• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA CYBERPORNOGRAFI ANAK SEBAGAI KORBAN DI WILAYAH POLRESTABES SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA CYBERPORNOGRAFI ANAK SEBAGAI KORBAN DI WILAYAH POLRESTABES SURABAYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA CYBERPORNOGRAFI ANAK SEBAGAI KORBAN DI WILAYAH POLRESTABES SURABAYA

Amanda Shafa Puji Iryanti dan Wiwin Yulianingsih

Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia Email: amandashafa23@gmail.com dan wiwiny.ih@upanjatim.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK Diterima

5 Mei 2021

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui penyebab pornografi anak di Internet dan lembaga penegak hukum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris dan metode penelitian untuk menyelidiki dan menguji penerapan peraturan perundang-undangan dalam praktik sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya tindak pidana adalah cyberpornografi anak sebagai korban adalah faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor kurangnya kesadaran masyarakat. Akibat tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban adalah gangguan otak pada anak, pendidikan anak terganggu, penyimpang seksual, kerusakan fisik, dan penularan penyakit. Hambatan penuntutan korban (anak yang menjadi korban pornografi dunia maya tidak mengaku sebagai korban), pelaku (menghapus bukti yang digunakan untuk tindak pidana cyberpornografi), penegak hukum (sarana prasarana yang kurang memadai). Upaya penegakan hukum adalah korban (tidak mempunyai rasa takut dari diri korban terhadap pelaku), pelaku (dapat mampu menahan nafsu birahi), penegakan hukum (menindak tegas terhadap pelaku tindak kejahatan). Polrestabes Surabaya Unit Perlindungan Perempuan dan Anak sudah semaksimal mungkin menangani suatu perkara ditangani secara baik.

Kata kunci:

cyberpornografi; anak sebagai korban;

penegakan hukum.

Pendahuluan

Internet adalah platform informasi dan komunikasi yang dirancang untuk melintasi batas negara dan mempercepat penyebaran dan pertukaran pengetahuan dan ilmuwan di seluruh dunia. Internet juga membawa kita ke luar yang berasal dari "dunia baru" cyberspace (Agus, 2002). Perkembangan teknologi akan selalu membawa dampak positif dan negatif langsung maupun tidak langsung dan akan memberikan pengaruh

(2)

yang besar terhadap sikap psikologis setiap orang dan sikap setiap anggota masyarakat (Andi, 1992).

Maraknya cybercrime juga diiringi dengan munculnya istilah-istilah yang berbeda, seperti cybercrime economy, EFT (Electronic Funds Transfer), crime, cybercrime, online banking crime, online economic crime, online/electronic money laundering dan eliminasi WWC (white collar) adalah terorisme global yang ditemukan di Internet, pelecehan online, seks online, pornografi anak online, fitnah, penjahat dunia maya, dll.. Kejahatan tidak etis di dunia maya sering disebut sebagai pornografi internet, dan isinya berkisar dari perilaku linier hingga kejahatan dunia maya yang melibatkan anak-anak.

Situasi dan kondisi yang berkembang seperti saat ini, dapat diketahui pula bahwa pelanggaran hukum serta tingkat pelanggaran hukum juga semakin berkembang (Soroz, 2019). Cyberpornografi adalah suatu tindak pidana dalam membuat foto atau video, menampilkan foto atau video, mendistribusikan foto atau video, dan mempublikasikan pornografi melalui internet. Dampak negatif internet terkait dengan tindak pidana cyberpornografi anak-anak yang penasaran dan tidak memiliki akses mudah ke situs porno tidak dapat mengaksesnya. Mereka dapat mengakses internet secara gratis melalui smartphone mereka untuk mendapatkan data dan gambar video yang tidak etis yang mereka butuhkan. Kebebasan dan keterbukaan internet membuatnya sulit untuk didobrak.

Hukum selalu berkembang mengikuti setiap kebutuhan manusia (Tobing, 2019). Perlindungan anak dalam Pasal 67A Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Atas Perubahan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Dalam hal melindungi anak, setiap orang harus melindungi anak dari konten pornografi dan menghindari akses ke data pornografi.

Berkat perlindungan sosial, pribadi dan spiritual, konseling, dan rehabilitasi, anak- anak yang menjadi korban kejahatan terkait penyebaran pornografi Internet menerima perlindungan khusus. Memberi anak konseling, bantuan dan rehabilitasi sosial, kesehatan fisik dan mental, dan perlindungan hukum sesuai dengan hukum, termasuk perlindungan anak sesuai dengan hukum perdata dan adat. Perlindungan anak dalam bidang hukum publik meliputi hukum pidana substantif dan hukum pidana formal.

Pada Agustus 2019 lalu, korban diajak menghabiskan waktu di ruang terbuka sebuah rumah di Bukit Palma.Pelaku memang teman korban. Pelaku melakukan tindakan yang tidak tepat terhadap korban di tempat umum. Saat itu, tersangka membujuk korban untuk membeli makanan dengan harga Rp 20.000. Kemudian, tersangka mulai melecehkan korban dan merekam adegan tidak senonoh di ponselnya.

Video porno yang direkam oleh penjahat akan dikumpulkan dan disimpan di smartphone Anda. Tersangka menjadikan film porno tersebut abadi, namun secara tidak sengaja membawa adegan asusila tersebut kepada keluarga korban. Orang tua korban menolak untuk merawat putrinya. Akhirnya orang tua korban berinisial MD (51) melaporkan kasus tersebut ke Polrestabes Surabaya. Karena perilaku tersangka tersebut, keluarga korban merasa tidak bisa diterima. Ia menambahkan, tersangka terbukti

(3)

melakukan tindak pidana terkait pornografi anak dan ditangkap pada Selasa, 3 Desember 2019. Alhasil, tersangka didakwa atas perbuatannya pasal 27 ayat (1) jo pasal 45 ayat (1) dan atau pasal 29 jo pasal 45B Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Eletronik dan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi.

Berdasarakan penelitian yang saya lakukan pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Kepolisian Polrestabes Surabaya telah mengupayakan sosialisasi semaksimal mungkin selama kurun waktu empat tahun terakhir tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban, akan tetapi dengan cara upaya sosialisasi tersebut kurang bisa menekan angka tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban dari tahun 2017 sampai 2020.

Tuuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab masih marak terjadinya tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya serta untuk mengetahui upaya penegakan hukum tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metodologi yurisprudensi empiris merupakan cara pandang terhadap realitas hukum masyarakat. Metode hukum sosiologis adalah metode yang mempelajari aspek hukum dari interaksi sosial dalam masyarakat dan membantu mengidentifikasi dan menjelaskan materi ilegal yang ditemukan untuk penelitian atau tujuan hukum (Ali, 2009).

Hasil dan Pembahasan

A. Faktor-faktor penyebab tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya

Pornografi di media internet dengan menggunakan istilah Pornografi internet yang kontroversial adalah kejahatan media online. Kegiatan menerbitkan, mengakses, memproduksi, atau mendistribusikan konten pornografi dalam bentuk media online harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Pasal 27 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Menyebarkan pornografi di Internet dan media sosial tidak membutuhkan keahlian sebanyak peretas, karena mengakses file dan mentransfer file untuk mengoperasikan Internet membutuhkan kecerdasan minimal. Secara teknis, mudah bahkan bagi orang-orang ini. Sedikit pengetahuan (Wilsa, 2011).

(4)

Tabel 1.

Data Kasus Tindak Pidana Cyberpornografi Anak, Perlindungan Perempuan danAnak di Wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya

Sumber: Unit Perlindungan Perempuan dan Anak di wilayah Polrestabes Surabaya

Dari data kasus tindak pidana cyberpornografi anak, perlindungan perempuan dan anak di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya dalam kurun waktu 3 tahun, dari tahun 2018 sebanyak 23 perkara, tahun 2019 sebanyak 23 perkara, tahun 2020 sebanyak 17 perkara. Perlindungan Perempuan dan Anak di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya masih belum bisa menekan angka tindak pidana cybepornografi dikarenakan substansi hukum yang masih lemah.

Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya antara lain : 1. Kecanggihan teknologi internet

Perkembangan teknologi di Indonesia harus memperhatikan kembali melihat dari berbagai aspek yang dapat ditimbulkan yang mengarah tindakan-tindakan negatif. Teknologi bukan hanya saja dimanfaatkan oleh khalayak umum tetapi juga dapat menimbulkan tindakan-tindakan negatif pada khalayak umum sehingga dapat menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat

Banyak orang tidak tahu apa yang ada di balik penyebaran pornografi anak melalui perilaku tidak etis. Publik hanya mengetahui dampak pornografi anak di Internet atau pornografi Internet. Terlepas dari faktor penyebab terjadinya pelanggaran pornografi. Kebanyakan orang tidak berdaya untuk beradaptasi dengan perubahan dan mempercepat peristiwa.

3. Faktor hasrat seksual

Dalam hal ini adanya rasa keinginantahuan akan hubungan seksual menyebabkan anak ingin mencoba-mencoba dan pada akhirnya terjerumus dalam ekspoloitasi seksual. Anak memiliki rasa keinginantahuan yang sangat

No Bulan Perkara Masuk 2018

Perkara Masuk 2019

Perkara Masuk 2020

1 Januari - 2 2

2 Februari 2 1 2

3 Maret 2 - 3

4 April 1 1 1

5 Mei 1 2 -

6 Juni 4 2 3

7 Juli 1 3 1

8 Agustus 3 2 1

9 September 3 2 2

10 Oktober 3 3 2

11 November 1 2 -

12 Desember 2 - -

Total 23 23 17

(5)

tinggi sesuatu yang tidak umum termasuk dalam hal ini adalah seks yang dipengaruhi dengan adanya libido dari anak sehingga anak ingin mengetahui lebih dalam mengenai seksual tidak hanya teori tetapi juga dalam hal praktek.

4. Faktor ekonomi

Anak dapat menjadi korban pornografi dikarenakan si pelaku melakuakan iming-iming uang atau barang yang diberikan oleh pelaku kepada korban (anak), sehingga pelaku dapat melakukan tindak kejahatan seksual yang kemudian direkam dan disebarkan oleh pelaku melalui media intenet, masyarakat dapat melihat tindakan tersebut di media internet.

5. Faktor kondisi moral dan keluarga

Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat memengaruhi kondisi mental anak, yang dapat menyebabkan kurangnya rasa percaya diri, keterampilan sosial, dan perasaan terisolasi.

6. Faktor lingkungan

Lingkungan di mana kebiasaan buruk mendominasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku anak, seperti yang tercermin dalam kebiasaan sehari-hari mereka.

7. Kultur budaya masyarakat

Masyarakat yang sangat berkeinginanthuan tinggi untuk mengakses situs-situs cyberpornografi anak sehingga dapat turunnya nila dan norma dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga perlunya kesadaran diri masing-masing untuk tidak mengakses , menyebarkan, dan membuat melalui media internet ataupun media sosial tentang cyberpornogafi anak.

8. Faktor Hukum

Satu pasal berisi ketentuan tentang pelanggaran Undang-Undang Nomer 48 Tahun 2008 Mengenai pornografi, mungkin ada lebih dari satu undang-undang, seperti Pasal 29. Identifikasi kegiatan yang berkaitan dengan produksi, reproduksi, diseminasi, dll. Ini dapat menyebabkan aktivitas yang tumpang tindih. Antara menciptakan, membuat, antara menghasilkan dengan mengedarkan dan memperjualbelikan. Akibatnya pada kasus tertentu tentang cyberpornografi anak sebagai korban dapat diterapkan dua atau tiga perbuatan sekaligus (Adam, 2013).

Setiap orang bertanggung jawab untuk melindungi anak-anak dari konten pornografi dan mencegah mereka memperoleh informasi teknis. Peran orang tua dan keluarga dalam pendidikan anak merupakan benteng yang kuat dalam mencegah kekerasan terhadap anak. cyberpornografi. Cyberpornografi sulit dibasmi dan susah untuk diblokir, sehingga yang aman adalah ajarkan anak pentingnya pendidikan seksual sejak dini, membatasi dan adanya pendampingan anak ketika main handpone.

B. Akibat tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya

Cyberpornografi dapat mengakibatkan buruk bagi kehidupan anak antara lain :

(6)

1. Gangguan otak pada anak

Apabila anak mengalami tindak pidana cyberpornografi dapat mengakibatkan gangguan otak seperti halnya mengalami gangguan psikis, hilangnya konsentrasi, kurang fokus, dan trauma. Sehingga perlunya penanganan medis untuk penyembuhan gangguan psikis anak. Untuk penanganan medis itu sendiri pihak Polrestabes Surabaya memberikan fasilitas gratis terhadap anak yang sebagai korban tindak pidana cyberpornografi.

2. Pendidikan anak terganggu

Tindak pidana cyberpornografi mengakibatkan pendidikan anak terganggu dikarenakan pihak kepolisian Polrestabes Surabaya memanggil anak yang bersangkutan untuk memberikan suatu keterangan yang dibutuhkan oleh pihak kepolisian Polrestabes Surabaya atau tidak menggingikan bersekolah kembali karena merasa malu dengan teman sebayanya.

3. Penyimpangan seksual

Anak yang sebagai korban tindak pidana cyberpornografi apabila tidak melakukan penyembuhan psikis dan fisik secara baik maka dapat mengakibatkan anak tersebut kelak tumbuh menjadi orang dewasa dapat melakukan penyimpangan seksual terhadap orang lain, sehingga dapat menjadi pelaku tindak kejahatan.

4. Kerusakan fisik pada anak

Apabila anak mengalami tindak pidana cyberpornografi dapat mengakibatkan kerusakan fisik seperti halnya kerusakan pada alat vital, mengalami lebam-lebam, kehamilan yang tidak diinginkan kemungkinan dapat melakukan aborsi, sehingga mengalami pendarahan yang hebat.

Perlunya penanganan medis untuk penyembuhan fisik terhadap anak. Untuk penanganan medis itu sendiri pihak kepolisian Polrestabes Surabaya memberikan fasilitas gratis terhadap anak yang sebagai korban tindak pidana cyberpornografi.

5. Kecanduan

Penggunaan pornografi virtual tersedia dengan mudah, gratis, menarik untuk ditonton, menarik dan mudah untuk didistribusikan. Pengguna website pornografi sangat mudah ditemukan, karena saat ini setiap orang (bahkan anak-anak) memiliki handphone atau tablet orang tua, yang fungsinya sangat canggih, dan pemilik internet dapat mengatur paket internet.

6. Penularan penyakit

Penyakit menular seksual dapat membawa risiko tinggi tertular penyakit menular seksual (IMS). Ini adalah infeksi menular seksual (IMS) yang dapat menyerang penjahat dan korban antara lain :

a. Klamidia

Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Pria dengan infeksi klamidia biasanya mengalami gejala seperti uretritis, demam, keluarnya penis, dan nyeri. Infeksi klamidia ditandai dengan infeksi

(7)

saluran kemih dan serviks, infeksi rahim, iritasi dan keluarnya cairan yang tidak normal, sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri perut bagian bawah dan darah non menstruasi.

b. Infeksi jamur (Candida)

Untuk wanita dengan infeksi jamur, gejalanya mungkin termasuk gatal pada vagina. Pada pria, kepala penis berubah menjadi merah. Jika parah, area tersebut terlihat seperti luka bakar.

c. HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi karena infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merusak sistem kekebalan tubuh. HIV dapat menyebar melalui kontak langsung antara kulit atau darah dan lapisan cairan yang mengandung HIV. Cairan ini termasuk darah, air mani, dan cairan vagina. HIV dapat menyebabkan penyakit yang fatal Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Dampak pornografi elektronik terhadap orang dewasa yang melihat, mendengar atau menyentuh materi pornografi akan berbeda dengan anak-anak yang melihat, mendengar atau menyentuh materi pornografi. Orang dewasa memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri, sedangkan orang yang belum dewasa terutama mereka yang akan menjadi dewasa tentunya anak-anak memiliki kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri. Sangat mudah untuk mengalah pada konten pornografi yang mengarah pada aktivitas kriminal. Kejahatan pornografi internet merupakan masalah yang semakin serius dan konsekuensinya semakin realistis, terutama bagi anak-anak yang hanya melihat apa yang mereka lihat tetapi tidak memahaminya. pelanggaran cyberpornografi di internet seperti perzinaan, pemerkosaan, atau pembunuhan.

Dari sudut pandang anak, Undang-Undang No 44 Tahun 2008 Menggunakan Konten Pornografi Sebagai Dasar Perlindungan Hak Anak dan Hak yang Berada di Bawah Perlindungan Hukum Orang Dewasa. Akibatnya, anak tersebut tidak dihukum atas kejahatan tersebut. Karena mereka tidak bisa dihukum, partisipasi mereka harus memastikan bahwa anak-anak tidak bertanggung jawab atas pelaku yang terlibat dalam tindakan tersebut (deelneming) (Adam, 2016).

Anak dari subjek kriminal adalah anak dari subjek kriminal atau targetnya. Sebagai obyek, jika seorang anak yang sakit tidak menunjukkan perilaku yang dilarang secara jelas, maka tidak akan dihukum. Kecuali untuk kejahatan yang tidak berbahaya, tidak ada kejahatan yang harus dihukum.

Padahal, pelanggaran ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan sah korban. Oleh karena itu, anak-anak yang bukan menjadi sasaran atau korban pornografi internet akan dihukum.

C. Kendala yang dihadapi oleh penegakan hukum guna untuk menyelesaikan perkara tindak pidana cyberpornografi anak yang sebagai korban di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya

(8)

Penegakan hukum bukanlah kegiatan yang mandiri, melainkan hubungan yang erat dengan masyarakat. Oleh karena itu, karena struktur sosial, penegakan hukum di masyarakat memiliki trend tersendiri. Hambatannya adalah ketertiban umum, baik fasilitas kesejahteraan sosial yang memungkinkan penegakan hukum, atau hambatan yang menghambat penegakan hukum atau tidak dapat ditegakkan sepenuhnya (Sajipto, 2009).

Adapun kendala yang dihadapi oleh penegakan hukum guna untuk menyelesaikan perkara tindak pidana cyberpornografi anak yang sebagai korban di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, adalah sebagai berikut :

1. Kendala dari pihak korban

Pembatasan Korban (Anak) Anak-anak yang pernah mengalami kejahatan pornografi internet seringkali tidak mengenal siapa dirinya. Oleh karena itu, dalam banyak kasus, tindak pidana pornografi anak biasanya berupa pemahaman dan ketaatan kepada korban, ketaatan dan penghormatan, bahkan ketaatan kepada orang terdekat korban. Oleh karena itu, banyak hal yang menjadi kendala dalam penyelesaian kasus pidana terhadap anak terkait pornografi internet.

Adapun kendala penanggulangan kejahatan pornografi anak di Internet adalah sebagai berikut:

a. Anak-anak yang menjadi korban kejahatan tidak memahami statusnya sebagai korban;

b. Kesadaran hukum korban masih sangat rendah;

c. Adanya gaya hidup materialistik seorang anak.

2. Kendala dari pihak pelaku

Pelaku memiliki pengaruh yang kuat terhadap salah satu kejahatan pornografi yang menjadi korbannya. Upaya untuk mengatasi masalah ini juga sangat bergantung pada kesadaran dan kemauan para pelakunya. Pornografi anak perlu ditangani secara online dengan mencari solusi pada tahap awal. Salah satu solusinya adalah mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi para pelaku.Hambatan yang dihadapi pelaku kejahatan dalam melacak korban kejahatan pornografi anak antara lain:

a. Kurangnya minat pada anak-anak;

b. Gaya hidup materialistis;

c. Kesadaran hukum para pelaku masih sangat rendah;

d. Disfungsi seksual.

3. Kendala dari penegakan hukum

Dalam penegakan undang-undang kejahatan dunia maya terkait pornografi anak, Polda Surabaya juga harus bisa mengatasi kendala penegakan hukum.

Hambatan yang dihadapi aparat penegak hukum dalam menyelesaikan kasus pidana terkait pornografi anak korban di Internet:

a. Jumlah polisi

b. Kemampuan masing-masing petugas polisi;

c. Peralatan dan infrastruktur polisi untuk terbatas;

(9)

d. Memakan waktu yang lama selama proses penyidikan;

e. Keberadaan korban yang masih anak belum dewasa;

f. Keberadaan pelaku yang tidak koperatif;

g. Kurangnya kesadaran lingkungan sekitar dalam memahami kasus tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban;

h. Memerlukan biaya yang besar selama proses penyidikan.

Dalam hal ini substansi hukum pidana perlunya pembaruhan substansial Pasalnya, Polrestabes Surabaya tidak memiliki undang-undang yang melindungi anak dari kejahatan pornografi internet terhadap anak. Kelemahan pertama dari penerapan undang-undang dan peraturan adalah kurangnya usia minimum untuk penggunaan internet dan media sosial.

Oleh karena itu, harus ada batasan usia minimum yang boleh digunakan oleh anak-anak, dan batasan usia ini tunduk pada undang-undang atau peraturan lainnya. Lembaga penegak hukum di negara lain merupakan alasan penting untuk memberlakukan pembatasan minimum pada eksploitasi anak di Internet dan media sosial.

Masalah kejahatan pornografi internet tidak dapat diselesaikan oleh satu lembaga negara. Dewan kota sangat membutuhkan koordinasi antarlembaga.

Koordinasi dan kerjasama yang akan dibangun juga harus melibatkan masyarakat. Pendidikan, pelatihan dan penyadaran harus diberikan kepada semua pihak dan lembaga. Yang terpenting, bagaimanapun, adalah membuat publik sadar bahwa mereka memiliki keberanian yang cukup untuk melaporkan dan memberi tahu pemangku kepentingan jika mereka yakin bahwa seorang anak adalah korban kejahatan.

Pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya sampai saat ini belum bekerja sama dengan KEMENKOMINFO untuk melakukan pemblokiran situs-situs tersebut.

Sehingga selama ini adanya kasus tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak telah bekerjasama dengan Unit Cybercrime di wialayah Kepolisian Polrestabes Surabaya untuk menangani perkara tersebut dan pemblokiran situs-situs cyberpornografi anak.

Pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak sampai saat ini masih terbatasnya sarana dan prasarana dalam menangani tindak pidana cyberpornografi anak sehingga meminta bekerjasama dengan Unit Cybercrime guna untuk menangani kasus-kasus tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.

Untuk sarana prasana di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak hanya mengandalkan bukti dari korban dan pelaku dengan cara manual dalam menangani perkara tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban. Sangat kesulitan apabila bukti dari pelaku telah di hapus membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses penyidikan. Dalam hal ini pihak Unit Cybercrime

(10)

membantu Unit Perlindungan Perempuan dan Anak dalam menangani perkara cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya.

Unit Cybercrime di Polrestabes Surabaya mempunyai alat canggih guna memblokir situs-situs pornografi anak antara lain :

1. Mesin sensor internet, mesin ini yang dilengkapi dengan sistem algoritme untuk mendeteksi konten negatif dilakukan pemblokiran secara otomatis.

2. Celebrite Ufed Touch, perangkat digital buatan Inggris itu dapat mengakses semua aktivitas ponsel bahkan histori yang sudah dihapus di dalam Handphone tersebut.

D. Upaya penegakan hukum menangani tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya

Polisi dan semua lembaga penegak hukum yang menangani kasus tersebut harus secara aktif mengidentifikasi pelaku atau jaringan yang terkait dengan pornografi Internet dan kejahatan lainnya dengan menetapkan aturan seketat mungkin. Penangkapan pelaku tindak pidana dapat merangsang opini publik untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, sehingga mereka tidak menjadi pelaku tindak pidana, tetapi dapat ikut serta dalam tindakan preventif.Dalam upaya penegakan hukum oleh Kepolisian Polrestabes Surabaya yang menangani tindak pidana Cyberpornografi anak sebagai korban adalah sebagai berikut :

1. Korban

Korban merupakan aspek penting karena mereka akan mengungkap kasus kriminal yang sebenarnya atau apa yang mereka alami, sehingga membuat mereka lebih peka terhadap peristiwa yang dialaminya. Oleh karena itu, kami berharap dapat menyelesaikan kejahatan dunia maya terkait pornografi anak yang dilakukan oleh para korban berikut ini:

a. Lebih peka terhadap peristiwa kejadian yang dialami;

b. Memahami kedudukan dan peran sebagai anak;

c. Tidak mempunyai rasa takut dari diri korban terhadap pelaku;

d. Lebih berani dan tanggap dalam kesadaran peristiwa hukum yang dialami.

2. Pelaku

Pelaku adalah pihak yang merugikan korban yang dapat mampu mempertanggungjawabkan pebuatannya. Pertanggungjawabkan tersebut adanya rasa penyesalan dalam perbuatannya, sehingga dapat memudahkan pihak penegakan hukum. Dalam upaya penegakan hukum tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban, dari pihak pelaku antara lain:

a. Lebih perduli dan peka terhadap anak;

b. Dapat mampu menahan nafsu birahi;

c. Dapat mengatasi keterbatasan perekonomiannya;

d. Pelaku meningkatkan kesadaran hukum;

e. Berobat ke dokter untuk memantau kelainan seksual yang dialami.

3. Penegakan hukum

(11)

Upaya penegakan hukum menangani tindak pidana cyberpornografi terhadap anak, dari pihak kepolisian sebagai berikut:

a. Menambah jumlah personil kepolisian

b. Meningkatkan kemampuan setiap personil kepolisian;

c. Meningkatkan sarana dan prasarana kepolisian untuk menindaklanjuti kasus pidana;

d. Keberadaan korban anak adanya pendampingan selama proses hukum yang berlangsung;

e. Meningkatan kesadaran dan mendisiplinkan pelaku selama proses hukum yang berlansung;

f. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memahami kasus tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban.

Investigasi terhadap kejahatan pornografi Internet sedang berlangsung.

Pertama-tama, Pasal 25 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 terkait materi pornografi yang digunakan untuk keperluan investigasi, penyidik memiliki hak untuk mengakses, memeriksa, dan menyalin data elektronik yang disimpan dalam file komputer, internet, media optik, dan bentuk lain untuk menyimpan dan berbagi data elektronik. Peneliti dan pemilik data. Jika penyelenggara atau operator menyediakan dan membuka data elektronik, penyelenggara jasa elektronik berhak mendapatkan konfirmasi atau persetujuan pemberian data elektronik dari peneliti..

Kedua, Pasal 26 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Untuk konten pornografi, penyidik akan mengedit laporan aktivitas kemudian mengirimkan sub-laporan tersebut ke pemilik data, gudang data, atau penyedia layanan pesan yang memperoleh data tersebut.

Ketiga, Pasal 27 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Jika itu adalah konten pornografi, informasi rinci dari kasus tersebut akan dimasukkan dalam file kontrol yang dilampirkan pada file kasus dan dapat dihancurkan atau dihapus.

Selama proses pemeriksaan, jaksa dan pejabat di semua tingkatan harus benar-benar menjamin kerahasiaan sumpah, terlepas dari apakah konten dan informasi yang terkandung dalam data elektronik tersebut dimusnahkan atau dihapus.

Pihak Unit Perlindungan Perempuan dan Anak di wiliayah Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya telah melakukan upaya pencegahan (preventif) dan penanggulangan (represif) antara lain :

1. Upaya pencegehan (preventif) antara lain :

a. Melaksanakan pratoli siber di media internet dan media sosial yang berkaitan dengan tindak pidana cyberpornografi;

b. Melaksanakan sosialisasi mengenai bahayanya tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban untuk masyarakat terutama anak;

c. Pendidikan seks dalam keluarga.

(12)

2. Upaya penanggulangan (represif) antara lain:

a. Melakukan konseling bagi anak yang mengalami tindak pidana cyberpornografi;

b. Polisi secara aktif menegakkan hukum dengan menyelidiki dan menyelidiki perkara pidana cyberpornografi sesuai undang-undang yang berlaku.

c. Melakukan penindakan terhadap pelaku sesuai aturan hukum yang berlaku

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban dan upaya penegakan hukum tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban di wilayah Polrestabes Surabaya telah semaksimal mungkin dalam menangani suatu perkara dan situs-situs internet di blokir. Namun pihak kepolisian Polrestabes Surabaya terbatasnya sarana prasana untuk menangani suatu perkara tindak pidana cyberpornografi anak sebagai korban dan kurang sosialisasi kepada masyarakat tentang bahayanya cyberpornografi bagi masyarakat terutama anak.

(13)

BIBLIOGRAFI

Adam, C. (2013). Tindak Pidana Pornografi: Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum Mengenai Tegaknya Tatanan Kehidupan Akhlak Dan Moral Kesusilaan Yang Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa Dan Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Malang: Bayumedia Publishing.

Adam, C. (2016). Tindak Pidana Pornografi. Jakarta: Sinar Grafika.

Agus, R. (2002). Cyber Crime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Ali, Z. (2009). Metode penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Andi, H. (1992). Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer. Jakarta: Sinar Grafika.

Sajipto, R. (2009). Penegakan Hukum. Yogyakarta: Genta Publishing.

Soroz, D. (2019). Pengaruh Penelitian Kemasyarakatan Terhadap Putusan Pengadilan Perkara Anak. Literacy: Jurnal Ilmiah Sosial, 1(2), 82–93.

Tobing, N. T. L. (2019). Community Based Correction: Metode Alternatif Mengatasi Overcrowded. Literacy: Jurnal Ilmiah Sosial, 1(1), 41–51.

Wilsa. (2011). Kajian Kriminalogi Mengenai Pornografi Pada Internet. Jurnal Samudra Keadilan, 10(2).

Referensi

Dokumen terkait

Dan jika pendekatan antropologis dilakukan dalam studi Islam dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami Islam dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh

Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Internasional Komunis di Moskwa Pada tahun 1925 beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali

Gresik Cipta Sejahtera merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufacturing yang dimana perusaan ini membutuhkan suatu Sistem desentralisasi yang

Tempat bongkar muat barang di DAOP III Cirebon, DAOP IV Semarang, DAOP V Purwokerto, DAOP VI Yogyakarta, DAOP VIII Surabaya dan DIVRE I Medan sebagai lahan

Kondisi sampah disekitar lingkungan responden meliputi banyaknya sampah yang berserakan, banyaknya lalat di sekitar tumpukan sampah, banyaknya tikus berkeliaran, banyaknya

Elastisitas penawaran output (jagung) baik di Provinsi Jawa Timur maupun di Jawa Barat terhadap perubahan harga sendiri adalah elastis, sedangkan terhadap perubahan harga

Optimalisasi zigzag scan dengan metode pemetaan telah berhasil dikembangkan yaitu mampu meningkatkan waktu proses pengurutan koefisien-koefisien

Pada kegiatan inti pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai soal-soal bersangkutan dengan longsor. Dari teks bacaan