• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta."

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta Anton Nugroho

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan Kanisius Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 265 guru. Teknik pengambilan sampel adalah convenience sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan ( tabel = 7,814 < hitung = 8,601); (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian ( tabel = 7,814 < hitung = 8,831); (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru ( tabel = 5,991 < hitung = 7,626).

2

χ χ2

2 χ 2

χ

2 χ 2

χ

(2)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS CURRICULUM OF EDUCATIONAL UNIT LEVELPERCEIVED FROM THE

EDUCATIONAL LEVEL, OFFICIAL STATUS, AND THE TIME TAKEN IN CARRYING OUT TEACHING PROFESSION

A Case Study: at Kanisius InstitutionYogyakarta Anton Nugroho

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward curriculum of educational unit level perceived from: 1) the educational level; 2) official status; 3) the time taken in carrying out teaching profession.

This research was conducted at Kanisius Institution Yogyakarta’s schools in August 2007. The population of this research taken from elementary and secondary school’s teachers at Kanisius Institution Yogyakarta.The samples of this research were 265 teachers. The technique of sample drawing was a

convenient sampling technique.

The result of this research shows that: (1) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from educational level ( table = 7,814 < count = 8,601); (2) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from the official status( table = 7,814 < count = 8,831); (3) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from the time taken in carrying out teaching proffesion ( table = 5,991 < count = 7,626).

2

χ χ2

2

χ χ2

2

χ χ2

(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

Anton Nugroho

011334067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

MOTTO

Hidup seperti matahari yang selalu dibutuhkan

oleh semua orang

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk:

ALLAH BAPA, PUTRA, ROH KUDUS dan BUNDA MARIA Orang tuaku tercinta Y. Suparjo dan Ch. Suwarti Adikku Aris dan Sri Keluarga besar ATMO Rejo dan ATMO kariyo Yuli Pristiyani Sangkuriang dan Brotherhood

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Agustus 2008 Penulis,

Anton Nugroho

(9)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta Anton Nugroho

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan Kanisius Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 265 guru. Teknik pengambilan sampel adalah convenience sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan ( tabel = 7,814 < hitung = 8,601); (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian ( tabel = 7,814 < hitung = 8,831); (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru ( tabel = 5,991 < hitung = 7,626).

2

χ χ2

2 χ 2

χ

2 χ 2

χ

(10)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS CURRICULUM OF EDUCATIONAL UNIT LEVELPERCEIVED FROM THE

EDUCATIONAL LEVEL, OFFICIAL STATUS, AND THE TIME TAKEN IN CARRYING OUT TEACHING PROFESSION

A Case Study: at Kanisius InstitutionYogyakarta Anton Nugroho

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward curriculum of educational unit level perceived from: 1) the educational level; 2) official status; 3) the time taken in carrying out teaching profession.

This research was conducted at Kanisius Institution Yogyakarta’s schools in August 2007. The population of this research taken from elementary and secondary school’s teachers at Kanisius Institution Yogyakarta.The samples of this research were 265 teachers. The technique of sample drawing was a

convenient sampling technique.

The result of this research shows that: (1) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from educational level ( table = 7,814 < count = 8,601); (2) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from the official status( table = 7,814 < count = 8,831); (3) there is different teacher’s perception towards curriculum of educational unit level perceived from the time taken in carrying out teaching proffesion ( table = 5,991 < count = 7,626).

2

χ χ2

2

χ χ2

2

χ χ2

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah karena telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(13)

5. Bapak Ibu Guru di sekolah-sekolah milik Yayasan Kanisius Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Bapakku Yohanes Suparjo dan Ibuku Christina Suwarti yang telah memberikan kesempatan untuk kuliah dan selalu memberikan dorongan agar cepat lulus.

7. Adik-adikku Aris Nugroho dan Sri Pamuji yang telah banyak sekali membantu dan mendukung untuk terus maju.

8. Keluarga besar atmo (Hari, Antok, Agung) yang menyemangatiku selalu dalam suka dan duka.

9. Christina Yuli Pristiani, dengan kesabaran menunggu dan tulus akan kasih sayangnya menjadikan penulis selalu terdorong untuk segera dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Teman sepertempuran:M. Eko Aprianto S.Pd. (TITET) dan Cicilia Wulan Cahyaningsih, S.Pd yang selalu membantuku tanpa lelah.

11. The SANGKURIAN. Prd (Sutur,Teklek, Diar, Dwek, Petrus, Allan, Wawan,dll) Yang sudah lulus duluan membuatku bersemangat untuk mengejar kalian.

12. The brothers and sisters: Adjie, Sila, Moko, Felly, Adi Pals, Ayu, Ebbie, Etha, Tia, semua teman-teman Pendidikan Akuntansi 2001 (Kelas A, B, C) terimakasih atas semua pengalaman yang kalian berikan.

13. semua pihak yang banyak membantu penyusunan skripsi ini hingga berjalan baik dan lancar yang tidak dapat dikatakan satu-persatu.

(14)

Semoga Allah Bapa senantiasa menyertai kita dan memberikan segala yang terbaik untuk kita.

Yogyakarta, Agustus 2008 Penulis

Anton Nugroho

(15)

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGATAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... ... 4

C. Rumusan Masalah ... ... 5

D. Tujuan Penelitian ………. ... 5

E. Manfaat Penelitian ………... ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 7

A. Pengertian Persepsi ... ... 7

B. Guru ... ... 10

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 17

D. Tingkat Pendidikan ... ... 26

E. Status Kepegawaian ... ... 30

F. Lama Menjalani Profesi Guru ... 31

G. Kerangka Berfikir ... ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

(16)

A. Jenis Penelitian ... 38

B. Subjek dan Objek Penelitian ... ... 38

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... ... 38

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... ... 39

E. Populasi ………..………... ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ………... 44

G. Uji Kuesioner ………. ... 45

H. Uji Prasyarat Analisis ………... 48

I. Pengujian Hipotesis ………... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ………. ... 68

A. Sejarah Singkat Yayasan kanisius …………..……... 68

B. Daftar Sekolah-Sekolah Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta ………... 70

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………. ... 72

A. Deskripsi Data ………... 72

B. Analisis Data ……….. ... 81

1. Uji Prasyarat Analisis …….………... 81

2. Uji Hipotesis ………. ... 88

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. ... 96

BAB VI PENUTUP ………... 105

A. Kesimpulan ………. ... 105

B. Keterbatasan Penelitian ………... 105

C. Saran ………... 106 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(17)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI ... 21

Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMP/ MTs ... 22

Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X ... 22

Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA ... 23

Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS ... 24

Tabel 2.6 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa ... 24

Tabel 3.1 Operaionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP ... 39

Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 42

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Validitas ... 46

Tabel 3.4 Uji Bartlett ... 50

Tabel 3.5 Daftar Kontingensi B x K Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor ... 51

Tabel 3.6 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan (Frekuensi Sesungguhnya) ... 54

Tabel 3.7 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 58

Tabel 3.9 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Status Kepegawaian (Frekuensi Sesungguhnya) ... 59

Tabel 3.10 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 60

Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 62

Tabel 3.12 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru (Frekuensi Sesungguhnya) ... 63 Tabel 3.13 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

(18)

Dari Lama Menjalani Profesi Guru... 64

Tabel 3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 67

Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 72

Tabel 5.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 73

Tabel 5.3 Deskripsi Responden Menurut Status Kepegawaian ... 74

Tabel 5.4 Deskripsi Responden Menurut Lama Menjalani Profesi Guru ... 75

Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 76

Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 77

Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 78

Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ... 79

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Tingkat Pendidikan ... 81

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Status Kepegawaian) ... 82

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas (Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ... 83

Tabel 5.12 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett (Variabel Tingkat Pendidikan) ... 84

Tabel 5.13 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett (Variabel Status Kepegawaian) ... 85

Tabel 5.14 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett (Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ... 86

Tabel 5.15 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Tingkat Pendidikan ... 88

Tabel 5.16 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 89 Tabel 5.17 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

(19)

Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 91 Tabel 5.18 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian ... 92 Tabel 5.19 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ... 94 Tabel 5.20 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Lama Menjalani Profesi Guru ... 94

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran I Kuesioner Penelitian ... 113

Lampiran II Data Validitas dan Reliabilitas ... 122

Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ... 121

Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 126

Lampiran V Distribusi Frekuensi (Mean, Median, Modus) ... 144

Lampiran VI Uji Normalitas dan Linieritas ... 156

Lampiran VII Tabel r dan Tabel χ2 ... 173

Lampiran VIII Surat Ijin Penelitian... 178

Lampiran IX Kategori Kecenderungan Variabel... 178

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan teknologi yang pesat menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas SDM dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Sekolah merupakan bentuk pendidikan formal yang dapat menjadi salah satu sarana untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar adaptif terhadap perubahan lingkungan yang ada. Pihak sekolah karenanya menjalankan seperangkat kurikulum yang ditetapkan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pihak pemerintah mulai melakukan perubahan atas kurikulum 2004 atau dikenal dengan sebutan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang sudah diujicobakan. Sayang dalam praktik ditemukan banyak kelemahan pelaksanaan KBK dan kelemahan-kelemahan tersebut bukannya dibenahi, tetapi kurikulum langsung diganti dengan yang baru. Tampaknya memang setiap ada menteri baru dalam departemen pendidikan, perlu ada perubahan kurikulum dan kebijakan. Maka tidak heran jika sering ada selentingan bahwa pendidikan kita tidak pernah stabil karena dalam waktu cepat sudah berganti

policy dan kurikulum yang belum sampai tuntas diujicobakan. Energi pendidikan karenanya lebih banyak akan tercurah kepada pergantian terus

(22)

menerus dan tidak digunakan untuk mengerti dan mendalami secara tuntas suatu permasalahan.

Guru adalah pelaksana suatu kurikulum, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa apabila guru tidak siap maka kurikulum sebaik apapun yang direncanakan dan dipikirkan para ahli dan birokrat di Jakarta dalam praktik tidak akan jalan. Akhirnya guru akan tetap saja melakukan tugas seperti biasanya. Dengan demikian penetapan kurikulum baru hanya akan membuang banyak dana tanpa hasil yang sepadan karena para guru tidak dapat melaksanakannya. Guru umumnya menyadari bahwa tidak ada satu kurikulum yang sungguh dapat memajukan proses belajar-mengajar di sekolah. Hampir semua kurikulum apapun landasannya mengandung kesamaan, yaitu bahwa kurikulum dimaksudkan untuk membantu siswa belajar dan akhirnya menguasai apa yang dipelajari.

(23)

Kurikulum baru ini tetap tidak akan bisa memberi kebebasan guru untuk berimprovisasi mengembangkan model pembelajaran. Hal ini terjadi karena masih adanya sistem evaluasi nasional yaitu ujian nasional (UN). Pendeknya, “guru seolah-olah diberi kebebasan tetapi awas hati-hati ada UN”.

Guru diberi kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki sekolah yang bersangkutan dalam penyusunan kurikulum akan mendapat banyak kendala diantaranya tingkat pendidikan guru yang berbeda-beda. Pendidikan guru yang berbeda berdampak pada tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh setiap guru juga berbeda-beda. Pengembangan atau kreatifitas penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan setiap guru pun sangat mungkin berbeda. Karenanya pada guru yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan lebih positif dibandingkan dengan guru yang tingkat pendidikan lebih rendah.

(24)

atau dimutasi ke sekolah lainnya. Bagi guru pegawai negeri (PNS) yang diperbantukan di sekolah swasta diduga akan kurang optimal dalam menyusun dan melaksanakan KTSP mengingat status mereka yang telah menjadi PNS yang pada dasarnya dibayar oleh negara.

Lama guru dalam menjalani profesinya sebagai guru diduga kuat akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap KTSP. Bagi guru yang memiliki banyak pengalaman karena sudah bertahun-tahun menjadi guru akan dapat menyusun kurikulum lebih mudah. Guru yang sudah puluhan tahun mengajar diduga akan positif persepsinya terhadap KTSP dan mereka akan lebih mudah menerima perubahan kurikulum dan mengikuti kurikulum yang baru dibandingkan dengan guru yang baru lima tahun berprofesi menjadi guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status

Kepegawaian dan Lama Menjalani Profesi Guru”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada sekolah-sekolah yang berada dalam naungan Yayasan Kanisius Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

(25)

mencakup 6 komponen yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

(26)

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat, bagi pihak-pihak berikut: 1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan kurikulum KTSP serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional. 2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu guru untuk menyusun kurikulum sekolah sesuai yang diinginkan pemerintah dan dapat menjadi masukan dalam menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah berkaitan dengan kurikulum.

3. Bagi Universitas

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Persepsi pada dasarnya adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan (Thoha, 2000:146). Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang.

Menurut Edgar F. Huse dan James L. Bowditch dalam Thoha (2000:145), cara kebiasaan yang dapat dipergunakan untuk mengenal penginderaan adalah:

1. Aspek penginderaan yang memiliki kesamaan antara satu orang dengan yang lain disebut kenyataan. Misalkan ada suatu kejadian yang disaksikan oleh orang banyak, maka itu disebut sebagai kenyataan dari kejadian itu. Akan tetapi setiap orang dimungkinkan akan memiliki persepsi yang berbeda akan penyebab kejadian itu.

2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi kita. Setiap orang memiliki kekhasan masing-masing, entah dari segi biologis, masa lalu, pengalaman, nilai-nilai, dan sebagainya.

Dalam persepsi, yang menjadi intinya adalah bahwa persepsi merupakan sebuah penafsiran akan suatu situasi, jadi bukan merupakan pelabelan yang

(28)

benar terhadap suatu situasi. Persepsi memiliki subproses sebagai berikut (Thoha, 2000:146):

1. Stimulus

Pada tahap ini, individu memperoleh rangsangan dari suatu sumber. Rangsangan ini mungkin ditangkap oleh penginderaan individu tersebut. 2. Registrasi

Pada tahap ini, seseorang akan terpengaruh atas apa yang diinderakannya. Pada tahap registrasi, seseorang akan menerima informasi yang diinderakannya, kemudian mendata dan mendaftar semua informasi tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan penyebab utama dari perbedaan persepsi antar individu. Interpretasi dipengaruhi oleh cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian seseorang. Interpretasi merupakan subproses dari persepsi yang sangat penting.

4. Umpan balik (feedback)

Pembentukan persepsi seseorang yang diakibatkan dari adanya suatu ekspresi atau kejadian atas apa yang telah dilakukan individu tersebut.

(29)

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Thoha (1983:147) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah:

1. Psikologi

(30)

2. Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap sesorang adalah keluarganya, mengingat keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk karakter setiap individu.

3. Kebudayaan

Kebudayaan yang berlaku di tempat seorang individu tinggal akan membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan/ pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih (Uzer Usman, 1990:4). Dengan berdasar teori McCleland, Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) menuliskan bahwa saat guru tampil di depan kelas, ia akan menjadi sosok yang menarik sehingga ia bisa menebarkan virus nAch (Needs for Achievement) atau motivasi berprestasi.

(31)

strategis dalam mengantarkan keberhasilan peserta didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:337) guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar. Menurut Samana (1994:53-68) seorang guru haruslah memiliki kompetensi keguruan. Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi/ kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian-sosial merupakan modal dasar bagi guru. perincian kompetensi kepribadian-sosial adalah sebagai berikut:

a. Guru menghayati dan mengamalkan nilai hidup

b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggungjawab

c. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah

d. Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik

e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya

f. Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya

(32)

h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru tampil secara pantas dan rapi

j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan

k. Dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya

l. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif

Sedangkan kompetensi profesionalnya dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Guru dituntut menguasai bahan ajar

b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar c. Guru mampu mengelola kelas

d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran e. Guru menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar

g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

i. Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah

(33)

Sedang menurut Muhibbin Syah (2000:256), guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik. Agar memperoleh mutu dan standar yang sesuai dengan tuntutan jaman, setiap bidang pekerjaan dan insan yang bekerja di dalamnya haruslah profesional dan efektif.

Menurut Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006), sejalan dengan pendapat Houle, ciri-ciri pekerjaan yang profesional, yaitu meliputi:

a. Harus memiliki landasan yang kuat

b. Harus berdasarkan atas kompetensi individual c. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi

d. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat e. Adanya kesadaran profesional yang tinggi

f. Memiliki prinsip-prinsip etik g. Memiliki sistem sanksi profesi h. Adanya militansi individual i. Memiliki organisasi profesi

(34)

Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, terdapat empat ciri guru yang efektif, yaitu:

a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas

b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran

c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement)

d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri

Karena guru merupakan seorang fasilitator dan ujung tombak dalam dunia pendidikan, maka profesionalitas dan efektifitas wajib dimiliki oleh setiap guru.

2. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh:

a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

(35)

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya 3. Peranan Guru

Uzer Usman (1990:1) sejalan dengan pendapat Wrightman menjelaskan bahwa peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perkembangan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Peranan seorang guru adalah (Uzer Usman, 1990:16): a. Guru sebagai demonstrator

(36)

b. Guru sebagai pengelola kelas (Learning Manager)

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Dalam peranannya sebagai mediator dan fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

d. Guru sebagai evaluator

Dalam peranannya sebagai evaluator, guru hendaknya selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pihak pendidik. 4. Kode Etik Guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):

a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila;

(37)

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan;

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar;

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan;

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu serta martabat profesinya;

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial;

h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian;

i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(38)

mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan, pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan (Surjanto Budiwalujo, http://www.kompas.com, 13 Maret 2006).

Indonesia mengalami berkali-kali ganti kurikulum. Kurikulum pertama yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia adalah Kurikulum 1947 yang lebih dikenal dengan Rencana Pelajaran 1947. Kemudian disusul dengan berganti-ganti oleh kurikulum 1950, 1968, 1975, dan 1994. Kurikulum 1994 menjadi tolok ukur kemajuan pendidikan di Indonesia karena telah berprinsip pada keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Kurikulum ini semakin disempurnakan dengan Suplemen GBPP 1999.

Namun pemerintah merasa bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih jauh dari mutu kurikulum-kurikulum bangsa barat. Oleh karena itu, pemerintah kemudian mencanangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK pada tahun 2004. Kurikulum ini menekankan pada kompetensi belajar siswa. Setelah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, pemerintah melihat bahwa hasil yang diberikan oleh KBK tidak seperti yang diharapkan. Pada awal tahun 2006, pemerintah menyusun kurikulum baru yang lebih menekankan pada isi dan kompetensi. Produk terbaru tersebut kemudian diberi label Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pengembangan kurikulum itu adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) hasil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(39)

terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim, 2006:1). Sesuai dengan namanya, KTSP memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada guru dan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) memaparkan bahwa implementasi KTSP membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur kini menjadi fasilitator pembelajaran. KTSP merupakan sebuah bentuk demokratisasi dan desentralisasi sektor pendidikan dari pemerintah kepada setiap lembaga pendidikan. Dalam KTSP ini, Peraturan Pemerintah dijadikan sebagai rambu-rambu dalam penyusunan KTSP agar terdapat konsistensi dan persamaan dalam memuat suatu materi ke kurikulum.

Menurut Mulyasa (2006:176), terdapat enam komponen KTSP, yaitu: 1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan

(40)

2. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Dasar

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan Pendidikan Menengah

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai kejuruannya.

3. Menyusun Kalender Pendidikan

(41)

pendidikan menjadi acuan bagi seluruh komponen sekolah untuk melaksanakan kegiatan dan tugasnya.

Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam penyusunan kelender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

4. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memuat komponen mengenai mata pelajaran, kelas dan alokasi waktu sesuai dengan jenjang pendidikannya, yang dispesifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum SD/MI

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

I II III IV, V, dan VI A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

(42)

• Pembelajaran pada Kelas I sampai dengan Kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV sampai dengan Kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

• 1 jam pelajaran adalah 35 menit

Tabel 2.2

Struktur Kurikulum SMP/MTs

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

VII VIII IX A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan/ Teknologi Informasi

danKomunikasi 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

ƒ Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

ƒ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.3

Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X

Alokasi Waktu Komponen

Semester I Semester II A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

(43)

9. Sejarah 1 1

10. Geografi 1 1

11. Ekonomi 2 2

12. Sosiologi 2 2

13. Seni Budaya 2 2

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan 2 2

15. Teknologi Informasi dan

Komunikasi 2 2

16. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2

B. Muatan Lokal 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah 38 38

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

ƒ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.4

Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII IPA

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Fisika 4 4 4 4

7. Kimia 4 4 4 4

8. Biologi 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga

dan Kesehatan 2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan

Komunikasi 2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

(44)

Tabel 2.5

Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII IPS

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

8. Ekonomi 4 4 4 4

9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga

dan Kesehatan 2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan

Komunikasi 2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

ƒ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.6

Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Bahasa

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2

A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahasa Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3

6. Sastra Indonesia 4 4 4 4

7. Bahasa Asing 4 4 4 4

(45)

9. Sejarah 2 2 2 2

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga

dan Kesehatan 2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan

Komunikasi 2 2 2 2

13. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

ƒ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Dalam struktur dan muatan KTSP terdapat lima kelompok pelajaran, yaitu: a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Silabus

(46)

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari KTSP, yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional.

Dengan melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa KTSP merupakan “perpanjangan tangan” pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Melalui KTSP, pemerintah menggandeng tangan guru dan sekolah untuk bersama-sama menciptakan suatu pola pendidikan melalui desentralisasi sistem pendidikan. KTSP memberikan kebebasan untuk menentukan laju pendidikan bagi tiap-tiap sekolah sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka, tetapi dengan batas-batas yang tetap ditentukan pemerintah.

D. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

(47)

1987:175). Unsur yang penting dalam pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan, pengetahuan, sikap, tingkah laku, kompetensi sosial serta pribadi optimal.

Mengingat unsur-unsur demikian, Soejono Soekanto (1992:335) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru tentang bagaimana berpikir secara ilmiah.

2. Ruang Lingkup Pendidikan

Dilihat dari ruang lingkupnya pendidikan dapat dibagi menjadi (Siagian, 1987:181):

a. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang itu lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pengalaman sehari-hari.

b. Pendidikan Formal

(48)

c. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang sangat ketat dan tetap.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi menjadi (Siagian, 1987:185):

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.

c. Pendidikan Tinggi

(49)

Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, khususnya guru, pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola pengembangan dari IKIP atau FKIP/FIP yang disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A. Sahertian, 1994:68), yaitu:

1. Program non-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun. b. Program Diploma 2 (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun. c. Program Diploma 3 (D-3) dengan lama studi 3-5 tahun.

2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S-1), dengan lama studi 4-7 tahun.

3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun. 4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.

Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program Akta mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):

1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

(50)

3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.

E. Status Kepegawaian

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

(51)

1. Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

a. Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.

b. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.

c. Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Lama Menjalani Profesi Guru

(52)

maupun guru honorer adalah guru yang masih harus memperjuangkan statusnya.

Status kepegawaian mendorong seorang guru untuk mempertahankan pekerjaannya. Seorang guru honorer atau guru tidak tetap yang dalam kurun waktu tertentu tidak kunjung diangkat akan memunculkan dorongan bagi mereka untuk berpindah profesi. Berbeda halnya dengan guru yang telah lama menjadi guru tetap atau guru negeri. Lama menjalani profesi keguruan juga akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal. Sebagai contoh, guru tidak tetap akan bekerja sebaik mungkin agar dia dipertimbangkan untuk dapat diangkat menjadi guru tetap. Guru yang telah 5 tahun mengajar tentu akan memiliki cara mengajar yang berbeda dibandingkan dengan guru yang baru 2 tahun mengajar atau bahkan guru yang telah 30 tahun mengajar. Tetapi lama seorang guru dalam menjalani profesi keguruan tidak seutuhnya menjamin bahwa guru yang lebih lama mengajar akan memiliki kualitas yang lebih baik. Mungkin guru tersebut lebih unggul pada pengalaman dibanding dengan guru-guru baru. Tetapi guru yang baru mungkin memiliki memiliki kemampuan yang juga lebih baik, misalnya kemampuan dalam memanfaatkan komputer dan penggunaan teknologi dalam pengajarannya.

G. Kerangka Berpikir

(53)

Dalam menyikapi pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pandangan guru akan diduga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Pandangan guru diduga akan berbeda pada latar belakang pendidikan formal guru yang berbeda. Secara umum, pendidikan formal dibagi dalam berbagai jenjang yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Untuk dapat menjalani profesi sebagai seorang pengajar, maka pendidikan formal minimal yang harus dimiliki adalah D2. Untuk guru SMP tidak menutup kemungkinan masih adanya guru dengan latar pendidikan SPG walaupun sekarang memang oleh pemerintah guru-guru dengan latar pendidikan SPG diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

(54)

memandang KTSP, guru dengan latar belakang S1 akan memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik mengingat pengetahuan yang dimilikinya lebih daripada guru dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Tingkat pendidikan guru diduga kuat mempengaruhi cara pandang dan sikap guru terhadap suatu konsep atau ide baru.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian.

Status kepegawaian merupakan sebuah pengakuan atas keberadaan seseorang dalam suatu ruang lingkup pekerjaan pada sebuah instansi. Status kepegawaian menempatkan seorang pekerja pada suatu posisi yang membedakan hak dan kewajiban antar status yang berbeda. Status kepegawaian bagi seorang guru merupakan suatu keadaan yang melabeli mereka untuk profesionalitas kerja para guru tersebut.

(55)

Guru tetap yayasan akan memiliki mental dan etos kerja yang lebih baik karena Guru tetap yayasan biasanya memiliki sense of belonging yang tinggi pada yayasan yang menaunginya. Guru tetap yayasan diduga akan memiliki pandangan yang lebih baik mengenai KTSP mengingat para guru tetap yayasan memiliki ikatan batin dan tanggung jawab yang kuat terhadap yayasan. Sedangkan guru negeri memiliki kecenderungan lebih kaku mengingat status para guru tersebut sudah jelas. Guru negeri bekerja berdasarkan ikatan kerja dengan dasar hukum yang jelas berkaitan dengan status kepegawaian mereka, sehingga dengan kejelasan status tersebut guru negeri diduga memiliki persepsi yang kurang positif terhadap KTSP. Guru tidak tetap dan guru honorer diduga akan memiliki persepsi yang lebih rendah mengingat status mereka yang bekerja pada yayasan semata-mata hanya untuk mendapatkan penghasilan. Para guru tersebut hanya dibayar untuk bekerja, tanpa mendapat kepastian jaminan masa depan mereka di yayasan tempat mereka bekerja. Guru dengan status kepegawaian yang berbeda akan memiliki paradigma tersendiri akan sesuatu yang menyangkut profesinya.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

(56)

3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Guru.

Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama pekerja tersebut menjalani profesinya. Semakin lama seseorang menggeluti pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya. Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas, maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru, dan sebagainya.

(57)

menyusun kurikulum, berbeda dengan kurikulum yang biasanya digunakannya. Akan tetapi dengan pengalaman yang dimilikinya, hal tersebut akan dapat disesuaikan dengan mudah. Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan merupakan produk baru dari dunia kependidikan akan memandang KTSP sebagai sebuah kurikulum yang tepat diaplikasikan mengingat dengan KTSP seorang guru dapat menyusun kurikulum yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya pengalaman yang dimiliki, guru baru diduga akan berpersepsi kurang positif mengingat perubahan kurikulum yang terjadi kurang dapat diadaptasi dengan cepat.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada guru-guru di

sekolah-sekolah milik Yayasan Kanisius Yogyakarta. Data yang diperoleh kemudian

diolah dan dianalisis. Kesimpulan penelitian hanya berlaku pada guru-guru di

sekolah-sekolah milik Yayasan Kanisius Yogyakarta sebagai subyek

penelitian ini.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru sekolah-sekolah milik Yayasan

Kanisius di Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani

profesi guru.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Juli-Agustus 2007.

(59)

2. Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian ini adalah sekolah-sekolah di bawah naungan

Yayasan Kanisius di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap KTSP

Persepsi guru terhadap KTSP adalah suatu proses penelaahan dan

pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik

melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.

Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses

penginderaan terhadap kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di

masing-masing satuan pendidikan.

KTSP mencakup 6 dimensi yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat

satuan pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) (Mulyasa, 2006:176). Masing-masing dimensi

tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.

Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap

KTSP:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP

Pernyataan Dimensi Indikator

Positif Negatif

Visi dan Misi 1. Berorientasi ke depan

2. Dikembangkan bersama oleh 2

(60)

seluruh warga sekolah 3. Merupakan perpaduan antara

langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan

4. Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna

5. Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya 6. Berbasis nilai

7. Membumi (Kontekstual)

3 4 5 6 7 Tujuan pendidikan

8. Kematangan diri anak didik sesuai tiap fase perkembangan 9. Kecerdasan, pengetahuan 10.Keterampilan hidup mandiri 11.Mengikuti pendidikan lanjut

9 11 8 10 Kalender pendidikan

12.Rencana sekolah 13.Alokasi Waktu

14.Penetapan Kalender Pendidikan

12 13 14 Struktur dan muatan KTSP

15.Mata pelajaran 16.Muatan lokal

17.Kegiatan Pengembangan diri 18.Pengaturan Beban Belajar 19.Kenaikan Kelas, Penjurusan,

dan Kelulusan

20.Pendidikan Kecakapan Hidup 21.Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal dan Global

15 16 17 19,21, 22,24 25 26 18 20,23

Silabus 22.Ilmiah

23.Relevan 24.Fleksibel 25.Kontinuitas 26.Konsisten 27.Memadai

28.Aktual dan kontekstual 29.Efektif 30.Efisien 27 28 29 30 32 33 34 35 31 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

31.Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi

(61)

tersebut.

32.Rencana pelaksanaan

pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

33.Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.

34.Rencana pelaksanaan pembelajaran yang

dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

35.Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program sekolah, terutama apabila pembelajaran

dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak

mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.

37

38

39

40

Pengukuran variabel persepsi guru terhadap KTSP didasarkan pada

indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

(62)

Tabel 3.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Skor Kriteria Jawaban Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah taraf pendidikan formal terakhir yang

diselesaikan guru. Jenjang pendidikan formal guru diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Program Diploma 1 (D1) Skor: 1

b. Program Diploma 2 (D2) Skor: 2

c. Program Diploma 3 (D3) Skor: 3

d. Program Strata 1 (S1) Skor: 4

e. Program Pasca sarjana (S2) Skor: 5

f. Program Doktor (S3) Skor: 6

3. Variabel Status Kepegawaian

Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat kedudukan guru yang

berkaitan dengan tanggungjawab guru terhadap sekolah yang ditempati.

(63)

a. Guru Tetap Yayasan Skor: 4

b. Guru Negeri Skor: 3

c. Guru Tidak Tetap Yayasan Skor: 2

d. Guru Honorer Skor: 1

4. Variabel Lama Menjalani Profesi Guru

Lama menjalani profesi guru adalah lamanya seorang guru dalam

menjalani profesi keguruan. Pemberian skor untuk variabel lama

menjalani profesi guru adalah sebagai berikut:

a. < 1 tahun Skor: 0

b. 1-5 tahun Skor: 1

c. 6-10 tahun Skor: 2

d. 11-15 tahun Skor: 3

e. >15 tahun Skor: 4

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SD dan SMP di bawah

naungan Yayasan Kanisius Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian ini

adalah 469 guru. Berikut ini rinciannya:

1. SD 356 guru

2. SMP 113 guru

2. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah tenaga kependidikan

(64)

sekolah Yayasan Kanisius Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian adalah

265 guru dengan rincian:

1. SD 178 guru

2. SMP 87 guru

3. Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sample dilakukan dengan

menggunakan metode sampling dari kelompok convenience sampling

adalah cara memilih anggota dari populasi untuk dijadikan sample dimana

sesukanya peneliti (convenience). Peneliti akan memilih sampel yang

tersedia saja atau yang mudah diperoleh (Ronny

Kontour,2003:144).sample ini sebisa mungkin dihindari, jika tidak

dianjurkan agar penelitian menggunakan ini direplikasi, agar dapat

memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Metode ini merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan

menggunakan sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun

secara tertulis berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam

penelitian kuesioner ini melibatkan responden untuk mengisi dengan jawaban

yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai persepsi guru terhadap KTSP, tingkat

(65)

G. Uji Kuesioner

a. Pengujian Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa

yang ingin diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji

korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi

Arikunto,1998:225):

∑ ∑

− =

} ) ( }{

) ( {

) )( ( ) (

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

Keterangan :

N = Total responden

Y = Total item

X = Total dari setiap item

rxy = Keofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan

tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya

hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product

Moment pada tabel. Jika hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir

soal tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya. Pengujian

validitas ini didasarkan pada jawaban responden (guru) yang berjumlah 50

di Yayasan BOPKRI. Pengujian validitas butir pernyataan dilakukan

dengan bantuan program komputer SPSS 13.0.

Hasil pengujian untuk 40 butir pernyataan dari kuesioner tentang

persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah

(66)

(butir 4); 0,631 (butir 5); 0,638 (butir 6); 0,684 (butir 7); 0,737 (butir 8);

0,332 (butir 9); 0,602 (butir 10); 0,549 (butir 11); 0,328 (butir 12); 0,518

(butir 13); 0,608 (butir 14); 0,443 (butir 15); 0,689 (butir 16); 0,885 (butir

17); 0,510 (butir 18); 0,678 (butir 19); 0,474 (butir 20); 0,517 (butir 21);

0,400 (butir 22); 0,728 (butir 23); 0,468 (butir 24); 0,527 (butir 25); 0,595

(butir 26); 0,390 (butir 27); 0,402 (butir 28); 0,361 (butir 29); 0,603 (butir

30); 0,635 (butir 31); 0,638 (butir 32); 0,611 (butir 33); 0,719 (butir 34);

0,398 (butir 35); 0,651 (butir 36); 0,792 (butir 37); 0,542 (butir 38); 0,605

(butir 39); 0,391 (butir 40). Mengingat nilai-nilai dari rhitung > rtabel (0,284),

maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan tentang persepsi

guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah valid. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada rangkuman tabel di bawah ini (lampiran

II, hal 126):

Tabel 3.3

Hasil Pengukuran Validitas

No

Item rhitung

rtabel taraf

signifikansi 5% Hasil

(67)

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 .443 .689 .885 .510 678 .474 .517 .400 .728 .468 .527 .595 .390 .402 .361 .603 635 638 611 719 398 651 792 542 605 391 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

b. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur

dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang

tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien

reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Suharsimi

Arikunto,1998:236).

Rumus :

(

)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −

=

2
(68)

Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ = jumlah varian butir 2

t

σ = varian total

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik

Alpha Cronbach. Jika koefisien α > dari 0,60 maka instrumen penelitian

tersebut reliabel (dapat dipercaya). Sebaliknya α < dari 0,60 maka

instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunally, 1967 dalam Imam

Gozhali, 2001:42).

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini didasarkan pada

butir-butir pernyataan yang valid. Pengujian relliabilitas dilakukan dengan

bantuan program komputer SPSS 13.0. Dari hasil pengujian instrumen

tentang persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan

diperoleh nilai rhitung = 0,951 > nilai α = 0,60. Oleh karena nilai rhitung > α =

0,60 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan

sebagai alat ukur.

H. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data masing–masing variabel berdistribusi

normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas

yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov

Smirnov ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel berasal dari

(69)

Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua distribusi kumulatif dan

memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi tersebut dengan

rumus (Wahid Sulaiman, 2003:37):

)} ( ) (

{Sn1 x Sn2 X Max

D= −

Keterangan :

Sn1 (x) = fungsi jenjang kumulatif observasi salah satu sampel

Sn1 (x) = k/n1 , k adalah banyaknya skor sama atau kurang dari X

Pengambilan keputusan:

Jika Asymp. Sig < taraf nyata (0,05) maka Ho ditolak

Jika Asymp. Sig > taraf nyata (0,05) maka Ho diterima

2. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang

berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap

populasi. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan

pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Uji Bartlett

menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

χ

2

= (in 10) {B -

(ni – 1) log Si

2

}

Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian

ini seperti uji Bartlett (Arikunto, 2000:415). Beberapa satuan yang

diperlukan untuk mengerjakan pengujian tes adalah:

(70)

Tabel 3.4 Uji Bartlett

Sampel ke-

Derajat

kebebasan 1/dk Si2 Log Si2 (dk) Log Si2

1

2

K

n1 – 1

n2 – 1

nk - 1

1/(n1 – 1)

1/(n2 – 1)

1/(nk– 1) S12

S22

Sk2

Log S 12

Log S22

Log Sk2

(n1-1)Log S12

(n1-1)Log S22

(n1-1)Log Sk2

Jumlah

(

1

)

1 n

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ −1 1 1 n

- -

(

)

2

1 i

i LogS

n

2) Mencari variansi gabungan dari semua sampel dengan rumus:

(

)

(

)

− −

= n 1 /Si2 ni 1

S

3) Mencari satuan B dengan rumus:

(

)

(

)

= logS2 ni 1

B

4) Menghitung harga Chi-kuadrat ( χ2 ) dengan rumus:

(

)

{

}

= χ 2 i i 2 S log 1 n B 10 n 1

Dimana 1n10 = 2,3026 merupakan bilangan tetap yang disebut

logaritma asli daripada bilangan 10. Jadi rumus dapat

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/MI
Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMP/MTs
Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/MA
Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/MA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi masyarakat perkotaan terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar, (2) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap uji

Kalender pendidikan adalah suatu kesepakatan bersama yang dirumuskan oleh sekolah atau instans i pendidikan tertentu untuk dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari (1) jenis kelamin, (2) pengalaman mengajar,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap uji