• Tidak ada hasil yang ditemukan

UCAPAN TERIMAKASIH

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 1 Konsep Pendapatan Usahatan

3.1.4. Fungsi Produks

Lipsey (1995), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan mengenai input yang digunakan di dalam proses produksi dengan kuantitas hasil output yang dihasilkan.

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi (Y sebagai dependent) dan variabel yang mempengaruhinya (X sebagai independent), dimana variabel Y dijelaskan berupa output di dalam produksi dan variabel X dijelaskan berupa input di dalam produksi. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa variabel input di dalam produksi dapat berupa seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan lain- lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi, namun tidak semua input dipakai di dalam analisis, hal tersebut tergantung dari penting tidaknya pengaruh input yang digunakan terhadap produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,.., Xn)

Dimana :

Y = Output / hasil produksi

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor di dalam produksi dengan hasil produksi

X1, X2,.., Xn = input / faktor produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Pengukuran tingkat produktivitas dari suatu produksi yang dilaksanakan memiliki dua tolak ukur yaitu produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). PM adalah tambahan satu-satuan input di dalam produksi (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output produksi yang dihasilkan (Y). rumus penulisan PM adalah sebagai berikut :

PM = ǻ୷

οଡ଼౟ Dimana :

οY = Perubahan hasil produksi

20 Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input (X) dapat menyebabkan setiap tambahan unit output (Y) secara proporsional. Apabila terjadi suatu penambahan satu-satuan unit input produksi (X), akan tetapi menyebabkan satu-satuan unit output produksi yang menurun (Y), maka peristiwa tersebut disebut sebagai the law of diminishing returns (kenaikan hasil yang semakin berkurang) dimana menyebabkan PM turun. PR adalah perbandingan antara produk total per jumlah input. Rumus PR dapat dituliskan sebagai berikut :

PR = ଢ଼

ଡ଼౟ Dimana :

Y = Hasil produksi

Xi = Jumlah faktor produksi

Dalam mengukur perubahan yang terjadi dari produk total (PT) yang diproduksi/dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi (input) yang digunakan di dalam berproduksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi (Ep). Ep adalah persentase perubahan dari produk yang dihasilkan (output) akibat persentase perubahan dari input produksi yang digunakan. Persamaan Ep dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

E୮ = PM . 1 PR Dimana : Ep = Elastisitas Produksi PM = Produk Marginal PR = Produk Rata-rata

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi berdasarkan nilai Ep terbagi menjadi tiga daerah yaitu :

1) Tahap I (increasing rate) dimana lebih dari satu (Ep > 1) yang artinya adalah bahwa produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak.

2) Tahap II (decreasing rate) dimana nol kurang dari Ep dan Ep kurang dari satu (0 < Ep < 1) yang artinya adalah bahwa setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penambahan output paling tinggi sebesar satu persen dan

21 paling rendah nol persen. Daerah dua dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang menurun, dan pada daerah dua dicapai keuntungan maksimum dengan penggunaan faktor tertentu.

3) Tahap III (negative decreasing rate) dimana Ep kurang dari nol (Ep < 0) yang artinya adalah setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen, maka akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar nilai Ep. Adapun tahapan suatu proses di dalam produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1990 Keterangan : PT = Produk total PM = Produk marginal PR = Produk rata-rata Y = Produksi X = Faktor produksi Ep>1 X1 X2 X3 X PM PR PM/PR Y PT Ep<0 0<Ep<1 III II I

22 Berdasarkan gambar dua mengenai tahapan suatu proses produksi, maka Hubungan antara PM dan PT dapat dijelaskan bahwa :

1) Apabila PT meningkat, maka nilai PM akan positif

2) Apabila PT mencapai titik maksimum, maka PM akan berubah menjadi nol 3) Apabila PT mulai menurun, maka nilai PM akan negative

Hubungan antara PM dan PR antara lain adalah :

1) Apabila PM > PR, maka PR masih berada dalam keadaan menaik 2) Apabila PM < PR, maka PR dalam keadaan menurun

3) Apabila PM = PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT, PM dan PR dengan besar kecilnya nilai Ep adalah sebagai berikut :

1) Ep = 1, dimana PR akan mencapai kondisi maksimum apabila PR = PM, dan sebaliknya apabila PM = 0 dalam situasi PR keadaan menurun, maka Ep = 0. 2) Ep > 1, dimana PT dalam keadaan menaik pada tahap increasing rate dan PR

akan meningkat pada daerah I.

3) 0 < Ep < 1, dimana dalam kondisi tersebut maka setiap tambahan sejumlah input yang digunakan tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi pada daerah II (rasional), dimana PT akan menaik pada tahap decreasing rate.

4) Ep < 0, dimana terletak pada daerah irrasional III. Dalam kondisi tersebut, PT dalam keadaan menurun, nilai PM akan negatif, dan PR akan menurun. Apabila terus meningkatkan input produksi, maka akan tetap merugikan bagi petani yang berproduksi.

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa di dalam melakukan suatu kegiatan produksi, Returns to scale (RTS) perlu untuk diketahui dari kegiatan usaha produksi yang dilakukan dan disesuaikan dengan kaidah increasing, constant, atau decreasing returns to scale. RTS merupakan penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi, dimana terbagi menjadi tiga bagian yaitu : (1) decreasing returns to scale, dimana ȭܾ < 1, yang artinya bahwa proporsi penambahan input faktor produksi melebihi proporsi penambahan output produksi; (2) constant returns to scale, dimana ȭܾ = 1, yang artinya bahwa dalam

23 kondisi demikian setiap penambahan input faktor produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang dihasilkan; (3) increasing returns to scale, dimana ȭܾ > 1, yang artinya berarti setiap proporsi penambahan input faktor produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsinya lebih besar.

3.1.5.Model Fungsi Produksi

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam memilih fungsi produksi yaitu :

1) Fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan kegiatan budidaya yang sebenarnya terjadi.

2) Fungsi produksi yang digunakan dapat dengan mudah untuk diukur atau dihitung secara statistik.

3) Fungsi produksi dapat dengan mudah untuk di artikan khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Model fungsi produksi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Soekartawi (1990), mengatakan bahwa model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang dijelaskan biasa disebut dengan istilah dependent (Y) dan variabel yang menjelaskan biasa disebut dengan istilah independent (X).

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa penyelesaian mengenai hubungan antara variabel dependent dan independent dalam fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Penyelesaian di dalam fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, dengan persyaratan :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, alasannya adalah karena logaritma dari nol adalah merupakan suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

24 2) Diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

(non neutral difference in the respective technologies), apabila fungsi Cobb- Douglas dipakai sebagai model di dalam pengamatan, dan bila diperlukan adanya analisis yang memerlukan model lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan tidak terletak pada slope model tersebut.

3) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah terkandung di dalam disturbance term.

Pertimbangan dasar dalam penggunaan model fungsi produksi Cobb- Douglas berdasarkan kelebihan yang dimiliki antara lain :

1) Penyelesaian relatif lebih mudah, karena dapat dirubah ke dalam bentuk linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran nilai elastisitas. 3) Besaran nilai elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran

returns to scale (RTS).

Model fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki beberapa kelemahan yang dimiliki diantaranya yaitu :

1) Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan Ep bernilai negatif atau memiliki nilai terlalu besar atau memiliki nilai terlalu kecil. Spesifikasi variabel yang keliru dapat menimbulkan adanya multikolinearitas pada variabel independent (X) yang digunakan sebagai input faktor produksi.

2) Kesalahan di dalam pengukuran variabel dapat menyebabkan nilai besaran Ep terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3) Terjadi adanya multikolinearitas, dimana variabel X tidak mempunyai hubungan kuat di dalam mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X tersebut dipengaruhi oleh variabel X lainnya yang termasuk ke dalam input faktor produksi.

Persamaan model fungsi produksi Cobb-Douglas secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

25 Y = aXୠభX ଶ ୠమX ଷ ୠయ… X ୧ ୠ౟… X ୬ ୠ౤e୳ Dimana : Y = variabel dependent Xi = variabel independent a,b = besaran yang akan diduga

u = disturbance term (unsur sisa/galat) e = logaritma natural (2,718)

Berdasarkan beberapa kelemahan yang dimiliki model fungsi produksi Cobb-Douglas, maka dalam mempermudah pendugaan terhadap persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk double logaritme natural (ln) dengan cara melogaritmakan persamaan yang dimiliki di dalam penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + … + bi ln Xi + … + bn ln Xn + u

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai b1 sampai bn adalah tetap walaupun variabel X1 sampai Xn yang terlibat telah dilogaritmakan. Alasannya adalah karena b1 sampai bn pada model fungsi produksi Cobb-Douglas sekaligus sebagai Ep variabel Xn terhadap Y.

Parameter dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah di transformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) merupakan bentuk linear berganda (variabel independent lebih dari satu), yang kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Metode pendugaan OLS dapat dipakai apabila memenuhi beberapa asumsi diantaranya yaitu :

1) Variabel u adalah variabel acak yang riil dimana memiliki nilai tengah nol; E (un) = 0

2) Homoskedastisitas, dimana ragam untuk setiap ui memiliki nilai sama untuk setiap pengamatan Xi; E (ui2) = ıଶ (varians konstan)

3) Tidak terdapat autokorelasi; E (uiun) = 0, dimana i QFRY 4) Besaran ui menyebar secara normal; ui ~ N (0, ıଶ)

5) Nilai ui dan Xi adalah independen; E (uiX1i) = E (uiX2i) = 0 6) Tidak terdapat multikolinearitas antar variabel Xi

26

3.2. Hubungan Karakteristik Petani Penangkar Benih Terhadap Produksi

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu bagi keberhasilan kegiatan usahatani. karakteristik yang dimiliki petani merupakan faktor penting yang dimiliki petani di dalam menjalankan usahataninya karna akan berdampak kepada biaya dan pendapatan pada akhirnya dalam mengelola usahataninya.

Besarnya pendapatan yang diterima petani berdasarkan banyaknya hasil produksi benih yang dihasilkan pada satu satuan waktu produksi. Oleh karena itu karakteristik yang dimiliki petani memiliki hubungan terhadap hasil produksi yang akan dicapai. Suratiyah (2006), menambahkan bahwa apabila ditinjau dari segi usia, semakin tua umur petani maka akan semakin berpengalaman dan semakin baik dalam mengelola usahataninya, akan tetapi semakin tua umur petani maka akansemakin menurun kemampuan fisiknya sehingga memerlukan tenaga kerja tambahan dalam mengelola usahataninya.

Pendidikan yang ditempuh oleh petani baik formal dan terutama non formal misalnya seperti adanya kursus yang diberikan oleh kelompok tani setempat, penyuluhan, atau studi banding yang pada akhirnya dapat membuka jalan fikiran petani dan menambah keterampilan dan pengalaman petani didalam mengelola usahatani yang dijalankannya.

3.3. Kerangka Operasional

PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih. Kerjasama kemitraan akan dapat berlangsung dengan adanya persetujuan dari PT. SHS selaku perusahaan inti dan pihak petani penangkar selaku plasma. Bagi PT. SHS kerjasama kemitraan tersebut berfungsi guna untuk memenuhi kebutuhan dan kekontinuitasan produksi yang berorientasi terhadap profit. Sedangkan bagi petani penangkar kerjasama kemitraan tersebut dapat membantu didalam memperoleh bantuan modal, jaminan pemasaran produk hasil produksi benih,dan pemberian pelatihan mengenai budidaya produksi benih padi yang baik.

Produksi Benih padi PT. SHS sebagian besar memproduksi benih padi varietas ciherang. Adanya penurunan hasil produksi terjadi pada musim tanam 2008/2009 sampai dengan 2009/2010. Dengan memperhatikan kondisi diatas,

27 telah terjadi adanya penurunan produksi benih padi varietas ciherang dari para petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan menurunnya produksi benih padi varietas ciherang yang di produksi oleh para petani penangkar benih, karakteristik umum petani penangkar benih dan kemitraan yang terjalin.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk melihat banyaknya penerimaan yang didapatkan petani penangkar didalam memproduksi benih padi varietas ciherang. Korelasi antara atribut karakteristik umum petani penangkar benih terhadap produksi dianalisis menggunakan korelasi rank spearman dengan variable X yang terkandung adalah usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Sedangkan variabel Y nya adalah hasil produksi. Alasan menggunakan korelasi rank spearman adalah data yang digunakan berbentuk data ordinal.

Dari hasil analisis tersebut diatas dapat dilihat mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dimana penyelesaiannya mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen, maka parameter- parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan suatu bentuk liniear berganda yang kemudian dianalisis menggunakan metode ordinary least square (OLS). Alasan menggunakan analisis OLS adalah karena data yang digunakan berbentuk rasio dan digunakan untuk menjelaskan mengenai hubungan antara variable X mempengaruhi Y. Bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

28

Gambar 3. Bagan Kerangka Operasional

Ordinary Least Square (OLS)

x PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih untuk memproduksi benih padi pada lahan kerjasama

x Prioritas benih padi yang diproduksi yaitu varietas ciherang

Produktivitas produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar mengalami penurunan

PT. Sang Hyang Seri

Rekomendasi kepada PT. SHS berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang agar dapat tercapai

optimalisasi produksi benih padi varietas ciherang

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Benih varietas Ciherang

Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis Pendapatan usahatani Analisis Pendapatan R/C

Karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

produksi

Uji Korelasi Rank Spearman

29

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dimana teknik penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah 1). PT. SHS merupakan produsen benih padi terbesar di Indonesia yang menguasai 25 persen benih padi di Indonesia dengan kapasitas produksi benih padi 25.000 ton per tahun, 2). PT. SHS memiliki lahan sawah yaitu 3.150,65 hektar dalam satu lokasi dan berada dalam satu pengelolaan manajemen. Kegiatan pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan Stratified Sample. Metode tersebut digunakan jika populasi yang tidak homogen, maka populasi dibagi kedalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam strata, dan anggota sample ditarik dari setiap strata (Nazir, 2005). Adapun mengenai jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Luasan Lahan Kerjasama yang

Dikelola Musim 2010/2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persen (%) Jumlah Responden

1,00-1,50 574 48 48

1,51-2,00 521 44 44

> 2,00 89 8 8

Total 1184 100 100

Sumber : SHS, 2010 (Data Diolah)

Dalam pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan convinience sampling yang artinya adalah kemudahan di dalam memperoleh responden untuk penelitian, dilakukan setelah jumlah responden telah ditentukan berdasarkan persentase proporsional pada setiap luasan lahan yang memproduksi benih padi varietas ciherang. Dalam penerapannya, penulis diperbantukan oleh setiap koordinator wilayah PT. SHS untuk bertemu dengan petani penangkar.

30 Alasannya adalah sulitnya didalam membedakan antara petani yang melakukan kemitraan dengan tenaga kerja atau buruh harian dikarenakan luasan lahan yang terlalu luas.

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan bahwa jumlah petani penangkar benih untuk dijadikan sebagai responden berjumlah 100 orang pada lahan kerjasama yang memproduksi benih varietas ciherang di PT. SHS. Penentuan jumlah tersebut dengan alasan jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola oleh petani penangkar benih.

4.3. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh seseorang yang akan melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Sugiyono, 2009). Data primer didapatkan secara langsung di lapangan, dimana berdasarkan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang oleh petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Selain itu, diperoleh juga mengenai data-data yang berkaitan dengan perusahaan. Sedangkan dari segi waktunya merupakan data cross section yang artinya adalah data yang diperoleh pada saat pengumpulan di lapang dan diambil dalam kurun waktu tertentu sesuai kebutuhan penelitian.

Data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengunpul data atau seseorang yang akan melakukan penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga Departemen Pertanian (Deptan), Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sugiyono (2009), mengatakan metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama di dalam melaksanakan penelitian, alasan tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun macam-macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, Kuesioner (Angket), trianggulasi/ gabungan tertera pada Gambar 4.

31

Gambar 4. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono (2009)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara

Nazir (2005), mengatakan bahwa wawancara Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

4.5. Metode Pengolahan Data

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi berdasarkan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian dimana data penelitian yang dimiliki berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan statistik deskriptif, dimana digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya berdasarkan data yang didapatkan dilapangan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif dapat menggunakan statistik inferensia yang artinya adalah

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Kuesioner (Angket) Obsevasi

32 teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis suatu data sampel, dan hasilnya akan diberlakukan untuk populasi sampel yang dimiliki.

Statistik inferensia meliputi statistik parametris dan non parametris. Penelitian ini menggunakan uji statistik parametris dan non parametris. Uji statistik parametris merupakan pengujian yang memerlukan terpenuhi banyak asumsi dan statistik parametris dapat digunakan untuk data yang berbentuk interval dan rasio. Asumsi yang utama adalah dimana data yang akan di analisis harus berdistribusi normal. Statistik non parametris merupakan pengujian yang tidak memerlukan terpenuhinya banyak asumsi dan digunakan apabila datanya berbentuk nominal atau ordinal.

Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. SHS dengan para petani penangkar benih. Karakteristik umum petani penangkar benih, dan Karakteristik Usahatani akan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan dalam bentuk tabulasi frekuensi sederhana.

Data kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani dengan menggunakan analisis R/C, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang akan dianalisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diselesaikan menggunakan metode ordinary least square (OLS), dan menganalisis hubungan karakteristik petani penangkar terhadap produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan alat analisis korelasi rank spearman.

Pengolahan data primer menggunakan Microsoft Excel, dan SPSS 14, yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesimpulan berdasarkan data yang telah terkumpul.

4.5.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 4.5.1.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah merupakan hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi/dijelaskan (Y) dan variabel yang mempengaruhi/menjelaskan (X). variabel Y berupa output produksi dan variabel X berupa input produksi.

33 Fungsi produksi yang digunakan adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS RM I UBD Khusus Sukamandi, Subang-Jawa Barat, dan langkah selanjutnya adalah menyusun faktor produksi yang digunakan (input) kedalam suatu model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menduga hubungan mengenai faktor produksi yang digunakan (input) dengan jumlah produksi yang dihasilkan (output).

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan pertanian, tenaga kerja, modal (fixed cost, variabel cost), pupuk (urea, TSP, KCl), pestisida, benih/bibit, teknologi, dan manajemen.

Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input produksi seperti lahan, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi besar kecilnya output produksi yang diperoleh, namun tidak semua masukan tersebut digunakan dalam analisis yang dilakukan, hal tersebut tergantung dari penting atau tidaknya pengaruh input produksi terhadap output yang diperoleh.

4.5.1.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square

Metode pendugaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan uji asumsi Ordinary Least Square, dan didalam penyelesaian penghitungan uji asumsi OLS dihitung menggunakan software minitab 14. Asumsi dalam ordinary least square yaitu model linier (dalam parameter), komponen error (menyebar acak & normal dengan nilai tengah 0), ragamnya homogen, dan terdapat autokorelasi, dan tidak terdapat multikolinear diantara