• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA TESIS."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL

DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

Tommy Purba 187039011/MAG

F

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ANALISIS SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL

DI KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh Tommy Purba 187039011/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

Telah diuji dan dinyatakan L U L U S di depan Tim Penguji pada Rabu, 5 Mei 2021

Tim Penguji :

Ketua : Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, M.S Anggota : Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S

: Dr. Ir. Rahmanta, M.Si : Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Tommy Purba, lahir di Jakarta, tanggal 30 Juli 1980, anak pertama dari dua bersaudara bersaudara, putra dari ayahanda Riswan Purba dan Ibunda Setiani Ginting.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Sekolah Dasar Negeri 2 Kabanjahe, Medan tamat tahun 1992.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kabanjahe, tamat tahun 1995.

3. Sekolah Menegah Umum Negeri 1 Kabanjahe, tamat tahun 1998.

4. Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 2003.

5. Tahun 2018 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan para wakil dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

5. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua tercinta, istriku tercinta Nanci Silvia Ginting, kedua anakku Max dan Mouren beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan motivasi.

8. Keluarga Besar BPTP Sumatera Utara yang memberikan dukungan dalam menempuh studi

(8)

9. Rekan Mahasiswa/i Pascasarjana Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2018, atas bantuan dan dukungan selama penulis menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 11 Mei 2021

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal

RIWAYAT HIDUP……… i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI………... iii

ABSTRAK……….. v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR……….. viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang……….. 1.2 Rumusan Masalah……… 1.3 Tujuan Penelitian………. 1.4 Manfaat Penelitian……… 1 6 6 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1 Benih Padi Varietas Unggul……….. 2.2 Landasan Teori……….. 2.2.1 Konsep Perilaku Konsumen……… 2.2.2 Proses Keputusan Pembelian……….. 2.2.3 Konsep Produk dan Atribut produk……… 2.3 Konsep Sikap Konsumen………. 2.4 Model Sikap Multiatribut Fishbein……….. 2.5 Konsep Preferensi Konsumen……….. 2.6 Analisis Preferensi Konsumen………. 2.7 Penelitian Terdahulu……… 2.8 Kerangka Pemikiran……… 2.9 Hipotesa Penelitian……… 8 10 10 10 12 15 16 18 19 22 24 27 BAB III METODE PENELITIAN………... 28

3.1 Metode Pemilihan Lokasi……… 3.2 Metode Pengumpulan Data………. 3.3 Metode Analisis Data………. 3.3.1 Analisis Deskriptif………. 3.3.2 Pemetaan Persepsi Konsumen………... 3.3.3 Analisis Sikap Multiatribut Fishbein……… 3.3.4 Analisis Konjoin……… 3.4 Definisi Operasional……….. 28 28 29 30 30 30 33 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 38

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian………

4.2 Karakteristik Petani Sampel……….

4.3 Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul…..

4.4 Analisis Sikap Petani terhadap Benih Padi Varietas Unggul…

4.5 Pemetaan Persepsi Petani terhadap Varietas Ciherang, Mekongga dan Inpari 32………..

4.6 Analisis Preferensi Petani Terhadap Benih Padi Varietas

38 39 41 49 75 76

(10)

Unggul………..

4.9 Rekomendasi Strategi Bauran Pemasaran……… 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 84 5.1 Kesimpulan ………..

5.2 Saran……….

84 84 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

ABSTRAK

Petani merupakan pelaku utama usaha pertanian, oleh karena itu sikap dan preferensi petani padi terhadap varietas benih tentu sangat penting, karena petani mempunyai peran ganda yaitu sebagai produsen padi dan konsumen antara produk benih. Sebagai produsen petani tentu saja harus dapat memenuhi keinginan pasar sehingga preferensi petani terhadap varietas benih tidak terlepas dari pemenuhan keinginan pasar yang saling berkaitan. Walaupun banyaknya varietas baru yang telah ditemukan dan diperkenalkan pada petani, tapi jika tidak memenuhi kriteria petani sebagai pengguna maka petani akan kembali menggunakan varietas yang lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis sikap dan preferensi petani terhadap benih padi varietas unggul. Lokasi penelitian dipilih secara purposive, yaitu dilakukan di Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini merupakan salah satu sentra produksi padi di Propinsi Sumatera Utara dan mayoritas penduduknya adalah petani. Penelitian dilakukan pada bulan September 2020-Februari 2021.

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan Model sikap Multiatribut Fishbein dan analisi conjoin. Hasil yang dipreoleh dari penelitian ini adalah bahwa sikap petani di Desa Purwobinangan Kabupaten Langkat, lebih menyukai varietas Inpari 32 dibandingkan Ciherang dan Mekongga karena mempunyai keunggulan pada atribut produktivitas tinggi, tahan hama dan penyakit dan daya tumbuh (berkecambah tinggi). Preferensi petani sampel terhadap penggunaan benih padi varietas unggul lebih menyukai benih padi dengan produktivitas tinggi 7-9 ton, jenis beras pulen karena lebih mudah dipasarkan untuk konsumsi Rumah tangga, tahan hama dan penyakit, harga jual gabah Rp 650.000/kuintal, kemasan benih dengan ukuran 10 kg, dan pembelian benih di kios saprotan.

Kata Kunci : Sikap, Preferensi, Benih, Padi.

Abstract

Farmers are the leading agricultural businesses, attitude and preferences of farmers to choose varieties of rice are very important because farmers have the dual role as a producer and concumer. As producers farmers of course must be able to satisfy the desire to market to prevent preference farmers cannot be separated from seed varieties of desire. The purpose of this research is to identify and analyze attitudes and preferences farmers with seed superior rice varieties.

The research areas which were selected purposively, that is conducted in villages PurwobinangunSei Bingai district Langkat, North Sumatra Province. This location is one of rice production center in the province of North Sumatra and the majority of the farmers .The research was done in september 2020-februari 2021 .The data used in the form of primary and secondary .The method of analysis that used the multiatribut fishbein Model and Conjoin analysis .The results from the study is that the most farmers purwobinangan langkat district , preferred varieties inpari 32 than ciherang and mekongga because it has a lead in attributes high productivity , hold the power of growing pest and disease and high germinating. Sample farmers

(12)

preference on the use of seed rice varieties ahead like seed 7-9 tons of rice with high productivity, types of rice pulen because it is easily marketed for household consumption , pest and disease resistant , the price of grain Rp. 650.000/quintal, packaging seeds with size 10 kg, and the purchase of seeds in the small shop.

Key words: attitude, preference, the seed, rice.

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi pada tujuh kabupaten utama penghasil padi di Propinsi Sumatera

UtaraTahun 2018-

2019………..

2 1.2

1.3

Sebaran Varietas Padi di Indonesia Tahun 2018………

Persentase Sebaran Varietas Padi di Kecamatan Sei Bingai Langkat….

3 4

4.1 Keadaan Kelompok Umur Petani……….. 39

4.2 Jenis Kelamin Sampel Petani………. 40

4.3 Tingkat Pendidikan Sampel Petani……….... 40

4.4 Jumlah Tenaga Kerja Keluarga……….. 41

4.5 Luas Lahan………. 42

4.6 Tahapan pengenalan kebutuhan………. 43

4.7 Tahapan Keputusan Pembelian………. 48

4.8 Proses evaluasi pasca pembelian……… 49

4.9 Penilaian Evaluasi (ei) Atribut benih padi………. 51

4.10 Tingkat kepercayaan petani sampel terhadap benih padi varietas Ciherang, Mekongga, dan Inpari 32……… 63

4.11 Sebaran petani sampel menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul Ciherang (n=100) 66 4.12 Sebaran petani sampel menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul Mekongga (n=100)……… 68 4.13 Sebaran petani sampel menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul Inpari 32 (n=100) 70 4.14 Analisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul……… 72

4.15 Hasil analisis konjoin atribut benih padi……… 78

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1 Skema Kerangka Pemikiran……….. 26

4.1 Tahapan pencarian informasi oleh petani sampel………. 44 4.2 Tahapan evaluasi alternative………. 46 4.3 Peta persepsi sikap petani sampel berdasarkan atribut terhadap

benih padi varietas Ciherang, Mekongga, dan Inpari 32…………

75 4.4 Nilai kepentingan relatif atribut benih padi……… 77

(15)
(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padi merupakan salah satu tanaman utama di Indonesia yang menghasilkan makanan pokok terbesar yaitu komoditi beras yang dikonsumsi masyarakat. Beras merupakan komoditi strategis karena selain sebagai sumber pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani. Selain itu beras dijadikan instrumen politik bagi pemerintahan karena banyak kepentingan umum didalamnya sehingga keberadaan beras tidak mudah digantikan oleh komoditas lain harus dalam jumlah yang memadai. Menurut Nurmalina (2007), beras merupakan makanan pokok yang oleh hampir 98% masyarakat Indonesia. Seiring dengan peningkatan penduduk pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah permintaan akan ketersediaan komoditi beras.

Pola konsumsi beras mulai meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras. Selain makanan pokok, beras juga menjadi bahan baku industri yang strategis bagi perekonomian nasional. Sehingga permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera. Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, beras juga digunakan kebutuhan industri pengolahan dan restoran. Permintaan beras untuk industri pengolahan dan restoran perlu juga mendapatkan perhatian pemerintah. Meskipun volumenya tidak sebesar untuk konsumsi rumah , namun penggunaan beras untuk bahan baku industri pengolahan terus dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini seiring dengan meningkatnya dan

(17)

prospek permintaan pasar yang cerah. Telah terjadi peningkatan antara beras untuk industri pengolahan dan konsumsi rumah tangga dari 1:12 1:5 (Erwidodo dan Pribadi 2002).

Tabel 1.1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi pada tujuh kabupaten utama penghasil padi di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2018-2019

Kabupaten Luas Panen (ha) Produktivitas (ku/ha)

Produksi (ton)

2018 2019 2018 2019 2018 2019

Deli Serdang 52 978 56 051 58,24 55,45 308 529 310 784 Serdang Bedagai 48 584 48 156 57,95 58,08 281 534 279 705

Simalungun 34 172 32 101 57,44 52,19 196 297 167 543

Tapanuli Utara 26 729 24 138 44,69 46,31 119 456 111 791

Langkat 26 460 27 339 53,02 46,93 140 285 128 293

Toba 22 196 20 857 59,43 61,95 131 918 129 213

Mandailing Natal 20 161 19 937 45,22 41,46 91 162 82 658 Sumber : Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera Utara, 2020 (diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten penyumbang produksi padi terbesar di Sumatera Utara sehingga memiliki peranan penting dalam mendukung produksi padi di tingkat propinsi. Program pemerintah Pusat melalui Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 melalui kegiatan Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dengan penerapan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) yang dilanjutkan dengan program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) pada tahun 2015 bermuara pada peningkatan produksi padi yang salah satunya adalah dengan penyediaan benih padi yang baik dan benar.

Benih merupakan input produksi yang sangat penting dalam budidaya padi. Peningkatan produksi tanaman padi yang diupayakan melalui perbaikan

(18)

mutu benih, dengan mengsosialisasikan penggunaan benih padi varietas unggul (bersertifikat). Program-program pemerintah seperti SL-PTT dan UPSUS padi merupakan program strategis nasional dalam mendukung peningkatan produksi dan pemantapan swasembada beras di Indonesia. Pemerintah melalui program ini memperkenalkan benih-benih padi varietas unggul baru dan menganjurkan petani untuk menggunakan benih padi varietas unggul melalui pemberian benih bersubsidi. Sehingga dengan penggunaan benih varietas unggul ini nantinya produksi padi akan meningkat.

Benih-benih unggul padi yang bersertifikat saat ini dihasilkan umumnya oleh badan perbenihan milik perusahaan BUMN yaitu PT. Sang Hyang Sri dan PT. Pertani. Selain itu ada juga beberapa perusahaan pembenihan swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pertanian. Semua perusahaan ini memproduksi benih yang mempunyai keunggulan masing-masing baik benih komposit maupun benih hibrida. Sebaran varietas padi tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Sebaran Varietas Padi di Indonesia Tahun 2018

Varietas Luas Tanam Nasional

Hektar Persentase (%) Ciherang

Mekongga IR 64

Inpari 30 Ciherang Sub 1 Situbagendit

Inpari 32 HDB Ciliwung Cigeulis

Varietas Unggul lainnya Inpari-Inpara-Inpago Varietas Lokal

5.011.968 2.081.354 1.139.395 969.573 892.570 596.250 509.755 485.630 3.787.966 515.247 280.934

30,80 12,80 7,00 6,00 5,50 3,70 3,10 3,00 23,30 3,20 1,70

Total 16.270.642 100,00

Sumber : Balai Besar Penelitian Padi 2019 (diolah)

(19)

Seperti terlihat pada Tabel 1.2, bahwa setiap tahun penggunaan masing- masing varietas yang dilakukan oleh petani berubah-ubah. Pada Tahun 2018 penggunaan varietas Ciherang paling banyak ditanam oleh petani mencapai 30,80% dari total nasional diikuti oleh varietas Mekongga 12,80%, IR 64 7,00%, Inpari 30 Ciherang Sub 1 6% dan situ Bagendit 5,50%. Sementara pada tahun 2017 penggunaan varietas Ciherang hanya sebesar 29,74%, diikuti oleh Mekongga 12,10%, IR 64 7,95%, Situ Bagendit 5,39% dan Inpari 30 Ciherang Sub 1 sebesar 5,06%.

Tabel 1.3 Persentase Sebaran Varietas Padi di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

Desa Nama Varietas

Inpari 32 Mekongga Ciherang Pekan Sawah

Belinteng

Namu Ukur Selatan Namu Ukur Utara Durian Lingga

Pasar VIII Namoterasi Pasar IV Namoterasi Pasar VI Kwala Mencirim Purwobinangun

Empl. Kwala Mencirim Mekar Jaya

60 60 80 60 60 50 50 40 65 30 60

20 10 - 20 10 30 30 30 27 30 10

10 30 20 20 30 20 20 30 8 40 30 Sumber : BPP Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat 2020 (diolah)

Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa persentase penggunaan varietas unggul di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat berbeda-beda di setiap desa. Secara umum penggunaan varietas Inpari 32 lebih banyak digunakan oleh petani didaerah ini. Sementara penggunaan varietas Mekongga dan Ciherang berbeda-beda di setiap desa. Dari semua benih padi varietas unggul baik yang dikeluarkan pemerintah maupun swasta tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam pemilihan varietas benih yang akan ditanam, mengingat penilaian petani padi

(20)

terhadap masing-masing varietas di setiap wilayah tidak sama. Pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat saja menyarankan petani untuk menggunakan varietas Ciherang, namun apakah hal tersebut dapat sejalan dengan keinginan dan kebutuhan petani. Penggunaan benih padi varietas unggul dapat berubah seiring dengan berubahnya karakteristik dari varietas tersebut, karakteristik petani dan karakteristik pasar.

Petani merupakan pelaku utama usaha pertanian, oleh karena itu sikap dan preferensi petani padi terhadap varietas benih tentu sangat penting, karena petani mempunyai peran ganda yaitu sebagai produsen padi dan konsumen antara produk benih. Sebagai produsen petani tentu saja harus dapat memenuhi keinginan pasar sehingga preferensi petani terhadap varietas benih tidak terlepas dari pemenuhan keinginan pasar yang saling berkaitan. Walaupun banyaknya varietas baru yang telah ditemukan dan diperkenalkan pada petani, tapi jika tidak memenuhi kriteria petani sebagai pengguna maka petani akan kembali menggunakan varietas yang lama (Manu et al. 2006). Banyak varietas benih yang telah dihasilkan melalui penelitian, namun hanya sedikit yang diadopsi oleh petani, hal ini dimungkinkan pada saat melakukan penelitian kurang memperhitungkan preferensi dan persepsi petani tentang varietas yang akan dihasilkan. Preferensi, pengetahuan, informasi yang diterima petani terhadap benih yang digunakan sangat penting dan berbeda secara signifikan di setiap daerah (Efisue dan Bauer 2006; Horna dan Smale 2005).

Pemerintah dan produsen benih harus mengetahui sikap dan preferensi petani terhadap benih padi yang digunakan petani. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku petani dalam memutuskan benih varietas apa

(21)

yang akan ditanam. Karena petani yang dekat dengan daerah pengembangan benih padi, belum tentu mau menggunakan benih varietas baru. Keengganan petani untuk menggunakan benih varietas baru yang disarankan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik petani, informasi yang diterima petani, harga benih, pasar yang tersedia dan harga jual gabah. Dengan mengetahui sikap dan preferensi petani terhadap benih yang digunakan maka pemerintah maupun pihak terkait dapat menerapkan strategi yang tepat dan sesuai dalam pengembangan dan pengadaan benih. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sikap dan preferensi petani penggunaan benih padi varietas unggul.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat

2. Bagaimana sikap petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat?

3. Bagaimana preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul.

(22)

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan informasi bagi pihak pengambil kebijakan pada instansi- instansi terkait dan produsen/penjual benih dalam penetapan kebijakan, penyediaan, dan pengembangan benih padi yang sesuai sikap dan preferensi petani.

2. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benih Padi Varietas Unggul

Benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapt dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman maupun toleransi dan atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Sembiring, 2008). Varietas padi juga merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi karena teknologinya murah dan penggunaannya sangat praktis (Badan Litbang Pertanian 2007). Siregar (1981) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit, lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak.

Benih merupakan salah satu input utama produksi yang tidak dapat digantikan. Benih sebagai faktor yang menentukan keberhasilan budidaya padi, sehingga perlu penanganan yang khusus. Benih bermutu harus memenuhi kriteria enam tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).

2.1.1. Varietas Mekongga

Varietas Mekongga adalah merupakan salah satu varietas padi persilangan antara padi jenis Galur A2970 yang berasal dari Arkansas Amerika Serikat, dengan varietas yang sangat populer di Indonesia yaitu IR 64. Kalau dilihat dari

(24)

berat 1000 butir, gabah padi ini hampir sama dengan Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 18.Hasil produksi yang memperoleh angka paling tinggi yaitu varietas Mekongga sebesar 8,4 ton per hektar. Varietas unggul yang satu ini tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit bakteri daun atau yang dikenal dengan nama strain IV. Umur tanam Mekongga cukup singkat yaitu hanya 116 hingga 125 hari. Secara fisik, bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman berkisar antara 91 sampai 106 cm. Anakan produktif 13-16 batang.

Bentuk gabahnya sendiri ramping panjang dengan tekstur rasa beras yang pulen karena kadar amilosanya mencapai 23 %.

2.1.2. Varietas Inpari 32

Varietas Inpari 32 tergolong jenis padi yang baru di Kabupaten Langkat seperti varietas Mekongga. Umur tanaman ini 120 hari, bentuknya tegak dengan tinggi 97 cm. Bentuk gabahnya medium dan tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa sebesar 23,46 %. Rata-rata hasil sebesar 6,30 ton/ha dengan potensi hasil 8,53 ton/ha GKG. Varietas ini memiliki ketahanan terhadap penyakit Hawar daun bakteri strain III, agak tahan terhadap Hawar Daun Bakteri Strain IV, tahan terhadap blas Ras 033, agak tahan terhadap Tungro, dan agak rentan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3.

2.1.3. Varietas Ciherang

Varietas ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Langkat. Umur tanaman ini berkisar antara 116-125 hari. Bentuk tanamannya tegak dengan tinggi tanaman 107-115 cm. Bentuk gabah panjang ramping dan tekstur nasi pulen. Varietas ini tahan terhadap wereng coklat biotipe

(25)

2 dan agak tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV.

Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 mdpl.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Konsep Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam pendapatan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan (Engel et al. 1994).

Menurut Mowen dan Minor (2002), perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya. Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertidak pasca konsumsi produk, jasa, maupun ide yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk keputusan pembelian yang dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor.

2.2.2. Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler dan Keler

(26)

2009). Definisi lain keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek mana dibeli (Kotler dan Amstrong 2008). Konsumen dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Ada dua faktor yang dapat berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap dan faktor situasi yang tidak terantisipasi (Kotler 2005).

Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelompok akhir (individual) dan konsumen organisasional (konsumen industrial, konsumen antara, konsumen bisnis).

Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi.

Konsumen organisasional terdiri atas organisasi industri, pedagang dan lembaga non profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis (memperoleh laba) atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya (Tjiptono, 2008).

Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen baik yang bersifat mental maupun fisik. Menurut Engel et al (1994), keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan pembelian tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui lima tahap proses keputusan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil dari keputusan pembelian. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994), konsumen dalam memutuskan akan membeli dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: pengaruh lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi,

(27)

pengaruh perbedaan individu yang terdiri dari sumber daya konsumen, keterlibatan dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi, pengaruh proses psikologis yang terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku.

Hasil evaluasi setelah terjadi pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika mereka puas maka kenyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi secara hukum.

2.2.3. Konsep Produk dan Atribut produk 2.2.3.1. Produk

Konsumen dalam memenuhi kebutuhannya memerlukan sesuatu yang dapat berwujud barang ataupun jasa. Menurut Kotler (2005) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan, produk yang dipasarkan meliputi barang dan jasa. Selain itu produk didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Tjiptono (2008) menyatakan secara konseptual produk merupakan pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan, sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

(28)

Berdasarkan tipe kelompoknya, produk dibagi menjadi menjadi dua tipe produk yaitu produk industri dan produk konsumen. Produk industri adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Produk konsumen adalah produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi pribadi (Tjiptono 2008).

2.2.3.2. Atribut Produk

Suatu produk pada dasarnya terdiri dari sekumpulan atribut yang menggambarkan ciri dari produk tersebut. Menurut Engel et al. (1994) atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluative selama pengambilan keputusan dimana atribut tersebut tergantung pada jenis dan tujuannya. Menurut Tjiptono (2008) atribut produk adalah unsur–unsur yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk menurut Kotler dan Amstrong (2004) merupakan pengembangan produk dan jasa pendefinisian manfaat-manfaat yang akan ditawarkan. Atribut produk mempunyai tiga unsur penting yaitu:

1. Kualitas produk (Produk quality)

Kualitas produk merupakan the ability of a product to perform its funtions yang berarti kemampuan suatu produk dalam memberikan kinerja sesuai dengan fungsinya. Kualitas yang sangat baik akan membangun kepercayaan konsumen sehingga merupakan penunjang kepuasan konsumen.

2. Fitur Produk (Product features)

Fitur produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan produk-produk pesaing, yang artinya fitur adalah alat untuk bersaing

(29)

yang membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Fitur produk identik dengan sifat dan sesuatu yang unik, khas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh produk lainnya. Biasanya karakteristik yang melekat dalam suatu produk merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan secara terus-menerus

3. Desain produk (product design)

Desain memIliki konsep yang lebih luas daripada gaya (style) desain selain mempertimbangkan faktor penampilan, juga untuk bertujuan memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi, dan menambah keunggulan bersaing.

Engel et al (1994) menyatakan bahwa keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk terdiri dari tiga tipe yaitu:

1. Ciri-ciri atau rupa. Atribut ciri ini dapat berupa ukuran, karakteristik estetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis atau jasa, penampilan, harga, susunan, trademark atau tanda merek, dsb.

2. Manfaat. Atribut ini dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan panca indera, manfaat non material seperti kesehatan dan penghematan misalnya waktu dan sebagainya. Manfaat dapat juga berupa langsung dan manfaat tidak langsung.

3. Fungsi. Atribut ini jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat. Penjual perlu mengetahui sikap konsumen yang mendukung atau tidak mendukung produk mereka.

(30)

Produsen perlu sekali mengetahui alasan pada sikap ini, terutama pada atribut yang diinginkan konsumen seperti tipe ciri dan tipe manfaat. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen dalam menilai suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepada kepercayaan konsumen terhadap suatu atribut produk (Engel et al. 1994). Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap produk merupakan kekuatan harapan dan keyakinan terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Kekuatan kepercayaan konsumen terhadap atribut produk dicerminkan oleh pengetahuan konsumen suatu produk dan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut.

Menurut Sumarwan (2011) atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Oleh karenanya, dalam menilai suatu produk konsumen akan mempertimbangkan kedua ciri tersebut.

Pertimbangan ini akan sangat ditentukan oleh informasi yang tersimpan di dalam memorinya.

2.3. Konsep Sikap Konsumen

Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku. Sikap konsumen adalah faktor-faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan seseorang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sikap yang dipegang konsumen terhadap berbagai berbagai produk memainkan peranan penting dalam

(31)

menentukan sikap terhadap suatu produk. Sifat penting lainnya adalah bahwa sikap lebih bersifat dinamis ketimbang statis, kebanyakan sikap akan bersama waktu (Engel et al. 1994).

Menurut Tricomponent Attitude Model (Schiffman dan Kanuk 2010; Engel et al. 1994) sikap terdiri atas tiga komponen: kognitif, afektif, dan konatif.

Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari berbagai sumber.

Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan (belief), yaitu mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Kognitif ini juga disebut sebagai pengetahuan dan kepercayaan konsumen. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen. Schiffman dan Kanuk (2010) menyebutnya sebagai “as primarily evaluative in nature”, yaitu menunjukkan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai tidak disukai; atau apakah produk itu baik atau buruk. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek (produk atau merek tertentu).

2.4. Model Sikap Multiatribut Fishbein

Teori-teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk tersebut. Untuk mengukur sikap dan perilaku konsumen dapat dilakukan dengan pendekatan multiatribut. Model sikap multiatribut bermanfaat untuk mengetahui antar pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang suatu produk dan sikap konsumen terhadap produk sesuai dengan ciri atau atribut yang dimiliki oleh bersangkutan. Analisis multiatribut juga merupakan sumber informasi yang berguna bagi perencana dan tindakan pasar.

(32)

Model sikap multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Salah satu model sikap multiatribut yang biasanya dipakai adalah model atribut Fishbein (Engel et al. 1994). Model multiatribut Fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan (belief) mereka mengenai atribut-atribut produk sehingga akan membentuk sikap (attitude) mereka terhadap berbagai merek alternative. Apabila konsumen memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu merek maka produk tersebut akan dipilih dan dibelinya.

Menurut Engel et al. (1994), terdapat dua sasaran pengukuran yang penting dalam mengevaluasi atribut produk yaitu (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok (2) memperkirakan saliensi relatif dari masing-masing atribut produk. Kriteria evaluasi yang mencolok dapat diketahui dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tertinggi. Saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Atribut produk yang nantinya paling sering disebutkan oleh konsumen akan menduduki peringkat tertinggi dan dipertimbangkan sebagai yang paling penting. Kriteria evaluasi yang mencolok dapat diketahui dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tinggi, sedangkan saliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari pelbagai kriteria evaluasi yang ada.

Evaluasi suatu atribut dari produk/merek diukur dalam skala ganjil bipolar mulai dari tidak penting (-3) sampai sangat penting (+3).

Formulasi model Fishbein (Engel et al. 1994)) adalah sebagai berikut:

(33)

n

A

0

= Σ b

i

.e

i

i=1 dimana :

A0 = Sikap terhadap objek

bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut ke-i ei = Evaluasi mengenai atribut ke-i

n = Jumlah atribut yang menonjol.

Model ini secara singkat menyatakan bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Komponen ei mengukur evaluasi terhadap atribut objek, sedangkan bi mengukur kekuatan kepercayaan konsumen terhadap aribut yang merek.

2.5. Konsep Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah kecenderungan seseorang dalam memilih penggunaan barang tertentu untuk dapat dirasakan dan dinikmati, sehingga dapat mencapai kepuasan dari pemakaian produk dan pada akhirnya konsumen loyal terhadap merek tertentu dari pada produk sejenis. Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi konsumen terhadap produk (Munandar et al. 2012).

Seseorang selalu dapat membuat atau menyusun semua situasi/kondisi mulai dari yang paling disenangi hingga yang disukai.

Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Adiyoga dan Nurmalinda (2012), produk yang disukai konsumen ialah produk-produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Karakteristik kualitas suatu produk yang

(34)

diinginkan konsumen dapat diperoleh melalui pengkajian terhadap perilaku konsumen berdasarkan pendekatan konsep atribut produk. Menurut Kotler (2002) preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori pereferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila seseorang ingin mengkonsumsi produk dengan sumberdaya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna yang diperoleh optimal.

Preferensi konsumen berhubungan erat dengan masalah penetapan pilihan.

Menurut Nicholson (2001) hubungan preferensi ini biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu : kelengkapan (Completeness, Transitivitas (Transitivity) dan Kontinuitas (Continuity). Ketiga proporsi ini diasumsikan bahwa setiap orang dapat membuat atau menyusun urutan semua kondisi atau situasi, mulai dari yang paling disukai hingga yang paling tidak disukai dari sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih sesuatu yang dapat memuaskan kepuasannya.

2.6. Analisis Preferensi Konsumen

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen suatu produk baik berupa barang dan jasa salah satunya adalah analisis conjoin.

Aaker et al. (2003) menyatakan bahwa analisis konjoin memberikan ukuran kuantitatif dari kepentingan relatif satu atribut dengan atribut lainnya. konjoin adalah teknik multivariat yang digunakan secara khusus untuk bagaimana preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen. Atribut-atribut merupakan

(35)

elemen-elemen yang terdapat pada suatu produk yang berfungsi mendeskripsikan karakter produk tersebut (Hair et al. 2006).

Churcill (2005) mendefinisikan analisis konjoin sebagai suatu teknik pemberian nilai oleh sampel pada setiap atribut produk yang disimpulkan dari preferensi yang diekspresikannya terhadap berbagai kombinasi atribut produk tersebut. Syahfitraini et al. (2013) mengartikan analisis konjoin juga diartikan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan yang relatif berdasarkan persepsi pelanggan yang dibawa oleh suatu tertentu dan nilai kegunaan yang muncul dari atribut-atribut produk terkait.

Mattjik dan Sumertajaya (2011) mengartikan analisis konjoin sebagai sebuah teknik guna mengukur preferensi konsumen terhadap produk dan jasa.

Analisis konjoin berdasarkan pada subyektivitias konsumen terhadap beberapa kombinasi fitur yang ditawarkan. Subyektivitas konsumen ini diukur melalui peringkat (rank) atau skor (skala likert). Tujuan analisis adalah memperoleh skor (utility) yang dapat mewakili kepentingan setiap aspek produk, sehingga dari skor tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang atribut apa yang paling dipertimbangkan konsumen dalam memilih produk (Mattjik dan Sumertajaya, 2011).

Tahapan dalam merancang dan melaksanakan analisis konjoin (Aaker et al. 2003; Santoso 2010; Winston 2014) adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan atribut dan taraf atribut

Tahap awal pada analisis konjoin adalah pemilihan atribut dan taraf yang akan digunakan dalam merancang stimuli. Masing-masing atribut memiliki

(36)

taraf spesifik yang menyertainya. Cara yang paling sering ditempuh dalam menentukan atribut ini biasanya dengan diskusi pakar, ekplorasi data sekunder atau melalukan penelitian pendahuluan.

2. Perancangan stimuli

Tahap perancangan stimuli ini dilakukan stimuli atau profil produk atau disebut juga produk hipotetik yaitu kombinasi dari taraf atribut yang satu dengan taraf atribut yang lainnya. Pada penelitian ini parancangan stimuli menggunakan pendekatan full profile. Hal ini direkomendasikan untuk jumlah atribut kurang dari enam (Hair et al. 1992 dalam Novotorova dan Mazzocco, 2008).

3. Penentuan Jenis Data

Data yang diperlukan dalam analisi konjoin dapat berupa nonmetrik (nominal dan ordinal) maupun metrik (berskala interval atau rasio).

Nonmetrik.

4. Metode Analisis

Secara umum Model dasar analisis dapat dituliskan sebagai berikut:

m Kj U (x) =

Σ Σ

βij×ij

i=1 j=1 Keterangan :

U (x) = Utilitas total

βij = Nilai kegunaan atribut ke-i taraf ke-j

×ij = Peubah boneka atribut ke-i taraf ke-j (bernilai 1 bila taraf yang berkaitan muncul dan 0 bila tidak)

Kj = Banyaknya taraf ke-j dari atribut ke-i m = Banyaknya atribut

5. Interpretasi Hasil

(37)

Tahapan terakhir dari analisis konjoin adalah interpretasi hasil. Pada tahap ini didapatkan nilai utiliti yang merupakan nilai setiap taraf dari masing-masing faktor, atau sifat relatif terhadap taraf lainnya. Preferensi petani didapatkan dari nilai utility, sehingga akan diketahui kombinasi yang paling disukai dan dapat diketahui pula faktor yang paling mempengaruhi sampel dalam memilih kombinasi-kombinasi.

2.7. Penelitian Terdahulu

Killenga et al. (2014) menyatakan bahwa petani memilih varietas padi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi yaitu varietas yang toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Keputusan petani membeli benih berdasarkan kebutuhan yang disesuaikan dengan segmen petani (Feeney et al.

2013). Rusyadi (2014) mengkaji bahwa yang mendasari petani memutuskan membeli benih padi varietas unggul karena bagi petani penggunaan benih varietas unggul merupakan hal yang penting dalam bertani padi karena beberapa varietas benih akan memudahkan dalam penggunaan pestisida, penggunaan pupuk, perawatan yang lebih sehingga hasil panen yang didapat akan lebih baik. Armando (2007) sikap petani karakteristik produksi dan sikap petani terhadap pemasaran merupakan dalam peningkatan adopsi varietas jagung multriatribut

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan model sikap multiatribut Fishbein untuk menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida (Rusyadi 2014), benih unggul jagung komposit (Koes, 2013), benih kentang bersertifikat (Wicaksana et al. 2013), produk sayuran anorganik dan organik (Deliana 2011), produk ayam goreng (Rizal, 1997). Berdasarkan hasil penelitian

(38)

tersebut semua atribut yang diteliti ternyata sampel menganggap atribut produk berkaitan erat dengan sikap konsumen. Hal yang menjadi pilihan utama petani dalam menentukan sikap untuk membeli benih adalah produktivitas (potensi hasil), tahan hama penyakit dan umur tanaman dari benih tersebut (Rusyadi, 2014;

Koes, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Wicaksana et al. (2013), diketahui bahwa atribut-atribut yang menentukan sikap dan kepuasan petani adalah potensi produksi, daya tahan, daya tumbuh benih, keseragaman benih, ukuran benih, ketersediaan benih, harga beli benih, asal produksi, dan label sertifikasi.

Menurut Badshah dan Hussain (2011) menyebutkan bahwa preferensi petani merupakan informasi sangat penting. Dalam penelitiannya yang bertujuan mengetahui preferensi/informasi dari petani dan peternak mengenai spesies pakan lokal di wilayah semi kering. Kriteria yang paling sering disebutkan adalah palatabilitas, kemampuan pakan untuk memuaskan rasa lapar dan ketahanan kekeringan (daerah/kawasan pernah hijau).

Derera et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa preferensi petani terhadap kandungan protein jagung menunjukkan bahwa varietas ideal dari jagung harus memenuhi atribut jagung seperti kematangan benih, potensi hasil tinggi, toleran terhadap kekeringan, tahan penyakit daun dan penggerek batang.

Horna dan Smale (2005) dalam penelitiannya dengan menggunakan analisis konjoin menyatakan bahwa hal-hal yang dipertimbangkan petani dalam memilih varietas padi antara lain potensi hasil, kapasitas anakan, ukuran butir, tinggi tanaman dan umur panen. Berdasarkan hasil penelitian Mendis and Jagath (2013) menyatakan bahwa pertimbangan petani dalam memilih varietas padi

(39)

tergantung pada karakteristik selain hasil seperti persentase benih kosong padi, tahan penyakit dan kondisi permintaan dari konsumen akhir (jenis beras).

Preferensi petani terhadap varietas benih tentu sangat penting, karena petani berperan ganda baik sebagai produsen beras dan konsumen perantara.

Sebagai produsen petani tentu saja harus dapat memenuhi keinginan masyarakat sebagai konsumen beras sehingga preferensi petani terhadap varietas benih tidak terlepas dari pemenuhan keinginan masyarakat yang saling berkaitan. Walaupun varietas baru yang telah ditemukan dan diperkenalkan pada petani, tapi jika memenuhi kriteria petani sebagai pengguna maka petani akan kembali varietas yang lama (Aduening et al. 2006; Derera et al. 2006).

Varietas benih sudah banyak yang dihasilkan melalui penelitian, hanya sedikit yang diadopsi oleh petani, hal ini dimungkinkan karena tidak memperhitungkan preferensi dan persepsi petani tentang varietas tersebut.

Preferensi, pengetahuan, informasi yang diterima petani terhadap benih yang digunakan sangat penting dan berbeda secara signifikan di setiap daerah (Efisue dan Smale 2005). Beberapa hasil penelitian terhadap preferensi petani/konsumen dapat dilihat bahwa preferensi petani terhadap benih dan varietas sangat penting untuk peningkatan kualitas produksi. Pengukuran preferensi konsumen terhadap suatu produk menggunakan model pengukuran yang dapat menganalisa hubungan antara pengetahuan konsumen terhadap produk yang dimilikinya dengan sikap atas produk sesuai dengan ciri maupun atribut yang ditampilkannya.

2.9. Kerangka Pemikiran

(40)

Permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera. Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjamin ketersediaan beras.

Salah satu upaya untuk peningkatan produksi padi adalah dengan penerapan penggunaan benih padi varietas unggul. Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir telah melepas varietas lebih kurang 78 padi varietas unggul. Namun demikian, keputusan menggunakan benih padi secara empiris di lapangan sangat tergantung pada sikap dan preferensi petani.

Petani memiliki karakteristik yang berbeda dalam menentukan sikap dan preferensinya terhadap penggunaan benih padi. Karakteristik petani meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan pengeluaran rata-rata permusim tanam, luas lahan usahatani dan pengalaman dalam bertani.

Banyaknya varietas yang tersedia saat ini menimbulkan berbagai tanggapan dari petani. Setiap varietas memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga atribut-atribut yang melekat pada varietas padi tersebut akan mempengaruhi sikap dan preferensi petani dalam menentukan varietas padi yang akan ditanam.

Sikap petani adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap benih padi yang dibeli, untuk memuaskan kebutuhan berdasarkan atribut-atribut yang melekat pada benih padi unggul yang timbul karena pengalaman petani setelah menggunakan benih padi tersebut. Engel et al. (1994) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan seseorang memberi respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.

(41)

Preferensi petani merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh petani padi terhadap benih padi varietas unggul yang digunakan petani. Menurut Kotler (2002) preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Atribut-atribut benih padi dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan, sikap, dan preferensi petani dalam menggunakan benih padi. Sehingga penelitian mengenai sikap dan preferensi petani terhadap benih padi penting dilakukan agar pemerintah dan produsen dapat mengetahui perilaku petani dalam memutuskan menggunakan benih padi yang akan ditanam.

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Program Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras

melalui penerapan penggunaan benih padi varietas unggul

Keputusan menggunakan benih padi secara empiris di lapangan sangat tergantung pada sikap dan preferensi petani

Karakteristik petani

Sikap dan Preferensi Petani berpengaruh terhadap penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat.

Sikap petani terhadap benih padi varietas unggul meliputi 15 atribut

Preferensi petani meliputi 5 atribut

(42)

Pada penelitian ini, proses analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Proses pengambilan keputusan petani terhadap benih padi akan dikaji dengan analisis deskriptif. Pengukuran sikap petani terhadap atribut benih padi menggunakan alat analisis model sikap Multiatribut Fishbein.

Preferensi petani dalam menggunakan benih padi akan dilakukan melalui penilaian atribut benih padi dan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis Konjoin. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak mengukur jumlah penggunaan pupuk dan intentesitas pengendalian hama dan penyakit.

2.10. Hipotesa Penelitian

1. Petani memiliki sikap yang positif terhadap penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat.

2. Atribut benih padi yang mempengaruhi preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten Langkat adalah Produktivitas tinggi, beras pulen, harga jual gabah tinggi, kemasan ukuran 10 kg dan tempat pebelian benih di kios saprodi.

(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu dilakukan di Desa Purwobinangun Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Langkat merupakan salah satu sentra produksi padi di Propinsi Sumatera Utara dan desa Purwobinangun merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Langkat dimana mayoritas penduduknya adalah petani.

Penelitian akan dilakukan pada bulan September 2020-Februari 2021.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer melalui survey dan wawancara dengan menggunakan instrumen berupa dan

(44)

pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal ilmiah, dan laporan kajian terdahulu yang relevan. data dari BPS, Kementerian Pertanian, dan Dinas Pertanian Kabupaten.

Penarikan sampel berdasarkan teknik non probability sampling dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari sampel menggunakan metode pendekatan judgement sampling, yaitu berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel yang dalam penelitian merupakan sampel yang menggunakan dan atau menggunakan benih padi varietas unggul yaitu Inpari 32, Mekongga dan Ciherang. Penentuan jumlah sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus Slovin. Total sampel yang menjadi sampel penelitian yaitu 100 orang sampel, dimana petani yang dijadikan sampel merupakan petani padi yang dapat keputusan dalam penentuan varietas apa yang akan ditanam (pemilik atau pengelola).

3.3. Metode Analisis Data

Pengolahan Data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengolahan data dengan menggunakan metode kualitatif diuraikan secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum karakteristik petani serta proses keputusan pembelian benih padi di Kabupaten Langkat.

Pengolahan data dengan menggunakan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis sikap petani terhadap benih padi yang digunakan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan Model sikap Multiatribut Fishbein. Sikap petani terhadap benih padi varietas

(45)

unggul meliputi 15 atribut (Produktivitas, Tahan hama penyakit , Umur tanaman, Daya Tumbuh, Daya simpan, Kualitas kemasan, Jenis Varietas, Jenis beras, Tanggal kadaluarsa, Label benih, Harga benih, Harga gabah, Ketersediaan benih, Kemudahan menjual gabah, Ketersedian demplot). Pengukuran preferensi petani terhadap atribut dan taraf-tarafnya (level tiap atribut) benih padi dengan menggunakan analisis konjoin. Preferensi petani meliputi 5 atribut yaitu Produktivitas, Harga jual gabah, Kemasan benih , Jenis beras dan Pembelian benih.

Proses analisis data dengan metode konjoin menggunakan bantuan software SPSS 25.

3.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik petani dalam memilih dan menggunakan benih padi varietas unggul. Data dan informasi berasal dari kuisioner diolah dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi sederhana.

Hasil yang diperoleh kemudian dipresentasikan berdasarkan jumlah sampel.

Persentase dari setiap hasil adalah faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis.

3.3.2. Pemetaan Persepsi Konsumen

Tekhnik pemetaan persepsi konsumen (perceptual mapping) digunakan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap atribut benih padi varietas Ciherang, Inpari 32, dan Mekongga. Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis ini adalah:

1. Analisis mean score (rata-rata) 2. Grafik sarang laba-laba

(46)

Pada grafik sarang laba-laba dapat dilihat nilai rata-rata dari setiap atribut yang melekat pada masing-masing benih padi. Grafik sarang laba-laba merupakan nilai rata-rata dalam bentuk grafik dua dimensi.

3.3.3. Analisis Sikap Multiatribut Fishbein

Salah satu model analisis sikap adalah model sikap multiatribut Fishbein.

Alasan pemilihan model Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul (Ciherang, Mekongga dan Inpari 32) karena model ini dapat memberikan informasi tentang persepsi petani terhadap benih yang sudah ada, lebih sederhana dalam penggunaan data maupun proses analisisnya. Model sikap Multiatribut Fishbein menggambarkan sikap konsumen terhadap keseluruhan produk yang ditentukan oleh dua komponen yaitu (1) kekuatan kepercayaan (variabel bi) yang mencerminkan kemungkinan yang diyakini dari hubungan antara suatu obyek dengan ciri-cirinya yang relevan dan (2) evaluasi (variabel ei) menunjukkan seberapa baik konsumen menilai suatu ciri.

Formulasi model Fishbein (Engel et al. 1994) adalah sebagai berikut:

n

A

0

= Σ b

i

.e

i

i=1

dimana:

A0 = Sikap terhadap objek

bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i ei = Evaluasi mengenai atribut i

n = Jumlah atribut yang menonjol

(47)

Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut dari benih padi varietas unggul (Ciherang, Mekongga dan Inpari 32) dengan menggunakan skala lima angka yang berjajar dari "sangat penting" hingga "sangat tidak penting”. Variabel bi menunjukkan seberapa kuat petani percaya bahwa benih padi varietas unggul yang diteliti memiliki atribut-atribut yang diajukan dalam kuesioner. Skala dalam variable bi juga menggunakan skala lima angka yang berjajar dari "sangat rendah"

hingga "sangat tinggi". Variabel A₀ menunjukkan penilaian sikap sampel terhadap atribut benih padi varietas unggul yang merupakan hasil perkalian setiap skor kekuatan kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya. Penentuan atribut yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan menggali informasi dari pihak konsumen benih padi (petani padi) melalui wawancara dan kajian literatur penelitian terdahulu yang relevan.

Rentang skala yang akan digunakan disesuaikan dengan rumus sebagai berikut:

Rs =

dimana :

Rs = rentang skala m = skor tertinggi n = skor terendah

b = jumlah kelas (dalam penelitian ini digunakan lima kategori kelas)

Berdasarkan banyaknya jumlah sampel (100 sampel) maka nilai rata-rata terkecil yang mungkin diperoleh adalah 1 dan nilai rata-rata terbesar yang mungkin diperoleh adalah 5, maka besarnya range untuk evaluasi kepentingan dan tingkat

(48)

Rs =

= 0,8

Sehingga rentang skala pada tingkat kepentingan dan tingkat kepercayaan adalah sebagai berikut:

1. 1,00 < x < 1,80 berarti sangat tidak penting 2. 1,80 < x < 2,60 berarti tidak penting 3. 2,60 < x < 3,40 berarti cukup penting 4. 3,40 < x < 4,20 berarti penting

5. 4,20 < x < 5,00 berarti sangat penting

Adapun untuk nilai sikap secara keseluruhan atau nilai sikap total (Ao total) diperoleh dari :

Sehingga diperoleh pembagian kelas sikap total (Ao total) adalah:

1. 18.00 < x < 104.40 berarti sangat negatif 2. 104.40 < x < 190.80 berarti negatif 3. 190.80 < x < 277.20 berarti netral (biasa) 4. 277.20 < x < 363.60 berarti positif 5. 363.60 < x < 450.00 berarti sangat positif

Analisis Fishbein akan memberikan hasil mengenai sikap petani terhadap penggunaan benih padi. Namun analisis Fishbein tidak menganalisis atribut produk terkait dengan masing-masing level (kondisi) yang ada pada atribut tersebut, sehingga diperlukan alat analisis lain yang mampu memberikan informasi yang spesifik mengenai preferensi konsumen terhadap benih padi varietas unggul. Oleh karena itu untuk menganalisis atribut produk dengan masing-masing level akan digunakan analisis konjoin, sehingga akan diketahui

(49)

3.3.4. Analisis Konjoin

Analisis konjoin digunakan untuk menganalisis preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul. Proses ini diawali dengan melakukan pencarian informasi mengenai atribut mana saja yang menjadi pertimbangan petani dalam menggunakan benih padi varietas unggul. Pemilihan atribut dilakukan beserta dengan taraf-tarafnya yang memungkinkan dan mudah dipahami oleh petani. Langkah-langkah analisis konjoin antara lain :

1. Menentukan atribut dan tarafnya. Penentuan atribut dan taraf pada penelitian ini diperoleh dari dari penggalian informasi dari petani padi melalui wawancara, kajian literatur penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

2. Perancangan stimuli. Pembentukan stimuli kombinasi dilakukan dengan mengkombinasi level atribut menjadi sebuah stimuli atau profil yang terbentuk.

3. Penilaian stimuli. Pada tahap penilaian stimuli, setiap sampel diminta untuk menilai atau mengurutkan stimuli, nilai ranking (paling disukai hingga paling tidak disukai) sehingga mencerminkan perilaku konsumen dalam situasi nyata. Proses analisis data dengan metode konjoin menggunakan bantuan software SPSS 25.

3.4. Definisi Operasional

a. Sikap petani adalah evaluasi secara keseluruhan terhadap produk yang akan dibeli untuk memuaskan kebutuhan berdasarkan atribut-atribut yang melekat pada poduk tersebut. Produk pada penelitian ini adalah benih padi varietas Mekongga, Inpari 32 dan Ciherang

(50)

b. Preferensi petani merupakan pilihan suka atau tidak suka oleh petani padi terhadap benih padi varietas unggul yang digunakan petani.

c. Karakteristik adalah spesifikasi petani menurut umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan usaha tani, pengeluaran usaha tani, status lahan, pengalaman usaha tani, pendapatan dan lain-lain.

d. Sampel yaitu petani padi sawah yang menggunakan dan atau pernah menggunakan varietas Mekongga, Inpari 32 dan Ciherang.

e. Produktivitas adalah jumlah hasil atau produksi padi selama satu periode.

Sangat rendah : 4 ton/ha

Rendah : 5 ton/ha

Biasa : 6 ton/ha

Tinggi : 7 ton/ha

Sangat Tinggi : 8 ton/ha

f. Tahan Hama dan penyakit : kemampuan suatu tanaman tahan atau rentan terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi.

Sangat Rentan : hampir seluruh tanaman terkena hama dan penyakit

Rentan : sebagian besar tanaman terkena hama dan penyakit Cukup tahan : setengah dari tanaman terkena hama dan penyakit Tahan : sebagian kecil tanaman terkena hama dan penyakit Sangat tahan : Hampir tidak ada yang terkena hama dan penyakit g. Umur tanaman merupakan umur padi ketika panen dan diukur dalam satuan

hari. Umur panen merupakan komponen bagian dari varietas benih padi varietas unggul.

(51)

Sangat panjang/lama : > 150 Hari Setelah Sebar/HSS

Lama : 125-150 HSS

Cukup pendek : 105-124 HSS

Pendek : 90-104 HSS

Sangat pendek : < 90 HSS

h. Daya Tumbuh merupakan kemampuan benih memiliki persentase kemampuan yang baik untuk berkecambah dan tumbuh (minimum 80%).

i. Daya simpan: kemampuan benih selama proses penyimpanan sebelum digunakan.

j. Kualitas kemasan: kualitas dari pembungkus benih padi (kemasan yang tebal dan tidak mudah pecah).

k. Jenis varietas: benih padi varietas unggul yang akan dipilih petani (Mekongga, Inpari 32, Ciherang).

l. Jenis beras : tekstur beras dari varietas padi yang dihasilkan dan lebih tergantung selera konsumen.

m. Tanggal kadaluarsa: masa berlaku benih

n. Label benih: keterangan dari benih yang di gunakan.

o. Harga Benih Padi : harga beli benih padi oleh petani padi dalam satu kali tanam dan diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Tahun 2020).

Sangat Murah : Rp. 16.000/kg Murah : Rp. 17.000/kg Cukup mahal : Rp. 18.000/kg Mahal : Rp. 19.000/kg Sangat mahal : Rp. 20.000/kg

(52)

p. Harga GKG : merupakan harga gabah kering giling (Tahun 2020) Sangat murah : Rp. 450.000/kuintal

Murah : Rp. 500.000/kuintal Cukup mahal : Rp. 550.000/kuintal Mahal : Rp 600 000/kuintal Sangat mahal : Rp 650 000/kuintal

q. Kemudahan dalam akses benih merupakan kemudahan petani dalam mendapatkan benih, baik benih bersubsidi di kios saprotan kelompok tani maupun di kios saprotan umum.

r. Stok benih (ketersediaan): Kemudahan akses benih

s. Kemudahan dalam menjual gabah (Pemasaran hasil panen lebih tergantung pada pengaruh permintaan yang akan mempengaruhi perilaku pedagang pengumpul.

t. Ketersedian demplot dilapangan: ada tidaknya lahan percontohan.

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran  Program Pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras
Gambar 4.1.Tahapan Pencarian Informasi Oleh Petani Sampel
Gambar 4.2. Tahapan Evaluasi Alternatif  4.3.4. Keputusan Pembelian
Gambar 4.3. Peta Persepsi Sikap Petani Sampel Berdasarkan Atribut  Terhadap Benih Padi Varietas Ciherang, Mekongga, dan Inpari 32
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan dan dapat mempengaruhi perilaku petani dalam menentukan pilihan benih padi unggul varietas inbrida dan

Saran peneliti bagi penangkar benih, pemerintah maupun pihak terkait yaitu lebih mensosialisasikan manfaat penggunaan varietas unggul melalui media massa, media cetak,

82 usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh para petani. penangkar benih dapat dilihat pada

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Evapotranspirasi dan Nilai Koefisien Tanaman Padi Situ Bagendit, Ciherang dan Makongga Di Rumah Kaca.. Varietas Ciherang memiliki

produktivitas dari tanaman padi varietas Ciherang, Makongga dan

Gambar 1 menunjukkan bahwa benih padi sawah varietas Ciherang yang dihasilkan para petani penangkar benih di Desa Sindangasih dijual kepada pedagang pengumpul

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifkasi karakteristik petani dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten

Produksi Beberapa Varietas Padi Unggul Baru di Bangka Belitung Varietas Produksi kg/ha % peningkatan produksi* Inpari 32 5440 25,9 Inpari 42 5520 27,8 Inpari 43 5120 18,5 Balok 4320