ABSTRAK
WAKTU PEMULIHAN GLUKOSA, FRUKTOSA
DAN SUKROSA PADA KEJANG HIPOGLlKEMIA
Melissa Krisanty, 2002. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr.,
Pembimbing II : DR. Iwan Budiman, dr., MS, AIF.
Latar Belakang
: Selama ini glukosa dipakai sebagai pengobatan utama
untuk hipoglikemia. Oibutuhkan pengobatan lain yang efeknya lebih cepat dari
glukosa untuk menghindari faktor resiko yang lebih berat.
Tujuan : lngin membandingkan waktu pemulihan glukosa, fruktosa dan sukrosa pada kejang hipoglikemia
Metode
: Penelitian dilakukan pada 30 ekor mencit yang telah dibuat kejang
hipoglikemia dengan penyuntikan 1 IU insulin lalu masing-masing kelompok, berisi
10 ekor mencit, disuntikkan secara intra peritoneal glukosa, fruktosa dan sukrosa
15% se1anjutnya membandingkan waktu pemu1ihan kejang setiap jenis gula. Analisis
data yang digunakan adalah ANAVA satu arah dan uji beda rata-rata Waller-Duncan
(a = 5%).
HasH Penelitian : Waktu pemulihan fruktosa, antara 15,81 dan 24,37 detik dengan rata-rata 21,945 detik, 1ebih cepat dari glukosa, antara 26,50 dan 36,34 detik dengan rata-rata 31,999 detik (p<0,05). Waktu pemulihan fruktosa, antara 15,81 dan 24,37 detik dengan rata-rata 21,945 detik, 1ebih cepat dari sukrosa, antara 96,34 dan 144,52 detik dengan rata-rata 117,657 detik (p<0,05). Waktu pemulihan glukosa, antara 26,50 dan 36,34 detik dengan rata-rata 31,999 detik, lebih cepat dari sukrosa, antara 96,34 dan 144,52 detik dengan rata-rata 117,657 detik (p<0,05).
Kesimpulan : Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat dari glukosa, waktu pemulihan fruktosa lebih cepat dari sukro sa, dan waktu pemulihan glukosa lebih cepat dari sukrosa.
oral.
Saran
: Menggunakan fruktosa untuk pengobatan hipoglikemia secara per
ABSTRACT
GLUCOSE, FRUCTOSE AND SUCROSE RECOVERY TIME
ON HYPOGL YCEMIA SEIZURE
Melissa Krisanty, 2002. Tutor 1 :Sugiarto Puradisastra, dr.,
Tutor 11:DR. Iwan Budiman, dr., MS, AIF
Background: Glucose has been used since long time ago as main medication
for hypoglycemia. It is needed another medication which has faster effect than
glucose to avoid heavier risk factors.
Objectives: To compare glucose, fructose and sucrose recover}' time on
hypoglycemia sei~ure
Methods: E'Cperiment was applied to 30 mice that had been made
hypoglycemia sei~ure by irljection of I IV insulin. Each group, consist of 10 mice,
injected intra peritoneal glucose, fructose and sucrose 15 %. Recovery time of each
sugar was compared. Statistical analysis used one way ANOVA and Waller-Duncan
multiple comparison (a = 5%).
Results: Fructose recovery time between 15,81 and 24,37 seconds' with
average 21,945 seconds, was faster than glucose recovery time between 26,50 and
36,34 seconds' with average 31,999 seconds' (p<O,05). Fructose recovery time
between 15,81 and 24,37 seconds' with average 21,945 seconds, was faster than
sucrose recove,y time between 96,34 and 144,52 seconds with average 117,657
seconds (p'O,05). Glucose recovery time betl,1.een 26,50 and 36,34 seconds' with
average 31,999 seconds was faster than sucrose recovery time between 96,34 and
144,52 seconds with average 117,657 seconds (p<O,05).
Conclusions: Fructose recovery time was faster than glucose, fructose
recovery time was faster than sucrose and glucose recovery time was faster than
sucrose.
Recommendations: Vsingfructose to cure hypoglycemia per oral.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ii
SURA T PERNY AT AAN iii
AB STRAK .iv
ABSTRACT.. ... ... ... ... ... v
KAT A PENGANT AR vi
DAFT AR ISI vii
DAFT AR T ABEL ix
DAFT AR GAMBAR x
DAFT AR GRAFIK xi
DAFT AR LAMP IRAN
..xii
BAB I : PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 1
1.3. Maksud dan Tujuan 2
1.4. Ke gunaan Penelitian 2
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2
1.6. Metode Penelitian... 3
1.7. Lokasi dan Waktu. ...
'" 4
BAB n : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gula Darah 5
2.1.1. Definisi dan Sumber 5
2.1.2. Absorbsi Gula Dalam Tubuh 7
2.1.2.1. Absorbsi Glukosa dan Galaktosa 8
2.1.2.2. Absorbsi Fruktosa.. 9
2.1.3. Transportasi Gula Darah 10
2.1.4. Metabolisme Gula Dalam Tubuh l0 2.1.4.1. Glikolisis Embden Meyerhof Glukosa 11 2.1.4.2. Oksidasi Piruvat menjadi Asetil KoA 12 2.1.4.3. Siklus Asam Sitrat (TCC) atau Siklus Krebs 13 2.1. 4.4. Glikogenesis dan Glikogenolisis .15 2.1.4.5. Heksosa Mono Fosfat Shunt (HMP Shunt) atau
Pentosa Phospat Pathway 16
2.1.5. Metabolisme Fruktosa Darah 17 2.1.6. Pengaturan Kadar Gula Darah dan Hormonnya 19 2.1. 7. Metabolisme Gula Dalam Criak ..22
2.2. Hipoglikemia .24
2.2.1. Definisi ..24
2.2.2. Etiologi 25
2.2.3. Patogenesis 27
2.2.4. Gejala 28
2.2.5. Diagnosis 30
2.2.6. Kejang Hipoglikemia 32
2.2.6.1. Definisi 32
2.2.6.2. Mekanisme Kejang Hipoglikemia 33
2.3. Glukosa.. 37
2.3.1. Definisi 37
2.3.2. Penyerapan dan Transportasi Glukosa 37
2.3.3. Metabolisme .37
2.4. Fruktosa 3 8
2.4.1. Definisi 3 8
2.4 .2. Sumber daiam Makanan 3 8
2.4.3. Penyerapan dan Transportasi Fruktosa 38
2.4.4. Metabolisme 39
2.5. Sukrosa 39
2.5.1. Definisi .39
2.5.2. Sumber dalam Makanan 39
2.5.3. Penyerapan dan Transportasi Glukosa AO
2.5.4. Metabolisme 40
BAB ill : BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat Penelitian Al
3.2. Aiat Penelitian Al
3.3. Metode Penelitian Al
3.3.1. Variabei Perlakuan dan Variabel Respons 41
3.3.2. Prosedur Penelitian... 42
3.4. Data yang Diukur 42
3.5. Analisis Data 42
3.6. Hipotesis Statistik A3
3.7. Kriteria Uji 43
BAB IV : BASIL, PEMBABASAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS PENELITIAN
4. 1. Hasil dan Pembahasan A4
4.2. Pengujian Hipotesis Penelitian A5
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 47
5.2. Saran ... ... 47
DAFT AR PU S TAKA.. . .. .. .. . . .. . .. .. :. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . . . .. . .. .. .. . .. . . .. . .. .. . .. .. .. .. .. . .. . .. .. . .. .. 4 8
LAMPIRAN
49
RlW AYAT HIDUP
55
DAFT AR TABEL
Tabe! 2.1. Jum!ah Energi yang Dihasilkan 01eh Satu Mo!ekul Glukosa
15
Tabe! 4.1. Hasi! Percobaan da!am hitungan detik
44
Tabe! 4.2. Signifikansi Wal1er-Duncan Penelitian
44
DAFT AR GAMBAR Gambar 2.1. Proses Pemecahan Karbohidrat
5 Gambar 2.2. Proses pencemaan Disakaida
6 Gambar 2.3. Siklus Cori ..
7
Gambar 2.4. Glikolisis Embden Meyerhof 11
Gambar 2.5. Dekarboksilasi Oksidatif ]
3
Gambar 2.6. Siklus Asam Sitrat (TCC) 14
Gambar 2.7. Glikogenesis dan Glukoneogenesis ] 5 Gambar 2.8. HMP Shunt atau Pentosa Phosphat Pathway 16
Gambar 2.9. Metabo1isme Fruktosa 18
Gambar 2.10. Mekanisme Kejang Hipoglikemia Secara Sistemik 35 Gambar 2. ] 1. Mekanisme Kejang Akibat Hipoglikemia dalam Sel Saraf dan Oto1..36
DAFTARGRAFIK
Grafik 2.1. Kurva GTT pada Pasien Hipoglikemia dan Diabetes
32
DAFTAR LAMPIRAN
TahapanReaksiGl1kolisisEmbden
Meyerhof
...49
TahapanReaksi DekarboksilasiOksidatif.
50
TahapanReaksi Siklus Asam Sitrat
(TCC)
51
TahapanReaksi G1ikogenesi
s
52
TahapanReaksi Glikogenolisis
53
TahapanReaksi Heksosa Mono Fosfat Shunt (HMP Shunt)
53
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes melitus termasuk penyakit yang senng ditemui di Indonesia. Namun dalam penatalaksanaan terapinya sering kali tidak sempuma, bahkan cenderung berlebihan sehingga menimbulkan komplikasi penurunan kadar gula darah. Organ tubuh yang paling sensitif terhadap perubahan kadar gula darah ini adalah otak.
Penurunan kadar glukosa darah dibawah 60 mg % disebut sebagai hipoglikemia. Gejala hipoglikemia timbul bila kadar glukosa darah lebih rendah dari 45 mg %. (Wiyono, 1996). Kejang hipoglikemia baru timbul saat kadar glukosa darah mencapai 20 mg % atau lebih rendah (Mayes et aI, 1985)
Hipoglikemia umumnya ditangani dengan pemberian glukosa. Namun ingin diketahui apakah ahematif lain seperti fruktosa (gula buah) dan sukrosa (gula tebu) dapat dipakai untuk memulihkan hipoglikemia.
Dengan menguji ketiga bahan tersebut dan membandingkan waktu pemulihan (recovery time) masing-masing gula akan kita ketahui gula mana yang paling cepat memulihkan penderita hipoglikemia.
1.2. Identifikasi Masalah Apakah :
2
1.3.
Maksud dan Tujuan
Ingin mengetahui apakah :
1. Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat daripada glukosa.
2. Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat daripada sukrosa.
3. Waktu pemulihan glukosa lebih cepat daripada sukrosa.
1.4. Kegunaan Penelitian
Untuk meningkatkan pengetahuan para tenaga medis dalam hal penanganan hipoglikemia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara memulihkan pasien hipoglikemia secepat mungkin untuk menghindari faktor resiko yang berbahaya bagi otak.
1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Kadar gula darah diatur oleh insulin yang meningkatkan toleransi terhadap karbohidrat dan merendahkan kadar gula dalam darah. Bila didapatkan kadar insulin atau obat anti diabetik dalam tubuh meninggi, akan terjadi penurunan kadar gula darah sedemikian rupa sehingga terjadi hipoglikemia be rat dan mengakibatkan kejang, bahkan kematian.
Otak, sebagai organ penting tubuh, hanya dapat memakai glukosa sebagai sumber energi (Guyton, 1996). Pemakaian glukosa 01eh jaringan otak praktis sangat tergantung pada kadar gula darah yang dibawa oleh darah, sehingga penurunan kadar g1ukosa dalam darah akan berakibat pada penurunan fungsi otak secara bertahap.
3
Glukosa merupakan monosakarida yang paling banyak diserap dan paling
mudah dipecah, terutama oleh otak. Glukosa dalam sel dirubah menjadi ATP, air
dan C02 untuk satu tujuan, yaitu mendapatkan energi sehingga sel dapat
meneruskan fungsinya. Dalam metabolismenya glukosa mengalami perubahan
menjadi glukosa 6-P kemudian fruktosa 6-P kemudian fruktosa 1,6-bifosfat
kemudian gliseraldehid 3-P yang kemudian melanjutkan reaksi menjadi piruvat.
Fruktosa
merupakan
monosakarida
isomer dari glukosa. Umumnya
fruktosa setelah diserap akan segera diubah ke bentuk glukosa dan disimpan
dalam hati dan jaringan lain juga dalam bentuk konversinya masing-masing.
Namun ternyata fruktosa lebih cepat di glikolisis oleh hati daripada glukosa. Hal
ini dimungkinkan karena fruktosa mem-bypass langkah dalam metabolisme
glukosa (Mayes et ai, 1985). Fruktosa dirubah menjadi fruktosa I-P menjadi
gliseraldehid menjadi gliseraldehid 3-P yang kemudian melanjutkan rekasi
menjadi piruvat.
Sukrosa
merupakan
disakarida, gabungan glukosa dan fruktosa. Oalam
pencemaan, harus mengalami pemecahan menjadi monosakarida baru kemudian
diserap dan melanjutkan proses sesuai monosakaridanya.
Hipotesis penelitian :
Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat dari glukosa.
Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat dari sukrosa.
Waktu pemulihan glukosa lebih cepat dari sukrosa.
1.6. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan prospektif eksperimental sungguhan dengan desain rancangan percobaaan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif
4
1.7.
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian diadakan di:
1. Laboratoriwn Fannakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha
47
BABV
KES~PULANDANSARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan melihat waktu pemulihan glukosa, fruktosa dan sukrosa pada kejang hipoglikemia maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Waktu pemulihan fruktosa lebih cepat daripada waktu pemulihan glukosa. 2. Waktu pemulihan ITuktosa lebih cepat daripada waktu pemulihan sukrosa 3. Waktu pemulihan glukosa lebih cepat daripada waktu pemulihan sukrosa.
5.2. Saran
48
DAFT AR PUST AKA
Bambang Madiyono, 1991. Hipoglikemia, dalam: Buku Ajar IImu Kesehatan
Anak, A.H.Markurn (eds). Jakarta: Bala] Penerbit FKUI. 349-350.
Cantarow, Abraham, and Bernard Schepartz, 1957. Biochemistry. Ed: 1. Philadelphia: W.B. Sunders. 9-10,13,418-421,716-717.
Ganong, W.F., 1981. Fisi%gi Kedokteran. Ed: 10. Jakarta: EGC. 50-57, 236-240, 306-308.
Guyton, A.C., and Hall, 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: 1. Jakarta: EGC. 84,717-718,724,961,983-984,1118,1234,1237_1238.
Http://huizen.dds.nl/~hYPoIaq/index.htm
Http://www.a/ternativemedicineandhea/th.com/conditiowhypog/icemia.htm
Http://www.ind<;tate.edu/thcme)nwking/non-g/ucose-sugarmetaho/ism.htm/II fructose
Http://www.niddk.nih.gov/hea/th/diahetes.puhs/hypo.hypo.htlll IiconI rot
Hltp:i/www.pediatric.com.karyailmiahhipog/ikemi.htm/
Htlp :// www.survivediaheles.com
Http://www.lea/dragon.nel!.\.1 acy hypog(vcemia. hIm
Mathews, c.K., and Van Hold KE, 1990. Biochemistry. New York: The Benjamin Cunnings Publishing Co, Inc. 434-446,457,479-485,493-499. Mayes, et aI, 1990. Harper's Review of Biochemistry. Ed: 20. Jakarta: EGC.
176-184,185-196,202-204,210-212,295-298.
Wiyono,P., 1996. Hipoglikemia Pada Penderita Diabetes Melitus. dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, H.M. SjaifoelIah Noer (eds). Ed: 3. Jakarta: