PERSEPSI MAHASISWA FKIP YANG BELUM PPL II DAN YANG SUDAH PPL II, SERTA MAHASISWA NON FKIP
TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI ASPEK KESEJAHTERAAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL
Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi Dan Mahasiswa FE Program Studi Manajemen dan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh : Marina Dwi Murwati
NIM: 011334097
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SI(RIPSI
PERSEPfII MAHA,SISWATKIP VANG BELTTM-PPL U I}AN
yANc suDAIr-PPi
n, snnrl MAuAsrswA
NoN x'KrP
TERtrADAP
pniiru3i cunu IlrrINJAu DAru AsPEK
rcrsn:nrrin"'rnt' sosnl, DAIit
PRorEsroNAL
Stuei t<rru$Urlol,*t nflP
p*eot Studi Pendiditen
Ekonomi
Drn ltflrhrsbwr ffi;il;;
sddi Manrfeme-n
den Akuntansi
Universihs Suott" Dhermr Yogplertr
Pembimbhg I
S. Widanarto Prijowunt*o, S.Pd" M'Si
Oleh: Marina Dryi ltlumrti
IrilM:01l3&$F7
Telrh disetuiui oleh:
Tanggal 27 SePtember 2006
Tangeal 16Oldober2006
u
Ketua
Selostaris
Anggota
Anggota
Anggota
SKRIPTII
PERSEPSI MAHASISWA II(IP YANG BELTJM PPL II DAI\I YANG SUrlAIr PPL II, SERTA MAITASISWA NON FKIP
TERHADAP PROFESI GT]RU I'ITINJAU DARI ASPEK
KI:SB'AHTNRAAIY, SOSHL IDAT{ PITOFESIONAL
Studi Krsus Mehesissr FKIP Prcgrem Studi Pendidlken Ekonomi Ilrn Mrhmbwa XE Prugrem StudiMenaiemcn dan Akunhnsi
Universitru Srnetr Dhernr Yograkrrtr
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Merine llwi Mutteti NIM:01l33dllYt
Telatr dipertahankan di depan pmitia p€nguji
Pada tanggat i0 November 2006
dan dinyatakan rclah memenuhi qyanrt
Susunan Panitia Penguji
Nama Lerrgkap
Drs. Sutarjo Adistisiio J.R.
S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si
S. Widurarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si
Drs. Bambang Putnonno, S.8., M.Si.
Drs. F)L Muhadi, M.Pd.
YoSyakart& 10 November 2fi)6
[akultas Keguruan dan llmu P€ndidilon
Sanata Dharma
nl
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Janganlah berhent i unt uk selalu belajar
dari kehidupan,dari segala hal
yang t elah, sedang dan akan menyapamu
(Agung W eebe)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 November 2006
Penulis
vi
ABSTRAK
PERSEPSI MAHASISWA FKIP YANG BELUM PPL II DAN YANG SUDAH PPL II, SERTA MAHASISWA NON FKIP
TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI ASPEK KESEJAHTERAAN, SOSIAL DAN PROFESIONAL
Studi Kasus Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi Dan Mahasiswa FE Program Studi Manajemen dan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Marina Dwi Murwati
NIM: 011334097 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2006
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan, (2) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial, (3) perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi serta Mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan November-Desember 2005. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1265 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa FKIP Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2004 serta mahasiswa FE Prodi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 304 mahasiswa dari populasi diatas dengan menggunakan metodeproporsional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah Chi-Kuadrat ( 2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan ( 2hitung 18,366 > 2tabel
15,507), (2) ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial ( 2hitung 29,2119 > 2tabel 15,507), (3) ada perbedaan persepsi antara
mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional ( 2hitung 44,4188 > 2tabel
vii
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF THE STUDENTS AT THE FACULTY OF EDUCATION AND TEACHER TRAINING WHO HAVE AND HAVE NOT
ATTENDED THE FIELDWORK TRAINING II AND THE STUDENTS AT OTHER FACULTIES ON THE PROFESSION OF TEACHER VIEWED
FROM ITS PROSPERITY, SOCIAL AND PROFESSIONAL ASPECTS A Case Study on the students of Economic Education study Program, The Faculty of Education Teacher Training and of Management and
Accounting Study Program of Economic, Sanata Dharma University, Yogyakarta
Marina Dwi Murwati NIM: 011334097 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2006
This study is aimed to know: (1) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects, (2) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects, (3) the different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its professional aspects.
This case study is conducted in the Economic Education Study Program, the Faculty of Education and Teacher training and the Management and Accounting Study Program, the Faculty of Economic, Sanata Dharma University, Yogyakarta, in November-December 2005. The population in this study numbers 1265 students, which consist of students of Economic Education Study Program from the generation of 2001-2004 and the students of Management and Accounting Study Program from the generation of 2001-2002. This study takes 304 students out of 1265 population as its sample. The sampling method is proportional method to gather data. As for data analysis, this study applies Chi-Square ( 2) method.
The results of this study show that (1) there is different perception between the students at the faculty of education and teacher training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its prosperity aspects ( 2count 18,366 > 2table 15,507), (2) there
viii
training who have and have not attended the fieldwork training II and the students at other faculties on the profession of teacher viewed from its social aspects ( 2count
29,2119 > 2table 15,507), (3) there is different perception between the students at the
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat dan karunia Allah Bapa sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Persepsi Mahasiswa FKIP yang
belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta Mahasiswa non FKIP terhadap Profesi
Guru ditinjau dari Aspek Kesejahteraan, Sosial dan Profesional”. Studi kasus
Mahasiswa FKIP Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Mahasiswa FE Program
Studi Manajemen dan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2006.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sesuai program studi yang ditempuh di
Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat
dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
x
Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya, memberi saran dan
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., selaku dosen Pembimbing II yang
memberi saran dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
sampai dengan selesai.
5. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., yang telah memberikan bantuan, saran dan
pengarahan kepada penulis.
6. Guru-guruku di TK-SD St. Theresia I, SD Robert, SMPN 5, SMK Tunas Karya
Pangkalpinang-Bangka, seluruh Dosen di USD khususnya Prodi PAk yang telah
memberikan bimbingannya, terima kasih.
7. Bapak, ibu, kakak dan adikku tercinta, serta seluruh keluargaku yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
8. Teman2-ku serantau m’ Eva, mas teguh, m’ Ririn, m’ Yeni, Kaka, Onggo, Eka,
Wisnu, Santi (kangen wo ngumpul kayak dulu agik). Teman2 kostku di Kuwera
(m’ Cici, m’ Lani, m’ Dewi, m’ Pei), di STM Pembangunan (m’ Reta, m’ Eva,
m’ Elok, Olla, Kris, Ajeng, Betty, Eko), dan tentu saja di Bromo 2C (m’ Menik,
m’ Nana, Teteh, Puji, Agus, Dian, Ami). Terima kasih atas hari-hari penuh warna
yang pernah kita lalui bersama.
9. Teman-temanku Arum, Dita, Icha, Lina, Yuli, ma kasih ya atas kebersamaan
yang telah kalian berikan selama ini (maap ya kalo Marina sering ngeselin
he..he..he, ngak kapok kan?, kapan ya bisa ngumpul lagi bareng semua kangen
xi
10. Teman-temanku Sr. Columba, Ria, mas Ari franky (makasih bantuannya ya),
mas Ari Wibowo, mas Ari, Wiwik, Hexa, Nila, Liza, Deta, Pipit, Silvi, Kompos
(yang semangat ya), m’ Atik 99,m’ Atik 00 m’ Pipit, Nita, Maria, Benny +
Romo (makasih atas bantuannya nyebarin kuesioner), terima kasih atas keceriaan
dan dorongannya selama ini.
11. Teman-teman PAK B+A+C ‘01, ‘00, ‘99, ‘02, ‘03 dan teman-teman PDU ‘01,
terima kasih telah memberi warna selama kuliah, teruslah berusaha meraih
citamu.
12. Teman-teman BEM-FKIP (mas Ino, Hening, Adven, Rere, Dedy, Agung, pak
Kus, dll), Insadha 03-04, Infak 03 dan 04, dan juga untuk LSR (Romo Budi,
mbak Sophie, mas Win, mas Basskoro) marina memperoleh pengalaman yang
berharga di sana.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari
sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 10 November 2006
xii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7
1. Pengertian Persepsi ... 7
xiii
B. Profesi Guru ... 9
1. Pengertian Profesi... 9
2. Pengertian Guru ... 13
C. Persepsi Mahasiswa... 21
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa terhadap profesi guru ... 22
1. Aspek Kesejahteraan... 22
2. Aspek Sosial ... 23
3. Aspek Profesionalisme... 23
E. Kerangka Berpikir ... 24
F. Hipotesis ... 25
BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data... 28
E. Variabel Penelitian dan pengukurannya ... 29
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 30
G. Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 33
H. Rumusan Hipotesis dan Pengujian Hipotesis ... 36
xiv
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 41
B. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan USD ... 45
C. Prodi Pendidikan Ekonomi (PE) ... 46
D. Program dan Fasilitas Pendukung untuk Kesejahteraan Mahasiswa ... 50
E. Jumlah Mahasiswa, Dosen dan Karyawan ... 53
F. Pejabat Struktural Universitas Sanata Dharma ... 55
G. Bagan Struktur Organisasi FKIP... 59
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 60
B. Uji Prasyarat... 64
C. Pengujian Hipotesis ... 66
D. Pembahasan... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 87
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator instrumen penelitian, factor-faktor yang mempengaruhi pilihan
persepsi mahasiswa terhadap profesi guru ... 30
Tabel 2 Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 32
Tabel 3 Perbandingan Jumlah Mahasiswa... 35
Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Tiga Tahun Terakhir ... 53
Tabel 5 Jumlah Tenaga Pengajar Tetap... 54
Tabel 6 Karakteristik Responden dilihat dari Fakultas ... 60
Tabel 7 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Kesejahteraan ... 61
Tabel 8 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Sosial 62 Tabel 9 Deskripsi Variabel Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Profesional... 63
Tabel 10 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Kesejahteraan ... 64
Tabel 11 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Sosial . 65 Tabel 12 Tes Homogenitas Persepsi Mahasiswa ditinjau dari Aspek Profesional... 65
xvi
Tabel 14 Analisis perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang
sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap Profesi Guru ditinjau
dari aspek sosial... 71
Tabel 15 Analisis perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang
sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap Profesi Guru ditinjau
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Instrumen Penelitian (Kuesioner) ... 89
Lampiran II Hasil Uji Validitas, Reliabilitas Kuesioner, Uji Normalitas dan homogenitas Data... 92
Lampiran III Data Primer ... 97
Lampiran IV Kategori Kecenderungan Variabel... 108
Lampiran V Kriteria Interpretasi terhadap Koefisien Kontingensi ... 112
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kunci keberhasilan pembangunan suatu negara adalah kualitas sumber
daya manusia yang meliputi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan.
Dalam hal ini pendidikan menduduki peranan yang penting. Pendidikan
dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang lebih baik dikemudian
hari. Guru sebagai pendidik atau pengajar merupakan salah satu komponen
penting dalam kesuksesan setiap usaha pendidikan. Guru atau tenaga pendidik
meliputi tenaga pembimbing, tenaga pengajar dan tenaga pelatih, yang
semuanya itu membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
perkembangannya (Samana, 1994: 12).
Pada jaman pra dan pasca kemerdekaan sebelum era globalisasi
informasi, profesi dan posisi guru tinggi dan dihormati seperti priyayi, dan
posisi guru juga sangat tinggi dan dihormati di mata masyarakat (Syah, 1995:
221). Terbatasnya jumlah guru pada jaman dahulu menyebabkan kedudukan
guru di negara kita sangatlah terhormat, secara ekonomis penghasilan guru
cukup memadai dan secara psikologis harga diri dan wibawa mereka juga
Namun citra guru di mata masyarakat atau di negara kita berubah dari
waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan
aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan
guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya (performance), dan adanya
perubahan persyaratan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi
(era profesionalisasi dan spesialisasi) (Samana, 1994: 13). Ada pernyataan
yang menyatakan bahwa “guru miskin harta tapi kaya jasa” (Arikunto, 1980:
228). Syah (1995: 221) dengan sebuah analogi menyatakan bahwa penghasilan
guru hanya minim, cukup untuk mempertahankan kepulan asap dapur.
Sebagian orang berpandangan bahwa profesi guru tidak menjanjikan baik
secara ekonomis maupun secara gengsi. Bahkan kitapun sering mendengar
perkataan “mau kaya jangan jadi guru” atau “jadi guru banyak kerja tapi
penghasilan sedikit”. Dari kenyataan-kenyataan tersebut tidak heran jika
banyak generasi muda lebih berminat pada profesi dokter, insinyur, akuntan
dan lain sebagainya dibandingkan peminat menjadi guru.
Dari uraian di atas tampak adanya pengeseran terhadap profesi guru,
dari persepsi guru seperti “priyayi” sampai dengan persepsi guru merupakan
profesi yang tidak menarik. Mungkin karena faktor inilah maka profesi guru
menjadi tidak menarik bagi generasi muda, bahkan alumni yang memiliki latar
belakang disiplin ilmu keguruan banyak yang tidak berminat menjadi guru.
Hal nyata yang dapat kita lihat dari pengeseran persepsi ini nampak pada
Kedokteran, Fakultas Tehnik dan yang lainnya dibandingkan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Ini menandakan bahwa generasi muda lebih berminat untuk
melanjutkan pendidikannya ke fakultas yang lebih bergengsi dibandingkan
dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, bahkan FKIP akan menjadi
pilihan terakhir apabila pilihan pertama atau keduanya tidak lulus. Disini yang
menjadi pertanyaan besar bagaimana dengan mahasiswa FKIP sendiri saat ini?
Bagaimana persepsi mahasiswa FKIP dan non FKIP terhadap profesi guru?
Mahasiswa FKIP dididik dan disiapkan untuk menjadi guru yang
profesional. Pendidikan yang diberikan pada mahasiswa FKIP mulai dari
keahlian khusus tentang dunia sekolah, siswa, hingga keahlian bidang studi.
Untuk mempersiapkan mahasiswa sehingga benar-benar matang untuk terjun
kedunia pendidikan membutuhkan waktu yang tidak sedikit Selain itu
mahasiswa juga dibekali praktik pengalaman lapangan yakni praktik langsung
di sekolah selama ± 1 semester (Noviyanti, 2004: 14). Tentunya hal ini dapat
menimbulkan perbedaan persepsi, baik yang positif maupun negatif antara
mahasiswa FKIP yang belum PPL 2 dan yang sudah PPL 2 terhadap profesi
guru.
Mahasiswa non FKIP tidak dididik untuk menjadi guru. Persepsi
mahasiswa terhadap profesi guru adalah proses pemahaman, menerima,
mengorganisasikan dan menginterpretasikan profesi guru melalui panca indra
Dari hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui secara
nyata dan jelas bagaimana sebenarnya persepsi mahasiswa FKIP dan non
FKIP Universitas Sanata Dharma terhadap profesi guru. Sebab dari persepsi
mahasiswa FKIP dan non FKIP, baik yang positif maupun negatif terhadap
profesi guru akan berpengaruh pada diri mahasiswa FKIP sebagai calon guru
yang akan membangkitkan atau justru melemahkan tugasnya dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Persepsi Mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta Mahasiswa Non FKIP terhadap Profesi Guru di tinjau dari Aspek Kesejahteraan, Sosial dan Profesional”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap
profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan?
2. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap
3. Apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap
profesi guru ditinjau dari aspek profesional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa
FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa
non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa
FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non
FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa
FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non
FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Program Studi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi
program studi–program studi FKIP di Universitas Sanata Dharma
sehingga minat mahasiswa atau masyarakat luas terhadap profesi
guru semakin meningkat.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menciptakan suasana kompetitif yang sehat antara Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan non FKIP Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini penulis memperoleh tambahan wawasan,
pengalaman dan pengetahuan dalam mempraktekkan ilmu dan teori
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Mahasiswa
1. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik
lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman
(Thoha, 1988: 138). Menurut Rakmanto persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan perasaan (dalam
Rakmanto, 1985: 64).
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan
yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 53). Menurut Davidof
melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi.
Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga
individu mengerti tentang apa yang diinderakan ( 1981, Walgito, 1994:
64).
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, sejak itu secara langsung ia
stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri.
Ia merasa kedinginan, sakit dan sebagainya, kesan tersebut diperoleh dari
lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Karena persepsi
merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan
objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu, dan
timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan
(Sarwono, 1992: 47).
Dari pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa,
persepsi mahasiswa adalah pandangan mahasiswa tentang suatu obyek
(dalam hal ini adalah profesi guru) yang diperoleh dengan
mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi, sehingga mahasiswa
tersebut dapat mengerti tentang apa yang diinderakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Persepsi terhadap suatu stimulus mungkin berbeda antara satu
individu dengan individu lainnya, walaupun stimulus itu sama dan
disampaikan oleh orang yang sama. Hal ini dapat terjadi karena
tergantung dari individu, apa yang hendak dipersepsi/bagaimana sesuatu
yang akan dipersepsi tersebut diorganisasikan dan diinterpretasikan,
tetapi hal ini tidak berarti persepsi orang satu dengan lainnya tidak
mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih banyak tergantung proses di
Persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh
tiga faktor, yaitu (Mulyadi, 1989: 234-235):
a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri
Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.
b. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu
Obyek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain-lain) ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing-masing obyek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Kecuali itu setiap obyek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota yang penampilannya sangat mengesankan. Cara berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul terhadap anggota yang memiliki karakteristik seperti itu, anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.
c. Situasi di mana pembentukan persepsi itu terjadi
Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain-lain.
B. Profesi Guru
1. Pengertian Profesi
Kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti “pencaharian”
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan
yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
lain Sudjana (1974, dalam Usman 1995). Menurut Dr. Sikun Pribadi
profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan
atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu (Hamalik, 2003: 2). Sedangkan menurut
Nugroho profesi bukan sekedar pekerjaan atau vocation melainkan suatu
vokasi khusus yang mempunyai ciri-ciri keahlian (expertise), tanggung
jawab (responsibility), dan rasa kesejawatan (corporateness) (1982, Idris
dan Jamal, 1992: 43).
Ciri-ciri profesi menurut Supriadi (1998: 96-97) sebagai berikut:
a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi signifikan sosial karena diperlukan
mengabdi pada masyarakat,
b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat
pendidikan dan latihan yang “lama” dan “intensif” serta dilakukan
dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat
dipertanggungjawabkan (Accountable),
c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (A sysmatic body of
knowledge) bukan sekedar serpihan atau hanyacommonsense,
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta
sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik,
Sedangkan ciri-ciri profesi menurut Gibson (1965, dalam Arikunto
1980: 236):
a. Pengakuan oleh masyarakat terhadap layanan tertentu yang hanya dapat dilakukan oleh kelompok pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi,
b. Dimilikinya sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan sejumlah tehnik dan prosedur yang unik,
c. Diperlukannya persiapan yang sengaja dan sistematik sebelum orang mampu melaksanakan suatu pekerjaan profesional,
d. Dimilikinya organisasi profesional yang di samping melindungi kepentingan anggotanya dari saingan kelompok luar, juga berfungsi tidak saja menjaga, akan tetapi sekaligus selalu berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat, termasuk tindak-tindak etis profesional kepada anggotanya.
Berdasarkan ciri-ciri profesi yang ke empat yaitu adanya organisasi
profesi yang merupakan suatu wadah tempat para anggota profesional
tersebut menggabungkan diri dan mendapat perlindungan. Maka di
Indonesia organisasi profesional bidang kependidikan yang sudah ada
antara lain, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (ISAPI), dan Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) (Idris, 1992: 43).
Adapun mengenai PGRI berfungsi sebagai berikut:
a. Menyatukan seluruh kekuatan guru dalam satu wadah b. Mengusahakan adanya kesatuan langkah dan tindakan c. Melindungi kepentingan anggota-anggotanya
d. Mengawasi kemampuan anggota-anggotanya dengan selalu mengiatkan kemampuannya
e. Menyiapkan program-program peningkatan kemampuan anggota f. Menyiapkan fasilitas penerbitan dan bacaan lainnya dalam rangka
g. Mengambil tindakan terhadap anggota yang melakukan pelanggaran, dan kemudian melakukan pembinaan (Depdikbud, 1983 dalam Idris dan Jamal, 1992: 43)
Untuk mengatur keseluruhan tingkah laku dan sikap anggota,
organisasi profesional harus mempunyai kode etik profesioanl. Dengan
kata lain, kode etik itu merupakan ukuran nilai bagi para anggotanya
untuk bertingkah laku dan bersikap dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kepada masyarakat. Berikut ini kode etik yang dikutip dari
Landasan dan Pedoman Organisasi PGRI Penerbitan Khusus PGRI No.
15/ 1979:
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari pendidikan
merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
bangsa dan Tanah Air, kemanusiaan pada umumnya; dan guru Indonesia
yang berjiwa Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 merasa turut
bertanggungjawab pada terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 1945. Atas dasar itu, guru Indonesia terpanggil
untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan mempedomani isi
pernyataan berikut ini (Idris dan Jamal, 1992: 44):
a. Guru berbakti membimbing peserta didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdian.
2. Pengertian Guru
Dalam kamus bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai
seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru
merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru (Usman, 1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau
pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam
bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru
diperlukan syarat-syarat khusus yang dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Masidjo (1992: 10), guru
adalah seorang pekerja profesional yang diberi tugas, wewenang dan
tanggung jawab oleh atasan yang berwenang untuk melaksanakan
pendidikan di sekolah khususnya dalam kegiatan PBM dan kegiatan
di atas tampak bahwa ke-3nya sama-sama menunjuk bahwa guru
merupakan pekerjaan.
Menurut Samana (1994: 11), guru atau tenaga pendidik yang
dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga
masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam
penyelenggaraan lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru
merupakan tenaga pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan.
Sedangkan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal (Usman, 1995: 15).
Adapun persyaratan khusus profesi (guru) yang dikemukakan oleh
Drs. Moh. Ali (1985, dalam Usman 1995: 15) antara lain sebagai berikut:
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dari teori
ilmu pengetahuan yang mendalam.
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakannya.
Selain persyaratan tersebut, masih ada persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi
(Usman, 1995: 15) antara lain:
a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
b. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan
pasiennya, guru dengan muridnya.
c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di
masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas secara bertanggung jawab, seorang guru
wajib memiliki berbagai kemampuan dasar keguruan. Kemampuan dasar
keguruan yang dimaksud meliputi kemampuan dasar personal-sosial dan
kemampuan dasar profesional (Masidjo, 1992: 10), sebagai berikut:
a. Kemampuan Dasar Personal-Sosial
Kurikulum Pendidikan Tenaga Kependidikan Program Studi Strata Satu (Depdikbud, Dikti, 1991/1992) menyebutkan beberapa kemampuan dasar personal-sosial yang harus dimiliki seorang guru yang meliputi:
1) Kemampuan beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2) Kemampuan berperan dalam masyarakat sebagai warga negara
yang berjiwa Pancasila;
3) Kemampuan berpikir mandiri dan mampu mengungkapkan dalam bahasa yang baku;
4) Kemampuan mengembangkan sifat-sifat pribadi yang terpuji yang disyaratkan bagi jabatan guru-pendidik.
5) Kemampuan untuk memahami kemampuan dan keterbatasan dirinya di dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya;
7) Kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan dengan mengamalkan bidang studi dan ketrampilannya.
b. Kemampuan Dasar Profesional
Kemampuan dasar profesional yang harus dimiliki seorang guru meliputi 10 hal (Darji Darmodiharjo, 1980, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1) Penguasaan bahan pelajaran sehingga dapat menjadi infomator yang merupakan sumber informasi kegiatan pengajaran.
2) Pengelolaan program belajar mengajar dari setiap mata pelajaran yang diampunya.
3) Pengeloaan kelas sehingga memungkinkan dilaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan kemampuan siswa.
4) Pemakaian media dan sumber belajar. 5) Pengelolaan interaksi belajar mengajar.
6) Penguasaan landasan-landasan kependidikan yang tampak dalam perannya sebagai pribadi dan pendidik dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar.
7) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan konseling di sekolah.
8) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah baik sebagai proses maupun sebagai bidang garapan.
9) Pemahaman prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
10) Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
11) Agar hasil belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa secara bertanggung jawab. Dengan demikian seorang guru memperoleh umpan balik yang berharga untuk pengembangan pengajarannya.
Guru sebagai pendidik memiliki tugas-tugas tertentu yang berbeda
dengan profesi yang lain. Menurut Samana (1994: 12) tugas pendidik
sebagai berikut:
a. Tenaga pembimbing (petugas bimbingan konseling sekolah) adalah
didik (klien) agar mengenali dirinya termasuk kemampuan potensinya
dan mengetahui perkembangan dirinya.
b. Tenaga pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya
menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, baik yang
bersifat akademis, semi akademis, maupun yang bersifat keterampilan.
c. Tenaga pelatih/instruktur latihan keterampilan adalah tenaga
kependidikan yang secara bertahap serta sistematis melatih peserta
didik untuk menguasai keterampilan tertentu yang menjadi sasaran
pelajaran.
Sedangkan tugas guru menurut Usman (1995: 6) dibagi menjadi
tiga, yakni:
a. Tugas guru dalam bidang profesi
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar kependidikan. Tugas guru sebagai profesi
meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih merupakan kegiatan mengembangkan
b. Tugas dalam bidang kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.
c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan
Tugas di dalam masyarakat, tugas guru memberi teladan atau contoh.
Dimana dalam lingkungan masyarakat, guru diharapkan dapat
membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat
sekitarnya.
Sedangkan peranan guru yang dikemukakan oleh Adams dan
Dickey, meliputi (Hamalik, 2003: 123):
a. Guru sebagai pengajar
Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan itu maka guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggungjawabnya dan menguasai dengan baik metode dan tehnik mengajar.
b. Guru sebagai pembimbing
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, dan kesulitan lainnya.
c. Guru sebagai pemimpin
menciptakan lingkungan belajar yang serasi, menyenangkan, dan merangsang dorongan belajar para anggota kelas.
d. Guru sebagai ilmuwan
Guru dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada murid, guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus- menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya
e. Guru sebagai pribadi
Sebagai pribadi setiap guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-muridnya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat ini sangat diperlukan agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
f. Guru sebagai penghubung
Sekolah berdiri di antara dua lapangan, di satu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus-menerus berkembang, di lain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Di antara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung di mana guru berfungsi sebagai pelaksana.
g. Guru sebagai pembaharu
Pembaharuan dalam masyarakat terjadi berkat masuknya pengaruh ilmu dan teknologi modern, yang datang dari negara-negara berkembang. Masuknya pengaruh-pengaruh itu, ada yang secara langsung ke dalam masyarakat dan ada yang melalui lembaga pendidikan (sekolah). Guru memegang peranan sebagai pembaharu, karena melalui kegiatan guru menyampaikan ilmu dan teknologi h. Guru sebagai pembangunan
Di samping tugas-tugas dan peranan guru tersebut, karakteristik
kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru (Syah, 1995: 227-230)
antara lain:
a. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan
berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai
dalam situasi tertentu.
b. Keterbukaan psikologis kepribadian merupakan dasar kompetensi
profesional (kemampuan dan wewenang melaksanakan tugas)
keguruan yang harus di pilih oleh setiap guru.
Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni dan tim Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru/PTG (dalam Arikunto, 1980: 238-239) berhasil
merumuskan tiga kemampuan penting yang harus dimiliki oleh seorang
guru profesional. Ketiga kemampuan tersebut dikenal dengan “tiga
kompetensi” yaitu:
a. Kompetensi profesional, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentangsubject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar.
b. Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.
Atas dasar ciri-ciri dan persyaratan diatas, jelaslah jabatan profesional
harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan
jabatan itu. Demikian pula dengan profesi guru, harus ditempuh melalui
jenjang pendidikan pre service education seperti Pendidikan Guru Sekolah
Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP (Usman,
1995: 15).
C. Persepsi Mahasiswa
Seorang guru harus memiliki kecakapan, keterampilan, serta
pengelolaan kelas yang baik. Dengan kecakapan, keterampilan serta
penguasaan dari guru yang baik, maka tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional akan dapat tercapai.
Mahasiswa FKIP dididik dan disiapkan untuk menjadi guru yang
profesional. Pendidikan yang diberikan pada mahasiswa FKIP mulai dari
keahlian khusus tentang dunia sekolah, siswa, hingga keahlian bidang studi.
Tidak hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk mempersiapkan
mahasiswanya sehingga benar-benar matang untuk terjun kedunia pendidikan.
Selain itu mahasiswa juga dibekali praktik pengalaman lapangan yakni praktik
langsung di sekolah selama ± 1 semester (Noviyanti, 2004: 14).
Mahasiswa non FKIP tidak dididik untuk menjadi guru. Persepsi
mahasiswa terhadap profesi guru adalah proses pemahaman, menerima,
mahasiswa. Apakah persepsi tersebut positif ataupun negatif? Dari persepsi ini
akan menimbulkan reaksi mahasiswa (Noviyanti, 2004: 15).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi guru
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap profesi
guru, antara lain aspek kesejahteraan, aspek sosial, aspek profesionalisme.
1. Aspek kesejahteraan
Masalah kesejahteraan tidak pernah lepas dari seorang guru, apalagi
di Indonesia. Meskipun kesejahteraan guru bukan satu-satunya penentu
kehormatan dan martabat guru. Kesejahteraan merupakan tema sentral
dalam banyak pembicaraan mengenai profesi guru selama ini. Profesi dan
status guru dilihat dari pendapatannya, memang bukan suatu pekerjaan
yang menjanjikan.
Kita mengakui gaji dan tunjangan yang diperoleh guru masih
minim dibandingkan dengan profesi lain seperti hakim, jaksa, dokter,
dosen dan lain sebagainya. Sementara kesempatan untuk mencari
penghasilan tambahan di luar pekerjaan pokoknya tidak banyak, masih
ada guru SD yang menerima honor Rp 94.000,- per bulan. Lebih kecil
dari UMR buruh di Jakarta yang mencapai angka Rp 320.000,- per bulan
(Suroso, 2002: 51). Bahkan seorang guru SD yang telah bekerja selama
pengeluaran seorang guru dengan istri dan tiga anak tidak kurang dari Rp
700.000,- (Suroso, 2002: 67).
2. Aspek sosial
Status sosial guru berkaitan dengan profesi guru itu sendiri dan
penghargaan masyarakat terhadap wibawa guru. Menurut Supriadi (1998:
68) makin tinggi tingkat sekolah tempat guru mengajar, makin baik status
sosial keluarganya. Secara umum status sosial keluarga guru SLTA
umumnya lebih baik daripada asal keluarga guru SLTP dan SD. Hal ini
dapat dipahami karena untuk menjadi guru pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dituntut tingkat pendidikan guru yang lebih tinggi pula, yang
berkaitan dengan faktor sosial keluarga disamping faktor kesejahteraan.
3. Aspek profesionalisme
Profesional menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu
profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau
disiapkan untuk itu.
Menurut jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993
(Supriadi, 1998: 98) guru sebagai pekerja profesional mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai tehnik evaluasi melalui cara pengamatan dalam perilaku
siswa sampai tes hasil belajar.
d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalaman.
e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat, belajar dari
lingkungan profesinya.
E. Kerangka Berpikir
Persepsi mahasiswa terhadap profesi guru tentunya berbeda-beda.
Dalam hal ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap
profesi guru. Faktor yang pertama yaitu faktor kesejahteraan, setiap orang
dalam menilai suatu pekerjaan selalu melihat pada gaji dan tunjangan yang
diterima apabila bekerja pada pekerjaan tertentu, termasuk profesi guru. Akan
tetapi bila melihat fakta yang ada saat ini, kesejahteraan yang diperoleh guru
masih sangat minim.
Faktor kedua yaitu aspek sosial. Status sosial guru berkaitan dengan
profesi guru itu sendiri dan penghargaan masyarakat terhadap profesi guru.
Prestise dan status sosial guru sebagai profesi dipandang baik oleh masyarakat
jika guru dapat menunjukkan martabat dan budi pekerti yang baik.
Faktor ketiga yaitu aspek profesional. Aspek ini menekankan pada
yang profesional, guru harus terampil dan pakar dalam bidangnya sebagai
guru. Pakar dan terampil dalam hal ini meliputi banyak hal diantaranya, guru
harus mampu menguasai bahan materi yang akan diajarkan, mampunyai rasa
tanggung jawab terhadap tugasnya, menampilkan perilaku yang baik dan lain
sebagainya.
Tentunya ketiga aspek ini mempengaruhi persepsi mahasiswa terhadap
profesi guru, baik mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL
II, serta mahasiswa non FKIP.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2005: 82). Hipotesis yang dirumuskan untuk
masing-masing rumusan masalah sebagai berikut:
1. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan
yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru
ditinjau dari aspek kesejahteraan.
2. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan
yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru
ditinjau dari aspek social.
3. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan
yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap profesi guru
26
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II,
serta mahasiswa FKIP yang sudah PPL II dan mahasiswa non FKIP terhadap
profesi guru. Hasil penelitian ini tidak digeneralisasikan di luar subyek
penelitian, karena penelitian hanya berlaku pada subyek yang diteliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2005
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan kelompok di mana peneliti akan
mengeneralisasikan hasil penelitiannya/keseluruhan anggota,
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Program Studi
Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2004 dan mahasiswa Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002
yang berjumlah 1265 mahasiswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan untuk
memprediksi karakteristik populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel yang bersifat representative yang memiliki
seluruh sifat populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metodeproporsional random sampling.
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan teknik proporsional
random sampling. Jumlah sampel yang diambil menggunakan tabel
Krecjie dalam penelitian ini adalah 242 mahasiswa untuk yang belum
PPL II, 308 mahasiswa untuk yang sudah PPL II dan 715 mahasiswa non
FKIP. Jumlah populasi 1265, bila kesalahan 5% maka jumlah sampelnya
= 304. Jadi jumlah sampel untuk mahasiswa yang:
242
Belum PPL II = x 304 = 58 1265
308
Sudah PPL II = x 304 = 74 1265
715
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden.
Kuesioner diberikan kepada mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan
mahasiswa FKIP yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP terhadap
profesi guru maka sebagai populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa FKIP program studi Pendidikan Akuntansi (PAK) dan
mahasiswa FKIP program studi Pendidikan Ekonomi Koperasi (PEK),
serta mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi dan jurusan
Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2001
sampai angkatan 2004 untuk memperoleh data mengenai persepsi
mahasiswa terhadap profesi guru.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang berdasarkan
pada pencatatan data tentang obyek yang dilakukan individu atau
lembaga. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran
umum USD (FKIP dan non FKIP) yang meliputi sejarah, struktur
organisasi, jumlah mahasiswa dan segala hal yang berhubungan dengan
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk
diamati (Sugiyono, 2005: 2). Variabel penelitian ini terdiri dari variabel
independen atau bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa
FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II serta mahasiswa non
FKIP sedangkan variabel dependen atau terikatnya adalah profesi guru.
2. Pengukuran
Alat ukur/instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
berisi sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan pada responden untuk
diisi sesuai dengan keadaan responden. Peneliti menggunakan Skala
Likert untuk memberikan skor pada kuesioner. Ada 2 kategori pertanyaan
yang digunakan, yaitu pertanyaan positif dan negatif. Skor yang
digunakan untuk menilai pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
Pilihan Jawaban Positif Negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Tolok ukur yang digunakan dalam menilai faktor-faktor yang
Peneliti akan mengidentifikasikan indikator-indikator yang akan
digunakan dalam instrumen penelitian sebagai berikut:
Tabel 1
Indikator instrumen penelitian, faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan persepsi mahasiswa terhadap profesi guru
No Item Pertanyaan
No Indikator
Positif Negatif 1. Aspek Kesejahteraan
a. Gaji
b. Tunjangan
8 1, 4, 20,
24, 26, 28 6
2. Aspek Sosial a. Prestise
b. Kesempatan melakukan kegiatan sosial
c. Interaksi dengan masyarakat d. Status social
15 22
12, 27
7, 11, 23 17 3. Aspek Profesional
a. Keahlian
b. Rasa tanggung jawab c. Kebanggaan terhadap
profesinya
3, 5, 10, 14, 16, 18 25 2
9, 19
13 21
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
1. Pengujian Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk
mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang
seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan
pertanyaan dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor
pertanyaan. Uji validitas ini menggunakan rumus Korelasi Product
Moment Person (Arikunto, 2002: 146) yaitu:
rxy =
(
)( )
(
)
[
∑
∑
]
[
∑
( )
∑
]
∑
∑
∑
− −
−
2 2
2 2
Y Y
n X X
n
Y X XY
n
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara skor item dan skor total
X : skor masing-masing item tes Y : skor total seluruh item tes n : jumlah item pertanyaan
Pelaksanaan perhitungan uji validitas item pada penelitian ini
penulis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk=n-2 dengan taraf
signifikansi 5% (dk=50-2=48, 5%), diperoleh r tabel = 0,187. Kriteria
pengujian adalah apabila r hitung > r tabel maka butir instrumen
dinyatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka butir
instrumen tidak valid.
Berdasarkan uji validitas butir pada 50 responden terdapat 7 item
yang tidak valid yaitu butir 1, 9, 11, 13, 19, 23 & 26. Hasil perhitungan
Tabel 2
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Item r tabel r hitung Keterangan
Item 2 0,187 0,348 Valid
Item 3 0,187 0,413 Valid
Item 4 0,187 0,384 Valid
Item 5 0,187 0,403 Valid
Item 6 0,187 0,323 Valid
Item 7 0,187 0,357 Valid
Item 8 0,187 0,359 Valid
Item 10 0,187 0,357 Valid
Item 12 0,187 0,388 Valid
Item 14 0,187 0,328 Valid
Item 15 0,187 0,351 Valid
Item 16 0,187 0,385 Valid
Item 17 0,187 0,471 Valid
Item 18 0,187 0,484 Valid
Item 20 0,187 0,369 Valid
Item 21 0,187 0,330 Valid
Item 22 0,187 0,331 Valid
Item 24 0,187 0,333 Valid
Item 25 0,187 0,363 Valid
Item 27 0,187 0,372 Valid
Item 28 0,187 0,348 Valid
Item 29 0,187 0,352 Valid
Item 30 0,187 0,359 Valid
Item 31 0,187 0,335 Valid
Item 32 0,187 0,369 Valid
Item 33 0,187 0,518 Valid
Item 34 0,187 0,348 Valid
2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas yaitu ukuran yang menunjukkan kemampuan
instrumen untuk dipercaya. Untuk uji reliabilitas dengan menggunakan
rumusAlpha (Arikunto, 2002: 171) yaitu:
−
−
=
∑
21 2
11 1
1 σ
σ
bk k r
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b2 : jumlah varians butir 12 : varians total
Pengujian reliabilitas butir angket menggunakan koefisien alpha ( )
dari Cronbach dengan menggunakan komputer program SPSS 12.0.
Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk-2 dan = 0,05 (dk =50-2, =
0,05) maka diperoleh r tabel = 0,187. Hasil analisa menunjukkan bahwa
butir-butir pernyataan yang diuji reliabel dan handal. Hal tersebut terbukti
dengan diperolehnya r hitung = 0,815.
G. Pengujian Normalitas dan Homogenitas
1. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap
variabel berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas setiap
normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.0. jika nilai
hitung untuk tiap-tiap variabel penelitian ini dibawah = 0,05 maka
distribusi data variabel tersebut adalah tidak normal. Jika masing-masing
variabel mempunyai nilai di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel penelitian berdistribusi normal, adapun rumus uji
Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002: 36):
( )
Xi S( )
Xi FoMax
D = − N
Keterangan:
D : Deviasi maksimum
Fo(Xi) : Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan SN : Distribusi frekuensi kumulatif observasi
Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5% ( =
0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya jika nilai F
hitung < dari nilai F tabel maka distribusi data dikatakan normal.
2. Pengujian Homogenitas
Untuk pengujian hipotesis komparatif tiga sampel dengan
menggunakan Analisis Varian Satu Jalan (Sugiyono, 2005: 166-167).
Dalam rangka pengujian dengan Anova, maka data disusun kembali
Tabel 3
Perbandingan Jumlah Mahasiswa
No FKIP yang belum
PPL II
FKIP yang sudah
PPL II Non FKIP 1 15 …… …… …… …… …… …… n X S S2 n Xi X n i
∑
= = 1(
)
1 1 2 = − =∑
= n X Xi S n iSelanjutnya pengujian homogenitas varians diuji dengan uji F
Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel, dengan
dk pembilang -1 dan dk penyebut -1. Apabila Fhitung < Ftabel (0.05);dk
pembilang n-1; dk penyebut n-1) , maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang
akan dianalisis homogen dan apabila Fhitung >Ftabel (0.05);dk pembilang n-1; dk
penyebut n-1), maka dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan
dianalisis tidak homogen sehingga perhitungan ANOVA tidak dapat
dilanjutkan.
H. Rumusan Hipotesis dan Pengujian Hipotesis
1. Rumusan Hipotesis
Dalam perumusan hipotesis, antara harapan nol dan alternatif selalu
berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima
sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu bila Ho ditolak pasti
alternatifnya diterima (Sugiyono, 2005: 84).
1) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang
belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non
FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek kesejahteraan
Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
2) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang
belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non
FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.
Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.
3) Ho = tidak ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang
belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non
FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
Ha = ada perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum
PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
2. Pengujian Hipotesis dan pengambilan kesimpulan
a. Pengujian hipotesis
Untuk menguji apakah ada perbedaan persepsi antara
mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta
mahasiswa non FKIP ditinjau dari aspek kesejahteraan, sosial dan
profesional dianalisis dengan uji F dari R.A Fisher. Adapun syarat
1. Distribusi data harus normal.
2. setiap kelompok hendaknya berasal dari populasi yang sama
dengan variasi yang sama pula (homogen).
3. pengambilan sampel dilakukan secara random (acak).
Apabila ke tiga syarat diatas tidak terpenuhi, maka uji F (Anova) tidak
dapat dilakukan, dalam hal ini pengujian hipotesis akan dilakukan
dengan menggunakan uji non parametik Chi-Kuadrat dengan rumus
(Sugiyono, 2005: 104) adalah sebagai berikut:
(
)
2 12
∑
= − = k
i h
h o
f f f
χ
Keterangan:
2
: Chi-Kuadrat
fo : frekuensi yang di observasi fh : frekuensi yang di harapkan
Langkah-langkah uji F (Anova) dari R.A Fisher (Djarwanto
Sp, 2001: 160) adalah sebagai berikut:
1) Menyusun dan menjumlahkan skor dari setiap jawaban responden.
2) Menentukan nilai kritis dengan taraf signifikansi (level
significance) = 0,05
3) Menyusun skor dan mean untuk masing-masing aspek dari setiap
responden.
4) Menghitung statistik Uji F (Anova) dengan rumus (Djarwanto Sp,
k N nj T X k N T n T F n i k j k j j ij k j j j − − − − =
∑∑
∑
∑
= = = =1 1 1 2 2 1 2 2 1 Keterangan:
Xij : nilai individu ke I dari sampel j.
k : banyaknya sampel (sampel 1, sampel 2,…..,sampel k) nj : banyaknya individu (ukuran) sampel j.
Tj : jumlah semua nilai individu dari sampel j.
T : T1+T2+T3
N : banyaknya semua sampel
b. Pengambilan kesimpulan
1) Hipotesis 1
Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan
persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek
kesejahteraan.
Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)
,
ada perbedaanpersepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek
2) Hipotesis 2
Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan
persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.
Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)
,
ada perbedaanpersepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial.
3) Hipotesis 3
Terima Ho, jika Fhitung < Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1), tidak ada perbedaan
persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
terhadap profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
Tolak Ha, jika Fhitung > Ftabel (0.05);dk (n-1); (n-1)
,
ada perbedaanpersepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II
dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma 1. PTPG Sanata Dharma (1955- 1958)
Rencana untuk mendirikan suatu Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG) oleh Prof. Moh. Yamin, S.H. (menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan RI) pada tahun 1950-an disambut baik oleh para imam
Katolik, terutama OrdoSocietas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat
S.J. waktu itu ordo telah membuka kursus-kursus BI, antara lain BI
mendidik (Yayasan De Brito) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H.
Loef, S.J. dan BI Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang
dikelola oleh Pater W.J Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J.
Berkat dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide,
selanjutnya Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior
Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kursus-kursus ini menjadi
sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20
Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desembar
1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu
Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S. J. menjadi
Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan.
Nama “Sanata Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J.
yang waktu itu menjabat pejabat Departeman Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. “Sanata Dharma”
sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”, yang berarti “kebaktian yang
sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”. Kebaktian dan pelayanan itu
ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).
2. FKIP Sanata Dharma (1958-1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini
Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan
PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November
1958 berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata
Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang
Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh
status “disamakan” dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP No. 1/
1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77/ 1962 tanggal 11 Juli 1962.
Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP
Sanata Dharma berdiri sendiri.
3. IKIP Sanata Dharma (1965-1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas
sebagai sebuah institusi pendidikan, FKIP Sanata Dharma berubah menjadi
IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP
No.237/B-SWT/U/1965. Surat keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September
1965.
Dalam masa IKIP tersebut, banyak hal berkembang di Sanata
Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik yang
menyangkut pembangunan sarana fisik, administrasi, pengajaran dan
penelitian maupun pengabdian pada masyarakat. IKIP Sanata Dharma
dilengkapi dengan lembaga-lembaga pendukung, yaitu Pusat Penelitian
Sanata Dharma, Pusat Pengabdian pada Masyarakat, dan Pusat Komputer.
Di samping itu, IKIP Sanata Dharma didukung pula oleh dua biro
administrasi, yaitu Biro Administrasi Umum (BAU) dan Biro Administrasi
Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK).
Selain melaksanakan Program SI (sebelumnya Sarjana Muda dan
Sarjana), IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola
Program Diploma I, II dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, IPS dan PMP. Berbagai program Diploma ini
ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD
(Pendidikan Guru Sekolah Dasar).
4. Universitas Sanata Dharma (1993-sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan
Mendikbud No.46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi
Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan
perkembangan ini USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem
pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong
untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap
mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas