• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produks

σe 2 2 = error sumsquare (ESS) dari regresi yang dibatasi m = banyaknya pembatasan linear

6.7 Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produks

Atribut karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih tersebut yaitu meliputi usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Adapun mengenai hasil analisis korelasi atribut karakteristik umum petani penangkar benih padi varietas ciherang terhadap produksi dapat dilihat pada Tabel 23

Berdasarkan Tabel 24 didapatkan bahwa karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih berupa pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan dapat mempengaruhi produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar benih,

86 sedangkan usia, pendidikan, dan pengalaman tidak berpengaruh terhadap produksi.

Tabel 24. Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi

PRODUKSI

Faktor Keterangan Nilai Korelasi

Usia Correlation Coefficient 0.094 Sig. (2-tailed) 0.351 N 100 Pendidikan Correlation Coefficient 0.156 Sig. (2-tailed) 0.121 N 100 Pengalaman Correlation Coefficient -0.055 Sig. (2-tailed) 0.587 N 100 Pelatihan Correlation Coefficient -0.301** Sig. (2-tailed) 0.002 N 100 Jumlah tanggungan Correlation Coefficient -0.198* Sig. (2-tailed) 0.049 N 100 Pendapatan Correlation Coefficient 0.709** Sig. (2-tailed) 0.000 N 100

Sumber : Data Diolah

Keterangan : * = Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed) ** = Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Banyaknya pelatihan yang diikuti oleh petani penangkar benih dalam satu tahun mayoritas mengikuti pelatihan sebanyak > 10 kali/tahun sebanyak 89 orang atau 89 persen dari total petani penangkar benih yang dijadikan sebagai responden. Adapun mengenai hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 24.

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pelatihan produksi memiliki nilai rs (p-value) pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant ĮDWDX 0.01, maka terima H1 dan tolak H0. Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pelatihan produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata satu persen, namun memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit pelatihan produksi yang diikuti, maka semakin meningkat hasil produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar benih.

Para petani penangkar mengatakan bahwa mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan

87 oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi atau dengan kata lain tidak bisa bergabung kedalam kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan para petani penangkar benih selaku mitra.

Banyaknya jumlah tanggungan terhadap produksi memiliki nilai rs (p- value) pada kolom Sig.(2-tailed) > level of significant ĮDWDXPDND terima H1 dan tolak H0. Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pelatihan produksi terhadap produksi benih pada taraf nyata lima persen, dan hubungan yang didapatkan memiliki korelasi yang negatif. Artinya adalah semakin sedikit jumlah tanggungan petani penangkar benih, maka semakin banyak hasil produksi yang dimiliki oleh petani penangkar benih. Para petani penangkar mengatakan bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi

Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata ” juta sampai 1,9 Juta/bulan atau sebanyak 56 persen. Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pendapatan memiliki nilai rs (p-value) pada kolom Sig.(2- tailed) > level of significant ĮDWDXPDNDWHULPD+1 dan tolak H0. Artinya adalah terdapat hubungan nyata atribut pendapatan terhadap produksi pada taraf nyata satu persen. Dari hasil yang didapatkan bahwa pendapatan memiliki korelasi yang positif terhadap produksi . Artinya adalah semakin tinggi pendapatan yang diperoleh petani, maka semakin tinggi hasil produksi yang diperoleh petani penangkar benih.

88

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar adalah penggunaan pupuk urea, pupuk TSP, pupuk NPK, obat-obatan, dan tenaga kerja. penggunaan pupuk urea dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale. Apabila terus meningkatkan input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi petani. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan apabila sudah menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk urea sudah terdapat didalam pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to scale. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan didalam berproduksi apabila sudah menggunakan pupuk urea, dan pupuk TSP. Karna kandungan pupuk urea dan pupuk TSP sudah terdapat didalam kandungan pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Tenaga kerja merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani penangkar. Tenaga kerja yang digunakan tidak memiliki keahlian khusus didalam memproduksi dikarenakan tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh PT. SHS, karna petani yang diberikan pelatihan hanyalah petani yang menjadi mitra PT. SHS, sedangkan tenaga kerja borongan hanya menerima perintah dari petani pengelola.

Pendapatan yang diperoleh oleh petani penangkar didalam memproduksi benih padi dengan luas lahan 1 Ha adalah sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya sebesar Rp238.322. hal tersebut dikarenakan para petani lebih banyak menggunakan tenaga kerja yang terlalu berlebihan. Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata ” 1 juta sampai 1,9 Juta/bulan. Saat ini harga beli rata-rata PT. SHS di dalam membeli hasil panen benih sebar yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada musim tanam 2010/2011 adalah sebesar Rp 3.202 per Kg. Margin keuntungan rata-rata yang didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar

89 Rp 464 per Kg. untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 517 per kilogram benih padi yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha memiliki margin keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar Rp35 per kilogram, kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan lahan rata-rata 1,6-2 Ha sebesar Rp 624 per kilogram, dan selisih margin keuntungan per kilogram untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

Petani penangkar mengatakan bahwa didalam mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi atau dengan kata lain tidak bisa bergabung kedalam kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan para petani penangkar benih selaku mitra. Banyaknya jumlah tanggungan yang dimiliki oleh petani ternyata menjadi beban bagi petani penangkar, mereka tidak maksimal didalam memproduksi. Para petani penangkar mengatakan bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi. Dengan adanya kemitraan yang terjalin, para petani penangkar merasakan dampak yang positif karna memiliki mata pencaharian untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya setiap bulannya.

7.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. SHS, maka saran yang dapat diberikan adalah :

1. Perlu diadakan pelatihan-pelatihan dengan melibatkan karyawan PT. SHS, petani penangkar yang bermitra dengan PT. SHS, dan tenaga kerja borongan atau buruh yang diselenggarakan oleh dinas pertanian, badan karantina, dan BPSB guna meningkatkan kemampuan petani penangkar didalam memproduksi benih padi

90 2. Mengingat usahatani berada pada kondisi increasing (daerah I) dan decreasing return to scale (daerah III), diharapkan agar PT. SHS bukan hanya sekedar memberikan pelatihan produksi semata, akan tetapi penggunaan faktor produksi secara tepat penggunaan dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi produksi dapat tercapai.

3. Penelitian-penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis efisiensi usahatani produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani penangkar benih yang tidak terdapat didalam penelitian ini.