• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru : survei pada guru-guru di SMA yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru : survei pada guru-guru di SMA yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul."

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.

(2)

viii

IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF

EDUCATION

A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency

Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

The purpose of this research is to know whether there is any significant differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.

The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.

(3)

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG

PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Agatha Carolina Ngo

NIM: 101334047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG

PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Agatha Carolina Ngo

NIM: 101334047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya terbaik ini aku persembahkan untuk:

My Saviour Jesus Christ

Santa Agatha

Kedua orang tua ku A. Petrus Ngo dan Emyliana Song

Kakak ku Henny Elfia Maria, Bernardus Thomas Ngo,

dan Olivia Trifina Ngo

(8)

v

MOTTO

Karena itu Aku berkata kepadamu:

Apa saja yang kamu minta dan doakan,

Percayalah kamu telah menerimanya,

Maka hal itu akan diberikan padamu. (Markus 11:24)

Kerjakanlah lebih dari yang seharusnya. Berikanlah lebih dari

yang seharusnya. Berusahalah lebih keras dari yang Anda

inginkan. Bidiklah sedikit lebih tinggi dari yang Anda pikir

mungkin, dan panjatkanlah banyak syukur kepada Allah atas

kesehatan, keluarga, dan teman-teman yang Anda miliki. (Art

Linkletter - Buku Pegangan Something Else to Smile About

Halaman 55)

Pegang teguhlah impianmu, karena jika

impian-impiannmu mati, maka hidupmu akan menjadi seperti burung

yang sayapnya patah sehingga tidak dapat terbang. (Langston

Hughes - Buku Pegangan Something Else to Smile About

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.

(12)

ix

ABSTRACT

DIFFERENT PERCEPTION OF TEACHERS ON THE

IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF

EDUCATION

A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency

Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

The purpose of this research is to know whether there is any significant

differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.

The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.

The result of this research shows that: 1) there is no significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from their teaching experiences ( = 1,614 < = 3,0922); 2) there is significant difference in

teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from the their levels of

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa Yesus

Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU MENGAJAR

DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU” dengan lancar. Penulis skripsi ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penelitian dan

penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu

sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd. M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.

4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing, ibu

terima kasih untuk bimbingan dan bantuannya selama ini. Terima kasih

atas kritik dan saran, nasihat, perhatian, serta motivasi yang telah ibu

(14)

xi

5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji.

Terima kasih atas saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Fx. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji. Terima kasih atas

saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih untuk ilmu dan pengetahuan

yang sudah bapak/ ibu berikan kepada saya selama kuliah.

8. Seluruh karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih atas bantuan dalam

menyiapkan administrasi selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi

ini.

9. Seluruh Kepala Sekolah dan Bapak/ Ibu Guru kelas X tempat penelitian

(SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon,

SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul)

yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan telah

bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10.Untuk kedua orang tuaku, papi A. Petrus Ngo dan mami Emyliana Song,

untuk kakak-kakakku, ce Henny dan ko Benad yang tidak pernah lelah

memberikan doa, dukungan, semangat, nasihat, perhatian, kasih sayang,

dan materiil. Untuk kakakku, ce Ciyung Olipung saudara seperjuangan

(15)

xii

memey selama kita di Jogja. Kalian luar biasa, skripsi ini kupersembahkan

untuk kalian.

11.Seluruh keluarga besar di Samarinda, yang tersayang boqyoh, tante, om,

dan saudara-saudara sepupu ku, terima kasih atas doa, dukungan, dan

semangatnya agar aku cepat lulus kuliah.

12.Untuk Chrizcky Gamas, terima kasih atas doa, motivasi, dan

dukungannya. Semangat, tidak putus asa, dan jangan pernah malas

sungguh sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Untuk sahabat-sahabat terbaik ku, Bela, Novrin, Rhuna, dan Laras, terima

kasih atas suka dukanya selama ini.

14.Untuk sahabat-sahabat seperjuangan ku, Berthin, Mala, Shinta, Andi,

Putro, Bertina, dan Anisa, terima kasih atas segala masukan, kerja sama,

dan proses kita selama menyusun skripsi.

15.Untuk Anne, Bela, dan Berthin yang sudah membantuku, mau

berpanas-panasan ke Bantul dalam melakukan penelitian. Kalian sangat baik.

16.Keluarga besar PAK 2010 kelas A dan yang tersayang kelas B, terima

kasih atas 4 tahun ini yang banyak memberikan kenangan terindah. Aku

sayang kalian.

17.Serta semua pihak yang tidak memungkinkan disebut satu per satu dalam

skripsi ini, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, dan saran

(16)
(17)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ... xiv

DAFTAR TABEL ... ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7

B. Guru ... 9

C. Kurikulum ... 10

D. Kurikulum 2013 ... 14

E. Pengalaman Mengajar ... 28

F. Jenjang Pendidikan Guru ... 29

(18)

xv

H. Model Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subyek dan Obyek Penelititian ... 36

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 36

E. Variabel Penelitian ... 38

F. Pengukuran Variabel Penelitian ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA Negeri 1 Kasihan ... 57

B. SMA Negeri 1 Bantul ... 62

C. SMA Negeri 1 Sewon ... 65

D. SMA Negeri 1 Sedayu ... 69

E. SMA Negeri 1 Jetis. ... 75

F. SMA Negeri 2 Bantul ... 78

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 83

1. Deskripsi Responden Penelitian a) Pengalaman Guru Mengajar ... 84

b) Jenjang Pendidikan Guru ... 84

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 85

a) Pengalaman Guru Mengajar ... 86

b) Jenjang Pendidikan Guru ... 88

(19)

xvi

a) Pengujian Normalitas ... 90

b) Pengujian Homogenitas ... 93

C. Pengujian Hipotesis ... 95

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar ... 99

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru ... 105

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Keterbatasan Penelitian ... 109

C. Saran-saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah ... 19

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Skala Pengukuran Model Likert ... 43

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 4.1 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Kasihan Bantul ... 61

Tabel 4.2 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Bantul ... 64

Tabel 4.3 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sewon ... 68

Tabel 4.4 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sedayu ... 74

Tabel 4.5 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Jetis ... 77

Tabel 4.6 Daftar Guru Kelas X SMA N 2 Bantul ... 80

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 83

Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Guru Mengajar .. ... 84

Tabel 5.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Guru.. ... 85

Tabel 5.4 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 .. .... 85

Tabel 5.5 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar .. ... 86

Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Variabel Pengalaman Guru Mengajar ... 87

Tabel 5.7 Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru .. ... 89

Tabel 5.8 Deskripsi Statistik Variabel Jenjang Pendidikan Guru ... 90

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar) ... 91

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru) ... 92

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Homogenitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar)... 94

(21)

xviii

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Anova untuk Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Pengalaman Guru Mengajar ... 96 Tabel 5.14 Hasil Pengujian Dua Sampel Independent untuk Perbedaan Persepsi

Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013

(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus

dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai implementasi

Kurikulum 2013. Sebab, dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep

tersebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama pelaksana

Kurikulum, mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam

persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat

ini adalah adanya Kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani

anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan

sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada Kurikulum tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan Kurikulum selalu mengarah

pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena

dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu

adanya revitalisasi Kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi

menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, yang memahami jati

diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di

dunia internasional. Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait

implementasi Kurikulum 2013 sangat marak, tentunya berdasarkan pada

(25)

sebagai bagian dari proses pematangan Kurikulum yang sedang disusun.

Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari Kurikulum yang sebelumnya

yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ada berbagai alasan

perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Mohammad Nuh menemukan pasalnya, hasil studi lembaga

survei pendidikan internasional, Trends in International Mathematics and

Science Studies (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) 2011 tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan

terhadap kemampuan siswa di Indonesia. Selain itu, evaluasi Kurikulum

pendidikan nasional dilakukan karena ada penilaian bahwa Kurikulum

pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. Dari evaluasi nanti diharapkan

bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi (Kompas, 22 Desember

2012). Selain itu, sekolah atau daerah tidak boleh memaksakan pelaksanaan

implementasi Kurikulum 2013 secara mandiri tahun ini jika justru

membebani murid atau orangtua murid, terutama dalam hal pengadaan

buku. Sebelum mandiri, guru perlu dilatih dulu dan buku pun sudah harus

tersedia gratis (Kompas, 2 September 2013).

Dari berbagai tanggapan mengenai implementasi Kurikulum 2013,

pengalaman mengajar seorang guru diduga juga akan berpengaruh terhadap

cara pandang atau persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi

Kurikulum 2013. Persepsi tersebut terbentuk karena adanya pengalaman

yang berbeda mengenai penggunaan Kurikulum. Seorang guru yang baru

(26)

Kurikulum 2013 mengingat belum adanya pengalaman mereka di bidang

Kurikulum apabila dibandingkan dengan guru yang sudah dua puluh lima

tahun mengajar. Atau mungkin juga sebaliknya. Dengan kata lain,

pengalaman mengajar seorang guru akan membedakan perilaku keguruan

guru tersebut dengan guru lainnya.

Selain itu, diduga ada perbedaan persepsi guru yang signifikan

terhadap implementasi Kurikulum 2013 juga bisa terjadi karena jenjang

pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai contoh

yang memberikan keleluasaan bagi guru dan sekolah dalam menyusun

Kurikulumnya sendiri dikhawatirkan akan menemui banyak kendala.

Jenjang pendidikan guru salah satunya. Dalam suatu sekolah, ada

kemungkinan besar terdapat guru dengan jenjang pendidikan yang

berbeda-beda (D III, S1, S2, maupun S3). Jenjang pendidikan yang beragam

kemungkinan berdampak pada persepsi antar guru yang berbeda-beda

mengenai implementasi Kurikulum 2013. Karenanya, pemerintah

menetapkan implementasi Kurikulum 2013 tidak lagi disusun oleh para guru

melainkan disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan guna

meringankan beban para guru dan menghindari banyaknya persepsi dari

para guru. Oleh karena itu, semakin tinggi jenjang pendidikan guru diduga

mereka semakin memiliki persepsi yang positif terhadap implementasi

Kurikulum 2013.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa pemahaman dan

(27)

karenanya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU”. Penelitian ini

merupakan penelitian survei pada guru-guru di SMA yang telah

mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.

B. Batasan Masalah

Banyak variabel yang mempengaruhi persepsi guru yang signifikan

terhadap implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini akan memfokuskan

pada variabel pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru

mengajar?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

(28)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan

diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang

signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari

pengalaman guru mengajar.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang

signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari

jenjang pendidikan guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang bersangkutan :

1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan

evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan implementasi

Kurikulum 2013 serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan

kualitas pendidikan nasional.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang

(29)

3. Bagi Sekolah

Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru

yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013, agar hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berguna dalam

kegiatan proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan,

pengalaman, dan memberi wawasan baru tentang implementasi

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Walgito (2005:99), persepsi adalah suatu proses yang

didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga

disebut proses sensoris. Stimulus merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam persepsi.

Menurut Leavitt dalam Sobur (2003:445), persepsi (perception)

dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat

sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian,

yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas,

hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu

disadari dan dimengerti (Irwanto dkk, 1988:55). Berkaitan dengan

faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan

adanya beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera

atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

(31)

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus

datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat

untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi

diperlukan adanya perhatian sebagai suatu persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan

atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan

kepada suatu atau sekumpulan objek.

Jadi terjadinya persepsi adalah merupakan proses yang

saling beurutan namun dengan kejadian yang singkat, yaitu

mulai objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera

atau reseptor, lalu alat indera atau reseptor merupakan alat untuk

menerima stimulus, dan kemudian perhatian sebagai suatu

persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

(32)

B. Guru

1. Pengertian Guru

Undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia No. 14

Tahun 2005 pasal 1 menyatakan bahwa, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah.

Selanjutnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2

menyatakan, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama

bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena

itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang

mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin (Mulyasa,

2007:37)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru

adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama

(33)

dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran.

2. Persepsi Guru

Perubahan Kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah

yang dikenal dengan Kurikulum 2013 menjadi beban baru bagi guru.

Guru sebagai pelaksana utama dari Kurikulum dituntut untuk lebih

kreatif dalam merancang proses pembelajaran, bahan pelajaran

maupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi

peserta didik. Untuk itu guru harus mempersiapkan diri dengan

matang agar dapat menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satunya

dengan menambah pemahaman dan pengetahuan tentang Kurikulum

2013.

Persepsi guru yang signifikan terhadap Kurikulum 2013 adalah

proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan menginterprestasi

Kurikulum 2013 melalui alat indera dalam hubungannya dengan

Kurikulum 2013.

C. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana

(34)

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Alice Miel dalam Wiryokusumo dan Mulyadi (1988:4),

Curriculum in composed of the experiences children undergo, it fallows as a corollary that the curriculum is the result of interaction of a complexity of factors, including the physical environment and the desires, beliefs, knowledge attitudes, and skill of the person served by and serving the school, namely, the learners, communityadults, and educators. Dari pengertian ini, dapat diambil sarinya bahwa

Kurikulum dimaksud meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,

keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan dan sikap orang-orang

yang melayani dan dilayani sekolah yaitu anak didik, masyarakat dan

para pendidik. Jadi segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat

dalam memberikan bantuan kepada siswa adalah termasuk ke dalam

Kurikulum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:479),

Kurikulum memiliki arti perangkat mata pelajaran yang diajarkan

pada lembaga pendidikan.

Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil garis besarnya,

bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran, di mana segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat

(35)

Kurikulum, sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada

lembaga pendidikan.

2. Fungsi Kurikulum

Menurut Surahmad dalam Nurgiyantoro (1988:6), fungsi

Kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:

a. Fungsi bagi Sekolah yang Berungkutan

Fungsi Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini

paling tidak dapat disebutkan dua macam. Pertama, sebagai alat

untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.

Manifestasi Kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar di

sekolah adalah berupa program pengajaran. Program pengajaran

itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai

komponen yang kesemuanya dimaksudkan sebagai upaya untuk

mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang akan

dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai dart tujuan

pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional.

Jika tujuan instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat

diukur melalui kegiatan belajar mengajar di kelas) pada

gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada jenjang di

atasnya. Setiap Kurikulum sekolah pasti didalamnya tercantum

tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai melalui

(36)

untuk mengatur kegiatn-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan

di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, telah

ditentukan macam-macam bidang studi, alokasi waktu, pokok

bahasan atau materi pengajaran untuk tiap semester, sumber

bahan, metode atau cara pengajaran, alat dan media pengajaran

yang diperlukan. Di samping itu, Kurikulum juga mengatur

hal-hal yang berhubungan dengan jenis program cara

penyelenggaraan, strategi pelaksanaan, penanggung jawab,

sarana dan prasarana dan sebagainya.

b. Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya

Dalam hal ini Kurikulum dapat untuk mengontrol atau

memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan

mengetahui Kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka

Kurikulum pada tingkat di atasnya dapat mengadakan

penyesuaian. Misalnya saja, jika suatu bidang studi telah

diberikan pada Kurikulum sekolah di tingkat bawahnya, harus

dipertimbangkan lagi pemilihannya pada Kurikulum, sekolah

tingkatan di atasnya terutama dalam hal pemulihan bahan

pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk

menghindari keterulangan penyampaian yang bisa berakibat

pemborosan waktu dan yang lebih penting lagi adalah untuk

(37)

c. Fungsi bagi Masyarakat

Para tamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun

dimasyarakat atau tugasnya untuk bekerja sesuai dengan

keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu,

Kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan

hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai

keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama

antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal pembenahan

Kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat atau

para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik

atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program

pendidikan di sekolah.

D. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan, dan

tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang

siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu Kurikulum disusun

untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik

atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,

bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang

(38)

materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran

dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan

pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu

diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan

lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,

memasuki masa depan yang lebih baik.

2. Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia

untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

dan peradaban dunia.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Dijelaskan pula karakteristik Kurikulum 2013 ini diantaranya adalah:

a. Isi atau konten Kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam

bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam

Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial

(39)

keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari

peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata

pelajaran.

c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari

peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata

pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA,

SMK/MAK.

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan

dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang

pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan

kognitif tinggi).

e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing

elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam

Kompetensi Inti.

f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya

(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan

(organisasi horizontal dan vertikal).

g. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap

(keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama

(40)

h. Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena Kurikulum

memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan

memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

i. Mengembangkan keterampilan menerapkan untuk setiap

pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di

sekolah dan masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas

untuk menghilangkan verbalisme.

j. Sederhana dalam struktur Kurikulum, dalam jumlah mata

pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi

memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan

berbagai sikap dan keterampilan.

4. Struktur Kurikulum 2013

Struktur Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban

belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: mata

pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan

pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran

pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka.

Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama

dikembangkan dalam struktur Kurikulum pendidikan menengah

(41)

psikologis peserta didik usia 7-15 tahun maka mata pelajaran pilihan

belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

a. Struktur Kurikulum SMA dan SMK

Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK

maka dikembangkan Kurikulum pendidikan menengah yang

terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran

pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata

pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten

Kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten

serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib

bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan

prinsip bahwa peserta didik adalah subyek dalam belajar dan

mereka memiliki hak untuk memilih sesuai minatnya. Mata

pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta

pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan

ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di

dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.

Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII

masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45

menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok

(42)
[image:42.595.107.513.161.751.2]

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib dan Peminatan

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4

4 Matematika 4 4 4

5 Sejarah Indonesia 2 2 2

6 Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (wajib)

7 Seni Budaya * 2 2 2

8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3

9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B Per Minggu 24 24 24 Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MA) 18 24 20 24 20 24

Jumlah Mata Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu (SMA/MA)

Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu (SMA/MA) 42 48 44 48 44 48

MATA PELAJARAN Kelas

X XI XII

Kelompok A dan B (wajib) 24 24 24

C Kelompok Peminatan

Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam

I

1. Matematika 3 4 4

2. Biologi 3 4 4

3. Fisika 3 4 4

4. Kimia 3 4 4

Peminatan Ilmu-ilmu Sosial

II

1. Geografi 3 4 4

2. Sejarah 3 4 4

3. Sosiologi 3 4 4

4. Ekonomi 3 4 4

(43)

III

1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4

3. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4

4. Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia per Minggu 66 76 76 Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu 42 44 44

5. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi

pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu

kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar

pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan

perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan

penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia

usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak

produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia

65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan

mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya

(44)

adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia

usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan

menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan

keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus

globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah

lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi,

kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan

pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan

menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan

tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan

modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization

(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga

terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh

dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi

bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi

International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa

(45)

beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal

ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan

di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam Kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan

pola pikir sebagai berikut:

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi

pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik

harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang

dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik)

menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta

didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media

lainnya).

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara

jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja

dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh

melalui internet).

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran

aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif aktif-mencari semakin

diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis

(46)

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran

berbasis alat multimedia.

7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan

pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan

potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal

(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan

jamak (multidisciplines), dan

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

6. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum adalah usaha bersama antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah

daerah kabupaten/kota (Kemendikbud, 2013).

a. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam mempersiapkan

guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan Kurikulum.

b. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi

pelaksanaan Kurikulum secara nasional.

c. Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan

supervisi dan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum di

propinsi terkait.

d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam

(47)

sekolah dalam melaksanakan Kurikulum di kabupaten/kota

terkait.

Strategi implementasi Kurikulum 2013 terdiri atas:

a. Pelaksanaan Kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang

pendidikan yaitu:

1) Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

2) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI

3) Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI,

dan XII

b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 –

2015

c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun

2012 – 2014

d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi,

dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru)

terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari –

Desember 2013

e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk

menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya

(48)

7. Pendekatan Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Menurut Kurikulum 2013, penilaian yang dilakukan harus

menggunakan pendekatan-pendekatan berikut:

a. Acuan Patokan

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada aspek

penilaiannya, maka semua kompetensi perlu dinilai dengan

menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil

belajar. Sekolah terlebih dahulu harus menetapkan acuan

patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

b. Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013

Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam

bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan

penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi

yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi

baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat

dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses)

dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian

hasil/produk).

1) Penilaian Nonformal/Informal

Penilaian nonformal bisa berupa

komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses

pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab

(49)

mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau

saat seorang siswa memberikan komentar terhadap

jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti

guru telah melakukan penilaian nonformal/informal

terhadap performansi siswa tersebut.

2) Penilaian Formal

Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari

penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik

pengumpulan informasi yang didesain untuk

mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan

keterampilan siswa. Tidak sama dengan penilaian proses

informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan

yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan

tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan

siswa.

8. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK

Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan Kurikulum.

Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun

pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika Kurikulum sudah dinyatakan

sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan

melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur,

(50)

pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah

melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan

kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan

melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD,

SMP dan SMA/SMK.

9. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru

Implementasi Kurikulum 2013 dilengkapi dengan buku siswa

dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini

memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian

buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan

pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta

didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum

2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.

Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena

orangtua tidak perlu membeli buku baru.

10. Evaluasi Kurikulum 2013

Pelaksanaan evaluasi implementasi Kurikulum 2013

dilaksanakan sebagai berikut:

a) Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016.

b) Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk

(51)

Kurikulum. Evaluasi pelaksanaan Kurikulum diselenggarakan

dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan

Kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru

menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap

satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di

wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran. Evaluasi

dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP

dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan

untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di

kelas/tahun berikutnya. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke

IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji

efektivitas Kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan

Lulusan (SKL). (Kemendikbud, Pedoman Implementasi

Kurikulum Januari 2013).

E. Pengalaman Guru Mengajar

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:28), pengalaman

adalah sesuatu yang pernah dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan

sebagainya. Pengalaman berasal dari kata ”alam” yang berarti lebih

mengetahui atau tahu benar. Sedangkan menurut Muslich (2007:13),

pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan

tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan

(52)

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari

komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah

dari lembaga berwenang.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengalaman guru mengajar diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah

dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan didapatkan selama guru

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di satuan pendidikan tertentu.

F. Jenjang Pendidikan Guru

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1

ayat (1) Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud

dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang

Nomor 20 Pasal 14 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar merupakan

jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

(53)

(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah

Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain

yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi

sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke

atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi

ataupun memasuki lapangan kerja.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,

spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan

ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi

Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar.

Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama

(54)

menggeluti pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya.

Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki

kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu

tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan

memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas,

maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru

baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki

kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan

tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan

komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru, dan

sebagainya.

Inti dari semua itu adalah bahwa suatu pengalaman mengajar

ataupun pengetahuan baru dari seseorang yang belum begitu

berpengalaman mengajar, akan menyebabkan perbedaan pandangan

ataupun persepsi akan suatu permasalahan. Perbedaan itu disebabkan

oleh adanya pola berpikir yang berbeda yang disebabkan oleh

pembentukan karakter atas diri guru selama menjalani profesinya.

Suparno dalam Cahyaningsih (2007:35), menguraikan bahwa lama

seorang guru menjalani profesinya akan mempengaruhi cara pandang.

Seorang guru yang sudah dua puluh tahun mengajar akan memandang

Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang merepotkan

mengingat beratnya tugas seorang guru dalam peran sertanya

(55)

Kurikulum yang biasanya digunakannya. Akan tetapi dengan

pengalaman yang dimilikinya, hal tersebut akan dapat disesuaikan

dengan mudah. Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan

merupakan produk baru dari dunia kependidikan akan memandang

Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang tepat diaplikasikan

mengingat dengan Kurikulum 2013 seorang guru dapat menyusun

bahan ajar yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan

diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya

pengalaman yang dimiliki, guru baru diduga kurang beradaptasi

dengan cepat dalam perubahan Kurikulum yang terjadi. Hal ini

diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh

Apriyanto (2007) yang menyatakan ada perbedaan persepsi guru

terhadap Kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama

menjalani profesi guru.

Berdasarkan uraian di atas, diduga perubahan Kurikulum 2013

akan mengalami permasalahan yang sama ketika penerapan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hipotesis penelitian sebagai

berikut:

Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru

(56)

2. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi

Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru.

Jenjang pendidikan cukup berpengaruh terhadap persepsi guru

terhadap diberlakukannya Kurikulum 2013. Pandangan guru diduga

akan berbeda pada guru yang mempunyai jenjang pendidikan yang

berbeda. Hal ini disebabkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki

oleh seorang guru. Wawasan dan pengetahuan akan berpengaruh pada

pengembangan kreativitas guru dalam mengajar.

Guru yang memiliki jenjang pendidikan rendah diduga akan

kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan melaksanakan

otonomi pengajaran. Guru dengan jenjang pendidikan rendah tidak

mempunyai wawasan yang cukup atau pengetahuan yang luas

dibandingkan dengan guru yang memiliki jenjang pendidikan lebih

tinggi. Mereka tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai saat

menempuh pendidikan serta mengalami kesulitan dalam menelaah isi

Kurikulum 2013 sehingga dalam pelaksanaannya mereka mengalami

kesulitan dalam mengembangkan kreativitas. Sebaliknya guru dengan

jenjang pendidikan lebih tinggi diduga akan lebih mudah dalam

pengembangan kreativitas dan menjalankan otonomi seperti yang

diinginkan dalam Kurikulum. Mereka akan mudah dalam menelaah isi

dari Kurikulum 2013 dan mudah dalam mengimplementasikan

Kurikulum baru. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah

(57)

perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Sedangkan hasil

pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat

hubungan yang sedang antara jenjang pendidikan guru dengan

persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang

pendidikan guru.

H. Model Penelitian

[image:57.595.101.514.244.649.2]

Model penelitian dalam penilitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1

Model Penelitian

Keterangan:

= Pengalaman guru mengajar

= Jenjang pendidikan guru

= Persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian

terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi

yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu,

organisasi, keadaan, ataupun prosedur (Hair dkk dalam Sangadji dan

Sopiah, 2010:21). Jenis penelitian ini tergolong penelitian survei, yaitu

penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik

tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun

suatu daerah (Nazir, 2005:56). Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku

pada guru-guru kelas X di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul,

dan SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan

SMA Negeri 2 Bantul yang ada di Kabupaten Bantul sebagai subyek

penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA se-Kabupaten Bantul yang dipilih

(59)

Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA

Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 1 Kasihan, SMA

Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA

Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi

guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013,

pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistyo,

2010:22). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA

se-Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan Kurikulum

2013 yaitu SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA

Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan

SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru.

(60)

dan SMA Negeri 1 Sewon jumlah guru adalah sebagai berikut: SMA

Negeri 1 Kasihan = 66 guru, SMA Negeri 1 Bantul = 51 guru, dan

SMA Negeri 1 Sewon = 65 guru, SMA Negeri 1 Sedayu = 68 guru,

SMA Negeri 1 Jetis = 50 guru, dan SMA Negeri 2 Bantul = 51 guru.

2. Sampel

Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari

populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan

hasil penelitian sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru

yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013, yaitu seluruh guru

kelas X (sepuluh).

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan untuk menentukan

perwakilan sekolah menggunakan Purposive Sampling. Sugiyono

(2001:61) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolah yang ditunjuk oleh

Pemerintah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 yaitu

(61)

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi akan apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini

melibatkan variabel independen dan variabel dependen sebagai

berikut :

a. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini

adalah pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.

b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini

adalah persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi

Kurikulum 2013.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

a. Pengukuran variabel persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 didasarkan pada

indikator-indikatornya. Pengukuran yang digunakan penulis untuk

mengukur variabel ini adalah berupa pernyataan-pernyataan

tentang implementasi Kurikulum 2013. Berikut ini disajikan

tabel operasionalisasi variabel persepsi guru yang signifikan

terhadap implementasi Kurikulum 2013 yang diadopsi dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Monitoring

[image:61.595.103.515.178.601.2]
(62)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap implementasi Kurikulum 2013

Sub variabel Indikator

Pernyataan

Positif Negatif

Fungsi

Kurikulum 2013

1. Membantu siswa mengembangkan

kompetensi dan potensi diri.

2. Pedoman pengaturan kegiatan pendidikan

dan pengajaran.

3. Pedoman bagi guru untuk memperbaiki

situasi mengajar. 1 2 3 Tujuan Kurikulum 2013

1. Mempersiapkan insan Indonesia supaya

memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warganegara yang produktif,

kreatif, inovatif dan efektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan

berperadaban dunia.

4, 5, 6 7

Karakteristik

Kurikulum 2013

1. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci

lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar

(KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan

gambaran secara kategorial mengenai 8

(63)

kompetensi dalam aspek sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan.

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

pada jenjang pendidikan menengah pada

kemampuan intelektual (kemampuan

kognitif tinggi).

10

Pengembangan

Kurikulum 2013

1. Pola pembelajaran berpusat pada peserta

didik.

2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran

interaktif.

3. Pola belajar sendiri menjadi belajar

kelompok (berbasis tim).

4. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi

pembelajaran berbasis alat multimedia.

5. Pola pembelajaran pasif menjadi

pembelajaran kritis 11 12 13 15 14 Struktur Kurikulum 2013

1. Pelaksanaan 9 (sembilan) mata pelajaran

wajib dalam implementasi Kurikulum

2013 sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

2. Pelaksanaan mata pelajaran pilihan dalam

implementasi Kurikulum 2013 membantu

16

(64)

peserta didik dalam mengembangkan <

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran
Gambar 2.1 Model Penelitian
tabel operasionalisasi variabel persepsi guru yang signifikan
Tabel 3.2 Skala Pengukuran Model Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

(peNakilan tetap) dari berbagai negara anggota van8 berasal dari organissi ini telah berkenb g Misinisinya, Pada unuhnva, scbagai. p€nghnbug &amp;taJa negara negara

Promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan kemampuan masyarakat ber-perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

[r]

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Through this game, I have learnt more about “how to make and accept apologies”.. (Tick any box that corresponds to

 SK Tim Pengembang Kurikulum ( Tim pengembang kurikulum satuan pendidikan terdiri atas tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dapat

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 keluarga poligami (dalam hal ini suami yang memiliki dua istri), dengan demikian subyek dalam penelitian ini terdiri dari