• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri)"

Copied!
220
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian karena memiliki

dampak yang secara langsung terhadap kebutuhan pokok dasar masyarakat di

Indonesia. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia

yang paling mendasar, kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring

peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Perkembangan jumlah

penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun Penduduk (Jiwa)

2005 219.850.000

2006 222.735.400

2007 225.590.000

2008 228.454.500

2009 231.294.200

2010 237.556.363

2011* n

Sumber : BPS, 2011

Keterangan : *) = Angka Prediksi n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perkembangan jumlah penduduk

Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa dengan peningkatan

jumlah penduduk dari tahun 2009 sebesar 6.262.163 jiwa. Mengingat hal tersebut,

acuan dasar mengenai ketersediaan padi secara nasional tentunya dapat terlaksana

di dalam meningkatan jumlah produksi padi secara nasional dan didukung oleh

ketersediaan supply benih padi bermutu tinggi, serta memiliki keunggulan daya tumbuh, produktivitas, dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Produksi padi nasional pada tahun 2009 mencapai 64.389.890 ton atau

mengalami peningkatan produksi dari tahun 2008 sampai 2009 sebanyak

4.063.965 ton atau sebesar 6,31 persen. Peningkatan produksi tersebut diikuti

dengan adanya peningkatan luas panen di Indonesia pada tahun 2009 yaitu seluas

556.151 hektar penambahannya atau sebesar 4,32 persen dari tahun 2008.

(2)

2 mengalami peningkatan sebanyak 1.50 kuintal per hektar pada tahun 2009 atau

sebesar 2,1 persen peningkatannya dari tahun 2008. peningkatan luas panen,

produktivitas, dan produksi padi nasional dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Nasional

Sumber : BPS, 2010

Peningkatan produksi padi tersebut terlihat dari kenaikan produksi benih

padi bersetifikat yang cukup tinggi setiap tahunnya. Seiring dengan adanya

peningkatan tersebut tentunya tidak terlepas dari banyaknya penggunaan benih

bersertifikat yang digunakan oleh petani di Indonesia. Kebutuhan benih padi

potensial dan total produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) Tahun 2002-2008

Tahun Kebutuhan Benih Potensial

(Ton)

Berdasarkan Tabel 3, Volume produksi benih padi bersertifikat inbrida dan hibrida yang telah diproduksi baik oleh perusahaan swasta ataupun BUMN dengan total produksi sebesar 181.400 ton pada tahun 2008 atau kurang lebih

separuh dari kebutuhan benih padi nasional yang mencapai 360.000 ton benih

padi pada tahun 2008. Peningkatan volume produksi benih terus mengalami

peningkatan dengan pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2007 dimana total benih

(3)

3 yang diproduksi pada tahun 2007 sebesar 147.524 ton dan terus mengalami

peningkatan produksi benih padi pada tahun 2008 mencapai 181.400 ton, sebesar

22,96 persen (23 persen) peningkatannya dari tahun 2007 atau sebanyak 33.876

ton benih padi peningkatannya.

Deptan (2007), mengatakan bahwa Departemen Pertanian pada tahun 2007

telah menghasilkan teknologi atau inovasi melalui pendekatan Program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk memacu

peningkatan produktivitas usahatani padi dan peningkatan pendapatan petani.

Komponen program yang digunakan di dalam program P2BN yang dijalankan

antara lain adalah : (1) Penggunaan Varietas Unggul Baru, (2) Penggunaan Benih

Bermutu, (3) Pengelolaan air. Benih padi Varietas unggul yang digunakan adalah

Ciherang, Cilarang, Ciliwung, Cibogo, dan Memberamo. Kelima varietas tersebut

merupakan varietas padi pengganti IR-64 yang sudah lama telah diaplikasikan

oleh petani, kondisi benih varietas IR-64 saat ini sudah tidak tahan terhadap

berbagai macam penyakit, oleh karena itu IR-64 diharapkan tidak dipergunakan

kembali oleh para petani di dalam berproduksi. Adapun deskripsi kelima varietas

benih padi yang digunakan pada P2BN dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Varietas Benih Padi Program P2BN

Varietas Ciherang Ciliwung Cibogo Memberamo Cilarang

Umur tanaman 116-125 hari 117-125 hari 115–125 hari 115-120 hari n

Tinggi tanaman 107-115 cm 114-124 cm 100-120 cm 126-140 cm n

Anakan produktif 14-17 batang 18-25 batang 12-19 batang 17-20 batang n

Rata-rata hasil 6,0 t/ha 4,8 t/ha 7,0 t/ha 6,5 t/ha n

Potensi hasil 8,5 t/ha 6,5 t/ha 8,1 t/ha 7,5 t/ha n

Sumber : Balitpa, 2009

Keterangan : n = Data tidak tersedia

varietas yang menjadi pilihan pemerintah di dalam Peningkatan Produksi

Beras Nasional (P2BN) adalah varietas ciherang menjadi pilihan utama untuk

lebih banyak digunakan di dalam berproduksi karena varietas ciherang memiliki

potensi hasil hingga mencapai 8,5 ton/ha1.

Salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi benih padi

diantaranya adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS), yang mana telah memiliki

1

(4)

4 fasilitas di dalam memproduksi benih padi dengan kapasitas produksi benih padi

25.000 ton benih per tahun. Regulasi mengenai perbenihan juga sangat

mendukung pengembangan industri benih di dalam negeri, alasannya adalah

menurut peraturan yang berlaku, importir benih sudah harus bisa memproduksi

sendiri benih apabila sudah mengimpor benih selama dua tahun2.

PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia

serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core bussines perbenihan pertanian (Widoyoko Y., Andibya B. W., Nugroho B., 2007). PT. SHS merupakan BUMN yang memproduksi benih padi, jagung,

kacang-kacangan dan sayuran. Kapasitas produksi benih padi yang dimiliki oleh PT. SHS

adalah 25.000 ton per tahun diantaranya fasilitas baru berkapasitas 10.000 ton per

tahun dengan sistem IRSPP (Integrated Rice Seed Processing Plant). Fasilitas produksi terbaru merupakan fasilitas terintergrasi dengan laboratorium basah (wet laboratory) dan laboratorium kering (dry labolatory) yang terletak di PT. SHS Regional Manager I Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang,

Jawa Barat yang mulai dipergunakan pada tahun 20083.

Dalam sektor formal industri perbenihan komersial, PT. SHS dan PT.

Pertani merupakan BUMN yang telah mendominasi pasar benih padi di Indonesia,

dan telah memasok lebih dari 50 persen produksi benih padi unggul. Penyediaan

mengenai benih varietas unggul merupakan salah satu faktor penting untuk

Pengembangan suatu industri benih yang berorientasi memproduksi benih unggul

bermutu dan memiliki produktivitas tinggi dan dilakukan secara komersial4.

PT. SHS memiliki fasilitas breeding center di Sukamandi. Breeding Center difungsikan sebagai tempat untuk menciptakan atau melahirkan plasma nutfah baru, baik merupakan hasil dari seorang peneliti yang dimiliki PT. SHS

atau disebut sebagai Breeder, maupun hasil kerjasama dengan peneliti dari perusahaan benih di luar negeri. Varietas unggul lokal yang dimiliki PT. SHS

memiliki karakteristik produk keunggulan seperti rasa nasi pulen, tahan hama dan

2

Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin, November 08, 2010

3

Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin, November 08, 2010

4

(5)

5 penyakit, namun memiliki umur yang panjang dan produksinya rendah.

Sedangkan karakteristik benih padi dari luar memiliki keunggulan seperti

produksinya tinggi, umurnya pendek, akan tetapi rasanya belum sesuai dengan

yang diharapkan. Dengan kombinasi tersebut, maka akan dibentuk kerjasama

dengan perusahaan benih di luar negeri dan harapannya dapat memperoleh

varietas yang umurnya pendek, produksinya tinggi, rasanya enak, dan tahan hama

dan penyakit. PT. SHS menargetkan pada 2011 PT. SHS sudah dapat

menghasilkan varietas produksi benih padi hibrida yang memiliki

produktivitasnya tinggi. Oleh karena itu PT. SHS mulai tahun 2008 membentuk

breeding center.

Arintadisastra (1997), mengatakan bahwa guna mendukung peningkatan

produktivitas melalui intensifikasi, maka perlu ditumbuh kembangkan petani

penangkar benih dilokasi sentra produksi. Adapun salah satu Industri benih padi

yang melakukan kerjasama dengan para petani penangkar benih yaitu PT. SHS.

Kerjasama merupakan makna yang terkandung di dalam kemitraan,

dimana Kerjasama merupakan adanya interaksi dua pihak atau lebih yang

berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam

hubungannya dengan perbenihan, kerjasama tersebut dilakukan antara industri

perbenihan dengan petani penangkar benih, alasannya adalah karena tidak ada

industri benih yang mengelola sendiri benihnya. Karena hal ini menyangkut lahan

dan sumberdaya manusia5.

1.2.Perumusan Masalah

Lahan yang digunakan oleh PT. SHS didalam produksi benih padi adalah

lahan kerjasama dan swakelola. Lahan kerjasama adalah merupakan suatu bentuk

kerjasama produksi benih padi dengan para petani penangkar benih di dalam

berproduksi dengan alasan bahwa keterbatasan sumberdaya manusia didalam

mengelola lahan area produksi. Lahan Swakelola merupakan lahan produksi yang

dilakukan oleh karyawan PT. SHS dengan tujuan agar harga pokok produksi dapat

lebih terkendali6

5

Sinar Tani.2008. Saham dan BUMP Solusi Peningkatan Kemitraan. http://sinartani.com . Senin, November 08, 2010 6

(6)

6 Hafsah (1999) dalam Lestari (2009), menambahkan bahwa dalam kondisi

ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan yaitu 1)

meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat; 2) meningkatkan

perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan pemerataan dan

pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4) meningkatkan pertumbuhan

ekonomi pedesaan, Wilayah, dan nasional; 5) memperluas kesempatan kerja; 6)

meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Banyaknya jumlah petani penangkar

benih sebagai mitra dari PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Petani Penangkar Benih Padi PT. SHS Per Musim Tanam.

Musim Tanam Jumlah Petani

(Orang)

2008/2009 1.469 2009 1.491 2009/2010 1.482

Sumber : SHS, 2010

Keterangan : n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan bahwa Pada musim tanam 2009/2010,

penggunaan lahan kerjasama untuk memproduksi benih padi menurun menjadi

2.274,63 Ha atau mengalami penurunan 1,13 Ha yang diikuti penurunan jumlah

petani penangkar menjadi 1.482 atau mengalami penurunan jumlah petani

penangkar benih sebanyak 9 orang petani dengan rata-rata penggunaan lahan pada

musim tanam 2009/2010 adalah 1,53 Ha.

Sebagian besar lahan yang dimiliki PT. SHS digunakan sebagai lahan

kerjasama untuk memproduksi benih padi. Luas lahan kerjasama pada tahun 2010

ditetapkan seluas 2.274,63 Ha atau sebesar 72,20 persen dari total keseluruhan

luasan. Adapun hasil produksi benih padi di PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Benih Padi PT. SHS

Musim

2008/2009 768.03 2.690.583 3.503 2.240,87 8.284.061 3.696

2009 736.77 1.907.785 2.589 2.275,76 6.674.271 2.932

2009/2010 736.77 2.967.872 4.028 2.274,63 6.447.949 2.834

Sumber : SHS, 2010

Produksi benih padi tertinggi terjadi pada musim tanam 2008/2009

(7)

7 2.240,87 ha dengan produktivitas 3.696 Kg/Ha. Namun hingga musim tanam

2009/2010 mengalami penurunan mengenai total hasil produksi benih padi pada

lahan kerjasama seluas 2.274,63 Ha yaitu sebesar 6.447.949 Kg dengan

produktivitas 2.834 Kg/Ha. Walaupun pada musim tanam 2008/2009 dengan

status luasan lahan yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan luas lahan

pada musim tanam 2009/2010, akan tetapi hasil produksi mengalami penurunan

sebesar 1.836.112 Kg dari musim tanam 2008/2009.

Adanya Penurunan produktivitas produksi benih yang dilakukan oleh

petani penangkar pada lahan kerjasama mengalami kecenderungan menurun

apabila dibandingkan dengan produktivitas produksi benih pada lahan swakelola

yang dilakukan oleh karyawan PT. SHS.

Input dan penggunaan teknologi yang diterapkan pada lahan kerjasama dari musim tanam 2008/2009 sampai musim tanam 2009/2010 tidak mengalami

perubahan kecuali luasan lahan produksi, akan tetapi output hasil produksi benih padi berupa gabah kering panen (GKP) dalam kilo gram per Ha pada lahan

kerjasama mengalami penurunan hasil apabila dibandingkan dengan musim tanam

2008/2009 dengan luasan lahan produksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan

luasan lahan produksi pada musim tanam 2009/2010. Melihat kondisi yang

terjadi, hal tersebut akan berdampak kepada pendapatan yang diperoleh petani

penangkar benih padi yang semakin menurun.

Benih Padi inbrida yang menjadi prioritas utama untuk di produksi pada

lahan kerjasama PT. SHS adalah varietas ciherang yang menempati urutan

pertama, alasannya adalah varietas ciherang banyak diminati di pasaran oleh para

petani pada umumnya karena produksinya tinggi dan dapat mencapai potensi hasil

8,5 ton/ha7. Dalam upaya peningkatan hasil produksi (output), diduga tergantung kepada penggunaan input (Faktor-faktor produksi) secara optimal.

Rahim dan Hastuti (2008), menambahkan bahwa tenaga kerja dalam hal

ini petani merupakan faktor penting dimana harus mempunyai kualitas berfikir

yang maju seperti para petani dapat mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama di

dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang memiliki

kualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi.

7

(8)

8 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan rumusan

permasalahannya dalam bentuk pertanyaan (Statement of Problem) sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih ?

2. Berapa tingkat pendapatan Usahatani para petani penangkar benih padi

varietas ciherang?

3. Bagaimana Pengaruh karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar

benih terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas

adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih padi varietas

ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih.

2. Menganalisis pendapatan para petani penangkar benih padi varietas ciherang

3. Menganalisis pengaruh karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat mengenai kajian penelitian ini dan dapat berguna

bagi berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi bahan masukan dan dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi PT. SHS khususnya, dan perusahaan benih

di Indonesia pada umumnya. Harapan tersebut berupa keputusan kebijakan

yang dapat menciptakan keharmonisan yang berkesinambungan dan multiplier effect positif yang berkelanjutan demi kekontinuitasan di dalam memproduksi benih dengan cara menjaga kerjasama dengan para petani penangkar benih,

serta memperbaiki segala bentuk kekurangan yang dapat menjadikan

penurunan produktivitas produksi benih padi, dan diharapkan dapat terus

meningkatkan kinerja perusahaan di dalam menghasilkan benih-benih

(9)

9

hibrida untuk memenuhi target kebutuhan nasional di dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan di Indonesia.

2. Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah keragaman ilmu yang didapatkan,

menjalin jaringan kerja (networking) yang lebih luas, serta dapat menyalurkan aspirasi para petani penangkar benih kepada perusahaan dan diharapkan

(10)

10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benih

2.1.1. Pengertian

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan

pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis

atau merupakan suatu komponen agronomi (Sadjad et al, 1975 dalam Kartasapoetra, 1986). BPSB VI Maros (1988), mengatakan bahwa varietas adalah

merupakan bagian dari suatu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman,

pertumbuhan, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat membedakan

dengan golongannya di dalam jenis yang sama.

2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

Padi merupakan salah satu tanaman panganyang memiliki bentuk rumput

berumpun. Tanaman padi termasuk ke dalam pertanian kuno yang berasal dari dua

benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah

memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada

3.000 tahun SM. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies padi yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di

dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan

air8.

8

(11)

11

2.3. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang

Tanaman padi varietas ciherang termasuk ke dalam golongan padi cere,

yang memiliki umur tanaman 116-125 hari setelah tanam dan memiliki anakan

produktif sebanyak 14-17 batang dan memiliki potensi hasil panen sebanyak 8,5

Ton/Ha. Adapun mengenai karakteristik Tanaman padi varietas ciherang dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang

Uraian Keterangan Golongan Padi Cere

Umur tanaman 116-125 hari setelah tanam Bentuk tanaman Tegak

Tinggi tanaman 107-115 cm Anakan produktif 14-17 batang Bentuk gabah Panjang ramping Warna gabah Kuning bersih Kerontokan Sedang Rata-rata hasil 6,0 Ton/Ha Potensi hasil 8,5 Ton/Ha

Ketahanan terhadap Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl Dilepas tahun 2000

Sumber : Balitpa, 2009

2.4. Kerjasama Kemitraan

Dasar kerjasama kemitraan adalah kebutuhan bersama/yang bermitra,

persoalan usaha, dan manfaat usaha. Pentingnya didalam membentuk suatu

kemitraan adalah agar usaha kecil berorientasi pasar dan komersial,

kendala-kendala usaha terpecahkan, serta adanya kepedulian usaha menengah dan besar.

Adapun peranan pelaku kemitraan yaitu dimana 1) pengusaha besar melakukan

pembinaan, pengembangan, dan bimbingan sumber daya manusia, penyandang

dana/penjamin kredit, bimbingan teknologi, saprodi, menjamin pembelian hasil

produksi, dan promosi hasil produksi; 2) Pengusaha kecil menerapkan teknologi

dan kesepakatan dengan pengusaha besar, kerjasama antar pengusaha kecil untuk

mendukung pasokan produksi kepada pengusaha besar, dan pengembangan

(12)

12 Pola kemitraan dapat dikatakan dengan pola kemitraan langsung dan tidak

langsung. Pola kemitraan langsung merupakan pembinaan dimana terdapat kaitan

yang secara langsung dengan kegiatan usahanya, sedangkan pola kemitraan tidak

langsung merupakan pembinaan dimana tanpa ada kaitan dengan kegiatan

usahanya.

Pola kemitraan dapat dilihat sebagai vertikal dan horizontal. Pola

kemitraan vertikal yaitu membagi risiko kepada unit dibawahnya. Adapun

beberapa pola kemitraan vertical yaitu :

a) Pola Inti Plasma

Yaitu merupakan hubungan kerjasama kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan

kelompok mitra sebagai plasma.

b) Pola Sub Kontrak

Yaitu dimana dua kelompok mitra memproduksi kebutuhan pasar perusahaan

besar (adanya kontrak bersama).

c) Pola Dagang Umum

Yaitu kontrak antar pedagang

d) Pola Waralaba/keagenan

Yaitu merupakan suatu hubungan kemitraan yang terjalin antara dua pihak

atau lebih dimana kelompok mitra diberikan hak secara khusus untuk dapat

memasarkan suatu barang/jasa usaha yang dimiliki oleh perusahaan mitra.

Pola kemitraan horizontal merupakan pola kemitraan yang secara

bersama-sama menghadapi persaingan dari luar walaupun mereka sendiri

melakukan persaingan sehat9.

2.4.1. Kemitraan Petani Penangkar Benih

Lestari (2009), mengatakan kemitraan adalah jalinan kerjasama di dalam

menjalankan usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua

belah pihak atau lebih dengan mengandung prinsip saling menguntungkan.

Alasannya adalah pada dasarnya kedua belah pihak atau lebih memiliki

9

(13)

13 kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan adanya kemitraan yang terjalin

tentunya akan saling melengkapi.

Melihat definisi dasar tersebut, maka didapatkan bahwa Kemitraan petani

penangkar benih adalah suatu ikatan perjanjian kerjasama antara petani sebagai

penangkar benih dengan perusahaan benih milik pemerintah ataupun swasta lokal

dan luar negeri di dalam memproduksi benih, dimana terkandung makna saling

menguntungkan dan saling membutuhkan terkait keterbatasan lahan dan

sumberdaya manusia.

2.5. Produksi Benih Padi

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa produksi komoditas

pertanian dapat dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang

terjadi di dalam menghasilkan komoditas berupa suatu kegiatan usahatani maupun

usaha lainnya. Proses produksi komoditas pertanian atau disebut juga budidaya

tanaman merupakan proses usaha bercocok tanam / budidaya di lahan untuk

menghasilkan bahan segar (raw material), dimana bahan segar tersebut nantinya akan dijadikan bahan baku setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finished product). Di dalam proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, dan

manajemen.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

produksi benih padi adalah seperangkat proses kegiatan budidaya tanaman padi

dengan menggunakan berbagai kombinasi input dan teknologi yang tersedia dengan menggunakan benih indukan (parent seed) berkualitas dan bermutu tinggi untuk menghasilkan output berupa benih padi bersertifikat sesuai dengan ketentuan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPSB.

2.6. Penelitian Terdahulu

Lestari (2009), melakukan penelitian yang berkaitan terhadap pendapatan

dan kepuasan peternak plasma didalam bermitra. Berdasarkan hasil mengenai

karakteristik responden, didapatkan bahwa didapatkan mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen),

(14)

14 (42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen),

peternak memiliki pekerjaan diluar usaha ternak ayam (52 persen), pengalaman

beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik

sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44

persen), alasan bermitra dengan PT. X adalah untuk meningkatkan keuntungan

(58 persen), lama bermitra dengan perusahaan PT. X selama satu tahun (36

persen), sumber informasi mengenai PT. X didapatkan langsung dari pihak

perusahaan (48 persen), dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah

resiko usaha rendah (30 persen). Peternak yang memproduksi skala besar

mendapatkan R/C rasio sebesar 1,066, sedangkan peternak yang memproduksi

dalam skala sedang memperoleh nilai R/C rasio 1,069, maka didapatkan bahwa

skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih

besar.

Femina (2006), melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak

kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di pulau jawa. Penelitian tersebut

menggunakan persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi di pulau jawa. Hasil penelitian yang dilakukan,

maka didapatkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dimana

memiliki variabel independen seperti harga dasar gabah, harga dasar pupuk urea, dan luas areal padi. Respon mengenai luas areal panen padi dalam jangka pendek

inelastis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Disti (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisa pendapatan dan

efisiensi produksi usahatani program pengelolaan tanaman dan sumberdaya

terpadu (PTT). Hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan evaluasi program PTT,

maka teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organic

padat dan efisiensi penggunaan urea, SP36, dan phonska berdasarkan pupuk

berimbang. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan, bahwa

penggunaan faktor produksi usahatani masih dapat ditingkatkan, alasannya adalah

ditunjukkan oleh nilai R/C rasio atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan

biaya aktual.

Rohela (2008), melakukan penelitian yang berjudul Dampak program

(15)

15 penelitian yang dilakukan adalah apabila dilihat dari bilai R/C rasio yang

didapatkan bahwa nilai R/C rasio petani program lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan petani non program. Berdasarjan hasil analisis pendapatan

usahatani bahwa petani padi program P2BN lebih tinggi yaitu sebesar 5.757

kg/Ha. Dalam pengujian efektif tidaknya program P2BN dalam meningkatkan

pendapatan petani maka dilakukan analsisi regresi berganda dalam mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan variabel independen

yang dimiliki antara lain adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi, hasil produksi.

Harga jual. Variabel dependennya adalah pendapatan petani, dengan dummy D1

untuk petani yang berpendidikan SMP, D2 utnuk petani yang berpendidikan SMA,

D3 untuk petani lahan sendiri, dan D4 untuk petani peserta program P2BN.

Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Benih Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus : Petani Penangkar Benih PT. Sang

Hyang Seri (Persero) Regional Manager (RM) I Unit Bisnis Daerah (UBD)

Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat memiliki persamaan dan perbedaan

Persamaan dengan Lestari, Disti, dan Rohela adalah didalam menganalisa

pendapatan yang didapatkan oleh petani, sedangkan persamaan dengan femina

adalah didalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi.

Persamaannya secara umum adalah terdapat beberapa kesamaan komoditi yang

digunakan, menganalisis gambaran umum kemitraan, karakteristik responden,

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Perbedaan penelitian

yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap

produksi benih dengan spesifik penggunaan varietas ciherang dan masalah yang

(16)

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang

mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan

mengkoordinasikan didalam penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan

seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal

mungkin. Soekartawi (2003), menambahkan bahwa tujuan dari usahatani antara

lain dikategorikan menjadi dua yaitu maximum profit minimum profit, konsep maximum profit adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah

tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh maximum profit. Sedangkan konsep minimum profit adalah bagaimana menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa dalam usahatani, para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkannya, serta memperhitungkan

penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua

nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya

didalam usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai usahatani artinya adalah jumlah uang yang di

bayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya yang

diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh

petani dimana dapat berupa faktor produksi yang digunakan tanpa menggunakan

biaya tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri,

penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan bibit dari hasil produksi,

dan penyusutan dari sarana produksi.

Dilihat dari sifatnya, biaya produksi terdiri dari fixed cost dan variabel cost. Fixed cost adalah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi, sedangkan variabel cost adalah merupakan pengeluaran usahatani yang digunakan untuk tanaman tertentu dan jumlahnya berubah seiring

besarnya produksi yang dilakukan. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang

(17)

17 usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan

jasa bagi usahatani. Selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai disebut

dengan pendapatan tunai usaha tani. pendpatan kotor usahatani disebut sebagai

nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun

yang tidak dijual. Selisih antara pendapan kotor usahatani dan pengeluaran total

usahatani disebut sebagai pendapatan bersih tunai.

Soeharjo dan Patong (1973) dalam Nadhwatunnaja (2008), mangatakan bahwa pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,

alasannya adalah kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi

yang berlebihan. Oleh karena itu analisis pendapatan selalu diikuti dengan

pengukuran efisiensi. Hernanto (1989) dalam Purba (2008), menambahkan salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan ( revenue-cost ratio atau R/C.

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani

yang dilakukan berdasarkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan

pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila R/C > 1, maka penerimaan yang

diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

penerimaan tersebut. Apabila R/C < 1, maka setiap unit yang dikeluarkan akan

lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, dan apabila R/C = 1, maka

kegiatan usaha impas (tidak untung/tidak rugi).

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya

biaya dan pendapatan sangat kompleks, sehingga dibagi menjadi dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi biaya dan

pendapatan terdiri dari 1) umur petani; 2) pendidikan; 3) pengetahuan; 4)

pengalaman; 5) keterampilan; 6) luas lahan; 7) modal. Sedangkan untuk faktor

eksternal yang memepengaruhi biaya dan pendapatan terdiri dari 1) ketersediaan

input; 2) harga input; 3) permintaan output; 4) harga output. Adapun bagan mengenai faktor internal dan eksternal yang secara bersamaan mempengaruhi

(18)

18

Faktor Internal Faktor Eksternal

Umur Petani Input

Pendidikan a. Ketersediaan

Pengetahuan b. Harga

Keterampilan Output

Luas Lahan a. Permintaan

Modal b. Harga

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal Usahatani Sumber : Suratiyah (2006)

3.1.2. Teori Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa hasil akhir dari suatu proses

produksi adalah produk atau output. Nicholson (1999), mengatakan bahwa produksi adalah kegiatan dalam menghasilkan output dengan menggunakan kombinasi input produksi dan teknologi terbaik yang dimiliki. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input dalam produksi biasa disebut sebagai faktor produksi.

3.1.3. Faktor Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa faktor produksi disebut juga

sebagai “korbanan produksi”, dimana faktor produksi atau disebut juga sebagai

input di dalam berproduksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang dihasilkan (output). Dalam menghasilkan suatu produk, maka diperlukan adanya pengetahuan mengenai hubungan antara faktor input dan output. Hubungan antara input dan output disebut juga sebagai “factor relationship”.

Produksi merupakan suatu proses di dalam menciptakan suatu produk

yang dihasilkan (output). Hubungan mengenai faktor produksi dengan produksi, dimana hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk (output). Produksi di dalam bidang pertanian dapat bervariasi, yang mana disebabkan karena perbedaan

kualitas, alasannya adalah karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses

produksi yang baik, dan dilaksanakan dengan baik, dan begitu pula sebaliknya. Usahatani

(19)

19

3.1.4. Fungsi Produksi

Lipsey (1995), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan

mengenai input yang digunakan di dalam proses produksi dengan kuantitas hasil output yang dihasilkan.

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan

fisik antara variabel yang dipengaruhi (Y sebagai dependent) dan variabel yang mempengaruhinya (X sebagai independent), dimana variabel Y dijelaskan berupa output di dalam produksi dan variabel X dijelaskan berupa input di dalam produksi. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa variabel input di dalam produksi dapat berupa seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan

lain-lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi, namun tidak semua input

dipakai di dalam analisis, hal tersebut tergantung dari penting tidaknya pengaruh

input yang digunakan terhadap produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat

ditulis sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,.., Xn)

Dimana :

Y = Output / hasil produksi

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor di dalam produksi dengan hasil produksi

X1, X2,.., Xn = input / faktor produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Pengukuran tingkat produktivitas

dari suatu produksi yang dilaksanakan memiliki dua tolak ukur yaitu produk

marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). PM adalah tambahan satu-satuan input di dalam produksi (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan

satu-satuan output produksi yang dihasilkan (Y). rumus penulisan PM adalah sebagai berikut :

PM = ǻ୷

οଡ଼౟ Dimana :

οY = Perubahan hasil produksi

(20)

20 Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit

input (X) dapat menyebabkan setiap tambahan unit output (Y) secara proporsional. Apabila terjadi suatu penambahan satu-satuan unit input produksi (X), akan tetapi menyebabkan satu-satuan unit output produksi yang menurun (Y),

maka peristiwa tersebut disebut sebagai the law of diminishing returns (kenaikan hasil yang semakin berkurang) dimana menyebabkan PM turun. PR adalah

perbandingan antara produk total per jumlah input. Rumus PR dapat dituliskan sebagai berikut :

PR = ଢ଼

ଡ଼౟ Dimana :

Y = Hasil produksi

Xi = Jumlah faktor produksi

Dalam mengukur perubahan yang terjadi dari produk total (PT) yang

diproduksi/dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi (input) yang digunakan di dalam berproduksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi

(Ep). Ep adalah persentase perubahan dari produk yang dihasilkan (output) akibat persentase perubahan dari input produksi yang digunakan. Persamaan Ep dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

E୮ = PM . 1 PR

Dimana :

Ep = Elastisitas Produksi PM = Produk Marginal PR = Produk Rata-rata

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi berdasarkan nilai

Ep terbagi menjadi tiga daerah yaitu :

1) Tahap I (increasing rate) dimana lebih dari satu (Ep > 1) yang artinya adalah bahwa produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi

yang lebih banyak.

2) Tahap II (decreasing rate) dimana nol kurang dari Ep dan Ep kurang dari satu (0 < Ep < 1) yang artinya adalah bahwa setiap penambahan faktor produksi

(21)

21 paling rendah nol persen. Daerah dua dicirikan dengan penambahan hasil

produksi yang menurun, dan pada daerah dua dicapai keuntungan maksimum

dengan penggunaan faktor tertentu.

3) Tahap III (negative decreasing rate) dimana Ep kurang dari nol (Ep < 0) yang artinya adalah setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen, maka

akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar nilai Ep. Adapun

tahapan suatu proses di dalam produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1990

Keterangan :

PT = Produk total PM = Produk marginal PR = Produk rata-rata Y = Produksi X = Faktor produksi

Ep>1

X1 X2 X3

X

PM

PR PM/PR

Y

PT

Ep<0

0<Ep<1

III II

(22)

22 Berdasarkan gambar dua mengenai tahapan suatu proses produksi, maka

Hubungan antara PM dan PT dapat dijelaskan bahwa :

1) Apabila PT meningkat, maka nilai PM akan positif

2) Apabila PT mencapai titik maksimum, maka PM akan berubah menjadi nol

3) Apabila PT mulai menurun, maka nilai PM akan negative

Hubungan antara PM dan PR antara lain adalah :

1) Apabila PM > PR, maka PR masih berada dalam keadaan menaik

2) Apabila PM < PR, maka PR dalam keadaan menurun

3) Apabila PM = PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT, PM dan PR dengan besar kecilnya nilai Ep

adalah sebagai berikut :

1) Ep = 1, dimana PR akan mencapai kondisi maksimum apabila PR = PM, dan

sebaliknya apabila PM = 0 dalam situasi PR keadaan menurun, maka Ep = 0.

2) Ep > 1, dimana PT dalam keadaan menaik pada tahap increasing rate dan PR akan meningkat pada daerah I.

3) 0 < Ep < 1, dimana dalam kondisi tersebut maka setiap tambahan sejumlah

input yang digunakan tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi pada daerah II (rasional), dimana PT akan menaik pada tahap decreasing rate.

4) Ep < 0, dimana terletak pada daerah irrasional III. Dalam kondisi tersebut, PT

dalam keadaan menurun, nilai PM akan negatif, dan PR akan menurun.

Apabila terus meningkatkan input produksi, maka akan tetap merugikan bagi petani yang berproduksi.

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa di dalam melakukan suatu

kegiatan produksi, Returns to scale (RTS) perlu untuk diketahui dari kegiatan usaha produksi yang dilakukan dan disesuaikan dengan kaidah increasing, constant, atau decreasing returns to scale. RTS merupakan penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi, dimana terbagi menjadi tiga bagian yaitu

(23)

23 kondisi demikian setiap penambahan input faktor produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang dihasilkan; (3) increasing returns to scale, dimana ȭܾ > 1, yang artinya berarti setiap proporsi penambahan input faktor produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsinya lebih besar.

3.1.5.Model Fungsi Produksi

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam memilih fungsi produksi yaitu :

1) Fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan kegiatan

budidaya yang sebenarnya terjadi.

2) Fungsi produksi yang digunakan dapat dengan mudah untuk diukur atau

dihitung secara statistik.

3) Fungsi produksi dapat dengan mudah untuk di artikan khususnya arti ekonomi

dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Model fungsi produksi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Soekartawi (1990), mengatakan

bahwa model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan

yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang dijelaskan biasa

disebut dengan istilah dependent (Y) dan variabel yang menjelaskan biasa disebut dengan istilah independent (X).

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa penyelesaian mengenai

hubungan antara variabel dependent dan independent dalam fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan

kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Penyelesaian di dalam fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi

linear, dengan persyaratan :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, alasannya adalah karena

logaritma dari nol adalah merupakan suatu bilangan yang besarnya tidak

(24)

24 2) Diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

(non neutral difference in the respective technologies), apabila fungsi Cobb-Douglas dipakai sebagai model di dalam pengamatan, dan bila diperlukan

adanya analisis yang memerlukan model lebih dari satu model, maka

perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan tidak terletak pada slope model tersebut.

3) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

terkandung di dalam disturbance term.

Pertimbangan dasar dalam penggunaan model fungsi produksi

Cobb-Douglas berdasarkan kelebihan yang dimiliki antara lain :

1) Penyelesaian relatif lebih mudah, karena dapat dirubah ke dalam bentuk

linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran nilai elastisitas.

3) Besaran nilai elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran

returns to scale (RTS).

Model fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki beberapa kelemahan yang

dimiliki diantaranya yaitu :

1) Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan Ep bernilai negatif atau

memiliki nilai terlalu besar atau memiliki nilai terlalu kecil. Spesifikasi

variabel yang keliru dapat menimbulkan adanya multikolinearitas pada

variabel independent (X) yang digunakan sebagai input faktor produksi. 2) Kesalahan di dalam pengukuran variabel dapat menyebabkan nilai besaran Ep

terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3) Terjadi adanya multikolinearitas, dimana variabel X tidak mempunyai

hubungan kuat di dalam mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X

tersebut dipengaruhi oleh variabel X lainnya yang termasuk ke dalam input faktor produksi.

Persamaan model fungsi produksi Cobb-Douglas secara matematik dapat

(25)

25 Xi = variabel independent a,b = besaran yang akan diduga

u = disturbance term (unsur sisa/galat) e = logaritma natural (2,718)

Berdasarkan beberapa kelemahan yang dimiliki model fungsi produksi

Cobb-Douglas, maka dalam mempermudah pendugaan terhadap persamaan

tersebut diubah ke dalam bentuk double logaritme natural (ln) dengan cara melogaritmakan persamaan yang dimiliki di dalam penyelesaian fungsi produksi

Cobb-Douglas. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + … + bi ln Xi + … + bn ln Xn + u

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai b1 sampai bn

adalah tetap walaupun variabel X1 sampai Xn yang terlibat telah dilogaritmakan.

Alasannya adalah karena b1 sampai bn pada model fungsi produksi Cobb-Douglas

sekaligus sebagai Ep variabel Xn terhadap Y.

Parameter dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah di

transformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) merupakan bentuk linear berganda (variabel independent lebih dari satu), yang kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Metode pendugaan OLS dapat dipakai apabila memenuhi beberapa asumsi

diantaranya yaitu :

1) Variabel u adalah variabel acak yang riil dimana memiliki nilai tengah nol; E (un) = 0

2) Homoskedastisitas, dimana ragam untuk setiap ui memiliki nilai sama untuk

setiap pengamatan Xi; E (ui2) = ıଶ (varians konstan)

3) Tidak terdapat autokorelasi; E (uiun) = 0, dimana i QFRY

4) Besaran ui menyebar secara normal; ui ~ N (0, ıଶ)

(26)

26

3.2. Hubungan Karakteristik Petani Penangkar Benih Terhadap Produksi

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu

unsur penentu bagi keberhasilan kegiatan usahatani. karakteristik yang dimiliki

petani merupakan faktor penting yang dimiliki petani di dalam menjalankan

usahataninya karna akan berdampak kepada biaya dan pendapatan pada akhirnya

dalam mengelola usahataninya.

Besarnya pendapatan yang diterima petani berdasarkan banyaknya hasil

produksi benih yang dihasilkan pada satu satuan waktu produksi. Oleh karena itu

karakteristik yang dimiliki petani memiliki hubungan terhadap hasil produksi

yang akan dicapai. Suratiyah (2006), menambahkan bahwa apabila ditinjau dari

segi usia, semakin tua umur petani maka akan semakin berpengalaman dan

semakin baik dalam mengelola usahataninya, akan tetapi semakin tua umur petani

maka akansemakin menurun kemampuan fisiknya sehingga memerlukan tenaga

kerja tambahan dalam mengelola usahataninya.

Pendidikan yang ditempuh oleh petani baik formal dan terutama non

formal misalnya seperti adanya kursus yang diberikan oleh kelompok tani

setempat, penyuluhan, atau studi banding yang pada akhirnya dapat membuka

jalan fikiran petani dan menambah keterampilan dan pengalaman petani didalam

mengelola usahatani yang dijalankannya.

3.3. Kerangka Operasional

PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar

benih. Kerjasama kemitraan akan dapat berlangsung dengan adanya persetujuan

dari PT. SHS selaku perusahaan inti dan pihak petani penangkar selaku plasma.

Bagi PT. SHS kerjasama kemitraan tersebut berfungsi guna untuk memenuhi

kebutuhan dan kekontinuitasan produksi yang berorientasi terhadap profit.

Sedangkan bagi petani penangkar kerjasama kemitraan tersebut dapat membantu

didalam memperoleh bantuan modal, jaminan pemasaran produk hasil produksi

benih,dan pemberian pelatihan mengenai budidaya produksi benih padi yang baik.

Produksi Benih padi PT. SHS sebagian besar memproduksi benih padi

varietas ciherang. Adanya penurunan hasil produksi terjadi pada musim tanam

(27)

27 telah terjadi adanya penurunan produksi benih padi varietas ciherang dari para

petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Oleh karena itu perlu

dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan

menurunnya produksi benih padi varietas ciherang yang di produksi oleh para

petani penangkar benih, karakteristik umum petani penangkar benih dan

kemitraan yang terjalin.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk melihat banyaknya

penerimaan yang didapatkan petani penangkar didalam memproduksi benih padi

varietas ciherang. Korelasi antara atribut karakteristik umum petani penangkar

benih terhadap produksi dianalisis menggunakan korelasi rank spearman dengan

variable X yang terkandung adalah usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan,

jumlah tanggungan, dan pendapatan. Sedangkan variabel Y nya adalah hasil

produksi. Alasan menggunakan korelasi rank spearman adalah data yang

digunakan berbentuk data ordinal.

Dari hasil analisis tersebut diatas dapat dilihat mengenai faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang dengan

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dimana penyelesaiannya mengenai

hubungan antara variabel dependen dan independen, maka parameter-parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan suatu bentuk liniear berganda yang kemudian dianalisis

menggunakan metode ordinary least square (OLS). Alasan menggunakan analisis OLS adalah karena data yang digunakan berbentuk rasio dan digunakan untuk

menjelaskan mengenai hubungan antara variable X mempengaruhi Y. Bagan

(28)

28

Gambar 3. Bagan Kerangka Operasional

Ordinary Least Square (OLS)

x PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih untuk memproduksi benih padi pada lahan kerjasama

x Prioritas benih padi yang diproduksi yaitu varietas ciherang

Produktivitas produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar mengalami penurunan

PT. Sang Hyang Seri

Rekomendasi kepada PT. SHS berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang agar dapat tercapai

optimalisasi produksi benih padi varietas ciherang

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Benih varietas Ciherang

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis Pendapatan usahatani

Analisis Pendapatan R/C

Karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

produksi

(29)

29

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis

Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat. Pemilihan lokasi

dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dimana teknik penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah 1).

PT. SHS merupakan produsen benih padi terbesar di Indonesia yang menguasai

25 persen benih padi di Indonesia dengan kapasitas produksi benih padi 25.000

ton per tahun, 2). PT. SHS memiliki lahan sawah yaitu 3.150,65 hektar dalam satu

lokasi dan berada dalam satu pengelolaan manajemen. Kegiatan pengambilan data

dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan

Stratified Sample. Metode tersebut digunakan jika populasi yang tidak homogen, maka populasi dibagi kedalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam

strata, dan anggota sample ditarik dari setiap strata (Nazir, 2005). Adapun

mengenai jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Luasan Lahan Kerjasama yang Dikelola Musim 2010/2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persen (%) Jumlah Responden

1,00-1,50 574 48 48

1,51-2,00 521 44 44

> 2,00 89 8 8

Total 1184 100 100

Sumber : SHS, 2010 (Data Diolah)

Dalam pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan

convinience sampling yang artinya adalah kemudahan di dalam memperoleh responden untuk penelitian, dilakukan setelah jumlah responden telah ditentukan

berdasarkan persentase proporsional pada setiap luasan lahan yang memproduksi

benih padi varietas ciherang. Dalam penerapannya, penulis diperbantukan oleh

(30)

30 Alasannya adalah sulitnya didalam membedakan antara petani yang melakukan

kemitraan dengan tenaga kerja atau buruh harian dikarenakan luasan lahan yang

terlalu luas.

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan bahwa jumlah petani penangkar benih

untuk dijadikan sebagai responden berjumlah 100 orang pada lahan kerjasama

yang memproduksi benih varietas ciherang di PT. SHS. Penentuan jumlah

tersebut dengan alasan jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama

yang dikelola oleh petani penangkar benih.

4.3. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung di lapangan oleh seseorang yang akan melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang memerlukannya (Sugiyono, 2009). Data primer didapatkan

secara langsung di lapangan, dimana berdasarkan kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang oleh petani penangkar benih

yang berkerjasama dengan PT. SHS. Selain itu, diperoleh juga mengenai data-data

yang berkaitan dengan perusahaan. Sedangkan dari segi waktunya merupakan

data cross section yang artinya adalah data yang diperoleh pada saat pengumpulan di lapang dan diambil dalam kurun waktu tertentu sesuai kebutuhan penelitian.

Data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan

data kepada pengunpul data atau seseorang yang akan melakukan penelitian. Data

sekunder diperoleh dari lembaga Departemen Pertanian (Deptan), Badan Pusat

Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sugiyono (2009), mengatakan metode pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama di dalam melaksanakan penelitian, alasan tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun macam-macam teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, Kuesioner (Angket), trianggulasi/

(31)

31

Gambar 4. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono (2009)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Nazir (2005), mengatakan bahwa wawancara Yaitu proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap

muka.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya.

4.5. Metode Pengolahan Data

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi

berdasarkan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian kuantitatif adalah

metode penelitian dimana data penelitian yang dimiliki berupa angka-angka dan

dianalisis menggunakan statistik.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan

statistik deskriptif, dimana digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya berdasarkan data yang didapatkan dilapangan. Teknik analisis data dalam

penelitian kuantitatif dapat menggunakan statistik inferensia yang artinya adalah Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Kuesioner (Angket) Obsevasi

(32)

32 teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis suatu data sampel, dan

hasilnya akan diberlakukan untuk populasi sampel yang dimiliki.

Statistik inferensia meliputi statistik parametris dan non parametris.

Penelitian ini menggunakan uji statistik parametris dan non parametris. Uji

statistik parametris merupakan pengujian yang memerlukan terpenuhi banyak

asumsi dan statistik parametris dapat digunakan untuk data yang berbentuk

interval dan rasio. Asumsi yang utama adalah dimana data yang akan di analisis

harus berdistribusi normal. Statistik non parametris merupakan pengujian yang

tidak memerlukan terpenuhinya banyak asumsi dan digunakan apabila datanya

berbentuk nominal atau ordinal.

Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan

data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum

kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. SHS dengan para petani penangkar benih.

Karakteristik umum petani penangkar benih, dan Karakteristik Usahatani akan

dianalisis secara deskriptif dengan bantuan dalam bentuk tabulasi frekuensi

sederhana.

Data kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani

dengan menggunakan analisis R/C, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi benih padi varietas ciherang akan dianalisis menggunakan model fungsi

produksi Cobb-Douglas yang diselesaikan menggunakan metode ordinary least square (OLS), dan menganalisis hubungan karakteristik petani penangkar terhadap produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan alat analisis

korelasi rank spearman.

Pengolahan data primer menggunakan Microsoft Excel, dan SPSS 14,

yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesimpulan berdasarkan data yang

telah terkumpul.

4.5.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

4.5.1.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah merupakan

hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi/dijelaskan (Y) dan variabel yang

(33)

33 Fungsi produksi yang digunakan adalah menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglas, dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang

digunakan dalam memproduksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS RM I

UBD Khusus Sukamandi, Subang-Jawa Barat, dan langkah selanjutnya adalah

menyusun faktor produksi yang digunakan (input) kedalam suatu model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menduga hubungan mengenai faktor produksi yang

digunakan (input) dengan jumlah produksi yang dihasilkan (output).

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan pertanian, tenaga kerja,

modal (fixed cost, variabel cost), pupuk (urea, TSP, KCl), pestisida, benih/bibit, teknologi, dan manajemen.

Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input produksi seperti lahan, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya yang dapat

mempengaruhi besar kecilnya output produksi yang diperoleh, namun tidak semua masukan tersebut digunakan dalam analisis yang dilakukan, hal tersebut

tergantung dari penting atau tidaknya pengaruh input produksi terhadap output yang diperoleh.

4.5.1.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square

Metode pendugaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji asumsi Ordinary Least Square, dan didalam penyelesaian penghitungan uji asumsi OLS dihitung menggunakan software minitab 14.

Asumsi dalam ordinary least square yaitu model linier (dalam parameter), komponen error (menyebar acak & normal dengan nilai tengah 0), ragamnya

homogen, dan terdapat autokorelasi, dan tidak terdapat multikolinear diantara

variabel independent (X). Dengan mengacu kepada asumsi OLS, maka pengujian

awal yang harus dilakukan agar pengujian OLS dapat digunakan adalah sebagai

berikut :

1) Uji Normalitas

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa untuk menguji normalitas data yang

berbentuk rasio dapat menggunakan statistik parametris. Iriawan dan Astuti

(2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa residual di dalam

(34)

34 uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen. Pengujian hipotesis

di dalam penelitian ini menggunakan statistik parametris karena data yang di

uji berbentuk ratio dan akan di uji menggunakan Chi Kuadrat.

2) Homoskedastisitas

Iriawan dan Astuti (2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

suatu model akan memenuhi asumsi homoskedastisitas, dimana memiliki

kandungan error yang sama, yaitu nilai Y bervariasi dan memiliki satuan

yang sama baik untuk nilai variabel X yang tinggi ataupun nilai variabel X

yang rendah. Hal tersebut dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan

yang telah menunjukkan bahwa titik-titik tersebut telah menyebar secara acak

dan tidak membentuk pola.

3) Multikolinearitas

Soekartawi (2003) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

multikolinearitas merupakan situasi yang nilai-nilai pengamatan memiliki

hubungan yang kuat, sehingga menyebabkan variabel X tidak begitu

mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X dipengaruhi oleh variabel

X. Dalam mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Varians Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF>10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya multikolinear diantara variabel Independent (X).

4) Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada

korelasi antar error satu dengan yang lainnya. Gujarati (1993) diacu dalam Nadhwatunnaja (2008), menambahkan bahwa autokorelasi merupakan suatu

kondisi linier antara serangkaian anggota observasi, dimana berdasarkan

waktu dan ruang. Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa masalah

mengenai adanya autokorelasi pada umumnya terdapat pada data time series. Di dalam penelitian ini tidak dilakukan autokorelasi, alasannya adalah data

yang digunakan di dalam penelitian ini bukan menggunakan data time series, akan tetapi menggunakan data cross section.

Secara matematik model fungsi produksi Cobb-Douglas yang di

transformasikan ke dalam bentuk linier dan dianalisis menggunakan uji asumsi

(35)

35

lnY= lnߚ + ߚlnX1 + ߚଶlnX2 + ߚଷlnX3 + ߚସlnX4 + ߚହlnX5 + ߚ଺lnX6 + ߚ଻lnX7 + u

Dimana :

lnY = Hasil Produksi per musim tanam (Kg) lnX1 = Luas lahan (m2)

lnX2 = Benih (Kg) lnX3 = Urea (Kg) lnX4 = TSP (Kg) lnX5 = NPK (Kg) lnX6 = Obat-obatan (ml) lnX7 = Tenaga Kerja (Rp)

lnߚ = Nilai Konstanta (Intercept)

ߚ, ߚ, …ߚ = Koefisien Regresi (Slope)

u = disturbance term (unsur sisa/galat)

Unsur error (u) di dalam model mewakili :

x Variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model

x Komponen Nonlinieritas hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent

x Adanya salah ukur saat melakukan observasi

x Kejadian yang sifatnya Random

Dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square, digunakan untuk mencari Pendugaan Koefisien Regresi. untuk menguji hipotesis digunakan Uji-F

dan Uji-T serta didukung dengan nilai Koefisien Determinasi (R2).

x R2

Gujarati (1993) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya variabel

variasi-variasi variabel Dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh model (R2), sedangkan

besarnya variabel-variabel Dependen yang tidak dapat dijelaskan di dalam model

(1-R2) maka akan dijelaskan oleh komponen error (u). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nilai nol (0) dan satu (1), apabila nilai koefisien determinasi

semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaan mengenai produktivitas

(36)

36 x Uji-F

Uji-F digunakan untuk melihat mengenai variabel independen (X) apakah berpengaruh terhadap variabel tidak dependen (Y). Di dalam penelitian ini untuk melihat apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk menduga variabel

X mempengaruhi variabel Y.

Dari Tabel F, untuk taraf nyata = ן, V1 = k & V2 = (n-k-1), maka akan diperoleh nilai Fן(v1=k & v2=(n-k-1)). Kriteria ujinya adalah Bila Fhit > Fן(v1, v2) atau

apabila P < ן, maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 pada taraf nyata ן.

Berdasarkan kriteria Uji-F, maka apabila Fhit > Fן atau P < ן, maka secara

bersamaan variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang nyata terhadap

dependen (Y), maka tolak H0, dan sebaliknya apabila Fhit < Fן atau P > ן, maka

terima H0, yang artinya adalah secara bersamaan variabel-variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

x Uji-t

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dugaan dari

masing-masing variabel independen (Xi) berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen (Y).

Uji statistik yang digunakan di dalam pengujian signifikansi

masing-masing koefisien regresi dugaan menggunakan Uji-t adalah sebagai berikut :

t

hit

=

௕೔

ௌ௕೔

Dimana :

bi = Koefisien regresi ke-i

Sbi = Standar Deviasi Koefisien Regresi ke-i

Dari tabel T, untuk taraf nyata = ן & DF = (n-k-1), maka akan diperoleh nilai tן(௡ି௞ିଵ). Kriteria Uji-t adalah Bila |t୦୧୲| > t(ן/,௡ି௞ିଵ) atau bila P < ן,

maka dapat disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata ן (uji 2 arah). Apabila |t୦୧୲| <

(37)

37 Berdasarkan kriteria Uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa apabila bi

memiliki tanda positif, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu

satuan Xi, maka diduga variabel dependen (Y) rata-rata akan meningkat sebesar bi satuan Y, Cateris paribus. Apabila bi memiliki tanda negatif, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu satuan Xi, maka diduga variabel

dependen (Y) rata-rata akan turun sebesar bi satuan Y, Cateris paribus.

4.5.1.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka diajukan

hipotesis sebagai dasar pertimbangan di dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

o Tolak H0, Bila |t୦୧୲| > t(ן/,௡ି௞ିଵ)

o Terima H0, Bila |t୦୧୲| < t(ן/ଶ,௡ି௞ିଵ)

Kriteria Uji-t adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak memiliki hubungan nyata input produksi yang digunakan dapat mempengaruhi hasil produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi

oleh para petani penangkar benih.

H1 : Adanya input produksi yang memiliki hubungan dalam mempengaruhi

produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh para petani

penangkar benih.

4.5.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Dalam menganalisis pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan

antara penerimaan usahatani (total revenue) dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi. Penerimaan total usahatani merupakan nilai dari

harga dikalikan dengan total produksi dalam periode tertentu. Total biaya

pengeluaran merupakan semua nilai factor produksi yang dipergunakan didalam

menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani

adalah merupakan selisih antara penerimaan yang dikurangi dengan pengeluaran

total. Adapun rumus pendapatan usahatani adalah sebagai berikut :

TR = Y + L

(38)

38 Dimana :

TR = Total penerimaan (Total revenue) (Rp) TC = Total biaya (Total cost) (Rp)

ʌ

= Pendapatan (Rp)

Y = Penerimaan dari penjualan hasil produksi benih (Rp) L = Penerimaan Lain-lain (Rp)

P = Biaya Pupuk (Rp) B = Biaya Benih (Rp) PE = Biaya obat tanaman (Rp) TK = Biaya tenaga Kerja (Rp) BL = Biaya lain-lain

Dengan kriteria sebagai berikut :

x Apabila TR > TC, maka usaha tersebut menguntungkan

x Apabila TR = TC, maka usaha tersebut impas

x Apabila TR < TC, maka usaha tersebut rugi

4.5.2.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan

penerimaan yang diperoleh dari setiap satu-satuan biaya yang dikeluarkan

didalam kegiatan usahatani. R/C digunakan untuk mengetahui mengenai tingkat

keuntungan relative kegiatan usahatani yang dijalankan. Adapun rumus R/C

antara lain adalah sebagai berikut :

R/C =୘ୖ ୘େ

R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap satu satuan rupiah

biaya yang dilakukan dalam periode tertentu. Rumus yang digunakan dalam R/C

adalah apabila R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan untuk dijalankan,

yang artinya adalah penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi dalam periode produksi tertentu, dan

apabila R/C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, yang artinya

adalah penerimaan yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan

selama proses produksi dalam periode produksi tertentu.

4.5.2.2. Pengujian Skala Usaha

Gambar

Gambar 1.  Faktor Internal dan Eksternal Usahatani
Gambar 2.  Tahapan Suatu Proses Produksi
Gambar 3. Bagan Kerangka Operasional
Gambar 4.  Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengambilan keputusan pembelian oleh petani dimulai oleh keinginan mereka untuk memperoleh produktivitas padi yang tinggi, informasi tentang benih

Gambar 1 menunjukkan bahwa benih padi sawah varietas Ciherang yang dihasilkan para petani penangkar benih di Desa Sindangasih dijual kepada pedagang pengumpul

Gambar 1 menunjukkan bahwa benih padi sawah varietas Ciherang yang dihasilkan para petani penangkar benih di Desa Sindangasih dijual kepada pedagang pengumpul

Berdasarkan hasil pengolahan data biaya pengeringan metode lantai jemur terbuka (LJT) antara padi biasa dan calon benih padi varietas Ciherang uji t-test

Padi Pandanwangi merupakan varietas unggulan di kabupaten Cianjur. Sebelum menanam petani harus bisa memilih benih padi yang unggul. Benih merupakan biji tumbuhan yang berasal dari

Pemerintah telah menjalankan program kemitraan diantaranya adalah pelaksanaan kemitraan antara petani penangkar benih padi dan perusahaan mitra didasarkan pada

: PENELAAHAN PENGADAAN BENIH PADI BER- SERTIFIKAT PERUM SANG HYANG SERI UKKS KLATEN I MELALUI SISTEM KERJASAMA DE- NGAN KELOMPOK TANI PENANGKAR BENIH Diterima

: PENELAAHAN PENGADAAN BENIH PADI BER- SERTIFIKAT PERUM SANG HYANG SERI UKKS KLATEN I MELALUI SISTEM KERJASAMA DE- NGAN KELOMPOK TANI PENANGKAR BENIH Diterima