• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS VIII SMP NEGERI 1 CANDUNG TAHUN PELAJARAN 2021/2022 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS VIII SMP NEGERI 1 CANDUNG TAHUN PELAJARAN 2021/2022 SKRIPSI"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1)

Program Studi Pendidikan Matematika

RESTU DINI NIM :2416085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2021M / 1442H

ACC Munaqasah 5 Nov 2021

Aniswita

(2)

Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022” telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti sidang munaqasah.

Dengan demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, November 2021 Dosen Pembimbing

Aniswita, S.Pd, M.Si NIP: 198103142008012028

(3)

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS VIII

SMP NEGERI 1 CANDUNG TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1)

Program Studi Pendidikan Matematika

RESTU DINI NIM :2416085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2021M / 1442H

(4)

i ABSTRAK

Restu Dini/2416.085/2021: “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022”.

Penelitian ini dilatarbelakangi masalah kemampuan berpikir kreatif matematika siswa yang rendah di SMP Negeri 1 Candung, gaya belajar siswa yang berbeda-beda ini mempengaruhi kreativitas masing-masing siswa. Hal ini yang membedakan kemampuan berpikir kreatif matematika mereka berbeda.

Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa ditinjau dari gaya belajar visual siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022 2) bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa ditinjau dari gaya belajar auditori siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022 dan 3) bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika siswa berdasarkan gaya belajar kinestetik siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika siswa berdasarkan gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini sebanyak 29 orang siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket gaya belajar dan tes kemampuan berpikir kreatif. Data yang terkumpul dianalisis dengan prosedur analisis hasil kerja, menyajikan data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Candung. Kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari gaya belajar visual memiliki 1 orang dengan kategori TKBK 4 (3,45%), 4 orang memiliki TKBK 3 (13,79%), 3 orang kategori TKBK 2 ( 10,34%) dan 1 orang kategori TKBK 1 (3,45%) .Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa ditinjau dari gaya belajar auditori memliki 2 orang dengan kategori TKBK 4 (6,90%), 6 orang kategori TKBK 3 (20,69%), 1 orang kategori TKBK 2 ( 3,45%) .Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa berdasarkan gaya belajar kinestetik memliki 1 orang dengan kategori TKBK 4 (3,45%), 6 orang memiliki TKBK 3 (20,79%), 3 orang kategori TKBK 2 ( 10,34%) dan 1 orang kategori TKBK 1 (3,45%)

Kata kunci : kemampuan berpikir kreatif, gaya belajar matematika

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau Dari Gaya Belajar Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022”. Shalawat beserta salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mewariskan Al-Quran dan Sunnah sebagai petunjuk kebenaran sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Berkenaan dengan itu, izinkanlah peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan studi, dan terima kasih juga kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, selaku Rektor IAIN Bukittinggi.

2. Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Si, selaku Wakil Rektor I IAIN Bukittinggi.

3. Bapak Dr. Novri Hendri, M.Ag, selaku Wakil Rektor II IAIN Bukittinggi.

4. Bapak Dr. Miswardi, M.Hum, selaku Wakil Rektor III IAIN Bukittinggi.

(6)

iii

5. Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

6. Bapak Dr. Iswantir, M.Pd, selaku Wakil Dekan I fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

7. Bapak Charles, M.Pd,I, sekalu Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

8. Bapak Dr. Supratman Zakir, S.Kom, M.Pd, M.Kom, selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

9. Bapak Tasnim Rahmat, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika IAIN Bukittinggi.

10. Ibu Aniswita, M.Si, selaku pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan ilmu, bimbingan dan arahan kepada peneliti demi terselesainya skripsi ini.

11. Bapak/Ibu dosen beserta staf Program Studi Pendidikan Matematika.

12. Bapak Dodi Pasila Putra, M.Pd, Bapak Ahmad Masrur Firosad, M.Pd, Ibu Eka Pasca Surya, M.Pd dan Ibu Sherly Permata,S.Pd,M.Sc yang telah bersedia membantu peneliti dalam memvalidasi perangkat penelitian.

13. Bapak Taslim, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 1 Candung, yang telah bersedia menerima peneliti di sekolah untuk melakukan penelitian.

14. Alm Ibu Nelwati , S.Pd dan Ibu Heni Susanti, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Candung, yang telah memberikan kesempatan dan membantu peneliti untuk melakukan penelitian.

(7)

iv

15. Bapak/Ibu guru SMP Negeri 1 Candung, yang telah memberikan banyak dorongan dan arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Tiada yang pantas peneliti ucapkan kecuali untaian kata terima kasih.

Semoga amal kebaikannya diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan sebaik-baik balasan. Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, baik dari segi isi maupun cara penelitiannya.

Oleh sebab itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umunya dan peneliti khususnya.

(8)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...12

C. Batasan Masalah ...12

D. Rumusan Masalah ...13

E. Tujuan Penelitian ...13

F. Manfaat Penelitian ...14

G. Defenisi Operasional ...14

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika ... 16

B. Kemampuan Berpikir Kreatif 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 19

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 23

3. Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif ... 27

C. Gaya Belajar 1. Pengertian Gaya Belajar ... 30

(9)

vi

2. Macam – macam Gaya Belajar ... 32

D. Kemampuan Berpikir Kreatif Ditinjau Dari Gaya Belajar ... 36

E. Penelitian yang Relevan ... 38

F. Kerangka Konseptual ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian ... 43

D. Prosedur Penelitian ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 66

BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ...71

B. Analisis Data Penelitian ...78

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...88

B. Saran ...88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1.1 Persentase ketuntasan nilai ulangan tengah semester siswa

matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Candung... 9

2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif... 25

2.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika………... 28

2.3 Penjenjangan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal... 29

3.1 Penskoran Butir Angket Positif... 46

3.2 Penskoran Butir Angket Positif ... 47

3.3 Kisi-kisi Angket Gaya Belajar ………... 48

3.4 Kriteria Reliabilitas ………... 56

3.5 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes... 59

3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes... 63

3.7 Hasil Perhitungan Indeks Daya Pembeda Soal Uji Coba Tes... 65

3.8 Hasil Analisis Uji Coba... 66

3.9 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika... 68

3.10 Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif (TKBK) ………. 69

4.1 Hasil Angket Gaya Belajar... 71

4.2 Jumlah Siswa dan Persentase Tiap Tingkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika……… 72

4.3 Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung... 73

4.4 Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Visual... 74

4.5 Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Auditori... 75

4.6 Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Kinestetik... 76

(11)

viii

4.7 Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar... 81

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1.1 Lembar Jawaban Siswa... 8 2.1 Kerangka Konseptual ... 41 4.1

4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11

Hasil Angket Gaya Belajar Siswa………...

Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………..

Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Visual Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Auditori Kemampuan Berpikir Kreatif Berdasarkan Gaya Belajar Kinestetik Jawaban No 1 Siswa Gaya Belajar Visual...

Jawaban No 2 Siswa Gaya Belajar Visual...

Jawaban No 3 Siswa Gaya Belajar Visual...

Jawaban No 1 Siswa Gaya Belajar Auditori………...

Jawaban No 2 Siswa Gaya Belajar Auditori...

Jawaban No 3 Siswa Gaya Belajar Auditori...

73 75 76 78 79 81 82 83 84 85 85 4.12 Jawaban No 1 Siswa Gaya Belajar Kinestetik... 86 4.13

4.14

Jawaban No 2 Siswa Gaya Belajar Kinestetik...

Jawaban No 3 Siswa Gaya Belajar Kinestetik...

87 88

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal

I Data Nilai Ujian Tengah Semester Ganjil... 96

II Daftar Peserta Tes Uji Coba………. 97

III Kisi – Kisi Angket Uji Coba Gaya Belajar ...……… 98

IV Angket Uji Coba Gaya Belajar... 99

V Kisi-Kisi Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………….. 104

VI Soal Tes Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif... 106

VII Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba……….. 107

VIII Lembar Validitas Soal Angket Uji Coba... 128

IX Lembar Validasi Soal Tes Uji Coba... 132

X Tabulasi Validitas Uji Coba Angket Gaya Belajar... 136

XI Perhitungan Validitas Uji Coba Angket Gaya belajar Menggunakan Spps... 137

XII Hasil Validasi Uji Coba Angket Microsoft Excel... 140

XIII Hasil Reliabilitas Angket Gaya Belajar... 142

XIV Hasil ReliabilitasAngket Gaya Belajar SPSS……….. 143

XV Hasil Validasi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ……….. 145

XVI Perhitungan Validitas Soal Uji Coba SPSS... 146

XVII Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Uji Coba... 147

XVIII Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba... 149

XIX Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba... 150

XX Subjek Penelitian... 151

XXI Kisi Kisi Angket Gaya Belajar………. 152

(14)

xi

XXII Angket Gaya Belajar... 153 XXIII

XXIV XXV XXVI XXVII XXVIII

XXIX

XXX

XXXI

Kisi – Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………...

Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif………...

Kunci Jawaban ………...

Tabulasi Angket Gaya Belajar……….

Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gaya Belajar ………

Tabulasi Hasil Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif……

Penggelompokan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa ………..

Perhitungan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematematika dari gaya belajar……….

Tabulasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Perindikator………

157 159 160 170 171 172

175

178

184

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengetahuan merupakan bahan mentah dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang dikelompokkan dan disusun secara sistematis sebab dan akibatnya. Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang memenuhi persyaratan tertentu. Dengan ilmu pengetahuan, manusia akan dikukuhkan menjadi pembawa risalah kekhalifahan di muka bumi, yang memiliki kewajiban untuk memakmurkan dan mengembangkan segala yang ada di bumi melalui isyarat / perumpamaan yang dijelaskan melalui Al-Qur’an dan sunnah nabi. Hal ini dijelaskan melalui QS Al-Ankabut ayat 43

َنو ُمِلََٰعْلٱ َّلَِّإ ٓاَهُلِقْعَي اَم َو ۖ ِساَّنلِل اَهُب ِرْضَن ُلََٰثْمَ ْلْٱ َكْلِت َو

Artinya : “ dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.“ (Q.S Al-‘Ankabuut [29] : ayat 431)

Dari ayat di atas dalam tafsiran al-muntakhab mengemukan bahwa pelajaran-pelajaran dan perumpamaan – perumpamaan ini Allah sebutkan bahwa kepada manusia untuk mereka jadikan sebagai pelajaran. Tidak ada yang mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang merenungi.2

1Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005), h.401

2 Majelis Tinggi Urusan Agama Islam, Al – Muntakhab (selecta) Dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, (Kairo: 1422H – 2001 M). hal. 832

(16)

Allah SWT menganjurkan kita untuk menuntut ilmu. Melalui ilmu pengetahuan yang telah diperoleh membuat manusia semakin dekat dengan Allah dan mengetahui isyarat/perumpamaan ayat Al-Qur’an lebih mendalam. Manusia yang berilmu juga merupakan orang yang bisa memahami Allah SWT kemudian taat menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang-Nya. Manusia yang memiliki ilmu pengetahuan akan dapat bekerja dan menambah pengalaman di dalam hidupnya. Ilmu pengetahuan dapat di temui melalui jalur pendidikan.

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Pendidikan pada dasarnya juga suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia supaya dapat mengembangkan bakat serta kepribadian mereka.

Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah: “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”3 Oleh karena itu, perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi dan sejalan dengan perubahan budaya

3Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional , (Jakarta:, 2010), hal. 1

(17)

kehidupan. Untuk mengikuti perubahan dan perkembangan pendidikan itu, maka manusia diharapkan untuk belajar dan menuntut ilmu. Belajar dan ilmu pengetahuan erat hubungannya dengan pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran matematika yaitu agar siswa mampu untuk menggunakan nalarnya dalam belajar matematika. Ketika siswa menggunakan nalarnya berarti siswa telah melakukan proses berpikir. Dalam pembelajaran matematika bertujuan agar siswa mampu dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika. Sehingga, proses berpikir dalam menyelesaikan masalah merupakan bagian yang penting dalam belajar matematika. Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang dipelajari disetiap jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Matematika membahas masalah-masalah numerik mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berfikir, kumpulan sistem dan struktur alat.4

Matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan.

Seperti halnya tuntutan untuk memanfaatkan penalaran induktif pada awal proses pembelajaran, perubahan definisi matematika diatas bertujuan agar para siswa belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri

4 ANISWITA, Aniswita; SAPUTRA, Yogi; MEDIKA, Gema Hista. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas VII SMP N 1 V Koto Kampung Dalam Padang Pariaman Tahun Ajaran 2019/2020. JURING (Journal For Research In Mathematics Learning), 2021, 4.1: 63-68.

(18)

terhadap perubahan, dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim.5 Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan keada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.6

Berpikir kreatif merupakan salah satu dari berpikir tingkat tinggi.

Menurut Erdogan, bahwa berpikir kreatif memungkinkan seseorang dalam menghasilkan produk baru, menemukan solusi baru dan mencapai sintesis.

Berpikir kreatif juga memerlukan imajinasi seseorang agar dapat mencari ide, cara yang baru sehingga dapat mencari ide, cara yang baru untuk memecahkan masalah yang diberikan.7 Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berabagai faktor yang mempengaruhi, serta melalui latihan yang tepat.

Kemampuan kreatif menentukan seseorang berada pada suatu tingkat perilaku berpikir kreatif tertentu.8

Berpikir kreatif merupakan aktivitas berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis,

5 Fadjar Shadiq, Pembelajaran Matematika Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014), hal.13

6 Fitriani, S., & Yarmayani, A. (2018). Pengembangan Rubrik Berpikir Kreatif Siswa Menengah Atas dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), hal. 33-38.

7 Saida, N. (2020). Proses Berpikir Kreatif Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah Soal Pisa Ditinjau Dari Gaya Belajar Global-Analitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume, 9(1). H.9-14

8 Imamuddin, M. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Problem Posing. In: Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Unand.

2014.

(19)

konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekannya ada pada aspek berpikr intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi. Upaya mengoptimalisasikan berpikir kreatif siswa maka integritasikan kedalam mata pelajaran khususnya mata pelajaran matematika sangat penting. Menurut The, berpikir kreatif adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunkan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengatahuan. Menurut beberapa ahli (Pehkonen, Krutetskii, Silver) mengatakan bahwa berpikir kreatif dalam matematika merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan intuisi, tetatpi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan.9

Berpikir kreatif dipandang sebagai suatu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Silver mengemukakan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif terdapat tiga komponen yaitu kefasihan (fluency) mengacu pada kemampuan siswa dalam memberikan bermacam-macam jawaban, keluwesan (flexibility) mengacu pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah tidak hanya dengan satu cara tetapi bisa memberikan cara lain, dan kebaruan (novelty) mengacu

9Sri Hastuti Noer, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open Ended, Jurnan Pendidikan Matematika, Volume 5.No.1. Januari,2011, h.106.

(20)

pada kemampuan siswa mengajukan suatu masalah yang berbeda dari masalah yang diajukan sebelumnya.10

Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang tersebut akan mempengaruhi arti kreativitas. Kreativitas juga merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Kreativitas juga biasa dimaknai sebagai kemampuan seseorang atau individu dalam menciptakan atau menghasilkan kreasi baru, menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu agar lebih mudah, efisien, dan efektif.11

Dalam proses pembelajaran, terkadang siswa dijadikan sumber masalah ketika pembelajaran tidak berhasil. Sebenarnya bukanlah siswa yang bermasalah , melainkan siswa menjadi kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu keterkaitan berpikir kreatif dengan adanya gaya belajar.

Menurut Eishani berpendapat bahwa meski penemuan individu berbeda, belajar dan kreativitas terkait gaya belajar dapat menjadikan faktor penting pada pertumbuhan dan kepuasan perkembangan pendidikan. Oleh karena itu, gaya belajar terkait dengan kreativitas karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif dan dapat diterapkan pada perkembangan pendidikan saat ini.12

10 Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2018), hal. 32-34

11 Ahmad susanto, Pendidikan Anak usia Dini ( konsep dan teori ), (Jakarta : Bumi Aksara, 2018), hal. 71

12 Saida, N. (2020). Proses Berpikir Kreatif Peserta Didik…………h.9-14

(21)

Gaya belajar merupakan salah satu variable yang penting dan menyangkut dengan cara siswa memahami pelajaran di sekolah khususnya matematika.13Gaya belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan.14 Ada tiga jenis gaya belajar yang menggunakan tiga modalitas gaya belajar yaitu modalitas visual (belajar dengan melihat), modalitas auditori (belajar dengan mendengar), dan modalitas kinestetik (belajar dengan bergerak dan mencoba). Gaya belajar tiap siswa tentunya berbeda satu sama lain. Oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk menganalisa gaya belajar siswanya sehingga diperoleh informasi-informasi yang dapat membantu guru agar lebih peka dalam memahami perbedaan didalam kelas dan dapat terlaksananya pembelajaran yang lebih bermakna.

Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa untuk masing-masing gaya belajar. Maka dari itu guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran yang efektif berdasarkan gaya belajar yang dimiliki siswa, guru harus memiliki data tentang gambaran kemampuan berpikir kreatif siswa.

13 Imamuddin, M. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Berdasarkan Gaya Belajar. Al Khawarizmi: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 2019, 3.1: 11-20.

14 Rudi Restanto, dan Helti Lygia Mampouw, Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Tipe Open-Ended Ditinjau Dari Gaya Belajar (Jurnal Numeracy, Vol. 5, No1), h. 29 - 40

(22)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 29 dan 30 September 2021 di kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Candung, terlihat bahwa dalam proses pembelajaran matematika guru mengajar dengan menjelaskan materi di depan kelas. Setelah itu siswa menyalin materi yang di tulis oleh guru di papan tulis. Selain memberikan materi yang di jelaskan guru juga memberikan contoh yang berkaitan dengan materi yang disampaikan.

Setelah memberikan materi dan contoh, guru memberikan latihan. Pada saat siswa mengerjakan latihan tersebut banyak siswa yang masih bingung dan tidak mengerti bagaimana cara menjawabnya, itu dikarenakan siswa cenderung menghafalkan rumus-rumus yang diberikan. Siswa juga tidak mampu mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi yang akan mereka pelajari pada pertemuan hari itu. Selain itu dikarenakan siswa di sekolah ini bermacam ragam kemampuan akademisnya. Sehingga hanya ada beberapa siswa saja yang terlibat aktif dan mau mengeluarkan pendapat ataupun ide mereka pada saat pembelajaran.

Berdasarkan dokumentasi yang peneliti peroleh, dapat dilihat persentase ketuntasan nilai ulangan tengah semester matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Candung, seperti disajikan pada table di bawah ini :

(23)

Tabel 1.1 Persentase ketuntasan nilai ulangan tengah semester siswa matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Candung

Kelas Jumlah

Siswa KKM Tuntas Tidak Tuntas

Persentase Tuntas Tidak

Tuntas

VIII . 1 29 75 14 15 48% 51%

VIII . 2 28 75 12 16 42% 57%

VIII . 3 25 75 8 17 32% 68%

VIII . 4 26 75 10 16 38% 61%

(Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung)

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa persentase ketuntasan nilai ulangan tengah semester matematika siswa pada pelajaran matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Candung sebagian besar nilai siswa berada diatas KKM.

Kritera Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Dari tabel diatas diperoleh bahwa ketuntasan yang paling tinggi adalah siswa kelas VIII.1 yaitu 48%, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII.1 memiliki pengetahuan yang tinggi dibandingkan dengan kelas lainnya.

Di SMP Negeri 1 Candung gaya belajar siswa kelas VIII.1 ketika proses pembelajaran didalam kelas, suasana kelas bervariasi, ada siswa yang dengan melihat guru menjelaskan dan mereka langsung mengingat dan mengerti yang di jeaskan guru, tidak merasa terganggu dengan keributan, sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak. Ini berarti siswa memiliki gaya belajar visual yang mengandalkan penglihatan daripada pendengaran.

(24)

Ada juga siswa yang suka mendengarkan guru menjelaskan, dia mudah terganggu jika ada ada temannya yang meribut atau memanggil dia, ini berarti siswa memiliki gaya belajar auditory dengan mengandalkan pendengarannya. Selain itu ada siswa yang tidak bisa diam saat proses pembelajaran berlangsung, dia selalu sibuk dengan dengan kegiatannya sendiri, dan Ketika disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal ataupun perintah dari gurunya, dia aktif untuk melakukannya, ini berarti siswa memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, mereka akan lebih menyerap informasi dan pembelajaran jika mereka belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Dan hal itu akan mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa. Dan hal itu akan mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Candung, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih melihat keaktifan siswa, sedangkan untuk tingkat kreativitas siswa, guru belum pernah melakukan ataupun memberikan soal untuk tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa. Beliau mengatakan ketika guru bertanya ada sebagian siswa yang mampu menjawabnya dan ada juga siswa yang tidak mau menjawab. Tanggapan atau umpan balik siswa terhadap apa yang sudah dijelaskan masih kurang, mereka kurang kreatif dalam menganalisa soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

Untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa, peneliti memberikan soal yang termasuk indikator berpikir kreatif. Berikut

(25)

hasil lembar jawaban Latihan beberapa orang siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.

Soal : Misalkan himpunan A={3,6,9,12,15} dan himpunan B={1,3,5,6,7}. Jika himpunan A dan B dihubungkan. Tentukan relasi yang mungkin dari kedua himpunan tersebut menggunakan diagram cartesius dan diagram panah!15

Berikut hasil lembar jawaban Latihan beberapa siswa dalam menyelesaikan soal tersebut.

Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa

Dari soal diatas siswa mampu menjawab soal yang diberikan dengan baik. Dapat kita lihat bawah cara siswa memberikan ide-ide kreatif itu berbeda-beda, akan tetapi siswa belum mampu untuk mengembangkan ide- ide atau cara yang berbeda. Hal ini juga mempengaruhi gaya belajar siswa.

15Guru Matematika Kelas VIII, Soal Latihan Materi Relasi dan Fungsi , SMP Negeri 1 Candung

(26)

Siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, mereka akan lebih menyerap informasi dan pembelajaran jika mereka belajar sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. Dan hal itu akan mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif siswa. Dalam hasil observasi dapat diketahui bahwa siswa berdasarkan tingkah laku dalam proses pembelajaran memiliki gaya belajar yang bervariasi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “ Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar Kelas VIII SMP Negeri 1 Candung”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang muncul pada pembelajaran matematika diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pembelajaran berjalan hanya satu arah saja dan berpusat pada pendidik.

2. Soal yang diberikan guru kurang kreatifitas

3. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematika siswa

4. Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda sehingga mempengaruhi gaya belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif yang berbeda

C. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar kelas VIII SMP Negeri 1 Candung.

(27)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar visual di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar auditori di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022?

3. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar kinestetik di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar visual di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar auditori di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022

3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ditinjau dari gaya belajar kinestetik di kelas VIII SMP Negeri 1 Candung Tahun Pelajaran 2021/2022

(28)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat bagi peneliti, sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti, untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 Pendidikan Matematika atau gelar sarjana. Dan menambah pengalaman dan bekal bagi peneliti sebagai calon guru matematika di masa yang akan datang.

2. Bagi Sekolah, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama mata pelajaran matematika di sekolah dan membantu sekolah untuk berkembang.

3. Bagi Guru, dapat memberikan informasi bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa ditinjau dari gaya belajar perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas.

4. Bagi siswa, dengan diketahuinya kemampuan berpikir siswa dan gaya belajarnya, diharapkan siswa juga lebih bersemangat dalam mempelajari matematika dan diharapkan siswa lebih mampu memberikan ide-ide yang kreatif.

G. Defenisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(29)

1. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.16

2. kemapuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menyelesaikan masalah matematika. Adapun indikator -indikator dari berpikir kreatif adalah kemampuan dalam kefasihan (fluency), kemampuan dalam keluwesan (flexibility), dan kemampuan dalam kebaruan (novelty) 17

3. Gaya belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan.18Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.19 Ada tiga jenis gaya belajar yaitu visual, auditori, dan kinestetik

16 Tatag Yuli Eko Siswono, hal. 26

17Sri Hastuti Noer, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open-Ended, Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5. No.1.

Januari, 2011, h. 106

18 Rudi Restanto, dan Helti Lygia Mampouw, Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Geometri Tipe Open-Ended Ditinjau Dari Gaya Belajar (Jurnal Numeracy, Vol. 5, No1), h. 29 - 40

19 Wanelly, Widya; Fauzan, Ahmad. Pengaruh Pendekatan Open Ended dan Gaya Belajar Siswa terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Jurnal Basicedu, 2020, 4.3: 523-533.

(30)

16 BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran Matematika

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik dari pada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan social di masyarakat. Pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.

Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah. Pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.20

Dalam suatu definisi pembelajaran dikatakan upaya untuk siswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pada pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

20 Erman Suherman. Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

FMIPA UPI, 2001), h.8

(31)

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ada lima komponen pembelajaran yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar , dan lingkungan belajar. 21

Menurut Gagne, mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Sedangkan menurut Winkel, pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi ekstern, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak menghambatnya.22

Menurut James dan James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan menurut Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelasm dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.23

21 Ali hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,(

Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.42

22 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hal. 12

23 Erman Suherman. Dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:

FMIPA UPI, 2001), h.16-17

(32)

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan partisipasi aktif peserta didik di dalamnya. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola piker dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertia-pengertian. Adapun tujuan pelajaran matematika yaitu : 24

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkosisten.

2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, inkuiri, dan penemuan.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan abstrak lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu pengetahuan

24 Tim Penulis Departemen Pendidikan Nasional Standar Kopetensi Mata Pelajaran Matematika Sekola Menengah Pertama dan Madrasyah Tsanawiyah, (Jakarta : Pusat Kurikulum Depdiknas, 2003). Hal.6

(33)

lainnya.25 Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di SLTP adalah:

1. Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika

2. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke Pendidikan menengah

3. Sisa memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari

4. Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses memperoleh pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika secara mandiri. Artinya mulailah pembelajaran matematika dengan masalah-masalah kontekstual atau realistik bagi siswa.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan salah satu ciri manusia sebagai homo sapiens, sejak mempersepsikan diri manusia mulai berpikir dan proses ini berlanjut sampai akhir hayatnya.26 Berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Menurut

25 Ibid, h.58 -59

26 Ali hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,(

Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 30

(34)

Plato, berpikir adalah berbicara dalam hati. Pendapat Plato mengatakan bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional, sehingga dikemukakan dua kenyataan yaitu 27:

a. Berpikir adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir kreatif b. Aktivitas sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan

motoris. Berpikir itu mempergunakan abstraksi – abstraksi.

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Suryabrata berpendapat bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan. Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat di berikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi, tidak semata-

27 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 2013), h. 54

(35)

mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan menentukan kreativitas seseorang, tapi juga kualitas dam mutu dari jawabannya.28

Berpikir kreatif merupakan aktivitas berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang penekannya ada pada aspek berpikr intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi. Upaya mengoptimalisasikan berpikir kreatif siswa maka integritasikan kedalam mata pelajaran khususnya mata pelajaran matematika sangat penting.29 The memberi batasan bahwa berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.

Weisberg mengartikan berpikir kreatif mengacu pada proses-proses untuk menghasilkan suatu produk kreatif yang merupakan karya baru (inovatif) yang diperoleh dari suatu aktivitas/kegiatan yang terarah sesuai tujuan.30

28 ISNANIAH, Isnaniah. Peningkatan Kreativitas dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek pada Perkuliahan Media Pembelajaran Matematika. Suska Journal of Mathematics Education, 2017, 3.2: 83-91.

29 Fitriani,S.,&Yarmayani,A.(2018). Pengembangan Rubrik Berpikir Kreatif Siswa Menengah Atas dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 33 – 38.

30 Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018) hal.25 - 26

(36)

Silver menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)” adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas, dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah.

Fleksibilitas tampak pada perubahan- perubahan pendekatan Ketika merespons perintah. Dalam masing – masing komponen, apabila merepons perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka indicator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Indikator keaslian dapat ditunjukan atau merupakan bagian dari kebaruan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan, dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Berpikir kreatif adalah suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertical yang saling melengkapi.

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif seseorang ditunjukkan melalui produk pemikiran atau kreativitasnya menghasilkan sesuatu yang “baru”. Munandar menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu

(37)

masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi jika ia mampu menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah.31

Williams menunjukkan ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu keasihan, fleksibelitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kefasihan adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu ke jenis pemikiran lainnya. Orisinalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak lazim daripada pemikiran yang jelas diketahui. Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah atau memerinci hal-hal yang detail dari suatu objek, gagasan atau situasi.

31 Tatag Yuli Eko Siswono, Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018) , h.28-29

(38)

2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif

Munandar memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa seperti terlihat dalam table 2.1 dibawah ini:

Table 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Indikator Aspek Kemampuan

Keterampilan berpikir lancar (fluency)

1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban 2. Memberikan banyak cara atau saran

untuk melakukan berbagai hal

3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban

Keterampilan berpikir luwes (flexibility)

1. Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi

2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda

3. Mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda

4. Mampu mengubah cara pendatan atau pemikiran

Keterampilan berpikir orisinil

(originality)

1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

2. Memikirkan cara-cara yang taklazim untuk mengungkapkan diri

3. Mampu membuat kombinasi – kombinasi yang tak lazim dari bagian Keterampilan berpkir

elaborative (elaboration)

1. Mampu memperkaya dan

mengembangkan suatu gagasan atau produk

2. Menambah atau merincidetail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik

(39)

Keterampilan menilai (mengevaluasi)

1. Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu Tindakan bijaksana

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka

3. Tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya

Selain Munandar, Silver (1997) menyebutkan bahwa untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kreativitas matematis dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah pada umumya digunakan tiga aspek kreativitas matematis yang merupakan tiga komponen utama dalam

“The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)” yaitu flexibility (keluwesan), fluency (kefasihan), dan novelty (kebaruan). Pemecahan masalah merupakan salah cara yang digunakan oleh Silver untuk mengembangkan kreativitas matematis siswa. Siswa tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangun banyak masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka dapat juga mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan banyak solusi pada sebuah masalah. Melalui cara ini siswa juga dapat dikembangkan dalam menghasilkan pemecahan yang baru (kebaruan).

Menurut hasil penelitian dari Lee,et al yaitu melakukan penelitian dengan mengembangkan suatu tes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah. Tes ini terdiri dari indicator fluency,

(40)

flexibility dan originality.32 Menurut ghufron ciri-ciri kognitif kreativitas adalah kelancaran berpikir (fluency), keluwesan berpikir (flexibility), dan keaslian berpikir (originality). Munandar berpendapat bahwa :

a. Fluency (kelancaran berpikir) merupakan kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

b. Flexibility ( keluwesan berpikir) merupakan kemampuan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran

c. Originality (keaslian berpikir) adalah kemamouan untuk melahirkan ide-ide yag baru dan memikirkan cara yang lazim agar dapat mengungkapkan diri serta mampu membuat berbagai kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur- unsur.33

32 Nina Nurmasari, Tri Atmojo Kusmayadi, Riyadi, Analisis Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Pada Materi Peluang Ditinjau Dari Gender Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika Vol.2, No. 4, Hal. 351-358, Juni 2014

33 Nurhidayati, Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pemecahan Masalah Berdasarkan Gender Pada Materi Bangun Datar, Vol.3, No 4, 2014

(41)

Tingkatan kemampuan berpikir kreatif yang digunakan yaitu:34 1. TKBK 4 (Sangat Kreatif) Siswa mampu memberikan

jawaban dari semua aspek yang dinilai yaitu kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan jumlah skor 12. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa sangat kreatif.

2. TKBK 3 (Kreatif) Siswa mampu memberikan jawaban dari semua aspek yang dinilai yaitu kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan jumlah skor 9 − 11. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kreatif.

3. TKBK 2 (Cukup kreatif) Siswa mampu memberikan jawaban dari semua aspek yang dinilai yaitu kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan jumlah skor 6 − 8. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa cukup kreatif.

4. TKBK 1 (Kurang Kreatif) Siswa mampu memberikan jawaban dari semua aspek yang dinilai yaitu kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan jumlah skor 3 − 5. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa kurang kreatif.

34 ALFAFAH, An Nisaa; ANISWITA, Aniswita; FIRMANTI, Pipit. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Kelas VIII. C Di SMP Negeri 1 Bukittinggi. JURING (Journal For Research In Mathematics Learning), 2019, 2.3: 257-264.

(42)

5. TKBK 0 (Tidak Kreatif) Siswa mampu memberikan jawaban dari semua aspek yang dinilai yaitu kefasihan, keluwesan, dan kebaruan dengan jumlah skor 0 − 2. Siswa yang mencapai tingkat ini dapat dinamakan sebagai siswa tidak kreatif.

Berdasarkan keterangan diatas, indikator kreativitas ( sebagai produk dari kemampuan “berpikir kreatif) yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada “The Torrance Test of Creative Thinking”myang dikemukakan oleh Silver, yaitu :

a. Kefasihan (fluency), kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang dibuat dalam merespon perintah atau dalam menentukan langkah awal dalam menyelesaikan soal.

b. Fleksibilitas (flexibility), kemampuan untuk menggunakan bermacam- macam pendekatan, metode atau cara penyelesaian atau solusi dalam menghadapi masalah atau merespon perintah

c. Kebaruan (novelty), kemampuan untuk mencetuskan gagasan (ide) asli atau membuat cara baru yang berbeda (unik) dalam menyeesaiakan masalah.

3. Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif

Kemampuan berpikir kreatif matematika siswa dinyatakan dengan nilai melalui rubrik penskoran indikator kemampuan berpikir kreatif sebagaimana terlihat pada tabel 2.3 di bawah ini :

(43)

Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika35

Aspek yang diukur Respon siswa terhadap siswa dan masalah Skor

Kefasihan

Tidak menjawab atau memberi ide yang tidak relevan dengan masalah

0 Memberikan sebuah ide yang tidak relevan dengan pemecahan

1 Memberikan sebuah ide yang relevan tetapi jawabannya salah

2 Memberikan lebih dari satu ide yang relevan tetapi jawabannya masih salah

3 Memberikan lebih dari satu ide yang relevan dan penyelesaiaannya benar dan jelas

4

Keluwesan

Tidak menjawab atau memberikan jawaban dengan satu cara atau lebih tetapi semua salah

0 Memberikan jawaban hanya satu cara tetapi memberikan jawaban sala

1 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar

2 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (beragam) tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruhan dalam proses perrhitungan

3 Proses perhitungan dan hasilnya benar. 4

Kebaruan

Tidak menjawab atau memberi jawaban yang salah.

0 Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami.

1 Memberikan jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai

2 Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah

3 Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan hasilnya benar.

4

35 La Moma, Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Untuk Siswa SMP, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol.4, No.1, April 2015

(44)

Adapun tingkat kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tingkat berpikir kreatif yang dikemukan oleh Siswono seperti pada tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.3 Penjenjangan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal 36

Tingkat Karakteristik

Tingkat 4 ( Sangat Kreatif )

siswa mampu menunjukkan kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah.

Tingkat 3 ( Kreatif)

siswa mampu menunjukkan kefasihan dan kebaruan atau kefasihan dan fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah.

Tingkat 2 (Cukup Kreatif )

Siswa mampu menunjukkan kebaruan atau fleksibilitas dalam memecahkan maupun mengajukan masalah.

Tingkat 1 (Kurang Kreatif)

Siswa mampu menunjukkan kefasihan dalam memecahkan maupun mengajukan masalah

Tingkat 0 ( Tidak Kreatif )

Siswa tidak mampu menunjukkan ketiga aspek indikator berpikir kreatif.

Dalam penelitian ini berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Indikasi yang lain dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen.

C. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.

36 Ibid, hal.40

(45)

Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Berarti gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang paling disukai.

Menurut Nasution, gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal. Gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.37 gaya belajar merupakan cara yang sifatnya individu untuk memperoleh dan menyerap informasi dengan mudah dari lingkungannya, termasuk lingkungan belajar, sehingga bisa mempengaruhi cara berfikir siswa dalam memecahkan masalah.38

Dunn Opal dalam Sopiatin dan Sahrani (2011 : 4), menjelaskan bahwa dalam belajar, setiap individu memiliki kecendrungan kepada

37 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta : Deepublish,2017), hal 158

38 Rino Richardo, dkk. Tingkat Kreativitas Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Divergen Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa (Studi Pada Siswa Kelas Ix Mts Negeri Plupuh Kabupaten Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/ 2014). (Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, ISSN: 2339-1685 Vol.2, No.2, hal 141 - 151 , April 2014)

(46)

salah satu cara atau gaya tertentu. Kecendrungan seseorang ini disebut gaya belajar. Karakteristik siswa menggambarkan segi-segi latar belakang pengalaman siswa yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya. Salah satu karakteristik siswa yang sebaiknya diperhatikan oleh guru dalam mendesain pembelajaran yang akan dikelolanya adalah gaya belajar. Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio cultural, dan pengalaman Pendidikan.39

2. Macam-Macam Gaya Belajar

Gaya belajar dibagi dalam 3 jenis atau modalitas belajar seseorang yaitu :1) gaya belajar atau 2) gaya belajar atau modalitas visual, 3) gaya belajar auditoria tau kinestetik. Ketiga gaya belajar tersebut dikenal dengan istilah VAK.

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman mata/penglihatan. Artinya, bukti – bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa paham. Ciri – ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan

39 Yen Chania, M. Haviz, Dewi Sasmita, Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar,(Journal of Saintek. ISSN:2085-8019, 2016),h.78

(47)

juga menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya.

Berikut ciri-ciri orang-orang belajar Visual menurut Bobbi Deporter & Mike Hernacki adalah:40

1) Rapi dan teratur

2) Berbicara dengan cepat

3) Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik 4) Teliti terhadap detail

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi

6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka

7) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang di dengar 8) Mengingat dengan asosiasi visual

9) Biasanya tidak terganggu oleh keributan

10) Mempunyai masalah untuk mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang mengulanginya

11) Pembaca cepat dan tekun

Strategi untuk mempermudah Proses Belajar Anak Visual:

1) Gunakan materi visual sepert. Gambar-gambar, diagram dan peta.

2) Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.

3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.

4) Gunakan multi-media (contohnya : komputer dan video).

5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.41

Secara umum, orang visual belajar melalui hubungan visual. Bila berbicara di telepon, tangan orang visual biasanya tidak bisa diam.

Mereka cenderung membuat coretan-coretan. Mereka berbicara

40 Bobi DePorter, dkk, Quantum Learning; Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Penerjemah. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2005), hal 116

41 Darmadi, Pengembangan Model ….. hal. 161

(48)

dengan tempo yang cukup cepat dan banyak menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan.42

b. Gaya belajar Auditori

Gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan memanfaatkan indra telinga. Gaya belajar ini menggambarkan prefensi terhadap informasi yang didengar atau diucapkan. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang dikatakan guru.

Menurut Bobi De Porter dan Mike Hernacki ciri-ciri siswa dengan gaya belajar auditorial dalam belajar matematika sebagai berikut:

1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja 2) Mudah terganggu oleh keributan

3) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat

4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan dibuku Ketika membaca

6) Biasanya ia pembicara yang fasih

7) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

8) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

9) Mempunyai masalah dengan pekerjaan – pekerjaan yang melibatkan visual

10) Berbicara dalam irama yang terpola

11) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara43

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori:

42 Adi W Gunawan, Born to be a genius,(Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama,2003),hal 93

43 Bobi DePorter, dkk, op.cit.,pp.hal. 118

Gambar

Tabel  1.1  Persentase  ketuntasan  nilai  ulangan  tengah  semester  siswa  matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Candung
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa
Table 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif  Indikator   Aspek Kemampuan
Tabel  2.2  Pedoman  Penskoran  Kemampuan  Berpikir  Kreatif  Matematika 35
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perbandingan Data Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP Dalam Pengajuan Masalah Matematika untuk Kedua Tipe Gaya Kognitif ... Hasil Analisis Persamaan dan

Hasil penelitian menunjukkan: Siswa dengan gaya belajar visual mampu memberikan cara penyelesaian yang berbeda–beda dalam menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban

Hasil penelitian menunjukkan: Siswa dengan gaya belajar visual mampu memberikan cara penyelesaian yang berbeda–beda dalam menyelesaikan masalah dan memberikan jawaban

Berdasarkan hasil penelitian Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa gaya belajar visual pada materi matriks memenuhi tiga indikator

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Gaya Belajar Kinestetik Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik menguasai kemampuan berpikir kritis sebagai berikut Hasil penelitian

Sehingga berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika mahasiswa ternyata akan berbeda sesuai dengan kemampuan awal

i DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 LARANGAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN HIPPOCRATES-GALENUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATURRADEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat