehingga memiliki akses yang cepat dalam menerima kredit. Penelitian tersebut dianalisis dengan menggunakan tabulasi yang akan menunjukkan kondisi keuangan rumah tangga dan usaha nasabah serta melihat seluruh pemasukan dan pengeluaran rumah tangga.

Mardianingsih (2006), mengenai analisis penyaluran dan pengembalian kredit dana bergulir sebagai modal pendanaan usaha mikro di wilayah pembangunan Bogor Barat menunjukkan bahwa sasaran utama yang dituju dari program dana bergulir Raksa Desa ini adalah usaha mikro, kecil atau menengah (UMKM) yang memiliki usaha produktif dan menguntungkan.

Fakto-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian adalah umur dengan p-value nya 0.001 , pengalaman berusaha dengan p-value nya 0.000, pendapatan dengan p-value nya 0.004, besar kredit dengan p-value nya 0.099, dan realisasi kredit dengan p-value nya 0.048 sehingga direkomendasikan antara lain : (1) kegiatan penyuluhan hendaknya dilakukan secara rutin dengan metode yang

(5)

tepat untuk menghindari penyalahgunaan pinjaman, (2) diperlukan wadah pertemuan rutin bulanan antara pengurus dan anggota, dengan harapan dapat menjadikan alat kontrol terhadap program Raksa Desa sehingga meminimalkan permasalahan di lapangan, (3) hendaknya mempertimbangkan hal-hal seperti umur, pengalaman usaha, pendapatan usaha, besar kredit yang akan diberikan, dan jangka waktu realisasi kredit, yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit, jika akan membuat program baru yang sejenis dimasa yang akan datang, (4) seluruh instrumen pengawasan Raksa Desa harus segera dibenahi, dan (5) tenaga pendampingan di lapangan sebaiknya ditambah dan adanya suatu strategi pemberdayaan dimasyarakat melalui pihak-pihak terkait.

Safitri (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besar kredit umum perdesaan (Kupedes) pada nasabah BRI Unit Ciampea Bogor menyimpulkan bahwa jumlah nasabah dengan pola pengembalian lancar sebanyak 66,3 persen sedangkan nasabah dengan pola pengembalian tidak lancar ada sebanyak 33,7 persen. Pola pengembalian lancar berdasarkan umur nasabah menunjukkan bahwa nasabah dengan umur antara 36-49 tahun adalah yang paling banyak, begitu pula pola pengembalian tidak lancar. Pola pengembalian nasabah lancar dan tidak lancar berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan keluarga, omzet usaha perbulan, frekuensi peminjaman dan penggunaan pinjaman juga berada pada kriteria yang sama.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai anggunan, tingkat pendidikan dan frekuensi peminjaman memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap besar kredit pada taraf nyata 5 persen, sedangkan faktor lain seperti asset usaha, asset rumah tangga, jarak, pendapatan usaha pertahun tidak memiliki pengaruh terhadap besar kredit yang diberikan. Dalam pemberian kredit pihak BRI Unit Ciampea sangat memperhatikan prinsip 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition Economy). Pemenuhan kriteria dari faktor-faktor tersebut sangat penting, karena prinsip kehati-hatian dari pihak bank.

Sari (2007) dalam Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kredit umum perdesaan di wilayah perkotaan dan perdesaan pada BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup menyimpulkan bahwa terdapat persamaan karakteristik nasabah Kupedes BRI Unit Ciampea dan BRI Unit Citeureup walaupun memiliki sistem

(6)

sosial yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kupedes adalah pendapatan, asset, keluarga, asset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal usaha. Dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ada yang mempengaruhi secara negatif yaitu asset usaha, dimana terdapat beberapa nasabah khususnya di wilayah Ciampea yang tidak memiliki asset usaha dikarenakan jenis usaha yang dilakukan adalah perkreditan barang dan responden tidak menyediakan stok.

Taufiq (2007) tentang Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Macet Pada Kredit Usaha Pedesaan (Kupedes) Sektor Agribisnis studi kasus PT. Bank Rakyat Indonesia menyimpulkan bahwa karakteristik Individu debitur kupedes sektor agribisnis yang mengalami kemacetan/penunggakan kredit sebagian besar berada pada usia produktif, berpendidikan SD, memiliki tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, mengikuti pembinaan dari petugas BRI unit Ciomas sehingga disarankan untuk meminimalkan kemacetan kredit adalah menambah kriteria penilaian yang dapat dilakukan pada analisa awal seperti membuat persyaratan komitmen kemampuan dan kemauan calon debitur untuk mengangsur kredit sesuai perjanjian,menggali informasi tentang watak kepribadian (character) calon debitur, memperhatikan kelancaran akses transportasi, menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabah, melakukan kerjasama dengan salah seorang nasabah yang merupakan tokoh masyarakat setempat dan membantu nasabah dalam memecahkan permasalahan penurunan omzet usaha.

Dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit dapat dilihat bahwa analisis yang dilakukan terbatas pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang masih berjalan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan/kredit macet masih berkisar terhadap variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pembinaan, jarak rumah debitur dengan BRI, pengalaman usaha, jangka waktu pengembalian,beban bunga dan omset usaha. Oleh sebab itu,pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit yang sudah mengalami penunggakan dengan penambahan pada variabel agunan dan pengalaman kredit. Hal ini dilakukan untuk memberikan masukan,

(7)

gambaran serta saran kepada bank BRI unit Cijeruk untuk meminimalkan kemacetan kredit sehingga pihak BRI dapat menurunkan jumlah Net Performing Loan agar penyaluran kredit dapat lebih meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

parsial variabel jumlah dana bank, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya,

Secara individual menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga, pelayanan, jangka waktu pengembalian dan jaminan berpengaruh positif dan signifikan dalam taraf

Berdasarkan hasil metode analisis regresi linier berganda, pada kasus penyaluran kredit bank umum di Indonesia dapat diketahui bahwa variabel tingkat bunga SBI

Variabel jumlah kredit dan pelayanan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan petani padi memilih kredit di bank, sedangkan variabel tingkat

Variabel jumlah kredit dan pelayanan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan petani padi memilih kredit di bank, sedangkan variabel tingkat

Hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bukti bahwa DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit

parsial variabel jumlah dana bank, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya,

Secara individual menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga, pelayanan, jangka waktu pengembalian dan jaminan berpengaruh positif dan signifikan dalam taraf