Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PendidikanNasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 (www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional), mendefinisikan pendidikan sebagai :
“suatuusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.”
Begitupun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan siswa agar bisa
menganalisis kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis dengan berbagai macam permasalahannya.
Menurut Sumaatmadja (dalam Sapriya. dkk. 2007. hlm. 6) IPS atau Social studies bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang sesuai. Jika dalam pembelajaran IPS strategi pembelajaran dan metode yang kurang tepat dan lebih bersifat asal-asalan juga dapat mengakibatkan siswa merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga akan menurunkan minat belajar siswa. Materi yang dirasa terlalu banyak juga dapat menyebabkan siswa malas untuk mempelajari materi tersebut.
Berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan pada tanggal 28 Januari 2015 tepatnya di SMP Negeri 19 Bandung, memiliki berbagai macam permasalahan, diantaranya:
1.Keterampilan sosial siswa kurang dalam hal etika berpakaian siswa masih banyak yang tidak rapi, etika berpendapat siswa kebanyak langsung saja berbicara tanpa dipersilahkan dahulu dan sopan santun dalam berbicara terlihat siswa masih ada yang berbicara kasar ketika temannya menjawab pertanyaan namun masih kurang tepat.
2.Ada beberapa siswa yang asyik sendiri tidak memperhatikan guru ketika
sedang menerangkan materi seperti mengobrol dengan teman
sebangkunya, asyik memainkan game di handphone miliknya dan ada beberapa siswa yang terlihat melamun memperhatikan orang yang berlalu lalang maupun kegiatan yang berada diluar kelas,
3.Ketika guru menerangkan juga terlihat beberapa siswa masih belum memahami konsep/istilah yang ada dalam pembelajaran IPS yang di terangkan oleh guru seperti kata troposfer, stratosfer, eksosfer, cuaca, iklim, artesis dan lain sebagainya dalam materi Atmosfer dan Hidrosfer.
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
ditanya mengenai karakteristik suatu daerah di sekelilingnya. Serta fenomena-fenomena yang terjadi di tiap daerah di Indonesia.
Namun, dari adanya permasalahan-permasalahan diatas, peneliti akan lebih terfokus untuk meneliti tentang siswa kurang memahami aspek keruangan yang dibuktikan oleh siswa yang tidak memahami letak suatu daerah dan ragu-ragu ketika menyebutkan letak suatu tempat pada peta Indonesia sertakurangnya pemahaman akan keadaan atau potensi yang ada di berbagai daerah dan bahkan daerahnya sendiri (kurang mengenali lingkungan sekitar), dan berbagai permasalahan tersebut dapat dicapai jika kemampuan pemahaman keruangan atau yang sering disebut kecerdasan spasial siswa dapat dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran. Masalah ini dianggap perlu diperbaiki karena dalam pembelajaran IPS siswa selalu dihadapkan dengan materi-materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, disuguhkan gambar-gambar kejadian tertentu yang mengilustrasikan sebuah konsep dengan kata lainsiswa dihadapkan secara langsung dengan lingkungan sekitarnya.Dengan adanya hal tersebut tentu diharapkan siswa mampu mengenali, memahami potensi dan karakter yang ada disekitarnya agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sendiri dan nantinya diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul di lingkungannya.
Dari permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam memahami keadaan lingkungannya atau memahami karakter suatu daerah dikarenakan siswakurang diasah dengan berbagai macam media penunjang yang mampu mengasah pemahaman akan aspek keruangan yang dalam hal ini disebut kecerdasan spasial. Selain itu, kurangnya kemampuan kecerdasan spasial siswa ini dapat juga terjadi karenasiswamerasa tidak tertarik dengan pembelajaran IPS tersebut, hal ini tidak lepas dariguru yangmengelola kelas tersebut dan bagaimana pembelajaran IPS dikemas dan disampaikan.
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
pembelajaran, pembelajarannya cenderung hafalan, pembelajarannya membuat siswa merasa mengantuk, dan pembelajarannya kurang menarik sehingga mereka kurang merespon dalam mengikuti pembelajaran IPS. Selain itu ketika ditanya mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kecerdasan spasial, siswa cenderung masih bingung dan mengaku belum memahami tentang membaca peta dan masih kesulitan mengingat simbol-simbol peta ditambah siswa juga mengaku masih merasa kurang dalam mengatahuiakan keadaan lingkungannya. Ketika ditanya hal mendasar mengenai letak sekolah berada dimana dan apa saja potensi daerah sekitar sekolah yang ada siswa mengaku belum begitu hafal.Dari hasil wawancara dengan siswa tadi dapat dikatakan bahwa memang benar kecerdasan spasial siswa masih kurang dan terlihat siswa juga tidak diasah kemampuannya dalam memahami aspek keruangan tersebut.Kemudian setelah melakukan wawancara terhadap siswa, peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru IPS. Mengenai kecerdasan spasial siswa guru mengakui bahwa siswa memang masih kurang dalam hal pemahaman dalam membaca dan memahami suatu gambar yang di berikan oleh guru, terkadang siswa menerjemahkannya kedalam hal lain melenceng dari materi yang diajarkan dan sering kali ketika dihadapkan kedalam materi yang menunjukan suatu wilayah siswa masih kurang memahami keadaan suatu tempat dan hal tersebut juga tergambar dalam materi sebelum peneliti melakukan pengamatan yaitu materi peta, atlas dan globe. Padahal guru mengakui bahwasanya beliau sudah menggunakan fasilitas sekolah yaitu dengan menggunakan infocus dalam pembelajarannya namun beliau mengakui kurangnya menekankan tentang pengetahuan akan lingkungan sekitar siswa atau aspek keruangan dan lebih menekankan materi yang diajarkan segera tuntas disampaikan kepada siswa. untuk menggunakan alat bantu tertentu atau menggunakan media yang spesifik dapat menggambarkan keadaan suatu tempat guru juga mengaku belum menggunakan hal tersebut, hal ini didasari karena terkadang dengan menggunakan media seperti itu akan memakan waktu dan ditakutkan pembelajaran IPS yang materinya sangat banyak tidak tersampaikan kepada siswa.
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
yang peniliti tawarkan adalah dengan menggunakan salah satu media yang dimana penggunaan media ini adalah untuk menciptakan hasil belajar yang lebih baik, terutama dalam mengembangkan pemahaman akan keruangan atau kecerdasan spasial siswa dan diharapkan dengan diterapkannya media ini dapat merubah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dari yang tadinya siswa kurang memahami materi karena materi IPS cenderung hanya disampaikan dengan lisan guru saja hingga siswa menjadi mudah paham akan materi yang diajarkan karena menggunakan media pembelajaran.Dalam kegiatan pembelajaran peran media sangatlah penting, selain untuk mempermudah pembelajaran, media juga mampu membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar karena media juga dapat membantu mempermudah siswa dalam memahami materi. Penerapan sebuah media di dalam kelas selain mengembangkan kemampuan siswa juga mampu meningkatkan kemampuan guru sebagai pengajar didalam kelas, karena dengan adanya media guru akan lebih mudah dalam menerangkan materi dan dengan adanya beberapa media yang digunakan guru bisa saja membuat guru menjadi lebih kreatif dan inovatif lagi. Dalam hal ini media yang digunakan tersebut adalah berupa model media diorama yang didalamnya mampu menggambarkan keadaan suatu tempat dan bisa menunjang siswauntuk memahami materi tertentu dan dapat merangsang siswa untuk mengenali suatu tempat.
Diorama dipilih dengan pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik terutama untuk membiasakan siswa mengasah kecerdasan spasialnya agar lebih memahami aspek keruangan. Dalam hal ini, siswa sebaiknya
diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya, terutama indera
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
karena dalam proses pembuatannya yaitu siswa dituntut untuk menuangkan informasi yang telah diamatinya kedalam sebuah produk tiruan yang didalamnya dikemas dengan berbagai imajinasi, kreasi dan bahkan informasi yang tentunya berkaitan dengan materi pembelajaran IPS. Kecerdasan spasial ini sangatlah penting dalam upaya membangun kemampuan visual yang baik, membentuk kreatifitas siswa, pemilihan warna, menata letak sesuai aspek keruangan sehingga memiliki nilai estetika.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lwin,M.dkk (2008. hlm. 75) bahwa memiliki kecerdasan spasial yang kuat mutlak penting untuk menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil. Dengan kata lain, kecerdasan spasial disini memiliki peranan yang bisa mendukung seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan serta dapat membantu seseorang tersebut menjadi orang yang berhasil karena kecerdasan spasial berbicara mengenai navigasi, pemahaman suatu daerah dan tentunya mengandung nilai-nilai estetika yang berguna bagi kehidupan. Penggunaan media diorama ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan penggunaan
media-media pembelajaran yang relevan dengan materi untuk mendukung penerapannya.
Dengan memperhatikan hal di atas, maka penggunaan media diorama ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan spasial pada siswa kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.
Seiring dengan kajian terhadap pemikiran dan temuan dilapangan maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan kecerdasan
spasial siswa melalui media diorama dalam pembelajaran IPS”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah dengan
menerapkan media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa?”.
Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana perencanan pembelajaran IPS dengan menggunakan media
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media
diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?
3. Bagaimana upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama
untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?
4. Bagaimana hasil dari penggunaan media diorama untuk meningkatkan
kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, disini peneliti merumuskan tujuan dalam penelitian ini menjadi dua tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menguji/mengetahui apakah media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?
2. Tujuan khusus
a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.
c. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.
d...Untuk mendeskripsikan hasil dari penggunaan media diorama untuk
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu D. Manfat Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya memiliki manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. ada beberapa manfaat dari penelitian ini, baik untuk peneliti, guru, siswa dan instansi terkait dalam penelitian ini. Adapun beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah bagi :
1. Siswa, diharapkan penggunan media diorama ini dapat membantu
meningkatkan kecerdasan spasial siswa dalam pembelajaran IPS yang dimana kecerdasan spasial ini dapat berguna bagi siswa dalam memahami materi IPS yang banyak sekali konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial yang berkaitan dengan keadaan lingkungannya.
2. Guru, diharapkan penggunaan media diorama ini dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif oleh guru dalam proses pembelajaran IPS agar siswa tidak merasa bosan dan merasa pembelajaran IPS itu selalu menyenangkan untuk dipelajari, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangankecerdasan spasial siswa.
3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
untuk mengadakan variasi strategi pembelajaran guna meningkatkan kecerdasan spasial siswa atau menambah referensi cara penerapan pembelajaran yang mana lebihmengaktifkan siswa dalam menyerap materi pelajarandi dalam kelas.Memudahkan sekolah untuk menggali potensi bakat yang dimiliki siswa agardapat dikembangkan untuk keberhasilan hidup di masa mendatang.
4. Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I merupakan bahasan mengenai pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi.Dalam bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneiltian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan kajian teori dan kerangka berfikir, bab ini memuat tentang kajian-kajian teori yang mendukung terhadap penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari Hakikat Belajar dan Pembelajaran IPS, Hakikat Media Pembelajaran IPS, Media Diorama, Tinjauan Kecerdasan Secara Umum, Kecerdasan Spasial, dan Penelitian Terdahulu.
Bab III merupakan metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian. Memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari sub bab Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Desain Penelitian, Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Definisi Operasional, Instrumen Peneitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.
Bab IV merupakan hasil penelitian, bab ini memaparkan hasil penelitian di SMP Negeri 19 Bandung dan pembahasan yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan literatur yang menunjang.
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu berlokasi di SMP Negeri 19 Bandung tepatnya di Jalan Sadang Luhur XI Kota Bandung.Pemilihan lokasi ini dikarenakan peneliti sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, dan dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-I peneliti melihat kurangnya kemampuan kecerdasan spasial ketika pembelajaran IPS berlangsung, hal itu terlihat ketika siswa tidak bisa menunjukan letak suatu tempat dan tidak memahami potensi maupun karakter suatu tempat terutama daerahnya sendiri.Maka dari itu peneliti tertarik untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung dengan menggunakan media diorama.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa di kelas VII-I yang berjumlah 38 orang dengan rincian 16 orang laki-laki dan 22 orang perempuan.
B. Metode Penelitian
dengan penekakanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran Suharjo (dalam Komalasari, 2011, hlm. 271).
Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) menyatakan secara singkat bahwa PTK adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi peraktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam peraktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Sementara itu, McNeiff (dalam Santyasa 2007) menyatakan PTK sebagai cara praktis untuk melihat kekurangan kita dalam proses pembelajaran. Dia mengatakan bahwa :
action research is a term which refer to a practical way of looking at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action research is done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it can also be called a form of self-reflective practice.(hlm.4)
Dari definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa PTK itu merupakan hal yang penting dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan oleh kita agar bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan.Pada kenyataannya, masalah-masalah yang timbul tersebut
seringkali muncul karena pendidik kurang memperhatikan proses
pembelajaran yang dilakukan, baik metode dan media pembelajaran kebanyakan pendidik kurang memperhatikan peseta didik, hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti hanya berbicara di depan kelas yang dapat membuat siswa merasa jenuh, tidak memperhatikan apa yang disampaikan pendidik dan kurangnya aktivitas belajar yaang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Selain itu juga, keadaan para siswa yang kurang merespon terhadap pembelajaran IPS yang mereka anggap membosankan.Maka dari itu pendidik harus memperhatikan metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, dan meningkatkan profesionalisme.
Proses tahapan-tahapan PTK berbeda-beda modelnya. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Elliott dari revisi model Lewin (dalam Wiriaatmadja, 2006, hlm. 64) dengan konsep metode yang digambarkan padagambar 3.1.sebagai berikut :
Sumber : Wiriaatmadja (2012 hlm. 64)
Metode penelitian tindakan kelas menurut Elliott revisi dari model Lewin tersebut, terdapat penjelasan bahwa PTK dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap awal atau tahap siklus satu yang dimulai dengan identifikasi masalah,
memeriksa dilapangan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
Recconaisance atau refleksi dilanjutkan dengan tahap selanjutnya merevisi
kekurangan yang ada dan kemudian terus berulang sebanyak beberapa siklus sampai prosespembelajaran berhasil dengan metode yang diharapkan oleh peneliti.
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah atau kegiatan observasi awal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti bekerja sama dengan guru mitra yaitu guru IPS kelas VII-I di SMP Negeri 19 Bandung.
2. Memeriksa Dilapangan (Recconaisance)
Kegiatan ini merupakan pemahaman menganai situasi yang muncul berdasarkan identifikasi masalah hasil pengamatan dilapangan yang nantinya dapat dijadikan fokus penelitian dan dicari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.Tahapan ini dilakukan oleh peneliti dan termasuk kedalam kegiatan pra-penelitian. Dilaksanakan sekitar akir bulan Januari yang bertempat di SMP Negeri 19 Bandung pada kelas VII-I, pada saat itu peneliti sedang melaksanakan Program Pelatihan Lapangan (PPL) yang dilakukan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari- Juni . Selama kegiatan tersebut berlangsung PTK senantiasa dilakukan di lapangan
3. Perencanaan Tindakan
spasial di kelas VII I SMP Negeri 19 Bandung, menentukan waktu dan format observasi yang akan digunakan, merencanakan diskusi anatara peneliti dan observer berdasarkan pengamatan berkaitan dengan pemanfaatan media diorama dalam meningkatkan kecerdasan spasial pada siswa, kemudian membuat rencana perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan setelah peneliti berdiskusi dengan observer dan merencakan untuk mengolah data yang telah diperoleh setelah penelitian dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih standar kompetensi 5 dan 6 dalam penyusunan Rencana Penyusunan Pembelajaran (RPP) dan pemilihan materi.Hal ini dikarenakan materi tersebut dianggap cocok untuk diterapkan diorama sebagai media yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa.Adapun kompetensi dasar yang peneliti pilih untuk dibuat produk berupa media diorama adalah :
5.1. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalan-peninggalannya.
6.1. Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
6.2. Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.
4. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa. Kemudian pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media diorama yang dibuat langsung dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII I SMP Negeri 19 Bandung.
produk dan presentasi (tindakan 3) yang tiap tindakan dilakukan dalam satu pertemuan. Adapun rincian dari perteman-pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama meliputi:
1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,
recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan yang nantinya dapat menunjang pembuatan diorama oleh siswa
2) Mengembangkan kecerdasan spasial siswa dengan pemberian
tugas pembuatan diorama sesuai materi yang telah ditentukan.
b. Pertemuan kedua meliputi :
1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,
recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan.
2) Menggunakan pedoman observasi peninjauan untuk mengetahui
sejauh mana perkembangan tugas dan melihat kemampuan kecerdasan spasial siswa dengan menggunakan indikator peninjauan yang telah ditentukan.
c. Pertemuan ketiga meliputi :
1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,
recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan.
2) Memanfaatkan media diorama sebagai media pembelajaran yang
mampu meningkatkan kecerdasan spasialsiswa di kelas dalam pembelajaran IPS
3) Menggunakan format observasi yang telah dibuat sebelumnya
4) Melaksanakan evaluasi untuk melihat peningkatan kecerdasan spasial siswa setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengunakan media pembelajaran berupa diorama
5) Melakukan diskusi dengan observer berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan berkaitan dengan penggunaan media diorama.
5. Pengamatan (Observasi)
Observasi dilakukan dengan menggunakan format pedoman obeservasi gunamengetahui apakah kecerdasan spasial siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS sudah meningkat dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk diorama. Pengamatan yang dilakukan secara bersamaan dengan pelaksaaan tindakan, kemudian pada tahap ini observer melakukan pengamatan terhadap kecerdasan spasial siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Observer juga bertugas mencatat segala sesuatu yang terjadi ketika pelaksaan tindakan berlangsung dan bertugas mengumpulkan data yang dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah dibuat sebelumnya.
6. Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan (dalam Santyasa, 2007, hlm.14). Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian. Kegiatan refleksi dalam model Elliot ini sering juga disebut recconaisancekarena kegiatan ini meliputi pemahaman tentang situasi kelas yang ingin diubah atau diperbaiki. Namun letak perbedaannya dengan kegiatan recconaisance dalam identifikasi masalah diatas, kegiatan ini dilakukan setelah siklus.
dan berdasarkan refleksi ditemukan hal-hal yang masih dapat dibenahi/ditingkatkan. Kegiatan siklus berikutnya mengikuti langkah-langkah sebelumnya yaitu perencanaan tindakan-observasi-refleksi sampai PTK berakhir.
Adapun pada kegiatan ini peneliti melakukan:
a. Kegiatan diskusi balikan dengan mitra peneliti dan siswa setelah
tindakan dilakukan
b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya
c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing
D. Penjelasan Istilah
Di bawah ini merupakan penjelasan istilah dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Media Diorama
Media diorama ini merupakan benda tiruan yang memiliki fungsi untuk memudahkan memahami suatu objek dalam proses pembelajaran dengan bentuk yang disederhanakan dari bentuk aslinya.
Diorama sebagai media pembelajaran juga berguna untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial seperti untuk menggambarkan keadaan dataran tinggi, dataran rendah, keadaan kota/desa, pasar, atmosfer, peta kerajaan di Indonesia dan lain sebagainya. Diorama dapat dibuat oleh guru dan siswa, membuatnya cukup mudah karena bahan-bahan yang diperlukan tidak terlalu mahal dapat dibuat dari barang-barang bekas yang mudah didapat seperti: kardus/kotak, kertas, karton, kawat, kapas, busa dan ditambah dengan pewarna/cat.
diperhatikan. Bahan yang digunakan tidak harus baru dan mahal, dalam penelitian ini bahan bekas juga bisa digunakan dan akan menambah nilai plus pada diorama tersebut. Warna pun juga harus diperhatikan, tentunya warna yang digunakan disesuaikan dengan keadaan pemandangan atau lingkungan yang akan dibuat tiruannya.
2. Kecerdasan Spasial
Kecerdassan spasial merupakan kemampuan untuk menerjemahkan gambaran dalam pikiran kedalam bidang fisik melalui penggambaran,
pelukisan, pemahatan, pembangunan atau pembentukan (dalam
Lwin,M.dkk, 2008, hlm. 74). Kecerdasan spasial ini bergantung pada kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek, dan merupakan kemampuan untuk memikirkan bentuk (Yaumi, 2012, hlm 89). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spasial ini berkaitan dengan hal yang mencakup aspek keruangan yaitu dengan mengenali dan memahami lingkungan yang diinterpretasikan kedalam hal lain meliputi pelukisan, pemahatan, pembentukan, penempatan sesuatu benda hingga menciptakan suatu karya.
Rettig (dalam Yaumi, 2012, hlm. 16) menyebutkan ada tiga kunci dalam mendefinisikan kecerdasan spasial yang diantaranya :
a. Mempersepsi, yakni menangkap dan memahami sesuatu dengan
panca indra.
b. Spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan
ruang.
c. Mentransformasikan yakni mengalihbentukan hal yang ditangkap
mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam, mengintrepretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan intrepretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa, kolase atau lukisan.
E. Instrumen Penelitian
pada saat tindakan berlangsung. Berikut adalahkisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kisi-Kisi InstrumenPenelitian Peningkatan Kecerdasan Spasial
Siswa melalui Media Diorama
N o
Rumusan
Masalah Dimensi Indikator
dengan sasaran
23)Bentuk dan jenis
Negeri 19 respon dari siswa
kegiatan
Adapun dibawah ini merupakan penjelasan beberapa instrumen yang digunakan peneliti yang diantaranya adalah :
1. Pedoman Observasi
dan lebih mudah untuk dianalisis.Lembar observasi yang digunakan untuk pengukuran kecerdasan spasial siswa terdiri dari beberapa indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.2, untuk format lembar observasi penilaian RPP dan Penampilan dapat dilihat pada tabel 3.3dan 3.4.untuk lembar observasi dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6. Untuk rubrik penilaian produk dapat
dilihat pada table 3.7 dan 3.8di bawah ini
NO INDIKATOR PENJELASAN
1 Mempresentasikan ide
(dalam Yaumi. hlm. 90)
Sudah memiliki ide dan rancangan prakarya apa yang akan dibuat.
2
Pemilihan dan Pengolahan Bahan baku
(dalam Yaumi, hlm. 91)
Tabel 3.2 Indikator Kecerdasan Spasial Siswa
Tabel 3.3 Penilaian RPP
3.
Mampu mempersepsikan (Rettig dalam Yaumi. hlm. 16)
Memahami materi dalam prakarya yang
dibuat dan mampu menjelaskan
informasi-informasi yang terdapat
dalam prakarya 4
Mampu mentransformasikan (Rettig dalam Yaumi. hlm. 16)
Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata dan sesuai materi. 5
Memiliki nilai estetika (dalam Yaumi. hlm 16)
Tampilan prakarya terlihat bersih, warna tepat dan rapi
NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian standar
kompetensi/ kompetensi dasar
2 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek kognitif
3 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek afektif
5 Materi ajar disusun mengacu kepada tujuan pembelajaran
6 Materi ajar disusun secara sistematis
7 Materi ajar disusun sesuai dengan pencapaian kompetensi
8 Materi ajar dirancang sesuai dengan standar kompetensi/
kompetensi dasar
9 Metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan
10 Memilih bahan ajar dengan tepat sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa
11 Mencatumkan sekenario atau langkah-langkah pembelajaran 12 Sekenario disusun untuk setiap butir tujuan pembelajaran
13 Sekenario disusun mencerminkan komunikasi guru siswa yang
berorientasi berpusat pada siswa
14 Sekenario disusun dengan menerapkan metode pembelajaran 15 Sekenario disusun dengan menerapkan media pembelajaran
16 Sekenario disusun berdasarkan alokasi waktu yang
proporsional
17 Media disesuaikan dengan tuntunan standar kompetensi 18 Media disesuaikan dengan sasaran tujuan yang diharapkan 19 Media disesuaikan dengan materi ajar
20 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi
kognitif siswa
21 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi
afektif siswa
22 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi
psikomotor siswa
23 Bentuk dan jenis evaluasi sesuai dengan materi ajar
24 Penilaian disesuaikan dengan mengacu kepada norma penilaian
yang jelas Jumlah Skor
Tabel 3.4 Penilaian Penampilan
NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1 Guru membuka pembelajaran dengan salam
2 Guru memeriksa kehadiran siswa
3 Guru memeriksa kebersihan dan kerapihan kelas
4 Guru membimbing siswa untuk berdoa sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran
5 Guru menarik perhatian siswa
6 Guru memotivasi siswa berkaitan dengan materi yang
akan diajarkan
7 Guru melakukan apersepsi kepada siswa sebelum
membahas materi ajar
8
Guru membuat kajian tentang materi yang telah
diajarkan sebelumnya dan dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan
9 Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan
diajarkan
10 Gurur menyajikan materi ajar sesuai dengan
langkah-langkah yang tertuang dalam RPP
11 Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi yang
berpusat pada siswa
12 Guru antusias dalam menanggapi dan menggunakan
respon dari siswa
13 Guru melakukan komunikasi dengan siswa
14 Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang
mau bertanya
15 Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
16 Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan
17 Guru menginformasikan materi ajar berikutnya
18 Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa
dan diakhiri dengan salam Jumlah Skor
Nilai Presentasi
Tabel 3.6 lembar Observasi kecerdasan Spasial Siswa Tindakan III (Penilaian Produk)
No
Aspek yang dinilai
KELOMPOK
Rata-Rata
1 2 3 4
SB B C K SK SB B C K SK SB B C K SK SB B C K SK
1 Mampu mempersepsikan
2 Mampu mentransformasikan
3 Memiliki nilai estetika
Jumlah Skor
Persentase
Nilai
Nilai Presentasi
Sangat Baik 85,0 % - 100 %
Baik 70,0 % - 84,5 %
Cukup 55,0% - 69,9 %
Kurang 40,0 % - 54,9 %
Sangat Kurang 0% - 39,99%
Keterangan :
SB = Sangat Baik (Skor 5) B = Baik (Skor 4)
C = Cukup (Skor 3) K = Kurang (Skor 2)
Tabel 3.7Rubrik Observasi kecerdasan Spasial SiswaTindakan II (Peninjauan)
No
Indikator Skala
nilai Penjelasan
1 Mempresentasikan ide SB Sudah memiliki ide dan rancangan prakarya apa yang akan dibuat.
B Sudah memiliki ide tetapi masih kebingungan dalam merancang prakarya
C Siswa sudah memiliki ide tetapi belum memiliki rancangan tentang prakaryanya.
K Siswa masih kebingungan mengenai ide dan rancangan prakaryanya
SK Siswa belum memiliki ide dan rancangan dalam membuat prakarya
2 Pemilihan dan pengolahan
bahan baku.
SB Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas untuk membuat prakarya dan
siswa sudah mengetahui keseluruhan bahan baku tersebut akan dibuat apa.
B Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas untuk membuat prakarya dan
siswa mengetahui hanya sebagian bahan baku tersebut akan dibuat seperti apa.
C Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas namun belum mengetahui
bahan baku tersebut akan dibuat seperti apa.
K Siswa sudah mengetahui bagaimana mengolah bahan tetapi bahan yang digunakan bukan
barang bekas.
SK Siswa belum menggunakan bahan baku berupa barang bekas dan siswa belum mengetahui
3.8Rubrik Observasi kecerdasan Spasial SiswaTindakan III (Penilaian Produk)
No Indikator Skala
nilai Penjelasan
1 Mampu
mempersepsikan
SB Memahami materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu menjelaskan
informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya
B Memahami materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu menjelaskan
sebagian informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya
C Memahami sebagian materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu
menjelaskan sebagian informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya
K Memahami sebagian materi dalam prakarya yang dibuat tetapi tidak mampu
menjelaskan informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya.
SK Belum memahami materi yang terdapat dalam prakarya yang dibuat dan tidak
mampu menjelaskan informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya.
2 Mampu
mentransformasikan
SB Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata dan sesuai materi.
B Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata namun hampir
sesuai dengan materi.
C Benda yang dibuat sesuai dengan materi tetapi tidak memiliki kemiripan
dengan objek nyata.
materi
SK Benda yang dibuat tidak mirip dengan objek nyata dan tidak sesuai dengan
materi.
3 Memiliki nilai estetika SB Tampilan prakarya terlihat bersih, warna tepat dan rapi
B Tampilan prakarya bersih dan rapi tetapi warna kurang menarik
C Tampilan prakarya warna tepat dan rapi tetapi kurang bersih
K Tampilan prakarya terlihat rapi tetapi kurang bersih dan warna kurang tepat
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan perangkat yang digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunkan media pembelajaran berupa media diorama dalam pembelajaran IPS baik itu sebelum pembelajaran maupun setelah pembelajaran. Pedoman wawancara ini berisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya yang akan diajukan kepada pendidik dan Siswa.Dari hasil wawancara yang telah dilakukan data yang diperoleh digunakan unrtuk refleksi guna menunjang penelitian selanjutnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011, hlm. 326).Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto proses pembelajaran sebagai data penunjang.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakancatatan tertulis berisi tentang segala peristiwa sehubungan dengantindakan yang dilakukan guru mengenai apa yang dilihat, didengar dandipikirkan dalam rangka mengumpulkan data
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang terjadi dan mencatatnya menjadi bagian dari data. Dalam PTK, observasi bisa dilakukan untuk memantau guru maupun memantau perkembangan Siswa. Observasi pun menjadi teknik utama dalam mengumpulkan data, hal ini dikarenakan observasi adalah pengamatan langsung dalam pelaksanaan penelitian.
2. Wawancara
mempersiapkan apasaja yang menjadi daftar pertanyaan pada saat pelaksanaan wawancara. Hal ini dilakukan bertujuan agar pelaksanaan wawancara terstruktur dengan baik dan menghindari pertanyaan penting terlewat.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis atau tergambar yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen aktivitas dan hasil kerja diskusi dalam kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa pada tiap tindakannya.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengelolaan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mengumpulkan data yang digunakan sesuai dengan instrumen yang telah ditetapkan. Setelah data dikumpulkan selanjutnya data diolah sehingga dapatdisimpulkan kebenarannya.Karena data awal yang peneliti dapatkan di lapangan masih bersifat data yang mentah.Pengolahan data disini berguna untuk memudahkan peneliti dan pembaca dalam memahami hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Berikut adalah teknik pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti :
1. Validasi Data
Validasi data didapat dari :
a. Lembar Penskoran, memperlihatkan skor penilaian produk
siswa dan perkembangan kecerdasan spasialsiswa berdasarkan kriteria penilaian yang terdapat dalam rubrik berdasarkan analisis untuk melihat tingkat ketercapaian kecerdasan spasial b. Member checkyaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan
atau informasi data yang diperoleh selama observasi dari narasumber yang relevan dengan PTK.
untuk memeriksa tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgement terhadap permasalahan yang dihadapi. d. Saturasi yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak
ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagitambahan data baru.
2. Teknik Analisis Data
a. Data Kuantitatif
Pengolahan data untuk mengukur perkembangan kecerdasan spasial siswa diolah secara kuantitatif melalui penskoran dari hasil pembuatan tugas.Hasil skor pembuatan tugas dikelompokan menjadi kategori Sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.Adapun skala penilaian yang dipakai adalah sebagai berikut (Komalasari 2011, hlm. 156)
1) Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran peninjauan
diorama secara keseluruhan yaitu:
Presentase peninjauan =Jumlah skor yang didapat x 100% Jumlah skor maksimum
Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan kecerdasan spasial siswa dalam perencanaan konsep pembuatan media diorama. Kemudian dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dengan skala presentase sebagai berikut :
(dalam Santyasa hlm. 24)
2) Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran produk diorama
secara keseluruhan yaitu:
Presentase produk =Jumlah skor yang didapat x 100% Jumlah skor maksimum
Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan kecerdasan spasial siswa dilihat dari produk berupa media diorama yang dibuat
Nilai Presentasi
Sangat Baik 85,0 % - 100 %
Baik 70,0 % - 84,5 %
Cukup 55,0% - 69,9 %
Kurang 40,0 % - 54,9 %
oleh siswa. Kemudian dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dengan skala presentase sebagai berikut :
(dalam Santyasa hlm. 24)
b. Data Kualitatif
Pengolahan data hasil penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkahsebagai berikut:
1) Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. 2) Penyajian Data, Penyajian yang paling sering digunakan pada
data kualitatif adalah bentukteks naratif.Pembeberan data yang
sistematis dan interaktif akan memudahkan
pemahamanterhadap apa yang telah terjadi sehingga
memudahkan penarikan kesimpulan ataumenetukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.
3) Penarikan Kesimpulan, Penarikan kesimpulan tentang
peningkatan atauperubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulansementara yang ditarik pada akhir siklus satu, kesimpulan terevisi pada akhirsiklus dua dan
seterusnya dan kesimpulan terakhir pada siklus
terakhir.Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dankesimpulan pertama sebagai pijakan.
3. Interpretasi Data
Pada Interpretasi data, peneliti berusaha menginterpretasikan temuan temuan yang didapat dari penelitian berdasarkan landasan teoritis yang
Nilai Presentasi
Sangat Baik 85,0 % - 100 %
Baik 70,0 % - 84,5 %
Cukup 55,0% - 69,9 %
Kurang 40,0 % - 54,9 %
telah dipilih.Hasil dari interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang berarti sebagai bahan untuk melakukan tindakan yang selanjunya.
Adapun hal-hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan
b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus
c. Mendeskripsikan hasil obeservasi aktivitas pendidik
d. Menganalisis hasil observasi peserta didik dengan cara menghitung
presentase setiap kategori untuk setiap tindakan
Setelah melakukan rangkaian proses analisis data, diharapkan peningkatan Kecerdasan spasial melalui media diorama ini dalam pelaksanaannya dapat
memperoleh kategori “Baik” dengan rentang nilai antara 70% hingga 84,5%
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
A. SumberBuku :
Buzan, T. (2007).The Power of Social Intelligence :Sepuluhcarajadi orang pandaibergaul.Jakarta :Gramedia
Febry&Marendra (2009).Menu
Sehat&permainankreatifuntukmeningkatkankecerdasananak. Jakarta Selatan :Gagas Media
Gardner, H. (2013) Multiple Intelligences
:KecerdasanMajemukteoridalampraktek. TangerangSelatan
:Interaksara
Komalasari,K.(2011). Media Pembelajaran IPS.Bandung
:Tidakditerbitkan
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.
Lwin,M.dkk. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligence :Cara
MengembangkanBerbagaiKomponenKecerdasan. Yogyakarta :Indeks
Rachman, E. (2005). MengoptimalkanKecerdasanAnakdenganMengasah IQ & EQ. Jakarta :GramediaPustakaUtama
Ruhimat, dkk (2012).Kurikumul&Pembelajaran.Bandung :RajawaliPers Sadiman, (1996).Media Pendidikan.Jakarta : PT. GrafindoPersada
Sanaky, H. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta: SafiriaInsana Press Sanjaya, W.(2009). PenelitianTindakanKelas. Jakarta: KencanaPrenada
Media Group
Sanjaya, W. (2013).PerencanaandanDesainSistemPembelajaran.Jakarta :Kencana Group
Sapriya.(2014). Pendidikan IPS: konsep dan pembelajaran. Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Soemanto, W. (2006).PsikologiPendidikan
:LandasanKerjaPemimpinPendidikan.Jakarta :RinekaCipta
Sudjana, N &Rivai,A. (2009). Media Pengajaran.Bandung
:SinarBaruAlgesindo
Sugiyono. (2011). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung : Alfabeta
Sukirman, D &Jumhana, N. (2006).PerencanaanPembelajaran. Bandung : UPI Press
Surya, M. (2013).Psikologiguru :KonsepdanAplikasidari guru, untuk guru. Bandung :Alfabeta
Suryabrata, S. (2008).PsikologiPendidikan. Jakarta :RajagrafindoPersada
Thobroni, M &Mustofa, A.(2013). BelajardanPembelajaran:
PengembanganwacanadanpraktikpembelajarandalampembangunanN asional. Yogyakarta :Ar-ruzz Media
Uno, H.B &Kuadrat, M. (2009).
MengelolaKecerdasandalamPembelajaran.Jakarta :BumiAksara
Wahab, A.(2009). Metode dan Model-Model Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: CV Alfabeta
Wiraatmadja. R. (2012).Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Winkel,W.S.(2007).PsikologiPengajaran. Yogyakarta : Media Abadi Yaumi.M. (2012).PembelajaranBerbasis Multiple Intelligences.Jakarta :
Dian Rakyat
B. SumberSkripsi :
Azmi, Y.N. (2013).Mengungkapkan Kreatifitas serta pemahaman konsep Siswa melalui pembuatan media diorama pada konsep pencemaran
lingkungan. (Skripsi).UniversitasPendidikan Indonesia
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Semu Terhadap Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMKN 13
Bandung).(Skripsi).UniversitasPendidikan Indonesia
Hababa, A.A. ( 2014). Pengaruh Kecerdasan Spasial Dan Kecerdasan Matematis Terhadap Kemampuan Menggambar Teknik Siswa Pada
Mata Pelajaran Pembacaan Dan Pemahaman Gambar Teknik Di
Smk Negeri 3 Yogyakarta. (Skripsi).UniversitasNegeri
Yogyakarta.http://eprints.uny.ac.id/22411/1/Akhmad%20Aziz%20H
ababa%2007504241034.pdf
Marfuah. (2012). Pengaruh Kecerdasan Spasial dan Minat Terhadap kemampuan menggambar pada Pelajaran Desain Ekterior
Bangunan di SMKN 6 Bandung. (Skripsi).UniversitasPendidikan
Indonesia
Putranti, A.D. (2014). Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pelajaran Seni Rupa Melalui Diorama Cerita Rakyat Di SmpNegeri 1 Sewon
Bantul Yogyakarta. (Skripsi).UniversitasNegeri
Yogyakartahttp://eprints.uny.ac.id/18741/1/Anggraeni%20Dwi%20P
utranti%2010206241046.pdf
C. SumberJurnal :
Manurung, N. (2013)Pemanfaatan Multiple Inteligencedalam Proses Pembelajaran.KEGURUAN :JurnalPenelitian,Volume I (1), hlm. 49-56
Maulidah, N &Santoso, A.
(2012).PermainanKonstruktifuntukmeningkatkanKemampuan
Multiple Intelligence (Visual-Spasialdan
Interpersonal).JurnalBimbingandanKonseling Islam, Volume II (1), hlm. 27-47
Nurseto, T. (2011).Membuat Media Pembelajaran yang
Menarik.JurnalEkonomidanPendidikan, Volume VIII (1), hlm. 19-35
D. Sumber Lainnya :
Affandi, A.J. ( 2013). Penggunaan Media Diorama
DalamPembelajaranTematik Di
Eka Chandra Kusuma, 2015
PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS
Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
[online].http://cagusuksesr.blogspot.com/2013/12/penggunaan-media-diorama-dalam.html. [diakses 12 Juni 2015]
Santyasa, I, W. (2007).MetodologiPenelitianTindakanKelas.Workshop tentangPenelitianTindakanKelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2 dan5Nusa
PenidaKlungkung.UniversitasPendidikanGaneshaSingaraja
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia