• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

PendidikanNasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 (www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003-sistem-pendidikan-nasional), mendefinisikan pendidikan sebagai :

“suatuusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.”

Begitupun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan siswa agar bisa

menganalisis kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan

bermasyarakat yang dinamis dengan berbagai macam permasalahannya.

Menurut Sumaatmadja (dalam Sapriya. dkk. 2007. hlm. 6) IPS atau Social studies bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan

(2)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang sesuai. Jika dalam pembelajaran IPS strategi pembelajaran dan metode yang kurang tepat dan lebih bersifat asal-asalan juga dapat mengakibatkan siswa merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga akan menurunkan minat belajar siswa. Materi yang dirasa terlalu banyak juga dapat menyebabkan siswa malas untuk mempelajari materi tersebut.

Berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan pada tanggal 28 Januari 2015 tepatnya di SMP Negeri 19 Bandung, memiliki berbagai macam permasalahan, diantaranya:

1.Keterampilan sosial siswa kurang dalam hal etika berpakaian siswa masih banyak yang tidak rapi, etika berpendapat siswa kebanyak langsung saja berbicara tanpa dipersilahkan dahulu dan sopan santun dalam berbicara terlihat siswa masih ada yang berbicara kasar ketika temannya menjawab pertanyaan namun masih kurang tepat.

2.Ada beberapa siswa yang asyik sendiri tidak memperhatikan guru ketika

sedang menerangkan materi seperti mengobrol dengan teman

sebangkunya, asyik memainkan game di handphone miliknya dan ada beberapa siswa yang terlihat melamun memperhatikan orang yang berlalu lalang maupun kegiatan yang berada diluar kelas,

3.Ketika guru menerangkan juga terlihat beberapa siswa masih belum memahami konsep/istilah yang ada dalam pembelajaran IPS yang di terangkan oleh guru seperti kata troposfer, stratosfer, eksosfer, cuaca, iklim, artesis dan lain sebagainya dalam materi Atmosfer dan Hidrosfer.

(3)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ditanya mengenai karakteristik suatu daerah di sekelilingnya. Serta fenomena-fenomena yang terjadi di tiap daerah di Indonesia.

Namun, dari adanya permasalahan-permasalahan diatas, peneliti akan lebih terfokus untuk meneliti tentang siswa kurang memahami aspek keruangan yang dibuktikan oleh siswa yang tidak memahami letak suatu daerah dan ragu-ragu ketika menyebutkan letak suatu tempat pada peta Indonesia sertakurangnya pemahaman akan keadaan atau potensi yang ada di berbagai daerah dan bahkan daerahnya sendiri (kurang mengenali lingkungan sekitar), dan berbagai permasalahan tersebut dapat dicapai jika kemampuan pemahaman keruangan atau yang sering disebut kecerdasan spasial siswa dapat dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran. Masalah ini dianggap perlu diperbaiki karena dalam pembelajaran IPS siswa selalu dihadapkan dengan materi-materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, disuguhkan gambar-gambar kejadian tertentu yang mengilustrasikan sebuah konsep dengan kata lainsiswa dihadapkan secara langsung dengan lingkungan sekitarnya.Dengan adanya hal tersebut tentu diharapkan siswa mampu mengenali, memahami potensi dan karakter yang ada disekitarnya agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sendiri dan nantinya diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul di lingkungannya.

Dari permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam memahami keadaan lingkungannya atau memahami karakter suatu daerah dikarenakan siswakurang diasah dengan berbagai macam media penunjang yang mampu mengasah pemahaman akan aspek keruangan yang dalam hal ini disebut kecerdasan spasial. Selain itu, kurangnya kemampuan kecerdasan spasial siswa ini dapat juga terjadi karenasiswamerasa tidak tertarik dengan pembelajaran IPS tersebut, hal ini tidak lepas dariguru yangmengelola kelas tersebut dan bagaimana pembelajaran IPS dikemas dan disampaikan.

(4)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran, pembelajarannya cenderung hafalan, pembelajarannya membuat siswa merasa mengantuk, dan pembelajarannya kurang menarik sehingga mereka kurang merespon dalam mengikuti pembelajaran IPS. Selain itu ketika ditanya mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kecerdasan spasial, siswa cenderung masih bingung dan mengaku belum memahami tentang membaca peta dan masih kesulitan mengingat simbol-simbol peta ditambah siswa juga mengaku masih merasa kurang dalam mengatahuiakan keadaan lingkungannya. Ketika ditanya hal mendasar mengenai letak sekolah berada dimana dan apa saja potensi daerah sekitar sekolah yang ada siswa mengaku belum begitu hafal.Dari hasil wawancara dengan siswa tadi dapat dikatakan bahwa memang benar kecerdasan spasial siswa masih kurang dan terlihat siswa juga tidak diasah kemampuannya dalam memahami aspek keruangan tersebut.Kemudian setelah melakukan wawancara terhadap siswa, peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru IPS. Mengenai kecerdasan spasial siswa guru mengakui bahwa siswa memang masih kurang dalam hal pemahaman dalam membaca dan memahami suatu gambar yang di berikan oleh guru, terkadang siswa menerjemahkannya kedalam hal lain melenceng dari materi yang diajarkan dan sering kali ketika dihadapkan kedalam materi yang menunjukan suatu wilayah siswa masih kurang memahami keadaan suatu tempat dan hal tersebut juga tergambar dalam materi sebelum peneliti melakukan pengamatan yaitu materi peta, atlas dan globe. Padahal guru mengakui bahwasanya beliau sudah menggunakan fasilitas sekolah yaitu dengan menggunakan infocus dalam pembelajarannya namun beliau mengakui kurangnya menekankan tentang pengetahuan akan lingkungan sekitar siswa atau aspek keruangan dan lebih menekankan materi yang diajarkan segera tuntas disampaikan kepada siswa. untuk menggunakan alat bantu tertentu atau menggunakan media yang spesifik dapat menggambarkan keadaan suatu tempat guru juga mengaku belum menggunakan hal tersebut, hal ini didasari karena terkadang dengan menggunakan media seperti itu akan memakan waktu dan ditakutkan pembelajaran IPS yang materinya sangat banyak tidak tersampaikan kepada siswa.

(5)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yang peniliti tawarkan adalah dengan menggunakan salah satu media yang dimana penggunaan media ini adalah untuk menciptakan hasil belajar yang lebih baik, terutama dalam mengembangkan pemahaman akan keruangan atau kecerdasan spasial siswa dan diharapkan dengan diterapkannya media ini dapat merubah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dari yang tadinya siswa kurang memahami materi karena materi IPS cenderung hanya disampaikan dengan lisan guru saja hingga siswa menjadi mudah paham akan materi yang diajarkan karena menggunakan media pembelajaran.Dalam kegiatan pembelajaran peran media sangatlah penting, selain untuk mempermudah pembelajaran, media juga mampu membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar karena media juga dapat membantu mempermudah siswa dalam memahami materi. Penerapan sebuah media di dalam kelas selain mengembangkan kemampuan siswa juga mampu meningkatkan kemampuan guru sebagai pengajar didalam kelas, karena dengan adanya media guru akan lebih mudah dalam menerangkan materi dan dengan adanya beberapa media yang digunakan guru bisa saja membuat guru menjadi lebih kreatif dan inovatif lagi. Dalam hal ini media yang digunakan tersebut adalah berupa model media diorama yang didalamnya mampu menggambarkan keadaan suatu tempat dan bisa menunjang siswauntuk memahami materi tertentu dan dapat merangsang siswa untuk mengenali suatu tempat.

Diorama dipilih dengan pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik terutama untuk membiasakan siswa mengasah kecerdasan spasialnya agar lebih memahami aspek keruangan. Dalam hal ini, siswa sebaiknya

diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya, terutama indera

(6)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

karena dalam proses pembuatannya yaitu siswa dituntut untuk menuangkan informasi yang telah diamatinya kedalam sebuah produk tiruan yang didalamnya dikemas dengan berbagai imajinasi, kreasi dan bahkan informasi yang tentunya berkaitan dengan materi pembelajaran IPS. Kecerdasan spasial ini sangatlah penting dalam upaya membangun kemampuan visual yang baik, membentuk kreatifitas siswa, pemilihan warna, menata letak sesuai aspek keruangan sehingga memiliki nilai estetika.Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lwin,M.dkk (2008. hlm. 75) bahwa memiliki kecerdasan spasial yang kuat mutlak penting untuk menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil. Dengan kata lain, kecerdasan spasial disini memiliki peranan yang bisa mendukung seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan serta dapat membantu seseorang tersebut menjadi orang yang berhasil karena kecerdasan spasial berbicara mengenai navigasi, pemahaman suatu daerah dan tentunya mengandung nilai-nilai estetika yang berguna bagi kehidupan. Penggunaan media diorama ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan penggunaan

media-media pembelajaran yang relevan dengan materi untuk mendukung penerapannya.

Dengan memperhatikan hal di atas, maka penggunaan media diorama ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan spasial pada siswa kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.

Seiring dengan kajian terhadap pemikiran dan temuan dilapangan maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan kecerdasan

spasial siswa melalui media diorama dalam pembelajaran IPS”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah dengan

menerapkan media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa?”.

Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana perencanan pembelajaran IPS dengan menggunakan media

(7)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media

diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?

3. Bagaimana upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama

untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?

4. Bagaimana hasil dari penggunaan media diorama untuk meningkatkan

kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, disini peneliti merumuskan tujuan dalam penelitian ini menjadi dua tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menguji/mengetahui apakah media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?

2. Tujuan khusus

a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.

b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.

c. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.

d...Untuk mendeskripsikan hasil dari penggunaan media diorama untuk

(8)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu D. Manfat Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya memiliki manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. ada beberapa manfaat dari penelitian ini, baik untuk peneliti, guru, siswa dan instansi terkait dalam penelitian ini. Adapun beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah bagi :

1. Siswa, diharapkan penggunan media diorama ini dapat membantu

meningkatkan kecerdasan spasial siswa dalam pembelajaran IPS yang dimana kecerdasan spasial ini dapat berguna bagi siswa dalam memahami materi IPS yang banyak sekali konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial yang berkaitan dengan keadaan lingkungannya.

2. Guru, diharapkan penggunaan media diorama ini dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif oleh guru dalam proses pembelajaran IPS agar siswa tidak merasa bosan dan merasa pembelajaran IPS itu selalu menyenangkan untuk dipelajari, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangankecerdasan spasial siswa.

3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk mengadakan variasi strategi pembelajaran guna meningkatkan kecerdasan spasial siswa atau menambah referensi cara penerapan pembelajaran yang mana lebihmengaktifkan siswa dalam menyerap materi pelajarandi dalam kelas.Memudahkan sekolah untuk menggali potensi bakat yang dimiliki siswa agardapat dikembangkan untuk keberhasilan hidup di masa mendatang.

4. Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti

(9)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I merupakan bahasan mengenai pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi.Dalam bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneiltian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan kajian teori dan kerangka berfikir, bab ini memuat tentang kajian-kajian teori yang mendukung terhadap penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari Hakikat Belajar dan Pembelajaran IPS, Hakikat Media Pembelajaran IPS, Media Diorama, Tinjauan Kecerdasan Secara Umum, Kecerdasan Spasial, dan Penelitian Terdahulu.

Bab III merupakan metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian. Memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari sub bab Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Desain Penelitian, Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Definisi Operasional, Instrumen Peneitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Bab IV merupakan hasil penelitian, bab ini memaparkan hasil penelitian di SMP Negeri 19 Bandung dan pembahasan yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan literatur yang menunjang.

(10)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu berlokasi di SMP Negeri 19 Bandung tepatnya di Jalan Sadang Luhur XI Kota Bandung.Pemilihan lokasi ini dikarenakan peneliti sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah tersebut, dan dari observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-I peneliti melihat kurangnya kemampuan kecerdasan spasial ketika pembelajaran IPS berlangsung, hal itu terlihat ketika siswa tidak bisa menunjukan letak suatu tempat dan tidak memahami potensi maupun karakter suatu tempat terutama daerahnya sendiri.Maka dari itu peneliti tertarik untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung dengan menggunakan media diorama.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa di kelas VII-I yang berjumlah 38 orang dengan rincian 16 orang laki-laki dan 22 orang perempuan.

B. Metode Penelitian

(11)

dengan penekakanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran Suharjo (dalam Komalasari, 2011, hlm. 271).

Wiriaatmadja (2012, hlm. 13) menyatakan secara singkat bahwa PTK adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi peraktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam peraktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. Sementara itu, McNeiff (dalam Santyasa 2007) menyatakan PTK sebagai cara praktis untuk melihat kekurangan kita dalam proses pembelajaran. Dia mengatakan bahwa :

action research is a term which refer to a practical way of looking at your own work to sheck that it is you would like it to be. Because action research is done by you, the practitioner, it is often referred to as practitioner based research; and because it involves you thinking about and reflecting on your work, it can also be called a form of self-reflective practice.(hlm.4)

Dari definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa PTK itu merupakan hal yang penting dan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan oleh kita agar bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan.Pada kenyataannya, masalah-masalah yang timbul tersebut

seringkali muncul karena pendidik kurang memperhatikan proses

pembelajaran yang dilakukan, baik metode dan media pembelajaran kebanyakan pendidik kurang memperhatikan peseta didik, hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti hanya berbicara di depan kelas yang dapat membuat siswa merasa jenuh, tidak memperhatikan apa yang disampaikan pendidik dan kurangnya aktivitas belajar yaang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Selain itu juga, keadaan para siswa yang kurang merespon terhadap pembelajaran IPS yang mereka anggap membosankan.Maka dari itu pendidik harus memperhatikan metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, dan meningkatkan profesionalisme.

(12)

Proses tahapan-tahapan PTK berbeda-beda modelnya. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Elliott dari revisi model Lewin (dalam Wiriaatmadja, 2006, hlm. 64) dengan konsep metode yang digambarkan padagambar 3.1.sebagai berikut :

(13)

Sumber : Wiriaatmadja (2012 hlm. 64)

Metode penelitian tindakan kelas menurut Elliott revisi dari model Lewin tersebut, terdapat penjelasan bahwa PTK dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap awal atau tahap siklus satu yang dimulai dengan identifikasi masalah,

memeriksa dilapangan, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Recconaisance atau refleksi dilanjutkan dengan tahap selanjutnya merevisi

kekurangan yang ada dan kemudian terus berulang sebanyak beberapa siklus sampai prosespembelajaran berhasil dengan metode yang diharapkan oleh peneliti.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah atau kegiatan observasi awal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti bekerja sama dengan guru mitra yaitu guru IPS kelas VII-I di SMP Negeri 19 Bandung.

2. Memeriksa Dilapangan (Recconaisance)

Kegiatan ini merupakan pemahaman menganai situasi yang muncul berdasarkan identifikasi masalah hasil pengamatan dilapangan yang nantinya dapat dijadikan fokus penelitian dan dicari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.Tahapan ini dilakukan oleh peneliti dan termasuk kedalam kegiatan pra-penelitian. Dilaksanakan sekitar akir bulan Januari yang bertempat di SMP Negeri 19 Bandung pada kelas VII-I, pada saat itu peneliti sedang melaksanakan Program Pelatihan Lapangan (PPL) yang dilakukan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari- Juni . Selama kegiatan tersebut berlangsung PTK senantiasa dilakukan di lapangan

3. Perencanaan Tindakan

(14)

spasial di kelas VII I SMP Negeri 19 Bandung, menentukan waktu dan format observasi yang akan digunakan, merencanakan diskusi anatara peneliti dan observer berdasarkan pengamatan berkaitan dengan pemanfaatan media diorama dalam meningkatkan kecerdasan spasial pada siswa, kemudian membuat rencana perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan setelah peneliti berdiskusi dengan observer dan merencakan untuk mengolah data yang telah diperoleh setelah penelitian dilaksanakan.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih standar kompetensi 5 dan 6 dalam penyusunan Rencana Penyusunan Pembelajaran (RPP) dan pemilihan materi.Hal ini dikarenakan materi tersebut dianggap cocok untuk diterapkan diorama sebagai media yang digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa.Adapun kompetensi dasar yang peneliti pilih untuk dibuat produk berupa media diorama adalah :

5.1. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Buddha, serta peninggalan-peninggalannya.

6.1. Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.

6.2. Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa.

4. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilakukan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa. Kemudian pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media diorama yang dibuat langsung dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII I SMP Negeri 19 Bandung.

(15)

produk dan presentasi (tindakan 3) yang tiap tindakan dilakukan dalam satu pertemuan. Adapun rincian dari perteman-pertemuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan pertama meliputi:

1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,

recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan yang nantinya dapat menunjang pembuatan diorama oleh siswa

2) Mengembangkan kecerdasan spasial siswa dengan pemberian

tugas pembuatan diorama sesuai materi yang telah ditentukan.

b. Pertemuan kedua meliputi :

1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,

recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan.

2) Menggunakan pedoman observasi peninjauan untuk mengetahui

sejauh mana perkembangan tugas dan melihat kemampuan kecerdasan spasial siswa dengan menggunakan indikator peninjauan yang telah ditentukan.

c. Pertemuan ketiga meliputi :

1) Melaksanakan pembelajaran IPS sesuai dengan materi, silabus,

recana pelaksanaan pembelajaran, serta media pembelajaran yang telah direncanakan.

2) Memanfaatkan media diorama sebagai media pembelajaran yang

mampu meningkatkan kecerdasan spasialsiswa di kelas dalam pembelajaran IPS

3) Menggunakan format observasi yang telah dibuat sebelumnya

(16)

4) Melaksanakan evaluasi untuk melihat peningkatan kecerdasan spasial siswa setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan mengunakan media pembelajaran berupa diorama

5) Melakukan diskusi dengan observer berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan berkaitan dengan penggunaan media diorama.

5. Pengamatan (Observasi)

Observasi dilakukan dengan menggunakan format pedoman obeservasi gunamengetahui apakah kecerdasan spasial siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS sudah meningkat dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk diorama. Pengamatan yang dilakukan secara bersamaan dengan pelaksaaan tindakan, kemudian pada tahap ini observer melakukan pengamatan terhadap kecerdasan spasial siswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Observer juga bertugas mencatat segala sesuatu yang terjadi ketika pelaksaan tindakan berlangsung dan bertugas mengumpulkan data yang dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah dibuat sebelumnya.

6. Refleksi

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan (dalam Santyasa, 2007, hlm.14). Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian. Kegiatan refleksi dalam model Elliot ini sering juga disebut recconaisancekarena kegiatan ini meliputi pemahaman tentang situasi kelas yang ingin diubah atau diperbaiki. Namun letak perbedaannya dengan kegiatan recconaisance dalam identifikasi masalah diatas, kegiatan ini dilakukan setelah siklus.

(17)

dan berdasarkan refleksi ditemukan hal-hal yang masih dapat dibenahi/ditingkatkan. Kegiatan siklus berikutnya mengikuti langkah-langkah sebelumnya yaitu perencanaan tindakan-observasi-refleksi sampai PTK berakhir.

Adapun pada kegiatan ini peneliti melakukan:

a. Kegiatan diskusi balikan dengan mitra peneliti dan siswa setelah

tindakan dilakukan

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya

c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing

D. Penjelasan Istilah

Di bawah ini merupakan penjelasan istilah dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Media Diorama

Media diorama ini merupakan benda tiruan yang memiliki fungsi untuk memudahkan memahami suatu objek dalam proses pembelajaran dengan bentuk yang disederhanakan dari bentuk aslinya.

Diorama sebagai media pembelajaran juga berguna untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial seperti untuk menggambarkan keadaan dataran tinggi, dataran rendah, keadaan kota/desa, pasar, atmosfer, peta kerajaan di Indonesia dan lain sebagainya. Diorama dapat dibuat oleh guru dan siswa, membuatnya cukup mudah karena bahan-bahan yang diperlukan tidak terlalu mahal dapat dibuat dari barang-barang bekas yang mudah didapat seperti: kardus/kotak, kertas, karton, kawat, kapas, busa dan ditambah dengan pewarna/cat.

(18)

diperhatikan. Bahan yang digunakan tidak harus baru dan mahal, dalam penelitian ini bahan bekas juga bisa digunakan dan akan menambah nilai plus pada diorama tersebut. Warna pun juga harus diperhatikan, tentunya warna yang digunakan disesuaikan dengan keadaan pemandangan atau lingkungan yang akan dibuat tiruannya.

2. Kecerdasan Spasial

Kecerdassan spasial merupakan kemampuan untuk menerjemahkan gambaran dalam pikiran kedalam bidang fisik melalui penggambaran,

pelukisan, pemahatan, pembangunan atau pembentukan (dalam

Lwin,M.dkk, 2008, hlm. 74). Kecerdasan spasial ini bergantung pada kemampuan untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu objek, dan merupakan kemampuan untuk memikirkan bentuk (Yaumi, 2012, hlm 89). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spasial ini berkaitan dengan hal yang mencakup aspek keruangan yaitu dengan mengenali dan memahami lingkungan yang diinterpretasikan kedalam hal lain meliputi pelukisan, pemahatan, pembentukan, penempatan sesuatu benda hingga menciptakan suatu karya.

Rettig (dalam Yaumi, 2012, hlm. 16) menyebutkan ada tiga kunci dalam mendefinisikan kecerdasan spasial yang diantaranya :

a. Mempersepsi, yakni menangkap dan memahami sesuatu dengan

panca indra.

b. Spasial terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan

ruang.

c. Mentransformasikan yakni mengalihbentukan hal yang ditangkap

mata kedalam bentuk wujud lain, misalnya melihat, mencermati, merekam, mengintrepretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan intrepretasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sketsa, kolase atau lukisan.

E. Instrumen Penelitian

(19)

pada saat tindakan berlangsung. Berikut adalahkisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi InstrumenPenelitian Peningkatan Kecerdasan Spasial

Siswa melalui Media Diorama

N o

Rumusan

Masalah Dimensi Indikator

(20)
(21)

dengan sasaran

23)Bentuk dan jenis

(22)

Negeri 19 respon dari siswa

(23)
(24)
(25)
(26)

kegiatan

Adapun dibawah ini merupakan penjelasan beberapa instrumen yang digunakan peneliti yang diantaranya adalah :

1. Pedoman Observasi

(27)

dan lebih mudah untuk dianalisis.Lembar observasi yang digunakan untuk pengukuran kecerdasan spasial siswa terdiri dari beberapa indikator yang dapat dilihat pada tabel 3.2, untuk format lembar observasi penilaian RPP dan Penampilan dapat dilihat pada tabel 3.3dan 3.4.untuk lembar observasi dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6. Untuk rubrik penilaian produk dapat

dilihat pada table 3.7 dan 3.8di bawah ini

NO INDIKATOR PENJELASAN

1 Mempresentasikan ide

(dalam Yaumi. hlm. 90)

Sudah memiliki ide dan rancangan prakarya apa yang akan dibuat.

2

Pemilihan dan Pengolahan Bahan baku

(dalam Yaumi, hlm. 91)

(28)

Tabel 3.2 Indikator Kecerdasan Spasial Siswa

Tabel 3.3 Penilaian RPP

3.

Mampu mempersepsikan (Rettig dalam Yaumi. hlm. 16)

Memahami materi dalam prakarya yang

dibuat dan mampu menjelaskan

informasi-informasi yang terdapat

dalam prakarya 4

Mampu mentransformasikan (Rettig dalam Yaumi. hlm. 16)

Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata dan sesuai materi. 5

Memiliki nilai estetika (dalam Yaumi. hlm 16)

Tampilan prakarya terlihat bersih, warna tepat dan rapi

NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK

1 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian standar

kompetensi/ kompetensi dasar

2 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek kognitif

3 Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian aspek afektif

(29)

5 Materi ajar disusun mengacu kepada tujuan pembelajaran

6 Materi ajar disusun secara sistematis

7 Materi ajar disusun sesuai dengan pencapaian kompetensi

8 Materi ajar dirancang sesuai dengan standar kompetensi/

kompetensi dasar

9 Metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan tujuan

yang diharapkan

10 Memilih bahan ajar dengan tepat sesuai dengan karakteristik

dan kebutuhan siswa

11 Mencatumkan sekenario atau langkah-langkah pembelajaran 12 Sekenario disusun untuk setiap butir tujuan pembelajaran

13 Sekenario disusun mencerminkan komunikasi guru siswa yang

berorientasi berpusat pada siswa

14 Sekenario disusun dengan menerapkan metode pembelajaran 15 Sekenario disusun dengan menerapkan media pembelajaran

16 Sekenario disusun berdasarkan alokasi waktu yang

proporsional

17 Media disesuaikan dengan tuntunan standar kompetensi 18 Media disesuaikan dengan sasaran tujuan yang diharapkan 19 Media disesuaikan dengan materi ajar

20 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi

kognitif siswa

21 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi

afektif siswa

22 Media disiapkan untuk mendukung perkembangan potensi

psikomotor siswa

23 Bentuk dan jenis evaluasi sesuai dengan materi ajar

24 Penilaian disesuaikan dengan mengacu kepada norma penilaian

yang jelas Jumlah Skor

(30)

Tabel 3.4 Penilaian Penampilan

NO ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK

1 Guru membuka pembelajaran dengan salam

2 Guru memeriksa kehadiran siswa

3 Guru memeriksa kebersihan dan kerapihan kelas

4 Guru membimbing siswa untuk berdoa sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran

5 Guru menarik perhatian siswa

6 Guru memotivasi siswa berkaitan dengan materi yang

akan diajarkan

7 Guru melakukan apersepsi kepada siswa sebelum

membahas materi ajar

8

Guru membuat kajian tentang materi yang telah

diajarkan sebelumnya dan dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan

9 Guru memberikan gambaran tentang materi yang akan

diajarkan

10 Gurur menyajikan materi ajar sesuai dengan

langkah-langkah yang tertuang dalam RPP

11 Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi yang

berpusat pada siswa

12 Guru antusias dalam menanggapi dan menggunakan

respon dari siswa

13 Guru melakukan komunikasi dengan siswa

14 Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang

mau bertanya

15 Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah

dipelajari

16 Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan

(31)

pembelajaran yang telah dilaksanakan

17 Guru menginformasikan materi ajar berikutnya

18 Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa

dan diakhiri dengan salam Jumlah Skor

Nilai Presentasi

(32)

Tabel 3.6 lembar Observasi kecerdasan Spasial Siswa Tindakan III (Penilaian Produk)

No

Aspek yang dinilai

KELOMPOK

Rata-Rata

1 2 3 4

SB B C K SK SB B C K SK SB B C K SK SB B C K SK

1 Mampu mempersepsikan

2 Mampu mentransformasikan

3 Memiliki nilai estetika

Jumlah Skor

Persentase

Nilai

Nilai Presentasi

Sangat Baik 85,0 % - 100 %

Baik 70,0 % - 84,5 %

Cukup 55,0% - 69,9 %

Kurang 40,0 % - 54,9 %

Sangat Kurang 0% - 39,99%

Keterangan :

SB = Sangat Baik (Skor 5) B = Baik (Skor 4)

C = Cukup (Skor 3) K = Kurang (Skor 2)

(33)

Tabel 3.7Rubrik Observasi kecerdasan Spasial SiswaTindakan II (Peninjauan)

No

Indikator Skala

nilai Penjelasan

1 Mempresentasikan ide SB Sudah memiliki ide dan rancangan prakarya apa yang akan dibuat.

B Sudah memiliki ide tetapi masih kebingungan dalam merancang prakarya

C Siswa sudah memiliki ide tetapi belum memiliki rancangan tentang prakaryanya.

K Siswa masih kebingungan mengenai ide dan rancangan prakaryanya

SK Siswa belum memiliki ide dan rancangan dalam membuat prakarya

2 Pemilihan dan pengolahan

bahan baku.

SB Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas untuk membuat prakarya dan

siswa sudah mengetahui keseluruhan bahan baku tersebut akan dibuat apa.

B Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas untuk membuat prakarya dan

siswa mengetahui hanya sebagian bahan baku tersebut akan dibuat seperti apa.

C Siswa sudah menggunakan bahan baku berupa barang bekas namun belum mengetahui

bahan baku tersebut akan dibuat seperti apa.

K Siswa sudah mengetahui bagaimana mengolah bahan tetapi bahan yang digunakan bukan

barang bekas.

SK Siswa belum menggunakan bahan baku berupa barang bekas dan siswa belum mengetahui

(34)

3.8Rubrik Observasi kecerdasan Spasial SiswaTindakan III (Penilaian Produk)

No Indikator Skala

nilai Penjelasan

1 Mampu

mempersepsikan

SB Memahami materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu menjelaskan

informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya

B Memahami materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu menjelaskan

sebagian informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya

C Memahami sebagian materi dalam prakarya yang dibuat dan mampu

menjelaskan sebagian informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya

K Memahami sebagian materi dalam prakarya yang dibuat tetapi tidak mampu

menjelaskan informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya.

SK Belum memahami materi yang terdapat dalam prakarya yang dibuat dan tidak

mampu menjelaskan informasi-informasi yang terdapat dalam prakarya.

2 Mampu

mentransformasikan

SB Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata dan sesuai materi.

B Benda yang dibuat memiliki kemiripan dengan objek nyata namun hampir

sesuai dengan materi.

C Benda yang dibuat sesuai dengan materi tetapi tidak memiliki kemiripan

dengan objek nyata.

(35)

materi

SK Benda yang dibuat tidak mirip dengan objek nyata dan tidak sesuai dengan

materi.

3 Memiliki nilai estetika SB Tampilan prakarya terlihat bersih, warna tepat dan rapi

B Tampilan prakarya bersih dan rapi tetapi warna kurang menarik

C Tampilan prakarya warna tepat dan rapi tetapi kurang bersih

K Tampilan prakarya terlihat rapi tetapi kurang bersih dan warna kurang tepat

(36)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan perangkat yang digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunkan media pembelajaran berupa media diorama dalam pembelajaran IPS baik itu sebelum pembelajaran maupun setelah pembelajaran. Pedoman wawancara ini berisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya yang akan diajukan kepada pendidik dan Siswa.Dari hasil wawancara yang telah dilakukan data yang diperoleh digunakan unrtuk refleksi guna menunjang penelitian selanjutnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2011, hlm. 326).Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa foto proses pembelajaran sebagai data penunjang.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakancatatan tertulis berisi tentang segala peristiwa sehubungan dengantindakan yang dilakukan guru mengenai apa yang dilihat, didengar dandipikirkan dalam rangka mengumpulkan data

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang terjadi dan mencatatnya menjadi bagian dari data. Dalam PTK, observasi bisa dilakukan untuk memantau guru maupun memantau perkembangan Siswa. Observasi pun menjadi teknik utama dalam mengumpulkan data, hal ini dikarenakan observasi adalah pengamatan langsung dalam pelaksanaan penelitian.

2. Wawancara

(37)

mempersiapkan apasaja yang menjadi daftar pertanyaan pada saat pelaksanaan wawancara. Hal ini dilakukan bertujuan agar pelaksanaan wawancara terstruktur dengan baik dan menghindari pertanyaan penting terlewat.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis atau tergambar yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen aktivitas dan hasil kerja diskusi dalam kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa pada tiap tindakannya.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengelolaan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mengumpulkan data yang digunakan sesuai dengan instrumen yang telah ditetapkan. Setelah data dikumpulkan selanjutnya data diolah sehingga dapatdisimpulkan kebenarannya.Karena data awal yang peneliti dapatkan di lapangan masih bersifat data yang mentah.Pengolahan data disini berguna untuk memudahkan peneliti dan pembaca dalam memahami hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan. Berikut adalah teknik pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti :

1. Validasi Data

Validasi data didapat dari :

a. Lembar Penskoran, memperlihatkan skor penilaian produk

siswa dan perkembangan kecerdasan spasialsiswa berdasarkan kriteria penilaian yang terdapat dalam rubrik berdasarkan analisis untuk melihat tingkat ketercapaian kecerdasan spasial b. Member checkyaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan

atau informasi data yang diperoleh selama observasi dari narasumber yang relevan dengan PTK.

(38)

untuk memeriksa tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgement terhadap permasalahan yang dihadapi. d. Saturasi yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak

ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagitambahan data baru.

2. Teknik Analisis Data

a. Data Kuantitatif

Pengolahan data untuk mengukur perkembangan kecerdasan spasial siswa diolah secara kuantitatif melalui penskoran dari hasil pembuatan tugas.Hasil skor pembuatan tugas dikelompokan menjadi kategori Sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang.Adapun skala penilaian yang dipakai adalah sebagai berikut (Komalasari 2011, hlm. 156)

1) Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran peninjauan

diorama secara keseluruhan yaitu:

Presentase peninjauan =Jumlah skor yang didapat x 100% Jumlah skor maksimum

Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan kecerdasan spasial siswa dalam perencanaan konsep pembuatan media diorama. Kemudian dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dengan skala presentase sebagai berikut :

(dalam Santyasa hlm. 24)

2) Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran produk diorama

secara keseluruhan yaitu:

Presentase produk =Jumlah skor yang didapat x 100% Jumlah skor maksimum

Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan kecerdasan spasial siswa dilihat dari produk berupa media diorama yang dibuat

Nilai Presentasi

Sangat Baik 85,0 % - 100 %

Baik 70,0 % - 84,5 %

Cukup 55,0% - 69,9 %

Kurang 40,0 % - 54,9 %

(39)

oleh siswa. Kemudian dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dengan skala presentase sebagai berikut :

(dalam Santyasa hlm. 24)

b. Data Kualitatif

Pengolahan data hasil penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkahsebagai berikut:

1) Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data yang muncul dari catatan-catatan lapangan. 2) Penyajian Data, Penyajian yang paling sering digunakan pada

data kualitatif adalah bentukteks naratif.Pembeberan data yang

sistematis dan interaktif akan memudahkan

pemahamanterhadap apa yang telah terjadi sehingga

memudahkan penarikan kesimpulan ataumenetukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3) Penarikan Kesimpulan, Penarikan kesimpulan tentang

peningkatan atauperubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulansementara yang ditarik pada akhir siklus satu, kesimpulan terevisi pada akhirsiklus dua dan

seterusnya dan kesimpulan terakhir pada siklus

terakhir.Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dankesimpulan pertama sebagai pijakan.

3. Interpretasi Data

Pada Interpretasi data, peneliti berusaha menginterpretasikan temuan temuan yang didapat dari penelitian berdasarkan landasan teoritis yang

Nilai Presentasi

Sangat Baik 85,0 % - 100 %

Baik 70,0 % - 84,5 %

Cukup 55,0% - 69,9 %

Kurang 40,0 % - 54,9 %

(40)

telah dipilih.Hasil dari interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang berarti sebagai bahan untuk melakukan tindakan yang selanjunya.

Adapun hal-hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus

c. Mendeskripsikan hasil obeservasi aktivitas pendidik

d. Menganalisis hasil observasi peserta didik dengan cara menghitung

presentase setiap kategori untuk setiap tindakan

Setelah melakukan rangkaian proses analisis data, diharapkan peningkatan Kecerdasan spasial melalui media diorama ini dalam pelaksanaannya dapat

memperoleh kategori “Baik” dengan rentang nilai antara 70% hingga 84,5%

(41)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

A. SumberBuku :

Buzan, T. (2007).The Power of Social Intelligence :Sepuluhcarajadi orang pandaibergaul.Jakarta :Gramedia

Febry&Marendra (2009).Menu

Sehat&permainankreatifuntukmeningkatkankecerdasananak. Jakarta Selatan :Gagas Media

Gardner, H. (2013) Multiple Intelligences

:KecerdasanMajemukteoridalampraktek. TangerangSelatan

:Interaksara

Komalasari,K.(2011). Media Pembelajaran IPS.Bandung

:Tidakditerbitkan

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Lwin,M.dkk. (2008). How to Multiply Your Child’s Intelligence :Cara

MengembangkanBerbagaiKomponenKecerdasan. Yogyakarta :Indeks

Rachman, E. (2005). MengoptimalkanKecerdasanAnakdenganMengasah IQ & EQ. Jakarta :GramediaPustakaUtama

Ruhimat, dkk (2012).Kurikumul&Pembelajaran.Bandung :RajawaliPers Sadiman, (1996).Media Pendidikan.Jakarta : PT. GrafindoPersada

Sanaky, H. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta: SafiriaInsana Press Sanjaya, W.(2009). PenelitianTindakanKelas. Jakarta: KencanaPrenada

Media Group

Sanjaya, W. (2013).PerencanaandanDesainSistemPembelajaran.Jakarta :Kencana Group

Sapriya.(2014). Pendidikan IPS: konsep dan pembelajaran. Bandung; PT Remaja Rosdakarya

(42)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Soemanto, W. (2006).PsikologiPendidikan

:LandasanKerjaPemimpinPendidikan.Jakarta :RinekaCipta

Sudjana, N &Rivai,A. (2009). Media Pengajaran.Bandung

:SinarBaruAlgesindo

Sugiyono. (2011). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung : Alfabeta

Sukirman, D &Jumhana, N. (2006).PerencanaanPembelajaran. Bandung : UPI Press

Surya, M. (2013).Psikologiguru :KonsepdanAplikasidari guru, untuk guru. Bandung :Alfabeta

Suryabrata, S. (2008).PsikologiPendidikan. Jakarta :RajagrafindoPersada

Thobroni, M &Mustofa, A.(2013). BelajardanPembelajaran:

PengembanganwacanadanpraktikpembelajarandalampembangunanN asional. Yogyakarta :Ar-ruzz Media

Uno, H.B &Kuadrat, M. (2009).

MengelolaKecerdasandalamPembelajaran.Jakarta :BumiAksara

Wahab, A.(2009). Metode dan Model-Model Mengajar: Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: CV Alfabeta

Wiraatmadja. R. (2012).Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Winkel,W.S.(2007).PsikologiPengajaran. Yogyakarta : Media Abadi Yaumi.M. (2012).PembelajaranBerbasis Multiple Intelligences.Jakarta :

Dian Rakyat

B. SumberSkripsi :

Azmi, Y.N. (2013).Mengungkapkan Kreatifitas serta pemahaman konsep Siswa melalui pembuatan media diorama pada konsep pencemaran

lingkungan. (Skripsi).UniversitasPendidikan Indonesia

(43)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Semu Terhadap Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMKN 13

Bandung).(Skripsi).UniversitasPendidikan Indonesia

Hababa, A.A. ( 2014). Pengaruh Kecerdasan Spasial Dan Kecerdasan Matematis Terhadap Kemampuan Menggambar Teknik Siswa Pada

Mata Pelajaran Pembacaan Dan Pemahaman Gambar Teknik Di

Smk Negeri 3 Yogyakarta. (Skripsi).UniversitasNegeri

Yogyakarta.http://eprints.uny.ac.id/22411/1/Akhmad%20Aziz%20H

ababa%2007504241034.pdf

Marfuah. (2012). Pengaruh Kecerdasan Spasial dan Minat Terhadap kemampuan menggambar pada Pelajaran Desain Ekterior

Bangunan di SMKN 6 Bandung. (Skripsi).UniversitasPendidikan

Indonesia

Putranti, A.D. (2014). Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pelajaran Seni Rupa Melalui Diorama Cerita Rakyat Di SmpNegeri 1 Sewon

Bantul Yogyakarta. (Skripsi).UniversitasNegeri

Yogyakartahttp://eprints.uny.ac.id/18741/1/Anggraeni%20Dwi%20P

utranti%2010206241046.pdf

C. SumberJurnal :

Manurung, N. (2013)Pemanfaatan Multiple Inteligencedalam Proses Pembelajaran.KEGURUAN :JurnalPenelitian,Volume I (1), hlm. 49-56

Maulidah, N &Santoso, A.

(2012).PermainanKonstruktifuntukmeningkatkanKemampuan

Multiple Intelligence (Visual-Spasialdan

Interpersonal).JurnalBimbingandanKonseling Islam, Volume II (1), hlm. 27-47

Nurseto, T. (2011).Membuat Media Pembelajaran yang

Menarik.JurnalEkonomidanPendidikan, Volume VIII (1), hlm. 19-35

D. Sumber Lainnya :

Affandi, A.J. ( 2013). Penggunaan Media Diorama

DalamPembelajaranTematik Di

(44)

Eka Chandra Kusuma, 2015

PENINGKATAN KECERDASAN SPASIAL SISWA MELALUI MEDIA DIORAMA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[online].http://cagusuksesr.blogspot.com/2013/12/penggunaan-media-diorama-dalam.html. [diakses 12 Juni 2015]

Santyasa, I, W. (2007).MetodologiPenelitianTindakanKelas.Workshop tentangPenelitianTindakanKelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2 dan5Nusa

PenidaKlungkung.UniversitasPendidikanGaneshaSingaraja

UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia

Gambar

Gambar 3.1  Siklus PTK Model Elliott Revisi dari Model Lewin
Tabel 3.1 Kisi-Kisi InstrumenPenelitian Peningkatan Kecerdasan Spasial  Siswa melalui Media Diorama
Tabel 3.2 Indikator Kecerdasan Spasial Siswa
Tabel 3.4 Penilaian Penampilan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Biaya sewa DVD untuk anggota lebih rendah dari biaya untuk non anggota, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:. Sewa non-anggota Biaya untuk

Pemerintah daerah dapat menggunakan hasil studi ini sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan pemanfaatan lahan khususnya pemanfaatan lahan untuk kegiatan permukiman

Program-program penanggulangan kemiskinan bagi kaum miskin etnis Jawa, agar dapat mencapai efektivitas yang optimal , tentunya juga harus didasarkan pada etika sosial-budaya

Draft assessments for the following countries were subject to consultation: India, Lao People´s Democratic Republic, Republic of Korea, Ukraine.. Stakeholders submitted comments

Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antar variabel akan dilakukan dengan cara memetakan semua variabel operasional dari penilaian prestasi kerja dan analisa jabatan serta

Peubah laten adalah suatu peubah yang tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat diukur melalui satu atau lebih peubah indikator, misalnya : motivasi belajar

Variabel lainnya yaitu leverage , proporsi Komite Audit Independen, ROE dan Tobins’q tidak berpengaruh terhadap tingkat risk management disclosure.. Kata Kunci : risk

Artinya guru tidak hanya harus mengetahui bagaimana mengajarkan demokrasi kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi tersebut