• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Pariwisata

Dalam komunikasi terdapat proses yang terdiri dari beberapa tahapan mulai penciptaan informasi sampai dengan diterima dan dipahami komunikan. Komunikasi merupakan kegiatan yang berlangsung secara berulang. Setiap proses komunikasi, seluruh elemen yang berkaitan saling berhubungan, bergantung, tidak independent, dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain (A. Devito, 1997). Komunikasi Pariwisata merupakan kegiatan dimana manusia menyampaikan serangkaian informasi mengenai sebuah perjalanan ke suatu tujuan atau daerah maupun objek wisata sembari menikmati perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain. Komunikasi pariwisata sebagai bentuk pemasaran dimana penyampai pesan harus bijak memasarkan produknya sehingga dapat menarik pelanggan untuk mengunjungi produknya.

Dalam kegiatan komunikasinya tentu digunakan berbagai cara salah satunya menggunakan sosial media.

Dalam kegiatan komunikasi pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Ponorogo yang merupakan pengelola utama Wisata Telaga Ngebel menggunakan website, facebook, youtube, dan juga instagram dalam memasarkan produk wisatanya. Hal ini sangat penting untuk proses komunikasi pariwisatanya yang mana komunikator menggunakan teknik komunikasi yang efektif.

2.2 Branding

Perkembangan pola konsumtif masyarakat disertai dengan perkembangan ekonomi dan teknologi meningkatkan persaingan diberbagai bidang seperti pariwisata (tourism) sehingga memerlukan branding sebagai strategi yang dapat membedakan produk dan menciptakan positioning yang melekat baik secara lokal maupun global.

(2)

21

Tourism atau pariwisata merupakan sebuah perjalanan wisata yang dilakukan berkali-kali baik direncakanan maupun tidak untuk relaksasi dengan menggunakan jasa perjalanan wisata dan menghasilkan pengalaman.

Sedangkan brand atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi dari semuanya yang digunakan untuk mengidentifikasi barang atau jasa sehingga membedakannya dengan kompetitor (Association, 2014). Maka, tourism branding singkatnya merupakan branding untuk pariwisata.

Kata brand memiliki arti jenama dalam bahasa Indonesia yang belum lazim digunakan dalam literatur marketing (Rahman, 2015). Oleh sebab itu, kata brand tetap digunakan. Brand dikenal sebagai aset perusahaan yang menjadi pembeda dengan pesaing dan juga berperan menjadi pembentuk citra positif terhadap pelanggan (Kotler, Kotler on Marketing: How to Create, Win and Dominate Markets, 1999). Brand dibuat dan dipengaruhi oleh orang, visual, budaya, gaya, persepsi, kata, pesan, PR, opini, media berita, dan terutama media sosial. Sebuah brand perlu dibimbing, diasuh, dididik, dipelihara, didukung, dan diperhatikan untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi brand yang kuat (Judisseno, 2019). Dalam proses tersebut tentu dibutuhkan waktu, komitmen, energi, fokus, strategi (method), kompetensi (skill, knowledge, and attitude), dan sikap mental yang tidak gampang menyerah (Judisseno, 2019).

Strategi penciptaan brand yang baik akan meningkatkan brand value yang didalamnya meliputi reputasi produk yang mendorong seseorang untuk memiliki pengalaman atas produk tersebut dan membentuk hubungan serta status sosial secara khusus yang melekat pada brand. Proses branding dimulai saat brand creation dan brand value masih rendah. Dalam posisi tersebut, brand belum dikenal, diterima, atau digunakan secara umum oleh masyarakat.

Sehingga dibutuhkan empat informan utama yaitu people, media, other culture, and perception yang kemudian memunculkan brand identity melalui pembentukan karakteristik produk, citra produk, pengasosiasian produk, dan cerita mengenai keunggulan produk hingga brand produk tersebut semakin kuat dan dicari-cari oleh masyarakat (Judisseno, 2019).

(3)

22

Dalam sektor pariwisata, brand diperlukan sebagai salah satu alat promosi agar dapat menembus pasar. Brand yang dimunculkan utamanya yaitu destination branding yang muncul atas adanya potensi yang dibanggakan oleh suatu tempat atau tujuan wisata, Pembentukan branding melibatkan proses aktivitas yang komplek, butuh pertimbangan matang, dan tidak sederhana (Makhasi, 2018).

Branding merupakan komponen terpenting dalam pemasaran produk termasuk destinasi wisata (Makhasi, 2018). Branding juga merupakan strategi pemasaran terkini yang banyak digunakan oleh pemilik usaha untuk memasarkan produk maupun jasa yang akan dijual. Branding sangat berpengaruh terhadap meningkatnya intensitas kunjungan wisatawan ke suatu tempat tujuan wisata. Branding juga menjadi sebuah identitas sekaligus citra dalam pemasaran pariwisata. National Tourism Organization/NTO menyatakan proposisi untuk memahami brand destinasi pariwisata yaitu brand adalah suatu titik temu dari kekuatan pasar yaitu stakeholders dan tourists.

Branding terdiri dari beberapa elemen didalamnya, yaitu logo, font, warna, ikon, citra merek, kepribadian merek, suara merek, dan paduan merek.

Logo merupakan sebuah simbol atau identitas dari merek sebuah perusahaan.

Font merupakan cerminan dari konsep atau value merek. Warna merupakan salah satu elemen yang memainkan emosi untuk mudah diingat dan memiliki arti psikologi sendiri-sendiri. Ikon merupakan corong komunikasi menyerupai logo. Citra merek merupakan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan elemen-elemen dalam branding. Kepribadian merek merupakan pembeda dari merek lain. Suara merek merupakan ekspresi personal dari brand yang ada, misalnya caption dan copywriting. Kemudian yang terakhir yaitu panduan merek. Panduan merek merupakan elemen yang menyatukan semua elemen branding yang menjelaskan setiap spesifikasi merek secara menyeluruh.

Tourism stakeholder berfungsi sebagai brand creator, sedangkan tourist berfungsi sebagai penentu brand value dari produk atau jasa yang ditawarkan. Keduanya memberikan makna pada sebuah brand (brand value) melalui suatu proses branding yang dibentuk dan dipengaruhi oleh people

(4)

23

(company, consumers, and commentators), media (konvensional maupun digital, persepsi, dan budaya) (Formica, 2008).

The Branding Cycle menyebutkan bahwa dalam sebuah kegiatan branding harus memiliki konsep untuk membantu menciptakan brand positioning yang tepat. Pengembangan merek dan pemeliharaan merek yang kuat disebutkan dalam model siklus branding yaitu research- brand proposition (positioning, personality)- marketing mix (product and packaging, price, communication, distribution)- communication triggers (brand image, strapline, packaging)- the consumer (physical needs, psychological needs) (Kusuma A. H., 2020).

Di sektor pariwisata brand dianggap senjata pemasaran dan sinyal informasi bagi pemasar tujuan (Fatihudin, 2019). Didasari oleh perilaku wisatawan, brand sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas yang didapatkan (Ardyan, 2015). Aaker menyatakan bahwa destinasi pariwisata sama seperti produk konsumen lainnya yang mana brand harus memiliki ekuitas yaitu seperangkat asset dan liabilitas brand yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan diri dari produk lain serta menyampaikan pesan positif (Ardyan, 2015). Dasar ekuitas brand terdiri dari lima kategori yaitu loyalitas merek, kesadaran merek, kualitas yang dirasakan, asosiasi merek, dan kepatutan lainnya aset merek (Ardyan, 2015).

Lalu, melihat dari perspektif konsumen individu Keller memperkenalkan konsep yang berbeda model konseptual ekuitas merek, yaitu ekuitas merek berbasis pelanggan. Ekuitas merek berbasis pelanggan adalah efek diferensial dari pengetahuan merek pada respon konsumen terhadap pemasaran merek. Ekuitas merek berbasis pelanggan terjadi ketika konsumen akrab dengan merek dan memegang beberapa asosiasi merek yang menguntungkan, kuat, dan unik dalam ingatan yang mengkarakterisasi pengetahuan merek dari dua konstruk, yaitu kesadaran merek dan citra merek (Firmansyah, Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran), 2018).

Branding sebagai alat memperkenalkan suatu produk atau jasa tidak akan dihargai kegunaannya jika positioning-nya tidak jelas. Positioning atau pemosisian adalah proses menggambarkan suatu layanan, produk, organisasi,

(5)

24

individu, maupun kegiatan sehingga masyarakat akan membedakannya dari pesaing dengan kecocokan maupun ketidakcocokannya dalam menarik pasar serta relevansinya dengan kebutuhan. Dari sudut pandang pelanggan, pemosisian berarti bagaimana sebuah produk atau jasa menginginkan pelanggan memahami tentang produk atau jasa yang diberikan.

Hal yang membuat merek menjadi penting adalah dasar ikatan emosional atau hubungan antara pelanggan dan arti khusus dari produk ini.

Merek dapat menghidupkan pemosisian sehingga segala sesuatunya terlihat menarik. Positioning merupakan metode dalam melakukan perlawanan efek dari adanya suatu ledakan produk yang dilakukan dengan memilih positioning yang berbeda namun tetap relevan dengan merek produk yang menonjol.

Perumusan positioning menciptakan kerangka kerja dalam melakukan penawaran produk atau jasa dan tampilan pesan. Hal ini terkait dengan pendekatan berbasis merek dalam manajemen pemasaran (Sereikiene, Positioning and Branding Strategies, 2015).

Penentuan pemosisian destinasi suatu pariwisata janji pengalaman perjalanan secara unik terkait dengan destinasi berfungsi untuk mengkonsolidasikan serta memperkuat ingatan kenangan yang menyenangkan dari tujuan pengalaman (Roostika, 2012). Sebuah destinasi atau tujuan juga menawarkan banyak manfaat kepada wisatawan dan penyedia, membedakan dari pesaing, dan membangun ekspektasi dari pengalaman yang ditawarkan oleh suatu destinasi pemasaran (Sereikiene, Positioning and Branding Strategies, 2015). Sehingga terdapat citra atau image yang muncul.

2.2.1 Manfaat Branding

Manfaat dari adanya branding sendiri dapat dilihat dari berbagai sisi. Dari sisi fungsional yaitu untuk menyelesaikan masalah, memberikan manfaat kepada konsumen, mendapatkan kinerja yang menguntungkan semua pihak. Dari sisi simbolik, memiliki manfaat untuk menaikkan citra diri, identifikasi ego, rasa memiliki, dan memiliki makna sosial.

(6)

25

Yang terakhir yaitu manfaat dari sisi ekperimental seperti memberikan stimulasi sensorik dan memberikan stimulasi kognitif (Fernando, 2016). Manfaat branding juga dilihat secara representatif dan makna pribadi dari produk yang ada, seperti:

a. Memiliki pemosisian yang tepat, hal ini dilakukan dengan membangun pemosisian secara konsisten dibenak konsumen sehingga konsumen menjadi pelanggan.

b. Memiliki brand value yang tepat. Merek dikelompokkan sebagai salah satu elemen penting dalam pemasaran yang berarti memberi nilai kepada pelanggan dengan menguatkan pelanggan melalui brand equity. Brand equity merupakan fenomena dimana sikap konsumen mampu untuk mendapatkan informasi secara benar dari produk yang diinginkan sehingga informasinya dijadikan suatu pegangan dalam proses pembelian dan menumbuhkan kepercayaan sampai tercapai kepuasan pelanggan.

c. Memiliki konsep yang tepat. Dalam mengkomunikasikan sebuah brand, tahap akhirnya adalah brand value dan positioning produk harus didukung oleh konsep dengan proses yang kreatif yang fleksibel sesuai dengan siklus produk yang bersangkutan. Konsep yang baik adalah konsep yang dapat mengkomunikasikan semua elemen brand dan positioning.

2.2.2 Tantangan dan Peluang Branding

Urgensi branding dalam pemasaran dibangun dengan cara merubah pemaknaan pola pikir konsumen terhadap brand sebagai sesuatu yang sangat berharga. Aset tersebut merupakan hal yang harus dijaga dan dipertahankan nilai-nilainya sebagai kebutuhan konsumen.

Sehingga, dalam usaha yang dilakukan pemilik brand setidaknya harus memiliki rencana, strategi, dan mampu menghadapi tantangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa brand sama pentingnya dengan pelanggan, namun manajemen brand lebih rumit.

Pengembangan brand memiliki praktek yang lebih rumit. Dalam proses

(7)

26

membangun brand, hal-hal yang menjadi penantangnya adalah (Nastain, 2017):

a. Pelanggan yang cerdas

b. Keluarga merek yang lebih kompleks c. Pasar yang semakin matang

d. Persaingan yang meningkat dan lebih canggih e. Perbedaan yang tipis

f. Menurunnya loyalitas brand dalam semua kategori g. Munculnya brand sendiri

h. Meningkatkan kekuatan perdagangan i. Peliputan media yang berbeda-beda j. Erosi efektivitas media tradisional k. Pilihan komunikasi yang muncul l. Meningkatkan pengeluaran promosi m. Mengurangi pengeluaran iklan

n. Meningkatkan biaya pengenalan dan dukungan produk o. Orientasi kinerja jangka pendek

p. Meningkatkan pergantian pekerjaan

Terlepas dari tantangan tersebut, branding harus tetap dikembangkan karena berbagai faktor. Seperti faktor ekonomi, budaya, teknologi, sosial, pergeseran pasar, perilaku konsumen, dan praktek manajemen pemasaran. Hal tersebut juga memiliki alasan yaitu sebagai berikut:

a. Globalisasi dan peningkatan tingkat persaingan b. Pengurangan regulasi sektor bisnis

c. Perkembangan teknologi dan inovasi yang cepat d. Pola konsumsi yang meningkat

e. Skala ekonomi f. Perkembangan media

g. Liberalisasi perdagangan internasional h. Akses global yang mudah

(8)

27

Tantangan dan peluang branding memerlukan penyelesaian dengan strategi yang tepat sesuai dengan situasi dan tantangan yang ada di pasar. Brand yang tidak siap dengan perubahan pasar tidak akan mampu menghadapi persaingan yang dapat menyebabkan eksistensi brand mendapat ancamman dari promosi, penjagaan kualitas, dan komunikasi dengan konsumen.

2.3 Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang dapat dinikmati atau dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuannya untuk masa yang akan datang. Pariwisata berkelanjutan dapat diartikan juga sebagai cara penggunaan sumber daya alam secara bijak.

Dalam upayanya, pemenuhan kebutuhan untuk masa yang akan datang, yaitu:

a. Dengan memperhatikan kemampuan ekosistem yang ada terhadap kebutuhan manusianya,

b. Melihat kemampuannya dalam melindungi dan melanjytkan kualitas kehidupannya.

c. Adanya jaminan dukungan antar sumber daya di masa yang akan datang.

d. Adanya sinergitas kebutuhan antar generasi.

Pengembangan pariwisata berkelanjutan harus berdasarkan kriteria keberlanjutan yaitu pembangunan didukung secara ekologis dan layak baik secara ekonomi, keadilan terhadap etika dan lingkup sosial kepada masyarakat. Pariwisata berkelanjutan memiliki prinsip-prinsip, diantaranya:

a. Partisipasi dari masyarakat setempat guna melakukan pengawasan atau controlling pembangunan wisatanya dengan terlibat dalam pembentukan visi misi pariwisata, identifikasi sumber daya dukung, serta pengimplementasian strategi yang disusun.

b. Keikutsertaan pemerintahan setempat dalam pengembangan atau pembangunan.

(9)

28

c. Kepemilikan lokal harus memiliki tawaran lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk pemenuhan ekonomi dengan mengadakan fasilitas penunjang wisata seperti rumah makan, penginpana, dan fasilitas umum lainnya yang dibutuhkan wisatawan.

d. Penggunaan sumber daya harus berkelanjutan yang mana kegiatannya harus menghindari penggunaan secara berlebihan.

e. Harus mewadahi atau menampung tujuan-tujuan masyarakat sehingga muncul hubungan yang harmonis dalam setiap elemen.

f. Adanya daya dukung yang harus dipertimbangkan misalnya daya dukung alami, fisik, dan sosial-budaya.

g. Monitor dan evaluasi juga harus diperhatikan berupa penyusunan pedoman wisata, evaluasi dampak wisata dan juga pengembangan hal-hal lain yang nantinya menunjang pengembangan wisata.

h. Akuntabilitas juga harus dapat memberikan perhatian yang cukup dalam memberikan kesempatan pekerjaan dan mendapatkan pendapatan untuk masayarakatnya.

i. Pelatihan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan harus dilaksanakan dalam program pendidikan dan pelatihan untuk mentransfer ilmu dan meningkatkan keterampilan agar memenuhi keinginan wisatawan.

j. Promosi juga harus dilakukan yang mana meliputi promosi penggunaan lahan dan kegiatan serta identitas masyarakat sekitar kawasan.

2.4 Telaga Ngebel

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki beberapa obyek wisata salah satunya adalah Wisata Telaga Ngebel. Wisata ini merupakan sebuah danau alami yang terletak di Kceamatan Ngebel. Jaraknya sekitar 23 km dari pusat kota Ponorogo. Telaga Ngebel dikelilingi kontur pegunungan yang indah. Telaga Ngebel memiliki luas 150 hektar dengan kelilingnya sekitar 5 km. Telaga Ngebel memiliki udara yang dingin dan sejuk karena berada pada ketinggian 734 mdpl. Disekitarnya terdapat pula beberapa wisata alam yaitu Air Terjun

(10)

29

Toyomerto, Air Terjun Selorejo, Air Tiga Rasa, dan Pemandian Air Panas Tirto Husodo.

Telaga Ngebel lahir dari sebuah legenda pada zaman dahulu yang berkaitan dengan sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon ada kisah seekor ular naga Bernama “Baru Klinting” yang melakukan meditasi dan tak sengaja ditemukan oleh masyarakat sekitar lalu akan dipotong-potong sebagai jamuan makan bersama masyarakat setempat. Ular tersebut berubah menjadi sosok anak kecil yang kemudian mendatangi masyarakat dan mengajak mereka mengikuti sebuah sayembara yang dia buat yaitu mencabut lidi yang dia tancapkan di tanah. Tak satupun masyarakat setempat yang dapat mencabut lidi tersebut dan hanya anak kecil itu sendiri yang dapat mencabutnya hingga dari bekas tancapan lidi tersebut menjadi mata air yang menggenang dan menjadi sebuah telaga yaitu Telaga Ngebel (Dokumen Indonesia, 2017).

Ngebel berasal dari bahasa Jawa yang artinya ‘ngembel’ atau berair. Nama ini diberikan karena pada zaman dahuku, ada seorang tokoh yang sakti melewati suatu daerah di Ponorogo dan melihat fenomena tanah berair dan berujar; “Ana sak wijining jaman, tlatah iki kasebut Ngembel”.

Tetapi seiring berkembanganya zaman, pelafalan ‘ngembel’ pun menjadi tidak sama sehingga saat ini berubah menjadi Ngebel. Telaga Ngebel memiliki potensi alam yang cukup menarik, selain pemandangan yang indah dan udara yang sejuk, Telaga Ngebel juga memiliki fasilitas wisata seperti adanya speed boat, tempat beristirahat, kursi umum, perahu, perahu bebek, dan flying fox.

Tidak hanya itu, banyak pedagang yang berjualan di sekitar telaga mulai dari kuliner khas Ngebel serta makanan-makanan lainnya yang dapat dinikmati sembari melihat pemandangan Telaga Ngebel. Saat ini, Telaga Ngebel dikelola langsung oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo yaitu Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora). Dari tahun ke tahun banyak perkembangan yang sudah terlihat. Mulai dari pembaruan fasilitas wisatawan di kawasan wisata dan fasilitas untuk mendukung ekonomi masyarakat lokal. Hal itu dilakukan dengan membuat spot-spot foto untuk wisatawan, tempat beristirahat untuk wisatawan, tempat duduk, pos

(11)

30

keamanan tempat wisata, dan juga promosi wisata melalui akun media Instagram pariwisata Ponorogo yaitu @ponorogo.tourism kemudian dibantu dengan 16 akun media partnernya guna menyebarluaskan informasi.

Pengelola juga mengadakan tarif untuk masuk ke kawasan wisata yang mana digunakan untuk pengadaan fasilitas, acara, dan pembaruan fasilitas yang sudah ada di Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo.

Sedangkan untuk mendukung perekonomian masyarakat lokal, pemerintah membantu menyediakan stand untuk berjualan di kawasan telaga.

Telaga Ngebel buka setiap hari dari hari Senin-Minggu. Jam operasionalnya selama 24 jam akan tetapi untuk pos penjagaan masuk kawasan wisata hanya berlangsung pada pukul 07.00-16.00 WIB, selebihnya tidak ada yang menjaga. Namun, untuk penginapan, homestay, kuliner, dan orang-orang berjualan biasanya buka selama 24 jam. Selain menikmati atraksi wisata di pagi hingga sore hari. Suasana dan pemandangan Telaga Ngebel pun sangat bagus untuk dinikmati pada malam hari. Bahkan sudah banyak wisatawan yang camping disana.

2.5 Teori Branding

Teori Strategi Branding disampaikan Schultz dan Barnes pada tahun 1999 sebagai suatu manajemen merek yang didalamnya mengatur semua elemen-elemen yang bertujuan membentuk suatu brand. Strategi branding juga diartikan sebagai suatu manajemen brand yang memiliki tujuan mengatur semua elemen dalam brand dengan sikap dan perilaku konsumen (Kotler P. , Manajemen Pemasaran, 2002). Objektif dari strategi branding adalah dapat menyampaikan pesan dengan jelas, dapat mengkonfirmasi kredibilitas pemilik brand, dapat menghubungkan target pemasaran yang lebih personal, memotivasi pembeli, menciptakan kesetiaan pelanggan.

Untuk sukses dalam strategi branding, maka pemilik brand harus memahami kebutuhan serta keinginan pelanggan, mana yang bisa dipengaruhi dan juga tidak bisa dipengaruhi sehingga pengalaman dan persepsi konsumen dapat menyatu. Di dalam strategi branding terdapat bentuk-bentuk strategi

(12)

31

yang digunakan untuk pengkomunikasian brand, (Kotler P. , Manajemen Pemasaran Edisi Millenium, 2002), yaitu:

a. Strategi Brand Positioning

Memposisikan merek merupakan langkah untuk mempresentasikan keunggulan produk dan memunculkan perbedaan dengan kompetitornya. Pemosisian merek juga sebagai strategi untuk memenangkan citra dari suatu merek dan mampu menguasai benak para konsumennya. Penilaian konsumen terhadap hal ini melalui atribut yang ditawarkan oleh suatu brand dan dapat dimengerti oleh pemikiran konsumen serta masyarakat luas. Penentuan strategi positioning dilakukan dengan mengidentifikasi pesaing, riset pasar, menentukan keberadaan kompetitor, menganalisa selesa konsumen, menciptakan keputusan positioning, pemantauan posisi.

Pemosisian sebuah merek memiliki hubungan dengan pemikiran konsumen dalam mempersepsi suatu merek, membedakannya dengan merek lain, serta menempatkan merek dalam benaknya sehingga memiliki asosiasi tertentu. Dimesi dalam brand positioning, yaitu: atribut produk (ciri khusus), manfaat produk, kelompok pengguna (status sosial, kebanggaan, asosiasi merek), pesaing konsumen (perbandingan pelayanan dan kualitas), kategori produk (varian produk), harga.

b. Strategi Brand Identity

Identitas brand merupakan value terhadap sebuah merek dari suatu perusahaan yang ingin disampaikan melalui pesan maupun kesan kepada konsumen terhadap brand-nya.

Elemen dalam brand identity, yaitu nama merek (gambaran terbesar dari sebuah merek), logo (bentuk grafis suatu perusahaan), slogan (tagline), dan kisah merek.

c. Brand Personality

Brand personality merupakan cerminan gambaran dari sebuah perusahaan.

Konsep ini dapat digunakan untuk menganalisis pilihan merek yang

(13)

32

berkaitan dengan perilaku konsumen. Sehingga dapat membangun minat beli konsumen terhadap suatu brand. Dimensi dalam brand personality, yaitu: ketulusan atau kesungguhan, kegembiraan, kompetensi, kecanggihan, dan kekerasan.

d. Strategi Brand Communication

Mengkomunikasikan suatu brand kepada konsumen harus menggunakan komunikasi internal dan komunikasi eksternal seperti event, direct marketing, dan public relations. Pengkomunikasian brand merupakan upaya perusahaan unutk mengkomunikasikan brand-nya kepada konsumen yang juga termasuk ke dalam brand strategy.

2.6 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk menggali data informasi mengenai branding sebagai proses pengelolaan wisata di Telaga Ngebel dalam konteks pariwisata berkelanjutan berdasarkan elemen dalam teori strategi branding yang didalamnya terdapat strategi brand positioning, strategi brand identity, brand personality, dan strategi brand communication, sekaligus membatasi penelitian guna mendapatkan data yang relevan dan yang tidak relevan yang didasarkan pada tingkat kepentingan dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu Branding dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Studi Pengelolaan Wisata Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo).

2.7 Asumsi Dasar

Asumsi dasar dalam penelitian merupakan jabaran dari asumsi proses penelitian yang nantinya diuji kebenarannya. Asumsi ini akan diutarakan dengan terbuka dan sebagian diantaranya tidak terbuka. Misalnya asumsi tentang suatu keadaan yang muncul berdasarkan peristiwa atau kenyataan, yaitu:

(14)

33

a. Asumsi pertama, objek-objek tertentu mempunyai kesamaan contohnya sifat, struktur, bentuk. Dengan begitu maka objek dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan

b. Asumsi kedua, benda tidak mengalami perubahan dalam periode waktu tertentu tetapi semua benda dapat berubah seiring berjalannya waktu c. Asumsi ketiga, setiap kejadian serta gejala bukan sebuah kebetulan akan

tetapi ada hukum sebab akibatnya

Maka dari itu, asumsi dasar dalam penelitian ini dijabarkan secara terbuka menggunakan asumsi tentang objek Wisata Telaga Ngebel yang memiliki bentuk dan atribut yang lainnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis bisa memperkaya teori yang akan dipakai dalam mengkaji penelitiannya. Berikut penelitian terdahulu berupa beberapa skripsi terkait dengan penelitian yang dilaksanakan. Skripsi yang dijadikan acuan berjudul Destination Branding Bawean sebagai Pulau Wisata yang ditulis oleh Novi Nur Anggraini mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya pada tahun 2018.

Destination branding bawean sebagai pulau wisata merupakan salah satu strategi yang dilakukan guna mengubah cara pandang masyarakat terhadap daerah tersebut serta memunculkan perbedaan antar daerah dalam pengembangan potensi wisatanya. Penelitian ini membahas destination branding dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan Teknik observasi dan wawancara mendalam. Teori yang digunakan berupa teori bauran pemasaran 7P. Dari penelitian tersebut ditemukan destinasi wisata Pulau Bawean berupa wisata bahari dengan keindahan biota bawah laut yang masih alamiah dan memilihan pertumbuhan yang cepat.

Sedangkan, penelitian yang dilakukan peneliti pada skripsi berjudul Branding dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan (Studi Pengelolaan Wisata Telaga Ngebel) ini membahas tentang destination branding untuk keberlanjutan pada wisata Telaga Ngebel dengan metode kualitatif,

(15)

34

menggunakan teori strategi branding. Penelitian ini membahas bagaimana pemerintah dalam mengelola kerjasama antar elemen terkait guna mengenalkan dan menguatkan daerah wisatanya.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Secara yuridis Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan perlindungan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul TINJAUAN TENTANG PEMBUKTIAN DAKWAAN DENGAN SAKSI- SAKSI YANG DIBACAKAN OLEH PENUNTUT UMUM

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Besarnya intersepsi tidak dapat dihitung secara langsung karena morfologi tajuk tanaman yang beragam sehingga sulit untuk dilakukan pengukuran, namun nilai intersepsi pada

Oxford (1990) menyatakan bahwa ada dua macam strategi. Yaitu langsung dan tidak langsung. Strategi langsung ada 3 yaitu memori, kognitif dan kompensasi strategi. Strategi tidak

Mirip seperti osilasi pada simulasi tekanan darah sebelumnya, osilasi naik perlahan secara linier dari titik mulai sampai titik puncak (saat MAP), lalu turun perlahan secara

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut