• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regulasi emosi remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Regulasi emosi remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang."

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

REGULASI EMOSI REMAJA

YANG TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL DI KUPANG Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Meglyn Anggriany Ledoh

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan regulasi emosi pada remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana regulasi emosi remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis fenomenologi deskriptif dan subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang remaja yang tidak lulus ujian nasional. Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan inkuiri, transparansi dan koherensi, mengarsipkan semua data, dan audit independen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keempat subjek merasakan emosi-emosi yang digolongkan dalam emosi kecewa, kesedihan, dan malu saat tidak lulus ujian nasional. Akan tetapi, keempat subjek dapat meregulasi emosi dengan melakukan beberapa hal seperti menguatkan diri untuk menerima kenyataan, melakukan refleksi, memilih untuk tidak berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ujian nasional, mengambil makna positif atas peristiwa yang dialami, dan akan mengubah situasi untuk mengurangi emosi apabila secara tidak sengaja berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ujian nasional serta berpikir mengenai langkah selanjutnya yang akan dilakukan. Meskipun demikian, terdapat salah seorang subjek yang menyalahkan diri sendiri atas peristiwa yang dialami. Akan tetapi, subjek tersebut mengharuskan dirinya tetap tegar dan semangat untuk meraih cita-cita. Selain itu, dorongan dari significant others juga memberi dampak pada regulasi emosi remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang.

(2)

EMOTION REGULATION OF ADOLESCENTS WHO DO NOT PASS ON NATIONAL EXAM IN KUPANG

Meglyn Anggriany Ledoh

ABSTRACT

The research aimed to describe emotion regulation of adolescent who did not pass on national exam in Kupang. This research question is how adolescent who did not pass on national exam in Kupang regulated their emotion. This research used phenomenology analysis of qualitative research and subjects in this research were four adolesecents. The validity of this research was done by inquiry, transparency and coherence, archive the data, and independent audit. The result of this research shows that all subjects felt emotions which classified in the emotion of disappointment, sadness, and shame. All subjects were doing something such as keep strong to acceptance the situation, was doing reflection, chose to did not have relation with everything about national exam, took a possitive reappraisal of this event, would change the situasion when they met anything about national exam to decreasing emotions, and think about the next step. Result shows that one subject did self blame. But, he required himself to keep strong and fighting for get his aspiration. In addition, significant others had an impact on regulation emotion of adolescent who did not pass on national exam in Kupang

(3)

REGULASI EMOSI REMAJA

YANG TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL DI KUPANG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Meglyn Anggriany Ledoh

119114085

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv MOTO

Bersukacitalah dalam pengharapan,

sabarlah dalam kesesakan,

dan

bertekunlah dalam doa

(7)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus, sumber kekuatan dan penghiburan yang kekal

Papa, Mama, Atis dan Aldo atas doa, dukungan, dan kasih sayang

(8)
(9)

vii

REGULASI EMOSI REMAJA YANG TIDAK LULUS UJIAN NASIONAL DI KUPANG

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Meglyn Anggriany Ledoh

ABSTRAK

(10)

viii

EMOTION REGULATION OF ADOLESCENTS WHO DO NOT PASS ON NATIONAL EXAM IN KUPANG

Study in Psychology in Sanata Dharma University

Meglyn Anggriany Ledoh

ABSTRACT

The research aimed to describe emotion regulation of adolescent who did not pass on national exam in Kupang. This research question is how adolescent who did not pass on national exam in Kupang regulated their emotion. This research used phenomenology analysis of qualitative research and subjects in this research were four adolesecents. The validity of this research was done by inquiry, transparency and coherence, archive the data, and independent audit. The result of this research shows that all subjects felt emotions which classified in the emotion of disappointment, sadness, and shame. All subjects were doing something such as keep strong to acceptance the situation, was doing reflection, chose to did not have relation with everything about national exam, took a possitive reappraisal of this event, would change the situasion when they met anything about national exam to decreasing emotions, and think about the next step. Result shows that one subject did self blame. But, he required himself to keep strong and fighting for get his aspiration. In addition, significant others had an impact on regulation emotion of adolescent who did not pass on national exam in Kupang

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Regulasi Emosi Remaja Yang Tidak Lulus Ujian Nasional” dengan baik. Penulis

memohon maaf apabila dalam pengerjaan skripsi masih terdapat kesalahan yang tidak semestinya dilakukan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, masukan, dan koreksi yang bersifat membangun ke arah yang lebih baik.

Peneliti menyadari bahwa ada banyak orang-orang terkasih disekitar peneliti yang turut memberi dukungan dan bantuan agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segenap hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji skripsi. Terimakasih atas saran, koreksi, dan masukan yang bersifat membangun, juga kepada seluruh staff dosen, dan karyawan yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, dan dukungan kepada peneliti untuk menjadi pribadi yang lebih baik selama masa studi.

(13)

xi

3. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas bimbingan, arahan, kasih dan kesabaran selama proses penelitian ini.

4. Ibu Debri Pristinella selaku dosen pendamping akademik. Terimakasih atas arahan dan bimbingan selama peneliti menempuh studi di Universitas Sanata Dharma

5. Keempat subjek yang telah membantu peneliti membagikan pengalamannya untuk penelitian ini

6. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Kapolres beserta segenap staff yang turut membantu dalam penelitian ini

7. Kedua orang tua yang peneliti kasihi, Bapak Esau K.M. Ledoh dan Ibu Jeane Ledoh-Foenay atas doa, kasih sayang, kesabaran, dan pengorbanan yang diberikan kepada peneliti. Kedua adik yang sangat peneliti kasihi, Patrizio A. Ledoh dan Pascalino V. Ledoh atas doa, dukungan, canda dan tawa selama ini. Kak Ri, Kak Afli, kak Yance, Kak Thy dan Po beserta seluruh keluarga besar Ledoh-Foenay yang ada di Kupang.

8. Om Henri, Ma Adi, Evan, dan Gilberth atas kasih dan dukungan selama peneliti menempuh studi di Yogyakarta. Tanta Marsi dan Kak Leni untuk perhatian dan pertolongan yang diberikan kepada peneliti

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SKEMA... xvii

DAFTAR TABEL... vxiii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

(16)

xiv

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Regulasi Emosi... 9

1. Pengertian Emosi... 9

2. Bentuk-bentuk Emosi... 11

3. Pengertian Regulasi Emosi... 13

4. Proses Regulasi Emosi... 14

5. Strategi Regulasi Emosi... 16

6. Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Emosi... 19

B. Remaja... 20

1. Pengertian Remaja... 20

2. Karakteristik Remaja... 21

2.1. Perubahan Fisik Remaja... 21

2.2. Perubahan Kognitif... 22

C. Ujian Nasional... 24

1. Pengertian Ujian Nasional... 24

2. Manfaat Ujian Nasional... 25

3. Dampak Ujian Nasional... 25

D. Regulasi Emosi Remaja Yang Tidak Lulus Ujian Nasional... 26

E. Pertanyaan Penelitian... 29

BAB III. METODE PENELITIAN... 30

(17)

xv

B. Jenis Penelitian... 30

C. Fokus Penelitian... 31

D. Subjek Penelitian... 32

E. Metode Pengambilan Data... 32

F. Prosedur Analisis Data... 36

G. Kredibilitas Penelitian... 38

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40

A. Pelaksanaan Penelitian... 40

1. Persiapan Penelitian... 40

2. Pengambilan Data Penelitian... 41

B. Hasil Penelitian... 43

1. Profil Subjek... 43

2. Latar Belakang Subjek... 43

3. Gambaran Umum Mengenai Ujian Nasional Yang Dilalui... 55

4. Analisis Data Penelitian... 59

1. Emosi... 59

2. Hal-hal yang dilakukan untuk mengurangi emosi... 62

3. Hal yang diperoleh setelah mengelola emosi... 70

5. Pembahasan... 72

6. Pembahasan Secara Menyeluruh (4 Subjek)... 84

BAB V. Kesimpulan dan Saran... 89

(18)

xvi

B. Saran ... 90 1. Bagi Peneliti Selanjutnya... 90 2. Bagi siswa yang akan mengikuti ujian nasional... 91 3. Bagi orang tua dan atau wali dari pihak siswa yang akan

(19)

xvii

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Berpikir... 29

Skema 4.1 Regulasi emosi subjek A... 75

Skema 4.2 Regulasi emosi subjek B... 78

Skema 4.3 Regulasi emosi subjek C... 81

Skema 4.4 Regulasi emosi subjek D... 84

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Verbatim Subjek 1 (A)... 1

Ringkasan Tema A... 29

Verbatim Subjek 2 (B)... 31

Ringkasan Tema B... 49

Verbatim Subjek 3 (C)... 51

Ringkasan Tema C... 68

Verbatim Subjek 4 (D)... 70

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya, setiap individu memiliki hak untuk memperoleh pendidikan sebagai suatu persiapan untuk menghadapi masa depan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu. Setelah memperoleh pendidikan, seorang individu diharapkan

dapat berkarya, memiliki kepribadian, kecerdasan, potensi, keterampilan, dan mampu mengendalikan diri (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

(23)

telah ditetapkan untuk mengetahui selisih diantara hasil dan standar.

Salah satu bentuk evaluasi di Indonesia bagi siswa yang berada di kelas VI, IX, dan XII yaitu ujian nasional. Ujian Nasional atau yang biasa dikenal dengan UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar

kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu (Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013). Indonesia menggunakan sistem pengukuran yakni UN untuk mengendalikan mutu pendidikan dan standarisasi prestasi belajar siswa (Puspitasari, 2010; Muri Yusuf, 2015). Pada kenyataannya, di Indonesia banyak pro dan kontra terkait ujian nasional (Puspitasari, 2010; Sudrajat, 2009)

Menurut informasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), UN dijadikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan antar daerah dalam usaha standarisasi mutu pendidikan sehingga UN tetap dilaksanakan setiap tahunnya (Kompas, 2012). Meskipun demikian, beberapa masyarakat juga melakukan berbagai aksi protes agar UN tidak dilaksanakan (Republika, 2013). Hal ini dikarenakan banyak siswa SMP maupun SMA dan atau SMK yang frustrasi, mengalami kecemasan bahkan ada siswa yang bunuh diri karena tidak lulus UN (Puspitasari, 2010; T. Daniel, 2014).

(24)

sisi lain, UN juga memiliki dampak negatif bagi siswa seperti merasa terbeban dengan adanya ujian nasional, dan menimbulkan perasaan cemas jika tidak mampu mencapai standar kelulusan yang telah ditetapkan (Puspitasari, 2010; Ayuningtyas, 2009).

Setiap siswa memiliki harapan untuk lulus ujian nasional. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang dinyatakan tidak lulus ujian nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pada jenjang pendidikan SMP/MTs tahun pelajaran 2010/2011, 2011/2012, dan tahun 2012/2013 Provinsi NTT berada pada peringkat 32 dari 33 Provinsi sedangkan pada tahun 2013/2014 Provinsi NTT berada pada peringkat 21 dari 34 Provinsi di Indonesia. Pada jenjang pendidikan SMA/MA tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2012 Provinsi NTT berada pada peringkat 33 dari 33 provinsi di Indonesia. Pada tahun pelajaran 2012/2013, Provinsi NTT berada pada peringkat 29 dari 33 Provinsi dan pada tahun pelajaran 2013/2014 Provinsi NTT berada pada peringkat 23 dari 34 Provinsi di Indonesia.

(25)

mendapat peringkat-peringkat terbawah pada kelulusan Ujian Nasional di Indonesia.

Peneliti melakukan wawancara pada bulan Agustus 2014 dengan salah seorang siswi di Kupang-NTT yang dinyatakan tidak lulus UN SMA mengatakan bahwa ia merasa kecewa dengan hasil yang diperoleh karena telah belajar selama tiga tahun tetapi gagal saat ujian nasional. Emosi negatif yang dirasakan oleh siswi tersebut yakni sedih, merasa tidak mampu, dan malu. Siswi tersebut mengatakan bahwa ia hanya mampu untuk menangis dan marah kepada diri sendiri. Saat mengetahui bahwa banyak teman yang mengikuti ujian paket C, siswi tersebut mengikuti ujian paket dan mendaftar di salah satu universitas swasta yang ada di daerah setempat. Adapun wawancara dengan siswi yang tidak lulus UN SMP mengatakan bahwa ia sangat sedih, malu, dan kecewa karena gagal meskipun telah menempuh pendidikan selama tiga tahun belajar. Hal yang dilakukan siswi tersebut adalah menangis, berdiam diri di rumah, dan tidak rela apabila ia harus mengulang selama satu tahun mendatang. Adanya dorongan, motivasi, dan semangat yang diberikan orang tua membuat siswi tersebut memutuskan untuk mengikuti ujian paket B dan setelah lulus, ia mendaftar ke salah satu SMA swasta yang ada di daerah setempat. Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa setelah mendengar tidak lulus, siswa di Kupang memilih untuk mengikuti ujian paket.

(26)

mengenai kesuksesan maupun kegagalan yang dialami. Saat individu mengatribusikan kegagalan secara internal yaitu sebagai hasil dari kurangnya usaha maka individu akan lebih berusaha pada tugas atau ujian berikutnya. Sebaliknya, individu yang mengatribusikan kegagalan secara eksternal sebagai faktor yang tidak bisa diubah seperti kurang beruntung, kurang pandai, atau materi yang sangat sulit maka individu akan lebih merasa tidak berdaya dan kurang berusaha. Individu yang yakin bahwa usaha yang dilakukan tidak membuahkan hasil akan mengembangkan learned helplessness yang mempercayai bahwa kegagalan tidak dapat dihindarkan

(Steinberg, 2002).

Berdasarkan berita-berita yang diperoleh dari media massa, pada beberapa daerah di Indonesia ada siswa yang melempar batu ke sekolah, depresi, putus asa hingga mengakhiri hidupnya karena dinyatakan tidak lulus ujian nasional (

http://www.lihat.co.id/2013/05/5-aksi-pelajar-gagal-lulus-un-sampai.html#axzz3CzSsJeG5). Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang tidak lulus ujian nasional memiliki emosi negatif sehingga cenderung memberikan respon yang kurang tepat (Sobur, 2003). Akan tetapi, berdasarkan data yang diperoleh dari Polres Kupang menyatakan bahwa tindak anarki dalam hal ini respon yang kurang tepat tersebut tidak ditunjukkan oleh remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang.

(27)

mengamankan kondisi sekitar dalam hal ini mengamankan individu yang melakukan tindak anarki saat pengumuman hasil UN. Oleh karena itu, penjagaan ketat aparat kepolisian merupakan salah satu alasan remaja di Kupang tidak melakukan tindak anarki. Remaja tersebut memilih untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya dengan mengikuti ujian paket bahkan beberapa guru juga menyatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya ada juga siswa yang kembali menempuh sekolah selama satu tahun untuk mengikuti ujian nasional. Hal ini didukung dengan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa pada tahun 2015 terdapat 5057 individu yang mengikuti ujian paket B di Provinsi NTT. Jumlah yang diberikan termasuk siswa yang tidak lulus ujian nasional dan penduduk yang mengikuti pendidikan kesetaraan. Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun memiliki emosi saat tidak lulus tetapi siswa di Kupang memilih untuk mengikuti ujian paket. Hal ini juga dikarenakan adanya tekanan sosial yang tinggi di Kupang seperti anak akan menjadi sorotan ketika mengalami kegagalan sehingga cenderung merasa frustrasi dan rendah diri. Tekanan sosial yang tinggi cenderung menimbulkan perasaan tertekan apabila tidak dapat mengelola emosi dengan baik (Rasyid, 2012).

(28)

SMA, maupun SMK yang sebelumnya telah mengikuti ujian nasional dan dinyatakan tidak lulus ujian nasional. Peneliti akan mencari tahu terlebih dahulu data kelulusan dari tahun 2005 hingga tahun 2015. Kemudian peneliti juga mencari tahu jumlah siswa yang mengikuti ujian paket di Kota tersebut. Setelah mengetahui informai di atas, peneliti mencari tahu data siswa yang tidak lulus ujian nasional dan melakukan pendekatan yaitu membangun rapport dengan subjek agar terjalin relasi yang baik diantara subjek dan

peneliti kemudian peneliti akan melakukan wawancara.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana regulasi emosi remaja di Kupang yang tidak lulus ujian nasional ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai regulasi emosi pada remaja di Kupang yang tidak lulus ujian nasional.

D. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

(29)

2. Manfaat Praktis a. Remaja

Memberikan evaluasi kepada remaja mengenai manfaat mengelola emosi untuk kembali berprestasi.

b. Masyarakat dan Orang Tua

Memberikan informasi kepada masyarakat dan orang tua terkait perasaan dan hal-hal yang dilakukan seorang remaja saat tidak lulus ujian nasional.

c. Pemerintah

a. Memberikan informasi mengenai dampak dari ujian nasional yang dilakukan.

(30)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Regulasi Emosi

1. Pengertian Emosi

Pada umumnya, setiap individu memiliki emosi. Setiap hari, kita melalui banyak pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi (Sobur, 2003). Misalnya, seorang individu merasa malu karena datang terlambat saat kuliah. Emosi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti menggerakan atau bergerak (Salamah, 2012). Arnold dan Gason mengatakan bahwa emosi dapat dianggap sebagai kecenderungan perasaan yang terarah pada sebuah objek yang dinilai cocok maupun yang dinilai tidak cocok (Gross, 2012).

(31)

Menurut Wedge (1995), emosi yang dirasakan akan semakin kuat jika diberi suatu tindakan (Sobur, 2003). Hal yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yaitu saat seorang yang sedang marah memberi pukulan pada orang lain maka hal tersebut tidak mengurangi amarah tetapi semakin membuat amarah menjadi kuat. Sebaliknya, jika seorang menghadapi masalah dengan santai dan tidak tegang maka hal tersebut diprediksikan tidak akan menimbulkan amarah (Sobur, 2003). Menurut teori James-Lange dalam Sobur (2003), emosi adalah perubahan tubuh yang terjadi sebagai hasil persepsi seseorang terhadap sebuah stimulus. Menurut Lazarus (1991), emosi adalah reaksi psikofisiologis yang terorganisasi terhadap sebuah kabar (Gross, 2012).

(32)

2. Bentuk-bentuk Emosi

Berdasarkan aktivitasnya, tingkah laku emosional dibagi menjadi empat macam yaitu marah, takut, cinta, dan depresi (Mahmud, 1990 dalam Sobur, 2003). Berdasarkan penelitian Wade dan Tavris (2007), manusia telah memiliki emosi primer semenjak dilahirkan sedangkan emosi sekunder akan berbeda pada setiap individu karena dapat dikembangkan berdasarkan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pada umumnya, emosi primer meliputi rasa takut (fear), marah (anger), sedih (sadness), senang (joy), terkejut (surprise), jijik (disgust), dan sebal (contempt). Emosi sekunder meliputi variasi kebudayaan dengan berbagai emosi yang akan berkembang berdasarkan tingkat pemikiran setiap individu (Wade & Tavris, 2007).

Adapun klasifikasi emosi menurut Lazarus dalam Salamah (2012), antara lain anger (marah), anxiety (cemas), fright (takut), guilt (rasa bersalah), shame (malu), sadness (sedih), envy (iri), jealousy (cemburu), disgust (jijik), happiness (senang), pride (bangga), relief (lega), hope

(33)

sebagai akibat tidak terpenuhinya suatu keinginan. Envy adalah perasaan iri hati saat mengetahui milik orang lain melebihi milik pribadi.

Jealousy adalah perasaan cemburu saat kehilangan kasih sayang

akibat hadirnya pihak ketiga. Sadness adalah perasaan sedih sebagai akibat kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan. Disgust adalah perasaan jijik untuk berdekatan dengan individu atau objek yang tidak disukai. Happiness adalah perasaan senang saat berhasil mencapai suatu tujuan.

Pride adalah perasaan bangga atas pencapaian sesuatu yang dihargai

masyarakat. Relief adalah perasaan lega yang muncul karena hilangnya perasaan stres. Hope adalah harapan saat menghadapi kemungkinan terburuk untuk menjadi lebih baik dan semakin baik. Love adalah perasaan kasih sayang yang ditunjukkan dengan selalu membahagiakan orang lain. Compassion adalah perasaan kasihan saat melihat penderitaan orang lain

dan ingin menolong orang tersebut.

Daniel Goleman (Ali, 2011) mengidentifikasi beberapa kelompok emosi yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Amarah, meliputi mengamuk, benci, brutal, tindak kekerasan, tersinggung, bermusuhan, kesal hati, terganggu, marah besar

2. Kesedihan, meliputi sedih, muram, suram, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

(34)

4. Kenikmatan, meliputi bahagia, gembira, riang, senang, terhibur, bangga, rasa terpenuhi, terpesona.

5. Cinta, meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kasih sayang, kasmaran, kebaikan hati, bakti, rasa dekat, dan hormat

6. Terkejut, meliputi terkesiap, takjub, dan terpana

7. Jengkel, meliputi tidak suka, hina, benci,muak, jijik, mual, dan mau muntah

8. Malu, meliputi aib, menyesal, rasa bersalah, malu, kesal hati, dan hati hancur lebur.

Paul Ekman dalam Goleman (1995) menyatakan bahwa emosi takut, marah, sedih, dan senang merupakan emosi yang dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah sehingga dikenali oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk-bentuk emosi yang dikemukakan oleh Goleman, yang meliputi amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.

3. Pengertian Regulasi Emosi

(35)

diri mereka. Proses pengendalian emosi juga disebut sebagai regulasi emosi.

Thompson mengatakan bahwa regulasi emosi dapat dilihat sebagai proses awal yaitu merasakan, memelihara, dan mengelola emosi untuk mencapai tujuan dan memudahkan dalam upaya menyesuaikan diri dengan fungsi sosial (Zimmermann et al., 2014; Feng et al., 2009). Eisenberg mengartikan regulasi emosi sebagai proses awal, memelihara, mengatur perasaan yang berkaitan dengan fisiologis (Novarida dkk, 2012). Gross mengatakan bahwa regulasi emosi adalah kemampuan seorang dalam mengelola emosi dalam rangka mencapai keseimbangan emosional sehingga mampu mengungkapkan emosi yang tepat (Wahyuni, 2013).

Regulasi emosi juga merupakan kemampuan untuk tetap tenang saat berada di bawah tekanan (Rasyid, 2012). Regulasi emosi juga diasumsikan sebagai faktor penentu keberhasilan seorang individu dalam usahanya untuk berfungsi secara normal seperti proses beradaptasi dan dapat memberi respon yang sesuai (Thompson dalam Salamah, 2012). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa regulasi emosi merupakan kemampuan dan proses seseorang untuk merasakan, memelihara, dan mengelola emosi agar dapat memberikan respon yang tepat.

4. Proses Regulasi Emosi

(36)

situasi (situation modification), penyebaran perhatian (attentional deployment), perubahan kognitif (cognitive change), dan perubahan respon

(response modification) (Widuri, 2010; Nurhera, 2013, Gross & Jazaieri,

2014). Lima tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemilihan situasi (situation selection) meliputi tindakan menghindari atau mendekati objek dan situasi tertentu dalam upaya mengurangi atau meningkatkan emosi. Situation selection dapat dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh orang lain

2. Perubahan situasi (situation modification) adalah usaha mengubah situasi secara langsung untuk mengalihkan emosi yang dirasakan. Terkadang sulit untuk membedakan antara situation selection dan situation modification. Akan tetapi, situation modification lebih

menekankan pada perubahan lingkungan fisik, seperti memberikan prihatin kepada teman yang sedang memiliki masalah.

3. Penyebaran perhatian (attentional deployment) merupakan bentuk pengelolaan emosi dengan mengalihkan perhatian yang tidak menggunakan fungsi alat indera, pengubahan arah perhatian yang dapat dilakukan dengan distraksi atau konsentrasi, dan merespon kembali emosi tersebut.

(37)

b. Konsentrasi adalah memfokuskan perhatian kepada situasi yang menimbulkan emosi. Seorang yang mengarahkan perhatian secara berulang kepada perasaan yang dialami dan konsekuensinya dikenal dengan istilah perenungan. Perasaan tidak tenang atau resah akan meningkat apabila perhatian difokuskan pada ancaman-ancaman di masa yang akan datang. Namun, memfokuskan perhatian pada ancaman di masa yang akan datang cenderung dapat menurunkan respon emosi yang negatif (Aftrinanto, 2012).

4. Perubahan kognitif (cognitive change) yaitu menghubungkan dan membandingkan situasi yang dialami dengan situasi yang berada di bawah situasi yang dialami tersebut.

5. Perubahan respon (response modulation) terjadi pada bagian akhir yang merupakan respon seseorang setelah mengalami emosi. Respon tersebut dapat dilakukan pada aspek fisiologis, seperti penggunaan obat dan relaksasi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan proses regulasi emosi yang dikemukakan oleh Gross yang terdiri dari pemilihan situasi, perubahan situasi, penyebaran perhatian, perubahan kognitif, perubahan respon.

5. Strategi Regulasi Emosi

(38)

focused) (Widuri, 2010; Kusumaningrum, 2012; Aldao, 2013).

Antecendence focused emotion regulation atau reappraisal yaitu berpikir tentang situasi untuk menurunkan dampak emosional sedangkan response focused emotion regulation atau suppresion menghambat keluarnya

tanda-tanda emosi.

Selain itu, terdapat beberapa bentuk strategi regulasi emosi yang dikemukakan oleh Garnefski (Nisfiannoor & Kartika, 2004). Strategi emosi tersebut terdiri dari self blame, blaming others, acceptance, refocus on planning, positive refocusing, rumination or focus on thought, positive

reappraisal, putting into perspective, dan catastrophizing. Self blame

adalah pola pikir yang menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah dialami. Self blame berhubungan positif dengan depresi. Blaming others merupakan pola pikir yang menyalahkan orang lain atas kejadian yang dialami. Acceptance adalah pola pikir yang pasrah dan menerima sesuatu yang terjadi pada dirinya. Acceptance memiliki hubungan yang positif dengan perasaan optimis dan self esteem serta memiliki hubungan negatif dengan perasaan cemas.

Refocus on planning mengacu pada pemikiran terkait langkah yang

(39)

kecenderungan untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan dibanding memikirkan kenyataan. Apabila hal ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka dapat menimbulkan hal yang bersifat maladaptif.

Rumination or focus on thought merupakan pola pikir yang

memikirkan kejadian yang telah terjadi terus menerus. Strategi ini memiliki hubungan yang positif dengan depresi. Positive reappraisal merupakan pengambilan makna positif dari suatu kejadian. Strategi ini berhubungan negatif dengan perasaan cemas serta memiliki hubungan positif dengan perasaan optimis dan self esteem. Putting into perspective merupakan pola pikir yang acuh dan meremehkan masalah yang terjadi. Catastrophizing adalah pola pikir yang menekan individu dengan

menganggap diri tidak beruntung dari situasi yang terjadi.

Menurut Garnefski, strategi regulasi emosi yang baik terdiri dari acceptance, refocus on planning, positive refocusing, positive reappraisal,

dan putting into perspective. Hal ini disebabkan strategi regulasi tersebut menunjukkan hubungan yang positif antara keoptimisan dan tingkat kepercayaan diri. Strategi regulasi emosi yang kurang baik adalah self blame, blaming others, rumination or focus in thought, dan

catastrophizing. Hal ini disebabkan strategi tersebut berhubungan erat

(40)

6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Emosi

Menurut Thompson, proses emosi dipengaruhi oleh kesadaran, pemahaman, dan jenis kelamin. Di sisi lain, proses regulasi emosi juga dipengaruhi oleh hubungan antara orang tua dan anak, umur dan jenis kelamin, serta hubungan interpersonal. Menurut Rice, perasaan yang ada diantara keluarga dapat bersifat positif dan negatif. Perasaan positif dalam keluarga dapat berupa kehangatan, sensitivitas, kasih, cinta. Sebaliknya, perasaan negatif dapat berupa penolakan yang berujung pada permusuhan. Adanya kebutuhan perasaan seperti di atas, menunjukkan bahwa orang tua memiliki pengaruh pada emosi anaknya (Nisfiannoor & Kartika, 2004).

(41)

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja juga dikenal sebagai masa pencaharian identitas. Erikson mengatakan bahwa untuk menjadi orang dewasa, remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas. Menurut Stanley Hall, masa remaja merupakan masa “stress and strain” yaitu masa

kegoncangan dan kebimbangan. Remaja atau adolescene adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa awal yang dimasuki pada usia 10 hingga 22 tahun dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan sosial (Santrock, 2002; Dariyo, 2004). Di sisi lain, Elizabeth B. hurlock menggolongkan rentang usia remaja antara 13 sampai dengan 21 tahun yang dibagi kedalam remaja awal yaitu 13 sampai dengan 17 tahun dan remaja akhir yaitu 17 tahun sampai dengan 21 tahun, sedangkan pada usia 10 sampai dengan 13 tahun merupakan masa pubertas atau preadolescence.

(42)

perkembangan karakteristik seksual. Selain itu, pada masa ini remaja telah memiliki pemikiran yang logis, abstrak, idealistis, remaja juga dapat mandiri dan banyak meluangkan waktu di luar keluarga.

2. Karakteristik Remaja 2.1. Perubahan Fisik Remaja

Perubahan fisik remaja yaitu adanya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks dan dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual. Sebelum mengalami pubertas, seorang anak mengalami pertumbuhan rata-rata sepanjang 2-3 inchi setiap tahunnya. Saat mencapai pubertas, rata-rata anak mengalami percepatan dalam bertumbuh yakni 4-6 inchi pertahun.

(43)

Seorang remaja akan semakin memperlihatkan minat yang besar pada citra tubuhnya ketika mengalami pubertas. Beberapa penelitian menemukan bahwa anak-anak perempuan yang lebih awal matang lebih mudah terkena sejumlah masalah. Meskipun demikian, kematangan yang lebih awal cenderung terjadi pada anak laki-laki. Di sisi lain, anak laki-laki yang terlambat matang dapat mencapai identitas yang lebih berhasil sebagai orang dewasa.

Kematangan yang lebih awal atau terlambat dapat menempatkan seorang remaja pada suatu risiko. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa kematangan awal maupun terlambat memberikan dampak pada perkembangan (Santrock, 2002).

2.2. Perubahan Kognitif

Santrock (2002) mengatakan bahwa pada saat memasuki usia remaja, seorang memiliki pemikiran yang lebih abstrak, logis, dan idealistis. Selain itu, remaja juga mampu menguji pemikiran sendiri, pemikiran orang lain, dan pemikiran orang lain mengenai remaja tersebut.

(44)

ciri-ciri ideal menurut orang lain. Kemudian, remaja tersebut membandingkan ciri-ciri yang mereka miliki dengan ciri-ciri yang dimiliki orang lain. Selain berpikir abstrak dan ideal, seorang remaja juga berpikir secara lebih logis. Pada pemikiran yang logis, remaja mulai berpikir mengenai cara pemecahan masalah secara lebih sistematis.

(45)

2002). Remaja juga perlu memiliki banyak peluang untuk mendiskusikan dan mempraktikkan keputusan yang realistis.

C. Ujian Nasional

1. Pengertian Ujian Nasional

Setiap siswa yang duduk di bangku akhir sebuah jenjang pendidikan akan mengikuti dan melalui kegiatan atau evaluasi pengukuran yang disebut dengan ujian nasional (Fauziah, 2011; Naviska, 2012; Puspitasari, 2009).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 97 tahun 2013 pada BAB I dengan Ketentuan Umum dalam pasal 1 ayat 5 menyatakan bahwa Ujian Nasional atau yang biasa dikenal dengan UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian

pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional pada mata

pelajaran tertentu. Ujian Nasional merupakan salah satu cara pemerintah

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia (Puspitasari, 2009). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia Nomor 34 tahun 2007, ujian nasional didefinisikan sebagai kegiatan pengukuran dan penilaian kemampuan dan kompetensi peserta didik secara nasional (Fauziah, 2011).

(46)

2. Manfaat Ujian Nasional

Pelaksanaan ujian nasional masih menimbulkan pro dan kontra (Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data Statistik Pendidikan, 2012). Ujian nasional memiliki dampak negatif dan positif (Puspitasari, 2010).

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa UN hanya mengukur aspek kognitif dan menghamburkan uang. Meskipun demikian, ujian nasional tetap di pertahankan sebagai pengendali mutu pendidikan yang mendorong peserta didik, pendidik, dan penyelenggara untuk bekerja sama dan bekerja keras demi memperoleh hasil yang baik (Puspitasari, 2010).

Pemerintah dapat mengendalikan mutu pendidikan berdasarkan ujian nasional (Fauziah, 2011). Akan tetapi, ujian nasional juga memberikan dampak pada siswa seperti kecemasan yang jika berada pada tingkat tinggi maka akan berujung pada depresi (Puspitasari, 2010).

3. Dampak Ujian Nasional

Ujian Nasional memberikan beban tersendiri bagi siswa yang akan mengikuti ujian nasional. Perasaan ini muncul ketika siswa menempati kelas akhir pada suatu jenjang pendidikan (Pupitasari, 2010). Menurut Harti dalam Puspitasari (2010), siswa akan merasakan kecemasan ketika tidak mampu mencapai standar kelulusan yang telah ditetapkan.

(47)

berlebihan karena takut tidak lulus (Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan, 2012).

Di sisi lain, ketika seorang tidak lulus ujian nasional maka orang tersebut cenderung merasakan emosi negatif. Saat mengalami emosi negatif, seorang juga cenderung melakukan tindakan yang kurang tepat (Sobur, 2003).

D. Regulasi Emosi Remaja Yang Tidak Lulus Ujian Nasional

Pada dasarnya, pemerintah melaksanakan ujian nasional agar dapat mengendalikan mutu pedidikan pada setiap daerah dan mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Fauziah, 2011; Puspitasari, 2010). Sebagian siswa yang akan mengikuti ujian nasional, cenderung belajar dan bekerja keras untuk lulus dalam ujian nasional (Puspitasari, 2010). Setiap siswa yang mengikuti ujian nasional memiliki harapan untuk lulus. Namun, pada kenyataannya setiap tahun selalu ada fenomena mengenai hal-hal negatif yang dilakukan oleh siswa yang tidak lulus ujian nasional (Fauziah, 2011). Seorang individu memiliki emosi yang negatif ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan sehingga cenderung memberi respon emosi yang kurang tepat (Sobur, 2003).

(48)

Dalam upaya mengurangi respon emosi yang kurang tepat, seorang individu tidak hanya mengalami sebuah perasaan tetapi juga mampu untuk mengelola perasaan yang tersebut (Wade dan Travis, 2007). Adapun upaya untuk menghindari respon emosi yang kurang tepat yaitu dengan mengelola atau meregulasi emosi yang dialami.

(49)

Skema 2.1 Kerangka Berpikir

Skema kerangka penelitian regulasi emosi remaja yang tidak lulus ujian nasional di Kupang

Fenomena UN di Indonesia

Emosi negatif

Lulus Tidak Lulus

Harapan tidak sesuai dengan kenyataan

Respon kurang tepat (Sobur, 2003)

(50)

E. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dalam kualitatif menurut Creswell (2010) terdiri dari dua bentuk yaitu rumusan masalah utama dan beberapa subrumusan masalah spesifik. Rumusan masalah utama adalah pertanyaan utama dari suatu penelitian yang bersifat umum. Pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana regulasi emosi remaja di Kupang yang tidak lulus ujian nasional.

Bentuk pertanyaan penelitian yang kedua yaitu subrumusan atau subpertanyaan. Subpertanyaan dimaksudkan untuk mempersempit fokus penelitian, tetapi tidak menutup diri untuk kemungkinan yang akan muncul (Creswell, 2010). Subpertanyaan dalam penelitian ini yaitu:

a. Apa yang dirasakan remaja yang tidak lulus ujian nasional.

b. Apa yang dilakukan remaja tersebut saat mengetahui tidak lulus ujian nasional.

c. Apa yang mendorong remaja mengelola emosi dan melanjutkan pendidikan.

(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional

Regulasi emosi merupakan proses merasakan, memelihara, dan mengelola emosi dalam upaya menyesuaikan diri dengan fungsi sosial (Zimmermann et al., 2014; Feng et al., 2009). Regulasi emosi juga merupakan kemampuan untuk tetap tenang saat berada di bawah tekanan (Rasyid, 2012). Selain itu, regulasi emosi memberikan dampak positif dalam upaya mengurangi respon yang kurang tepat (Sobur, 2003). Dengan demikian, regulasi emosi merupakan kemampuan dan proses seseorang dalam hal merasakan, memelihara, dan mengelola emosi agar dapat memberikan respon yang tepat.

B. Jenis Penelitian

Peneliti akan menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengeksplorasi, deskripsi, dan interpretasi terhadap pengalaman personal dan sosial dari partisipan penelitian. Tujuan penelitian kualitatif yaitu memberikan uraian deskriptif mengenai fenomena yang diselidiki. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data dalam bentuk laporan verbal naturalistik seperti transkip wawancara atau pernyataan tertulis kemudian analisis yang dilakukan bersifat tekstual (Smith, 2009).

(52)

mengidentifikasi pengalaman manusia mengenai suatu fenomena secara lebih mendalam. Fenomenologi merupakan metode analisis dimana peneliti akan berusaha menemukan makna yang terkandung di dalam sebuah fenomena. Partisipan dalam penelitian ini akan menjadi pihak pertama dalam mendeskripsikan kehidupan yang dialami (Smith, 2009). Selama proses ini berlangsung, peneliti diharapkan tidak melibatkan pengalaman pribadi.

C. Fokus Penelitian

(53)

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Subjek dipilih menggunakan purposive sample yaitu subjek ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dari peneliti (Sugiyono, 2014; Meleong, 2014). Kriteria yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang dinyatakan tidak lulus dalam ujian nasional SMP, SMA, atau SMK di Kota Kupang,

2. Tidak melakukan tindak anarki, mengikuti ujian paket, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,

3. Berada dalam rentang usia 13 sampai dengan 21 tahun. Hal ini disebabkan pembagian usia remaja menurut Harlock berada pada rentang 13 sampai dengan 21 tahun.

Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik snow ball karena peneliti dapat bertanya kepada subjek penelitian yang telah diwawancara sebelumnya mengenai seseorang yang dapat dihubungi untuk dijadikan subjek penelitian selanjutnya (Djaelani, 2013; Sugiyono, 2014)

E. Metode Pengambilan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode Wawancara Semi-Terstruktur. Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-depth-interview, dan pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan dengan

(54)

pertanyaan pada pedoman wawancara. Akan tetapi, urutan pertanyaan tidak sama pada setiap subjek penelitian karena tergantung pada jawaban setiap subjek penelitian (Rachmawati, 2007). Peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur karena metode ini memberi peluang kepada peneliti untuk menanyakan beberapa hal yang muncul dari pernyatan-pernyataan subjek penelitian (D-Bloom et al., 2006). Data wawancara akan direkam menggunakan handphone kemudian akan disalin kedalam bentuk verbatim.

(55)

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan Tujuan

1. Apakah anda pernah mengikuti ujian nasional ?

memastikan bahwa interviewee pernah mengikuti ujian nasional.

2. Pada tahun berapa anda mengikuti ujian nasional ?

Ingin mengetahui pada tahun berapa peristiwa tersebut terjadi

3. Bagaimana hasil ujian nasional anda ?

Ingin memastikan bahwa interviewee memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek

4. bagaimana perasaan saat anda tidak lulus?

mengetahui emosi yang dirasakan saat tidak lulus ujian nasional

5. Mengapa anda merasakan perasaan yang dimaksud?

Mengetahui alasan di balik emosi yang dirasakan

6. Saat anda mengetahui bahwa anda tidak lulus dan mengalami emosi tersebut, apa yang anda lakukan?

Ingin mengatahui tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai akibat dari emosi yang dirasakan.

7. Mengapa anda memilih untuk bertindak demikian? (Misalnya berdiam diri di rumah)

Pertanyaan ini akan memberikan informasi mengenai proses regulasi

(56)

merasakan emosi tersebut ? interviewee mengalami perasaan tersebut

9. Setelah itu, apa yang anda lakukan ?

 Ingin mengetahui tindakan yang dilakukan setelah mengalami emosi tersebut

 mengetahui bagaimana proses regulasi emosi

10. Bagaimana sampai akhirnya anda melakukan hal tersebut (hal yang dimaksud terdapat pada jawaban soal nomor 9)?

Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi regulasi emosi seperti dorongan dari keluarga dan lingkungan serta keinginan diri sendiri)

11. Bagaimana perasaan anda dan manfaat yang anda peroleh setelah anda mampu mengelola emosi, kembali termotivasi, memiliki keinginan untuk terus berjalan menuju jenjang yang lebih tinggi?

Ingin mengetahui perasaan dan manfaat yang diperoleh interviewee setelah mampu mengelola emosi yang dialami.

Berdasarkan metode diatas, maka proses pengumpulan data akan dilakukan sebagai berikut:

(57)

2. Setelah memperoleh (calon) subjek, peneliti akan menjalin rapport dengan setiap (calon) subjek secara personal kemudian menjelaskan kepada (calon) subjek mengenai kebutuhan peneliti untuk memperoleh data sebagai pemenuhan tugas akhir

3. Peneliti akan menjelaskan kepada setiap (calon) subjek secara personal mengenai topik dan tujuan penelitian

4. Menanyakan kesediaan (calon) subjek untuk menjadi subjek penelitian 5. Jika (calon) subjek bersedia menjadi subjek penelitian maka peneliti akan

menanyakan kesediaan waktu subjek untuk melakukan wawancara

6. Peneliti akan melaksanakan wawancara sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta ijin kepada subjek untuk menggunakan alat bantu rekam berupa handphone agar mempermudah peneliti untuk membuat verbatim

7. Peneliti mendengar hasil wawancara kemudian membuat verbatim lalu memulai untuk menganalisis data

8. Peneliti membaca verbatim secara berulang dan akan kembali melakukan wawancara apabila data-data yang diharapkan belum muncul.

9. Hasil analisis dibaca oleh subjek dan teman atau peneliti yang lebih ahli untuk memperoleh kredibilitas penelitian

F. Prosedur Analisis Data

(58)

data tesebut, mencari dan menemukan pola, menemukan sesuatu yang penting dan yang dapat dipelajari, serta memutuskan sesuatu yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis fenomenologi deskriptif. Menurut Giorgi, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:

1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu membaca secara berulang keseluruhan data yang telah diverbatim. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memahami deskripsi pengalaman yang muncul.

2. Langkah yang kedua yaitu melakukan konstitusi terhadap data. Tahap ini lebih menekankan pada rangkuman sehingga dapat memberikan penjelasan terhadap masalah-masalah implisit. Konstitusi terhadap data yang dimaksud yaitu dengan melakukan unit makna, karena yang menjadi tujuan dari analisis yaitu makna. Unit makna dapat dihasilkan dari membaca data deskripsi secara berulang dan cermat. Setiap peneliti dapat memberikan tanda seperti garis miring dalam teks apabila peneliti tersebut menemukan transisi makna.

(59)

G. Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas merupakan istilah lain untuk membahasakan validitas dalam penelitian kualitatif. Validitas kualitatif menurut Gibs (dalam Creswell, 2010) merupakan pemeriksaaan akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Meleong (2014) menyatakan bahwa diperlukan pemeriksaan dalam upaya menemukan kredibilitas penelitian yang didasarkan pada beberapa kriteria tertentu. Salah satu teknik pemeriksaan Meleong yang digunakan oleh peneliti yaitu melakukan inkuiri terhadap data sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai kemudian menunjukkan hasil penemuan kepada yang subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga melakukan beberapa prinsip umum yang dikemukakan Yardley (dalam Smith, 2009) yaitu transparansi dan koherensi. Kedua tahap ini mengacu pada tahapan-tahapan proses penelitian yang dijabarkan dalam laporan penelitian, seperti melakukan deksripsi yang cermat terkait partisipan, jadwal dan pelaksanaan wawancara, serta langkah-langkah yang diterapkan dalam analisis.

(60)
(61)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian antara lain:

a. Peneliti membuat surat ijin penelitian yang ditujukan kepada Kapolsek Kupang Kota. Surat tersebut dibuat dengan tujuan melakukan wawancara kepada Kapolsek Kupang Kota untuk memperoleh data terkait topik penelitian.

b. Setelah memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti juga melakukan penelitian di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT untuk memperoleh data terkait topik penelitian.

c. Setelah memperoleh data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, peneliti melakukan wawancara kepada salah seorang dari setiap pengurus pada beberapa lembaga penyelenggaraan ujian paket terkait jumlah siswa yang mengikuti ujian paket.

(62)

e. Setelah bertemu dengan siswa dan memastikan bahwa siswa tersebut masuk ke dalam kriteria penelitian dalam topik ini, maka peneliti segera meminta kesediaan siswa tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian ini menjadi subjek penelitian.

f. Setelah subjek bersedia, peneliti akan mejelaskan mengenai topik, tujuan, dan prosedur dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti juga menyatakan secara langsung kepada setiap subjek bahwa peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan oleh subjek. Data yang diberikan oleh subjek hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. g. Selain itu, peneliti juga memberitahukan kepada subjek bahwa peneliti mengunakan handphone sebagai alat perekam untuk merekam setiap sesi wawancara dengan baik. setelah itu, peneliti memulai untuk melakukan wawancara.

2. Pengambilan Data Penelitian

Pada proses pengambilan data, peneliti melakukan pengambilan data dengan melakukan wawancara secara langsung dan adapun melalui telepon. Pada subjek A, B, dan C peneliti melakukan wawancara utama secara langsung sedangkan peneliti melakukan penggalian data atau probing melalui telepon. Pada subjek D, peneliti melakukan wawancara

(63)

Creswell (2010) mengatakan bahwa kelebihan melakukan wawancara melalui telepon yaitu partisipan dapat lebih leluasa memberikan informasi. Hal ini juga mendorong peneliti melakukan wawancara bukan hanya berhadapan secara langsung tetapi juga melalui telepon. Meskipun demikian, terdapat kelemahan pengambilan data utama dan probing untuk subjek IV yang dilakukan melalui telepon yaitu peneliti tidak bisa berhadapan dan melihat secara langsung gerak tubuh dan ekspresi emosi subjek. Dibawah ini adalah jadwal pengambilan data wawancara yang dilakukan peneliti di Kupang dan melaui handphone.

Tabel 4.1

Waktu dan Tempat Penelitian

Hari / tanggal Waktu Tempat

A

Kamis, 22 Oktober 2015 Kamis, 5 November 2015

17.35-18.55 WITA 07.50-08.35 WIB

Rumah Subjek Via Handphone

B

Minggu, 25 Oktober 2015 Minggu, 8 November 2015

09.30-10.55 WITA 21.55-22.20 WIB

Rumah Makan Via Handphone

C

Minggu, 25 Oktober 2015 Senin, 9 November 2015

11.00-12.00 WITA 19.30-19.57 WIB

Rumah Makan Via Handphone

D

Selasa, 10 November 2015 Kamis, 12 November 2015

09.30-10.15 WIB 21.25-21.31 WIB

(64)

B. Hasil Penelitian 1. Profil Subjek

Tabel 4.2 Profil Subjek

NO. Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek 4

1. Inisial A B C D

2. Usia 15 tahun 16 tahun 15 tahun 15 tahun

3.

Jenis Kelamin

Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki

4.

Urutan kelahiran

4 dari 4 bersaudara

5 dari 5 bersaudara

1 dari 4 bersaudara

1 dari 2 bersaudara

5.

Jumlah saudara

3 4 3 1

6.

Tidak lulus pada jenjang

pendidikan

SMP SMP SMP SMP

2. Latar Belakang Subjek a. Subjek 1 (A)

(65)

meyakini bahwa apabila ia rajin maka ia akan menjadi sukses. Di sisi lain, subjek mengatakan bahwa ia termasuk pribadi yang kurang bergaul karena takut terjemurus ke dalam hal-hal negatif seperti penggunaan obat terlarang dan minum minuman keras. Subjek juga mengatakan bahwa ia termasuk pribadi yang tidak disiplin waktu sehingga cenderung terlambat dalam beberapa kegiatan. Meskipun demikian, subjek mengatakan bahwa sifat yang paling menonjol yaitu penurut dan dinilai sebagai sosok yang pendiam oleh teman-temannya. Subjek juga mengatakan bahwa ia termasuk sosok yang cukup berperan dalam melakukan pekerjaan rumah. Motto hidup yang dimiliki subjek yaitu ora et labora yaitu berdoa dan bekerja. Subjek meyakini bahwa apabila ia berdoa dan bekerja maka tidak ada yang tidak mungkin.

(66)

Meskipun demikian, subjek memiliki cita-cita untuk menjadi seorang perawat ataupun seorang guru. Apabila subjek dihadapkan dengan tugas sekolah dan pekerjaan rumah, maka ia akan menyelesaikan tugas sekolah terlebih dahulu sedangkan pekerjaan rumah akan diselesaikan setelah pulang sekolah. Dalam bidang non akademis, subjek pernah mengikuti pertandingan bola kaki gabungan dua sekolah waktu duduk di bangkus SD dan pernah mengikuti lomba gerjak jalan indah waktu duduk di bangku SMP serta ikut bermain drama untuk merayakan Natal di Gereja.

(67)

Subjek mengatakan bahwa ia termasuk individu yang tidak suka memilah teman. Subjek memandang teman-temannya sebagai sosok yang baik dan suka menolong. Subjek dan teman-temannya sering berkomunikasi, belajar dan bermain bersama. Meskipun demikian, subjek pernah memiliki masalah dengan teman karena subjek mencontek jawaban temannya saat ujian. Dalam hal ini, subjek meminta maaf dan tetap menjalin hubungan persahabatan yang baik. Subjek memiliki cukup banyak teman perempuan. Subjek memandang teman perempuan sebagai sosok yang baik, setia, dan sering belajar bersama. Sama halnya dengan teman laki-laki, subjek juga pernah memiliki masalah dengan teman perempuan. Hal ini dikarenakan subjek menyalin pekerjaan rumah milik teman karena tidak mengerjakan PR. Meskipun demikian, subjek mengatakan bahwa ia tidak pernah memiliki masalah yang besar dengan teman-temannya selain menyalin PR teman.

b. Subjek 2 (B)

(68)

didukung dengan subjek yang selalu mengawali pembicaraan dengan memberi salam dan senyuman kepada orang-orang yang baru ditemuinya. Di sisi lain, subjek mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan untuk menyampaikan pendapat di depan umum karena merasa ragu dan kurang percaya diri. Motto hidup yang dimiliki subjek yaitu hidup adalah belajar. Hal ini dikarenakan subjek mengharuskan dirinya untuk belajar dari kegagalan yang dialami.

Subjek pernah meraih juara 2 dalam lomba cerdas cermat waktu duduk di bangku SD. Saat duduk di bangku SMP, subjek tidak pernah mengikuti lomba. Subjek mengatakan bahwa ia menyukai mata pelajaran Biologi karena subjek suka mengenal dan mengetahui lingkungan. Sebaliknya, mata pelajaran yang tidak disukai yaitu Matematika karena subjek merasa kurang mampu dalm menyelesaikan soal matematika. Subjek memiliki cita-cita untuk dapat membahagiaka orang tua dengan sukses di ujian-ujian yang akan datang. Subjek mengatakan bahwa ia tidak melakukan perencanaan ketika melakukan sesuatu. Hal ini didukung dengan subjek yang sering menyelesaikan tugas sekolah ketika akan dikumpulkan keesokan harinya. Apabila dihadapkan dengan banyak tugas maka ia akan menyelesaikan tugas yang dianggap mudah seperti tugas-tugas yang tidak berkaitan dengan perhitungan.

(69)

ibu, tetapi lebih sering diberi nasihat dan peringatan keras oleh ayah. Subjek merasa dekat dengan ibu karena ibu sering mendengarkan semua cerita subjek, sosok penyayang, lemah lembut, selalu memahami kebutuhan anak, dan tempat bersandar saat subjek merasa sedih. subjek memandang ayah sebagai sosok yang sibuk bekerja tetapi masih meluangkan waktu untuk keluarga. Selain ibu, subjek merasa paling dekat dengan kakak kedua karena sering mendengarkan cerita subjek dan memenuhi semua keinginan subjek. Subjek juga merasa dekat dengan kakak pertama namun tidak sedekat ibu dan kakak kedua. Hal ini dikarenakan kakak pertama berada di luar kota untuk bersekolah. Subjek juga sering meminta pertolongan kepada kakak ketiga saat menghadapai masalah. Di sisi lain, subjek sering mengalami kesalahpahaman dengan kakak keempat karena jarang berkomunikasi dan sering berkelahi. Meskipun demikian, subjek cukup mengambil bagian dalam pekerjaan rumah seperti turut membantu ibu membersihkan rumah.

Subjek memandang teman sebagai orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan subjek, saling mengerti dan memberi support. Subjek sering bermain bersama teman seperti berenang di

kali dan mandi hujan bersama. Subjek memandang teman perempuan sebagai sosok yang baik, suka menolong, dan suka menjadi „mak -comblang‟. Subjek sering diberi pinjaman catatan bahkan memberi

(70)

subjek. Subjek pernah memiliki masalah dengan teman laki-laki maupun perempuan karena saling mengejek, akan tetapi subjek dan teman-teman saling meminta maaf.

c. Subjek 3 (C)

Subjek merupakan anak pertama dari empat bersaudara. subjek memiliki seorang adik laki-laki dan dua orang adik perempuan. Subjek mengatakan bahwa ia termasuk sosok yang suka terpengaruh dengan hal-hal yang bersifat senang-senang serta selalu mau mencoba hal yang baru. Subjek juga mengatakan bahwa ia termasuk orang yang suka berbicara. Subjek menganggap sifat tersebut sebagai suatu hal yang baik karena membantu subjek untuk dapat mengakrabkan diri dengan lingkungan. Subjek mengatakan bahwa sifat mudah terpengaruh yang dimilikinya membuat subjek mencoba untuk melakukan beberapa hal seperti merokok, bolos, dan malas belajar. Meskipun demikian, subjek termasuk sosok yang selalu mau mencoba hal baru meskipun mengalami kegagalan.

(71)

yaitu IPS dan Agama. Hal ini dikarenakan subjek tidak mengalami kesulitan untuk memahami materi pelajaran.

Sebaliknya, mata pelajaran yang tidak disukai subjek yaitu Matematika dan Bahasa Inggris. Subjek mengatakan bahwa ia tidak menyukai berhitung dan menganggap pelajaran matematika adalah sulit sedangkan pelajaran bahasa inggris tidak mudah dipahami dengan alasan bahasa inggris tidak termasuk bahasa yang digunakan subjek sehari-hari. Subjek memiliki harapan untuk membahagiakan orang tua dan menjadi orang sukses. Subjek termasuk pribadi yang tidak membuat perencanaan dalam melakukan sesuatu tetapi melakukan sesuatu berdasarkan keinginannya. Apabila dihadapkan dengan beberapa pekerjaan maka ia akan menyelesaikan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Dalam bidang non-Akademik, subjek mengikuti kegiatan Orang Muda Katolik di gereja, berziarah, dan menjadi panitian keamanan ketika kegiatan besar di gereja sedang berlangsung.

(72)

nasihat oleh orang tua. Subjek merasa paling dekat dengan ibu karena subjek selalu menceritakan setiap masalah yang dialaminya kepada ibu. Meskipun sering membicarakan hal-hal yang menantang dengan ayah, subjek merasa tidak terlalu dekat dengan ayah. Subjek mengatakan bahwa ayahnya termasuk sosok yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga hanya memiliki waktu bercerita atau bercanda setelah makan malam. Hal ini juga yang mendorong subjek untuk lebih mengutarakan cerita dan perasaannya kepada ibu. Subjek mengatakan bahwa ketiga adiknya termasuk anak yang suka menangis, membantah kepada orang tua.

Subjek mengatakan bahwa pengalaman unik yang dimilikinya yaitu suatu ketika saat bercerita, ayah subjek menanyakan cita-cita keempat orang anaknya dan tidak ada salah seorang anak yang menjawab. Hal ini dikarenakan subjek dan adik-adik belum memiliki gambaran terkait cita-cita. Subjek meengatakan bahwa ia lebih suka bersenang-senang, bercerita, dan bercanda bersama teman. Meskipun demikian, terkadang subjek juga meluangkan waktu untuk belajar bersama teman-teman. Di sisi lain, subjek pernah memiliki masalah dengan teman karena lupa mengembalikan barang teman yang dipinjam.

(73)

Subjek mengatakan bahwa semenjak ia duduk di kelas VII, kakak angakatan yang laki-laki jarang berteman dengan teman perempuan sehingga selalu diikuti oleh adik-adik angkatan termasuk subjek. Subjek mengatakan bahwa hal ini terjadi turun-temurun di sekolahnya. Selain itu, subjek menganggap teman perempuan sebagai sosok ja-im dan mengharuskan subjek mengikuti semua kemauan temannya sehingga subjek tidak banyak memilii teman perempuan. d. Subjek 4 (D)

Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara. subjek memiliki seorang adik perempuan yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Subjek mengatakan bahwa ia termasuk pribadi yang mudah bergaul dan lebih senang membantu sesama. Subjek juga mengatakan bahwa ia termasuk pribadi yang malas mengerjakan tugas karena merasa malas untuk belajar. Subjek lebih senang bermain sepak bola daripada belajar. Meskipun demikian, subjek memiliki bakat dalam bermain alat musik gitar. Subjek mengatakan bahwa banyak di antara teman-temannya yang menilai subjek sebagai pribadi yang baik karena mudah bergaul, cepat akrab, dan tidak pelit. Motto hidup yang dimiliki subjek yaitu gantunglah cita-citamu setinggi langit. Subjek mengatakan bahwa saat ia memiliki cita-cita maka ia

harus berjuang untuk mewujudkannya.

(74)

praktik daripada teori. Sebaliknya, subjek tidak menyukai mata pelajaran matematika karena dianggap terlalu memaksa untuk berpikir menggunakan rumus dan perhitungan. Subjek mengatakan bahwa masalah yang pernah dialami yaitu kesulitan memahami materi matematika dan fisika sehingga subjek sering memperoleh nilai di bawah standar kelulusan. Di sisi lain, subjek pernah mendapat penghargaan sebagai pemain gitar terbaik saat duduk di kelas VIII. Subjek juga mengatakan bahwa ia sering mengikuti lomba futsal antar SMP dan bermain alat musik gitar. Meskipun demikian, subjek memiliki cita-cita untuk menjadi seorang polisi agar dapat mengabdikan diri kepada negara.

(75)

Sebaliknya, subjek merasa kurang dekat dengan ayah karena ayah termasuk pribadi yang sibuk dengan pekerjaanya di kantor. Meskipun demikian, terkadang subjek dan keluarga meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga besar. Subjek mengatakan bahwa ia melakukan rekreasi bersama keluarga pada akhir pekan setiap beberapa bulan. Di sisi lain, subjek juga memiliki pengalaman negatif yaitu dipukul oleh ayah. Hal ini dikarenakan subjek sangat malas untuk belajar. Meskipun demikian, subjek berharap agar keluarganya selalu menjadi keluarga yang harmonis.

(76)

tersebut. cara subjek dalam mempertahankan relasi yaitu dengan tidak menghina teman dan lebih sering mengalah.

3. Gambaran Umum Mengenai Ujian Nasional Yang Dilalui a. Subjek 1 (A)

Subjek mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan sebelum UN dilaksanakan yaitu belajar baik di sekolah maupun di rumah. Subjek membuat jadwal belajar setiap hari mempelajari satu mata pelajaran dengan durasi 1 hingga 2 jam. Kegiatan les tambahan di sekolah diadakan tiga hari selama satu minggu dengan durasi 2 jam setiap mata pelajaran. Subjek juga mengikuti kegiatan belajar kelompok yang diadakan satu kali dalam satu minggu apabila diberi tugas oleh guru di sekolah.

Subjek merasa belum siap untuk mengikuti UN beberapa hari menjelang UN dilaksanakan. Subjek merasa program belajar yang dilikakukan tidak maksimal karena ia sering bermain dengan teman dan lupa untuk belajar sesuai jadwal yang telah dibuat. Dalam menjalani minggu-minggu tenang, subjek merasa ragu terkait ujian nasional yang akan dilaluinya. Hal ini dikarenakan subjek telah takut terlebih dahulu saat mendengar cerita kakak-kakak angkatan yang tidak lulus UN.

(77)

kesulitan saat menyelesaikan soal-soal pada hari kedua hingga hari yang terakhir. Subjek mengatakan bahwa ia hanya meminta pertolongan Tuhan agar apa yang telah dijawabnya menjadi benar. Subjek mengatakan bahwa ia tidak melingkari jawaban soal-soal yang tidak dapat dikerjakan karena subjek merasa takut nilai akan menjadi berkurang.

b. Subjek 2 (B)

Subjek mengatakan bahwa sebelum mengikuti UN, ia bersama teman-temannya membuat kelompok belajar. Kegiatan ini hanya berlangsung satu hari dalam seminggu selama satu bulan. Hal ini dikarenakan subjek juga mengikuti les tambahan pada sore hari yang diadakan di sekolah selama menjelang UN. Subjek mengatakan bahwa ia bersama teman-teman selalu mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan oleh pihak sekolah. Akan tetapi, subjek dan teman-temannya selalu melihat kunci jawaban sehingga mereka memiliki jawaban tetapi tidak memahami cara menyelesaikan soal tersebut.

Gambar

Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian..............................................................
tabel berikut.
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
Tabel 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

yang lebih memfokuskan pada masalah emosi subjek yakni emotion focused coping, dapat dilihat dari pernyataan subjek antara lain subjek lebih memilih untuk menghindari

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa- siswi kelas X SMK Batik 1 Surakarta yang memiliki skor regulasi emosi sedang dan rendah dari skala DERS (Difficulties

Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, di mana seseorang dapat menyesuaikan

Namun hal ini berbeda pada subjek RA satu dari keempat subjek penelitian ini, tidak mampu menyesuaikan diri pada lingkungan karena subjek belum mampu menerima

Melihat tingkat regulasi emosi dan kontrol diri subyek yang masuk dalam kategori sangat tinggi, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para

Kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan mau menerima dirinya dan orang

Garnefski & Kraaij 2007 mengelompokkan strategi regulasi emosi dalam sembilan jenis strategi, yaitu 1 kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri self blame; 2 bersedia menerima

Hal ini diungkapkan oleh informan SNJ: “Saya mampu menerima dan mengendalikan peristiwa yang dapat menimbulkan emosi yang negatif pada diri saya, dan saya juga tidak merasa malu dengan