• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

MARKUS EKO APRIYANTO

NIM: 021334028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

SKRIPSI

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta

Oleh:

Markus Eko Apriyanto NIM: 021334028

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(3)

iii

SKRIPSI

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Markus Eko Apriyanto

NIM: 021334028

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Penguji Pada Tanggal 8 November 2007

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. ... Sekretaris : L. Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota : L. Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota : Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. ... Anggota : Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. ...

Yogyakarta, 8 November 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)
(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 November 2007 Penulis,

(6)

vi

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru di Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta Markus Eko Apriyanto

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Populasi penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 160 guru. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.

(7)

vii

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARD KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKANVIEWED FROM THE EDUCATIONAL LEVEL,

EMPLOYMENT STATUS, AND THE TIME TAKEN IN TEACHING PROFESSION

A Case Study: Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta Markus Eko Apriyanto

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purposes of this research were to know about the differences of teacher’s perception towardKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan viewed from: 1) the educational level; 2) employment status; 3) the time taken in teaching proffesion.

This research was conducted at Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta’s schools in August 2007. The population of this research taken from elementary, secondary, and high school’s teachers at Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta.The populations of this research were 160 teachers.The method of collecting data is questionnaire.

The result of this research shows that: (1) there is different teacher’s perception toward Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan viewed from educational level (2table = 3,84 <

2

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Ibu Guru di sekolah-sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

(9)

ix

6. Pakdhe Sarema, adikku Fetty, dan Simbah yang telah banyak sekali membantu dan mendukung untuk terus maju.

7. Diajeng Theresia Ari Purbandini, dengan kesabaran dan kasih sayangnya yang luar biasa menjadikan penulis selalu terdorong untuk segera dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Teman satu bendera: Cicilia Wulan Cahyaningsih, S.Pd. dan Anton Nugroho. 9. The band of brothers and sisters: Adjie ‘Big Bro’, Sila, Moko, Felly, Adi

Pals, Ayu, Yuli, Ebbie, Etha, Tia, Tyas ‘Nguk2’, Ayay, Betty Sobatdarikecil, Anna, Wati, Ruri ‘Hungry’, Ninuk, Emi, Teddy, Edi, Dina, Fania, Boim, Bowo, April, Dewa, Didik, semua teman-teman Pendidikan Akuntansi 2002 (Kelas A, B, C), dan teman Band (The Next).

10. Bapak, Ibu, dan rekan-rekan di Dekanat FKIP : Pak Sarkim, Pak Adimassana, Bu Retno Priyani, Mbak Agnes, Mas Antok, Mas Agus, Beni dan Gaby yang telah menghadirkan aura untuk tetap siaga, serta semua pihak yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, dan saran yang sungguh berarti bagi keberhasilan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah Bapa senantiasa menyertai kita dan memberikan segala yang terbaik untuk kita.

Yogyakarta, November 2007 Penulis

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ………... ix

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ………. 6

E. Manfaat Penelitian ………... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Persepsi ... 8

B. Guru ... 11

(11)

xi

D. Tingkat Pendidikan ... 27

E. Status Kepegawaian ... 31

F. Lama Menjalani Profesi Guru ... 32

G. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 40

E. Populasi ………..………... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 45

G. Uji Kuesioner ………. 45

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas ... 48

H. Uji Prasyarat Analisis ………. 49

1. Uji Normalitas ... 49

2. Uji Homogenitas ... 50

I. Pengujian Hipotesis ……… 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ………. 68

A. Sejarah Singkat Yayasan Pangudi Luhur …………... 68

(12)

xii

Cabang Yogyakarta ……….... 72

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………. 73

A. Deskripsi Data ……… 73

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 74

a. Tingkat pendidikan guru ... 74

b. Status kepegawaian ... 75

c. Lama menjalani profesi guru ... 75

2. Persepsi Guru Ditinjau Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 76

B. Analisis Data ……….. 80

1. Uji Prasyarat Analisis …….……….. 80

a. Uji Normalitas ... 80

b. Uji Homogenitas ... 83

2. Uji Hipotesis ………. 88

a. Hipotesis Pertama (Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan) ... 88

b. Hipotesis Kedua (Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian) ... 90

(13)

xiii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 96

1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 96

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian ... 99

3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Guru ... 102

BAB VI PENUTUP ……… 105

A. Kesimpulan ………. 105

B. Keterbatasan Penelitian ……….. 105

C. Saran ………... 106

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI ……….……….. 22 Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMP/ MTs ……….. 22 Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X………...………….. 23 Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA …….. 24 Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS …….. 24 Tabel 2.6 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa….. 25 Tabel 3.1 Operaionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP …….….. 40 Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert ………...….….. 43 Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Validitas ………...………….. 47 Tabel 3.4 Uji Bartlett ………... 50 Tabel 3.5 Daftar Kontingensi B x K

Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor ……....….. 52 Tabel 3.6 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Tingkat Pendidikan (Frekuensi Sesungguhnya) ……….. 54 Tabel 3.7 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Tingkat Pendidikan ……….. 55 Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ……… 58 Tabel 3.9 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian (Frekuensi Sesungguhnya) …...….. 59 Tabel 3.10 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian ………...……….. 60 Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ……… 62 Tabel 3.12 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Lama Menjalani Profesi Guru

(15)

xv

Dari Lama Menjalani Profesi Guru ……….. 65 Tabel 3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ……… 67 Tabel 4.1 Daftar Sekolah-Sekolah Yayasan Pangudi Luhur Cabang

Yogyakarta ………... 71 Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ………. 73 Tabel 5.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan …………. 74 Tabel 5.3 Deskripsi Responden Menurut Status Kepegawaian …...……. 75 Tabel 5.4 Deskripsi Responden Menurut Lama Menjalani Profesi Guru . 76 Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 77 Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ………. 77 Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Ditinjau Dari Status Kepegawaian ………. 78 Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ………. 79 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Tingkat Pendidikan) ………..………... 81 Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Status Kepegawaian) ……….………... 81 Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ………..……... 81 Tabel 5.12 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Tingkat Pendidikan) ………...………... 83 Tabel 5.13 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Status Kepegawaian) ……….………... 84 Tabel 5.14 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ………….………... 86 Tabel 5.15Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

(16)

xvi

Dari Tingkat Pendidikan ……….. 89 Tabel 5.17 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

Ditinjau Dari Status Kepegawaian ………...….. 91 Tabel 5.18 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian ………...……….. 91 Tabel 5.19 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ……….….. 93 Tabel 5.20 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner Penelitian ………... 113

Lampiran II Data Validitas dan Reliabilitas ……….. 121

Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ………. 125

Lampiram IV Data Induk Penelitian ……… 129

Lampiran V Distribusi Frekuensi (Mean, Median, Modus) ……….. 139

Lampiran VI Kategori Kecenderungan Variabel ……… 143

Lampiran VII Uji Normalitas dan Homogenitas ………... 145

Lampiran VIII Tabel r dan2………. 165

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sektor pembangunan yang paling strategis dalam upaya mewujudkan tujuan suatu bangsa. Sebagai sektor pembangunan yang strategis, praktik pendidikan di negara kita masih jauh dari harapan. Kondisi ini tercerminkan dari human development index Indonesia yang masih sangat rendah. Pada tahun 2001 Indonesia menduduki peringkat 102 dari 104 negara, tahun 2002 peringkat 104 dari 106 negara dan tahun 2003 peringkat 150 dari 153 negara yang diteliti (Suyanto, http://www.kompas.com, 3 Agustus 2006).

(19)

di tahun 1998, maka Kurikulum 1994 dirasakan perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan kurikulum dan pendidikan.

Pada Kurikulum 1994 ditekankan pentingnya daya serap pengetahuan siswa akan informasi dan perkembangannya, sehingga siswa kurang dipersiapkan untuk menghadapi dunia kerja. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan teoritis yang memadai, meskipun aspek kecakapan praktisnya cenderung kurang. Dampaknya siswa tidak memiliki bekal yang cukup untuk mengaplikasikan pengetahuan di dunia yang sesungguhnya. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum pengganti Kurikulum 1994. Inti perbedaan Kurikulum 1994 dengan KBK adalah Kurikulum 1994 menitikberatkan pada transfer pengetahuan dari guru ke murid, sedangkan KBK menekankan pada keaktifan murid dalam membangun kompetensinya sendiri melalui belajar secara aktif. Dengan kata lain, KBK dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi para murid untuk menemukan pengetahuan dengan caranya sendiri.

(20)

membangun pengetahuannya sendiri, tetapi tidak diimbangi dengan adanya motivasi dari guru tersebut.

Dengan melihat ketidaksuksesan penerapan KBK, pemerintah seakan mendapatkan dorongan untuk membangun kebijakan tentang kurikulum yang lebih baik. Pada awal tahun 2006 akhirnya pemerintah mengeluarkan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP. Dalam KTSP ini tercermin keinginan pemerintah untuk lebih memajukan kualitas pendidikan nasional dengan memberikan porsi lebih banyak pada lembaga pendidikan dalam menentukan arah pelaksanaan belajar mengajarnya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim, 2006:1). Bila pada kurikulum-kurikulum sebelumnya negara yang mengatur semuanya, maka pada KTSP ini sebagian tanggung jawab dalam penyusunan kurikulum ada di tangan guru dan sekolah, walaupun tetap berpatokan pada batasan-batasan yang dikeluarkan pemerintah.

(21)

guru. Di satu sisi guru dan sekolah ingin memberikan bekal pendidikan yang optimal bagi para muridnya, tetapi disisi lain mereka harus memenuhi target pemerintah melalui UAN-nya.

KTSP yang memberikan keleluasaan bagi guru dan sekolah dalam menyusun kurikulumnya sendiri dikhawatirkan akan menemui banyak kendala. Tingkat pendidikan guru salah satunya. Dalam suatu sekolah, ada kemungkinan besar terdapat guru dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda (D II, D III, S1, maupun S2). Tingkat pendidikan yang beragam kemungkinan berdampak pada persepsi antar guru yang berbeda-beda mengenai KTSP. Karenanya, semakin tinggi tingkat pendidikan guru diduga mereka semakin memiliki persepsi yang positif terhadap KTSP.

(22)

Lama seorang guru menjalani profesinya dimungkinkan juga akan berpengaruh terhadap cara pandang atau persepsi guru terhadap KTSP. Persepsi tersebut terbentuk karena adanya pengalaman yang berbeda mengenai penggunaan kurikulum. Seorang guru yang baru dua tahun mengajar diduga akan memiliki persepsi kurang positif terhadap KTSP mengingat belum adanya pengalaman mereka dibidang kurikulum apabila dibandingkan dengan guru yang sudah dua puluh lima tahun mengajar. Atau mungkin juga sebaliknya. Dengan kata lain lama seorang guru menjalani profesi guru akan membedakan perilaku keguruan guru tersebut dengan guru lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul“Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Status Kepegawaian dan Lama Menjalani Profesi Guru”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada sekolah-sekolah yang berada dalam naungan Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

(23)

pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

(24)

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat, bagi pihak-pihak berikut: 1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan kurikulum KTSP serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional. 2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu guru untuk menyusun kurikulum sekolah sesuai yang diinginkan pemerintah dan dapat menjadi masukan dalam menyikapi kebijakan-kebijakan pemerintah berkaitan dengan kurikulum.

3. Bagi Universitas

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Persepsi pada dasarnya adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan (Thoha, 2000:146). Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang.

Menurut Edgar F. Huse dan James L. Bowditch dalam Thoha (2000:145), cara kebiasaan yang dapat dipergunakan untuk mengenal penginderaan adalah:

1. Aspek penginderaan yang memiliki kesamaan antara satu orang dengan yang lain disebut kenyataan. Misalkan ada suatu kejadian yang disaksikan oleh orang banyak, maka itu disebut sebagai kenyataan dari kejadian itu. Akan tetapi setiap orang dimungkinkan akan memiliki persepsi yang berbeda akan penyebab kejadian itu.

2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi kita. Setiap orang memiliki kekhasan masing-masing, entah dari segi biologis, masa lalu, pengalaman, nilai-nilai dan sebagainya.

(26)

benar terhadap suatu situasi. Persepsi memiliki subproses sebagai berikut (Thoha, 2000:146):

1. Stimulus

Pada tahap ini, individu memperoleh rangsangan dari suatu sumber. Rangsangan ini mungkin ditangkap oleh penginderaan individu tersebut. 2. Registrasi

Pada tahap ini, seseorang akan terpengaruh atas apa yang diinderakannya. Pada tahap registrasi, seseorang akan menerima informasi yang diinderakannya, kemudian mendata dan mendaftar semua informasi tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan penyebab utama dari perbedaan persepsi antar individu. Interpretasi dipengaruhi oleh cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian seseorang. Interpretasi merupakan subproses dari persepsi yang sangat penting.

4. Umpan balik (feedback)

Pembentukan persepsi seseorang yang diakibatkan dari adanya suatu ekspresi atau kejadian atas apa yang telah dilakukan individu tersebut.

Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Pareek (1984) dalam Desy Arisandy (http://www.journal-psyche.com), ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

(27)

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Thoha (1983:147) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah:

1. Psikologi

Keadaan psikologi setiap individu akan mempengaruhi persepsi individu tersebut.

2. Famili

(28)

3. Kebudayaan

Kebudayaan yang berlaku di tempat seorang individu tinggal akan membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan/ pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih (Uzer Usman, 1990:4). Dengan berdasar teori McCleland, Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) menuliskan bahwa saat guru tampil di depan kelas, ia akan menjadi sosok yang menarik sehingga ia bisa menebarkan virus nAch (Needs for Achievement) atau motivasi berprestasi.

(29)

Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi/ kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian-sosial merupakan modal dasar bagi guru. Perincian kompetensi kepribadian-sosial adalah sebagai berikut:

a. Guru menghayati dan mengamalkan nilai hidup

b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggungjawab

c. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah

d. Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik

e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya

f. Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya

g. Guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya

h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru tampil secara pantas dan rapi

(30)

k. Dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya

l. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif

Sedangkan kompetensi profesionalnya dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Guru dituntut menguasai bahan ajar

b. Guru mampu mengelola program belajar mengajar c. Guru mampu mengelola kelas

d. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran e. Guru menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar

g. Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan

i. Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil pendidikan untuk kepentingan pengajaran

(31)

mendidik. Agar memperoleh mutu dan standar yang sesuai dengan tuntutan jaman, setiap bidang pekerjaan dan insan yang bekerja di dalamnya haruslah profesional dan efektif.

Menurut Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006), sejalan dengan pendapat Houle, ciri-ciri pekerjaan yang profesional, yaitu meliputi:

a. Harus memiliki landasan yang kuat

b. Harus berdasarkan atas kompetensi individual c. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi

d. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat e. Adanya kesadaran profesional yang tinggi

f. Memiliki prinsip-prinsip etik g. Memiliki sistem sanksi profesi h. Adanya militansi individual i. Memiliki organisasi profesi

Dengan merujuk pada hal di atas, guru yang profesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas akan melaksanakannya secara efektif. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) yang sejalan dengan pendapat Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, terdapat empat ciri guru yang efektif, yaitu:

(32)

b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran

c. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement)

d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri

Karena guru merupakan seorang fasilitator dan ujung tombak dalam dunia pendidikan, maka profesionalitas dan efektifitas wajib dimiliki oleh setiap guru.

2. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh: a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d. perlindunagn hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:

(33)

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya 3. Peranan Guru

Uzer Usman (1990:1) sejalan dengan pendapat Wrightman menjelaskan bahwa peranan guru adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perkembangan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.

Peranan seorang guru adalah (Uzer Usman, 1990:16): a. Guru sebagai demonstrator

Melalui peranannya tersebut, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau meteri pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimiliki karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

b. Guru sebagai pengelola kelas (Learning Manager)

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.

(34)

Dalam peranannya sebagai mediator dan fasilitator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

d. Guru sebagai evaluator

Dalam peranannya sebagai evaluator, guru hendaknya selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pihak pendidik. 4. Kode Etik Guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi sebagai berikut (Samana,1994:117):

a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

(35)

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

h. Guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sarkim, 2006:1). Setiap negara memiliki dan menetapkan kurikulumnya masing-masing sesuai dengan karakteristik dan arah yang ingin dicapai masing-masing negara. Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan, pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan (Surjanto Budiwalujo, http://www.kompas.com, 13 Maret 2006).

(36)

menjadi tolok ukur kemajuan pendidikan di Indonesia karena telah berprinsip pada keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Kurikulum ini semakin disempurnakan dengan Suplemen GBPP 1999.

Namun pemerintah merasa bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih jauh dari mutu kurikulum-kurikulum bangsa barat. Oleh karena itu, pemerintah kemudian mencanangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK pada tahun 2004. Kurikulum ini menekankan pada kompetensi belajar siswa. Setelah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, pemerintah melihat bahwa hasil yang diberikan oleh KBK tidak seperti yang diharapkan. Pada awal tahun 2006, pemerintah menyusun kurikulum baru yang lebih menekankan pada isi dan kompetensi. Produk terbaru tersebut kemudian diberi label Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pengembangan kurikulum itu adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) hasil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(37)

bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur kini menjadi fasilitator pembelajaran. KTSP merupakan sebuah bentuk demokratisasi dan desentralisasi sektor pendidikan dari pemerintah kepada setiap lembaga pendidikan. Dalam KTSP ini, Peraturan Pemerintah dijadikan sebagai rambu-rambu dalam penyusunan KTSP agar terdapat konsistensi dan persamaan dalam memuat suatu materi ke kurikulum.

Menurut Mulyasa (2006:176), terdapat enam komponen KTSP, yaitu: 1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan

Visi dan misi satuan pendidkan dapat dikembangkan oleh lembaga masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing. Sebaiknya visi dan misi satuan pendidikan bukan hanya rumusan yang hampa makna, tetapi merupakan acuan yang sarat dengan makna, sehingga mewarnai seluruh kegiatan di satuan pendidikan tersebut.

2. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan a. Tujuan Pendidikan Dasar

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan Pendidikan Menengah

(38)

c. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai kejuruannya.

3. Menyusun Kalender Pendidikan

(39)

4. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memuat komponen mengenai mata pelajaran, kelas dan alokasi waktu sesuai dengan jenjang pendidikannya, yang dispesifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum SD/ MI

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

I II III IV, V, dan VI A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

 Pembelajaran pada Kelas I sampai dengan Kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV sampai dengan Kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

 1 jam pelajaran adalah 35 menit

Tabel 2. 2

Struktur Kurikulum SMP/ MTs

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

VII VIII IX

A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4

(40)

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2

10.Keterampilan/ Teknologi Informasi danKomunikasi

2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

 Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/ MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.3

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X

Alokasi Waktu Komponen

Semester I Semester II A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahas Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2

9. Sejarah 1 1

10. Geografi 1 1

11. Ekonomi 2 2

12. Sosiologi 2 2

13. Seni Budaya 2 2

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2

15. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2

16. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2

B. Muatan Lokal 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah 38 38

(41)

 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.4

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Fisika 4 4 4 4

7. Kimia 4 4 4 4

8. Biologi 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran  1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.5

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

(42)

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

8. Ekonomi 4 4 4 4

9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran  1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.6

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahas Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3

6. Sastra Indonesia 4 4 4 4

7. Bahasa Asing 4 4 4 4

8. Antropologi 2 2 2 2

9. Sejarah 2 2 2 2

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan 2 2 2 2

(43)

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran  1 jam pelajaran adalah 45 menit

Dalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat lima kelompok pelajaran, yaitu:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Silabus

Setiap mata pelajaran yang diajarkan akan memiliki batasan-batasan tertentu sejauh mana mata pelajaran tersebut akan didalami. Batasan-batasan tersebut akan dikemas dalam suatu rencana pembelajaran yang juga mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber, bahan, alat belajar. Perangkat tersebut bernama silabus. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan pencapaian kompetensi untuk penilaian (Sarkim, 2006:8).

6. Rencana Pelaksnaan Pembelajaran

(44)

dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional.

Dengan melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan “perpanjangan tangan” pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Melalui KTSP, pemerintah menggandeng tangan guru dan sekolah untuk bersama-sama menciptakan suatu pola pendidikan melalui desentralisai sistem pendidikan. KTSP memberikan kebebasan untuk menentukan laju pendidikan bagi tiap-tiap sekolah sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka, tetapi dengan batas-batas yang tetap ditentukan pemerintah.

D. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

(45)

Mengingat unsur-unsur demikian, Soejono Soekanto (1992:335) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru tentang bagaimana berpikir secara ilmiah.

2. Ruang Lingkup Pendidikan

Dilihat dari ruang lingkupnya pendidikan dapat dibagi menjadi (Siagian, 1987:181):

a. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang itu lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pengalaman sehari-hari.

b. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan sekolah yang merupakan sistem pendidikan yang mengkhususkan diri pada penyelenggaraan pendidikan generasi muda secara sistematis, berencana, berurutan dengan tujuan pendidikan yang jelas untuk setiap tingkatan dan dilaksanakan dalam situasi belajar antara pendidik dan anak didik serta dengan sarana dan fasilitas yang direncanakan dan diadakan secara khusus.

(46)

Pendidikan non formal adalah pendidikan teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang sangat ketat dan tetap.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi menjadi (Siagian, 1987:185):

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menegah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional.

(47)

usaha perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola pengembangan dari IKIP atau FKIP/FIP yang disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A. Sahertian, 1994:68), yaitu:

1. Program non-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun. b. Program Diploma 2 (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun. c. Program Diploma 3 (D-3) dengan lama studi 3-5 tahun.

2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S-1), dengan lama studi 4-7 tahun.

3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun. 4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.

Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program Akta mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):

1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.

(48)

4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.

E. Status Kepegawaian

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam suatu sistem sosial. Di dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:13):

(49)

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

a. Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.

b. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.

c. Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Lama Menjalani Profesi Guru

(50)

Status kepegawaian mendorong seorang guru untuk mempertahankan pekerjaannya. Seorang guru honorer atau guru tidak tetap yang dalam kurun waktu tertentu tidak kunjung diangkat akan memunculkan dorongan bagi mereka untuk berpindah profesi. Berbeda halnya dengan guru yang telah lama menjadi guru tetap atau guru negeri. Lama menjalani profesi keguruan juga akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal. Sebagai contoh, guru tidak tetap akan bekerja sebaik mungkin agar dia dipertimbangkan untuk dapat diangkat menjadi guru tetap. Guru yang telah 5 tahun mengajar tentu akan memiliki cara mengajar yang berbeda dibandingkan dengan guru yang baru 2 tahun mengajar atau bahkan guru yang telah 30 tahun mengajar. Tetapi lama seorang guru dalam menjalani profesi keguruan tidak seutuhnya menjamin bahwa guru yang lebih lama mengajar akan memiliki kualitas yang lebih baik. Mungkin guru tersebut lebih unggul pada pengalaman dibanding dengan guru-guru baru. Tetapi guru yang baru mungkin memiliki memiliki kemampuan yang juga lebih baik, misalnya kemampuan dalam memanfaatkan komputer dan penggunaan teknologi dalam pengajarannya.

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan.

(51)

pendidikannya. Pandangan guru diduga akan berbeda pada latar belakang pendidikan formal guru yang berbeda. Secara umum, pendidikan formal dibagi dalam berbagai jenjang yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Untuk dapat menjalani profesi sebagai seorang pengajar, maka pendidikan formal minimal yang harus dimiliki adalah D2. Untuk guru SMP tidak menutup kemungkinan masih adanya guru dengan latar pendidikan SPG walaupun sekarang memang oleh pemerintah guru-guru dengan latar pendidikan SPG diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.

(52)

dimilikinya lebih daripada guru dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Tingkat pendidikan guru diduga kuat mempengaruhi cara pandang dan sikap guru terhadap suatu konsep atau ide baru.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian.

Status kepegawaian merupakan sebuah pengakuan atas keberadaan seseorang dalam suatu ruang lingkup pekerjaan pada sebuah instansi. Status kepegawaian menempatkan seorang pekerja pada suatu posisi yang membedakan hak dan kewajiban antar status yang berbeda. Status kepegawaian bagi seorang guru merupakan suatu keadaan yang melabeli mereka untuk profesionalitas kerja para guru tersebut.

(53)

tinggi pada yayasan yang menaunginya. Guru tetap yayasan diduga akan memiliki pandangan yang lebih baik mengenai KTSP mengingat para guru tetap yayasan memiliki ikatan batin dan tanggung jawab yang kuat terhadap yayasan. Sedangkan guru negeri memiliki kecenderungan lebih kaku mengingat status para guru tersebut sudah jelas. Guru negeri bekerja berdasarkan ikatan kerja dengan dasar hukum yang jelas berkaitan dengan status kepegawaian mereka, sehingga dengan kejelasan status tersebut guru negeri diduga memiliki persepsi yang kurang positif terhadap KTSP. Guru Tidak Tetap dan Guru Honorer diduga akan memiliki persepsi yang lebih rendah mengingat status mereka yang bekerja pada yayasan semata-mata hanya untuk mendapatkan penghasilan. Para guru tersebut hanya dibayar untuk bekerja, tanpa mendapat kepastian jaminan masa depan mereka di yayasan tempat mereka bekerja. Guru dengan status kepegawaian yang berbeda akan memiliki paradigma tersendiri akan sesuatu yang menyangkut profesinya.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian.

3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Guru.

(54)

pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya. Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas, maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru dan sebagainya.

(55)

akan memandang KTSP sebagai sebuah kurikulum yang tepat diaplikasikan mengingat dengan KTSP seorang guru dapat menyusun kurikulum yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya pengalaman yang dimiliki, guru baru diduga akan berpersepsi kurang positif mengingat perubahan kurikulum yang terjadi kurang dapat diadaptasi dengan cepat.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

(56)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada guru-guru di sekolah-sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Kesimpulan penelitian hanya berlaku pada guru-guru di sekolah-sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta sebagai subyek penelitian ini.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru sekolah-sekolah milik Yayasan Pangudi Luhur di Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

(57)

Tempat untuk penelitian ini adalah sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap KTSP

Persepsi guru adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi, persepsi guru terhadap KTSP merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan terhadap kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP mencakup 6 dimensi yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mulyasa, 2006:176). Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru terhadap KTSP:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP

Pernyataan

Dimensi Indikator

(58)

Visi dan Misi 1. Berorientasi ke depan

2. Dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah 3. Merupakan perpaduan antara

langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan

4. Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna 5. Dapat dijabarkan ke dalam

tujuan dan indikator keberhasilanya 6. Berbasis nilai

7. Membumi (Kontekstual)

2 3 4 5 6 1 7 Tujuan pendidikan

8. Kematangan diri anak didik sesuai tiap fase

perkembangan

9. Kecerdasan, pengetahuan 10. Ketrampilan hidup mandiri 11. Mengikuti pendidikan lanjut

9 11 8 10 Kalender pendidikan

12. Rencana sekolah 13. Alokasi Waktu 14. Penetapan Kalender

Pendidikan 12 13 14 Struktur dan muatan KTSP

15. Mata pelajaran 16. Muatan lokal

17. Kegiatan Pengembangan diri 18. Pengaturan Beban Belajar 19. Kenaikan Kelas, Penjurusan,

dan Kelulusan

20. Pendidikan Kecakapan Hidup 21. Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal dan Global 15 16 17 19,21,22, 24 25 26 18 20,23

Silabus 22. Ilmiah 23. Relevan 24. Fleksibel 25. Kontinuitas 26. Konsisten 27. Memadai

(59)

30. Efisien 35

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

31. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

32. Rencana pelaksanaan

pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

33. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan. 34. Rencana pelaksanaan

pembelajaran yang

dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

35. Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program sekolah, terutama apabila pembelajaran

dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.

36

37

38

39

40

(60)

Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap iteminstrumen tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Skor Kriteria Jawaban

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 4 1

Setuju ( S ) 3 2

Tidak Setuju ( TS ) 2 3

Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 4

2. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah taraf pendidikan formal terakhir yang diselesaikan guru. Jenjang pendidikan formal guru diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Program Diploma 1 (D-1) Skor: 1 b. Program Diploma 2 (D-2) Skor: 2 c. Program Diploma 3 (D-3) Skor: 3 d. Program Strata 1 (S1) Skor: 4 e. Program Pasca sarjana (S2) Skor: 5

f. Program Doktor (S3) Skor: 6

(61)

Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dariprototype-nya dalam suatu sistem sosial. Pemberian skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

a. Guru Tetap Yayasan Skor 4

b. Guru Negeri Skor 3

c. Guru Tidak Tetap Yayasan Skor 2

d. Guru Honorer Skor 1

4. Variabel Lama Menjalani Profesi Guru

Lama menjalani profesi guru adalah lamanya seorang guru dalam menjalani profesi keguruan. Pemberian skor untuk variabel lama menjalani profesi guru adalah sebagai berikut:

a. < 1 tahun Skor 0

b. 1-5 tahun Skor 1

c. 6-10 tahun Skor 2

d. 11-15 tahun Skor 3

e. >15 tahun Skor 4

E. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SD SMP, dan SMA di bawah naungan Yayasan Pangudi Luhur Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian ini adalah 160 guru. Berikut ini rinciannya:

(62)

2. SMP 63 guru

3. SMA 42 guru

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Metode ini merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun secara tertulis berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi guru terhadap KTSP, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru.

G. Uji Kuesioner

a. Pengujian Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi product momentdari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto,1998:225):

 

 

} ) ( }{

) ( {

) )( ( ) (

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

Keterangan :

N = Total responden

Y = Total item

(63)

rxy = Keofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel. Jika hasilrhitunglebih besar dari pada

rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula

sebaliknya.

Uji validitas ini didasrkan pada jawaban responden yang berjumlah 50 di luar populasi penelitian. Derajat kebebasan pada jumlah responden sebanyak 50 adalah sebesar 48 (50-2), sehingga rtabel dari 0,05; 48 = 0,284. Pengujian validitas butir pernyataan dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 13.0.

(64)

33); 0,472 (butir 34); 0,562 (butir 35); 0,464 (butir 36); 0,370 (butir 37); 0,405 (butir 38); 0,437 (butir 39); 0,436 (butir 40). Mengingat nilai-nilai dari rhitung > rtabel (0,284), maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan tentang persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rangkuman tabel di bawah ini (lampiran 3, hal 127):

Tabel 3.3

Hasil Pengukuran Validitas

No Item

(65)

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 0,359 0,401 0,668 0,358 0,694 0,472 0,562 0,464 0,370 0,405 0,437 0,436 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 0,284 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

b. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto,1998:236). Rumus :

              

2 2 11 1 1 t b k k r   Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

 = jumlah varian butir 2

t

 =varian total

(66)

dari 0,60, maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunally, 1967 dalam Imam Gozhali, 2001:42).

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini didasarkan pada butir-butir pernyataan yang valid. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 13.0. Dari hasil pengujian instrumen tentang persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan diperoleh nilai alpha 0,937. Nilai alpha tersebut > 0,60. Oleh karena nilai alpha>0,60 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat ukur.

H. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data masing–masing variabel berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas yang digunakan adalah dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai distribusi yang sama atau berbeda. Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua distribusi kumulatif dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi tersebut dengan rumus (Wahid Sulaiman,2003:37) :

)} ( ) (

{Sn1 x Sn2 X Max

D 

Keterangan :

Sn1(x) : fungsi jenjang kumulatif observasi salah satu sampel

(67)

Pengambilan keputusan :

Jika Asymp. Sig < taraf nyata (0,05) maka Ho ditolak Jika Asymp. Sig > taraf nyata (0,05) maka Ho diterima 2. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menggunakan statistik chi kuadratdengan rumus :

Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini seperti uji Bartlett (Arikunto, 2000:415). Beberapa satuan yang diperlukan untuk mengerjakan pengujian tes adalah:

1) Disusun daftar seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4 Uji Bartlett

Sampel

ke-Derajat kebebasan

1/dk Si2 Log Si2 (dk) Log Si2

1

2

K

n1– 1

n2– 1

nk- 1

1/(n1– 1)

1/(n2– 1)

1/(nk– 1) S12

S22

Sk2

Log S12

Log S22

Log Sk2

(n1-1)Log S12

(n1-1)Log S22

(n1-1)Log Sk2

Jumlah

1

1

n

     

1 1

1

n

- -

2

1 i

i LogS

n

2
(68)

2) Mencari variansi gabungan dari semua sampel dengan rumus :

 

n 1 /Si2 ni 1

S

3) Mencari satuan B dengan rumus:

 logS2 ni 1

B

4) Menghitung harga Chi-kuadrat (2) dengan rumus

 2

i i

2

S log 1 n B

10 n 1

Dimana 1n10 = 2,3026 merupakan bilangan tetap yang disebut logaritma asli daripada bilangan 10. Jadi rumus dapat ditulis:

 2

i i

2

S log 1 n B

3026 , 2

a) Jika 2 < taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima atau tidak ada perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.

b) Jika2> taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis ditolak atau terdapat perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.

I. Pengujian Hipotesis

(69)

menggunakan One Way Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji Chi Kuadrat. Chi Kuadrat yang digunakan adalah uji independen antara dua variabel (Sudjana, 1996: 278). Langkah pertama adalah membuat tabel kontingensi B x K, yang dalam daftar tersebut, faktor I terbagi atas B taraf dan faktor II terbagi atas K taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke-I (i= 1,2. …, B) dan taraf ke-j faktor ke-II (j=1,2,3, …, K) akan dinyatakan dengan Oij. Hasilnya diringkas dalam tabel kontingensi B x K sebagai berikut:

Tabel 3.5

Daftar Kontingensi B x K

Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor

FAKTOR II (K TARAF)

1 2 K Jumlah

1 O11

E11 O12

E12

….

O1K

E1K

n10

2 O12

E21 O22

E22

….

O2K

E2K

n20

.

.

.

.

.

.

.

. FAKTOR II

(B TARAF)

B OB1

EB1 OB2

EB2

….

OBK

EBK

nBO

Jumlah n01 n02 …. nOK n

Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan (Eij) atau frekuensi teoritik setiap sel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Eij

n n x nio oj

(70)

Keterangan:

Eij = frekuensi teoritik yang diharapkan nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = jumlah semua frekuensi pengamatan

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesisnya adalah sebagai berikut:

2

=



 

B j i

K 1

j ij

2 ij ij

E ) E O (

Keterangan : 2

=Chi Kuadrat

Oij = frekuensi yang terjadi Eij = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2

hitung 2tabelpada taraf signifikansi 5% dan dk untuk distribusi chi kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan Ha3 ditolak. Sedangkan jika

2

 hitung > 2

 tabelpada taraf signifikansi

5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan Ha3 diterima.

Pengujian terhadap hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dilakukan dengan menggunakan tabel kontingensi dan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat sebagai berikut:

1. Hipotesis I

a. Perumusan hipotesis

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan

(71)

b. Pengujian Hipotesis

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1). Membuat tabel kontingensi dengan frekuensi yang sesungguhnya Faktor I : Persepsi Guru Terhadap KTSP, kategori : sangat

positif, positif, cukup positif, negatif, sangat negatif Faktor II : Tingkat Pendidikan, kategori : D1, D2, D3, S1, S2, S3

Tabel 3.6

Tabel Kontingensi Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

(Frekuensi Sesungguhnya)

Tingkat Pendidikan Persepsi Guru

Terhadap KTSP D1 D2 D3 S1 S2 S3 Total

Sangat Positif a b c d e f ae

Positif g h i j k l af

Cukup Positif m n o p q r ag

Negatif s t u v w x ah

Sangat Negatif y z aa ab ac ad ai

Total aj ak al am an ao ap

2). Menghitung frekuensi teoritik/diharapkan dengan rumus:

Ea ap

ae aj

 Eb

ap ae ak

Ec ap

ae al

 Ed

ap ae am

Ee

ap ae an

 Ef

ap ae ao

Eg ap

af aj

 Eh

ap af ak

(72)

Ei ap af al  Ej ap af am  Ek ap af an

 El

ap af ao  Em ap ag aj

 En

ap ag ak  Eo ap ag al

 Ep

ap ag am  Eq ap ag an

 Er

ap ag ao  Es ap ah aj  Et ap ah ak  Eu ap ah al  Ev ap ah am  Ew ap ah an

 Ex

ap ah ao  Ey ap ai aj

 Ez

ap ai ak  Eaa ap ai al

 Eab

ap ai am  Eac ap ai an

 Ead

ap ai ao

3). Memasukkan frekuensi teoritik/diharapkan ke dalam tabel kontingensi:

Tabel 3.7

Tabel Kontingensi Persepsi Guru

(73)

Tingkat Pendidikan Persepsi Guru

Terhadap KTSP D1 D2 D3 S1 S2 S3

Total Sangat Positif a Ea b Eb c Ec d Ed e Ee f Ef ae Positif g Eg h Eh i Ei j Ej k Ek l El af Cukup Positif m Em n En o Eo p Ep q Eq r Er ag Negatif s Es t Et u Eu v Ev w Ew x Ex ah Sangat Negatif y Ey z Ez aa Eaa ab Ea b

ac Ea c

ad Ead

ai

Total aj ak al am an ao ap

4). Menghitung nilai 2dengan menggunakan rumus:

(74)

c. Penarikan Kesimpulan

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika 2hitung  2

 tabel pada

taraf signifikansi 5% dan dk untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1 ditolak atau tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan. Sedangkan jika 2hitung >

2

 tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk

untuk distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1 diterima atau ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

d. Mengukur Derajat Hubungan

Rumus yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara tingkat pendidikan dan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah dengan menggunakan rumus Koefisien Kontingensi C sebagai berikut (Sudjana, 2000: 282):

n

C 2

2

 

 

Agar dapat diketahui derajat hubungannya, maka C harus dibandingkan dengan Cmaks. yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2000: 282):

m 1 m Cmaks.  

<

Gambar

Tabel 5.17 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP
Tabel r dan 2 ………………………………………….
Tabel 2.1Struktur Kurikulum SD/ MI
Tabel 2.3Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

Pada Modul perkuliahan ini digunakan untuk mengelola segala data yang berhubungan dengan proses KRS dan proses perkuliahan yaitu mulai entry mata kuliah, substansi

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang cukup signifikan pada beberapa subkelompok pengeluaran yang disertai oleh sedikit penurunan indeks kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai apakah pemberian kesaksian anak tanpa disumpah sesuai dengan KUHAP karena di dalam KUHAP terdapat aturan bahwa saksi di