• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK

MENGEMBANGKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA

BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V, dan VI Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Rina Anur Sari

0901191

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Mengembangkan Harga Diri (

Self Esteem

)

Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

(

Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V, dan VI Tahun Ajaran

2013/2014

)

Oleh Rina Anur Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rina Anur Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

RINA ANUR SARI

NIM. 0901191

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI- SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN SELF ESTEEM SISWA BERSTATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

(Studi Deskriptif terhadap Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V,dan VI Tahun Ajaran 2013/2014)

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd NIP. 19590110 1984032001

Pembimbing II

Dr. Ipah Saripah, M.Pd. NIP. 19771014 2001122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

(4)

Rina Anur Sari. (2014). Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Self

Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Studi Deskriptif terhadap Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Kelas IV,V,VI Tahun Ajaran 2013/2014)

Penelitian dilatarbelakangi oleh kecenderungan self esteem rendah pada siswa xberstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014 yang ditunjukkan melalui sikap menarik diri, panampilan fisik yang kurang terawat, sikap agresif dan sebagainya. Penelitian bertujuan merumuskan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode deskriptif. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV,V,dan VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket karakterstik self esteem yang dikembangkan oleh Coopersmith. Hasil penelitian menunjukkan 1) self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah berada pada kategori sedang; 2) diperoleh rancangan hipotetik program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa yang layak menurut pakar dan praktisi. Rekomendasi penelitian ditujukan bagi: 1)

wali kelas dan guru mata pelajaran, diharapkan mampu mengintegrasikan program bimbingan pribadi sosial pada proses belajar mengajar; 2) peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji cobakan program untuk mengetahui efektivitas program tersebut.

(5)

ABSTRACT

Rina Anur Sari. (2014). Social Self-Guidance Program to Develop Student Self Esteem with Low Social-Economy Status (Descriptive Study in Student with Low Social-Economy Status at Keduanan 2 Primary School Cirebon Class IV, V, and VI Learned Years 2013/2014)

The background of this research is inclined of lowness self esteem in student with low social-economy status at Keduanan 2 primary school learned years 2013/2014 which showed by self-draw out attitude, physical appearance that sleazy, aggressive attitude and etc. Purpose of this research is to formulate social self-guidance to develop student self esteem with low social-economy status. Phenomenological that used is quantitative phenomenological with descriptive method. Sample of this research is student in class IV, V, and VI at Keduanan 2 primary school Cirebon learned years 2013/2014. Instrument which used in this research is characteristic questionnaire self esteem that developed by Coopersmith. The result of this research shows: 1) self esteem of student with low social-economy status is in the average category; 2) obtained hypothetic plan for social self-guidance to develop student self esteem that proper followed by expert and practitioner. Recommendation of this research is addressed for: 1) homeroom teacher and teachers, hoped can be able to integrate social self-guidance in study activity; 2) next researcher, hoped can be able to test-drive in understand effectiveness of this program.

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah……… 7

C. Tujuan Penelitian……… 8

D. Manfaat Penelitian……….. 8

E. Struktur Organisasi 9 BAB II KONSEP DASAR HARGA DIRI (SELF ESTEEM) SISWA DAN PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL A. Karakteristik dan Tugas Perkembangan Siswa Sekolah Dasar……… 10

B. Konsep Dasar Harga Diri (Self Esteem)……….. 12

C. Konsep Status Sosial Ekonomi……… 23

D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial di Sekolah Dasar……. 29

E. Penelitian Terdahulu………. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian………. 39

B. Lokasi dan Populasi……… 40

C.Sampel………. 40

D. Desain Penelitian………. 41

E. Definisi Operasional Variabel……….. 42

F. Instrumen Penelitian………. 44

G. Teknik Pengumpulan Data………... 48

H. Uji Validitas dan Reliabilitas……… 49

I. Teknik Analisis Data……… 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 57

B. Pembahasan……….. 85

C. Keterbatasan Penelitian……… 95

(7)

A.Kesimpulan………... 96

B. Rekomendasi……… 96

DAFTAR PUSTAKA………. 98

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Statistik Komponen IPM Kabupaten Cirebon Tahun

2010-2012……… 29

3.1 Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian……… 40

3.2 Kisi-kisi Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Sebelum Judgement)………... 45

3.3 Kisi-kisi Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Setelah Judgement)………. 46

3.4 Ketentuan Pemberian Skor Alat Pengungkap Self Esteem Siswa……….. 48

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah……….. 50

3.6 Tabel Interpretasi Nilai r……… 51

3.7 Interval Kategori Profil Self Esteem Siswa……… 53

3.8 Format Judgement Program………... 56

4.1 Rekapitulasi Kategori Self Esteem Siswa Kelas Atas (IV,V,VI) SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014………... 57

4.2 Ketercapaian Aspek Self Esteem……… 58

4.3 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kekuasaan…... 58

4.4 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Keberartian…………. 59

4.5 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kebajikan……… 59

4.6 Rekapitulasi Kategori Self Esteem pada Aspek Kompetensi…………. 60

4.7 Rekapitulasi Kategori Indikator Aspek Kekuasaan…………... 61

4.8 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kekuasaan………. 61

4.9 Rekapitulasi Kategori Indikator pada Aspek Keberartian………. 62

4.10 Ketercapaian Indikator pada Aspek Keberartian………... 62

4.11 Rekapitulasi Kategori Aspek Kebajikan……… 63

4.12 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kebajikan………... 64

4.13 Rekapitulasi Kategori Aspek Kompetensi………... 64

4.14 Ketercapaian Indikator pada Aspek Kompetensi………... 65

4.15 Rekapitulasi Hasil Penimbangan Program………. 68

(9)

4.17 Deskripsi Kebutuhan berdasarkan Ketercapaian Aspek Self

Esteem……… 75

4.18 Rencana Operasional………... 80

4.19 Pengembangan Tema………... 83

4.20 Pedoman Observasi……… 84

4.21 Pedoman Wawancara………... 84

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sebagai mahluk sosial sama halnya dengan orang dewasa, membutuhkan

orang lain untuk membantu dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Pada dasarnya anak merupakan individu yang membutuhkan bantuan orang lain

dalam mencapai aspek perkembangannya. John Locke (Nuryati, 2008:3) menyatakan

bahwa ketika bayi dilahirkan kondisinya tabula rasa atau seperti kertas kosong yang

bersih. Pikiran anak merupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar. Oleh

karena itu, anak memerlukan bimbingan orang dewasa dalam pengembangan dan

pencapaian segala aspek dalam kehidupannya, baik aspek pribadi maupun sosial.

Peran pendidikan sangat penting untuk anak, karena melalui pendidikan anak akan

belajar mengenal dirinya, lingkungan sekitar, mengembangkan potensi yang dimiliki

dan sebagainya.

Pendidikan merupakan sebuah proses berkesinambungan yang sangat

menentukan masa depan seseorang. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang

mengintegrasikan tiga komponen utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif

dan kepemimpinan, bidang instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan

konseling (Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan

Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2008: 193). Pencapaian perkembangan

yang optimal tidak hanya memerlukan bimbingan akademik saja, melainkan siswa

perlu bimbingan dalam hal pribadi, sosial dan karir. Proses pendidikan dapat

diperoleh melalui proses belajar. Kegiatan belajar setiap individu dapat berlangsung

sepanjang hayat, baik di rumah, di sekolah, di sekitar lingkungan tempat tinggal, dan

berdasarkan sebuah pengalaman yang telah dialaminya. Sekolah merupakan tempat

(12)

muncul dalam lingkup keluarga, dan guru pertama seorang anak adalah orang tuanya.

Adapun sekolah pun memiliki peranan yang penting sebagai tempat berlangsungnya

pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Hadiani (Syabibah, 2012:1), “Sekolah

merupakan wahana sosialisasi yang dapat dilihat dalam suatu kebudayaan dan

memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu sepanjang rentang

kehidupannya”, sehingga apa yang diperoleh individu di sekolahnya akan

memberikan pengaruh bagi perkembangan dalam berbagai aspek kehidupannya”.

Melalui pendidikan individu dapat melakukan hal-hal yang diinginkan, baik

positif ataupun negatif bergantung cara individu memahami yang akan dilakukannya.

Pendidikan dapat pula berpengaruh terhadap status sosial ekonomi seseorang. Pada

era modern seperti sekarang, masyarakat di Indonesia masih sangat bervariasi dalam

status sosial ekonomi. Terdapat yang berstatus sosial ekonomi atas, menengah dan

rendah. Status sosial ekonomi merupakan pengelompokkan manusia dengan berbagai

karakteristik pekerjaan, pendidikan, dan ekonomi yang sama (Santrock, 2007:14)

Anak dengan status sosial ekonomi apapun layak untuk mendapatkan

pendidikan. Namun tidak jarang justru yang ditemui anak dari kalangan ekonomi

rendah sedikit yang bisa mengenyam dunia pendidikan. Idealnya pendidikan dapat

dirasakan oleh semua kalangan karena pendidikan sebagai salah satu gerbang menuju

sebuah kesuksesan. Orang tua pada kelompok sosio ekonomi yang berbeda cenderung

berpikir berbeda tentang masalah pendidikan (Huff,Laursen & Tadrif, 2002;

Magnuson & Duncan, 2002). Orang tua berpendapatan menengah dan tinggi lebih

sering memikirkan pendidikan sebagai sesuatu yang harus di dorong oleh orang tua

dan guru. Sebaliknya, orang tua berpendapatan rendah lebih cenderung memandang

pendidikan sebagai tugas guru. Oleh karena itu, sistem keterkaitan sekolah-keluarga

dapat memberikan keuntungan kepada siswa dari keluarga berpendapatan rendah.

(13)

3

Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010, pada 2011 penduduk Indonesia

diperkirakan mencapai 243,8 juta jiwa, dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah

anak-anak usia 0-17 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2011 anak usia

5-17 tahun yang berstatus sekolah sebesar 80,29 persen. Dan ternyata pada kelompok

usia tersebut terdapat 7,36 persen yang tidak bersekolah lagi dan yang belum pernah

sekolah sebesar 12,35 persen. Meskipun persentase anak usia sekolah yang masih

bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga harus ditingkatkan

demi terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di

masa mendatang. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan terbatasnya akses

pendidikan berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga kurang mampu dan di

masyarakat terpencil. Dampaknya dapat terlihat dari semakin meningkatnya

kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang bermasalah dengan hukum, eksploitasi (termasuk

trafficking), dan diskriminasi terhadap anak. (Profil Anak Indonesia, 2012)

Data Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada

Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang

(0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar

30,02 juta orang (12,49 persen). Selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk

miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang (dari 11,05 juta orang

pada Maret 2011 menjadi 10,65 juta orang pada Maret 2012), sementara di daerah

perdesaan berkurang 487 ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi

18,48 juta orang pada Maret 2012). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan

pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret

2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72

persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012. (BPS, 2013).

Keinginan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan sangat tinggi namun

terkadang karena faktor ekonomi maka mereka cenderung untuk meninggalkan

(14)

berasal dari kalangan menengah ke bawah cenderung minder untuk berinteraksi

dengan teman-temannya, penampilan fisik mereka yang terlihat kurang terurus,

menunjukkan perilaku yang kurang baik karena merasa ingin diakui diantara

teman-temannya, dan sebagainnya. Namun, terdapat juga anak yang berasal dari keluarga

menengah kebawah cenderung menunjukkan prestasi yang bagus di sekolah, karena

mereka memiliki motivasi untuk menjadi sukses di kemudian hari. Hal inilah yang

perlu menjadi perhatian para guru untuk terus mengembangkan dan memotivasi anak

untuk terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta mampu menghargai

dirinya walaupun mereka berasal dari keluarga menengan kebawah, karena

kesuksesan berlaku untuk semua kalangan. Banyak orang sukses yang ternyata

mereka dulunya berasal dari keluarga menengah kebawah.

Self confidance dan self respect pada anak bisa dikembangkan atau tidak

dikembangkan oleh orang dewasa. Sebagaimana orang dewasa tersebut mampu

membimbing anak untuk menghormati, mencintai, menghargai, dan mendukung apa

yang ada pada dirinya. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan anak sejak dini

adalah harga diri (self esteem) karena harga diri (self esteem) merupakan evaluasi

individu yang dibuat dan dijadikan kebiasaan dalam memandang dirinya. Self Esteem

diperlihatkan melalui sikap menerima dan menolak, yang mengidentifikasi besarnya

kepercayaan diri atas kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan.

(Coopersmith, 1967:90). Melalui harga diri individu dapat memandang dirinya secara

positif ataupun negatif. Ketika individu memiliki self esteem yang tinggi, berarti

individu tersebut mampu menghargai potensi yang telah dimilikinya, namun

sebaliknya individu yang memiliki self esteem rendah, akan cenderung memandang

dirinya kurang berharga, merasa tidak memiliki potensi, dan cenderung menarik diri

dari lingkungan sekitar. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi harga diri

individu, salah satunya adalah status sosial ekonomi keluarga. Coopersmith (1967:82)

(15)

5

cenderung memiliki harga diri yang tinggi pula, sedangkan individu yang berasal dari

kelas sosial ekonomi rendah cenderung memiliki harga diri yang rendah pula.

Swanson (Huraerah, 2006) mengungkapkan lingkungan yang mendukung

(environmental support) sangat menentukan perkembangan seorang anak.

Environmental support termasuk ke dalamnya adalah perlakuan yang diterima anak

baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar tempat tinggal. Apabila perlakuan yang

diterima seorang anak dari keluarga dan lingkungan sekitar mampu memenuhi

kebutuhan dasar anak, maka anak akan tumbuh dan berkembang secara normal.

Segala tekanan yang didapatkan anak karena kondisi ekonominya yang rendah akan

membuat anak merasa dirinya tidak berharga. Apabila anak kurang dapat menerima

yang ada dalam dirinya maka dia akan cenderung menarik diri dan enggan untuk

berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, selain itu ada yang cenderung berperilaku

kurang baik karena ingin mendapatkan perhatian dan ingin diakui oleh lingkungan

sekelilingnya, hal ini yang membuat anak memiliki harga diri yang rendah.

Status sosial ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan self-esteem yang

rendah pula karena adanya evaluasi negatif dari diri mereka, terbukti dari hasil

penelitian yang menyebutkan tema-tema harga diri anak jalanan yang berupa

penyesalan menjadi anak jalanan, menilai diri negatif, dan sikap marah terhadap

penilaian masyarakat. Hal ini tentu akan mempengaruhi kelancaran proses belajar

mengajar khususnya di sekolah.(Nasution dan Nashori). Selain itu juga menurut

Singer (2003) menyatakan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah,

cenderung memiliki harga diri rendah dan terkait dengan masalah-masalah kesehatan

mental. Depresi, frustrasi dan kemarahan merupakan bentuk konsekuensi terhadap

kesehatan mental dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan.

Pentingnya harga diri (self esteem) pada individu dipaparkan pada buku

Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling di

(16)

fokus pada layanan bimbingan dan konseling adalah terkait Self Esteem. Dapat

disimpulkan bahwa self esteem sangat penting dimiliki oleh individu. Pengembangan

self esteem perlu dimulai sejak dini agar ketika individu menginjak usia remaja

kemudian dewasa sudah terbentuk self esteem yang positif pada individu. Harter

(Papalia,Diane E.,et.al, 2008:371) menyatakan harga diri pada usia prasekolah cenderung bersifat semu atau tidak sama sekali : “Saya baik atau Saya Jelek”. Baru pada masa kanak-kanak tengah evaluasi personal terhadap kompetensi dan kecukupan

(yang didasarkan pada internalisasi standar pengasuhan dan masyarakat) menjadi

kritis dalam bentuk mempertahankan perasaan akan nilai-nilai yang ada.

Dalam dunia pendidikan, dibutuhkan peran bimbingan dan konseling.

Keberadaan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan bukan sekedar

tuntutan dari pemerintah, namun dalam sekolah harus adanya guru bimbingan dan

konseling untuk membantu mengembangkan individu dalam mencapai tugas-tugas

perkembangannya dengan optimal. Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di

sekolah memiliki peranan penting dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar

mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan mampu

mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Program layanan bimbingan dan konseling dapat menjadi salah satu alternatif

untuk mengembangkan harga diri (self esteem) khususnya pada anak yang berlatar

belakang status sosial ekonomi rendah. Layanan bimbingan berupa bimbingan

klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, konseling kelompok dan

perencanaan individual. Anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi

rendah perlu menghargai dirinya dan mampu menunjukkan pada orang lain walaupun

mereka berasal dari keluarga berstatus sosial ekonomi rendah namun mereka

memiliki potensi dan layak mendapatkan kesuksesan melalui pendidikan seperti

(17)

7

Gejala-gejala siswa yang menunjukkan kecenderungan self esteem rendah

ditemukan di SDN 2 Keduanan Cirebon. Gejala ini ditemukan berdasarkan hasil

pengamatan dan wawancara dengan pihak sekolah, dalam hal ini adalah kepala

sekolah, wali kelas, dan guru mata pelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari

pihak sekolah dengan menggunakan studi dokumentasi jumlah seluruh siswa di

sekolah tersebut 163 siswa. Sedangkan dilihat dari status sosial ekonominya, 20%

berada pada menengah keatas, 35% menengah, dan 45% berada pada menengah

kebawah. Artinya secara umum siswa sekolah tersebut berada pada kateori kelas

status sosial ekonomi rendah.

Gejala yang muncul pada siswa cukup bervariasi, terdapat anak yang selalu

mencari perhatian dari orang lain dengan cara berbuat jahil pada teman-temannya,

ada pula yang cenderung menarik diri dengan teman-temannya, sulit ketika harus

maju kedepan kelas untuk menjawab pertanyaan atau sekedar mengemukakan

pendapat. Selain terlihat dari perilaku nampak juga dari penampilan fisik anak.

misalnya pakaiannya yang kurang rapi, rambut yang kurang terurus. Dari hasil

temuan di lapangan, maka penelitian akan dilakukan guna mengungkap bagaimana

harga diri siswa yang berstatus sosial ekonomi rendah, yang selanjutnya akan

menghasilkan sebuah program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan

harga diri siswa dengan status sosial ekonomi rendah. Di karenakan tidak semua

Sekolah Dasar memiliki guru Bimbingan dan Konseling yang khusus, sehingga

rancangan program pribadi-sosial untuk mengembangkan harga diri pun dapat di

integrasikan oleh wali kelas ataupun guru mata pelajaran ketika mengajar dan

mendidik siswa-siswinya.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Faktor sosial ekonomi sangat memengaruhi siswa ketika berinteraksi dengan

(18)

menghargai dirinya sehingga terbentuknya harga diri yang rendah terhadap dirinya.

Untuk itu perlu adanya pengembangan harga diri untuk siswa dengan status sosial

ekonomi rendah agar mereka memiliki harga diri yang tinggi.

Secara umum permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam pertanyaan

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana program bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan harga diri (self esteem) pada siswa berstatus sosial ekonomi rendah?”

Secara khusus dapat pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran harga diri (self esteem) siswa Kelas IV,V, dan VI SDN 2

Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana rancangan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan

harga diri (self esteem) pada siswa Kelas IV, V , dan VI berstatus sosial ekonomi

rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah merancang program bimbingan

pribadi-sosial yang sesuai untuk mengembangkan harga diri (self esteem) siswa Kelas IV,V,

dan VI berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran

2013/2014. Secara khusus, tujuan penelitian adalah :

1. memperoleh gambaran umum empirik mengenai harga diri (self esteem) siswa

kelas IV,V, dan VI SDN 2 Keduanan Cirebon; dan

2. mendeskripsikan rancangan program layanan bimbingan pribadi-sosial untuk

meningkatkan harga diri (self esteem) pada siswa kelas IV, V, dan IV berstatus

sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

(19)

9

Penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu psikologi

anak dan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya yang berkaitan dengan kajian

teoretis mengenai self esteem pada anak yang berstatus sosial ekonomi rendah, dan

intervensinya melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self

esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah pada anak usia sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi wali kelas dan guru mata pelajaran, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

pedoman bagi wali kelas dan guru mata pelajaran untuk mengembangkan harga

diri siswa melalui bimbingan yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran di

kelas. Ataupun melalui sikap dan perilaku yang ditampilkan.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian dapat dijadikan bahan acuan peneliti

berikutnya untuk lebih mendalami mengenai self esteem.

E. Struktur Organisasi

Penelitian terdiri dari lima Bab. Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan struktur organisasi. Bab II berisi kajian pustaka tentang Self Esteem, Karakteristik

Siswa Sekolah Dasar, Konsep Status Sosial Ekonomi dan Program Bimbingan dan

Konseling, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III berisi metodologi

penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/sampel, desain penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan.

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

yakni pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan

untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Penelitian kuantitatif lebih

menekankan pada aspek perhitungan. Pendekatan kuatitatif digunakan untuk

mengetahui gambaran self esteem siswa SDN 2 Keduanan Cirebon. Selanjutnya,

hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif bertujuan sebagai need

assessment layanan bimbingan yang dibutuhkan oleh siswa dalam rangka

pengembangan self esteem.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan,

peristiwa, objek baik orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel

yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata. (Setyosari; 2009:33). Penelitian

deskriptif melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis

dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami

dan disimpulkan (Azwar, 2012:7). Metode deskriptif dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menjelaskan kondisi objektif mengenai self esteem siswa SDN

2 Keduanan Cirebon kelas IV, V, dan VI Tahun Ajaran 2013/2014. Selanjutnya

setelah didapatkan deskripsi mengenai self esteem siswa, hasil tersebut dijadikan

sebagai dasar untuk pembuatan program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan harga diri siswa. Hasil akhir penelitian adalah tersusunnya program

(21)

40

ekonomi rendah yang secara hipotetik layak menurut pakar dan praktisi Bimbingan

dan Konseling.

B. Lokasi dan Populasi

Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Keduanan Cirebon, yang beralamatkan di

Jl.Kopi Desa Keduanan Kec.Depok Kab.Cirebon. Alasan pemilihan lokasi karena

sebagian besar siswa di sekolah tersebut berstatus sosial ekonomi rendah dan

berdasarkan studi pendahuluan didapatkan gejala kecenderungan siswa memiliki

harga diri yang rendah.

Dalam penelitian kuantitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2011:215). Menurut Azwar (2012:77), populasi didefinisikan sebagai

kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi

penelitian adalah seluruh siswa SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014

yang berjumlah 163 siswa.

C. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Adapun sampel dari penelitian ini adalah siswa SDN 2 Keduanan

Cirebon kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014. Berikut dipaparkan

rekapitulasi jumlah sampel pada Tabel 3.1

Tabel 3.1

Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian

(22)

No Kelas Jumlah

1 IV 24 siswa

2 V 36 siswa

3 VI 20 siswa

Tabel di atas menunjukkan rekapitulasi jumlah sampel penelitian, yaitu kelas IV

berjumlah 24 siswa, kelas V berjumlah 36 siswa, dan kelas VI berjumlah 20 siswa.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian ditampilkan pada bagan berikut.

Bagan 3.1

Data Objektif mengenai Self Esteem Siswa Berstatus Sosial Ekonomi Rendah

TAHAP 3 Pengembangan

Program

(23)

42

E. Definisi Operasional Variabel

1. Program bimbingan pribadi-sosial

Program bimbingan pribadi-sosial adalah proses layanan bantuan yang

diberikan oleh konselor/guru BK kepada siswa untuk mengembangkan aspek

pribadi-sosialnya, khususnya aspek harga diri (self esteem).

Definisi operasional variabel program bimbingan pribadi-sosial untuk

meningkatkan harga diri (self esteem) siswa berstatus sosial ekonomi rendah adalah

suatu rancangan kegiatan bimbingan dan konseling yang bersifat hipotetik, dirancang

oleh peneliti secara sistematis untuk membantu siswa mengembangkan self esteem

Kelas IV, V, VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014, dengan ruang

lingkup program meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Tujuan Program: Mengembangkan Self esteem siswa berstatus sosial ekonomi

rendah di SDN 2 Keduanan kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014

b. Materi layanan BK: Materi mengenai upaya-upaya untuk mengembangkan self

esteem pada siswa Sekolah Dasar (SD)

c. Sasaran program: Siswa berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan

kelas atas (IV, V, VI) Tahun Ajaran 2013/2014

(24)

d. Strategi Pelaksanaan Program: Bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal

Sistematika pengembangan program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian

ini merujuk pada buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikembangkan oleh

ABKIN. Adapun sistematika pengembangan program sebagai berikut. 1) Rasional; 2)

Deskripsi kebutuhan; 3) Tujuan program; 4) Komponen program; 5) Rencana

operasional; 6) Pengembangan tema/topik; 7) Pengembangan satuan layanan, dan6)

(25)

44

2. Harga Diri (self esteem)

Menurut Coopersmith (1967:90), harga diri merupakan evaluasi diri individu

yang dibuat dan dijadikan sebagai kebiasaan dalam memandang dirinya, yang

diperlihatkan melalui sikap menerima dan menolak, yang mengidentifikasi besarnya

kepercayaan diri terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan.

Secara singkat, harga diri (self esteem) adalah kemampuan mempercayai yang ada

pada diri individu sehingga menimbulkan sebuah keyakinan diri untuk dapat meraih

kesuksesan dan kebahagian dalam hidupnya.

Harga diri siswa berstatus sosial ekonomi rendah adalah kemampuan penilaian

diri siswa kelas VI, V, VI SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014

mengenai potensi yang dimilikinya berupa kekuasaan, keberartian, kebajikan, dan

kompetensi walaupun berada pada status sosial ekonomi rendah. Adapun

indikator-indikator dari aspek-aspek self esteem adalah sebagai berikut.

a. Kekuasaan (power), kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah

laku orang lain. Kemampuan ini ditandai oleh adanya pengakuan dan rasa hormat

yang diterima individu dari orang lain dan besarnya sumbangan dari pikiran atau

pendapat dan kebenarannya. Keberhasilan ini diukur oleh kemampuan untuk

mempengaruhi tindakannya dengan mengontrol perilaku sendiri dan

mempengaruhi orang lain. Kekuasaan muncul melalui pengakuan dan

penghargaan yang diterima oleh individu dari orang lain dan melalui kualitas

penilaian terhadap pendapat-pendapat dan hak-haknya.

Indikatornya sebagai berikut.

1) Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain

2) Pengakuan dan rasa hormat dari orang lain

(26)

Keberartian, yaitu adanya kepedulian, perhatian, dan kasih sayang yang diterima

individu dari orang lain. Dampak utama dari perlakuan dan kasih sayang adalah

menumbuhkan keberartian dalam diri. Semakin banyak orang yang menunjukkan

b. kasih sayangnya, semakin besar kemungkinan memiliki penilaian diri yang baik.

Indikatornya sebagai berikut.

1) Penerimaan diri

2) Penerimaan dari orang tua

3) Penerimaan dari teman

4) Popularitas diri

c. Kebajikan, yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika. Individu yang

menaati etika, moral, dan prinsip agama yang kemudian menginternalisasikannya

akan menampilkan penilaian diri yang lebih positif. Indikatornya sebagai berikut.

1) Taat pada etika moral di sekolah

2) Taat pada aturan/prinsip agama

3) Kepedulian terhadap orang lain

d. Kompetensi, kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai

dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dan

tuntutan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Indikatornya sebagai berikut.

1) Mampu melaksanakan tugas/kemampuan dengan baik

2) Mampu menghadapi situasi sosial

3) Mampu menyelesaikan masalahnya sendiri

4) Mampu mengambil keputusan sendiri

F. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

(27)

46

data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis pada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012:142). Angket pengungkap self esteem ini

berjumlah 50 item pernyataan dan disebarkan pada siswa kelas IV, V, VI di SDN 2

Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Penyusunan Instrumen penelitian

Instrumen yang dikembangkan dibuat dalam bentuk kisi-kisi instrumen

berdasarkan definisi operasional variabel yang kemudian dikembangkan dalam

bentuk angket tertutup untuk mengungkap self esteem pada siswa berstatus ekonomi

rendah. Adapun kisi-kisi instrument self esteem siswa berstatus sosial ekonomi

rendah yang jabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen Self Esteem Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Sebelum Judgement)

Aspek Indikator Nomor Item

( + ) ( - )

1. Kekuasaan (power) a. Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain

(28)

Aspek Indikator Nomor Item

Setelah instrumen disusun, kemudian dilakukan penimbangan instrument

(judgement). Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dosen Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan dan praktisi di sekolah. Penimbangan bertujuan untuk

mengetahui kelayakan instrumen dari segi bahasa, konten, dan konstruk. Hasil dari

penimbangan ahli disajikan pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi instrumen Self Esteem Siswa

Berstatus Sosial Ekonomi Rendah (Setelah Judgement)

(29)

48

Ket. No item yang berwarna merah adalah item-item yang di revisi.

3. Penyekoran Instrumen

Instrumen penelitian menggunakan skala Guttman. Melalui skala Guttman,

data yang diharapkan berada dalam ukuran yang jelas (tegas) dan konsisten terhadap

suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2011:139).

Instrumen yang dibuat berupa angket disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat, kemudian jawaban item pernyataan self esteem siswa dalam bentuk “YA” atau

“TIDAK”. Jawaban “Ya” untuk pernyataan yang sesuai dengan diri siswa sedangkan jawaban “Tidak” untuk pernyataan yang tidak sesuai dengan diri siswa.

Adapun untuk pemberian skor tergantung pada jawaban yang dipilih oleh

siswa. Pedoman pemberian skor pada angket dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

(30)

Bentuk Item Pola Skor

YA TIDAK

Positif 1 0

Negatif 0 1

Tabel di atas menggambarkan ketentuan pemberian skor angket pengungkap self

esteem. Apabila item pernyataan positif dan responden menjawab “Ya” maka skornya

satu, dan apabila menjawab “Tidak” maka skornya nol. Apabila pernyataan negatif

dan responden menjawab “Ya” maka skornya nol, dan apabila responden menjawab

“Tidak” maka skornya satu.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian menggunakan angket

tertutup, yaitu angket yang disajikan dengan sedemikian rupa sehingga responden

tinggal memberikan tanda centang pada kolom jawaban yang telah

disediakan. Teknik ini digunakan dengan pertimbangan untuk memudahkan

siswa menjawab penyataaan pada angket, karena sampelnya adalah siswa Sekolah

Dasar (SD). Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan penyebaran alat

pengumpul data berupa angket untuk mengetahui gambaran self esteem siswa kelas

IV,V,VI di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014. Pengumpulan data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengisian instrumen.

2. Mengecek kesiapan siswa untuk mengisi instrumen.

3. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan siswa untuk mengisi angket yang

telah disediakan.

(31)

50

identitas dan jawaban siswa.

H. Uji Validatas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

a. Uji validitas rasional

Uji validitas terdiri dari dua, yaitu uji validitas rasional dan uji validitas empiris.

Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen dilihat dari

segi bahasa, konten dan konstruk. Uji validitas rasional dilakukan oleh dosen ahli dan

praktisi dengan mempertimbangkan item instrumen tersebut memadai atau tidak

memadai. Tahap selanjutnya setelah penimbangan instrumen oleh dosen ahli

bimbingan dan konseling dan praktisi, dilakukan uji keterbacaan pada lima orang

siswa sekolah dasar kelas IV, V, dan VI untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap instrumen tersebut.

b. Uji validitas empiris

Uji validitas empiris berguna untuk mengetahui instrumen dapat digunakan untuk

mengukur apa yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012:121)

Pengujian instrumen menggunakan rumus Point Biserial Correlation. Secara lengkap

berikut rumus yang akan digunakan, adalah :

r pbis =

(Sudjana, 2001)

(32)

Mp = Rata-rata siswa yang menjawab benar

Mt = Rata-rata total

St = Standar Deviasi Total

p = Proporsi untuk siswa yang menjawab benar

q = 1 – p

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa 50 item pernyataan mengenai self esteem

siswa berstatus sosial ekonomi rendah terdapat 34 item pernyataan yang valid dan 16

item pernyataan yang tidak valid. (Hasil perhitungan validitas terlampir). Berikut

akan disajikan hasil validasi pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Hasil uji validitas instrumen self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah

Signifikansi No.Item Jumlah

Valid 1,2,4,5,6,10,11,12,15,17,18,19,20,22,24,25,27,29,30,31, 32,33,35,36,37,39,40,41,42,45,46,47,48,50

34

Tidak Valid 3,7,8,9,13,14,16,21,23,26,28,34,38,43,44,49 16

Jumlah 50

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif

tetap. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil

pengukuran yang relatif sama. Dalam pengujian ini digunakan Rumus KR.20 (Kuder

(33)

52

(Sudjana, 2001)

Keterangan :

r11= reliabilitas instrumen

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)

pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi tes

Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan klasifikasi rentang koefisien

reliabilitas disajikan pad Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Tabel Interpretasi Nilai r 3.

Besarnya nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen self esteem siswa dengan 34 item

pernyataan sebesar 0,768, artinya tingkat korelasi dan derajat instrumen self esteem

berada pada kategori tinggi. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada

(34)

I. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian menggunakan teknik persentase untuk memperoleh

gambaran mengenai aspek, dan indikator pada angket mengenai self esteem. Adapun

langkah-langkah analisis data untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah

adalah sebagai berikut.

1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai gambaran mengenai harga diri (self

esteem) siswa berstatus sosial ekonomi rendah, digunakan langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut.

a. Menghitung skor total responden

b. Mengkonversi skor responden menjadi skor baku

Keterangan :

x = skor responden yang hendak diubah menjadi skor T

x = rata-rata skor kelompok

s = standar deviasi skor kelompok

(Azwar, 2011:156)

c. Mengkonveksi skor baku menjadi skor matang

Keterangan :

Skor T = Skor matang yang dicari

50 = konstanta nilai tengah sebagi rata-rata

10 = konstanta standar deviasi z skor

(35)

54

(Azwar, 2011:109)

d. Mengelompokkan data menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus z skor dan

menkonveksi skor baku menjadi skor matang didapatkan pengelompokkan kategori

self esteem dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.

Adapun hasil dari kualifikasi kategori profil self esteem siswa sekolah dasar

terdapat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Interval Kategori Profil Self Esteem Siswa

Interval Jumlah siswa Kategori

X >= 50,9 46 Tinggi

X < 50,9 34 Rendah

Terdapat dua kategori pada profil self esteem siswa, yaitu tinggi dan rendah.

Coopersmith (1967: 249-250) mengungkapkan karekteristik dari masing-masing

kategori.

a. Self esteem tinggi

Individu yang memiliki self esteem tinggi, memiliki penerimaan dan

penghargaan diri yang positif. Karakteristiknya sebagai berikut.

1) Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik.

Berhasil dalam bidang akademik, terlebih dalam mengadakan hubungan

(36)

3) Dapat menerima kritikan dengan baik.

4) Percaya pada persepsi dan reaksi dirinya.

5) Tidak terpaku pada dirinya sendiri/hanya memikirkan kesulitannya sendiri.

6) Keyakinan dirinya tidak didasarkan atas fantasi, karena mempunyai

kemampuan, kecakapan dan kualiatas diri yang tinggi.

7) Tidak terpengaruh pada penilaian orang lain tentang kepribadiannya baik itu

yang positif maupun yang negatif.

8) Tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang jelas.

9) Lebih banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaan

sehingga tercipta tingkat kecemasan yang rendah dan memiliki pertahanan

yang seimbang.

b. Self esteem rendah

Gambaran individu yang memiliki self esteem rendah cenderung bertolak

belakang dengan individu yang memiliki self esteem tinggi. Karakteristiknya sebagai

berikut.

1) Memiliki perasaan inferiority.

2) Takut gagal dalam membina hubungan sosial.

3) Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi.

4) Merasa diasingkan dan tidak diperhatikan.

5) Kurang dapat mengekspresikan diri.

6) Sangat bergantung pada lingkungan.

7) Tidak konsisten.

8) Secara pasif akan mengikuti apa yang ada dilingkungan.

(37)

56

10) Mudah mengakui kesalahan.

2. Pertanyaan penelitian yang kedua adalah mendeskripsikan rancangan program

layanan bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan harga diri (self esteem)

pada siswa kelas IV, V, dan IV berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2

Keduanan Cirebon Tahun Ajaran 2013/2014, digunakan langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Menganalisis hasil gambaran self esteem siswa berstatus sosial ekonomi

rendah

b. Merancang program bimbingan pribadi sosial berdasarkan hasil need

assessment self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah. Bentuk

rancangan program bimbingan pribadi sosial sebagai berikut.

1) Rasional

2) Deskripsi Kebutuhan

3) Tujuan

4) Komponen Program

5) Rencana Operasional

6) Pengembanga tema/topik

7) Pengembangan Satuan Layanan

8) Evaluasi

9) Anggaran

c. Judgement program oleh pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling.

(38)

Tabel 3.9

Format Judgement Program

No Komponen Program Memadai Tidak Memadai Saran untuk Perbaikan

1. Rasional

2. Deskripsi kebutuhan

3. Tujuan

4. Kompetensi Pelaksana Program

5. Rencana Operasional

6. Pengembangan Satuan Layanan

7. Evaluasi

Bandung, Februari 2014

Penimbang

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai self esteem siswa

berstatus sosial ekonomi rendah di SDN 2 Keduanan Cirebon Tahun Ajaran

2013-2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Gambaran self esteem siswa berstatus sosial ekonomi rendah secara umum berada

pada kategori tinggi. Ini berarti siswa telah memiliki kemampuan untuk

memandang dirinya sebagai individu yang berharga, namun tetap membutuhkan

bimbingan untuk mempertahankannya.

2. Implikasi hasil penelitian mengungkapkan siswa berstatus sosial ekonomi rendah

memerlukan pengembangan self esteem melalui layanan bimbingan bimbingan

pribadi-sosial. Adapun komponen dari program bimbingan meliputi rasional,

deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rancangan operasional,

pengembangan tema, evaluasi dan tindak lanjut.

B. Rekomendasi

1. Wali Kelas dan Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian menunjukkan self esteem siswa kelas IV,V,VI SDN 2 Keduanan

Cirebon Tahun Ajaran 2013-2014 berada pada kategori sedang. Pengembangan self

esteem siswa diharapkan dapat dilakukan oleh wali kelas atau guru mata pelajaran

sebagai pembimbing dan pengajar di Sekolah Dasar. Program bimbingan dapat

diintegrasikan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Sebagai contoh kegiatan

bimbingan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, ketika guru

menjelaskan materi mengenai membaca. Guru dapat memberikan bahan bacaan

(40)

pengembangan self esteem siswa. Selain itu sikap dan perilaku wali kelas dan guru

harus menunjukkan penghargaan terhadap anak. Sebagai contoh, ketika kegiatan

belajar mengajar guru menghargai siswa yang mau bertanya, mengapresiasi ketika

siswa mau menjawab terlepas dari jawaban tersebut benar atau salah. Melalui hal-hal

tersebut secara tidak langsung membuat siswa mendapatkan penerimaan dari orang

lain dan penghargaan sehingga berpengaruh terhadap penilaian diri yang positif.

2. Peneliti Selanjutnya

Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

a. Program yang dirumuskan masih bersifat hipotetik, oleh karena itu

direkomendasikan bagi peneliti berikutnya untuk menguji keefektifan program

bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan self esteem siswa berstatus

sosial ekonomi rendah.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan

membedakan self esteem berdasarkan jenis kelamin, karakteristik orang tua,

ataupun ras dan kebangsaan.

c. Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk menambahkan instrumen

pengungkap self esteem seperti angket yang ditujukan pada orang tua, wawancara

dan sebagainya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat mengenai self esteem

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Alimandan. (1989). Status Sosial Ekonomi. Jakarta: Mitra Utama.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2012). Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta :Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. (online). Tersedia : http://www.bps.go.id/?news=940. [09 Juli 2013].

Branden, Nathaniel. (2007). (alih bahasa oleh Tim Redaksi Mitra Utama).Kiat Jitu

Meningkatkan Harga Diri. Jakarta : Delapratasa.

Branden, Nathaniel. (1988). How To Raise Your Self Esteem. New York : Batams Books.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco : Freeman and Company.

Defi, Mega Sari. (2010). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Harga Diri

(Self Esteem) Siswa Berprestasi Akademik Rendah. Skripsi PPB FIP UPI

Bandung. Tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor

dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi

Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) .Jakarta :

Erlangga.

(42)

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik.2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta : CV. Miftahur Rizky.

Muro, J.J., dan Kottman, T. (2005).Guidance and Counseling in the Elementary and

Middle Schools.A Practical Approach. Iowa. Bronan Bechmark Publisher.

Nasution. (2004). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Nasution dan Nashori. (2011). Harga Diri Anak Jalanan. Karya Ilmiah: UII

Nuryati, Lusi. (2008). Psikologi Anak. Jakarta : PT.Indeks.

Papalia,Diane E.,et.al. (2008). Alih Bahasa: A.K.Anwar. Human Development

(Psikologi Perkembangan). Jakarta :Kencana.

Purnama, Sidik. (2008). Profil Harga Diri (Self Esteem) Remaja Di Panti Asuhan. Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Rima, Sundari. (2008). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Self Esteem

Anak Jalanan. Skipsi PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa: Mila Rahmawati dan Anna Kuswan. Child

Development (Perkembangan Anak). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W.(2007). Alih Bahasa : Benedictine Widyasinta. Adolescence

(Remaja). Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. (1996). Alih Bahasa : Shinto B.Adelar dan Sherly Saragih.

Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga

Setyosari, A. (2009). Metode Penelitian dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sistha Hanani, Vania. (2012). Profil Kecerdasan Emosi Anak yang Berasal dari

Keluarga dengan Status Ekonomi Miskin di Barak Sosial Ampera Salatiga.

(43)

99

Siti Syabibah Nurul Amalia. (2013). Pengembangan Program Bimbingan dan

Konseling Pribadi-Sosial Berdasarkan Profil Harga Diri Peserta Didik. Skripsi

PPB FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Soetjiningsih.(2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Soerjono, Soekanto. (1989). Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta : PT Raja Grafindo.

STATDA Kab.Cirebon. (2013). Statistik Kabupaten Cirebon 2013. Badan Pusat Statistik Cirebon.

Subowo, E dan Martiarini. (2009). Hubungan Antara Harga Diri Remaja dengan

Motivasi Berprestasi pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan. Psikodinamika.

Vol.11, No.2, 20-30.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suherman, Uman. (2005). Karakteristik Siswa dan Bimbingan di SD. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Suparyanto. (2010). Konsep Dasar Status Ekonomi. online. Tersedia : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html. [08 Juli 2013].

Surya, M. (1988). Kesehatan Mental. Publikasi Jurusan PPB FIP IKIP Bandung.

Syamsu, Yusuf. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

(44)

Gambar

Tabel  2.1 Statistik Komponen IPM Kabupaten Cirebon Tahun 2010-
Gambar   Hal 2.1  13
Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian
Tabel di atas menunjukkan rekapitulasi jumlah sampel penelitian, yaitu kelas IV
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan informasi terhadap harga diri (Self Esteem) siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Selesai tahun

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan informasi terhadap harga diri (Self Esteem) siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Selesai tahun

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa tinggi tingkat kreativitas siswa kelas V dan VI SD

Eka Lestari*, Drs. H.Raja Arlizon**, Dra. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII Penentuan sampel menggunakan sampel total yang berarti seluruh populasi menjadi

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU MORAL SISWA DENGAN MODEL SIMBOLIK MELALUI FILM KARTUN ANIMASI (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas IV, V, dan VI

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENGEMBANGKAN PERILAKU ETIS BERBAHASA SANTUN (Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ciparay Tahun

Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Mengembangkan Perilaku Altruistik Peserta Didik (Studi Deskriptif tentang Perilaku Altruistik di MA Negeri 1 Kota Bandung Tahun

Menurut sugiyono 2017:8 Penelitian kuantitatif adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,