• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN JABATAN GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru Di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

Margaretha Yeni Kurniawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru; (4) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 180 guru. Teknik analisa data menggunakan Analysisof Variance (ANOVA).

(2)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARD A UNIT OF EDUCATION LEVEL CURRICULUM VIEWED FROM TEACHER’S WORKING PERIOD, EDUCATIONAL LEVEL, STATUS, AND A LEVEL OF FUNCTION OF

TEACHERS

A Case Study at Junior High School Teachers in Wedi Region, Klaten Regency

Margaretha Yeni Kurniawati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward a unit of education level curriculum viewed from : 1) teacher’s working period; 2) educational level; 3) teacher’s status; 4) a level of function of teachers.

This research done at private and state Junior High Schools in Wedi Region, Klaten Regency from July until August 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 180 teachers. The technique of data analysis was Analysisof Variance (ANOVA).

(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN

GOLONGAN

JABATAN GURU

Studi kasus : Guru-Guru di SMP se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Margaretha Yeni Kurniawati

031334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT

SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN

JABATAN GURU

Studi kasus : Guru-Guru di SMP se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

Margaretha Yeni Kurniawati

031334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan

rahmat dan bimbingan - Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu

2. Bapak Alexander Suharno, S.Pd dan Ibu M.G. Purwanti

3. Kakakku L. Desi Riawati,S.Pd, Mas Mariyanto dan

keponakanku Claudia Desta Farella

4. Adikku D. Setiyawan Nugroho

5. Keluarga besar Adi Sumarto dan Manto Diharjo

6. Soulmateku Y. Edi Pramono, S. Pd

(8)

Motto

1.

Persembahkan yang terbaik bagi orang tua dan keluarga.

2.

Permanere in Gratia Dei (Tetap hidup dalam kasih karunia

Allah , Kis 13:43)

3.

Tuhan, Engkau tahu bila jalanku serong, maka tuntunlah aku

di jalan-MU yang benar”. (Mat 139 : 24)

4.

Tersenyumlah dalam menghadapi hidup yang penuh dengan

(9)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Desember 2007

Penulis

(10)
(11)

Kata Pengantar

Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang

telah memberi limpahan kasih dan karunia-Nya kepada penulis hingga penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja,

Jenjang Pendidikan, Status dan Golongan Jabatan Guru”. Skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi.

Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang

telah membantu sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si, selaku dosen pembimbing , yang

dengan begitu sabar membimbing penulis, memberikan saran, masukan,

kritik, serta semangat dan pengalamannya. Terima kasih, pak.

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S. E, M. Si atas saran, kritik, dan

(12)

6. Ibu Natalina Premastuti B, S. Pd atas saran, kritikan, masukan dan

sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis

selama menempuh pendidikan.

8. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala

keramahan dalam melayani dan membantu penulis selama kuliah di USD.

9. Ibu Dra.Hj. Riadul Janah, M. Pd, selaku Kepala Sekolah SMP N I Wedi

atas izin dan bantuan serta para guru di SMP N I Wedi khususnya Ibu Hj.

Eni Rudiyanti, S. Pd atas bantuan selama penelitian.

10. Bapak Drs. Tri Wibowo, M.M, selaku Kepala Sekolah SMP N II Wedi

atas bantuan dan sarannya selama penelitian serta para guru di SMP N II

Wedi, khususnya Ibu Agnes Martini, S. Pd atas bantuannya selama

penelitian.

11. Kepala Sekolah SMP PGRI 10 Wedi, SMP Muhammadiyah 8 Wedi serta

SMP Pangudi Luhur Wedi beserta para guru atas bantuan dan

keramahannya selama penelitian.

12. Bapak Alexander Suharno, S. Pd dan Ibu MG. Purwanti atas doa, saran,

semangat, dukungan yang tak terhingga serta kasih sayangnya.

13. Kakakku L. Desi Riawati, S. Pd, Mas Mariyanto dan keponakanku

Claudia Desta Farella atas kasih sayang, semangat dan motivasi.

14. Adikku D. Setiawan Nugroho atas bantuan, semangat dan motivasi serta

(13)

15. Yohanes Edi Pramono, S. Pd atas semangat, motivasi, saran, kritik,

pemikirannya, doa, cinta dan bantuannya.

16. Keluarga besar Adi Sumarto dan Manto Diharjo atas motivasi dan

semangat serta doa, Bulik Sr. Florent atas dukungan doa dan

bimbingannya.

17. Buat sahabat-sahabatku PAK’B : Mety(thanx my best friend) ayo

semangat!!, Dwi(sobatku dari awal kuliah) sukses and semangat yach,

Santy(teman yang selalu ceria) chayoo maju terus friend, Nining(sahabat

dr awal kuliah) thanx ya bantuannya&sukses selalu, Yiska(teman yang

selalu membantu) ayo semangat&jangan putus asa,

Septy(semangat&thanx atas persahabatannya), Sisca(thanx atas

bantuan&perhatiannya,makin cantix aza), Tiara(teman seperjuangan)

thanx semuanya, mbakyu Siwi &mas Heri makasih yo!!, Arie(semangat

yo!!), Wanted(Wawan) ayo rajin kuliah&tambah caem!!, Anez(thanx

bantuan ngeditnya), Wulan(makin maniez aza), Adel(makin cerewet aza),

semua teman-teman PAK’B makasih atas kekompakan&keakraban

selama menjadi anggota PAK’B.

18. Buat Nia (PAK’A&teman seperjuangan) makasih bgt yach bantuan, saran,

pertemanan selama menyusun skripsi, (Titis, Merli, Mbakyu Nungki)

thanx bantuannya&motivasi!!, Teman-teman PPL (Mbak Bety, Veny,

Brevi, Mas Titus, Layung, Ayu, Yuni) makasih banyak, Yuan alias ‘lucu’

(PBI) thanx bgt bantuannya&ayo maen lagi!!, Jaya alisa yayul (UNY) tur

(14)

motivasi, teman keluh kesahku, dan doa, Yobex alias Yobi (AMIKOM)

thanx atas perhatian, motivasi dan semangatnya.

19. Mbak Ita&Mbak Atik thanx bantuannya yang tak terhingga, Mas didik

thanx bimbingan, saran, kritikan, motivasi dan sudah menjadi kakakku,

Mas Aji matur nuwun atas bantuan dalam kelancaran penyusunan skripsi,

Mbak Dian (Pfis) thanx atas motivasi&semangatnya.

20. Teman-teman PAK’02 dan PAK’03 terima kasih atas keakraban selama

kuliah dan bantuannya.

21. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Olehsebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi siapa saja dan calon

peneliti selanjutnya.

(15)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN JABATAN GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru Di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan

Wedi, Kabupaten Klaten

Margaretha Yeni Kurniawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru; (4) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 180 guru. Teknik analisa data menggunakan Analysisof Variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja (F hitung =

8,252 > F tabel = 2,428), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum

tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan (F hitung = 3,161 > F tabel

= 2,428), (3) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru (F hitung = 3,272 > F tabel = 2,668), (4) ada

(16)

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARD A UNIT OF EDUCATION LEVEL CURRICULUM VIEWED FROM TEACHER’S WORKING PERIOD, EDUCATIONAL LEVEL, STATUS, AND A LEVEL OF FUNCTION OF

TEACHERS

A Case Study at Junior High School Teachers in Wedi Region, Klaten Regency

Margaretha Yeni Kurniawati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward a unit of education level curriculum viewed from : 1) teacher’s working period; 2) educational level; 3) teacher’s status; 4) a level of function of teachers.

This research done at private and state Junior High Schools in Wedi Region, Klaten Regency from July until August 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 180 teachers. The technique of data analysis was Analysisof Variance (ANOVA).

The results of this research show that there is different perception among teacher’s toward a unit of education level curriculum perceived from : 1) teacher’s working period (Fcount = 8,252 > Ftable = 2,428), (2) educational level (Fcount =

3,161 > Ftable = 2,428), (3) teacher’s status (Fcount = 3,272 > Ftable = 2,668), (4) a

(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Guru ... 8

(18)

C. Masa Kerja ... 22

D. Jenjang Pendidikan ... 22

E. Status Guru... 24

F. Golongan Jabatan ... 25

G. Kerangka Berpikir... 26

H. Hipotesis... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 32

C. Populasi ... 32

D. Operasional Variabel... 32

E. Teknik Pengumpulam Data... 39

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 39

1. Pengujian Validitas ... 39

2. Pengujian Reabilitas ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

1. Statistika Deskriptif... 43

2. Pengujian Prasyarat Analisis……….. 43

a. Pengujian Normalitas ... 43

b. Pengujianji Homogenitas ... 44

(19)

A. BAB IV GAMBARAN UMUM

A. SMP Negeri 1 Wedi ... 48

B. SMP Negeri 2 Wedi.. ... 50

C. SMP PGRI 10 Wedi ... 51

D. SMP Pangudi Luhur Wedi……… ... 52

E. SMP Muhammadiyah 8 Wedi………... 54

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………... 56

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 56

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………... 59

B. Analisa Data ... 65

1. Pengujian Prasyarat Analisa Data………... 65

a. Pengujian Normalitas ... 65

b. Pengujian Homogenitas… ... 71

c. Pengujian Hipotesis... 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan….. ... 99

B. Keterbatasan Penelitian... 100

C. Saran…... 100

DAFTAR PUSTAKA………. 104

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasional Variabel persepsi guru terhadap kurikulum tingkat

satuan pendidikan... 33

Tabel 3.2 Skoring berdasarkan Skala Likert ... 36

Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas untuk persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ... 40

Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 56

Tabel 5.2 Masa Kerja Responden ... 57

Tabel 5.3 Jenjang Pendidikan ... 57

Tabel 5.4 Status Guru... 58

Tabel 5.5 Golongan Jabatan Guru... 59

Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 60

Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja... 60

Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Jenjang Pendidikan ... 62

Tabel 5.9 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Guru ... 63

Tabel 5.10 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Golongan Jabatan Guru ... 64

Tabel 5.11 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian... 66

(21)

Tabel 5.13 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau

dari Masa Kerja ... 76

Tabel 5.14 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau

dari Jenjang Pendidikan... 77

Tabel 5.15 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau

dari Status Guru... 79

Tabel 5.16 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP N 1 Wedi ... 48

Gambar 4.2 Struktur Organisasi SMP N 2 Wedi ... 50

Gambar 4.3 Struktur Organisasi SMP PGRI 10 Wedi... 52

Gambar 4.4 Struktur Organisasi SMP Pangudi Luhur Wedi ... 53

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian ... 107

2. Uji Validitas dan Reliabilitas………. 114

3. Data Mentah penelitian……….. 121

4. Data Identitas responden………... 127

5. Perhitungan PAP tipe II………. 131

6. Deskripsi Data ……… 134

7. Uji Normalitas dan Homogenitas……… 137

8. Uji Hipotesa……… 140

(24)

BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang

Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan selalu diperbaharui

dan dirubah sesuai dengan tuntutan zaman serta untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Pembaharuan kurikulum mengacu pada fungsi

pendidikan nasional sebagaimana tersaji dalam lampiran Peraturan Menteri

No 22 Tahun 2006. Fungsi pendidikan nasional tersebut antara lain

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional berdasarkan amanat

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional selanjutnya dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah

No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu kurikulum

yang disusun oleh tingkat satuan pendidikan tertentu yang sesuai dengan

kondisi peserta didik, karakteristik, dan potensi peserta didik. Dalam

(25)

dengan kondisi dan potensi sekolah serta daerah sekolah tersebut berdiri.

Menurut Fauzi (Kompas,14 September 2006), pengembangan kurikulum di

tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari upaya menghargai hak-hak

otonomi guru untuk mengkreasi pembelajaran pada satuan pendidikan.

Maksudnya guru selaku pelaksana utama kurikulum berhak untuk

melaksanakan kurikulum berdasarkan potensi, karakteristik, serta kondisi dari

peserta didiknya dengan berpedoman pada standar isi, standar kompetensi dan

standar pelaksanaan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

Sehubungan dengan kurikulum baru ini, sejumlah guru di Jakarta,

berpendapat bahwa KTSP cukup menyulitkan mereka. Hal ini disebabkan : (1)

mereka harus mengubah metode mengajar yang selama ini telah mereka

terapkan dengan kurikulum 1994, (2) dalam KTSP tidak menjelaskan secara

terperinci mengenai materi yang harus disampaikan kepada peserta didik

karenanya guru dituntut untuk menyusun, mengkreasikan pembelajaran,

proses belajar mengajar dan materi yang akan diajarkan sesuai dengan kondisi,

karakteristik dan potensi peserta didik serta potensi daerah (Kompas, 11

September 2006). Di berbagai daerah lainpun ternyata guru merasakan hal

yang sama.

Pemahaman dan penerimaan guru terhadap KTSP akan berbeda satu sama

lain. Pada guru yang mempunyai masa kerja lama diduga akan kesulitan

dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum. Hal demikian

disebabkan guru yang mempunyai masa kerja lama sudah terbiasa dengan

(26)

mengembangkan kreativitas dalam menyusun materi, dan proses belajar

mengajar sesuai dengan kondisi siswa didiknya. Guru yang sudah terbiasa

dengan metode pembelajaran yang telah lama diterapkan, mereka akan

mengalami kesulitan untuk membuat metode yang lebih bervariatif. Oleh

sebab hal tersebut menuntut guru mampu mengembangkan kreativitas dalam

pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi siswa serta

kondisi dan potensi daerah. Persepsi guru terhadap KTSP diduga juga akan

berbeda pada guru yang jenjang pendidikan yang berbeda. Biasanya, guru

yang memiliki jenjang pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk

mengembangkan potensi serta kreativitas yang dimilikinya. Para guru ini

sudah dibekali dengan pengetahuan yang lebih dari cukup serta wawasan yang

lebih bagus. Mereka diduga akan lebih mudah dalam menelaah dan

menjabarkannya KTSP. Hal yang berbeda pula pada guru dengan jenjang

pendidikan yang lebih rendah. Bagi guru yang memiliki pendidikan lebih

rendah diduga akan mengalami kesulitan dalam menelaah dan menjabarkan

KTSP.

Proses penelaahan dan penjabaran suatu obyek juga dipengaruhi oleh

status guru. Guru dengan status tetap umumnya memiliki otonomi yang luas

untuk mengembangkan kreativitasnya dan dalam pelaksanaan dan penyusunan

materi pembelajaran. Sedangkan, pada guru yang tidak tetap sebenarnya juga

mempunyai hak otonomi untuk mengembangkan kreativitas tetapi umumnya

keluasannya tidak seperti hak guru tetap. Demikian juga golongan jabatan

(27)

tersebut mempunyai masa kerja yang relatif lama, berprestasi di bidangnya,

mempunyai pendidikan yang tinggi, serta berpengalaman dalam mengikuti

pelatihan-pelatihan. Pada guru yang mempunyai golongan jabatan tinggi

karenanya akan cenderung lebih mudah untuk menelaah dan menjabarkan

KTSP.

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan tampak bahwa diterapkannya

kurikulum yang baru memunculkan berbagai persepsi guru. Guru-guru SMP

di Kecamatan Wedi, misalnya, mengalami kesulitan dalam hal penafsiran,

pemahaman dan penjabaran dari isi KTSP. Mereka menganggap isi dari

KTSP sulit untuk dijabarkan secara terperinci dan jelas. Padahal Diknas

setempat telah melakukan sosialisasi secara serempak sebelum KTSP itu

mulai diberlakukan. Mengingat mereka masih merasakan kesulitan dalam

menjabarkan KTSP, maka penerapan KTSP masih digabung dengan KBK.

KTSP di satu sisi membawa dampak yang positif yaitu, guru maupun sekolah

diberi hak otonomi dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi disisi lainnya

mereka belum siap untuk melaksanakannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja, Jenjang

Pendidikan, Status Guru dan Golongan Jabatan Guru”. Penelitian ini

merupakan studi kasus pada guru-guru di SMP se-Kecamatan Wedi,

(28)

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian, penulis menduga bahwa pemahaman dan penerimaan

guru terhadap KTSP akan sangat bervariasi. Hal tersebut bisa dilihat dari masa

kerja guru, jenjang pendidikan guru, status guru dan golongan jabatan guru.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh penulis adalah guru-guru SMP

yang telah mengetahui dan mendapatkan sosialisasi tentang KTSP. Oleh

karena itu dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui persepsi guru

terhadap KTSP ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru, dan

golongan jabatan guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari masa kerja?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari status guru?

4. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

(29)

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari masa kerja.

2. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan.

3. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari status guru.

4. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

bersangkutan :

1. Untuk menguji kembali kebenaran dari penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya.

2. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini, berarti dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman yang berguna serta penulis dapat berlatih menganalisis suatu

(30)

3. Bagi Sekolah

Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru

terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Agar hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai masukan yang berguna dalam kegiatan proses

pembelajaran.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna

(31)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Persepsi Guru

1. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dialami oleh setiap

orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat

pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci

untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu

pencatatan yang benar terhadap situasi (Miftah Thoha, 1998:138). Menurut

Masidjo (1995:96), tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup

kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antar dua perangsang

atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada

masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi

yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan

antara rangsangan-rangsangan yang ada.

Persepsi sebagai suatu proses dengan mana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar

memberikan makna bagi mereka. Dengan demikian, persepsi adalah kesan

atau pandangan seseorang terhadap obyek tertentu (Robbins, 1997:45).

Menurut Bimo Walgito (1994:54), beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk

(32)

a. Adanya obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat atau reseptor. Stimulus

dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat

datang dari dalam, yang langsung mengenai syarat penerima (sensoris),

yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Di samping harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai

pusat kesadaran, serta sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan

syaraf motoris.

c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya

perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai sesuatu persiapan

dalam mengadakan persepsi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas bisa ditarik kesimpulan

bahwa persepsi adalah proses mengenal, memahami, menerima,

mengkoordinasikan, menginterprestasikan dan mengadakan diskriminasi yang

tepat antar dua perangsang atau lebih melalui panca indera dan ciri-ciri fisik

yang khas pada masing-masing perangsang, sehingga individu menyadari dan

mengerti apa yang diinderakan.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi seseorang sering dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

(33)

1) Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dunia ini sangat

dipengaruhi oleh keadaan psikologi.

2) Keluarga

Keluarga adalah pengaruh yang paling besar dalam terbentuk persepsi

seseorang. Karena dalam orang tua telah mengembangkan suatu cara

khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini. Orang

tua juga menurunkan sikap dan persepsi kepada anak-anaknya.

3) Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah

satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara

seseorang memandang dan memahami sesuatu.

b. Sub-proses dalam persepsi

Dalam menentukan persepsi terdapat beberapa sub-proses yang dilewati

yaitu (Miftah Thoha, 1998:145):

1) Stimulus atau situasi yang hadir

Persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau

stimulus. Situasi yang dihadapi mungkin bisa berupa stimulus

penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan

sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.

2) Registrasi

Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik

(34)

kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi

persepsi.

3) Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat

penting. Proses ini tergantung dari cara pendalaman, motivasi, dan

kepribadian seseorang yang berbeda antara seseorang dengan yang

lain. Oleh karena itu interpretasi terhadap suatu informasi yang sama

akan berbeda antara satu dengan yang lain.

4) Umpan balik

Umpan balik mempengaruhi persepsi seseorang, karena umpan balik

dari apa yang dilihat akan menimbulkan suatu persepsi.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003

Bab XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa:

“Pendidik (Guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 Bab I

pasal 1 ayat1 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa:

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Perubahan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang

(35)

baru bagi guru. Guru sebagai pelaksana utama dari kurikulum dituntut untuk

lebih kreatif dalam merancang proses pembelajaran, bahan pelajaran maupun

strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik.

Untuk itu guru harus mempersiapkan diri dengan matang agar dapat

menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satunya dengan menambah

pemahaman dan pengetahuan tentang KTSP. Persepsi guru terhadap KTSP

adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan menginterprestasi

KTSP melalui alat indera dalam hubungannya dengan KTSP

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (Allan C. Ornstein,

Linda S. Behar, 1995:3) menyatakan bahwa: curriculum as a couse of

study, as in a college, the whole body of courses offered in a educational

institution or by a department thereof. Maksudnya adalah kurikulum

sebagai rangkaian mata pelajaran dalam sebuah kumpulan yang

merupakan bagian dari sistem yang ditawarkan dalam sebuah lembaga

pendidikan atau bagian yang lain. Sedangkan menurut Panduan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (2006:3), kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan hal itu

menurut Oemar Hamalik (2000:18), kurikulum adalah seperangkat

(36)

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian serta pelajaran untuk

mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan,

dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana program, pengalaman belajar dan pengaturan

mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan tertentu.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

visi satuan pendidikan, kalender pendidikan, silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (Mulyasa, 2006:176).

b. Prinsip Pengembangan KTSP

KTSP dikembangkan oleh sekolah atau komite sekolah dan

berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta

panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip

(37)

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan

peserta didik dan lingkungannya.

2) Beragam dan terpadu

3) Tanggap terhadap Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5) Menyeluruh dan berkesinambungan

6) Belajar sepanjang hayat

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Mulyasa,

2006:247-249):

1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan

dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus

mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara

bebas, dinamis dan menyenangkan.

2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,

yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar

untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar

(38)

untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, atau percepatan

sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta

didik yang memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi

peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,

kesosialan dan moral.

4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik

dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,

terbuka dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya

mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan

daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakasa,

di depan memberikan contoh dan teladan)

5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang

terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan

sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,

(39)

6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,

sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan

pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata

pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan

dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok

dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

d. Komponen KTSP

1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut

(Mulyasa, 2006:178-179)

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut.

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

(40)

2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(Panduan penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, 2006:7)

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah yang tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok

mata pelajaran sebagai berikut:

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d) Kelompok mata pelajaran estetika

e) Kelompok mata pelajaran jasmaniah, olahraga dan kesenian

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan

atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP

19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah beban belajar

bagi peserta didik pada : (1) mata pelajaran, (2) muatan lokal, (3)

kegiatan pengembangan diri, (4) pengaturan beban belajar, (5)

ketuntasan belajar, (6) kenaikan kelas dan kelulusan, (7)

penjurusan, (8) pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

3) Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender

pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,

kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan

(41)

e. Visi Satuan Pendidikan (Bambang Sudibyo, 2006:3-4)

1) Berorientasi ke depan

2) Dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah

3) Merupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang

dicita-citakan

4) Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna

5) Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya

6) Berbasis nilai

7) Kontekstual

f. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu dan sumber belajar. Prinsip pengembangan silabus

adalah (Mulyasa, 2006:191-195)

1) Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam

silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara

keilmuan.

2) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian

materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,

(42)

3) Sistematis

Komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam

mencapai kompetensi

4) Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan

sistem penilaian.

5) Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

6) Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,

teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa

yang terjadi.

7) Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman

peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di

sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi

(43)

g. Penilaian (Panduan penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, 2006:17)

1) Pengertian Penilaian

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis dan menafsirkan data proses dan hasil belajar peserta

didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non

tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek,

penggunaan portofolio dan penilaian diri.

2) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (Panduan

penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah,

2006:12)

a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; berdasarkan apa yang

bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

terhadap kelompoknya.

c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator

(44)

kompetensi dasar yang telah dimilik dan yang belum serta

mengetahui kesulitan siswa.

d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran

berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian

kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program

pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria

ketuntasan.

e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar

yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika

pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi

lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

(keterampilan proses) misalnya tehnik wawancara maupun

produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa

informasi yang dibutuhkan.

h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mulyasa, 2006: 183-184)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk

mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam

Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) merupakan komponen penting dari Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus

(45)

C. Masa Kerja

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991) mengartikan masa

kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja pada suatu instansi,

kantor dan sebagainya. Pada umumnya masa kerja diukur dengan ukuran

tahun atau bulan. Sedangkan masa kerja guru adalah lamanya seorang guru

mengabdi atau bekerja sebagai guru. Guru yang memiliki masa kerja lama

akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal.

Sebagai contoh, guru yang memiliki masa kerja 5 tahun akan memiliki cara

mengajar yang berbeda dibandingkan dengan guru yang memiliki masa kerja

1 tahun atau bahkan 15 tahun. Tetapi guru yang memiliki masa kerja lama

belum tentu menjamin bahwa guru tersebut akan memiliki kualitas yang lebih

baik. Memang guru yang memiliki masa kerja lama akan lebih berpengalaman

dibandingkan guru yang memiliki masa kerja 1 tahun sampai 2 tahun. Tetapi

guru yang mempunyai masa kerja sedikit akan lebih menguasai kemajuan

teknologi dan perkembangan zaman. Mereka akan lebih mudah dalam

memahami peserta didik.

D. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara

berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan

tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi menjadi

(46)

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang diperlukan.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk

melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta

didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki

kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang

memiliki kemampuan akademik atau profesional.

Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, khususnya guru,

pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha

perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola pengembangan

dari FKIP yang disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A. Sahertian,

1994:68), yaitu:

1. Program non-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun

b. Program Diploma (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun

(47)

2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1), dengan lama studi 4-7

tahun.

3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun.

4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.

Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta

mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):

1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester

2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah

memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua semester

setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160

SKS bidang studi luar kependidikan.

E. Status Guru

Status atau kedudukan yang dipergunakan guru dalam hubungan dengan

pendidikan berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka,

sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas

kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan dan persyaratan kerja,

penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan

kepada mereka dibandingkan dengan golongan karya lainnya (Pasaribu dan

(48)

(1994:10) yang dimaksud status guru adalah kedudukan guru dilihat dari

prototipenya dalam suatu sistem sosial. Dalam pendidikan, status guru terdiri

atas :

1. Guru Negeri (PNS) adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu

instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi swasta

tetapi tetap digaji oleh negara.

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan

digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat

dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

a) Guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan

atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum

mengajar penuh atau dikatakan guru bantu.

b) Guru yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan

sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.

c) Guru tidak tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh

yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Golongan Jabatan Guru

Jabatan atau pekerjaan adalah suatu kelompok dari tugas atau kegiatan yang

dilaksanakan oleh pegawai bagi organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Penggolongan dari jabatan seorang guru didasarkan pada ijasah pendidikan

terakhir guru serta prestasi guru. Jenjang kepangkatan dan golongan ruang

(49)

Pendayagunaan Aparatur Negara No 84 Tahun 1993, dari yang terendah

sampai yang tertinggi adalah :

1. II / a : Pengatur Muda

2. II / b : Pengatur Muda Tingkat I

3. II / c : Pengatur

4. II/ d : Pengatur Tingkat I

5. III / a : Penata Muda

6. III / b : Penata Muda Tingkat I

7. III / c : Penata

8. III / d : Penata Tingkat I

9. IV / a : Pembina

10. IV / b : Pembina Tingkat I

11. IV / c : Pembina Utama Muda

12. IV / d : Pembina Utama Madya

13. IV / e : Pembina Utama

G Kerangka Berpikir

1. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari masa kerja.

Guru yang mempunyai masa kerja lama akan memiliki kualitas

mengajar yang berbeda dengan guru yang mempunyai masa kerja sedikit.

Guru yang mempunyai masa kerja lama akan memiliki pengalaman

mengajar, pengelolaan kelas yang baik, maupun mengevaluasi kelas

dengan baik. Tetapi berbeda dengan guru yang memiliki masa kerja

(50)

yang mempunyai masa kerja lama. Guru yang mempunyai masa kerja

kurang dari 1 tahun akan pandai dalam mengikuti perkembangan

teknologi, seperti mengoperasikan viewer dan komputer serta lebih mudah

untuk menyesuaikan dengan peserta didik karena mereka mengikuti

perkembangan zaman.

Masa kerja diduga berpengaruh terhadap munculnya suatu persepsi

atau pandangan seseorang. Oleh sebab masa kerja seseorang berhubungan

dengan pengalaman dan pengetahuannya. Perbedaan pola pikir guru yang

satu dengan lainnya berbeda oleh sebab karakter yang terbentuk pada diri

guru yang berbeda selama menjadi guru. Menurut Duncan (Miftah

Thoha,1983:142), persepsi yang berbeda tergantung dari sudut pandang

mereka dan persepsi dipengaruhi pengalaman waktu yang lama. Demikian

juga dengan persepsi guru pada KTSP sebagai sebuah kurikulum baru

yang dirasakan menambah beban mereka. Guru yang mempunyai masa

kerja lama akan memandang KTSP sebagai sebuah produk pendidikan

baru yang membuat mereka terbebani. Sedangkan bagi guru yang

mempunyai masa kerja sedikit akan memandang KTSP sebagai produk

pendidikan baru yang menuntut kreativitas dan inovasi.

2. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan cukup berpengaruh terhadap persepsi guru

terhadap diberlakukannya KTSP. Pandangan guru diduga akan berbeda

pada guru yang mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Hal ini

(51)

Wawasan dan pengetahuan akan berpengaruh pada pengembangan

kreativitas guru dalam mengajar.

Menurut Bambang Sudibyo (Koran Tempo, 17 Juli 2006), guru

diberi hak otonomi untuk mengembangkan KTSP berdasar pada Standar

Isi. Pada setiap jenjang pendidikan, pengembangan KTSP tentu akan

berbeda. Guru yang memiliki jenjang pendidikan rendah diduga akan

kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan melaksanakan otonomi

pengajaran. Guru dengan jenjang pendidikan rendah tidak mempunyai

wawasan yang cukup atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan

guru yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi. Mereka tidak

mendapatkan pengetahuan yang memadai saat menempuh pendidikan serta

mengalami kesulitan dalam menelaah isi KTSP sehingga dalam

pelaksanaannya mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan

kreativitas. Sebaliknya guru dengan jenjang pendidikan lebih tinggi diduga

akan lebih mudah dalam pengembangan kreativitas dan menjalankan

otonomi seperti yang diinginkan dalam KTSP. Mereka akan mudah dalam

menelaah isi dari KTSP dan mudah dalam melaksanakan kurikulum baru.

3. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari status guru

Status guru adalah pengakuan seseorang mengenai pekerjaannya

pada sebuah instansi dimana dia bekerja. Status guru berpengaruh terhadap

kinerja guru selama menjalani profesinya. Menurut Piet A. Sahertian

(1990:12), guru tidak tetap akan memiliki etos kerja dan kinerja yang lebih

(52)

otoritas yang berbeda dalam menghadapi pekerjaannya dibandingkan

dengan guru tetap.

Pada dasarnya setiap guru mempunyai orientasi yang berbeda

ditinjau dari statusnya. Guru berstatus tidak tetap akan mempunyai

tanggung jawab dan mentalitas kerja yang bagus. Karenanya guru tidak

tetap harus menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam hal pengangkatan

golongan jabatan guru. Jadi diduga guru tidak tetap baik yayasan maupun

bantu diduga akan memandang KTSP lebih baik dibandingkan guru tetap

yayasan maupun PNS (pegawai negeri sipil).

4. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari golongan jabatan guru.

Profesionalitas kerja idealnya selalu ditunjukkan oleh seorang

guru. Peningkatan profesionalitas diharapkan seiring dengan semakin

meningkatnya golongan jabatan guru tersebut. Golongan jabatan guru

maksimal adalah IVe dan apabila seorang guru akan mencapai golongan

lebih dari IVa maka mereka harus kreatif dalam pembuatan tesis

penelitian. Golongan guru ini mencerminkan penghasilan guru, karena

semakin tinggi golongan jabatan guru semakin besar penghasilan dan

tunjangannya.

Golongan jabatan guru berpengaruh pada cara pandang terhadap

kurikulum yang baru yaitu KTSP. Golongan jabatan guru berhubungan

dengan masa kerja guru. Cara pandang guru terhadap KTSP diduga akan

lebih baik pada guru yang mempunyai golongan jabatan lebih tinggi. Hal

(53)

mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara mengajar dan

wawasan yang luas tentang pendidikan mengingat lebih seringnya mereka

mengikuti pelatihan-pelatihan. Sebaliknya guru yang memiliki golongan

jabatan lebih rendah, belum mempunyai wawasan yang luas tentang

pendidikan. Dengan demikian diduga guru dengan golongan jabatan

rendah diduga lebih mengalami kesulitan dalam penelaahan KTSP

H. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari masa kerja.

2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan.

3. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari status guru.

4. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yaitu hanya terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga

hanya sekedar mengungkapkan fakta. Metode penelitian yang digunakan

adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang seseorang atau suatu unit selama

kurun waktu tertentu. Metode ini akan melibatkan kita dalam penelitian yang

lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku

seseorang (Sevilla,1993:73). Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku

pada guru-guru di SMP yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

sebagai subyek penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Wedi,

Kabupaten Klaten, yaitu : SMP N I Wedi, SMP N II Wedi, SMP PGRI 10,

SMP Pangudi Luhur Wedi, dan SMP Muhammadiyah 8.

2. Waktu Penelitian

(55)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMP se-Kecamatan Wedi,

Kabupaten Klaten.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi guru

terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Masa kerja, Jenjang

pendidikan, Status guru, dan Golongan jabatan guru.

D. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru di SMP yang ada

Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Pada penelitian ini jumlah populasi

adalah sebanyak 180 orang, dengan perincian sebagai berikut : SMP N I Wedi

= 54 guru, SMP N II Wedi = 46 guru, SMP PGRI 10 = 47 guru, SMP Pangudi

Luhur Wedi = 15 guru dan SMP Muhammadiyah 8 = 18 guru.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan

menginterprestasi KTSP melalui alat indera dalam hubungannya dengan

(56)

adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, prinsip pengembangan, struktur dan muatan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus serta penilaiannya.

Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel penelitiannya.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

No Pernyataan Dimensi Indikator

Positif Negatif Tujuan Pendidikan

Satuan Pendidikan

1. Kematangan diri anak didik sesuai tiap fase perkembangan 2. Kecerdasan dan

pengetahuan

3. Keterampilan hidup mandiri

4. Mengikuti pendidikan lanjut 2 4 1 3 Prinsip pengembangan KTSP

1. Berpusat pada potensi, perkembangan,

kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap

Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 4. Relevan dengan

kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan

berkesinambungan 6. Belajar sepanjang

hayat

(57)

Struktur dan muatan KTSP

1. Mata pelajaran 2. Muatan Lokal 3. Kegiatan

pengembangan diri 4. Pengaturan beban

belajar

5. Ketuntasan belajar 6. Kenaikan kelas dan

kelulusan 7. Penjurusan

8. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global 12 13 14 19 15 16 17 18 Visi satuan pendidikan

1. Berorientasi ke depan 2. Dikembangkan

bersama oleh seluruh warga sekolah

3. Merupakan perpaduan antara langkah

strategis dan sesuatu yang dicita-citakan 4. Dinyatakan dalam

kalimat yang padat bermakna

5. Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator

keberhasilannya 6. Berbasis nilai 7. Kontekstual

21 22 23 24 25 20 26

Silabus 1. Ilmiah

2. Relevan 3. Sistematis 4. Konsisten 5. Memadai

6. Aktual dan Kontekstual 7. Fleksibel

8. Menyeluruh

27 28 31 32 33 34 29 30

Penilaian 1. Pengumpulan

informasi penilaian 2. Acuan penilaian 3. Sistem penilaian 4. Penilaian diarahkan

35

(58)

untuk mencapai kompetensi 5. Hasil penilaian

dianalisis untuk menentukan tindak lanjut 39 Kalender pendidikan

1. Kalender disusun disesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan Standar Isi 40 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1. Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas, makin konkrit, makin mudah diamati, dan makin tepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

2. Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.

3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.

4. Rencana pelaksanaan

41

42

43

(59)

pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas

pencapaiannya. 5. Rencana pelaksanaan

pembelajaran harus ada koordinasi antar komponen

pelaksanaan program sekolah.

45

Pengukuran variabel persepsi guru terhadap KTSP didasarkan pada

indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena

sosial. Jawaban setiap item instrumen tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Skor Kriteria Jawaban

Pernyataan Positif Pernyataan

Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Variabel Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja sesuai profesinya

(60)

dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini masa kerja

dinyatakan dalam satuan sebagai berikut:

a. < 1 tahun Skor 1

b. 1-5 tahun Skor 2

c. 6-10 tahun Skor 3

d. 11-15 tahun Skor 4

e. > 15 tahun Skor 5

3. Variabel jenjang pendidikan guru

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan formal yang diselesaikan oleh

guru. Dalam penelitian ini jenjang pendidikan dinyatakan sebagai berikut:

a. Program Diploma 1 (D-1) skor 1

b. Program Diploma 2 (D-2) skor 2

c. Program Diploma 3 (D-3) skor 3

d. Program Strata 1 (S-1) skor 4

e. Program Pasca Sarjana (S-2) skor 5

f. Program Doktor (S-3) skor 6

4. Variabel status guru

Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud status guru adalah

kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam suatu sistem sosial.

Dalam dunia pendidikan, status guru terdiri sebagai berikut:

(a) Guru Negeri (PNS) Skor 4

(b) Guru Tetap Yayasan Skor 3

(61)

(d) Guru Honorer atau Guru Bantu Skor 1

5. Variabel golongan jabatan guru

Jenjang kepangkatan dan golongan ruang guru sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara No 84 Tahun 1993 adalah bahwa jabatan guru yang terendah

sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut:

a. IIa Skor 1

b. IIb Skor 2

c. IIc Skor 3

d. IId Skor 4

e. IIIa Skor 5

f. IIIb Skor 6

g. IIIc Skor 7

h. IIId Skor 8

i. IVa Skor 9

j. IVb Skor 10

k. IVc Skor 11

l. IVd Skor 12

m. IVe Skor 13

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh

data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik

(62)

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam arti

tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui. Data yang hendak diperoleh

melalui kuesioner yakni persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan, Masa kerja, Jenjang pendidikan, Status guru, dan Golongan

jabatan guru.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk

mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji

validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir daftar

pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini

pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas

ini menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson.

(Suharsimi Arikunto, 2002:146)

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

ΣX = jumlah skor dalam sebaran X ΣY = jumlah skor dalam sebaran Y ΣXY = jumlah hasil kali antara X dan Y N = banyaknya sampel yang diujicobakan

Untuk mengetahui apakah butir pernyataan tersebut valid atau tidak, maka

(63)

Jika nilai r hitung > nilai r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen

penelitian dikatakan valid. Jika nilai r hitung < nilai r tabel dengan taraf

keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid.

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi

guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Uji validitas ini

dilakukan untuk 45 butir pertanyaan. Rangkuman uji validitas untuk

variabel persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan

adalah sebagai berikut (lampiran 2, hal 119 - 120)

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Butir No Korelasi dengan koreksi Status

(64)

22 0.638 Valid 23 0.510 Valid 24 0.556 Valid 25 0.582 Valid 26 0.676 Valid 27 0.681 Valid 28 0.715 Valid 29 0.572 Valid 30 0.725 Valid 31 0.556 Valid 32 0.414 Valid 33 0.404 Valid 34 0.505 Valid 35 0.398 Valid 36 0.563 Valid 37 0.414 Valid 38 0.505 Valid 39 0.477 Valid 40 0.638 Valid 41 0.414 Valid 42 0.582 Valid 43 0.411 Valid 44 0.569 Valid 45 0.563 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel

persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan

menunjukkan bahwa sebanyak empat puluh lima butir pertanyaan

sahih. Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan membandingkan

nilai-nilai rhitung lebih besar daripada rtabel. Dengan jumlah data (n)

sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan 5 % atau 0,05 maka

diperoleh nilai rtabel sebesar 0,374. Dari hasil perhitungan diperoleh

bahwa keseluruhan nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar

(65)

bahwa semua butir pertanyaan persepsi guru terhadap kurikulum

tingkat satuan pendidikanadalahvalid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengambil data. Alat ukur dikatakan reliabel jika

alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun

digunakan kapanpun. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach

(Suharsimi Arikunto, 2002:171):

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ Σ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 2 2 11 1 ) 1 ( t b k k r σ σ Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan Σσb2 = jumlah varian butir

σt2 = varian total

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik

Alpha Cronbach. Jika nilai koefisien alpha > dari 0,60 maka instrumen

penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya nilai koefisien alpha < dari 0,60

maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnally, 1967 dalam

Imam Ghozali, 2006: 42)

a. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach dan dikerjakan menggunakan program SPSS for <

Gambar

Tabel 5.15  Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru
Gambar 4.1  Struktur Organisasi SMP N 1 Wedi...........................................
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Kurikulum
Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah

Hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa struktur yang dihasilkan dari powder TiO 2 -M adalah anatase dengan ukuran kristalin berkisar antara 9 sampai 16

Bahwa rapat Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Jalur Intake DIII universitas Anda-las tanggal 12 Juni 2017,

Dengan pengembangan model yang dilakukan yaitu koordinasi rantai pasok desentralisasi untuk lead time yang terkontrol dengan menggunakan mekanisme revenue sharing akan

lmEbjiE yse ncniih rhgk kFLio ysg sLesb hhrr af'

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ethical leadership berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi di panti asuhan yang berada di bawah Dinas Sosial