• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

10.1

Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya

Penataan ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak

penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau masyarakat menjadi

faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran dan manfaat yang akan dicapai.

Selama ini upaya pengelolaan penataan ruang cenderung hanya dari atas (top down), bukan

dari bawah, dengan melibatkan masyarakat, hal ini merupakan fakta, karena ketersediaan

dana berada pada sistem anggaran pemerintah, begitu pula halnya dengan mekanisme

penyelenggaraannya.

Kelibatan masyarakat masih terbatas pada tahap “pemenuhan persyaratan” atau formalitas saja, dan kalau kemudian akan muncul keseragaman produk, itu karena

mengabaikan keberagaman karakteristik wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga

produk tersebut kurang bisa memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani.

Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan ruang dipandang

sebagai proses demokratisasi, karenanya penataan ruang harus sudah dianggap dan

merupakan hak seluruh warga masyarakat, karena langsung bersentuhan dengan kehidupan

masyarakat. Pada era otonomi dan desentralisasi, memberikan ruang yang lebih leluasa

kepada pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelenggarakannya.

Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di

semua tingkatan, dikeluarkan Keppres Nomor 62 Tahun 2000 Tentang Koordinasi Penataan

Ruang Nasional (BKPRN) dan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 147 Tahun

2004 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah dengan Pembentukan Badan

Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

BKPRN mengkoordinasikan penyelenggaraan Penataan Ruang Nasional agar

sejalan dengan RTRWN, dengan terbentuknya BKPRD akan membantu Gubemur, dan

Bupati/ Walikota dalam merumuskan kebijakan Penataan Ruang di wilayah masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD Kabupaten Tangerang bertanggung jawab

kepada Bupati dalam menyelenggarakan fungsi Penataan Ruang sebagaimana tersebut di

ASPEK KELEMBAGAAN

(2)

Hal X-2

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

atas dengan melibatkan/peran serta masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat

(PSM) dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah, maupun Peraturan Pemerintah

Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara

PSM dalam Penataan Ruang. Kepala daerah selaku penanngung jawab dari BKPRD, memiliki

tugas sebagai berikut:

a. Menentukan arah pengembangan wilayah secara terpadu;

b. Mengatur dan menyelenggarakan koordinasi menyusunan rencana tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. Mengatur tugas dan kewajiban instansi terkait dalam penyusunan rencana tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

d. Menetapkan proses dan prosedur administrasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan

penataan ruang.

Sedangkan kewajiban Kepala Daerah selaku Ketua BKPRD meliputi:

a. Mengumumkan rancangan penyusunan RTR, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang;

b. Menerima saran dan pendapat masyarakat dalam penetapan RTR;

c. Menetapkan RTR;

d. Memasyarakatkan RTR dan mengirim kepada instansi terkait;

e. Membina masyarakat dalam penyelenggaraan RTR dengan menegakkan ketentuan yang

diatur dalam RTR.

Pola hubungan dan kewenangan antara Pusat dengan Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan sejalan dengan pelaksanaan Undang

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004, secara

mendasar akan mempengaruhi bahkan merubah sistem dalam penyelenggaraan Penataan

Ruang, termasuk sistem kelembagaannya.

Begitu pula halnya dengan kewenangan Provinsi terhadap Kabupaten/Kota, hal

ini sehubungan dengan otonomi daerah dengan menitik beratkan pada Daerah Kabupaten

dan Kota, yang akan mempunyai kewenangan yang jauh lebih besar dalam pengelolaan

(3)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

10.2

Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Perangkat kelembagaan dibidang pembangunan dan pengembangan perumahan

dan kawasan permukiman, merupakan satu kesatuan sistem kelembagaan untuk

mewujudkan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman secara berencana,

terarah dan perpadu, baik itu yang berfungsi sebagai pemegang kebijaksanaan, pembinaan

dan pengaturan pada berbagai tingkat pemerintahan, maupun lembaga-lembaga pelaksana

pembangunan di sektor pemerintah dan swasta.

Hal lain yang juga berhubungan dengan kelembagaan ini adalah pengembangan

unsur-unsur pelaksana pembangunan yang harus lebih dikembangkan lagi, khususnya

kelembagaan pada tingkat daerah, baik itu yang bersifat formal maupun non-formal yang

dapat mendukung swadaya masyarakat dalam bidang perumahan dan permukiman.

Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui beberapa OPD terkait dalam

pembangunan infrastruktur di daerah melaksanakan program-program yang dijabarkan dari

visi dan misi Pemerintah Kabupaten. Adapun struktur OPD sesuai dengan Perda No. 8 tahun

2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah antara lain terdiri dari :

a. Sekretariat Daerah;

b. Sekretariat DPRD;

c. Inspektorat Kabupaten;

d. Badan Kepegawaian Daerah;

e. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

f. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu ( BP2T )

g. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

h. Dinas Pendapatan Daerah

i. Satuan Polisi Pamong Praja;

j. Dinas Daerah yang meliputi :

1. Dinas Pendidikan ;

2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Kesejahteraan Sosial;

4. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata.

5. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

6. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

7. Dinas Bina Marga dan Pengairan

8. Dinas Tata Ruang

(4)

Hal X-4

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

10.Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

11.Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

12.Dinas Perikanan dan Kelautan;

13.Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

14.Dinas Pertanian dan Peternakan;

15.Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman

16.Dinas Penanggulangan Bencana dan Kebakaran

k. Lembaga Teknis Daerah yang meliputi :

1. Badan Lingkungan Hidup Daerah;

2. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan;

3. Badan Penanaman Modal Daerah;

4. Badan Ketahanan Pangan, Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat ;

5. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

6. Kantor Perpustakaan Daerah;

7. Kantor Arsip Daerah;

8. Rumah Sakit Umum Daerah;

l. Kecamatan

m.Kelurahan

(5)
(6)

Hal X-6

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

(7)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Berdasarkan evaluasi saat ini organisasi perangkat daerah masih terdapat

beberapa permasalahan. Adapun permasalahan terkait penataan kelembagaan perangkat

daerah ini adalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Bagaimana menjadikan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Perangkat Daerah

menjadi efektif dan efisien.

b. Bagaimana mengurangi tumpang tindihnya kewenangan antar satuan kerja perangkat

Daerah (SKPD) serta mempertajam fungsi-fungsi tiap SKPD.

c. Bagaimana mengakomodasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan potensi,

kebutuhan dan karakteristik daerah.

A. Dasar-dasar pengembangan kelembagaan pengelolaan pembangunan dan

pengembangan perumahan dan kawasan permukiman

Pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukima di Kabupaten Tangerang perlu didukung oleh aspek kelembagaan

pengelola yang memadai, yang tentunya akan disesuaikan dengan kondisi permasalahan

dalam pelaksanaannya di lapangan serta kondisi organisasi pemerintah Kabupaten

Tangerang. Aspek kelembagaan pengelolaan ini akan terkait dengan 4 (empat) hal

sebagai berikut :

a. Revitalisasi SKPD/lembaga/badan yang telah ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten

Tangerang.

b. Pola pembagian peran stakeholder kegiatan pembangunan perumahan dan

permukiman untuk mengoptimalkan upaya partisipasi seluruh pelaku pembangunan

di bidang perumahan dan permukiman Kabupaten Tangerang.

c. Tata laksana program pembangunan dan peningkatan perumahan dan permukiman

Kabupaten Tangerang.

d. Sistem dan pola pendanaan penyelenggaraan kegiatan perumahan dan permukiman

Kabupaten Tangerang termasuk didalamnya pengenalan model pembiayaan Badan

Pengelola perumahan dan permukiman melalui pola Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD).

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ke-empat aspek kelembagaan yang tersebut di

(8)

Hal X-8

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

a. Revitalisasi SKPD/ Lembaga/ Badan sebagai Badan Pengelola

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Visi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah untuk mewujudkan

mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, merata, berkeadilan dan berdaya

saing menuju masyarakat madani.

Dengan melaksanakan 4 (empat) misi utama, yaitu:

1. Terwujudnya perumahan dan permukiman yang layak dan bebas kumuh pada

tahun 2033;

2. Terdorongnya pertumbuhan wilayah perkotaan sebagai akibat pengembangan

permukiman;

3. Pembangunan permukiman yang sesuai dengan prinsip pembangunan

berwawasan lingkungan, berkelanjutan dan kelestarian alam untuk memenuhi

prinsip penataan ruang;

4. Pembangunan permukiman yang didukung oleh kesiapan dan kerjasama

kelembagaan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam kerangka otonomi

daerah yang menciptakan si nergi pembangunan antar pelaku.

b.Kelembagaan Pelaku (stakeholder) Pembangunan Perumahan

Kompleksitas permasalahan penanganan pembangunan perumahan dan permukiman

khususnya dalam pengadaan, pengembangan dan pembangunan memerlukan

koordinasi yang baik diantara seluruh pelaku yang terlibat, dalam seluruh proses

pelaksanaannya. Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) prinsip kerjasama dalam

pengembangan kelembagaan dalam bidang perumahan dan permukiman, yaitu:

1. Sinergi dan kemitraan, yaitu para pelaku kegiatan perumahan dan

permukiman dituntut untuk berbagi peran dan fungsi di dalam penyelenggaraan

perumahan dan permukiman.

2. Partisipatif, yaitu melalui pelibatan seluruh pelaku di bidang tersebut, yang

merupakan pengembangan dari tiga unsur utama pelaku pembangunan, yaitu :

pemerintah, swasta dan masyarakat.

3. Bersifat holistik (multisektoral dan multidimensional), yaitu dengan

didukung oleh struktur organisasi, administrasi dan mekanisme kerja lembaga

yang terkait dengan masalah permbangunan perumahan dan permukiman. Selain

itu didukung pula oleh faktor perundang-undangan atau peraturan daerah yang

(9)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Pembagian peran dan fungsi setiap pelaku pembangunan perumahan dan

permukiman, dirinci berdasarkan unsur-unsur stakeholder yang terlibat didalamnya,

adalah sebagai berikut :

Unsur Pemerintah

 Bappeda Kab.Tangerang:

 Mengkoordinasikan keseluruhan rencana pelaksanaan pembangunan di bidang

perumahan dan permukiman.

 Bina Program Pemerintah Kab.Tangerang:

 Menetapkan program dan alokasi pembiayaan program

 Mendukung proses penyiapan anggaran bersama komisi anggaran DPRD

 Dinas Cipta Karya; Dinas Tata Ruang; BP2T; BPN:

 Menyiapkan usulan kegiatan, biaya dan jadwal tiap program  Menetapkan mekanisme pelaksanaan anggaran dan pembangunan

 Menyiapkan pedoman umum pelaksanaan pembangunan perumahan dan

permukiman

 Ikut membantu pengawasan dan pengendalian

 PDAM; PLN; Telkom:

 Penyediaan sarana dan prasarana permukiman

 Memberikan petunjuk / pedoman penyiapan program dan pembiayaan yang

akan dibiayai oleh pemerintah daerah

 Membantu kegiatan pengawasan dan pengendalian

Unsur Swasta

 BTN / Perbankan; REI; Appersi :

 Memfasilitasi kelancaran penempatan rumah melalui penyediaan dan

pengelolaan KPR serta mengkoordinasi pelaksanaan konstruksi rumah

 BUMD dan Perusahaan Swasta Lokal:

 Membantu menyediakan dana bridging bagi penyediaan perumahan dan

permukiman kota

 Membantu menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman

(10)

Hal X-10

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Konsultan pembangunan:

 Memberikan bantuan teknis dan administratif program pembangunan  Melakukan pendampingan komprehensif kepada masyarakat

Unsur Masyarakat

 DPRD:

 Bersama-sama pemerintah, menyusun rencana anggaran untuk pembangunan

perumahan dan permukiman.

 Membantu menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian pembangunan

 Masyarakat dan Kelompok Swadaya Masyarakat:

 Menjadi subyek pembangunan perumahan dan permukiman, merencanakan,

melaksanakan program dan mengevaluasi pelaksanaannya secara mandiri.  Mengorganisir secara mandiri pelaksanaan pembangunan perumahan di

tingkat lokal.

 Tenaga Penggerak Masyarakat (TPM):

 Menjadi motivator, mediator dan kader masyarakat yang dapat melanjutkan

tugas-tugas dan fungsi konsultan pembangunan pasca program / proyek.

c. Kelembagaan Tata Laksana Pengelolaan Pembangunan & Pengembangan

Tata laksana pengelolaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman pada dasarnya akan mencakup sistem dan mekanisme yang

mengatur penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang

berupa:

1. Peraturan Tata Hukum dan Perundang-undangan terkait bidang perumahan dan

permukiman.

2. Pedoman-pedoman teknis pembangunan perumahan.

3. Sistem dan tata nilai lain yang berlaku di masyarakat

Tata laksana pembangunan perumahan dan permukiman disusun dan diarahkan bagi

seluruh proses dan unsur yang ada dalam pembangunan perumahan dan

permukiman, dengan pendekatan unsur pembangunan yang berasal dari sisi

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan serta pemeliharaan pasca

program. Seperti model Pengembangan Kelembagaan Tatalaksana pembangunan

(11)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

d.Kelembagaan Pembiayaan/Pendanaan Pembangunan Perumahan dan

Kawasan Permukiman Kabupaten Tangerang

Dalam rangka pembangunnan kawasan perumahan skala besar diperlukan suatu

kebijaksanaan pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman

secara terpadu, yang mengkaitkan seluruh komponen dan mekanisme pelaksanaan

operasional pembiayaan, meliputi pengerahan pengumpulan, serta pemupukan dana;

peran lembaga keuangan bidang perumahan/permukiman; serta pengelolaan dan

pemanfaatan dana untuk mencapai tujuan-tujuan pokok dalam pembangunan

perumahan/permukiman.

Kebijakan perumahan dan permukiman yang menyeluruh mencakup arahan-arahan

kebijakan yang terkait dengan pengadaan tanah, prasarana lingkungan dan fasilitas

sosial; budaya dan ekonomi; penyediaaan dan pemanfaatan rumah; penentuan

sasaran masyarakat yang dilayani; serta penentuan target program fisik yang harus

dikerjakan. Kebijaksanaan yang menyeluruh tersebut harus didukung oleh

kebijaksanaan lintas sektoral dan keterpaduan antara Dinas dan Instansi yang terkait

dengan perumahan dan permukiman, yang diterapkan melalui suatu sistem

pembiayaan perumahan dan permukiman yang menyeluruh dan terpadu.

kebijakan-kebijakan pendukung pelaksanaan pembangunan perumahan dan

(12)

Hal X-12

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Kebijaksanaan di bidang pengelolaan  Kebijaksanaan di bidang sistem informasi

 Kebijaksanaan di bidang pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan

dan permukiman

 Kebijaksanaan di bidang peningkatan dan pengembangan industri konstruksi dan

bahan bangunan

 Kebijaksanaan di bidang agraria dan pertanahan

 Kebijaksanaan yang menyangkut peningkatan partisipasi dan peran serta

masyarakat

 Kebijaksanaan di bidang ekonomi, keuangan dan industri

Kebijakan yang paling mendasar dan menjadi barometer keberhasilan pembangunan

perumahan dan permukiman adalah kebijakan yang terkait dengan penetapan

kerangka sistem pembiayaan serta pengembangannya. Biaya pembangunan sektor

perumahan dan permukiman umumnya berasal dari :  Dana Anggaran Pembangunan Pemerintah

 Pinjaman dari sektor perbankan  Pinjaman Luar Negeri

 Dana Swadaya Masyarakat

Terkait dengan pengembangan kawasan permukiman skala besar, dana anggaran

pembangunan pemerintah lebih diarahkan untuk membiayai sarana dan prasarana

dasar serta fasilitas umum lingkungan permukiman. Sedangkan biaya pengadaan

lahan, pembangunan perumahan dan fasilitas komersial dapat berasal dari anggaran

pemerintah (umumnya bersifat stimulan), pinjaman sektor perbankan dan dana

(13)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

 Bantuan Teknis (Perencanaan, Perancangan, dll)

 Pengadaan PSU

BLUD  Penyediaan Tanah dan PSU Program Teknis  Komponen Penanganan

 Pengadaan PSU

BPN  Meningkatkan Status Lahan Program Non Teknis

 Pendidikan

 Pelatihan, dll

 Pengembangan Sumber Daya Manusia

Masyarakat  Pengadaan Rumah

Swasta  Sumber Modal Dana Bergulir

Bank  Kredit Pinjaman Pembangunan Rumah

B.Bentuk Lembaga Pendanaan Pembangunan Perumahan

Lembaga-lembaga keuangan khusus yang diperlukan dalam menunjang pembangunan

perumahan antara lain dapat berupa:

1) Lembaga berbentuk usaha bersama dan bersifat kooperatif.

Kegiatan utamanya adalah menyelenggarakan simpanan / tabungan anggota kelompok

yang berusaha bersama di bidang perumahan, selain itu akan memberikan pinjaman

ke anggotanya untuk memugar atau membangun rumah secara bertahap.

2) Bank Tabungan Pembangunan Perumahan

Bank Tabungan Pembangunan Perumahan merupakan bank yang menerima dana dari

masyarakat yang akan membangun, membeli atau yang akan memperbaiki rumahnya,

melalui Kredit Kepemilikan Rumah. Bank ini memiliki fungsi utama menerima tabungan

perumahan berdasarkan suatu perjanjian khusus antara bank dan nasabah, tabungan

(14)

Hal X-14

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

3) Bank Hipotik Perumahan

Bank hipotik memberi kredit jangka panjang dengan jaminan benda-benda tak

bergerak berupa rumah dan tanah. Bank hipotik memperoleh dana baru untuk

membayar kredit-kredit yang diberikan dengan menerbitkan surat-surat pinjaman

jangka panjang berupa obligasi komunal dan surat berharga lainnya. Bank Hipotik

dapat mengeluarkan atau mengedarkan jenis obligasi tertentu guna menghimpun dana

kembali dari masyarakat. Bila hasil pengumpulan dana dari masyarakat dimaksudkan

untuk membiayai pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, maka

Pemerintah daerah harus memberi jaminan pembayaran kembali atas obligasi yang

dijual kepada masyarakat.

Kredit diberikan kepada :

1. Pemerintah daerah yang akan membangunan perumahan untuk masyarakat

berpenghasilan rendah (MBR) yang akan dijual dengan harga murah.

2. Perusahaan Pembangunan Perumahan atau kontraktor yang membangun

perumahan.

3. Sektor industri penunjang pembangunan perumahan seperti industri bahan

bangunan.

4) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan BLU

merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan.

Dasar hukum BLU adalah :

1. UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;

2. PP No. 23/2005 tentang PK BLU;

3. PP No. 58/2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

4. Permendagri No.61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

5. PMK No. 07/PMK.02/2006 tentang Persyaratan Adm Dalam Rangka Pengusulan

(15)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6. PMK No. 08/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada

BLU;

7. PMK No. 09/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewas pada BLU;

8. PMK No. 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat

Pengelola, Dewas, dan Pengawai BLU;

9. PMK No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan,

dan Perubahan RBA, serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLU

10. PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi dan PK BLU

11. PMK No.197/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Revisi DIPA untuk satuan kerja BLU

12. PMK No. 44/PMK.05/2009 tentang RBA serta Pelaksanaan Anggaran BLU

Gambar

Tabel 10.1 Sumber-Sumber Pendanaan Pembangunan Perumahan

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial masing-masing varibel memiliki hubungan dan pengaruh, namun dalam penelitian ini variabel penerapan teknologi berpengaruh paling besar terhadap

pemecahan masalah termasuk salah satu keterampilan yang harus dikuasai di abad 21 (PISA 2012). Dengan demikian sudah seharusnya pembelajaran fisika di kelas diharapkan tidak

Saat sebuah sistem operasi mengirimkan data kepada hard drive untuk direkam, drive tersebut memproses data tersebut menggunakan sebuah formula matematikal yang kompleks yang

Setelah berhasil membuat pompa hidram, dan melakukan pelatihan kepada masyarakat serta mahasiswa, selanjutnya akan dibuat prototipe pompa hidram yang ke dua. Prototipe

Tujuan pembuatan proyek akhir ini adalah membuat aplikasi yang mampu melakukan kombinasi dan perhitungan harga dalam pemilihan paket audio mobil dengan menggunakan metode

Sejalan dengan pemaparan tersebut dan berdasarkan hasil refleksi yang dilaksanakan, ternyata pemberian layanan konseling perorangan dengan pendekatan behavioral

1) Perubahan peruntukkan wakaf hak milik tidak dibenarkan, disebabkan apa yang telah diwakafkan boleh dijual atau dirubah peruntukkannya apabila wakaf tersebut

Sektor pertanian yang merupakan kontributor terbesar dalam PDRB Kalimantan Tengah, pada triwulan I-2011 mengalami kontraksi dengan pertumbuhan -0,28 persen dibanding triwulan yang