i
PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI
SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS
KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA
KERJA
Studi kasus pada SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Kulon Progo
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Rouberti Hari Nuraheni NIM: 061334061
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini Untuk:
Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapakku tersayang Robertus Subarjo
Ibuku tersayang Yustina Sariyah
Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan
Agustinus Shendi Setiawan
v
MOTTO
Kalau kamu tidak menyukai keadaan dunia ini, ubahlah. Kamu punya kewajiban untuk mengubahnya, lakukanlah
sedikit demi sedikit (Marian Wright Edelman)
Ketekunan merupakan unsur terbesar dalam meraih sukses
Kesempatan terbesar kita mungkin ada di tempat kita berada saat ini (Napoleon Hill)
Kenyataan bukanlah seperti yang kau harapkan atau seperti tampaknya, tapi apa yang sebenarnya terjadi (Robert J.
Ringer)
Jangan biarkan dirimu diinjak, hanya dirimulah yang kamu miliki (Janis Joplin)
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN,
TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA
Studi Kasus pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo
Rouberti Hari Nuraheni Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian guru, (2) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, (3) Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan ditinjau dari masa kerja guru Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 - Januari 2011.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kulon Progo. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA yang negeri dan swasta di Kabupaten kulon progo. Sampel penelitian ini adalah guru-guru SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya XIV Nanggulan, SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo yang berjumlah 122 guru. Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling . Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data penelitian adalah dengan menggunakan statistik deskriptif,
Chi-Square, One Way Anova, dan Uji T.
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL TEACHERS TOWARDS THE PROGRAM OF EDUCATION OF TEACHER’S PROFESSION WHICH IS INTENDED OPENLY FOR THE GRADUATES
OF PURE SCIENCES PERCEIVED FROM THE STATUS OF EMPLOYMENT, LEVEL OF EDUCATION, AND THE DURATION OF
SERVICES
A Case Study on State and Private High School Teachers in Kulon Progo Rouberti Hari Nuraheni
Sanata Dharma Yogyakarta Yogyakarta
2011
This study aims to determine whether there are different perception of senior high school teachers towards the program of education of teacher’s profession which is intended openly for the graduates of pure sciences perceived from the: (1) status of employment, (2) level of education, and (3) duration of services. This research was conducted from December 2010 to January 2011.
This study is a survey on state and private high school teachers in Kulon Progo. The population of this study is all state and private high school teachers in Kulon Progo Regency. Samples are 122 senior high school teachers from BOPKRI Wates, Sanjaya XIV Nanggulan, State One Samigaluh, Girimulyo, and Sentolo. Sampling study was conducted with a purposive sampling technique. Data collection techniques and documentation of research conducted by questionnaire. Research data analysis techniques are descriptive statistics, Chi-Square, One Way Anova, and Test T.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada tuhan yesus kristus atas kasihnya yang besar, sehingga penulis dapar menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar di Universitas Sanata Dharma;
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
4. Bapak Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran, dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;
xi
7. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
8. Seluruh Staf Pengajar di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan, SMA N I Samigaluh, SMA N I Girimulyo, dan SMA N I Sentolo yang telah membantu kelancaran dalam pelaksanaan penelitian;
9. Bapakku tersayang Robertus Subarjo yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
10. Ibuku tersayang Yustina Sariyah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan baik berupa doa maupun materi selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
11. Adik-adikku tersayang Yustinus Iwan Kristianto dan Agustinus Shendi Setiawan, terimakasih untuk doa, keceriaan, kebersamaan, semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Aku sayang kalian……..
12. Simbah Sukinah yang selalu memberikan kasih sayang, nasehat, dan dukungan berupa doa selama kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
13. Simbah Antonius Martodikoro (Alm.), Petrus Kartowiryo(Alm.), dan Maria Sukilah (Alm.) yang selalu memberikan dukungan doa dari Surga;
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Teoritik ... 8
1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi Guru ... 8
xiv
b. Guru ... 10
c. Status Kepegawaian Guru ... 20
d. Tingkat Pendidikan Guru ... 21
2. Pengertian Kompetensi Guru ... 24
3. Kompetensi Keguruan ... 27
1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 32
2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 33
3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 35
C. Perumusan Hipotesis ... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 38
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... ... 39
1. Variabel Penelitian ... 39
2. Pengukuran Variabel ... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
1. Teknik Kuesioner ... 42
xv
F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 42
G. Uji Instrumen Penelitian ... 47
H. Metode Analisis Data ... 51
I. Teknik Analisis Data ... 52
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA BOPKRI WATES ... 63
B. SMA SANJAYA XIV NANGGULAN ... 64
C. SMA N I SAMIGALUH ... 66
D. SMA N I GIRIMULYO ... 68
E. SMA N I SENTOLO ... 70
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 73
1. Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74
2. Deskripsi Responden Penelitian ... 75
3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77
a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru .... 78
b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 80
c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 81
B. Analisis Data ... 82
xvi
a. Uji Normalitas ... 82 b. Uji Homogenitas ... 86 2. Pengujian Hipotesis ... 87
a. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 88 b. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan
Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan guru ... 89 c. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan
Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja guru ... 90 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Status Kepegawaian guru ... 92 2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan
Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Tingkat Pendidikan Guru ... 94 3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan
Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan Dilihat dari Masa Kerja Guru ... 96
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ... 99 B. Keterbatasan Penelitian ... 100 C. Saran- saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1: Tabel Skala likert ... 41
Tabel 3.2: Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya ... 43
Tabel 3.3: Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 48
Tabel 3.4: Rumus Unsur Tabel Persiapan ANOVA ... 56
Tabel 4.1: Daftar Nama Guru SMA Bopkri Wates ... 64
Tabel 4.2: Daftar Nama Guru SMA Sanjaya XIV Nanggulan ... 66
Tabel 4.3: Daftar Nama Guru SMA N 1 Samigaluh ... 67
Tabel 4.4: Daftar Nama Guru SMA N 1 Girimulyo ... 69
Tabel 4.5: Daftar Nama Guru SMA N 1 Sentolo ... 71
Tabel 5.1: Sebaran Responden Penelitian ... 73
Tabel 5.2: Pengetahuan Tentang Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 74
Tabel 5.3: Status Kepegawaian Responden ... 75
Tabel 5.4: Tingkat Pendidikan Responden ... 76
Tabel 5.5: Masa Kerja Responden ... 77
Tabel 5.6: Persepsi Guru Terhadap Pendidikan Profesi Guru yang Terbuka bagi Sarjana Non-Kependidikan ... 77
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I: Kuesioner Penelitian ... 108
Lampiran II: Data Validitas dan Reliabilitas ... 117
Lampiran III: Data Induk Penelitian ... 122
Lampiran IV: Perhitungan Kecenderungan Variabel ... 127
Lampiran V: Perhitungan Normalitas dan Homogenitas ... 130
Lampiran VI: Perhitungan Hipotesis ... 134
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha, termasuk menerbitkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/2003), Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005), serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan dan berbagai peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.
jabatan profesional harus disiapkan melalui program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang berdasarkan standar kompetensi guru. Oleh sebab itu diperlukan waktu dan keahlian untuk membekali para lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang studi, landasan keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi menerapkannya secara profesional di lapangan.
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus (Penjelasan Pasal 15 UU No.20/2003). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU No.14/2005 Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)).
Kenyataanya, program pendidikan profesi guru masih menimbulkan kontroversi. Pihak yang setuju berpendapat bahwa melalui program ini keprofesionalan seorang guru akan lebih ditingkatkan. Sedangkan pihak yang tidak setuju berpendapat bahwa untuk apa ada akta empat jika untuk menjadi seorang guru harus mengikuti program pendidikan profesi guru untuk mendapatkan sertifikat keprofesionalan sebagai seorang guru.
empat kategori kompetensi yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung tidak dapat hanya dikuasai salah satunya saja.
Pandangan guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan diduga disebabkan oleh latar belakang guru yang berbeda seperti dalam hal status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja guru yang berbeda. Tidak semua guru mempunyai status kepegawaian yang sama. Perbedaan status kepegawaian guru akan menimbulkan cara pandang yang berbeda atau persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang berbeda pula. Guru dengan status kepegawaian PNS dan GTY diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif dibandingkan guru dengan status kepegawaian GTT. Hal demikian mengingat ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan.
yang lebih positif dibandingkan dengan guru yang memiliki tingkat pendidikan dibawah D4/S1.
Guru yang memiliki banyak pengalaman karena sudah bertahun-tahun menjadi guru akan mempunyai peluang yang lebih banyak untuk mengikuti program pendidikan profesi guru. Berdasarkan pedoman edaran permohonan peserta pendidikan profesi guru dari Dinas Pendidikan, masa kerja termasuk dalam kriteria untuk mengikuti pendidikan profesi guru. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun akan mempunyai persepsi yang positif dibandingkan dengan guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun.
Seperti kita ketahui bahwa guru bukanlah merupakan profesi yang sembarangan, dengan disyahkanya UU Guru dan Dosen. Hal ini beralasan karena kemampuan guru merupakan jaminan dari masa depan anak didiknya. Karena pentingnya suatu pendidikan profesi guru, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA”.
B. Identifikasi Masalah
bagi sarjana kependidikan maupun sarjana Non-Kependidikan atau sarjana non-kependidikan. Namun dalam hal ini peneliti hanya memfokuskan penelitian ini pada persepsi guru terhadap pendidikan profesi guru.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya akan melakukan penelitian tentang persepsi guru-guru SMA terhadap terbukanya kesempatan bagi sarjana murni untuk dapat menjadi guru dengan mengikuti program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah diuraikan tersebut maka penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas. Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari status kepegawaian guru tersebut?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana murni dilihat dari tingkat pendidikan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari status kepegawaian guru tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari tingkat pendidikan guru tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana persepsi guru SMA Negeri dan Swasta terhadap pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan yang dilihat dari masa kerja guru tersebut.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya serta menambah referensi kepustakaan.
2. Bagi guru
3. Bagi Penulis
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoretik
1. Pengertian Persepsi Guru Terhadap Program Pendidikan Profesi guru
a. Pengertian Persepsi
Pada umumnya manusia adalah makhluk sosial dan makhluk
individual, sehingga di dalam masyarakat sering terdapat berbagai
perbedaan pandangan antar individu. Perbedaan yang ada tersebut
tergantung dari kita bagaimana kita menangkap gejala-gejala yang ada di
luar diri kita dengan indra yang kita miliki. Sehingga persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan
antar gejala amupun peristiwa) sampai rangsang tersebut disadari dan
dimengerti oleh setiap individu. Ada beberapa faktor yang dapat
memengaruhi persepsi, yaitu:
1) Perhatian yang selektif
2) Ciri-ciri rangsang
3) Nilai-nilai dan kebutuhan individu
4) Pengalaman terdahulu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kotemporer (Salim, 1991:
1146) persepsi dapat diartikan sebagai pandangan dari seseorang atau
(2007: 8) persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau
menginterpretasikan stimulasi yang masuk dalam alat indera.
Nursalam (1998: 49) berpendapat persepsi pada hakikatnya adalah
proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Daviddof (1981: 232)
mendefinisikan persepsi sebagai proses untuk mengorganisir dan
menghubungkan data-data indera kita untuk mengembangkan sedemikian
rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita termasuk sadar akan
diri sendiri. Pendapat ini sejalan dengan Thoha (1938:141) yang
menyatakan persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik lewat
pengideraan, penglihatan, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Sehingga persepsi dapat diartikan sebagai proses pemahaman
ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus dapat diperoleh dari proses penginderaan terhadap objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya
diproses oleh otak. Persepsi yang ada dalam diri seseorang akan
memengaruhi minat orang tersebut terhadap suatu hal. Sama halnya
dengan bagaimana persepsi guru saat ini. Bila profesi guru dipandang
b. Guru
1) Pengertian Guru
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia guru adalah seorang pengajar
yang mentranfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Dalam
bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pada seorang pendidik
yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Selain pengertian di atas dapat juga guru diartikan bahwa guru
adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam
kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang
yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang
guru.
2) Profesi Guru
Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, suatu profesi yang
menuntut keahlian tertentu, karena sifatnya membutuhkan
persyaratan dasar, keterampilan teknis dan sikap kepribadian, oleh
sebab itu guru harus memiliki kualifikasi profesional sehingga
mampu mengemban tugas dengan baik dan profesional, oleh karena
dilandasi dengan adanya kedisiplinan sarana dan fasilitas yang
mendukung, penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik
penerapan pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan
kepribadian dan keprofesionalan.
Profesi merupakan suatu pekerjan yang dalam pekerjaan atau
tugasnya menuntut suatu keahlian. Keahlian yang dimiliki oleh
setiap individu diperoleh dari lembaga pendidikan yang secara
khusus mempelajari hal tersebut. Profesi guru yang belakangan ini
makin banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat
menyebabkan banyak Sarjana Non- Kependidikan memilih profesi
guru karena lowongan pekerjaan sebagai guru yang masih banyak.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh.
Namun profesi guru hanya dapat diperoleh di lembaga pendidikan
tenaga kependidikan yang lulusannya menyiapkan calon guru.
3) Pendidikan Profesi Guru
Pasal 31 ayat (3) UUD 1945 yang telah diamandemen, menyatakan
bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut pemerintah telah
Sistem Pendidikan Nasional (UURI Nomor 20/ 2003),
Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI Nomor 14/2005) dan berbagai
peraturan perundangan lainnya, yang melihat peranan strategis guru
dan dosen dalam peningkatan mutu pendidikan.
Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang
guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi. Kewajiban
menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengharuskan
adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan
pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Hal ini dirasakan semakin mendesak mengingat kebutuhan tenaga
guru yang nyata di lapangan mengharuskan PPG dilaksanakan
dengan segera agar pengangkatan guru baru dapat dilakukan sesuai
dengan ketetapan yang ada.
a) Pengertian pendidikan profesi guru
Dengan adanya UU guru dan Dosen No 14 tahun 2005
menjadi penanda bahwa profesi guru tidak hanya sebagai
pengabdian saja dengan jaminan yang sangat minim.
Seharusnya dengan adanya UU ini diharapkan supaya
keprofesionalan dan kualitas seorang guru lebih ditingkatkan.
Oleh kerena itu diadakan pendidikan profesi guru yang akan
satu tahun yang terbuka untuk sarjana kependidikan dan
non-kependidikan, yang lulusannya akan mempunyai sertifikat
sebagai bukti guru yang profesional.
Menurut UU No 20/2003 tentang SPN pendidikan profesi
adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian maka
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan
yang diselenggarakan untuk lulusan S1 Kependidikan dan
S1/D-IV non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat
menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang
profesional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh
sesuai dengan standar nasional pendidikan dan dapat
memperoleh sertifikat pendidik (sesuai UU No. 14/2005) pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah
b) Landasan penyelenggaraan pendidikan profesi guru
i. UURI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
ii. UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
iii. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
iv. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.
c) Tujuan pendidikan profesi guru
Mengacu pada UU No. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum
pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan
calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta
d) Penyelenggaraan pendidikan profesi guru
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang
dan peraturan yang ada maka pada dasarnya ada dua bentuk
penyelenggaraan PPG, yaitu:
i. PPG pasca S1 kependidikan yang masukannya berasal
dari lulusan S1 kependidikan dengan struktur kurikulum
subject specific paedagogy (pendidikan bidang studi)
dan PPL Kependidikan.
ii. PPG pasca S1/D-IV non kependidikan yang
masukannya berasal dari lulusan S1/D-IV
non-kependidikan, dengan struktur kurikulum matakuliah
akademik kependidikan (paedagogical content), subject
specific paedagogy (pendidikan bidang studi), dan PPL
Kependidikan
e) Sistem rekruitmen dan seleksi mahasiswa
Rekruitmen calon mahasiswa merupakan kunci utama
keberhasilan program PPG. Rekruitmen mahasiswa harus
memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
i. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan
nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply
mendapat pekerjaan. Hal ini dapat mendorong calon
yang baik memasuki PPG.
ii. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan
menentukan batas kelulusan minimal menggunakan
acuan patokan. Ini berarti bahwa calon mahasiswa
hanya akan diterima jika memenuhi persyaratan lulus
minimal dan bukan berdasarkan alasan lain. Hanya
calon terbaik yang dapat diterima.
iii. Untuk memenuhi prinsip a dan b di atas maka
penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di daerah
sebagai stakeholders. Kerjasama ini perlu dilakukan
menyangkut jumlah calon, kualifikasi dan keahlian
sesuai dengan mata pelajaran yang dibina dan
benar-benar diperlukan.
iv. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka
proses penerimaan harus dilakukan secara fair, terbuka
dan bertanggung jawab.
Rekruitmen atau penerimaan mahasiswa baru dapat dilakukan
dengan:
i. Seleksi administrasi: (1) Ijazah relevan dengan mata
terakreditasi, (2) Transkrip nilai dengan indeks prestasi
kumulatif minimal 2,75, (3) Surat keterangan kesehatan,
(4) Surat keterangan kelakuan baik, dan (5) Surat
keterangan bebas napza.
ii. Seleksi penguasaan bidang studi melalui tes penguasaan
bidang studi yang akan diajarkan.
iii. Tes Potensi Akademik.
iv. Tes penguasaan kemampuan bahasa Inggris (English for
academic purpose).
v. Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan
observasi kinerja disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan diajarkan.
vi. Tes kepribadian melalui wawancara/inventory.
Keberhasilan rekruitmen ini amat tergantung kepada
kerjasama antara LPTK penyelenggara PPG dan Direktur
Jenderal Pendidikan Tingggi pada satu pihak dengan Dinas
Pendidikan/Pemda pada pihak lain untuk memegang teguh
prinsip akuntabilitas pengadaan tenaga kependidikan/guru.
f) Struktur kurikulum pendidikan profesi guru
Berdasarkan perbedaan kompetensi lulusan S1 Kependidikan
dan S1/D-IV Non-Kependidikan maka struktur kurikulumnya
i. Struktur kurikulum kompetensi lulusan S1 kependidikan:
• Pemantapan dan pengemasan materi bidang studi
untuk pembelajaran bidang studi yang mendidik
(subject specific paedagogy atau pendidikan bidang
studi)
• PPL kependidikan.
ii. Struktur Kurikulum Pendidikan Profesi Guru pasca
S1/D-IV non-kependidikan meliputi:
• Kajian tentang teori pendidikan dan pembelajaran
• Kajian tentang peserta didik,
• Pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran
bidang studi yang mendidik (Subject specific
pedagogy atau pendidikan bidang studi)
• Pembentukan kompetensi kepribadian pendidik
• Matakuliah Kependidikan dan PPL kependidikan.
g) Beban belajar
Beban belajar mahasiswa program PPG untuk menjadi guru
pada satuan pendidikan ditentukan sebagai berikut:
i. TK/RA/TKKh1 atau bentuk lain yang sederajat yang
berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20
(dua puluh) satuan kredit semester.
ii. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang
berlatar belakang sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang
sederajat adalah 18 (delapan belas) sampai dengan 20
(dua puluh) satuan kredit semester.
iii. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat yang
berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV)
kependidikan selain untuk TK/RA/TKKh atau bentuk lain
yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai
dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.
iv. SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang sederajat yang
berlatar belakang sarjana/diploma empat (D-IV)
kependidikan selain untuk SD/MI/SDKh atau bentuk lain
yang sederajat adalah 36 (tiga puluh enam) sampai
dengan 40 (empat puluh) satuan kredit semester.
v. TK/RA/TKKh atau bentuk lain yang sederajat dan pada
satuan pendidikan SD/MI/SDKh atau bentuk lain yang
sederajat yang berlatar belakang sarjana psikologi (S1)
adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat
vi. SMP/MTs/SMPKh atau bentuk lain yang sederajat dan
satuan pendidikan SMA/MA/SMAKh/SMK/MAK atau
bentuk lain yang sederajat, baik yang berlatar belakang
sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan
maupun sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
non-kependidikan adalah 36 (tiga puluh enam) sampai dengan
40 (empat puluh) satuan kredit semester.
vii. Untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV
non-kependidikan yang tidak linear dengan mata pelajaran
yang akan diampu, harus mengikuti program matrikulasi
yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan yang
didasarkan atas hasil asesmen kompetensi. Matrikulasi
adalah program yang dipersyaratkan bagi peserta didik
yang sudah dinyatakan lulus seleksi PPG untuk
memperkuat kompetensi akademik bidang studi dan/atau
kompetensi akademik kependidikan yang akan membantu
mereka mengikuti pendidikan profesi guru.
c. Status Kepegawaian Guru
Di Indonesia status kepegawaian seorang guru dapat dibedakan
dalam beberapa macam, yaitu Pegawai Negri Sipil (PNS), Guru Tetap
d. Tingkat Pendidikan Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Mulyono, 1990:204),
pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok. Siagian (1984:175) menyatakan definisi
pendidikan sebagai keseluruhan proses, teknik, dan metoda
belajar-mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang
kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, jalur pendidikan dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Pendidikan Formal
Yaitu jalur pendidikan yang dilaksanakan secara terencana dan
terorganisir yang mengarahkan pembelajaran anak untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai
yang menunjang perkembangan. Jenjang pendidikan formal antara
lain:
a) Pendidikan Dasar
Yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakann bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pengembangan sikap dan kepribadian professional, misalnya dapat
berbentuk kursus-kursus.
3) Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas
dan sistematis yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan,
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru
(Sahertian, 1994:68), yaitu:
a) Program non-gelar (program diploma) dengan rincian sebagai
berikut:
i. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun
ii. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun
iii. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun
b) Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1), dengan lama
studi 4-7 tahun.
c) Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama masa studi 6-9 tahun
d) Program doctor (S3), dengan lama masa studi 8-11 tahun.
e. Masa Kerja Guru
Masa kerja adalah masa dimana guru melaksanakan tugas sebagai
pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari
lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau kelompok
tanya jawab tentang sertifikasi guru (2007:11). Masa kerja dihitung
selama seseorang menjadi guru. Bagi PNS masa kerja dihitung dari
diterbitkannya surat keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK
CPNS. Bagi guru non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar
yang dibuktikan dengan surat keputusan dari sekolah berdasarkan surat
pengangkatan yayasan.
2. Pengertian Kompetensi Guru
Menurut Usman (2005), kompetensi adalah suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan
kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1989)
mengartikan kompetensi seperti yang dikutipnya dari pendapat W. Robert
Houston sebagai suatu tugas memadai atau pemilikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.
Menurut (Piet A. dan Ida Sahertian, 1990), kompetensi adalah
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kompetensi juga
dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai
pengajar dan pendidik.
Menurut Mahmudin, kompetensi guru merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007
tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam dunia pendidikan dikenal sepuluh kompetensi guru yang telah
dikembangkan oleh proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga
kependidikan. Sepuluh kompetensi guru itu adalah (Sardiman: 1996):
a. Menguasai bahan
Guru yang menguasai bahan pelajaran memungkinkan untuk
menyampaikan pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis sehingga siswa
dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan guru.
b. Mengelola program belajar mengajar
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan program
pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan hasil
c. Mengelola kelas
Kemampuan guru dalam mengatur, menata kelas dan mengarahkan
tingkah laku siswa di kelas sehingga menimbulkan minat belajar.
d. Menggunakan media dan sumber
Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai dengan
materi pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai.
e. Menguasai landasan pendidikan
Kemampuan guru untuk menguasai dan memiliki wawasan yang luas
tentang pendidikan guna kelancaran proses belajar mengajar.
f. Mengelola internet
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Merupakan kemampuan guru untuk melakukan penilaian perkembangan
dan kemajuan siswa setelah mengikuti belajar mengajar untuk
kepentingan pengajaran.
h. Mengenal fungsi program bimbingan dan konseling
Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa
untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta membantu
siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, sehingga informasi tentang
segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam
langkah-langkah pembinaan dan pengembangan selanjutnya.
j. Menguasai prinsip-prisip dan menafsirkan hasil kompetensi pendidikan
guna keperluan pengajaran
Pengertian persepsi siswa tentang kompetensi guru adalah proses
pemahaman, menerima, mengorganisasikan, menginterpretasikan
kompetensi guru melalui panca indera siswa.
3. Kompetensi Keguruan
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi guru disini dapat dimaknai sebagai kebulatan
pengetahuan (Knowledge), Ketrampilan (teaching Skill), serta sikap
(karakter) berupa kecerdasan, kreativitas dan komitmen dalam
menjalankan tugas sebagai guru. Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan seorang guru untuk dapat memahami peserta didik baik
secara jasmani maupun secara rohani sehingga antara guru dan siswa
mempunyai hubungan emosional yang sangat erat sehingga terjalinnya
komunikasi yang harmonis dalam suasana pembelajaran. Inilah model
pembelajaran dalam dunia pendidikan masa depan guru harus memahami
prinsip-prinsip perkembangan kepribadian peserta didik agar dapat
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal seorang
guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru harus mampu mencerminkan
kewibawaan, dewasa, pribadi yang bijaksana dan mempunyai watak yang
terpuji dalam pandangan peserta didik. Kompetensi ini harus melekat
pada diri pribadi seorang guru yang akan menjadi panutan bukan hanya
dalam lingkungan sekolah tetapi juga dalam kehidupan masyarakat. Drs.
Muhammad Ikhsan, M.Pd. mengungkapkan bahwa guru selayaknya
menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan bukan hanya pendidikan
dalam artian sempit hanya dalam lingkungan sekolah saja tetapi secara
global dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara luas guru
hendak menjadi sosok yang dikagumi.
Kompetensi kepribadian guru, artinya bahwa guru harus memiliki
sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber
indentifikasi bagi subjek (Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).
Kompetensi kepribadian guru juga dapat diartikan sebagai sikap
pribadi guru berjiwa Pancasila yang yang mengutamakan budaya bangsa
Indonesia, yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya (Kunandar,
Kemampuan kepribadian mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai
guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
unsur-unsurnya.
2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.
c. Kompetensi Profesional
Profesional secara esensial memiliki 3 dimensi pokok yaitu
Keilmuan dan pengetahuan (Science and Knowledge), Keahlian (Skill)
dan kesejawatan (Organisasi Profesi). Guru yang Profesional paling tidak
harus memiliki dan mengembangkan kemampuannya dalam tiga pilar
profesional di atas karena sebagai guru bukanlah profesi asal-asalan tetapi
profesi sentral yang sangat berpengaruh terhadap wajah pendidikan
nasional pada masa yang akan datang. Keterpurukan bangsa ini salah satu
indikator penyebabnya adalah rendahnya kualitas pendidikan kita
jangankan secara global ditataran negara berkembang di Asia saja IPM
kita masih berada dibawah negara tetangga kita Malaysia. Standar
kelulusan di negara Jiran kita itu sudah mencapai 7 sedangkan di negara
kita direncanakan 5 koma saja sudah ribut. Guru yang profesional adalah
guru yang harus mampu menguasai materi pembelajaran secara luas dan
keterkaitan secara universal dan menerapkan konsep–konsep keilmuan,
metode pengajaran yang koheren dengan materi ajar secara mendalam
dan berkualitas. Disamping itu guru juga harus mampu mengeksplorasi
konsep dan metode keilmuannya, melakukan penelitian dan kajian-kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan tentang materi ajar sehingga
mampu menemukan penemuan baru dalam proses pembelajaran.
Kompetensi profesinal guru artinya bahwa guru harus memiliki
pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi)
yang diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki
pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta
mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar (Drs. Suharsimi
Arikunto, 1990:239).
Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan
penguasaan dalam akademik yang diajarkan dan terpadu dengan
kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa
akademis (Kunandar, S.Pd., M.Si., 2007:56).
Kemampuan profesional mencakup:
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang
harus diajarkan dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang
diajarkan itu.
2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan tentang
3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran
siswa.
d. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial guru artinya bahwa guru harus memiliki
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun
dengan teman sesama guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai tata
usaha, dan tidak lupa juga dengan anggota masyarakat di lingkungan
(Drs. Suharsimi Arikunto, 1990:239).
Kompetensi sosial juga dapat diartikan sebagai kemampuan
seorang guru dalam berhubungan dalam bentuk partisipasi sosial seorang
guru dalam kehidupan sehari-hari guru di masyarakat tempat ia bekerja,
baik formal maupun informal
B. Kerangka Berfikir
Pendidikan profesi guru dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan guru
dilakukan selama satu tahun ini terbuka bagi semua lulusan, baik sarjana
kependidikan maupun sarjana non-kependidikan, yang pada akhinya lulusan
pendidikan profesi guru ini akan mendapat sertifikat sebagai bukti guru
profesional. Pada hakekatnya Pendidikan Profesi Guru merupakan pendidikan
yang mempersiapkan lulusannya untuk dapat menyelenggarakan layanan ahli
dalam bidang kependidikan. Agar mampu menyelenggarakan layanan ahli ini,
maka seorang calon guru dituntut untuk memiliki, menguasai dan mampu
menerapkan seperangkat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dengan demikian,
Pendidikan Profesi Guru adalah pendidikan yang bertujuan untuk
mempersiapkan mahasiswa agar menguasai kompetensi dasar profesi keguruan,
sehingga layak dan siap mengemban tugas sebagai guru yang profesional. Oleh
karena itu dengan dibukanya pendidikan profesi guru diharapkan agar dapat
meningkatkan kualitas keprofesionalan seorang guru.
1. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang
Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Status
Kepegawaian Guru
Status kepegawaian guru dibedakan menjadi tiga, yaitu Pegawai
Negeri Sipil (PNS), Guru Tetap Yayasan (GTY), dan Guru Tidak Tetap
(GTT). Pada umumnya persepsi antara guru satu dengan yang lainnya tentang
penilaian terhadap Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi ilmu murni itu
pedoman/panduan program pendidikan profesi guru dalam jabatanbila serang
guru akan mengikuti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka
status kepegawaian guru tersebut haruslah seorang yang memiliki status
kepegawaian sebagai PNS dan GTY. Pada kenyataannya status kepegawaian
setiap guru itu berbeda-beda, menurut saya hal ini dapat mempengaruhi
persepsi guru terhadap adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi
Sarjana Non- Kependidikan. Guru yang memiliki status kepegawaian yang
tetap diduga akan memiliki persepsi yang lebih positif, karena guru yang
memiliki status kepegawaian sebagai PNS dan GTY akan dapat mengikuti
program PPG dalam hal ini Pendidikan profesi guru dalam jabatan.
Sedangkan bila seseorang memiliki status kepegawaian sebagai GTT maka
guru tersebut tidak mengikuti PPG dalam jabatan. Dengan demikian posisi
mereka sebagai guru dapat digantikan oleh Sarjana Non- Kependidikan yang
telah mengikuti program PPG pra jabatan. Oleh karena itu hal ini dapat
menjadi salah satu yang dapat menyebabkan persepsi GTT tersebut kurang
positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi
Sarjana Non- Kependidikan.
2. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang
Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Tingkat
Pendidikan
Perbedaan tingkat pendidikan setiap guru juga diduga pula dapat
mengenai adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non-
Kependidikan. Berdasarkan pedoman/panduan program PPG dalam jabatan
untuk dapat mengikiti program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka
pendidikan formal yang harus dimiliki oleh guru tersebut adalah pendidikan
D4/S1, karenanya hal ini akan diduga bila guru yang memiliki pendidikan
D4/S1 akan memiliki persepsi lebih positif terhadap adanya program PPG
yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika dibandingkan dengan guru
yang mempunyai latar belakang pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2.
Hal ini disebabkan karena guru yang mempunyai latar belakang pendidikan
D3, D2, Maupun di bawah D2 masih harus menempuh pendidikan lanjutan
untuk memperoleh gelar D4/S1 untuk dapat mengikuti program PPG dalam
jabatan. Dengan demikian diduga guru yang mempunyai latar belakang
pendidikan D3, D2, Maupun di bawah D2 akan mempunyai persepsi yang
kurang positif terhadap adanya program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non-
Kependidikan. Dengan demikian guru tersebut harus harus lebih bersabar
untuk mengikuti program PPG sampai mereka mengikuti program pendidikan
lanjutan sampai bergelar D4/S1. Walaupun dengan konsekuensi mereka harus
didahului oleh Sarjana Non- Kependidikan yang mengikuti pendidikan profesi
guru pra jabatan selain itu juga posisi mereka juga dapat digantikan oleh para
3. Persepsi Guru Terhadap Adanya Pendidikan Profesi Guru Yang
Terbuka Bagi Sarjana Non- Kependidikan Dilihat Dari Masa Kerja
Guru
Masa kerja setiap guru itu berbeda-beda. Perbedaaan ini pula yang
diduga dapat menjadi penyebab perbedaan persepsi guru terhadap adanya
program PPG yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan. Berdasarkan
pedoman/panduan program PPG dalam jabatan untuk dapat mengikuti
program pendidikan profesi guru dalam jabatan maka masa kerja seorang PNS
dan GTY minimal adalah dua tahun. Oleh karena itu seorang guru PNS dan
GTY harus telah bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti program
PPG dalam jabatan. Guru yang mempunyai masa kerja lebih dari dua tahun
diduga mempunyai persepsi yang lebih positif terhadap adanya program
Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan jika
dibandingkan dengan PNS dan GTY yang bekerja kurang dari dua tahun. Bagi
guru yang mempunyai masa kerja kurang dari dua tahun harus bersabar
menunggu sampai mereka bekerja lebih dari dua tahun untuk dapat mengikuti
program PPG dalam jabatan, walaupun dengan konsekuensi mereka harus rela
melihat Sarjana Non- Kependidikan dapat mengikuti program PPG pra
jabatan. Hal ini pula yang diduga dapat menyebabkan persepsi mereka kurang
positif terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan
masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan
perumusan jawaban atas dugaan sementara sehingga menjadi tuntunan untuk
mencari jawaban yang sebenarnya atas dasar kerangka berfikir di atas.
Hipotesis dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru
yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari status
kepegawaian guru.
2 Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru
yang terbuka bagi Sarjana Non- Kependidikan dilihat dari tingkat
pendidikan.
3. Ada perbedaan persepsi guru SMA terhadap pendidikan profesi guru
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik
tentang institusi sosial, politik ataupun ekonomi dari suatu kelompok atau
daerah (Hasan, 2004:8). Menurut Arikunto (2000:312), penelitian survei
dimaksudkan untuk mengetahui pendapat masyarakat. Dalam penelitiaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru tentang
adanya Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana
Non-Kependidikan ditinjau dari status kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa
kerja. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok guru yang mengajar di
Kulon Progo. Maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada guru-guru
yang berada di wilayah Kulon Progo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Bopkri Wates, SMA Sanjaya IV Nanggulan,
SMA N 1 Samigaluh, SMA N 1 Girimulyo, dan SMA N 1 Sentolo di
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 – Januari 2011
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru SMA
Negeri dan SMA Swasta yang berada di Kulon Progo.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu. Menurut Suharsimi (1993: 107) untuk sekedar
ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah penelitian sampel
karena dari keseluruhan guru yang mengajar di SMA Negeri dan SMA
Swasta yang berada di Kulon Progo hanya diambil 122 guru yang diambil
dari beberapa SMA Negeri dan SMA swasta di Kulon Progo.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
guru yang berasal dari SMA yang berbeda. Mengingat demikian, maka
peneliti mengambil sampel guru-guru di lima SMA ( 2 SMA Swasta dan 3
SMA Negeri) di Kabupaten Kulon Progo. Pertimbangan dipilihnya lima
sekolah tersebut adalah adanya keterwakilan masing-masing status
sekolah tempat guru mengajar.
D. Variabel Penelitian
1) Variabel Penelitian:
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili
berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau
menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat.
Variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap sarjana
Non-Kependidikan mengikuti pendidikan profesi guru terdiri atas status
kepegawaian, tingkat pendidikan, dan masa kerja.
b. Variabel terikat (dependent variabel)
Variabel terikat adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki
sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau
menyesuaikan diri dengan kondisi variabel yang lain yang disebut
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap
Program Pendidikan Profesi Guru yang terbuka bagi sarjana
Non-Kependidikan.
2) Pengukuran Variabel
a. Variabel Persepsi Guru Terhadap Adanya Program Pendidikan Profesi
Guru Yang Terbuka Bagi Sarjana Non-Kependidikan
Persepsi guru terhadap adanya program pendidikan profesi guru yang
terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan adalah tanggapan guru
terhadap suatu keyakinan yang ditangkap melalui pendengaran dan
penglihatan tentang isu-isu yang berkembang di masyarakat mengenai
pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu suatu cara
sistematis untuk memberi skor dalam suatu kuesioner yang telah
dibagikan kepada responden secara langsung. Ada dua kategori
pernyataan yang digunakan yaitu pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Dalam skala Likert ini digunakan pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Skala Likert
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (RR) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
b. Variabel Status Kepegawaian
Status kepegawaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah status
guru sebagai tenaga pengajar di sekolah. Pemberian skor untuk
variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:
1) Guru Tidak Tetap skor 1
2) Guru Tetap Yayasan skor 2
3) Pegawai Negeri Sipil skor 3
c. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh guru. Pemberian
skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:
1) < D2 skor 1
2) D2 skor 2
3) D3 skor 3
4) D4/S1 skor 4
5) S2 skor 5
d. Variabel Masa Kerja
Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masa guru
melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu
sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari
pemeritah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan).
1) Kurang dari dua tahun skor 1
2) Lebih dari dua tahun skor 2
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu metode pengumpulan data yang memberikan
daftar pertanyaan tertulis kepada responden yang terpilih menjadi sampel
mengenai masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk
mengungkap tentang bagimana persepsi guru SMA terhadap pendidikan
profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan.
2. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengungkap data yang bersifat khusus,
yang diyakini kebenarannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Data
diperoleh dari pihak yang berwenang. Dokumentasi digunakan untuk
mencari data tentang gambaran umum sekolah dan data mengenai jumlah
guru yang ada di masing-masing sekolah.
F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen penelitian meliputi variabel persepsi guru dan
variabel pendidikan profesi guru. persepsi guru terdiri dari
dua unsur yang dijadikan indikator. Antara lain unsur kognisi dan unsur
yang diminati. Pengetahuan dan informasi mengenai profesi guru merupakan
salah satu unsur minat seseorang untuk menjadi guru. Unsur kognisi ini
meliputi persepsi seseorang terhadap pendidikan profesi guru. Unsur konasi
ini meliputi wawasan guru terhadap bidang keguruan dan pendidikan profesi
guru. Kemampuan seseorang untuk menjadi guru akan dibuktikan dengan
wawasan terhadap bahan-bahan mata kuliah yang sesuai dengan keguruan.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Variabel dan Indikatornya
No. Variabel Dimensi Indikator
Pernyataan
- Apakah menikmati menjadi guru - Mengetahui tentang
adanya pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan
- Mampu memahami watak siswa
- Mampu merancang pembelajaran - Mampu
melaksanakan pembelajaran - Mampu merancang
pembelajaran untuk
- Mampu memahami materi pelajaran dengan baik - Mampu menguasai
langkah- langkah
- Mampu berperilaku yang dapat
diteladani oleh siswa
- Mampu memahami kode etik profesi guru
- Mampu menerapkan kode etik guru - Berperilaku sesuai
dengan kode etik guru
- Mampu
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil
- Bangga terhadap dirinya dan yang dewasa, arif, dan berwibawa - Mampu memiliki
menjamin
G. Uji Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas Kuesioner
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila suatu alat ukur
tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti.
Pengujian valid atau tidaknya suatu alat ukur dapat menggunakan metode
analisis butir yang menguji apakah item pernyataan tersebut telah
mengungkapkan faktor atau indikator yang ingin diteliti atau tidak.
Suharsimi (1993: 138) mengemukakan suatu perhitungan korelasi yang
dapat dipakai, perhitungan itu dapat menggunakan rumus product moment
method dari Karl Pearson, rumus itu adalah:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah responden
X = Total dari setiap item
Y = Total item
Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi
tersebut dengan taraf signifikansi 5%. Apabila hasil pengukuran r ≥ 5%
maka item pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid, demikian pula
sebaliknya. Untuk korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan
menggunakan rumus product moment method dari Karl Pearson
menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur.
Selanjutnya besarnya koefisien korelasi ini dibandingkan dengan besarnya
r korelasi product moment pada tabel dengan dk=n-2. Jika
r
hitung >r
tabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Berdasarkan informasitersebut akan diperoleh item-item yang tidak valid sehingga berdasar
informasi tersebut peneliti dapat mengganti atau merevisi butir-butir yang
tidak valid.
Uji validitas instrumen dilakukan pada responden diluar sampel
penelitian yang berjumlah 34 orang, dengan mendasarkan pada jawaban
responden atas 33 butir pernyataan yang menunjukkan variabel persepsi
guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi
sarjana Non-Kependidikan. Kesimpulan pengujian validitas dengan
membandingkan antara
r
hitung >r
tabeluntuk df=32(34-2) sebesar 0,339
pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji validitas tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian
No. Item
Validitas
Keterangan rhitung
(taraf signifikansi 5%) rtabel
1. 0,558 0,339 Valid
2. 0,691 0,339 Valid
3. 0,784 0,339 Valid
4. 0,767 0,339 Valid
Dari tabel 3.3 terlihat bahwa seluruh item pernyataan pada variabel
persepsi guru terhadap program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi
sarjana Non-Kependidikan menunjukkan bahwa sebanyak 33 butir
pernyataan adalah sahih atau valid. Pengambilan keputusan ini dilakukan
dengan membandingkan nilai-nilai koefisien rhitung masing-masing buir
dengan nilai koefisien rtabel. Dengan jumlah data (n) sebanyak 34
responden dan derajat keyakinan 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel
sebesar 0,344 (Duwi Priyatno, 2010:114-115). Dari hasil pengujian
diperoleh nilai rhitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan butir pernyataan persepsi guru terhadap
program pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana
Non-Kependidikan adalah valid atau sahih.
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu
instrument cukup dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrument tersebut sudah baik, sehingga akan menghasilkan data
yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Pengujian realibilitas kuesioner ini dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha:
Keterangan:
R11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau pertanyaan atau pernyataan
σ
2b= jumlah varian butir
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai koefeisien Cronbach Alpha > 0,60 (nunnaly, 1967 dalam Imam
Ghozali, 2001:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60, maka
butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula
sebaliknya.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach dan dikerjakan dengan menggunakan program Special
Program For Statistic Solution (SPSS) 17 for windows. Dari 33 butir
pernyataan pada variabel persepsi guru SMA terhadap program
pendidikan profesi guru yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan
diperoleh nilai koefisien alpha (r11) sebesar 0,942. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha
dengan 0,60. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa koefisien
alpha lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
instrumen persepsi guru SMA terhadap program pendidikan profesi guru
yang terbuka bagi sarjana Non-Kependidikan dapat dikatakan reliabel.
H. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari tiap-tiap indikator dalam
variabel yang memberikan gambaran mengenai responden penelitian dan