• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

i  

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI

SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS

KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA

KERJA

Studi kasus pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Kulon Progo

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Rouberti Hari Nuraheni NIM: 061334061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv  

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini Untuk:

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapakku tersayang Robertus Subarjo

Ibuku tersayang Yustina Sariyah

Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan

Agustinus Shendi Setiawan

(5)

v  

MOTTO

Kalau kamu tidak menyukai keadaan dunia ini, ubahlah. Kamu punya kewajiban untuk mengubahnya, lakukanlah

sedikit demi sedikit (Marian Wright Edelman)

Ketekunan merupakan unsur terbesar dalam meraih sukses

Kesempatan terbesar kita mungkin ada di tempat kita berada saat ini (Napoleon Hill)

Kenyataan bukanlah seperti yang kau harapkan atau seperti tampaknya, tapi apa yang sebenarnya terjadi (Robert J.

Ringer)

Jangan biarkan dirimu diinjak, hanya dirimulah yang kamu miliki (Janis Joplin)

(6)
(7)
(8)

viii  

ABSTRAK

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN,

TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA

Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo

Rouberti Hari Nuraheni Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru, (2) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, (3) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja guru Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 - Januari 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA yang negeri dan swasta di Kabupaten kulon progo. Sampel penelitian ini adalah guru-guru SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya XIV Nanggulan, SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo yang berjumlah 122 guru. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling . Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan statistik deskriptif,

Chi-Square, One Way Anova, dan Uji T.

(9)

ix  

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARDS THE PROGRAM OF EDUCATION OF TEACHER’S PROFESSION WHICH IS INTENDED OPENLY FOR THE GRADUATES

OF PURE SCIENCES PERCEIVED FROM THE STATUS OF EMPLOYMENT, LEVEL OF EDUCATION, AND THE DURATION OF

SERVICES

A Case Study on State and Private High School Teachers in Kulon Progo Rouberti Hari Nuraheni

Sanata Dharma Yogyakarta Yogyakarta

2011

This study aims to determine whether there are different perception of senior high school teachers towards the program of education of teacher’s profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the: (1) status of employment, (2) level of education, and (3) duration of services. This research was conducted from December 2010 to January 2011.

This study is a survey on state and private high school teachers in Kulon Progo. The population of this study is all state and private high school teachers in Kulon Progo Regency. Samples are 122 senior high school teachers from BOPKRI Wates, Sanjaya XIV Nanggulan, State One Samigaluh, Girimulyo, and Sentolo. Sampling study was conducted with a purposive sampling technique. Data collection techniques and documentation of research conducted by questionnaire. Research data analysis techniques are descriptive statistics, Chi-Square, One Way Anova, and Test T.

(10)

x  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yesus kristus atas kasihnya yang besar, sehingga penulis dapar menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Universitas Sanata Dharma;

2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

4. Bapak Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran, dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

(11)

xi  

7. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Seluruh Staf Pengajar di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan penelitian;

9. Bapakku tersayang Robertus Subarjo yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

10. Ibuku tersayang Yustina Sariyah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

11. Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan Agustinus Shendi Setiawan, terimakasih untuk doa, keceriaan, kebersamaan, semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Aku sayang kalian……..

12. Simbah Sukinah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan berupa doa selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

13. Simbah Antonius Martodikoro (Alm.), Petrus Kartowiryo(Alm.), dan Maria Sukilah (Alm.) yang selalu memberikan dukungan doa dari Surga;

(12)
(13)

xiii  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritik ... 8

1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 8

(14)

xiv  

b. Guru ... 10

c. Status Kepegawaian Guru ... 20

d. Tingkat Pendidikan Guru ... 21

2. Pengertian Kompetensi Guru ... 24

3. Kompetensi Keguruan ... 27

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 32

2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 33

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 35

C. Perumusan Hipotesis ... 36

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... ... 39

1. Variabel Penelitian ... 39

2. Pengukuran Variabel ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Kuesioner ... 42

(15)

xv  

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 42

G. Uji Instrumen Penelitian ... 47

H. Metode Analisis Data ... 51

I. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA BOPKRI WATES ... 63

B. SMA SANJAYA XIV NANGGULAN ... 64

C. SMA N I SAMIGALUH ... 66

D. SMA N I GIRIMULYO ... 68

E. SMA N I SENTOLO ... 70

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73

1. Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74

2. Deskripsi Responden Penelitian ... 75

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77

a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru .... 78

b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 80

c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 81

B. Analisis Data ... 82

(16)

xvi  

a. Uji Normalitas ... 82 b. Uji Homogenitas ... 86 2. Pengujian Hipotesis ... 87

a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 88 b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 89 c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 90 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 92 2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 94 3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan

Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja Guru ... 96

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 99 B. Keterbatasan Penelitian ... 100 C. Saran- saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvii  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Tabel Skala likert ... 41

Tabel 3.2: Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya ... 43

Tabel 3.3: Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 48

Tabel 3.4: Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 56

Tabel 4.1: Daftar Nama Guru SMA Bopkri Wates ... 64

Tabel 4.2: Daftar Nama Guru SMA Sanjaya XIV Nanggulan ... 66

Tabel 4.3: Daftar Nama Guru SMA N 1 Samigaluh ... 67

Tabel 4.4: Daftar Nama Guru SMA N 1 Girimulyo ... 69

Tabel 4.5: Daftar Nama Guru SMA N 1 Sentolo ... 71

Tabel 5.1: Sebaran Responden Penelitian ... 73

Tabel 5.2: Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74

Tabel 5.3: Status Kepegawaian Responden ... 75

Tabel 5.4: Tingkat Pendidikan Responden ... 76

Tabel 5.5: Masa Kerja Responden ... 77

Tabel 5.6: Persepsi Guru Terhadap Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77

(18)

xviii  

(19)

xix  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Kuesioner Penelitian ... 108

Lampiran II: Data Validitas dan Reliabilitas ... 117

Lampiran III: Data Induk Penelitian ... 122

Lampiran IV: Perhitungan Kecenderungan Variabel ... 127

Lampiran V: Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 130

Lampiran VI: Perhitungan Hipotesis ... 134

(20)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005), serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.

(21)

   

jabatan profesional harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang berdasarkan standar kompetensi guru. Oleh sebab itu diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi menerapkannya secara profesional di lapangan.

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (Penjelasan Pasal 15 UU No.20/2003). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)).

Kenyataanya, program pendidikan profesi guru masih menimbulkan kontroversi. Pihak yang setuju berpendapat bahwa melalui program ini keprofesionalan seorang guru akan lebih ditingkatkan. Sedangkan pihak yang tidak setuju berpendapat bahwa untuk apa ada akta empat jika untuk menjadi seorang guru harus mengikuti program pendidikan profesi guru untuk mendapatkan sertifikat keprofesionalan sebagai seorang guru.

(22)

   

empat kategori kompetensi yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung tidak dapat hanya dikuasai salah satunya saja.

Pandangan guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan diduga disebabkan oleh latar belakang guru yang berbeda seperti dalam hal status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja guru yang berbeda. Tidak semua guru mempunyai status kepegawaian yang sama. Perbedaan status kepegawaian guru akan menimbulkan cara pandang yang berbeda atau persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang berbeda pula. Guru dengan status kepegawaian PNS dan GTY diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif dibandingkan guru dengan status kepegawaian GTT. Hal demikian mengingat ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan.

(23)

   

yang lebih positif dibandingkan dengan guru yang memiliki tingkat pendidikan dibawah D4/S1.

Guru yang memiliki banyak pengalaman karena sudah bertahun-tahun menjadi guru akan mempunyai peluang yang lebih banyak untuk mengikuti program pendidikan profesi guru. Berdasarkan pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan, masa kerja termasuk dalam kriteria untuk mengikuti pendidikan profesi guru. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun akan mempunyai persepsi yang positif dibandingkan dengan guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun.

Seperti kita ketahui bahwa guru bukanlah merupakan profesi yang sembarangan, dengan disyahkanya UU Guru dan Dosen. Hal ini beralasan karena kemampuan guru merupakan jaminan dari masa depan anak didiknya. Karena pentingnya suatu pendidikan profesi guru, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA”.

B. Identifikasi Masalah

(24)

   

bagi sarjana kependidikan maupun sarjana Non-Kependidikan atau sarjana non-kependidikan. Namun dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan penelitian ini pada persepsi guru terhadap pendidikan profesi guru.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan penelitian tentang persepsi guru-guru SMA terhadap terbukanya kesempatan bagi sarjana murni untuk dapat menjadi guru dengan mengikuti program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah diuraikan tersebut maka penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari status kepegawaian guru tersebut?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari tingkat pendidikan?

(25)

   

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari status kepegawaian guru tersebut.

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari tingkat pendidikan guru tersebut.

3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari masa kerja guru tersebut.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya serta menambah referensi kepustakaan.

2. Bagi guru

(26)

   

3. Bagi Penulis

(27)

8  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Teoretik

1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi guru

a. Pengertian Persepsi

Pada umumnya manusia adalah makhluk sosial dan makhluk

individual, sehingga di dalam masyarakat sering terdapat berbagai

perbedaan pandangan antar individu. Perbedaan yang ada tersebut

tergantung dari kita bagaimana kita menangkap gejala-gejala yang ada di

luar diri kita dengan indra yang kita miliki. Sehingga persepsi dapat

diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan

antar gejala amupun peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan

dimengerti oleh setiap individu. Ada beberapa faktor yang dapat

memengaruhi persepsi, yaitu:

1) Perhatian yang selektif

2) Ciri-ciri rangsang

3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu

4) Pengalaman terdahulu

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kotemporer (Salim, 1991:

1146) persepsi dapat diartikan sebagai pandangan dari seseorang atau

(28)

(2007: 8) persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau

menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera.

Nursalam (1998: 49) berpendapat persepsi pada hakikatnya adalah

proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi

tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Daviddof (1981: 232)

mendefinisikan persepsi sebagai proses untuk mengorganisir dan

menghubungkan data-data indera kita untuk mengembangkan sedemikian

rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan

diri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan Thoha (1938:141) yang

menyatakan persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap

orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat

pengideraan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Sehingga persepsi dapat diartikan sebagai proses pemahaman

ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.

Stimulus dapat diperoleh dari proses penginderaan terhadap objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya

diproses oleh otak. Persepsi yang ada dalam diri seseorang akan

memengaruhi minat orang tersebut terhadap suatu hal. Sama halnya

dengan bagaimana persepsi guru saat ini. Bila profesi guru dipandang

(29)

b. Guru

1) Pengertian Guru

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia guru adalah seorang pengajar

yang mentranfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Dalam

bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada seorang pendidik

yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik.

Selain pengertian di atas dapat juga guru diartikan bahwa guru

adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur

sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam

kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang

yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang

guru.

2) Profesi Guru

Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, suatu profesi yang

menuntut keahlian tertentu, karena sifatnya membutuhkan

persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian, oleh

sebab itu guru harus memiliki kualifikasi profesional sehingga

mampu mengemban tugas dengan baik dan profesional, oleh karena

(30)

dilandasi dengan adanya kedisiplinan sarana dan fasilitas yang

mendukung, penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik

penerapan pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan

kepribadian dan keprofesionalan.

Profesi merupakan suatu pekerjan yang dalam pekerjaan atau

tugasnya menuntut suatu keahlian. Keahlian yang dimiliki oleh

setiap individu diperoleh dari lembaga pendidikan yang secara

khusus mempelajari hal tersebut. Profesi guru yang belakangan ini

makin banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat

menyebabkan banyak Sarjana Non- Kependidikan memilih profesi

guru karena lowongan pekerjaan sebagai guru yang masih banyak.

Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.

Namun profesi guru hanya dapat diperoleh di lembaga pendidikan

tenaga kependidikan yang lulusannya menyiapkan calon guru.

3) Pendidikan Profesi Guru

Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan

bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah

(31)

Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/ 2003),

Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005) dan berbagai

peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru

dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.

Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang

guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi. Kewajiban

menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengharuskan

adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan

pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya.

Hal ini dirasakan semakin mendesak mengingat kebutuhan tenaga

guru yang nyata di lapangan mengharuskan PPG dilaksanakan

dengan segera agar pengangkatan guru baru dapat dilakukan sesuai

dengan ketetapan yang ada.

a) Pengertian pendidikan profesi guru

Dengan adanya UU guru dan Dosen No 14 tahun 2005

menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebagai

pengabdian saja dengan jaminan yang sangat minim.

Seharusnya dengan adanya UU ini diharapkan supaya

keprofesionalan dan kualitas seorang guru lebih ditingkatkan.

Oleh kerena itu diadakan pendidikan profesi guru yang akan

(32)

satu tahun yang terbuka untuk sarjana kependidikan dan

non-kependidikan, yang lulusannya akan mempunyai sertifikat

sebagai bukti guru yang profesional.

Menurut UU No 20/2003 tentang SPN pendidikan profesi

adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang

mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan

dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian maka

Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan

yang diselenggarakan untuk lulusan S1 Kependidikan dan

S1/D-IV non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat

menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang

profesional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh

sesuai dengan standar nasional pendidikan dan dapat

memperoleh sertifikat pendidik (sesuai UU No. 14/2005) pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah

b) Landasan penyelenggaraan pendidikan profesi guru

i. UURI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

ii. UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

iii. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

(33)

iv. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

c) Tujuan pendidikan profesi guru

Mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum

pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang

memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan

calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta

(34)

d) Penyelenggaraan pendidikan profesi guru

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang

dan peraturan yang ada maka pada dasarnya ada dua bentuk

penyelenggaraan PPG, yaitu:

i. PPG pasca S1 kependidikan yang masukannya berasal

dari lulusan S1 kependidikan dengan struktur kurikulum

subject specific paedagogy (pendidikan bidang studi)

dan PPL Kependidikan.

ii. PPG pasca S1/D-IV non kependidikan yang

masukannya berasal dari lulusan S1/D-IV

non-kependidikan, dengan struktur kurikulum matakuliah

akademik kependidikan (paedagogical content), subject

specific paedagogy (pendidikan bidang studi), dan PPL

Kependidikan

e) Sistem rekruitmen dan seleksi mahasiswa

Rekruitmen calon mahasiswa merupakan kunci utama

keberhasilan program PPG. Rekruitmen mahasiswa harus

memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

i. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan

nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply

(35)

mendapat pekerjaan. Hal ini dapat mendorong calon

yang baik memasuki PPG.

ii. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan

menentukan batas kelulusan minimal menggunakan

acuan patokan. Ini berarti bahwa calon mahasiswa

hanya akan diterima jika memenuhi persyaratan lulus

minimal dan bukan berdasarkan alasan lain. Hanya

calon terbaik yang dapat diterima.

iii. Untuk memenuhi prinsip a dan b di atas maka

penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan

bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di daerah

sebagai stakeholders. Kerjasama ini perlu dilakukan

menyangkut jumlah calon, kualifikasi dan keahlian

sesuai dengan mata pelajaran yang dibina dan

benar-benar diperlukan.

iv. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka

proses penerimaan harus dilakukan secara fair, terbuka

dan bertanggung jawab.

Rekruitmen atau penerimaan mahasiswa baru dapat dilakukan

dengan:

i. Seleksi administrasi: (1) Ijazah relevan dengan mata

(36)

terakreditasi, (2) Transkrip nilai dengan indeks prestasi

kumulatif minimal 2,75, (3) Surat keterangan kesehatan,

(4) Surat keterangan kelakuan baik, dan (5) Surat

keterangan bebas napza.

ii. Seleksi penguasaan bidang studi melalui tes penguasaan

bidang studi yang akan diajarkan.

iii. Tes Potensi Akademik.

iv. Tes penguasaan kemampuan bahasa Inggris (English for

academic purpose).

v. Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan

observasi kinerja disesuaikan dengan mata pelajaran

yang akan diajarkan.

vi. Tes kepribadian melalui wawancara/inventory.

Keberhasilan rekruitmen ini amat tergantung kepada

kerjasama antara LPTK penyelenggara PPG dan Direktur

Jenderal Pendidikan Tingggi pada satu pihak dengan Dinas

Pendidikan/Pemda pada pihak lain untuk memegang teguh

prinsip akuntabilitas pengadaan tenaga kependidikan/guru.

f) Struktur kurikulum pendidikan profesi guru

Berdasarkan perbedaan kompetensi lulusan S1 Kependidikan

dan S1/D-IV Non-Kependidikan maka struktur kurikulumnya

(37)

i. Struktur kurikulum kompetensi lulusan S1 kependidikan:

• Pemantapan dan pengemasan materi bidang studi

untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik

(subject specific paedagogy atau pendidikan bidang

studi)

• PPL kependidikan.

ii. Struktur Kurikulum Pendidikan Profesi Guru pasca

S1/D-IV non-kependidikan meliputi:

• Kajian tentang teori pendidikan dan pembelajaran

• Kajian tentang peserta didik,

• Pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran

bidang studi yang mendidik (Subject specific

pedagogy atau pendidikan bidang studi)

• Pembentukan kompetensi kepribadian pendidik

• Matakuliah Kependidikan dan PPL kependidikan.

g) Beban belajar

Beban belajar mahasiswa program PPG untuk menjadi guru

pada satuan pendidikan ditentukan sebagai berikut:

i. TK/RA/TKKh1 atau bentuk lain yang sederajat yang

berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)

(38)

sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20

(dua puluh) satuan kredit semester.

ii. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang

berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)

kependidikan untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang

sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20

(dua puluh) satuan kredit semester.

iii. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat yang

berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV)

kependidikan selain untuk TK/RA/TKKh atau bentuk lain

yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai

dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

iv. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang

berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV)

kependidikan selain untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain

yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai

dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.

v. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat dan pada

satuan pendidikan SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang

sederajat yang berlatar belakang sarjana psikologi (S1)

adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat

(39)

vi. SMP/MTs/SMPKh atau bentuk lain yang sederajat dan

satuan pendidikan SMA/MA/SMAKh/SMK/MAK atau

bentuk lain yang sederajat, baik yang berlatar belakang

sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan

maupun sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)

non-kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan

40 (empat puluh) satuan kredit semester.

vii. Untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV

non-kependidikan yang tidak linear dengan mata pelajaran

yang akan diampu, harus mengikuti program matrikulasi

yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan yang

didasarkan atas hasil asesmen kompetensi. Matrikulasi

adalah program yang dipersyaratkan bagi peserta didik

yang sudah dinyatakan lulus seleksi PPG untuk

memperkuat kompetensi akademik bidang studi dan/atau

kompetensi akademik kependidikan yang akan membantu

mereka mengikuti pendidikan profesi guru.

c. Status Kepegawaian Guru

Di Indonesia status kepegawaian seorang guru dapat dibedakan

dalam beberapa macam, yaitu Pegawai Negri Sipil (PNS), Guru Tetap

(40)

d. Tingkat Pendidikan Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Mulyono, 1990:204),

pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok. Siagian (1984:175) menyatakan definisi

pendidikan sebagai keseluruhan proses, teknik, dan metoda

belajar-mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang

kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1) Pendidikan Formal

Yaitu jalur pendidikan yang dilaksanakan secara terencana dan

terorganisir yang mengarahkan pembelajaran anak untuk

memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai

yang menunjang perkembangan. Jenjang pendidikan formal antara

lain:

a) Pendidikan Dasar

Yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

(41)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum

dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2) Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal diselenggarakann bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

(42)

pengembangan sikap dan kepribadian professional, misalnya dapat

berbentuk kursus-kursus.

3) Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas

dan sistematis yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan,

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru

(Sahertian, 1994:68), yaitu:

a) Program non-gelar (program diploma) dengan rincian sebagai

berikut:

i. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

ii. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun

iii. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

b) Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1), dengan lama

studi 4-7 tahun.

c) Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama masa studi 6-9 tahun

d) Program doctor (S3), dengan lama masa studi 8-11 tahun.

e. Masa Kerja Guru

Masa kerja adalah masa dimana guru melaksanakan tugas sebagai

pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari

lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok

(43)

tanya jawab tentang sertifikasi guru (2007:11). Masa kerja dihitung

selama seseorang menjadi guru. Bagi PNS masa kerja dihitung dari

diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK

CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar

yang dibuktikan dengan surat keputusan dari sekolah berdasarkan surat

pengangkatan yayasan.

2. Pengertian Kompetensi Guru

Menurut Usman (2005), kompetensi adalah suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan

kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1989)

mengartikan kompetensi seperti yang dikutipnya dari pendapat W. Robert

Houston sebagai suatu tugas memadai atau pemilikan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.

Menurut (Piet A. dan Ida Sahertian, 1990), kompetensi adalah

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan

pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga

dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang

dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia

dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan

(44)

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai

pengajar dan pendidik.

Menurut Mahmudin, kompetensi guru merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007

tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh

guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Dalam dunia pendidikan dikenal sepuluh kompetensi guru yang telah

dikembangkan oleh proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga

kependidikan. Sepuluh kompetensi guru itu adalah (Sardiman: 1996):

a. Menguasai bahan

Guru yang menguasai bahan pelajaran memungkinkan untuk

menyampaikan pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis sehingga siswa

dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan guru.

b. Mengelola program belajar mengajar

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan program

pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan hasil

(45)

c. Mengelola kelas

Kemampuan guru dalam mengatur, menata kelas dan mengarahkan

tingkah laku siswa di kelas sehingga menimbulkan minat belajar.

d. Menggunakan media dan sumber

Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan

materi pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai.

e. Menguasai landasan pendidikan

Kemampuan guru untuk menguasai dan memiliki wawasan yang luas

tentang pendidikan guna kelancaran proses belajar mengajar.

f. Mengelola internet

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Merupakan kemampuan guru untuk melakukan penilaian perkembangan

dan kemajuan siswa setelah mengikuti belajar mengajar untuk

kepentingan pengajaran.

h. Mengenal fungsi program bimbingan dan konseling

Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa

untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta membantu

siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan

Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, sehingga informasi tentang

(46)

segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam

langkah-langkah pembinaan dan pengembangan selanjutnya.

j. Menguasai prinsip-prisip dan menafsirkan hasil kompetensi pendidikan

guna keperluan pengajaran

Pengertian persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah proses

pemahaman, menerima, mengorganisasikan, menginterpretasikan

kompetensi guru melalui panca indera siswa.

3. Kompetensi Keguruan

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi guru disini dapat dimaknai sebagai kebulatan

pengetahuan (Knowledge), Ketrampilan (teaching Skill), serta sikap

(karakter) berupa kecerdasan, kreativitas dan komitmen dalam

menjalankan tugas sebagai guru. Kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan seorang guru untuk dapat memahami peserta didik baik

secara jasmani maupun secara rohani sehingga antara guru dan siswa

mempunyai hubungan emosional yang sangat erat sehingga terjalinnya

komunikasi yang harmonis dalam suasana pembelajaran. Inilah model

pembelajaran dalam dunia pendidikan masa depan guru harus memahami

prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik agar dapat

(47)

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal seorang

guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus mampu mencerminkan

kewibawaan, dewasa, pribadi yang bijaksana dan mempunyai watak yang

terpuji dalam pandangan peserta didik. Kompetensi ini harus melekat

pada diri pribadi seorang guru yang akan menjadi panutan bukan hanya

dalam lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Drs.

Muhammad Ikhsan, M.Pd. mengungkapkan bahwa guru selayaknya

menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan bukan hanya pendidikan

dalam artian sempit hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi secara

global dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara luas guru

hendak menjadi sosok yang dikagumi.

Kompetensi kepribadian guru, artinya bahwa guru harus memiliki

sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber

indentifikasi bagi subjek (Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).

Kompetensi kepribadian guru juga dapat diartikan sebagai sikap

pribadi guru berjiwa Pancasila yang yang mengutamakan budaya bangsa

Indonesia, yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya (Kunandar,

(48)

Kemampuan kepribadian mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai

guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta

unsur-unsurnya.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

teladan bagi para siswanya.

c. Kompetensi Profesional

Profesional secara esensial memiliki 3 dimensi pokok yaitu

Keilmuan dan pengetahuan (Science and Knowledge), Keahlian (Skill)

dan kesejawatan (Organisasi Profesi). Guru yang Profesional paling tidak

harus memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam tiga pilar

profesional di atas karena sebagai guru bukanlah profesi asal-asalan tetapi

profesi sentral yang sangat berpengaruh terhadap wajah pendidikan

nasional pada masa yang akan datang. Keterpurukan bangsa ini salah satu

indikator penyebabnya adalah rendahnya kualitas pendidikan kita

jangankan secara global ditataran negara berkembang di Asia saja IPM

kita masih berada dibawah negara tetangga kita Malaysia. Standar

kelulusan di negara Jiran kita itu sudah mencapai 7 sedangkan di negara

kita direncanakan 5 koma saja sudah ribut. Guru yang profesional adalah

guru yang harus mampu menguasai materi pembelajaran secara luas dan

(49)

keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep keilmuan,

metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara mendalam

dan berkualitas. Disamping itu guru juga harus mampu mengeksplorasi

konsep dan metode keilmuannya, melakukan penelitian dan kajian-kajian

kritis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga

mampu menemukan penemuan baru dalam proses pembelajaran.

Kompetensi profesinal guru artinya bahwa guru harus memiliki

pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi)

yang diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki

pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta

mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Drs. Suharsimi

Arikunto, 1990:239).

Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan

penguasaan dalam akademik yang diajarkan dan terpadu dengan

kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa

akademis (Kunandar, S.Pd., M.Si., 2007:56).

Kemampuan profesional mencakup:

1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang

harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang

diajarkan itu.

2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan tentang

(50)

3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran

siswa.

d. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)

butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial

adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan

masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial guru artinya bahwa guru harus memiliki

kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun

dengan teman sesama guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai tata

usaha, dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungan

(Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).

Kompetensi sosial juga dapat diartikan sebagai kemampuan

seorang guru dalam berhubungan dalam bentuk partisipasi sosial seorang

guru dalam kehidupan sehari-hari guru di masyarakat tempat ia bekerja,

baik formal maupun informal

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan profesi guru dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan guru

(51)

dilakukan selama satu tahun ini terbuka bagi semua lulusan, baik sarjana

kependidikan maupun sarjana non-kependidikan, yang pada akhinya lulusan

pendidikan profesi guru ini akan mendapat sertifikat sebagai bukti guru

profesional. Pada hakekatnya Pendidikan Profesi Guru merupakan pendidikan

yang mempersiapkan lulusannya untuk dapat menyelenggarakan layanan ahli

dalam bidang kependidikan. Agar mampu menyelenggarakan layanan ahli ini,

maka seorang calon guru dituntut untuk memiliki, menguasai dan mampu

menerapkan seperangkat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dengan demikian,

Pendidikan Profesi Guru adalah pendidikan yang bertujuan untuk

mempersiapkan mahasiswa agar menguasai kompetensi dasar profesi keguruan,

sehingga layak dan siap mengemban tugas sebagai guru yang profesional. Oleh

karena itu dengan dibukanya pendidikan profesi guru diharapkan agar dapat

meningkatkan kualitas keprofesionalan seorang guru.

1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Status

Kepegawaian Guru

Status kepegawaian guru dibedakan menjadi tiga, yaitu Pegawai

Negeri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan (GTY), dan Guru Tidak Tetap

(GTT). Pada umumnya persepsi antara guru satu dengan yang lainnya tentang

penilaian terhadap Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi ilmu murni itu

(52)

pedoman/panduan program pendidikan profesi guru dalam jabatanbila serang

guru akan mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka

status kepegawaian guru tersebut haruslah seorang yang memiliki status

kepegawaian sebagai PNS dan GTY. Pada kenyataannya status kepegawaian

setiap guru itu berbeda-beda, menurut saya hal ini dapat mempengaruhi

persepsi guru terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi

Sarjana Non- Kependidikan. Guru yang memiliki status kepegawaian yang

tetap diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif, karena guru yang

memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan GTY akan dapat mengikuti

program PPG dalam hal ini Pendidikan profesi guru dalam jabatan.

Sedangkan bila seseorang memiliki status kepegawaian sebagai GTT maka

guru tersebut tidak mengikuti PPG dalam jabatan. Dengan demikian posisi

mereka sebagai guru dapat digantikan oleh Sarjana Non- Kependidikan yang

telah mengikuti program PPG pra jabatan. Oleh karena itu hal ini dapat

menjadi salah satu yang dapat menyebabkan persepsi GTT tersebut kurang

positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi

Sarjana Non- Kependidikan.

2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Tingkat

Pendidikan

Perbedaan tingkat pendidikan setiap guru juga diduga pula dapat

(53)

mengenai adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non-

Kependidikan. Berdasarkan pedoman/panduan program PPG dalam jabatan

untuk dapat mengikiti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka

pendidikan formal yang harus dimiliki oleh guru tersebut adalah pendidikan

D4/S1, karenanya hal ini akan diduga bila guru yang memiliki pendidikan

D4/S1 akan memiliki persepsi lebih positif terhadap adanya program PPG

yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika dibandingkan dengan guru

yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2.

Hal ini disebabkan karena guru yang mempunyai latar belakang pendidikan

D3, D2, Maupun di bawah D2 masih harus menempuh pendidikan lanjutan

untuk memperoleh gelar D4/S1 untuk dapat mengikuti program PPG dalam

jabatan. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai latar belakang

pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2 akan mempunyai persepsi yang

kurang positif terhadap adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non-

Kependidikan. Dengan demikian guru tersebut harus harus lebih bersabar

untuk mengikuti program PPG sampai mereka mengikuti program pendidikan

lanjutan sampai bergelar D4/S1. Walaupun dengan konsekuensi mereka harus

didahului oleh Sarjana Non- Kependidikan yang mengikuti pendidikan profesi

guru pra jabatan selain itu juga posisi mereka juga dapat digantikan oleh para

(54)

3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang

Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Masa Kerja

Guru

Masa kerja setiap guru itu berbeda-beda. Perbedaaan ini pula yang

diduga dapat menjadi penyebab perbedaan persepsi guru terhadap adanya

program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Berdasarkan

pedoman/panduan program PPG dalam jabatan untuk dapat mengikuti

program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka masa kerja seorang PNS

dan GTY minimal adalah dua tahun. Oleh karena itu seorang guru PNS dan

GTY harus telah bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti program

PPG dalam jabatan. Guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun

diduga mempunyai persepsi yang lebih positif terhadap adanya program

Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika

dibandingkan dengan PNS dan GTY yang bekerja kurang dari dua tahun. Bagi

guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun harus bersabar

menunggu sampai mereka bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti

program PPG dalam jabatan, walaupun dengan konsekuensi mereka harus rela

melihat Sarjana Non- Kependidikan dapat mengikuti program PPG pra

jabatan. Hal ini pula yang diduga dapat menyebabkan persepsi mereka kurang

positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi

(55)

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan

masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan

perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk

mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berfikir di atas.

Hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru

yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari status

kepegawaian guru.

2 Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru

yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari tingkat

pendidikan.

3. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru

(56)

37 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian

survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari

gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik

tentang institusi sosial, politik ataupun ekonomi dari suatu kelompok atau

daerah (Hasan, 2004:8). Menurut Arikunto (2000:312), penelitian survei

dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Dalam penelitiaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru tentang

adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana

Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa

kerja. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok guru yang mengajar di

Kulon Progo. Maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada guru-guru

yang berada di wilayah Kulon Progo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan,

SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo di

(57)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 – Januari 2011

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru SMA

Negeri dan SMA Swasta yang berada di Kulon Progo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu. Menurut Suharsimi (1993: 107) untuk sekedar

ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau

lebih. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel

karena dari keseluruhan guru yang mengajar di SMA Negeri dan SMA

Swasta yang berada di Kulon Progo hanya diambil 122 guru yang diambil

dari beberapa SMA Negeri dan SMA swasta di Kulon Progo.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

(58)

guru yang berasal dari SMA yang berbeda. Mengingat demikian, maka

peneliti mengambil sampel guru-guru di lima SMA ( 2 SMA Swasta dan 3

SMA Negeri) di Kabupaten Kulon Progo. Pertimbangan dipilihnya lima

sekolah tersebut adalah adanya keterwakilan masing-masing status

sekolah tempat guru mengajar.

D. Variabel Penelitian

1) Variabel Penelitian:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili

berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau

menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat.

Variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap sarjana

Non-Kependidikan mengikuti pendidikan profesi guru terdiri atas status

kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja.

b. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki

sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau

menyesuaikan diri dengan kondisi variabel yang lain yang disebut

(59)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap

Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana

Non-Kependidikan.

2) Pengukuran Variabel

a. Variabel Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi

Guru Yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan

Persepsi guru terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang

terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan adalah tanggapan guru

terhadap suatu keyakinan yang ditangkap melalui pendengaran dan

penglihatan tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat mengenai

pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu cara

sistematis untuk memberi skor dalam suatu kuesioner yang telah

dibagikan kepada responden secara langsung. Ada dua kategori

pernyataan yang digunakan yaitu pernyataan positif dan pernyataan

negatif. Dalam skala Likert ini digunakan pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel Skala Likert

Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-ragu (RR) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

(60)

b. Variabel Status Kepegawaian

Status kepegawaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status

guru sebagai tenaga pengajar di sekolah. Pemberian skor untuk

variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

1) Guru Tidak Tetap skor 1

2) Guru Tetap Yayasan skor 2

3) Pegawai Negeri Sipil skor 3

c. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh guru. Pemberian

skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

1) < D2 skor 1

2) D2 skor 2

3) D3 skor 3

4) D4/S1 skor 4

5) S2 skor 5

d. Variabel Masa Kerja

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masa guru

melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu

sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari

pemeritah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).

(61)

1) Kurang dari dua tahun skor 1

2) Lebih dari dua tahun skor 2

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu metode pengumpulan data yang memberikan

daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang terpilih menjadi sampel

mengenai masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk

mengungkap tentang bagimana persepsi guru SMA terhadap pendidikan

profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.

2. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data yang bersifat khusus,

yang diyakini kebenarannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Data

diperoleh dari pihak yang berwenang. Dokumentasi digunakan untuk

mencari data tentang gambaran umum sekolah dan data mengenai jumlah

guru yang ada di masing-masing sekolah.

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen penelitian meliputi variabel persepsi guru dan

variabel pendidikan profesi guru. persepsi guru terdiri dari

dua unsur yang dijadikan indikator. Antara lain unsur kognisi dan unsur

(62)

yang diminati. Pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru merupakan

salah satu unsur minat seseorang untuk menjadi guru. Unsur kognisi ini

meliputi persepsi seseorang terhadap pendidikan profesi guru. Unsur konasi

ini meliputi wawasan guru terhadap bidang keguruan dan pendidikan profesi

guru. Kemampuan seseorang untuk menjadi guru akan dibuktikan dengan

wawasan terhadap bahan-bahan mata kuliah yang sesuai dengan keguruan.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya

No. Variabel Dimensi Indikator

Pernyataan

- Apakah menikmati menjadi guru - Mengetahui tentang

adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan

- Mampu memahami watak siswa

- Mampu merancang pembelajaran - Mampu

melaksanakan pembelajaran - Mampu merancang

(63)

pembelajaran untuk

- Mampu memahami materi pelajaran dengan baik - Mampu menguasai

langkah- langkah

- Mampu berperilaku yang dapat

diteladani oleh siswa

- Mampu memahami kode etik profesi guru

- Mampu menerapkan kode etik guru - Berperilaku sesuai

dengan kode etik guru

- Mampu

menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil

- Bangga terhadap dirinya dan yang dewasa, arif, dan berwibawa - Mampu memiliki

(64)
(65)

menjamin

(66)

G. Uji Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas Kuesioner

Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat ukur

tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti.

Pengujian valid atau tidaknya suatu alat ukur dapat menggunakan metode

analisis butir yang menguji apakah item pernyataan tersebut telah

mengungkapkan faktor atau indikator yang ingin diteliti atau tidak.

Suharsimi (1993: 138) mengemukakan suatu perhitungan korelasi yang

dapat dipakai, perhitungan itu dapat menggunakan rumus product moment

method dari Karl Pearson, rumus itu adalah:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah responden

X = Total dari setiap item

Y = Total item

Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi

tersebut dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran r ≥ 5%

maka item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid, demikian pula

sebaliknya. Untuk korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan

menggunakan rumus product moment method dari Karl Pearson

(67)

menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur.

Selanjutnya besarnya koefisien korelasi ini dibandingkan dengan besarnya

r korelasi product moment pada tabel dengan dk=n-2. Jika

r

hitung >

r

tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Berdasarkan informasi

tersebut akan diperoleh item-item yang tidak valid sehingga berdasar

informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir yang

tidak valid.

Uji validitas instrumen dilakukan pada responden diluar sampel

penelitian yang berjumlah 34 orang, dengan mendasarkan pada jawaban

responden atas 33 butir pernyataan yang menunjukkan variabel persepsi

guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi

sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan pengujian validitas dengan

membandingkan antara

r

hitung >

r

tabel

 untuk df=32(34-2) sebesar 0,339

pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji validitas tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian

No. Item

Validitas

Keterangan rhitung

(taraf signifikansi 5%) rtabel

1. 0,558 0,339 Valid

2. 0,691 0,339 Valid

3. 0,784 0,339 Valid

4. 0,767 0,339 Valid

(68)

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa seluruh item pernyataan pada variabel

persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi

sarjana Non-Kependidikan menunjukkan bahwa sebanyak 33 butir

pernyataan adalah sahih atau valid. Pengambilan keputusan ini dilakukan

dengan membandingkan nilai-nilai koefisien rhitung masing-masing buir

dengan nilai koefisien rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 34

(69)

responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel

sebesar 0,344 (Duwi Priyatno, 2010:114-115). Dari hasil pengujian

diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa keseluruhan butir pernyataan persepsi guru terhadap

program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana

Non-Kependidikan adalah valid atau sahih.

2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrument cukup dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrument tersebut sudah baik, sehingga akan menghasilkan data

yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Pengujian realibilitas kuesioner ini dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus Alpha:

Keterangan:

R11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal atau pertanyaan atau pernyataan

σ

2

b= jumlah varian butir

(70)

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai koefeisien Cronbach Alpha > 0,60 (nunnaly, 1967 dalam Imam

Ghozali, 2001:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60, maka

butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula

sebaliknya.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach dan dikerjakan dengan menggunakan program Special

Program For Statistic Solution (SPSS) 17 for windows. Dari 33 butir

pernyataan pada variabel persepsi guru SMA terhadap program

pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan

diperoleh nilai koefisien alpha (r11) sebesar 0,942. Pengambilan

kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha

dengan 0,60. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa koefisien

alpha lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

instrumen persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru

yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dapat dikatakan reliabel.

H. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini

digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari tiap-tiap indikator dalam

variabel yang memberikan gambaran mengenai responden penelitian dan

Gambar

Tabel 5.9: Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi
Tabel 3.1 Tabel Skala Likert
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya
r korelasi product moment pada tabel dengan dk=n-2. Jika rrhitung >tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

2. Pencernaan kimiawi , adalah proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan enzim, yang terjadi mulai dari mulut, lambung, dan

Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa struktur yang dihasilkan dari powder TiO 2 -M adalah anatase dengan ukuran kristalin berkisar antara 9 sampai 16

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah