viii
ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU
MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU
Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul
Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.
viii
IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF
EDUCATION
A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency
Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
The purpose of this research is to know whether there is any significant differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.
The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI
PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG
PENDIDIKAN GURU
Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Agatha Carolina Ngo
NIM: 101334047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI
PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG
PENDIDIKAN GURU
Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Agatha Carolina Ngo
NIM: 101334047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya terbaik ini aku persembahkan untuk:
My Saviour Jesus Christ
Santa Agatha
Kedua orang tua ku A. Petrus Ngo dan Emyliana Song
Kakak ku Henny Elfia Maria, Bernardus Thomas Ngo,
dan Olivia Trifina Ngo
v
MOTTO
Karena itu Aku berkata kepadamu:
Apa saja yang kamu minta dan doakan,
Percayalah kamu telah menerimanya,
Maka hal itu akan diberikan padamu. (Markus 11:24)
Kerjakanlah lebih dari yang seharusnya. Berikanlah lebih dari
yang seharusnya. Berusahalah lebih keras dari yang Anda
inginkan. Bidiklah sedikit lebih tinggi dari yang Anda pikir
mungkin, dan panjatkanlah banyak syukur kepada Allah atas
kesehatan, keluarga, dan teman-teman yang Anda miliki. (Art
Linkletter - Buku Pegangan Something Else to Smile About
Halaman 55)
Pegang teguhlah impianmu, karena jika
impian-impiannmu mati, maka hidupmu akan menjadi seperti burung
yang sayapnya patah sehingga tidak dapat terbang. (Langston
Hughes - Buku Pegangan Something Else to Smile About
viii
ABSTRAK
PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU
MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU
Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul
Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.
ix
ABSTRACT
DIFFERENT PERCEPTION OF TEACHERS ON THE
IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF
EDUCATION
A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency
Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
The purpose of this research is to know whether there is any significant
differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.
The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.
The result of this research shows that: 1) there is no significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from their teaching experiences ( = 1,614 < = 3,0922); 2) there is significant difference in
teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from the their levels of
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa Yesus
Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU MENGAJAR
DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU” dengan lancar. Penulis skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penelitian dan
penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu
sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd. M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing, ibu
terima kasih untuk bimbingan dan bantuannya selama ini. Terima kasih
atas kritik dan saran, nasihat, perhatian, serta motivasi yang telah ibu
xi
5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji.
Terima kasih atas saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Fx. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji. Terima kasih atas
saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih untuk ilmu dan pengetahuan
yang sudah bapak/ ibu berikan kepada saya selama kuliah.
8. Seluruh karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih atas bantuan dalam
menyiapkan administrasi selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi
ini.
9. Seluruh Kepala Sekolah dan Bapak/ Ibu Guru kelas X tempat penelitian
(SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon,
SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul)
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan telah
bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Untuk kedua orang tuaku, papi A. Petrus Ngo dan mami Emyliana Song,
untuk kakak-kakakku, ce Henny dan ko Benad yang tidak pernah lelah
memberikan doa, dukungan, semangat, nasihat, perhatian, kasih sayang,
dan materiil. Untuk kakakku, ce Ciyung Olipung saudara seperjuangan
xii
memey selama kita di Jogja. Kalian luar biasa, skripsi ini kupersembahkan
untuk kalian.
11.Seluruh keluarga besar di Samarinda, yang tersayang boqyoh, tante, om,
dan saudara-saudara sepupu ku, terima kasih atas doa, dukungan, dan
semangatnya agar aku cepat lulus kuliah.
12.Untuk Chrizcky Gamas, terima kasih atas doa, motivasi, dan
dukungannya. Semangat, tidak putus asa, dan jangan pernah malas
sungguh sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
13.Untuk sahabat-sahabat terbaik ku, Bela, Novrin, Rhuna, dan Laras, terima
kasih atas suka dukanya selama ini.
14.Untuk sahabat-sahabat seperjuangan ku, Berthin, Mala, Shinta, Andi,
Putro, Bertina, dan Anisa, terima kasih atas segala masukan, kerja sama,
dan proses kita selama menyusun skripsi.
15.Untuk Anne, Bela, dan Berthin yang sudah membantuku, mau
berpanas-panasan ke Bantul dalam melakukan penelitian. Kalian sangat baik.
16.Keluarga besar PAK 2010 kelas A dan yang tersayang kelas B, terima
kasih atas 4 tahun ini yang banyak memberikan kenangan terindah. Aku
sayang kalian.
17.Serta semua pihak yang tidak memungkinkan disebut satu per satu dalam
skripsi ini, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, dan saran
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... ... xiv
DAFTAR TABEL ... ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7
B. Guru ... 9
C. Kurikulum ... 10
D. Kurikulum 2013 ... 14
E. Pengalaman Mengajar ... 28
F. Jenjang Pendidikan Guru ... 29
xv
H. Model Penelitian ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
C. Subyek dan Obyek Penelititian ... 36
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 36
E. Variabel Penelitian ... 38
F. Pengukuran Variabel Penelitian ... 38
G. Teknik Pengumpulan Data ... 45
H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 45
I. Teknik Analisis Data ... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA Negeri 1 Kasihan ... 57
B. SMA Negeri 1 Bantul ... 62
C. SMA Negeri 1 Sewon ... 65
D. SMA Negeri 1 Sedayu ... 69
E. SMA Negeri 1 Jetis. ... 75
F. SMA Negeri 2 Bantul ... 78
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 83
1. Deskripsi Responden Penelitian a) Pengalaman Guru Mengajar ... 84
b) Jenjang Pendidikan Guru ... 84
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 85
a) Pengalaman Guru Mengajar ... 86
b) Jenjang Pendidikan Guru ... 88
xvi
a) Pengujian Normalitas ... 90
b) Pengujian Homogenitas ... 93
C. Pengujian Hipotesis ... 95
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99
1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar ... 99
2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru ... 105
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 109
B. Keterbatasan Penelitian ... 109
C. Saran-saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 113
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah ... 19
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Model Likert ... 43
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 47
Tabel 4.1 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Kasihan Bantul ... 61
Tabel 4.2 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Bantul ... 64
Tabel 4.3 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sewon ... 68
Tabel 4.4 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sedayu ... 74
Tabel 4.5 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Jetis ... 77
Tabel 4.6 Daftar Guru Kelas X SMA N 2 Bantul ... 80
Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 83
Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Guru Mengajar .. ... 84
Tabel 5.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Guru.. ... 85
Tabel 5.4 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 .. .... 85
Tabel 5.5 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar .. ... 86
Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Variabel Pengalaman Guru Mengajar ... 87
Tabel 5.7 Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru .. ... 89
Tabel 5.8 Deskripsi Statistik Variabel Jenjang Pendidikan Guru ... 90
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar) ... 91
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru) ... 92
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Homogenitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar)... 94
xviii
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Anova untuk Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari
Pengalaman Guru Mengajar ... 96 Tabel 5.14 Hasil Pengujian Dua Sampel Independent untuk Perbedaan Persepsi
Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013
xix
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus
dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai implementasi
Kurikulum 2013. Sebab, dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep
tersebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama pelaksana
Kurikulum, mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam
persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat
ini adalah adanya Kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani
anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan
sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada Kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan Kurikulum selalu mengarah
pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena
dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu
adanya revitalisasi Kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi
menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, yang memahami jati
diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di
dunia internasional. Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait
implementasi Kurikulum 2013 sangat marak, tentunya berdasarkan pada
sebagai bagian dari proses pematangan Kurikulum yang sedang disusun.
Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari Kurikulum yang sebelumnya
yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ada berbagai alasan
perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Mohammad Nuh menemukan pasalnya, hasil studi lembaga
survei pendidikan internasional, Trends in International Mathematics and
Science Studies (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2011 tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan
terhadap kemampuan siswa di Indonesia. Selain itu, evaluasi Kurikulum
pendidikan nasional dilakukan karena ada penilaian bahwa Kurikulum
pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. Dari evaluasi nanti diharapkan
bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi (Kompas, 22 Desember
2012). Selain itu, sekolah atau daerah tidak boleh memaksakan pelaksanaan
implementasi Kurikulum 2013 secara mandiri tahun ini jika justru
membebani murid atau orangtua murid, terutama dalam hal pengadaan
buku. Sebelum mandiri, guru perlu dilatih dulu dan buku pun sudah harus
tersedia gratis (Kompas, 2 September 2013).
Dari berbagai tanggapan mengenai implementasi Kurikulum 2013,
pengalaman mengajar seorang guru diduga juga akan berpengaruh terhadap
cara pandang atau persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi
Kurikulum 2013. Persepsi tersebut terbentuk karena adanya pengalaman
yang berbeda mengenai penggunaan Kurikulum. Seorang guru yang baru
Kurikulum 2013 mengingat belum adanya pengalaman mereka di bidang
Kurikulum apabila dibandingkan dengan guru yang sudah dua puluh lima
tahun mengajar. Atau mungkin juga sebaliknya. Dengan kata lain,
pengalaman mengajar seorang guru akan membedakan perilaku keguruan
guru tersebut dengan guru lainnya.
Selain itu, diduga ada perbedaan persepsi guru yang signifikan
terhadap implementasi Kurikulum 2013 juga bisa terjadi karena jenjang
pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai contoh
yang memberikan keleluasaan bagi guru dan sekolah dalam menyusun
Kurikulumnya sendiri dikhawatirkan akan menemui banyak kendala.
Jenjang pendidikan guru salah satunya. Dalam suatu sekolah, ada
kemungkinan besar terdapat guru dengan jenjang pendidikan yang
berbeda-beda (D III, S1, S2, maupun S3). Jenjang pendidikan yang beragam
kemungkinan berdampak pada persepsi antar guru yang berbeda-beda
mengenai implementasi Kurikulum 2013. Karenanya, pemerintah
menetapkan implementasi Kurikulum 2013 tidak lagi disusun oleh para guru
melainkan disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan guna
meringankan beban para guru dan menghindari banyaknya persepsi dari
para guru. Oleh karena itu, semakin tinggi jenjang pendidikan guru diduga
mereka semakin memiliki persepsi yang positif terhadap implementasi
Kurikulum 2013.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa pemahaman dan
karenanya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU
MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU”. Penelitian ini
merupakan penelitian survei pada guru-guru di SMA yang telah
mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.
B. Batasan Masalah
Banyak variabel yang mempengaruhi persepsi guru yang signifikan
terhadap implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini akan memfokuskan
pada variabel pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap
implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru
mengajar?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan
diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang
signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari
pengalaman guru mengajar.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang
signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari
jenjang pendidikan guru.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang bersangkutan :
1. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan
evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan implementasi
Kurikulum 2013 serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan
kualitas pendidikan nasional.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang
3. Bagi Sekolah
Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru
yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013, agar hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berguna dalam
kegiatan proses pembelajaran.
4. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan memberi wawasan baru tentang implementasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Walgito (2005:99), persepsi adalah suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensoris. Stimulus merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam persepsi.
Menurut Leavitt dalam Sobur (2003:445), persepsi (perception)
dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian,
yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas,
hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu
disadari dan dimengerti (Irwanto dkk, 1988:55). Berkaitan dengan
faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan
adanya beberapa faktor, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus
datang dari luar individu.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
diperlukan adanya perhatian sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada suatu atau sekumpulan objek.
Jadi terjadinya persepsi adalah merupakan proses yang
saling beurutan namun dengan kejadian yang singkat, yaitu
mulai objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor, lalu alat indera atau reseptor merupakan alat untuk
menerima stimulus, dan kemudian perhatian sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
B. Guru
1. Pengertian Guru
Undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia No. 14
Tahun 2005 pasal 1 menyatakan bahwa, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
Selanjutnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2
menyatakan, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama
bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena
itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin (Mulyasa,
2007:37)
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru
adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama
dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Persepsi Guru
Perubahan Kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah
yang dikenal dengan Kurikulum 2013 menjadi beban baru bagi guru.
Guru sebagai pelaksana utama dari Kurikulum dituntut untuk lebih
kreatif dalam merancang proses pembelajaran, bahan pelajaran
maupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi
peserta didik. Untuk itu guru harus mempersiapkan diri dengan
matang agar dapat menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satunya
dengan menambah pemahaman dan pengetahuan tentang Kurikulum
2013.
Persepsi guru yang signifikan terhadap Kurikulum 2013 adalah
proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan menginterprestasi
Kurikulum 2013 melalui alat indera dalam hubungannya dengan
Kurikulum 2013.
C. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Alice Miel dalam Wiryokusumo dan Mulyadi (1988:4),
Curriculum in composed of the experiences children undergo, it fallows as a corollary that the curriculum is the result of interaction of a complexity of factors, including the physical environment and the desires, beliefs, knowledge attitudes, and skill of the person served by and serving the school, namely, the learners, communityadults, and educators. Dari pengertian ini, dapat diambil sarinya bahwa
Kurikulum dimaksud meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan dan sikap orang-orang
yang melayani dan dilayani sekolah yaitu anak didik, masyarakat dan
para pendidik. Jadi segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat
dalam memberikan bantuan kepada siswa adalah termasuk ke dalam
Kurikulum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:479),
Kurikulum memiliki arti perangkat mata pelajaran yang diajarkan
pada lembaga pendidikan.
Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil garis besarnya,
bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran, di mana segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat
Kurikulum, sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada
lembaga pendidikan.
2. Fungsi Kurikulum
Menurut Surahmad dalam Nurgiyantoro (1988:6), fungsi
Kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:
a. Fungsi bagi Sekolah yang Berungkutan
Fungsi Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini
paling tidak dapat disebutkan dua macam. Pertama, sebagai alat
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
Manifestasi Kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah adalah berupa program pengajaran. Program pengajaran
itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang kesemuanya dimaksudkan sebagai upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang akan
dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai dart tujuan
pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional.
Jika tujuan instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat
diukur melalui kegiatan belajar mengajar di kelas) pada
gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada jenjang di
atasnya. Setiap Kurikulum sekolah pasti didalamnya tercantum
tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai melalui
untuk mengatur kegiatn-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, telah
ditentukan macam-macam bidang studi, alokasi waktu, pokok
bahasan atau materi pengajaran untuk tiap semester, sumber
bahan, metode atau cara pengajaran, alat dan media pengajaran
yang diperlukan. Di samping itu, Kurikulum juga mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan jenis program cara
penyelenggaraan, strategi pelaksanaan, penanggung jawab,
sarana dan prasarana dan sebagainya.
b. Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya
Dalam hal ini Kurikulum dapat untuk mengontrol atau
memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan
mengetahui Kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka
Kurikulum pada tingkat di atasnya dapat mengadakan
penyesuaian. Misalnya saja, jika suatu bidang studi telah
diberikan pada Kurikulum sekolah di tingkat bawahnya, harus
dipertimbangkan lagi pemilihannya pada Kurikulum, sekolah
tingkatan di atasnya terutama dalam hal pemulihan bahan
pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari keterulangan penyampaian yang bisa berakibat
pemborosan waktu dan yang lebih penting lagi adalah untuk
c. Fungsi bagi Masyarakat
Para tamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun
dimasyarakat atau tugasnya untuk bekerja sesuai dengan
keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu,
Kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan
hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai
keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama
antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal pembenahan
Kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat atau
para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik
atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program
pendidikan di sekolah.
D. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang
siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu Kurikulum disusun
untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran
dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu
diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan
lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik.
2. Tujuan Kurikulum 2013
Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia
untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban dunia.
3. Karakteristik Kurikulum 2013
Dijelaskan pula karakteristik Kurikulum 2013 ini diantaranya adalah:
a. Isi atau konten Kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial
keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata
pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari
peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata
pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan
dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang
pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan
kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing
elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
g. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
(keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama
h. Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena Kurikulum
memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan
memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
i. Mengembangkan keterampilan menerapkan untuk setiap
pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di
sekolah dan masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas
untuk menghilangkan verbalisme.
j. Sederhana dalam struktur Kurikulum, dalam jumlah mata
pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi
memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap dan keterampilan.
4. Struktur Kurikulum 2013
Struktur Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban
belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: mata
pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran
pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama
dikembangkan dalam struktur Kurikulum pendidikan menengah
psikologis peserta didik usia 7-15 tahun maka mata pelajaran pilihan
belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
a. Struktur Kurikulum SMA dan SMK
Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK
maka dikembangkan Kurikulum pendidikan menengah yang
terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran
pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata
pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten
Kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten
serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib
bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan
prinsip bahwa peserta didik adalah subyek dalam belajar dan
mereka memiliki hak untuk memilih sesuai minatnya. Mata
pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta
pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan
ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di
dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.
Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII
masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45
menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok
Tabel 2.1
Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib dan Peminatan
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
6 Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (wajib)
7 Seni Budaya * 2 2 2
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B Per Minggu 24 24 24 Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MA) 18 24 20 24 20 24
Jumlah Mata Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu (SMA/MA)
Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu (SMA/MA) 42 48 44 48 44 48
MATA PELAJARAN Kelas
X XI XII
Kelompok A dan B (wajib) 24 24 24
C Kelompok Peminatan
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam
I
1. Matematika 3 4 4
2. Biologi 3 4 4
3. Fisika 3 4 4
4. Kimia 3 4 4
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
II
1. Geografi 3 4 4
2. Sejarah 3 4 4
3. Sosiologi 3 4 4
4. Ekonomi 3 4 4
III
1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4
4. Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4
Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia per Minggu 66 76 76 Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu 42 44 44
5. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor
sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi
pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu
kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan
perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan
penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia
usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak
produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia
65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan
keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus
globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga
terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh
dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi
International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa
beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal
ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan
di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam Kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan
pola pikir sebagai berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang
dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)
menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta
didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media
lainnya).
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara
jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja
dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh
melalui internet).
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif aktif-mencari semakin
diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran
berbasis alat multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan
potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal
(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
jamak (multidisciplines), dan
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
6. Implementasi Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum adalah usaha bersama antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota (Kemendikbud, 2013).
a. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam mempersiapkan
guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan Kurikulum.
b. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi
pelaksanaan Kurikulum secara nasional.
c. Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan
supervisi dan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum di
propinsi terkait.
d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam
sekolah dalam melaksanakan Kurikulum di kabupaten/kota
terkait.
Strategi implementasi Kurikulum 2013 terdiri atas:
a. Pelaksanaan Kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang
pendidikan yaitu:
1) Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
2) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
3) Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI,
dan XII
b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 –
2015
c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun
2012 – 2014
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi,
dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru)
terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari –
Desember 2013
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk
menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya
7. Pendekatan Penilaian Menurut Kurikulum 2013
Menurut Kurikulum 2013, penilaian yang dilakukan harus
menggunakan pendekatan-pendekatan berikut:
a. Acuan Patokan
Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada aspek
penilaiannya, maka semua kompetensi perlu dinilai dengan
menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil
belajar. Sekolah terlebih dahulu harus menetapkan acuan
patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
b. Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013
Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam
bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan
penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi
yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat
dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)
dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian
hasil/produk).
1) Penilaian Nonformal/Informal
Penilaian nonformal bisa berupa
komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses
pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab
mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau
saat seorang siswa memberikan komentar terhadap
jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti
guru telah melakukan penilaian nonformal/informal
terhadap performansi siswa tersebut.
2) Penilaian Formal
Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari
penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik
pengumpulan informasi yang didesain untuk
mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan
keterampilan siswa. Tidak sama dengan penilaian proses
informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan
yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan
tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan
siswa.
8. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan Kurikulum.
Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun
pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika Kurikulum sudah dinyatakan
sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan
melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur,
pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah
melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan
kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan
melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD,
SMP dan SMA/SMK.
9. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi Kurikulum 2013 dilengkapi dengan buku siswa
dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini
memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian
buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan
pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta
didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum
2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.
Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena
orangtua tidak perlu membeli buku baru.
10. Evaluasi Kurikulum 2013
Pelaksanaan evaluasi implementasi Kurikulum 2013
dilaksanakan sebagai berikut:
a) Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016.
b) Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk
Kurikulum. Evaluasi pelaksanaan Kurikulum diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan
Kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru
menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap
satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di
wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran. Evaluasi
dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP
dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan
untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di
kelas/tahun berikutnya. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke
IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji
efektivitas Kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan
Lulusan (SKL). (Kemendikbud, Pedoman Implementasi
Kurikulum Januari 2013).
E. Pengalaman Guru Mengajar
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:28), pengalaman
adalah sesuatu yang pernah dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan
sebagainya. Pengalaman berasal dari kata ”alam” yang berarti lebih
mengetahui atau tahu benar. Sedangkan menurut Muslich (2007:13),
pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah
dari lembaga berwenang.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengalaman guru mengajar diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah
dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan didapatkan selama guru
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di satuan pendidikan tertentu.
F. Jenjang Pendidikan Guru
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1
ayat (1) Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud
dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang
Nomor 20 Pasal 14 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar merupakan
jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi
sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke
atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi
ataupun memasuki lapangan kerja.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
G. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi
Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar.
Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama
menggeluti pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya.
Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki
kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu
tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan
memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas,
maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru
baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki
kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan
tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan
komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru, dan
sebagainya.
Inti dari semua itu adalah bahwa suatu pengalaman mengajar
ataupun pengetahuan baru dari seseorang yang belum begitu
berpengalaman mengajar, akan menyebabkan perbedaan pandangan
ataupun persepsi akan suatu permasalahan. Perbedaan itu disebabkan
oleh adanya pola berpikir yang berbeda yang disebabkan oleh
pembentukan karakter atas diri guru selama menjalani profesinya.
Suparno dalam Cahyaningsih (2007:35), menguraikan bahwa lama
seorang guru menjalani profesinya akan mempengaruhi cara pandang.
Seorang guru yang sudah dua puluh tahun mengajar akan memandang
Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang merepotkan
mengingat beratnya tugas seorang guru dalam peran sertanya
Kurikulum yang biasanya digunakannya. Akan tetapi dengan
pengalaman yang dimilikinya, hal tersebut akan dapat disesuaikan
dengan mudah. Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan
merupakan produk baru dari dunia kependidikan akan memandang
Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang tepat diaplikasikan
mengingat dengan Kurikulum 2013 seorang guru dapat menyusun
bahan ajar yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan
diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya
pengalaman yang dimiliki, guru baru diduga kurang beradaptasi
dengan cepat dalam perubahan Kurikulum yang terjadi. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Apriyanto (2007) yang menyatakan ada perbedaan persepsi guru
terhadap Kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama
menjalani profesi guru.
Berdasarkan uraian di atas, diduga perubahan Kurikulum 2013
akan mengalami permasalahan yang sama ketika penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hipotesis penelitian sebagai
berikut:
Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap
implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru
2. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi
Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru.
Jenjang pendidikan cukup berpengaruh terhadap persepsi guru
terhadap diberlakukannya Kurikulum 2013. Pandangan guru diduga
akan berbeda pada guru yang mempunyai jenjang pendidikan yang
berbeda. Hal ini disebabkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
oleh seorang guru. Wawasan dan pengetahuan akan berpengaruh pada
pengembangan kreativitas guru dalam mengajar.
Guru yang memiliki jenjang pendidikan rendah diduga akan
kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan melaksanakan
otonomi pengajaran. Guru dengan jenjang pendidikan rendah tidak
mempunyai wawasan yang cukup atau pengetahuan yang luas
dibandingkan dengan guru yang memiliki jenjang pendidikan lebih
tinggi. Mereka tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai saat
menempuh pendidikan serta mengalami kesulitan dalam menelaah isi
Kurikulum 2013 sehingga dalam pelaksanaannya mereka mengalami
kesulitan dalam mengembangkan kreativitas. Sebaliknya guru dengan
jenjang pendidikan lebih tinggi diduga akan lebih mudah dalam
pengembangan kreativitas dan menjalankan otonomi seperti yang
diinginkan dalam Kurikulum. Mereka akan mudah dalam menelaah isi
dari Kurikulum 2013 dan mudah dalam mengimplementasikan
Kurikulum baru. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah
perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum tingkat satuan
pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Sedangkan hasil
pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat
hubungan yang sedang antara jenjang pendidikan guru dengan
persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap
implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang
pendidikan guru.
H. Model Penelitian
[image:57.595.101.514.244.649.2]Model penelitian dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1
Model Penelitian
Keterangan:
= Pengalaman guru mengajar
= Jenjang pendidikan guru
= Persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013
�
�
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian
terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi
yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu,
organisasi, keadaan, ataupun prosedur (Hair dkk dalam Sangadji dan
Sopiah, 2010:21). Jenis penelitian ini tergolong penelitian survei, yaitu
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik
tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun
suatu daerah (Nazir, 2005:56). Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku
pada guru-guru kelas X di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul,
dan SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan
SMA Negeri 2 Bantul yang ada di Kabupaten Bantul sebagai subyek
penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA se-Kabupaten Bantul yang dipilih
Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA
Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 1 Kasihan, SMA
Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA
Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul.
2. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi
guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013,
pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistyo,
2010:22). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA
se-Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan Kurikulum
2013 yaitu SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA
Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan
SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru.
dan SMA Negeri 1 Sewon jumlah guru adalah sebagai berikut: SMA
Negeri 1 Kasihan = 66 guru, SMA Negeri 1 Bantul = 51 guru, dan
SMA Negeri 1 Sewon = 65 guru, SMA Negeri 1 Sedayu = 68 guru,
SMA Negeri 1 Jetis = 50 guru, dan SMA Negeri 2 Bantul = 51 guru.
2. Sampel
Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dinamakan
penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan
hasil penelitian sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru
yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013, yaitu seluruh guru
kelas X (sepuluh).
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan untuk menentukan
perwakilan sekolah menggunakan Purposive Sampling. Sugiyono
(2001:61) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolah yang ditunjuk oleh
Pemerintah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 yaitu
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi akan apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini
melibatkan variabel independen dan variabel dependen sebagai
berikut :
a. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.
b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini
adalah persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi
Kurikulum 2013.
2. Pengukuran Variabel Penelitian
a. Pengukuran variabel persepsi guru yang signifikan terhadap
implementasi Kurikulum 2013 didasarkan pada
indikator-indikatornya. Pengukuran yang digunakan penulis untuk
mengukur variabel ini adalah berupa pernyataan-pernyataan
tentang implementasi Kurikulum 2013. Berikut ini disajikan
tabel operasionalisasi variabel persepsi guru yang signifikan
terhadap implementasi Kurikulum 2013 yang diadopsi dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Monitoring
[image:61.595.103.515.178.601.2]Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap implementasi Kurikulum 2013
Sub variabel Indikator
Pernyataan
Positif Negatif
Fungsi
Kurikulum 2013
1. Membantu siswa mengembangkan
kompetensi dan potensi diri.
2. Pedoman pengaturan kegiatan pendidikan
dan pengajaran.
3. Pedoman bagi guru untuk memperbaiki
situasi mengajar. 1 2 3 Tujuan Kurikulum 2013
1. Mempersiapkan insan Indonesia supaya
memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warganegara yang produktif,
kreatif, inovatif dan efektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
berperadaban dunia.
4, 5, 6 7
Karakteristik
Kurikulum 2013
1. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci
lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan
gambaran secara kategorial mengenai 8
kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan.
3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
pada jenjang pendidikan menengah pada
kemampuan intelektual (kemampuan
kognitif tinggi).
10
Pengembangan
Kurikulum 2013
1. Pola pembelajaran berpusat pada peserta
didik.
2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif.
3. Pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok (berbasis tim).
4. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia.
5. Pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran kritis 11 12 13 15 14 Struktur Kurikulum 2013
1. Pelaksanaan 9 (sembilan) mata pelajaran
wajib dalam implementasi Kurikulum
2013 sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2. Pelaksanaan mata pelajaran pilihan dalam
implementasi Kurikulum 2013 membantu
16
peserta didik dalam mengembangkan <