ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN JABATAN GURU
Studi Kasus Pada Guru-Guru Di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
Margaretha Yeni Kurniawati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru; (4) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 180 guru. Teknik analisa data menggunakan Analysisof Variance (ANOVA).
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARD A UNIT OF EDUCATION LEVEL CURRICULUM VIEWED FROM TEACHER’S WORKING PERIOD, EDUCATIONAL LEVEL, STATUS, AND A LEVEL OF FUNCTION OF
TEACHERS
A Case Study at Junior High School Teachers in Wedi Region, Klaten Regency
Margaretha Yeni Kurniawati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward a unit of education level curriculum viewed from : 1) teacher’s working period; 2) educational level; 3) teacher’s status; 4) a level of function of teachers.
This research done at private and state Junior High Schools in Wedi Region, Klaten Regency from July until August 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 180 teachers. The technique of data analysis was Analysisof Variance (ANOVA).
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,
JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN
GOLONGAN
JABATAN GURU
Studi kasus : Guru-Guru di SMP se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Margaretha Yeni Kurniawati
031334058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,
JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN
JABATAN GURU
Studi kasus : Guru-Guru di SMP se-Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Margaretha Yeni Kurniawati
031334058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan
rahmat dan bimbingan - Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu
2. Bapak Alexander Suharno, S.Pd dan Ibu M.G. Purwanti
3. Kakakku L. Desi Riawati,S.Pd, Mas Mariyanto dan
keponakanku Claudia Desta Farella
4. Adikku D. Setiyawan Nugroho
5. Keluarga besar Adi Sumarto dan Manto Diharjo
6. Soulmateku Y. Edi Pramono, S. Pd
Motto
1.
Persembahkan yang terbaik bagi orang tua dan keluarga.
2.
Permanere in Gratia Dei (Tetap hidup dalam kasih karunia
Allah , Kis 13:43)
3.
Tuhan, Engkau tahu bila jalanku serong, maka tuntunlah aku
di jalan-MU yang benar”. (Mat 139 : 24)
4.
Tersenyumlah dalam menghadapi hidup yang penuh dengan
Pernyataan Keaslian Karya
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Desember 2007
Penulis
Kata Pengantar
Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang
telah memberi limpahan kasih dan karunia-Nya kepada penulis hingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja,
Jenjang Pendidikan, Status dan Golongan Jabatan Guru”. Skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi.
Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang
telah membantu sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd, M. Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Laurentius Saptono, S. Pd, M. Si, selaku dosen pembimbing , yang
dengan begitu sabar membimbing penulis, memberikan saran, masukan,
kritik, serta semangat dan pengalamannya. Terima kasih, pak.
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S. E, M. Si atas saran, kritik, dan
6. Ibu Natalina Premastuti B, S. Pd atas saran, kritikan, masukan dan
sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis
selama menempuh pendidikan.
8. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala
keramahan dalam melayani dan membantu penulis selama kuliah di USD.
9. Ibu Dra.Hj. Riadul Janah, M. Pd, selaku Kepala Sekolah SMP N I Wedi
atas izin dan bantuan serta para guru di SMP N I Wedi khususnya Ibu Hj.
Eni Rudiyanti, S. Pd atas bantuan selama penelitian.
10. Bapak Drs. Tri Wibowo, M.M, selaku Kepala Sekolah SMP N II Wedi
atas bantuan dan sarannya selama penelitian serta para guru di SMP N II
Wedi, khususnya Ibu Agnes Martini, S. Pd atas bantuannya selama
penelitian.
11. Kepala Sekolah SMP PGRI 10 Wedi, SMP Muhammadiyah 8 Wedi serta
SMP Pangudi Luhur Wedi beserta para guru atas bantuan dan
keramahannya selama penelitian.
12. Bapak Alexander Suharno, S. Pd dan Ibu MG. Purwanti atas doa, saran,
semangat, dukungan yang tak terhingga serta kasih sayangnya.
13. Kakakku L. Desi Riawati, S. Pd, Mas Mariyanto dan keponakanku
Claudia Desta Farella atas kasih sayang, semangat dan motivasi.
14. Adikku D. Setiawan Nugroho atas bantuan, semangat dan motivasi serta
15. Yohanes Edi Pramono, S. Pd atas semangat, motivasi, saran, kritik,
pemikirannya, doa, cinta dan bantuannya.
16. Keluarga besar Adi Sumarto dan Manto Diharjo atas motivasi dan
semangat serta doa, Bulik Sr. Florent atas dukungan doa dan
bimbingannya.
17. Buat sahabat-sahabatku PAK’B : Mety(thanx my best friend) ayo
semangat!!, Dwi(sobatku dari awal kuliah) sukses and semangat yach,
Santy(teman yang selalu ceria) chayoo maju terus friend, Nining(sahabat
dr awal kuliah) thanx ya bantuannya&sukses selalu, Yiska(teman yang
selalu membantu) ayo semangat&jangan putus asa,
Septy(semangat&thanx atas persahabatannya), Sisca(thanx atas
bantuan&perhatiannya,makin cantix aza), Tiara(teman seperjuangan)
thanx semuanya, mbakyu Siwi &mas Heri makasih yo!!, Arie(semangat
yo!!), Wanted(Wawan) ayo rajin kuliah&tambah caem!!, Anez(thanx
bantuan ngeditnya), Wulan(makin maniez aza), Adel(makin cerewet aza),
semua teman-teman PAK’B makasih atas kekompakan&keakraban
selama menjadi anggota PAK’B.
18. Buat Nia (PAK’A&teman seperjuangan) makasih bgt yach bantuan, saran,
pertemanan selama menyusun skripsi, (Titis, Merli, Mbakyu Nungki)
thanx bantuannya&motivasi!!, Teman-teman PPL (Mbak Bety, Veny,
Brevi, Mas Titus, Layung, Ayu, Yuni) makasih banyak, Yuan alias ‘lucu’
(PBI) thanx bgt bantuannya&ayo maen lagi!!, Jaya alisa yayul (UNY) tur
motivasi, teman keluh kesahku, dan doa, Yobex alias Yobi (AMIKOM)
thanx atas perhatian, motivasi dan semangatnya.
19. Mbak Ita&Mbak Atik thanx bantuannya yang tak terhingga, Mas didik
thanx bimbingan, saran, kritikan, motivasi dan sudah menjadi kakakku,
Mas Aji matur nuwun atas bantuan dalam kelancaran penyusunan skripsi,
Mbak Dian (Pfis) thanx atas motivasi&semangatnya.
20. Teman-teman PAK’02 dan PAK’03 terima kasih atas keakraban selama
kuliah dan bantuannya.
21. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Olehsebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi siapa saja dan calon
peneliti selanjutnya.
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA, JENJANG PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN GOLONGAN JABATAN GURU
Studi Kasus Pada Guru-Guru Di Sekolah Menengah Pertama se-Kecamatan
Wedi, Kabupaten Klaten
Margaretha Yeni Kurniawati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru; (4) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri dan Swasta yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 180 guru. Teknik analisa data menggunakan Analysisof Variance (ANOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja (F hitung =
8,252 > F tabel = 2,428), (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum
tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan (F hitung = 3,161 > F tabel
= 2,428), (3) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status guru (F hitung = 3,272 > F tabel = 2,668), (4) ada
ABSTRACT
TEACHER’S PERCEPTION TOWARD A UNIT OF EDUCATION LEVEL CURRICULUM VIEWED FROM TEACHER’S WORKING PERIOD, EDUCATIONAL LEVEL, STATUS, AND A LEVEL OF FUNCTION OF
TEACHERS
A Case Study at Junior High School Teachers in Wedi Region, Klaten Regency
Margaretha Yeni Kurniawati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception toward a unit of education level curriculum viewed from : 1) teacher’s working period; 2) educational level; 3) teacher’s status; 4) a level of function of teachers.
This research done at private and state Junior High Schools in Wedi Region, Klaten Regency from July until August 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 180 teachers. The technique of data analysis was Analysisof Variance (ANOVA).
The results of this research show that there is different perception among teacher’s toward a unit of education level curriculum perceived from : 1) teacher’s working period (Fcount = 8,252 > Ftable = 2,428), (2) educational level (Fcount =
3,161 > Ftable = 2,428), (3) teacher’s status (Fcount = 3,272 > Ftable = 2,668), (4) a
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT... xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Guru ... 8
C. Masa Kerja ... 22
D. Jenjang Pendidikan ... 22
E. Status Guru... 24
F. Golongan Jabatan ... 25
G. Kerangka Berpikir... 26
H. Hipotesis... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 32
C. Populasi ... 32
D. Operasional Variabel... 32
E. Teknik Pengumpulam Data... 39
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 39
1. Pengujian Validitas ... 39
2. Pengujian Reabilitas ... 42
G. Teknik Analisis Data ... 43
1. Statistika Deskriptif... 43
2. Pengujian Prasyarat Analisis……….. 43
a. Pengujian Normalitas ... 43
b. Pengujianji Homogenitas ... 44
A. BAB IV GAMBARAN UMUM
A. SMP Negeri 1 Wedi ... 48
B. SMP Negeri 2 Wedi.. ... 50
C. SMP PGRI 10 Wedi ... 51
D. SMP Pangudi Luhur Wedi……… ... 52
E. SMP Muhammadiyah 8 Wedi………... 54
BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………... 56
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 56
2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………... 59
B. Analisa Data ... 65
1. Pengujian Prasyarat Analisa Data………... 65
a. Pengujian Normalitas ... 65
b. Pengujian Homogenitas… ... 71
c. Pengujian Hipotesis... 74
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan….. ... 99
B. Keterbatasan Penelitian... 100
C. Saran…... 100
DAFTAR PUSTAKA………. 104
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Operasional Variabel persepsi guru terhadap kurikulum tingkat
satuan pendidikan... 33
Tabel 3.2 Skoring berdasarkan Skala Likert ... 36
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas untuk persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ... 40
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 56
Tabel 5.2 Masa Kerja Responden ... 57
Tabel 5.3 Jenjang Pendidikan ... 57
Tabel 5.4 Status Guru... 58
Tabel 5.5 Golongan Jabatan Guru... 59
Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan... 60
Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja... 60
Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Jenjang Pendidikan ... 62
Tabel 5.9 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Guru ... 63
Tabel 5.10 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Golongan Jabatan Guru ... 64
Tabel 5.11 Rangkuman Pengujian Normalitas Variabel Penelitian... 66
Tabel 5.13 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Masa Kerja ... 76
Tabel 5.14 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Jenjang Pendidikan... 77
Tabel 5.15 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau
dari Status Guru... 79
Tabel 5.16 Tabel Ringkasan ANOVA Hasil Pengujian Persepsi Guru
Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP N 1 Wedi ... 48
Gambar 4.2 Struktur Organisasi SMP N 2 Wedi ... 50
Gambar 4.3 Struktur Organisasi SMP PGRI 10 Wedi... 52
Gambar 4.4 Struktur Organisasi SMP Pangudi Luhur Wedi ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian ... 107
2. Uji Validitas dan Reliabilitas………. 114
3. Data Mentah penelitian……….. 121
4. Data Identitas responden………... 127
5. Perhitungan PAP tipe II………. 131
6. Deskripsi Data ……… 134
7. Uji Normalitas dan Homogenitas……… 137
8. Uji Hipotesa……… 140
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan selalu diperbaharui
dan dirubah sesuai dengan tuntutan zaman serta untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pembaharuan kurikulum mengacu pada fungsi
pendidikan nasional sebagaimana tersaji dalam lampiran Peraturan Menteri
No 22 Tahun 2006. Fungsi pendidikan nasional tersebut antara lain
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional selanjutnya dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah
No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu kurikulum
yang disusun oleh tingkat satuan pendidikan tertentu yang sesuai dengan
kondisi peserta didik, karakteristik, dan potensi peserta didik. Dalam
dengan kondisi dan potensi sekolah serta daerah sekolah tersebut berdiri.
Menurut Fauzi (Kompas,14 September 2006), pengembangan kurikulum di
tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari upaya menghargai hak-hak
otonomi guru untuk mengkreasi pembelajaran pada satuan pendidikan.
Maksudnya guru selaku pelaksana utama kurikulum berhak untuk
melaksanakan kurikulum berdasarkan potensi, karakteristik, serta kondisi dari
peserta didiknya dengan berpedoman pada standar isi, standar kompetensi dan
standar pelaksanaan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
Sehubungan dengan kurikulum baru ini, sejumlah guru di Jakarta,
berpendapat bahwa KTSP cukup menyulitkan mereka. Hal ini disebabkan : (1)
mereka harus mengubah metode mengajar yang selama ini telah mereka
terapkan dengan kurikulum 1994, (2) dalam KTSP tidak menjelaskan secara
terperinci mengenai materi yang harus disampaikan kepada peserta didik
karenanya guru dituntut untuk menyusun, mengkreasikan pembelajaran,
proses belajar mengajar dan materi yang akan diajarkan sesuai dengan kondisi,
karakteristik dan potensi peserta didik serta potensi daerah (Kompas, 11
September 2006). Di berbagai daerah lainpun ternyata guru merasakan hal
yang sama.
Pemahaman dan penerimaan guru terhadap KTSP akan berbeda satu sama
lain. Pada guru yang mempunyai masa kerja lama diduga akan kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan kurikulum. Hal demikian
disebabkan guru yang mempunyai masa kerja lama sudah terbiasa dengan
mengembangkan kreativitas dalam menyusun materi, dan proses belajar
mengajar sesuai dengan kondisi siswa didiknya. Guru yang sudah terbiasa
dengan metode pembelajaran yang telah lama diterapkan, mereka akan
mengalami kesulitan untuk membuat metode yang lebih bervariatif. Oleh
sebab hal tersebut menuntut guru mampu mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kondisi siswa serta
kondisi dan potensi daerah. Persepsi guru terhadap KTSP diduga juga akan
berbeda pada guru yang jenjang pendidikan yang berbeda. Biasanya, guru
yang memiliki jenjang pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk
mengembangkan potensi serta kreativitas yang dimilikinya. Para guru ini
sudah dibekali dengan pengetahuan yang lebih dari cukup serta wawasan yang
lebih bagus. Mereka diduga akan lebih mudah dalam menelaah dan
menjabarkannya KTSP. Hal yang berbeda pula pada guru dengan jenjang
pendidikan yang lebih rendah. Bagi guru yang memiliki pendidikan lebih
rendah diduga akan mengalami kesulitan dalam menelaah dan menjabarkan
KTSP.
Proses penelaahan dan penjabaran suatu obyek juga dipengaruhi oleh
status guru. Guru dengan status tetap umumnya memiliki otonomi yang luas
untuk mengembangkan kreativitasnya dan dalam pelaksanaan dan penyusunan
materi pembelajaran. Sedangkan, pada guru yang tidak tetap sebenarnya juga
mempunyai hak otonomi untuk mengembangkan kreativitas tetapi umumnya
keluasannya tidak seperti hak guru tetap. Demikian juga golongan jabatan
tersebut mempunyai masa kerja yang relatif lama, berprestasi di bidangnya,
mempunyai pendidikan yang tinggi, serta berpengalaman dalam mengikuti
pelatihan-pelatihan. Pada guru yang mempunyai golongan jabatan tinggi
karenanya akan cenderung lebih mudah untuk menelaah dan menjabarkan
KTSP.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan tampak bahwa diterapkannya
kurikulum yang baru memunculkan berbagai persepsi guru. Guru-guru SMP
di Kecamatan Wedi, misalnya, mengalami kesulitan dalam hal penafsiran,
pemahaman dan penjabaran dari isi KTSP. Mereka menganggap isi dari
KTSP sulit untuk dijabarkan secara terperinci dan jelas. Padahal Diknas
setempat telah melakukan sosialisasi secara serempak sebelum KTSP itu
mulai diberlakukan. Mengingat mereka masih merasakan kesulitan dalam
menjabarkan KTSP, maka penerapan KTSP masih digabung dengan KBK.
KTSP di satu sisi membawa dampak yang positif yaitu, guru maupun sekolah
diberi hak otonomi dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi disisi lainnya
mereka belum siap untuk melaksanakannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja, Jenjang
Pendidikan, Status Guru dan Golongan Jabatan Guru”. Penelitian ini
merupakan studi kasus pada guru-guru di SMP se-Kecamatan Wedi,
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian, penulis menduga bahwa pemahaman dan penerimaan
guru terhadap KTSP akan sangat bervariasi. Hal tersebut bisa dilihat dari masa
kerja guru, jenjang pendidikan guru, status guru dan golongan jabatan guru.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti oleh penulis adalah guru-guru SMP
yang telah mengetahui dan mendapatkan sosialisasi tentang KTSP. Oleh
karena itu dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui persepsi guru
terhadap KTSP ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru, dan
golongan jabatan guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari masa kerja?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari status guru?
4. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari masa kerja.
2. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan.
3. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari status guru.
4. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari golongan jabatan guru.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
bersangkutan :
1. Untuk menguji kembali kebenaran dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.
2. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, berarti dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman yang berguna serta penulis dapat berlatih menganalisis suatu
3. Bagi Sekolah
Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru
terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Agar hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai masukan yang berguna dalam kegiatan proses
pembelajaran.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi
penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Persepsi Guru
1. Pengertian Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat
pendengaran, penglihatan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci
untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi (Miftah Thoha, 1998:138). Menurut
Masidjo (1995:96), tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup
kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antar dua perangsang
atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi
yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pembedaan
antara rangsangan-rangsangan yang ada.
Persepsi sebagai suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar
memberikan makna bagi mereka. Dengan demikian, persepsi adalah kesan
atau pandangan seseorang terhadap obyek tertentu (Robbins, 1997:45).
Menurut Bimo Walgito (1994:54), beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
a. Adanya obyek yang dipersepsi
Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat
datang dari dalam, yang langsung mengenai syarat penerima (sensoris),
yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera atau reseptor
Di samping harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran, serta sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan
syaraf motoris.
c. Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya
perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai sesuatu persiapan
dalam mengadakan persepsi.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas bisa ditarik kesimpulan
bahwa persepsi adalah proses mengenal, memahami, menerima,
mengkoordinasikan, menginterprestasikan dan mengadakan diskriminasi yang
tepat antar dua perangsang atau lebih melalui panca indera dan ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing perangsang, sehingga individu menyadari dan
mengerti apa yang diinderakan.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi seseorang sering dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
1) Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
2) Keluarga
Keluarga adalah pengaruh yang paling besar dalam terbentuk persepsi
seseorang. Karena dalam orang tua telah mengembangkan suatu cara
khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini. Orang
tua juga menurunkan sikap dan persepsi kepada anak-anaknya.
3) Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah
satu faktor yang kuat dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara
seseorang memandang dan memahami sesuatu.
b. Sub-proses dalam persepsi
Dalam menentukan persepsi terdapat beberapa sub-proses yang dilewati
yaitu (Miftah Thoha, 1998:145):
1) Stimulus atau situasi yang hadir
Persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau
stimulus. Situasi yang dihadapi mungkin bisa berupa stimulus
penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan
sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.
2) Registrasi
Dalam masa registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik
kemampuan fisik untuk mendengar dan melihat akan mempengaruhi
persepsi.
3) Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat
penting. Proses ini tergantung dari cara pendalaman, motivasi, dan
kepribadian seseorang yang berbeda antara seseorang dengan yang
lain. Oleh karena itu interpretasi terhadap suatu informasi yang sama
akan berbeda antara satu dengan yang lain.
4) Umpan balik
Umpan balik mempengaruhi persepsi seseorang, karena umpan balik
dari apa yang dilihat akan menimbulkan suatu persepsi.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003
Bab XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa:
“Pendidik (Guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 Bab I
pasal 1 ayat1 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”
Perubahan kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang
baru bagi guru. Guru sebagai pelaksana utama dari kurikulum dituntut untuk
lebih kreatif dalam merancang proses pembelajaran, bahan pelajaran maupun
strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik.
Untuk itu guru harus mempersiapkan diri dengan matang agar dapat
menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satunya dengan menambah
pemahaman dan pengetahuan tentang KTSP. Persepsi guru terhadap KTSP
adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan menginterprestasi
KTSP melalui alat indera dalam hubungannya dengan KTSP
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum
Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (Allan C. Ornstein,
Linda S. Behar, 1995:3) menyatakan bahwa: curriculum as a couse of
study, as in a college, the whole body of courses offered in a educational
institution or by a department thereof. Maksudnya adalah kurikulum
sebagai rangkaian mata pelajaran dalam sebuah kumpulan yang
merupakan bagian dari sistem yang ditawarkan dalam sebuah lembaga
pendidikan atau bagian yang lain. Sedangkan menurut Panduan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (2006:3), kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan hal itu
menurut Oemar Hamalik (2000:18), kurikulum adalah seperangkat
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian serta pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan,
dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana program, pengalaman belajar dan pengaturan
mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
visi satuan pendidikan, kalender pendidikan, silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (Mulyasa, 2006:176).
b. Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan oleh sekolah atau komite sekolah dan
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
2) Beragam dan terpadu
3) Tanggap terhadap Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
6) Belajar sepanjang hayat
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
c. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Mulyasa,
2006:247-249):
1) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan
dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan.
2) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
3) Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta
didik yang memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan dan moral.
4) Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik
dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,
terbuka dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madya
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan
daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakasa,
di depan memberikan contoh dan teladan)
5) Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang
terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan
sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar,
6) Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7) Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
d. Komponen KTSP
1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut
(Mulyasa, 2006:178-179)
a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
2) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Panduan penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2006:7)
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam standar isi meliputi lima kelompok
mata pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmaniah, olahraga dan kesenian
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan
atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP
19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah beban belajar
bagi peserta didik pada : (1) mata pelajaran, (2) muatan lokal, (3)
kegiatan pengembangan diri, (4) pengaturan beban belajar, (5)
ketuntasan belajar, (6) kenaikan kelas dan kelulusan, (7)
penjurusan, (8) pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
3) Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan
e. Visi Satuan Pendidikan (Bambang Sudibyo, 2006:3-4)
1) Berorientasi ke depan
2) Dikembangkan bersama oleh seluruh warga sekolah
3) Merupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang
dicita-citakan
4) Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna
5) Dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator keberhasilannya
6) Berbasis nilai
7) Kontekstual
f. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu dan sumber belajar. Prinsip pengembangan silabus
adalah (Mulyasa, 2006:191-195)
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
3) Sistematis
Komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
5) Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,
teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa
yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
g. Penilaian (Panduan penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2006:17)
1) Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non
tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek,
penggunaan portofolio dan penilaian diri.
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian (Panduan
penyusunan KTSP jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah,
2006:12)
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran dan bukan untuk menentukan posisi seseorang
terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
kompetensi dasar yang telah dimilik dan yang belum serta
mengetahui kesulitan siswa.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran
berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi
lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses
(keterampilan proses) misalnya tehnik wawancara maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa
informasi yang dibutuhkan.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Mulyasa, 2006: 183-184)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) merupakan komponen penting dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus
C. Masa Kerja
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991) mengartikan masa
kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja pada suatu instansi,
kantor dan sebagainya. Pada umumnya masa kerja diukur dengan ukuran
tahun atau bulan. Sedangkan masa kerja guru adalah lamanya seorang guru
mengabdi atau bekerja sebagai guru. Guru yang memiliki masa kerja lama
akan menyebabkan mereka memiliki kualitas yang berbeda dalam segala hal.
Sebagai contoh, guru yang memiliki masa kerja 5 tahun akan memiliki cara
mengajar yang berbeda dibandingkan dengan guru yang memiliki masa kerja
1 tahun atau bahkan 15 tahun. Tetapi guru yang memiliki masa kerja lama
belum tentu menjamin bahwa guru tersebut akan memiliki kualitas yang lebih
baik. Memang guru yang memiliki masa kerja lama akan lebih berpengalaman
dibandingkan guru yang memiliki masa kerja 1 tahun sampai 2 tahun. Tetapi
guru yang mempunyai masa kerja sedikit akan lebih menguasai kemajuan
teknologi dan perkembangan zaman. Mereka akan lebih mudah dalam
memahami peserta didik.
D. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara
berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan
tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi menjadi
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar yang diperlukan.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta
didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki
kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik atau profesional.
Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, khususnya guru,
pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha
perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola pengembangan
dari FKIP yang disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).
LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A. Sahertian,
1994:68), yaitu:
1. Program non-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai berikut:
a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun
b. Program Diploma (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun
2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1), dengan lama studi 4-7
tahun.
3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun.
4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.
Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta
mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):
1. Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester
2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah
memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.
3. Akta III sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.
4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua semester
setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.
5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160
SKS bidang studi luar kependidikan.
E. Status Guru
Status atau kedudukan yang dipergunakan guru dalam hubungan dengan
pendidikan berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka,
sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas
kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan dan persyaratan kerja,
penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan
kepada mereka dibandingkan dengan golongan karya lainnya (Pasaribu dan
(1994:10) yang dimaksud status guru adalah kedudukan guru dilihat dari
prototipenya dalam suatu sistem sosial. Dalam pendidikan, status guru terdiri
atas :
1. Guru Negeri (PNS) adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu
instansi milik pemerintah, guru yang dipekerjakan di suatu instansi swasta
tetapi tetap digaji oleh negara.
2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan
digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
a) Guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan
atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum
mengajar penuh atau dikatakan guru bantu.
b) Guru yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan
sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.
c) Guru tidak tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh
yayasan tetapi statusnya belum tetap.
F. Golongan Jabatan Guru
Jabatan atau pekerjaan adalah suatu kelompok dari tugas atau kegiatan yang
dilaksanakan oleh pegawai bagi organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Penggolongan dari jabatan seorang guru didasarkan pada ijasah pendidikan
terakhir guru serta prestasi guru. Jenjang kepangkatan dan golongan ruang
Pendayagunaan Aparatur Negara No 84 Tahun 1993, dari yang terendah
sampai yang tertinggi adalah :
1. II / a : Pengatur Muda
2. II / b : Pengatur Muda Tingkat I
3. II / c : Pengatur
4. II/ d : Pengatur Tingkat I
5. III / a : Penata Muda
6. III / b : Penata Muda Tingkat I
7. III / c : Penata
8. III / d : Penata Tingkat I
9. IV / a : Pembina
10. IV / b : Pembina Tingkat I
11. IV / c : Pembina Utama Muda
12. IV / d : Pembina Utama Madya
13. IV / e : Pembina Utama
G Kerangka Berpikir
1. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari masa kerja.
Guru yang mempunyai masa kerja lama akan memiliki kualitas
mengajar yang berbeda dengan guru yang mempunyai masa kerja sedikit.
Guru yang mempunyai masa kerja lama akan memiliki pengalaman
mengajar, pengelolaan kelas yang baik, maupun mengevaluasi kelas
dengan baik. Tetapi berbeda dengan guru yang memiliki masa kerja
yang mempunyai masa kerja lama. Guru yang mempunyai masa kerja
kurang dari 1 tahun akan pandai dalam mengikuti perkembangan
teknologi, seperti mengoperasikan viewer dan komputer serta lebih mudah
untuk menyesuaikan dengan peserta didik karena mereka mengikuti
perkembangan zaman.
Masa kerja diduga berpengaruh terhadap munculnya suatu persepsi
atau pandangan seseorang. Oleh sebab masa kerja seseorang berhubungan
dengan pengalaman dan pengetahuannya. Perbedaan pola pikir guru yang
satu dengan lainnya berbeda oleh sebab karakter yang terbentuk pada diri
guru yang berbeda selama menjadi guru. Menurut Duncan (Miftah
Thoha,1983:142), persepsi yang berbeda tergantung dari sudut pandang
mereka dan persepsi dipengaruhi pengalaman waktu yang lama. Demikian
juga dengan persepsi guru pada KTSP sebagai sebuah kurikulum baru
yang dirasakan menambah beban mereka. Guru yang mempunyai masa
kerja lama akan memandang KTSP sebagai sebuah produk pendidikan
baru yang membuat mereka terbebani. Sedangkan bagi guru yang
mempunyai masa kerja sedikit akan memandang KTSP sebagai produk
pendidikan baru yang menuntut kreativitas dan inovasi.
2. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan cukup berpengaruh terhadap persepsi guru
terhadap diberlakukannya KTSP. Pandangan guru diduga akan berbeda
pada guru yang mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Hal ini
Wawasan dan pengetahuan akan berpengaruh pada pengembangan
kreativitas guru dalam mengajar.
Menurut Bambang Sudibyo (Koran Tempo, 17 Juli 2006), guru
diberi hak otonomi untuk mengembangkan KTSP berdasar pada Standar
Isi. Pada setiap jenjang pendidikan, pengembangan KTSP tentu akan
berbeda. Guru yang memiliki jenjang pendidikan rendah diduga akan
kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan melaksanakan otonomi
pengajaran. Guru dengan jenjang pendidikan rendah tidak mempunyai
wawasan yang cukup atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan
guru yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi. Mereka tidak
mendapatkan pengetahuan yang memadai saat menempuh pendidikan serta
mengalami kesulitan dalam menelaah isi KTSP sehingga dalam
pelaksanaannya mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan
kreativitas. Sebaliknya guru dengan jenjang pendidikan lebih tinggi diduga
akan lebih mudah dalam pengembangan kreativitas dan menjalankan
otonomi seperti yang diinginkan dalam KTSP. Mereka akan mudah dalam
menelaah isi dari KTSP dan mudah dalam melaksanakan kurikulum baru.
3. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari status guru
Status guru adalah pengakuan seseorang mengenai pekerjaannya
pada sebuah instansi dimana dia bekerja. Status guru berpengaruh terhadap
kinerja guru selama menjalani profesinya. Menurut Piet A. Sahertian
(1990:12), guru tidak tetap akan memiliki etos kerja dan kinerja yang lebih
otoritas yang berbeda dalam menghadapi pekerjaannya dibandingkan
dengan guru tetap.
Pada dasarnya setiap guru mempunyai orientasi yang berbeda
ditinjau dari statusnya. Guru berstatus tidak tetap akan mempunyai
tanggung jawab dan mentalitas kerja yang bagus. Karenanya guru tidak
tetap harus menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam hal pengangkatan
golongan jabatan guru. Jadi diduga guru tidak tetap baik yayasan maupun
bantu diduga akan memandang KTSP lebih baik dibandingkan guru tetap
yayasan maupun PNS (pegawai negeri sipil).
4. Persepsi guru terhadap KTSP ditinjau dari golongan jabatan guru.
Profesionalitas kerja idealnya selalu ditunjukkan oleh seorang
guru. Peningkatan profesionalitas diharapkan seiring dengan semakin
meningkatnya golongan jabatan guru tersebut. Golongan jabatan guru
maksimal adalah IVe dan apabila seorang guru akan mencapai golongan
lebih dari IVa maka mereka harus kreatif dalam pembuatan tesis
penelitian. Golongan guru ini mencerminkan penghasilan guru, karena
semakin tinggi golongan jabatan guru semakin besar penghasilan dan
tunjangannya.
Golongan jabatan guru berpengaruh pada cara pandang terhadap
kurikulum yang baru yaitu KTSP. Golongan jabatan guru berhubungan
dengan masa kerja guru. Cara pandang guru terhadap KTSP diduga akan
lebih baik pada guru yang mempunyai golongan jabatan lebih tinggi. Hal
mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara mengajar dan
wawasan yang luas tentang pendidikan mengingat lebih seringnya mereka
mengikuti pelatihan-pelatihan. Sebaliknya guru yang memiliki golongan
jabatan lebih rendah, belum mempunyai wawasan yang luas tentang
pendidikan. Dengan demikian diduga guru dengan golongan jabatan
rendah diduga lebih mengalami kesulitan dalam penelaahan KTSP
H. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari masa kerja.
2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan.
3. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari status guru.
4. Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yaitu hanya terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
hanya sekedar mengungkapkan fakta. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang seseorang atau suatu unit selama
kurun waktu tertentu. Metode ini akan melibatkan kita dalam penelitian yang
lebih mendalam dan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap tingkah laku
seseorang (Sevilla,1993:73). Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku
pada guru-guru di SMP yang ada di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
sebagai subyek penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Kecamatan Wedi,
Kabupaten Klaten, yaitu : SMP N I Wedi, SMP N II Wedi, SMP PGRI 10,
SMP Pangudi Luhur Wedi, dan SMP Muhammadiyah 8.
2. Waktu Penelitian
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMP se-Kecamatan Wedi,
Kabupaten Klaten.
2. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi guru
terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Masa kerja, Jenjang
pendidikan, Status guru, dan Golongan jabatan guru.
D. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru di SMP yang ada
Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Pada penelitian ini jumlah populasi
adalah sebanyak 180 orang, dengan perincian sebagai berikut : SMP N I Wedi
= 54 guru, SMP N II Wedi = 46 guru, SMP PGRI 10 = 47 guru, SMP Pangudi
Luhur Wedi = 15 guru dan SMP Muhammadiyah 8 = 18 guru.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan
menginterprestasi KTSP melalui alat indera dalam hubungannya dengan
adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, prinsip pengembangan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus serta penilaiannya.
Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel penelitiannya.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan didik sesuai tiap fase perkembangan 2. Kecerdasan dan
pengetahuan
Struktur dan
6. Aktual dan Kontekstual 7. Fleksibel
Penilaian 1. Pengumpulan
informasi penilaian 2. Acuan penilaian 3. Sistem penilaian 4. Penilaian diarahkan
35
untuk mencapai kompetensi 5. Hasil penilaian
dianalisis untuk
3. Kegiatan yang disusun dan dikembangkan
4. Rencana pelaksanaan
41
42
43
pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas
pencapaiannya. 5. Rencana pelaksanaan
pembelajaran harus ada koordinasi antar komponen
pelaksanaan program sekolah.
45
Pengukuran variabel persepsi guru terhadap KTSP didasarkan pada
indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Jawaban setiap item instrumen tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Skoring Berdasarkan Skala Likert
Skor Kriteria Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan
Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
2. Variabel Masa Kerja
Masa kerja adalah lamanya waktu seseorang bekerja sesuai profesinya
dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini masa kerja
dinyatakan dalam satuan sebagai berikut:
a. < 1 tahun Skor 1
b. 1-5 tahun Skor 2
c. 6-10 tahun Skor 3
d. 11-15 tahun Skor 4
e. > 15 tahun Skor 5
3. Variabel jenjang pendidikan guru
Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan formal yang diselesaikan oleh
guru. Dalam penelitian ini jenjang pendidikan dinyatakan sebagai berikut:
a. Program Diploma 1 (D-1) skor 1
b. Program Diploma 2 (D-2) skor 2
c. Program Diploma 3 (D-3) skor 3
d. Program Strata 1 (S-1) skor 4
e. Program Pasca Sarjana (S-2) skor 5
f. Program Doktor (S-3) skor 6
4. Variabel status guru
Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud status guru adalah
kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam suatu sistem sosial.
Dalam dunia pendidikan, status guru terdiri sebagai berikut:
(a) Guru Negeri (PNS) Skor 4
(b) Guru Tetap Yayasan Skor 3
(d) Guru Honorer atau Guru Bantu Skor 1
5. Variabel golongan jabatan guru
Jenjang kepangkatan dan golongan ruang guru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No 84 Tahun 1993 adalah bahwa jabatan guru yang terendah
sampai yang tertinggi adalah sebagai berikut:
a. IIa Skor 1
b. IIb Skor 2
c. IIc Skor 3
d. IId Skor 4
e. IIIa Skor 5
f. IIIb Skor 6
g. IIIc Skor 7
h. IIId Skor 8
i. IVa Skor 9
j. IVb Skor 10
k. IVc Skor 11
l. IVd Skor 12
m. IVe Skor 13
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh
data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam arti
tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui. Data yang hendak diperoleh
melalui kuesioner yakni persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan
pendidikan, Masa kerja, Jenjang pendidikan, Status guru, dan Golongan
jabatan guru.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji
validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir daftar
pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini
pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Uji validitas
ini menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson.
(Suharsimi Arikunto, 2002:146)
Untuk mengetahui apakah butir pernyataan tersebut valid atau tidak, maka
Jika nilai r hitung > nilai r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen
penelitian dikatakan valid. Jika nilai r hitung < nilai r tabel dengan taraf
keyakinan 95% maka instrumen penelitian dikatakan tidak valid.
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi
guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Uji validitas ini
dilakukan untuk 45 butir pertanyaan. Rangkuman uji validitas untuk
variabel persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan
adalah sebagai berikut (lampiran 2, hal 119 - 120)
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Butir No Korelasi dengan koreksi Status
22 0.638 Valid 23 0.510 Valid 24 0.556 Valid 25 0.582 Valid 26 0.676 Valid 27 0.681 Valid 28 0.715 Valid 29 0.572 Valid 30 0.725 Valid 31 0.556 Valid 32 0.414 Valid 33 0.404 Valid 34 0.505 Valid 35 0.398 Valid 36 0.563 Valid 37 0.414 Valid 38 0.505 Valid 39 0.477 Valid 40 0.638 Valid 41 0.414 Valid 42 0.582 Valid 43 0.411 Valid 44 0.569 Valid 45 0.563 Valid
Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pertanyaan pada variabel
persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan
menunjukkan bahwa sebanyak empat puluh lima butir pertanyaan
sahih. Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan membandingkan
nilai-nilai rhitung lebih besar daripada rtabel. Dengan jumlah data (n)
sebanyak 30 responden dan derajat keyakinan 5 % atau 0,05 maka
diperoleh nilai rtabel sebesar 0,374. Dari hasil perhitungan diperoleh
bahwa keseluruhan nilai rhitung menunjukkan angka yang lebih besar
bahwa semua butir pertanyaan persepsi guru terhadap kurikulum
tingkat satuan pendidikanadalahvalid.
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengambil data. Alat ukur dikatakan reliabel jika
alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun
digunakan kapanpun. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
(Suharsimi Arikunto, 2002:171):
Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach. Jika nilai koefisien alpha > dari 0,60 maka instrumen
penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya nilai koefisien alpha < dari 0,60
maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnally, 1967 dalam
Imam Ghozali, 2006: 42)
a. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach dan dikerjakan menggunakan program SPSS for
Windows Versi 13,0. Dari empat puluh lima pertanyaan pada variabel
nilai koefisien alpha (rtt) sebesar 0,950 (lampiran 2, hal 120)
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai
koefisien alpha dengan 0,60. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
koefisien alpha lebih besar dari pada nilai 0,60. Hal ini berarti bahwa
semua item pertanyaan pada variabel persepsi guru terhadap kurikulum
tingkat satuan pendidikan dapat dikatakan reliabel.
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan
pada populasi jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam
analisisnya (Sugiono, 1997:142)
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila
data yang terjaring berdistribusi normal maka analisis untuk hipotesis
dapat dilakukan. Untuk mengetahui normalitas suatu data perlu dicek
keberadaanya agar langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan.
Uji normalitas ini menggunakan tes satu sampel Kolmogrov-Smirnov