Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrsi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh Frisca Wulandari NIM 6661120044
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Dan barang siapa yang berjihad,
maka sesuungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri,
sesungguhnya Allan Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari
Semesta Alam” (Al-Ankabut:06).
Persembahan :
Aku persembahkan cinta dan sayangku
kepada Orang tua ku,
adik ku, keluarga besarku, dan
teman-temanku
Dosen Pembimbing II: Maulana Yusuf, M.Si.
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya masalah, yaitu: Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang yang kurang berjalan dengan baik, kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan, masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional, serta kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan kendaraan dinas operasional di Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori Manajemen Aset Daerah yang dikemukakan oleh Doli D. Siregar dan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, sementara analisis yang digunakan adalah model Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen aset kendaraan dinas operasional Pemerintahan Kabupaten Tangerang kurang baik, hal ini dapat dilihat dalam proses administrasi pada kendaraan dinas operasional, serta melengkapi dokumen kepemilikan dari kendaraan dinas operasional. Saran yang dapat diberikan adalah melengkapi setiap dokumen yang dimiliki pada kendaraan dinas operasional, memberikan sanksi tegas untuk para pegawai maupun pejabat yang menyalahi aturan dalam menggunakan kendaran dinas operasional, serta merekrut pegawai yang kompeten dalam bidangnya sehingga lebih memudahkan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam menyajikan data secara valid.
Tirtayasa University. 2017. Advisor 1: G. Ismanto, M. M., advisor 2: Maulana Yusuf, M. Si.
The background of this research is based on following problems such as the process of goods inventorying of the Tangerang local government is not going properly, the lack of supervising in local goods on operational service transportation of the Tangerang local government since the distribution of operational service transportation is done according to the job position, the lack of security in local goods on operational service transportation which is done by Tangerang local government, and the lack human resource quantity of Local Government Finance and Asset Agency in organizing the application of SIMDA local goods of the Tangerang local government.This research aimed to describe the organization of operational service transportation of the Tangerang local government. This research used the theory of the local asset management which is stated by Doli Siregar and qualitative approach using descriptive method. The technique of data collecting used are interviewing, observing, and documentating. Whereas the analysis used is Miles & Huberman model. The result of the research shows that local asset management of operational service transportation of Tangerang local government is not proper. It can be seen in the process of administration of operational service transportation and the completeness of ownership document of operational service transportation. The beneficial suggestions for the supervisor are completing the document of operational service transportation, giving distinct sanction to the employee even the functionary who trespass the regulation in using operational service transportation, and recruiting the competent employee in his field so that it can be easier for the Tangerang local government to provide the valid data.
i
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabuppaten
Tangerang”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya, yang semata-mata muncul karena keterbatasan
waktu dan materi. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati
penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
guna memberikan input kepada penulis untuk dapat membuat karya tulis
selanjutnya yang lebih baik.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya pihak-pihak
yang telah memberikan pengajaran, dukungan serta bantuan baik moril maupun
materil demi kelancaran skripsi ini. Untuk itu penuis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Bapak Prof. Dr. Soleh
Hidayat, M.Pd.
2. Dekan FISIP Untirta yakni Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si,
3. Wakil Dekan I FISIP Untirta yakni Ibu Rahmawati, M.Si, yang juga
selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan arahan dan
masukan kepada peneliti.
ii
Listyaningsih, M.Si., yang memberikan saya kemudahan dalam
melaksanakan penelitian.
7. Dr. Dirlanudin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik saya di
Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta.
8. Bapak G.Ismanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah
memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.
9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang
telah memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.
10. Kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(BPKAD)
Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan saya untuk melakukan
penelitiaan skripsi ini, dan memberikan bantuan berupa data-data yang
saya butuhkan dalam penyusunan proposal skripsi.
11. Kepada Keluargaku, Mama, Papa, Adikku, Sepupu-sepupuku, Paman dan
Bibi yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, pengertian,
semangat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk saya dalam
iii
suka maupun duka.
Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis meminta maaf kepada
pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Dan semoga
seluruh oihak yang mendukung penulis, mendapatkan rahmat dan senantiasa beraa
didalam lindungan Allah SWT. Terimakasih atas semua pihak yang selalu
mendukung dan memberikan dorongan semangat dan doa yang tidak pernah
putus.
Akhir kata dengan segala harapan dan kerendahan hati penulis berharap
agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat serta memberikan sumbangsih bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Serang, Maret 2016
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……… i
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR………....iv
DAFTAR ISI .………..v
DAFTAR TABEL .………... ...viii
DAFTAR GAMBAR……….. ..….ix
DAFTAR LAMPIRAN………xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 24
1.3 Batasan Masalah ... 24
1.4 Rumusan Masalah ... 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 59
2.3 Kerangka Berpikir... 62
2.4 Asumsi Dasar ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 67
3.2 Fokus Penelitian ... 68
3.3 Lokasi Penelitian ... 68
3.4 Fenomena yang Diamati ... 69
3.4.1 Definisi Konsep ... 69
3.4.2 Definisi Operasional ... 69
3.5 Instrumen Penelitian ... 70
3.6 Informan Penelitian... 71
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 74
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ...…74
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………83
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara………83
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Kelapa Gading...…...……….84
4.2. Informan Penelitian……….………91
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data……….………..94
4.4 PembahasanHasil Penelitian………...………95
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian………..……….143
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……….148
5.2 Saran……….…..149
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel 1.1 Data Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut Tahun 2015……….…7
Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Angkutan Sampah Tahun 2015 ... ..9
Tabel 1.3 Data Lokasi dan Perkiraan Volume Sampah yang BelumTerlayani di Kecamatan Kelapa Gading ... 10
Tabel 3.1 Daftar Informan... 73
Tabel 3.2 PedomanWawancara ... 76
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian... 82
Tabel 4.1 Daftar Informan ……...…..93
Halaman
Gambar 1.1 Pihak-pihak pemerintah DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam
mengelola sampah ... 6
Gambar 1.2 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan mandiri…... 13
Gambar 1.3 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan mandiri…... 14
Gambar 1.4 TPS liar... 15
Gambar 1.5 TPS liar... 16
Gambar 2.1 Model analisis kebijakan ... 35
Gambar 2.2 Model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier... 45
Gambar 2.3 Kerangka berpikir... 65
Gambar 3.1 Siklus teknik analisis data menurut Miles dan Huberman ... 80
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kecamatan Kelapa Gading…... .87
Gambar 4.2 Pola Penyelenggaran Pemerintah Kecamatan Kelapa Gading...…… 90
Gambar 4.3 Berita Acara penyitaan OTT bulan Agustus..……….……..…105
Gambar 4.4 Berita Acara penyitaan OTT bulan Oktober ……….………..106
Gambar 4.5 Laporan hasil persidangan………...107
Halaman
Lampiran 1 Perda Nomor 3 Tahun 2103 tentang Pengelolaan Sampah
Lampiran 2 Instruksi Gubernur Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penerapan
Pengelolaan Sampah Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Nomor
117 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Pada
Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Umum Wawancara
Lampiran 2 Transkip dan Koding Data
Lampiran 2 Member check
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
1 1.1.Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan suatu kepastiaan yang tidak dapat dipungkiri
dan sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat tren glonalisasi. Otonomi daerah
memiliki suatu keterkaitan yang tinggi dengan peran pemerintah daerah dalam
pembangunan daerahnya, dan peran pemerintah pusat tidak terlalu besar. Dalam
pembiayaan pembangunan daerahnya, tentunya pemerintah daerah dituntut untuk
bekerja keras agar dapat mandiri dalam pembiyaan sebagian besar anggaran
pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat
mengoptimalisasikan sumber-sumber penerimaan daerah, termasuk melakukan
optimalisasi aset daerah dalam pemanfaatan sumber ekonomi daerah sebagai
pemasukan potensial bagi kas daerah.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah lainnya.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan maupun pelayanan masyarakat.
Misi utama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
daerah dan Undang-Undang Nmor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bukan sekedar
keinginan untuk melimpahkan kewenagan dan pembiayaan dari Pemerintah Pusat
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan untuk masyarakat atas
dasar desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus menjadi acuan dalam
proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses pengelolaan
keuangan Pemerintah Daerah pada khususnya.
Pada era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang
lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya
yaitu untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), selain itu
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong adanya inovasi.
Jadi, dengan adanya kewenangan tersebut Pemerintah Daerah, diharapkan
lebihmampu menggali sumber-sumber yang berpotensi.
Kemudian, dalam mengelola aset daerah, Pemerintah Daerah harus
menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu
memberikan kontribusi optimal bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
Aset Daerah sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor
kekayaan daerah atau barang milik daerah. Dengan demikian barang milik daerah
atau aset daerah atau kekayaan daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah dalam rangka
mendukung pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
salah satunya berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan.
Penerimaan hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan dapat
berupa penjualan perusahaan Milik Daerah (BUMD), penjualan aset milik
pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi
penyertaan modal pemerintah daerah. Oleh karena barang milik daerah atau aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), maka harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan merupakan sumber
daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
karena apabila aset dikelola dengan baik maka dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus dapat menunjang peran
dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada
masyarakat.
Pengertian aset menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi serta sosial di masa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Permendagri No. 17 Tahun 2007 mengartikan aset daerah adalah barang
daerah. Barang daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun
dikuasai yang berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak beserta
bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung,
diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali surat dan
surat berharga lainnya..
Pengelolaan aset daerah merupakan salah satu dari kunci keberhasilan
pengelolaan ekonomi daerah. Pentingnya pengelolaan aset secara tepat dan
berdayaguna, dengan didasari prinsip pengelolaan yang efisien dan efektif
diharapkan akan mampu memberi kekuatan kepada Pemerintah Daerah untuk
membiayai pembangunan daerahnya. Pengelolaan aset negara yang profesional
dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan
mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari
masyarakat.
Pengelola aset daerah selanjutnya disebut pengelola adalah pejabat yang
daerah. Pembantu pengelola barang milik daerah disebut pembantu pengelola
adalah pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan
pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan kerja perangkat daerah.
Manfaat pengelolaan Barang Milik Daerah adalah guna meningkatkan
pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan, meningkatkan
manajemen resiko yaitu menganalisis kemungkinan dan konsekuensi dari
kegagalan aset dan meningkatkan efisiensi keuangan.
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan aset daerah (municipal asset
management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian
inventarisasi aset (Wardhana, 2005:7). Karena inventarisasi aset ini merupakan
hal yang sangat penting di dalam siklus pengelolaan aset. Aset tetap sebagai
komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya harus
dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna, sehingga berdampak
positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan aset tidak hanya dibuat begitu saja namun juga
dipertangungjawabkan dengan membuat Laporan Hasil Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD) yang mana LKPD ini dibuat oleh masing-masing daerah untuk
dapat diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan agar dapat
dipertanggungjawabkan. Sejak tahun 2004 BPK melakukan pemberian penilaian
dari hasil laporan yang dibuat oleh setiap daerah, dan BPK dalam hal ini menjadi
tim penilai sekailigus tim pemeriksa laporan tersebut. Penilaian yang diberikan
Sebagai gambaran, dijajaran pemerintah daerah, menyusun laporan
keuangan memerlukan perjuangan ekstra. Kelemahan dalam sistem pengendalian
intern dan keterbatasan sumber daya manusia yang paham akuntansi
pemerintahan sebagai penyebabnya. Keruwetan semakin menjadi karena
ditunggangi kepentingan politik legislatif dan eksekutif dalam penggunaan
anggaran yang cenderung menabrak aturan. Atas semua itu laporan keuangan
harus tetap disajikan secara akuntabel. Ini bukan hal yang mudah.
Pengelolaan aset daerah selama ini telah berjalan, namun belum terlaksana
sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang
maksimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang ditemui di
pemerintahan daerah dengan beragam masalah yang ada. Masalah dalam
pengelolaan aset juga dirasakan oleh Pemerintahan Kabupaten Tangerang.
Penilaian Opini BPK yang telah berjalan sejak tahun 2004 dimana
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mendapatkan Opini Penilaian BPK dalam
hal Laporan Hasil Pekerjaan (LHP), dan pada tahun 2004 hingga tahun 2007
Kabupaten Tangerang mendapatkan opini penilaian Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) dikarenakan banyak kekuaran yang dinilai oleh BPK sekalu penilai dalam
hal pelaporan yang telah diberikan oleh Kabupaten Tangerang.
Pada awal diadakan Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu, opini Wajar Dengan
itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang berusaha
dan memiliki suatu keinginan kuat untuk meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) yang diwujudkan dalam dukungan komitmen pimpinan yang konkret dan
konsisten. Dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang mengadakan tuntutan terciptanya tranparansi dan
akuntabilitas publik pada era keterbukaan informasi saat ini. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Hidayat selaku Kepala Bidang Akuntasi Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daereh (BPKAD) Kabupaten Tangerang.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Febuari 2016, pukul 10.00 WIB).
Strategi yang dibuat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga pada
tahun 2008 Kabupaten Tangerang berhasil mendapatkan opini penilaian BPK
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tujuh kali berturut–turut
hingga tahun 2014.
Namun dengan adanya opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang,
selama tujuh kali berturut-turut, tidak dapat atau belum cukup untuk membuktikan
bahwa manajemen pengelolaan aset Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah baik,
hal ini dikarenakan BPK hanya memeriksa dari segi Laporan Keuangannya saja.
Hal ini dapat dilihat dari daftar aset kendaraan oprasional Pemerintah Kabupaten
Tabel 1.1
Daftar Kondisi Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014
No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan
1. Dump Truck 178
2. Jeep 23
3. Kendaraan Bermotor Beroda Tiga Lain-lain 131
4. Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Lain-lain 14
5. Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya 5
6. Kendaraan Bermotor khusus Lain-lain 9
7. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain 47
8. Micro Bus (Penumpang 15-30) 6
9. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 479
10. Mobil Ambulance 80
11. Mobil Jenazah 2
12. Mobil Kendaraan Bermotor Penumpang Lain-lain 29
13. Mobil Pemadam Kebakaran 19
14. Mobil Tangki 9
15. Mobil Tinja 3
16. Mobil Unit Kesehatan Hewan 1
17. Mobil Unit Kesehatan Masyarakat 1
18. Mobil Unit Pameran 1
19. Mobil Unit Penerangan 1
20. Mobil Unit Perpustakaan Keliling 7
21. Mobil Unit Visual Mini (Muviani) Darat 1
22. Mobil Workshop 2
(Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan hasil observasi awal dan berdasarkan data yang ditemukan
oleh peneliti pada 17 Maret 2016, di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(BPKAD) Kabupaten Tangerang, maka peneliti menemukan beberapa masalah
Pertama,Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan oleh
adanya pencatatan aset kendaraan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang belum
berjalan dengan baik.
Gambar 1.1
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi Kondisi
Kendaraan Keterangan
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Hal ini, dapat dibuktikan di dalam daftar kendaraan operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, menyebutkan bahwa masih banyak kendaraan
operasional yang tidak ada bentuk fisiknya, seperti yang terjadi di Kecamatan
Gunungkaler, ditemukan Sembilan kendaraan oprasional yang tidak dapat
ditemukan fisiknya, namun terdapat dalam daftar kendaraan operasional
Gunungkaler ditemukan pula kendaraan dinas operasional milik Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menegah yang tidak ditemukan fisiknya, namun tercatat
pada daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang,
seperti pada gambar dibawah ini ;
Gambar 1.2
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang.
SUZUKI B 1093 NQN Baik Tidak Di
ketemukan
SUZUKI B 8423 CQ Baik Tidak Di
ketemukan Fisiknya
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy Hidayat selaku Bagian Inventaris
BPKAD Kabupaten Tangerang dan Berdasarkan Data Kendaraan Operasional
Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Wawancara dilakukan pada Tanggal 26
April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).
Kedua, Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan
Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian
Tabel 1.2
Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Daerah
No. Jabatan Jenis Jum. Kapasitas Mesin
1. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan/SUV 1 2.000 cc/3.500 cc 2. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan 1 2.000 cc
3. E.selon IIa dan yang setingkat SUV 1 2.500 cc 4 Eselon IIb dan yang setingkat SUV 1 2.000 cc 5. Eselon III dan yang setingkat,
(Sumber : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri).
Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh belum optimalnya pendistribusian
kendaraan dinas operasional dikalangan Pemerintah Kabupaten Tangerang sesuai
dengan prosedur diatas atau prosedur Kendaraan Oprasional Menurut PMK
Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang
Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan
di Dalam Negeri. Dimana, didalam peraturan tersebut terdapat penjelasan tentang
standar barang dan standar kebutuhan Barang Milik Negara berupa alat angkut
beberapa SKPD yang telah peneliti temukan pada Pemerintah Kabupaten
Tangerang yaitu, salah satunya pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tangerang, dimana terdapat Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT)
Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang
menggunakan jenis mobil MPV dengan kapasitas mesin 2.500 cc, padahal
seharusnya Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro,
Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang, menggunakan mobil berjenis MPV
dengan kapasitas mesin 1.500cc. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy
Hidayat selaku Bagian Inventaris BPKAD Kabupaten Tangerang. (Wawancara
dilakukan pada Tanggal 26 April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul
09.00 WIB).
Ketiga, Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang
dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
Hal ini dapat dibuktikan dengan gambar dibawah ini ;
Gambar 1.3
Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikas i
Nomor Polisi Kondisi Keterangan
Dinas Kesehatan Mobil Ambulance Isuzu A 9937 A Baik Tidak ada BPKB Dinas Kesehatan
Sepeda Motor Yamaha B5652 CQ Baik
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Dimana dalam daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014, disana masih terdapat kendaraan-kendaraan operasional
milik SKPD Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Kesehatan yang tidak memiliki
dokumen kepemilikan seperti BPKB kendaraan, seperti satu mobil ambulan dan
tiga sepeda motor yang tidak memiliki BPKB kendaraan. Berdasarkan Data
Kendaraan Operasional Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Data diperoleh pada
Tanggal 17 Maret 2014, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).
Keempat, kurangnya jumlah pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dibidang aset dalam mengelola aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten. Hal ini dapat dilihat pada
bagian aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah
Kabupaten, yang hanya memiliki 4 (empat) pegawai untuk mengelola Barang
Milik Daerah Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari 29 kecamatan, dan 254
Desa. Dimana setiap 1 (satu) orangnya dibebankan kurang lebih 17 SKPD. Hal ini
tentunya memiliki dampak pada pengelolaan maupun pembaharuan data Barang
Milik Daerah, dan kurangnya pengawasan dan Pengendalian pada Pemerintah Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor
Suzuki
B 6118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor
Honda
B 5118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor
Suzuki Smash
B 6489 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor
Suzuki Smash
B 6411 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kec. Jayanti Sepeda Motor
Honda
Kabupaten Tangerang. (Berdasarkan Observasi yang dilakukan Peneliti pada
tanggal 4 Januari 2016 di Badan Pengelolaan BPKAD Kabupaten Tangerang).
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk memperoleh
gambaran lebih jauh tentang Manajemen Aset Pemerintah Kabupaten
Tanngerang. Maka judul yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah:
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang”.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan
proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut ;
a. Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik.
b. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian
Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.
c. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan
Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
d. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas berfokus pada Manajemen Aset Kendaraan
Dinas Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014.
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka masalah
penelitian dapat dirumuskan adalah :
Bagaimana Manajemen Aset Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014?
1.5.Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Kabupaten Tangerang.
1.6.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun
secara teoritis.
Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis
maupun sebagai referensi atau bahan masukan berkaitan mengenai Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
Manfaat Teoritis
1. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan pengetahuan,
yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, khususnya tentang Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
2. Penelitian Lebih lanjut
Hasil dari penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan refrensi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI DASAR PENELITI
2.1 Deskripsi Teori
Dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat, namun di
Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset pemerintah daerah
sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah. Manajemen aset
pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi; inventarisasi aset,
legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan SIMA
(Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan tersebut adalah saling
berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. (Doli D.Siregar: 2004)
2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan
daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.
(Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 2).
1. Definisi
a. Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh
b. Barang milik Daerah adalah semua barang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
c. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2020:174), BMD terdiri dari: 1)
barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/
pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Barang yang dimiliki Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik daerah yang
dipisahkana adalah barang daerah yang pengelolaannya berada pada
Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang
anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah dan Badan Usaha
Milik Daerah.
2. Ruang Lingkup
Barang Milik Negara/ Daerah meliputi:
1. Barang yang diberi atau diperoleh atas beban APBN/D.
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksana dari perjanjian/ kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan keputusan pengadilan yang
3. Pengelolaan
Pengelolaan aset/ barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan atas
fungsional, kepastian hokum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai (pasal 3 PP No. 6 Tahun 2006).
Lingkup pengelolaan aset/barang daerah meliputi:
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian. (Peraturan Pemerintah N0.6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah).
2.1.2 Definisi Manajemen
Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001:19)
mengemukakan sebagai berikut:
“Management involve getting things done thourgh and with people”.
(Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang
dilakukan melalui dan cara dengan orang-orang lain).
Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha
memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas wewenang,
Selain itu, Tom Degenaars expert PBB yang diperbantukan pada
Lembaga Administrasi Negara Tahun 1978-1979 dalam Hadayaningrat
(2001:19) memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
“Management is defined as a process dealing with a guided group activity and based on distinc objectives which have to be achievied by the involment of human and non-human resources”. (Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan yang jelas yang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber tenaga manusia dan bukan tenaga manusia).
Dalam definisi ini, manajemen dititikberatkan pada bimbingan
kegiatan kelompok. Dalam pencapaian tujuan kelompok ini penggunaan
sumbe daya manusia adalah sangat penting, sekalipun sumber-sumber daya
lainnya tidak boleh diabaikan.
Sedangkan George R.Terry dalam Hadayaningrat (2001:20)
memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
Dalam definisi ini manajemen dipandang sebagai suatu proses mulai
dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
sampai pada pengawasan.
Dengan demikian, dari beberapa definisi manajemen diatas maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen suatu proses pengambilan keputusan
yang dilakukan dari atasan kepada bawahan dengan menggunakan
pemanfaatan sumber-sumber daya organisasi secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2.1 Asas Asas Manajemen.
Asas (prinsip) merupakan suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan.
Asas-asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya
permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang
mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar ilmu bidang tersebut.
Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak.
Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaaan
khusu dari keadaan yang berubah-ubah.
Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesa
yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan dan konsisten.
Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat
mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam
semakin besar. Manajer secara beralasan dapat meramalkan hasil-hasil
usaha kegiatan-kegiatannya.
Menurut Henry Fayol (Fayol dalam Hasibuan, 2009:9) asas-asas
umum manajemen adalah sebagai berikut:
1. Divixion of work(asas pembagian kerja)
Asas ini sangat penting, karena adanya limit faktor, artinya adanyya
keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua
pekerjaan, yaitu:
a. Keterbatasan waktu
b. Keterbatasan pengetahuan
c. Keterbatasan kemampuan
d. Keterbatasan perhatian
Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian
pekerjaaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan pembagian
kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada bidang teknis
maupun pada bidang kepemipinan. Asas pembagian kerja ini mutlak harus
diadakan pada setiap organisasi karena tanpa pembagian kerja berarti tidak
ada organisasi dan kerjasama diantara anggotanya. Dengan pembagian keraj
maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi tercapinya
2. Authority and responsibility
Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung
jawab antara atasan dan bawahan : wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab. Misalnya wewenang sebesar X maka tanggung jawab
pun sebesar X. Wewenang (authority) menimbulkan “hak”, sedangkan
tanggung jawab menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban
adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan bawhan.
3. Discipline
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.
4. Unity of Command
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah
dari seorang atasan dan bertanggung jawab kepada seorang atasan
pula. Tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu karena jika seorang
bawahan diperintahkan oleh beberapa orang atasan maka ia akan
binggung.
5. Unity of Direction
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana,
arah, kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang
sama. Unity of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan
Unity of Directionbersangkutan dengan seluruh perusahaan.
6. Subordination of Individual Interst into Genaral Interst
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan
bersama (organisasi), diatas kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan
kantor sehari-hari harus diutamakan dari pekerjaan sendiri.
7. Remuneration of Personal
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus
adil, wajar dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan
kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
8. Centralization
Setiap organisasi harus memiliki pusat wewenang, artinya wewenang
itu dipusatkan atau dibagi-dibagi tanpa mengabaikan situasi-situasi
khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan.
Centralizationini sifatnya dalam arti relative, bukan asbolut (mutlak).
9. Scalar of Chain (Hierarchy)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas kebawah
harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan
dengan jarak terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari
jabatan tertingggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
Asas ini dibagi atas material order dan sosial order, artinya keteraturan
dan ketertiban barang-barang atau alat-alat organisasi perusahaan
harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya jangan disimpan
dirumah. Sosial order artinya penempatan karyawan harus sesuai
dengan keahlian atau bidang spesialisanya.
11.Eguity
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam
memberikan gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi
perintah-perintah atasan dan gairah kerja. Jika tidak adil bawahan akan malas
dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan perintah atasannya.
12.Initiative
Menurut asas ini, seorang pemimpin harus memberikan dorongan
kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif dengan
memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan
menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
13.Espirit de Corps (Asas Kesatuan)
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina
melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujudnya
kekeompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai
bawahannya sedemikian rupa supaya karyawan merasa ikut memiliki
perusahaan itu.
14.Stability of Turn-over Personel (Kestabilan jabatan perusahaan)
Menurut asas ini, pemimpin perusahaan harus berusaha agar mutasi
dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering karena akan
mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biaya-biaya semakin besar,
dan perusahaan tidak mendapat karyawan berpengalaman. Pemimpin
harus berusaha agar setiap karyawan betah bekerja sampai pensiunnya.
Jika karyawan sering berhenti perlu manajer menyelidiki
penyebabnya. (Fayol dalam Hasibuan, 2009:9)
Kesimpulannya bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang
memberikan dasar pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan problem,
pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi kebutuhan, dan
keadaaan-kedaaan khusus. Jadi tidak semua asa tersebut dapat berlaku.
2.1.2.2 Tujuan Manajemen.
Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannnya berupa materi dan non materi dari hasil
kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba atau
Pengertian antara tujuan (objective) dengan sasaran (goals)
mempunyai perbedaan yang gradual saja. Tujuan maknannya hasil yang
umum (generalis), sedangkan sasaran berarti hasil khusus (spesialis).
Tujuan adalah suatu hasil yang ingin dicapai melalui proses manajemen.
Tujuan adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang jelas,
serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer (G.R.Terry
dalam Hasibuan 2009:17). Jadi mencangkup empat pokok yaitu: 1. Tujuan,
2. Skop, 3. Kepastian, 4. Arah.
Tujuan yang dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan),
akrena itu hendaknya tujuan ditetapkan “jelas, realitis, dan cukup
menantang” untuk diperjuangkan berdasarkan pada potensi yang dimiliki.
Jika tujuan jelas, realitas dan cukup menantang maka usaha untuk
mencapinya cukup besar. Sebaliknya, jika ditetapkan terlalu mudah atau
terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi semangat
keja karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realitas dan
cukup menantang untuk dicapinya.
Menurut Hasibuan (2009:17) tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari
beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
1. Menurut tipe-tipenya, tujuan dibagi atas :
a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi
b. Service objectives, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang
baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen.
c. Social objectives, bertujuan meningkatkan niali guna yang
diciptakan perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat.
d. Personal objectives, bertujuan agar para karyawan secara
individual economic, social psychological mendapat kepuasan di
bidang pekerjaaannnya dalam perusahaan.
2. Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan primer
b. Tujuan sekunder
c. Tujuan individual
d. Tujuan sosial
3. Menurut jangka waktunya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan jangka panjang
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan jangka pendek
4. Menurut sifatnya, tujuan dibagi atas:
a. Management objectives, tujuuan dari segi efektif yang harus
ditimbulkan oleh manajer.
b. Management objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya atau
c. Administratives objectives, tujuan-tujuan yang pencapainnya
memerlukan administrasi.
d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi untuk
pencapinnya.
e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab,terutama tanggung
jawab moral.
f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja, dan
detail karya.
g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi
kerampungan suatu pekerjaan.
5. Menurut tingkatnya, tujuan dibagi atas:
a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta (generalis)
yang harus dicapi oleh badan usaha secara keseluruhan.
b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
divisi.
c. Departement objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
noleh masing-masing bagian.
d. Sectional objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
setiap seksi.
e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
f. Individual objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
masing-masing individu.
Kesimpulan bahwa tujuan merupakan hal terjadinya proses
manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus
ditetapkan secara jelas, realistis, dan cukup menantang berdasarkan analisis
data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada.
2.1.3 Definisi Aset.
Untuk memperjelas pengertian aset, berikut ini dikemukakan beberapa
definisi mengenai aset atau aktiva yang diperoleh dari berbagai sumber. Aset berasal
dari kosa kata bahasa Inggris “asset”secara umum atinya adalah barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai
yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha atau individu (perorangan).
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historisdan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh, serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek management & valuation aset
diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki secara sahdan mampu meningkatkan nilai dan
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI, 2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historis dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh, serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek aset diartikan sebagai sesuatu
yang dimiliki secara sahdan mampu meningkatkan nilai dan pengembangan sumber
daya.
Menurut Doli D. Siregar (2004), dijelaskan pengertian tentang “aset”
berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan tiga aspek
pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur seperti berikut
ini:
1. Sumber daya alam adalah semua aset alam yang dapat digunakan dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat pada
manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat digunakan
sebagai sarana untk kehidupan manusia dan sebagai sarana untuk
dengan maksimal, baik untuk saat ini maupun keberlanjutannya
dimasa yang akan datang.
Aset negara adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan negara
(HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak yang dimiliki,
dikuasai oleh instansi PEmerintah, yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan yang sah,
tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan kekayan
Pemerintah Daerah. (Doli Siregar Manajemen Aset 2004: 179).
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara atau kekayaan negara”
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia, No.
KEP.225/MK/V/4/1971470/kmk.01/1994, bahwa yang dimaksud aset negara adalah
barang miliki/kekayaan negara yang meliputi barang tidak bergerak (tanah dan atau
bangunan) dan barang bergerak (inventaris):
1. Yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban APBN serta dari
perolehan lain yang sah;
2. Yang dimiliki/dikuasi oleh instansi pemerintah, lembaga pemerintah non
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan otorita.
3. Tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan dan dikelola BUMN
Hidayat (2012: 4) berpendapat bahwa:
“Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, terdiri dari benda tidak berwujud maupun yang berwujud, yang tercakup dalam aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan”.
Niswonger, et al. (1994: 55) mengatakan: “Setiap barang fisis
(berwujud) atau hak (tak berwujud) yang mempunyai nilai uang adalah
aktiva”.
Menurut FASB (Financial Accounting Standards Board), dalam
Statement of Financial Accounting Concepts no. 6, Elements of Financial
Statements (Brownlee, et al., 2001: 121), dikemukakan bahwa:
“Asset are the economic resourch that a company: 1) has acquired the right to (as a results of transaction or other event that has already occurred), and 2) that are likely to contribute ti future net cash inflows. The common characteristic possessed by all assets and economic resources is “service potential” or “future economic benefit”, the capacity to provide services or benefits to entities that use them. In a business enterprise, that service potential or future economic benefit eventually results in net cash inflows to the enterprise.”
Menurut Siregar (2004: 178), pengertian aset secara umum adalah:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang memiliki nilai ekonomi
(economic value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan
badan usaha, isntansi atau individu (perorangan)…”
“Barang yangdalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang tidak bergerak (tanah atau bangunan) dan barang bergerak, baik berwujud (tangiable) maupun yang tidak berwujud (intangiable), yang tercakup dalam aktiva/ kekayaan atau harta kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan. Dan dalam pengertian aset Negara atau HKN juga terdiri dari barang-barang atau benda yang disebutkan diatas. Termasuk pula bantuan-bantuan luar negeri yang diperoleh secara sah.”
Menurut siregar (2004: 178) menyatakan aset adalah barang yang
dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak bergerak dan
benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang tidak bergerak (tanah dan ba
ngunan) dan barang bergerak baik yang berwujud (tangible) maupun yang
tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta
kekayaandari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu perorangan.
Sedangkan dalam Kamus Hukum Ekonomi (Elips, 1996):
“Aset dapat berarti kekayaan (harta kekayaan) atau aktiva atau properti, yang meliputi “semua pos dalam jalur debet suatu neraca yang terdiri dari harta, biaya yang dibayar terlebih dahulu dan pendapatan yang harus diterima.”
Aset Negara adalah bagian dari kekayaan Negara atau Harta Kekayaan
Negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang yang tidak bergerak
yang dimiliki, dikuasai oleh instansi Pemerintah, yang sebagian atau seluruhnya
dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Daerah (APBN/ D)
serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara/kekayaan Negara” sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP.225/ MK/ V / 4 / 1971 pasal 1 dan
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 350 / KMK.30 / serta No. 470/KMK.01 / 994.
Bahwa yang dimaksud aset Negara adalah barang milik / kekayaan Negara yang
meliputi barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dan barang bergerak
(inventaris) yang meliputi:
a. Sebagian atau seutuhnya dibeli atas beban APBN dari perolehan lain yang
sah;
b. Dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah, lembaga pemerintah non
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan otoritas,
Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) atau Badan Pengelola Gelora
Bung Karno (BPGBK) dan
c. Tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan dan dikelola BUMN serta
bukan kekayaan Pemerintah Daerah.
Pengertian Aset Daerah meliputi:
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset habis pakai atau yang memiliki manfaat untuk jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan. Aset lancar meliputi; uang kas, piutang,
2. Investasi
Investasi terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Investasi jangka panjang
Investasi jangka panjang disajikan sebesar biaya perolehannya atau
sebesar nilai yang bersih yang dapat direalisasikan atau biaya
pembangunan investasi kepada jenis investasinya.
b. Investasi jangka pendek
Investasi jangka pendek dalam bentuk non saham misalnya: dalam
bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai deposito tersebut.
3. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 12
bulan untuk digunakan aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan publik.
Aset tetap terdiri dari:
a. Tanah;
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah dalam
kondisi siap digunakan yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan
dalam aktivitas pemerintahan dan/ atau pelayanan public misalnya:
tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan jaringan.
b. Mesin dan Peralatan;
Mesin dan peralatan mencakup peralatan dan mesin dalam kondisi
siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan
pemerintahan dan /atau pelayanan publik misalnya: alat berat, alat
olahraga, alat music, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian, alat
kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran dan kesehatan
dan peralatan lainnya.
c. Gedung dan Bangunan;
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan dalam
kondisi siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari dua
belas bulan yang dimiliki atau diperoleh yang digunakan dalam
aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan publik.
d. Jalan, irigasi dan jaringan;
Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, rambu-rambu, instalasi
listrik, instalansi air, irigasi dalam kondisi siap digunakan, yang
memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan yang dimiliki atau
diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas pemerintahan dan /atau
pelayanan publik.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap diatas, dalam kondisi
siap digunakan, yang memiliki masa manfaat lebih dari dua belas
bulan yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas
koleksi perpustakaan baik berupa buku atau non buku, barang bernilai
seni atau budaya, hewan atau tanaman, dan aset tetap renovasi.
f. Konstruksi dalam pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan diatur dalam kebijakan akuntansi sendiri.
4. Aset Lainnya
Aset tak terwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi,
kementerian dengan pihak ketiga dan aset lainnya.
Aset tetap diakui pada saat potensi manfaat ekonomi dan sosial masa depan
diperoleh pemerintah pada saat hak kepemilikan dan penguasaannya berpindah dan
memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Suatu aset dapat dikatakan aset tetap apabila memenuhi kriteria:
a. Memiliki manfaat lebih dari dua belas bulan;
b. Biaya perolehan aset dapat ditukar secara andal dan memenuhi kriteria
nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu pengeluaran untuk aset berwujud
sebagaimana tersebut pada paragraf dikapitalisasi seluruhnya, kecuali
untuk:
1. Pengeluaran untuk peralatan dan mesin yang nilai satuannya kurang
dari Rp 1.000.000.000,- (satu juta rupiah).
2. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilai satuannya kurang
c. Diperoleh atau dibangun untuk digunakan dalam aktivitas pemerintahan
dan pelayanan publik.
2.1.3.1 Siklus Hidup Aset.
Lei, Herder, dan Wijnia (2012) mengemukakan bahwa masalah global yang
umum dalamcapital-intensive industryadalahovercapacitydan rendahnya tingkat
pengembalian investasi. Ini berarti diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan
pengembalian investasi untuk mengurangi biaya operasi atau untuk meningkatkan
perputaran modal fisik. Dari sudut pandang aset fisik, persyaratan ini berarti
kebutuhan untuk manajemen yang dinamis dan berkesinambungannya siklus hidup
aset, pengembangan kapasitas yang optimal, keefektivitasan peralatan secara
keseluruhan lebih tinggi, keandalan yang lebih tinggi dan fleksibilitas dari aset fisik,
dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah dari peralatan produksi. Untuk mengatasi
tantangan ini metode manajemen aset yang berbeda telah dikembangkan bertujuan
untuk meningkatkan siklus hidup aset. Disain manajemen aset yang baik dapat
menyebabkan peningkatan operasi.
Pentingnya siklus hidup aset digambarkan dalam berbagai definisi manajemen
aset salah satunya diungkapkan olehPublicly Available Specification(PAS) 55-1.
PAS 55-1 (2008) mendefinisikan manajemen aset sebagai kegiatan sistematis dan
terkoordinasi dan praktek melalui optimasi organisasi dan berkelanjutan mengelola
aset dan sistem aset, kinerja yang terkait, risiko dan pengeluaran selama siklus hidup
Menurut Hastings (2010) tahapan utama dalam siklus aset adalah:
1. Identifikasi peluang bisnis atau kebutuhan.
2. Kemampuan analisis gap dan analisis kebutuhan aset
3. Analisis Pra-studi kelayakan, fisik dan keuangan - pilihan opsi
4. Perencanaan Kelayakan, fisik dan keuangan - untuk opsi yang dipilih
5. Akuisisi, pengembangan dan implementasi
6. Operasi, dukungan logistik dan pemeliharaan
7. Memantau (monitoring) dan review
8. Pembuangan (disposal)
McFarland dalam The National Property Management Association’s Journal
of Property and Asset Management (2010), berpendapat bahwa profesional
manajemen (dalam hal ini manajemen aset) harus dapat mengelola semua aspek dari
siklus hidup aset untuk memastikan perusahaan mereka mencapai hasil maksimal atas
modal yang diinvestasikan, menerapkan efisien dan efektif proses yang memberikan
kontrol yang wajar yang mendukung tenaga kerja sementara menghilangkan proses
non nilai tambah, sumber daya dan biaya.
2.1.4 Manajemen Aset
Mengacu pada perubahan yang terjadi dan bagaimana tantangan serta respons
Pemerintah Daerah akan perubahan tersebut, tentu diperlukan adanya upaya nyata
Saat ini dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang dikenal dengan
manajemen aset. Britton, Conellan, Crofts (1989) mengatakan :“define good asset
management in terms of measuring the value of properties (assets) in monetary terms
and employing the minimum amount of expenditure on its management”
Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat. Bermula dengan
orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis, inisuatif, dan strategis.
Gambar 2.1
Perkembangan Manajemen Aset
(Sumber : Doli D, Siregar,2004:517)
Gambar tersebut di atas memberikan penjelasan proses transformasi
manajemen aset dalam perspektif substantsial. Setelah Perang Dunia II, manajemen
aset memiliki ruang lingkup utama untuk mengontrl biaya pemanfaatan ataupun
penggunaan aset dalam mendukung operasionalisasi pemerintah daerah. Selain itu,
Post War-Static Management Dynamic Management Strategic Management
ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset Pemda yang tidak digunakan.
Namun dalam perkembangan kedepan, ruang lingkup manajemen aset lebih
berkembangdengan memasukkan aspek penilaian aset, akuntabilitas pengelolaan aset,
lan audit yaitu legal audit atas pemanfaatan tanah, property survey dalam kaitan
memonitor perkembangan pasa property, aplikasi sistem informasi dan pengelolaan
aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yamg terbaru, manajemen aset
bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja operasionalisasi aset
dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.
Gambar 2.2 Alur Manajemen Aset
Sumber : Doli D. Siregar(2004:518-519)
Menurut Siregar, di dunia internasional manajemen aset telah berkembang
cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset
INVENARISASI ASET
LEGAL AUDIT
PENILAIAN ASET
OPTIMALISASI PEMANFAATAN
ASET
pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah.
Manajemen aset pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi;
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan
pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan
tersebut adalah saling berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. Dari
kelima manajemen aset tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Invetarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/ legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas,
lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir
penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/
labelling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai dengan
tujuan manajemen aset.
2) Legal Audit
Demikian menyangkut legal audit sebagai lingkup kerja manajemen aset
yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset. Selanjutnya, identifikasi dan mencari solusi
atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset.