1
ANALISIS PENERAPAN VALUE CHAIN MANAGEMENT PADA DESA
WISATA BLEBERAN, GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA
Yohanes Mario Vianney
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Karya
yohanesmariolaga@gmail.com
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Suplay Chain Analysis pada Wisata Bleberan. Penelitan ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan desk research. Secara umum peneltian ini melihat praktik managemen biaya pada Desa Wisata Bleberan yang merupakan Desa Wisata baru di mana perkembangannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan destinasi wisata lain yang berada di Gunung Kidul. Ada beberapa hal yang mau diklarifikasi yaitu, pertama, apakah Desa Wisata Bleberan menerapkan value chain
secara ef ektif atau tidak? Kedua, apa pengaruh penerapa value chain terhadap perkembangan Desa Wisata Bleberan? Pertanyaan ini akan dijawab dengan mengangkat strategi mengembangkan paket wisata, pemasaran, dan penerapan purnajual. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa Suply Chain Anaysis Di desa Bleberan pada dasarnya merujuk pada usaha Desa mengembangkan potensi wisata dalam rangka mengangkat taraf hidup masyarakat sekitar. SCA Desa Bleberan sudah ef ektif. Artinya, kerja Desa tertuju pada perhatian penuh akan paket wisata, pemasokan f asilitas, pemasaran, penanganan purna jual. Lebih daripada itu SCA membantu Desa melihat peluang Ekonomi Desa Wisata tersebut.
Kata kunci: Suplay Chain Analysis, Wisata, Bumdesa, Bleberan
Abstract
This study aims to determine the application of supply chain anaysis in tourism Bleberan. this research was conducted using a qualitative approach and desk research.generally ths research looks at the cost management practice in tourism village Bleberan is a new tourism village wheres its development is greatly influenced by the development of the other tourist destinantions in Gunung Kidul.there are several things that need to clarif,namely,first whether the tourist village of bleberan has implemented value chain effectively or not? Second, what the influence application of of value chain to the development of Bleberan Tourism Village? This questions will answered by adopting a strategy to develop tour packages,marketing,and postsale implementation.the results of this study comfirm that the supply chain analysis in Bleberanvillage basically refers to village efforts to develop tourism potential in order to increase the standard of living local society.The Bleberan Village SCA has been effective, this means that village work is focused on attention full of tour packages, supply of facilities,maketing,after sales handling. More than those.the SCA helps the village see the Economic Village Tourism opportunity.
2 PENDAHULUAN
Dampak globalisasi sangat
berpengaruh terhadap kinerja perusahan atau organisasi, baik organisasi nonprofit maupun organisasi profit. Globalisasi memberi efek pada bergesernya paradigma bisnis dari Comparative Advantage menjadi Competitive Advantage, yang memaksa kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi yang tepat. Strategi yang dimaksud adalah strategi di mana perusahaan berada dalam posisi strategis dan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah. Hal ini berlaku prinsip going concern yang secara umum merupakan tujuan didirikanya suatu entitas bisnis.
Fungsi Manajemen Biaya adalah
memberikan informasi yang berguna bagi
manajer dalam mengambil keputusan
strategis dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Perangkat informasi yang lebih luas ini setidaknya harus memenuhi dua syarat. Pertama, perangkat informasi ini harus mencakup informasi
mengenai lingkungan perusahaan dan
lingkungan kerja perusahaan. Kedua,
perangkat informasi tersebut juga harus prospektif dan karenanya harus memberikan pandangan mengenai periode dan kegiatan di masa-masa mendatang. Kerangka rantai-nilai (Value chain) dengan data biaya untuk mendukung analisis rantai nilai diperlukan untuk memenuhi syarat pertama. Informasi untuk mendukung analisis daur hidup produk diperlukan untuk memenuhi syarat kedua. Dengan demikian analisis Value chain dapat digunakan sebagai salah satu alat analisis
manajemen biaya untuk pengambilan
keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Keputusan untuk menentukan strategi
kompetitif yang akan diaplikasikan, apakah menggunakan strategi: Low Cost atau diferensiasi untuk berkompetisi di pasar.
Pariwisata terkenal mulai dari budaya, seni, hingga penduduk desa, khususnya
mereka yang tinggal di perbukitan
pegunungan dimana memiliki bahasa dan budaya yang beragam (Anggayana, Budasi & Suarnajaya, 2014). Kualitas pelayanan juga
berperan penting bagi keberadaan objek wisata (Anggayana, Nitiasih & Budasi, 2016).
Productive skill dipandang sebagai
keterampilan yang perlu diperhatikan dalam mendukung kemajuan pariwisata (Lindawati, Asriyani & Anggayana, 2018). Tidak hanya membutuhkan kreativitas secara fisik, tetapi juga memerlukan pemikiran yang kritis dan sistematis (Lindawati, Asriyani & Anggayana,
2019). Mengembangkan kompetensi
komunikatif dalam empat keterampilan bahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis juga sebagai penentu kesuksesan komunikasi dalam pariwisata (Asriyani, Suryawati & Anggayana, 2019).
Sehingga banyak wisatawan asing yang berkunjung di setiap musim liburan maupun di setiap harinya (Anggayana & Sari, 2018). Dalam dunia pariwisata, salah satu bahasa terpopuler di dunia adalah bahasa Inggris. Bahkan dikenal sebagai bahasa internasional (Asriyani, Suryawati & Anggayana, 2019). Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang harus dikuasai (Sudipa, Aryati, Susanta, & Anggayana, 2020). Sehingga penting untuk melestarikan bahasa dan budaya dengan ragamnya (Anggayana, Suparwa, Dhanawaty, & Budasi, 2020). Wisatawan ingin dilayani dan mendapatkan akomodasi yang layak sesuai harapan wisatawan (Anggayana, Budasi, & Kusuma, 2019).
Untuk semakin memperkaya, saya membaca value chain analisys ini dalam ruang lingkup Desa Wisata Bleberan, yang berada di gunung Kidul. Secara garis besar, pembentukan Desa Wisata Bleberan ada
dalam beberapa pernyataan; bahwa
pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat pedesaan merupakan langkah strategis dalam
meningkatkan dan memperkuat dasar
kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar rakyat Indonesia; bahwa dalam rangka memberdayakan usaha ekonomi masyarakat pedesaan perlu dibentuk Badan Usaha Milik Desa; bahwa agar pembentukan Badan Usaha Milik Desa dapat berjalan sesuai mekanisme maka perlu dibuat Perdes tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa.
3 Dengan melakukan penelitian kualitatif
sederhana, saya mencoba mengangkat
praktik managemen biaya di sana. Keinginan ini muncul Karena saya mengatehui bahwa Desa Wisata Bleberan adalah Desa Wisata
baru yang perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan destinasi wisata lain yang berada di Gunung Kidul. Ada beberapa hal yang mau diklarifikasi yaitu, pertama, apakah Desa Wisata Bleberan menerapkan value chain secara efektif atau tidak? Kedua, apa pengaruh penerapa value chain terhadap perkembangan Desa Wisata Bleberan? Pertanyaan ini akan dijawab
dengan mengangkat strategi
mengembangkan paket wisata, pemasaran, dan penerapan purnajual.
Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses value chain pada kerja
desa wisata Bleberan yang kemudian
berpengaruh pada strategi mengembangkan Wisata.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Value chain Analysis
Value chain Analysis merupakan merupakan alat bagi perusahaan untuk memahami dan mengidentifikasi rantai nilai suatu produk yang mulai dari pemasok, manufaktur, pemasaran, serta penanganan purnajual ke dalam aktivitas relevan yang bersifat strategis. Di samping itu, untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif. Aktivitas-aktivitas mulai dari tahap pemasok, manufaktur dan konsumen terjadi secara terpisah, namun mempunyai satu hubungan, yaitu pembentukan nilai pada produk. Aktivitas tersebut interdependen sehingga perlu dijaga hubungannya agar dapat memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan.
Analisis value-chain merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi di mana value pelanggan dapat ditingkatkan
atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri. Value chain mengidentifikasikan dan menghubungkan berbagai aktivitas stratejik di perusahaan (Hansen, Mowen, 2000).
Sifat Value chain tergantung pada sifat industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Tujuan dari
analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di mana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah (Value added) dapat membuat perusahaan lebih kompetitif.
Strategi Low Cost menekankan pada harga jual yang lebih rendah dibandingkan
kompetitor untuk menarik konsumen.
Konsekuensinya perusahaan harus
melakukan kontrol Cost yang ketat. Cost ditekan serendah mungkin sehingga produk dapat dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan pesaing. Hal ini akan menjadi insentif bagi konsumen untuk membeli produk tersebut. Cost yang rendah merupakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Strategi ini banyak dilakukan dengan baik, antara lain oleh : Ramayana di Indonesia yang bergerak di bidang Retail, Air asia dari Malaysia yang bergerak dalam bidang penerbangan, Easyjet yang bergerak di bidang penerbangan di Eropa.
Strategi kompetitif diferensiasi menekankan pada keunikan produk. Produk tersebut berbeda dibandingkan dengan produk pesaing, sehingga konsumen mau berpalling kepada produk perusahaan. Produk yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih di
mata konsumen. Perusahaan dapat
mengenakan harga jual yang lebih tinggi, karena konsumen mau membayar lebih untuk hal yang unik tersebut.
Strategi diferensiasi biasanya
menekankan pada kualitas yang unggul. Peningkatan nilai tambah (Value added) atau penurunan biaya dapat dicapai dengan cara mencari prestasi yang lebih baik yang
4
berkaitan dengan supplier, dengan
mempermudah distribusi produk, outsourcing (yaitu mencari komponen atau jasa yang disediakan oleh perusahaan lain), dan dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang dimana perusahaan tidak kompetitif.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Value chain Analysis
Value chain Analysis merupakan merupakan alat bagi perusahaan untuk memahami dan mengidentifikasi rantai nilai suatu produk yang mulai dari pemasok, manufaktur, pemasaran, serta penanganan purnajual ke dalam aktivitas relevan yang bersifat strategis. Di samping itu, untuk memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif.
Aktivitas-aktivitas mulai dari tahap pemasok,
manufaktur dan konsumen terjadi secara terpisah, namun mempunyai satu hubungan, yaitu pembentukan nilai pada produk. Aktivitas tersebut interdependen sehingga perlu dijaga hubungannya agar dapat memaksimalkan nilai produk yang dihasilkan.
Analisis value-chain merupakan alat
analisis stratejik yang digunakan untuk
memahami secara lebih baik terhadap
keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi di mana value pelanggan dapat ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan, dan
perusahaan lain dalam industri. Value chain
mengidentifikasikan dan menghubungkan
berbagai aktivitas stratejik di perusahaan (Hansen, Mowen, 2000).
Sifat Value chain tergantung pada sifat
industri dan berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Tujuan dari
analisis value-chain adalah untuk
mengidentifikasi tahap-tahap value chain di
mana perusahaan dapat meningkatkan value untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya atau peningkatan nilai
tambah (Value added) dapat membuat
perusahaan lebih kompetitif.
Strategi Low Cost menekankan pada
harga jual yang lebih rendah dibandingkan
kompetitor untuk menarik konsumen.
Konsekuensinya perusahaan harus
melakukan kontrol Cost yang ketat. Cost
ditekan serendah mungkin sehingga produk dapat dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan pesaing. Hal ini akan menjadi insentif bagi konsumen untuk membeli produk
tersebut. Cost yang rendah merupakan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Strategi ini banyak dilakukan dengan baik, antara lain oleh : Ramayana di Indonesia yang bergerak di bidang Retail, Air asia dari
Malaysia yang bergerak dalam bidang
penerbangan, Easyjet yang bergerak di bidang penerbangan di Eropa.
Strategi kompetitif diferensiasi
menekankan pada keunikan produk. Produk tersebut berbeda dibandingkan dengan produk pesaing, sehingga konsumen mau berpalling kepada produk perusahaan. Produk yang dihasilkan mempunyai nilai yang lebih di
mata konsumen. Perusahaan dapat
mengenakan harga jual yang lebih tinggi, karena konsumen mau membayar lebih untuk hal yang unik tersebut.
Strategi diferensiasi biasanya
menekankan pada kualitas yang unggul.
Peningkatan nilai tambah (Value added) atau
penurunan biaya dapat dicapai dengan cara mencari prestasi yang lebih baik yang
berkaitan dengan supplier, dengan
mempermudah distribusi produk, outsourcing (yaitu mencari komponen atau jasa yang disediakan oleh perusahaan lain), dan dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang dimana perusahaan tidak kompetitif.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan kepustakaan (Desk Research). Dalam mengumpulkan data dan atau informasi terkait materi ini, penulis mendatangi langsung desa wisata bleberan yang ada di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, penuis juga mengumpulkan data terkait gambaran umum tentang BumDes dengan membaca literatur
5 penelitian ini, penulis berusaha mengkaji data
yang diperoleh dengan cara wawancara beberapa pihak terkait. Penulis mencoba menganalisis data yang sudah diperoleh dan mensinkronkan data tersebut dengan konsep
value chain yang menjadi substansi
pembahasan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Singkat Desa Wisata Bleberan Desa wisata Bleberan merupakan Desa yg berada di sisi sebelah barat wilayah kabupaten Gunungkidul, Jarak orbitasi dari kota Yogyakarta 40 Km. Desa wisata Bleberan berdekatan dengan beberapa obyek wisata /Desawisata di Gunungkidul al: Gunung api purba Nglanggeran 15 Km, Desa wisata Mbubung dengan kerajinan topeng 15 Km Susur sungai Kali suci 10 Km, Susur sungai Pindul Beji harjo 10 Km, Wanagama 5 Km, Gua jomblang 25 KmRest area 11 Km, Pantai selatan, Baron, Indrayanti, Kukup dll 30 Km, Jarak orbitasi lokasi wisata air terjun Srigethuk & Gua rancang kencono dari kota Wonosari 15 Km. Akses ke desa ini lumayan baik. Namun kondisi jalan saat ini untuk mencapai lokasi wisata sebagian masih merupakan jalan batu sepanjang 2 Km dan juga jalan aspal yg sudah sedikit rusak, sepanjang 1 Km. Ada beberapa paket wisata yang ditawarkan oleh desa bleberan, diantaranya gua Rancang Kencono, Air Terjun Sri Gethuk, dan wahana permainan yang menarik.
Dalam anggaran dasar bab I, pasal I yang telah diakses penulis dikatakan bahwa Desa wisata Bleberan ini Bernama Dewa Bleberan untuk selanjutnya disebut Desa wisata Bleberan. Berdasarkan keputusan Desa Nomor : VI/ KPTS/2013. Desa wisata Bleberan berkedudukan di Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkudul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa wisata Bleberan adalah merupakan bagian dari unit Usaha BUMDesa Bleberan “ sejahtera”.
Daerah kerja Desa wisata Bleberan di Desa Bleberan dan sekitarnya. Selanjutnya dalam Bab II pasal 2, untuk pembentukan pengelola karyawan dikatakan Pengurus Desa wisata Bleberan adalah ditetapkan oleh
Badan Usaha Milik Desa melalui penjaringan. Pengelola Desa wisata terdiri dari Ketua, Sekretaris I dan sekretaris II, Bendahara, Seksi- seksi dan Koordinator lapangan dan anggota.
Tata cara penjaringan
pengelola/karyawan. Penjaringan karyawan adalah dilaksanakan oleh pengurus Desa wisata Bleberan dengan cara membuka lowongan pekerjaan dan bagi pelamar di laksanakan tes sesuai lowongan yang akan di isi. Sistem pengolahan merupakan unit usaha dari Badan Usaha Milik Desa “ SEJAHTERA” Bleberan. Unit usaha Desa wisata adalah mempunyai kewenangan untuk menetapkan
paket wisata, mengembangkan dan
membangun wahana wisata yang menjadi keperluan sarana dan prasarana wisata dan di laporkan kepada BUMDesa
A. Value Chain Analysis Pada Aktivitas Pelayanan Dan Kerja Desa Wisata Beleberan
Pada bagian ini, saya akan
menunjukkan hasil penelitian penerapan teknik value chain Analasis yang dilakukan oleh Desa Wisata Bleberan. Sebelum sampai pada value chain analisis, ada beberapa aspek pokok yang perlu diperhatikan mengenai dinamika ataupun pengaturan
BumDes Wisata Bleberan mulai dari
perekutan karyawan sampai pada pengolahan keuangannya. Hal ini dirasa perlu karena
membantu untuk memahami proses
pengambilan keputusan penetapan harga jual terhadap segala produk yang ditawarkan Desa Wisata ini.
B. Pembentukan Pengurus, Badan Pengawas Dan Karyawan
Pengurus BUMDes di pilih oleh team formatur. Team formatur berjumlah 9 orang yang terdiri dari Kepala Desa, 1org Unsur perangkat, 2 orang Unsur BPD, Unsur lembaga Desa, wakil perempuan 2 orang tokoh masyarakat, tokoh pemuda. Badan pengawas. Badan pengawas dengan jumlah ganjil sebanyak 5 orang. Badan pengawas terdiri dari 1orang unsur perangkat Desa , 2 orang dari unsur BPD, 1 orang dari lembaga
6 kemasyarakatan, dan 1 orarng elemen
masyarakat.
Susunan pengurus Badan pengawas terdiri dari Ketua merangkap anggota, Wakil ketua merangkap anggota, seorang sekretaris orang rangkap anggota, dan dua orang anggota. Penggantian pengurus jika terjadi
kekosongan akibat pengunduran
diri/pemberhentian pengurus. Jika terjadi kekosongan salah satu pengurus yang diakibatkan pengunduran diri/pemberhentian maka dilaksanakan penggantian dalam forum
musyawarah untuk memilih pengurus
pengganti dengan persetujuan bersama BPD. Penjaringan karyawan adalah dilaksanakan
oleh pengurus BUMDes dengan cara
membuka lowongan pekerjaan dan bagi pelamar dilaksanakan tes sesuai lowongan yang akan diisi.
C. Permodalan
Modal BUMDes berasal dari
pengelolaan UED SP yang berupa simpanan pokok untuk setiap anggoata di bayarkan sewaktu mengajukan menjadi anggota dan Simpanan wajib pinjam di mana setiap peminjam pada UED – SP wajib menyetorkan
simpanan wajib Pinjaman. Besarnya
simpanan wajib pinjaman di tetapkan sebesar 10 % dari pokok pinjaman. Simpanan wajib pinjam dapat diambil sekali setahun pada akhir tahun maksimal 70 %.
Pengelolaan air bersih dari biaya pemakaian, biaya beban dan pemasangan jaringan baru. Pengelolaan wisata adalah dari hasil pendapatan paket wisata. Penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Modal Pinjaman adalah pinjaman yang dilakukan oleh BUMDes baik perorangan ataupn swasta
dan pemerintah dengan persetujuan
Komisaris. Modal bantuan adalah modal yang di peroleh dari bantuan perorangan, swasta atau pemerintah yang tidak mengikat.
D. Perhitungan SHU Dan Sistem Penggajian
Sisa hasil usaha adalah pendapatan yang diperoleh BUMDes dari unit – unit usahanya setelah di kurangi biaya – biaya
dalam satu tahun. Biaya adalah semua pengeluaran unit – unit usaha yang diperuntukan, Biaya pemeliharaan, Alat tulis kantor dan biaya – biaya yang bersifat rutin. Pembayaran honor karyawan dilaksanakan oleh Bendahara BUMDES. Pembayaran honor karyawan dilaksanakan maksimal tanggal 5 setiap bulannya. Pembayaran honor karyawan dilaksanakan oleh Bendahara Desa Wisata Bleberan. Pemberian honor pengelola dan karyawan ditetapkan oleh BUMDesa atas
usulan dari Pengelola Desa wisata.
Pemberian honor karyawan di berikan dengan perincian gaji pokok, insentif kerja, insentif liburan. Gaji pokok, insentif ditetapkan oleh pengelola Desawisata dengan persetujuan BUMDesa. Pembayaran honor karyawan dilaksanakan secara mingguan dan diberikan setiap hari senin setiap minggunya.
E. Sumber Keuangan Dan Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan
Sumber pendapatan Desa Wisata berasal dari Pos paket wisata, Pos parkir, pos tiket perahu, pos penyewaan pelampung, Penyewaan lokasi perwarungan dan juga pendapatan paket wisata lain. Pendapatan 10% dari kegiatan – kegiatan atraksi wisata yang merupakan bagian dari pemaketan di setorkan ke Desa wisata. Sumber – sumber keuangan/pendapatann wisata di tetapkan oleh Desa wisata dengan persetujuan BUMDesa.
Pengelolaan keuangan adalah dikelola oleh bendahara desawisata yang selanjutnya dilaporkan kepada pengelola setiap akhir minggu. Pendapatan – pendapatan dari unit kegiatan: Pos paket wisata, Pos parkir, pos tiket perahu, pos penyewaan pelampung dan juga pendapatan paket wisata lain disetorkan kepada bendahara setiap hari. Sewa kios dan
juga sewa lokasi yang dipergunakan
pedagang pendatang/mobile di pungut oleh petugas dan disetorkan setiap akhir bulan. Hasil pendapatan Desawisata selama satu bulan dilaporkan kepada BUMDesa setiap akhir bulan.
7 F. Kerja Sama Wisata
Setiap warga masyarakat Desa
Bleberan dapat menjadi travel agen dan setiap mendaptkan tamu akan diberikan fee 20% dari besaran paket wisata. Warga masyarakat yang akan menjadi Travel agen di atur dalam anggaran rumah tangga. Tour Leader, jasa travel, perorangan dan organisasi lain dapat berkerjasama dan lembaga wisatawan baik asing maupun domestik ke obyek Desa Wisata Bleberan. Tour Leader, jasa travel, perorangan dan organisasi lain yang membawa wisatawan baik asing maupun domestik ke objek wisata pedesaan di Desa Wisata Bleberan diberikan fee 10% dari jumlah dana baik paket maupun non paket, Desa wisata dapat melaksanakan kerja sama dengan para pihak dengan bentuk usaha yang saling menguntungkan melalui persetujuan daru BUMDesa.
G. Skema Value Chain Analysis
Selanjutnya, penulis perlu melihat penerapan value chain analysis pada sistem kerja desa Wisata Bleberan. Untuk itu, hal pokok yang perlu dilihat dalam teori ini adalah rantai pasokan (paket wisata), pemasaran, serta penanganan purnajual jasa dan produk ke dalam aktivitas relevan yang bersifat strategis. Selain itu, penulis juga perlu memahami perilaku biaya dan berbagai sumber yang berbeda untuk mengetahui kekuatan posisi Desa Wisata Bleberan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif.
Secara sederhana, analysis value chain yang mau diangkat dalam paper ini ada dalam skema ini;
Gambar 1. Skema Value Chain Analysis H. Paket Wisata dan Jasa
Dari data yang diperoleh, asset yang dimiliki Desa Wisata Bleberan terdiri dari asset fisik dan nonfisik. Asset fisik berupa destinasi wisata alam seperti Air Terjun Sri Gethuk, Gua Rancang Bangun, dan lembah sungai Oyo. Sedangkan asset nonfisik berupa kebudayaan yang seringkali ditunjukkan sebagai daya tarik tersendiri.
Sumber pendapatan Desa Wisata Bleberan berasal dari beberapa hal berikut, pertama, paket wisata, parkir dan pendapatan dari kegiatan atraksi wisata serta penjualan kuliner, cindera mata. Kedua, kegiatan atraksi;
Kegiatan atraksi di masing-masing
Padukuhan dengan biaya yang ditentukan oleh kelompok atraksi ditambah 10% untuk disetorkan ke Desa wisata. Ketiga berasal dari kerjasama wisata di mana mereka bekerja sama dengan tour leader, jasa travel, perorangan dan organisasi. Tour Leader, jasa travel, perorangan dan organisasi lain dapat berkerjasama dan lembaga wisatawan baik asing maupun domestik ke obyek wisata pedesaan di Desa Wisata Bleberan. Mereka diberikan fee 10% dari jumlah dana baik paket maupun non paket.
Potensi ini membuat desa wisata
Bleberan memikirkan dan kemudian
8 baik yang berupa paket wisata maupun jasa.
Paket wisata yang dimaksudkan adalah berbagai macam obyek yang dinikmati
konsumen (pengunjung). Jasa yang
ditawarkan sangat beragam, mulai dari jasa parkir sampai pada jasa transportasi wisata di mana mereka melayani pengujung untuk menikmati wisata melalui sewa perahu, pelampung, pelindung dan lain sebagainya.
Tidak dapat dimungkiri bahwa Desa Wisata Bleberan sangat profesional dalam mengelolah asetnya. Hal ini terbukti dengan kinerja karyawan yang baik dan memuaskan serta persediaan berbagai macam alat penunjang kepuasan pengunjung. Jadi kunci
utama keberhasilan Desa ini adalah
pengolahan paket wisata dan jasa yang teratur (kinerja karyawan yang baik).
I. Pemasaran
Menarik jika membahas tentang
strategi pemasaran potensi wisata Desa
Bleberan ditengah muncul dan
berkembangnya berbagai destinasi wisata yang muncul di berbagai sudut Daerah Istimewa Yogyakarta. Berkembangnya desa wisata ini, tentu saja berasal dari totalitas pemasaran yang sudah dilakukan berbagai pihak terkait.
Selain menarik dan menunjang
kepuasan pengunjung, Desa wisata Bleberan hadir dengan strategi pemasaran yang baik. Mereka membuat website yang berskala universal dan dapat diakses oleh semua
orang. Selain itu, mereka membuat
penawaran paket wisata yang murah dan dapat dijangkau oleh semua orang dan mempromosikan destinasi wisata mereka melalui media sosial seperti facebook, instagram dan lain-lain.
Dari totalitas itulah, pengunjung semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja berpengaruh pada arus kas. Pada tahun 2015, dicatat bahwa jumlah pengunjung sebanyak 37.630 dengan rincian pengunjung domestic sebanyak 23.000 orang dan pengunjung asing sebanyak 14.630 orang. Kas desa yang diperoleh dari aktivitas ini adalah sebesar Rp103.430.694
Strategi pemasaran lainnya nyata dalam penerapa Low Cost. Penerapan Low Cost. Secara umum penghasilan desa wisata (AD tahun 2015) Bleberan adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Penghasilan Desa Wisata (AD tahun 2015)
Jumlah pendapatan Desa Wisata Bleberan sangat besar. Ini merupakan buah dari kerjasama yang baik dalam mengelolah dan memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung. Akan tetapi, jumlah pendapatan besar ini bukan hasil dari biaya masuk pengunjung yang terapkan. Desa Beleberan. Desa wisata menerapkan biaya rendah sebagai akses masuk pengunjung. Dari data yang diperoleh bahwa harga masuk lokasi wisata Rp10.000/orang, naik perahu
Rp10.000 dan sewa pelampung
Rp5.000/orang. Biaya rendah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung karena mereka dapat menikmati semua wisata yang
ditawarkan/disediakan. Kebijakan ini
memperlihatkan bahwa desa bleberan tidak hanya mengejar keuntungan semata. Mereka
juga menunjukkan kematangan berpikir
dengan memaksimalkan kepuasan
pengunjung.
J. Penanganan Purnajual
Salah satu keunggulan desa wisata Bleberan adalah perawatan dan penambahan
terhadap segala akses wisata yang
ditawarkan kepada para pengunjung. Dari 100% hasil retribusi dan punggutan sebesar Rp31.678.000, 35% dipakai untuk biaya perawatan dan penambahan fasilitas. Upaya ini merupakan upaya normative sekaligus substansial untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengunjung. Dalam dan atau
9 setiap hari kerja, para karyawan
masing-masing menjalankan tugas pengecekan
terhadap arena ataupun peralatan yang sudah dipakai pengunjung.
Ini ada tradisi yang sehat di mana para
karyawan akan segera mengkalkulasi
perlengkapan yang masih dan tidak layak dipakai. Selain itu, pendapatan utama desa bleberan setiap tahunnya digunakan untuk berbagai kepentingan seperti Pemupukan Modal Usaha 15 %; Pendapatan Desa 25 %; Pendidikan Pelatihan 5 %; Pengembangan Potensi 25 %; Pengurus 15 %; Dana Cadangan 5%; Dana Sosial dan Religi 10 %. K. Keunggulan Kompetitif
Dalam pandangan saya, Desa
Bleberan adalah Desa yang mandiri. Dalam
beberapa theory resources, untuk
mewujudkan desa mandiri, maka diperlukan sumber daya yang berasal dari desa tersebut. Unit-unit usaha yang bergerak di desa haruslah memiliki ciri khas dan keunggulan
kompetitif supaya dapat memberikan
kontribusi yang signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Secara lebih spesifik berdasarkan teori resource based view, maka desa harus memiliki sumber daya tersebut haruslah bernilai, langka, tidak disubstitusi, dan tidak diimitasi.
Keunggulan kompetitif tersebut
ditentukan oleh modal sosial, modal manusia, dan modal finansial. Modal sosial terkait dengan relasi antar orang dalam organisasi (modal sosial internal) dan antara organisasi dengan pihak luar (modal sosial eksternal). Menurut World Bank (1998), modal sosial adalah suatu masyarakat termasuk institusi, relasi, sikap, dan nilai yang memandu interaksi antara orang dan kontribusi pada ekonomi dan pembangunan sosial.
Dalam modal sosial diperlukan nilai saling berbagi serta pengorganisasian peran
yang diekspresikan dalam hubungan
personal, kepercayaan dan tanggung jawab bersama. Modal manusia diartikan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang melekat
pada orang. Modal manusia dapat
diasosiasikan dengan dedikasi dan komitmen
yang tinggi., motivasi, dan relasi personal yang tinggi.
Desa bleberan unggul secara
kompetitif di antara beberapa desa yang juga
menawarkan kerja yang sama. Desa
bleberan, dalam aspek modal baik manusia maupun sosial, menjadi patokan untuk mengembangkan managemen strategic bagi BuMDes tertentu. Secara kasat mata, dapat dilihat bahwa para pekerja/karyawan di desa Bleberan mampu menciptakan relasi, sikap, dan nilai yang memandu interaksi antara orang dan kontribusi pada ekonomi dan pembangunan sosial. Mereka dibekali nilai saling berbagi serta pengorganisasian peran
yang diekspresikan dalam hubungan
personal, kepercayaan dan tanggung jawab bersama. Secara personal (modal manusia)
mereka mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang melekat dalam setiap aktivitas/kerja mereka dalam melayani para pengunjung.
L. Hambatan dan Solusi
Keberhasilan model pengelolaan pariwisata lewat BUMDes ini lantas menjadi
model bagi daerah lain. Rombongan
perangkat desa, sekolah, instansi pemerintah berduyun-duyun datang ke sini untuk belajar. Ada beberapa hambatan yang dijumpai penulis dalam supply chain analisis desa Bleberan. Pertama, tidak ada kepastian untuk mendatangkan alat-alat penunjang wisata yang tetap untuk beberapa kebutuhan fisik terkait fasilitas bagi pengunjung. Hal ini tentu saja memberikan kesulitan bagi mereka untuk menyediakan fasilitas baru. Kedua, fasilitas lain seperti tempat parkir yang belum ditata degan baik. Ketiga, kebudayaan yang mencirikan desa (yang juga dapat menjadi daya tarik) belum terlalu tampak. Solusi yang
ditawarkan merujuk pada penetapan
pemasok, membuka jaringan, bekerja sama dengan ritel yang memang benar-benar menyediakan fasilitas fisik yang dibutuhkan. Fasilitas yang kurang ditata perlu di konstruksi agar pengunjung merasa aman.
10 PENUTUP
Suply Chain Anaysis Di desa Bleberan pada dasarnya merujuk pada usaha Desa mengembangkan potensi wisata dalam rangka mengangkat taraf hidup masyarakat sekitar. SCA Desa Bleberan sudah efektif. Artinya, kerja Desa tertuju pada perhatian penuh akan paket wisata, pemasokan fasilitas, pemasaran, penanganan purna jual. Lebih daripada itu SCA membantu Desa melihat peluang Ekonomi Desa Wisata tersebut.
Desa wisata menyimpan potensi ekonomi yang berguna meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di desa tersebut. Pada tahun 2012, pengunjung Desa Bleberan mencapai angka 120.000 orang per tahun dengan pendapatan sekitar Rp 1 miliar. Sejak diresmikan, sektor wisata ini menjadi salah satu unit bisnis di samping pengelolaan air dan usaha kecil menengah di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Potensi ini yang direspon oleh Bank Central Asia (BCA). Sebagai wujud kepedulian perusahaan, BCA melakukan kerja sama dengan warga Desa Bleberan untuk mengembangkan industri pariwisata di desa tersebut. Menurut Inge Setyawati, Corporate Secretary BCA, sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang
menjadi program Corporate Social
Responsibility (CSR) BCA di samping sektor pendidikan dan kesehatan.
DAFTAR RUJUKAN
Anggaran Dasar Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) Desa Bleberan Playen
Gunungkidul
Anggayana, I. A., Budasi, I. G., & Kusuma, I. W. (2019). Social Dialectology Study of Phonology in Knowing English Student Speaking Ability. The Asian EFL Journal, 25(5.2), 225-244.
Anggayana, I. A., Suparwa, I. N., Dhanawaty, N. M., & Budasi, I. G. (2020). Lipang, Langkuru, Waisika Language Kinship: Lexicostatistics Study in Alor Island. International Journal of Psychosocial
Rehabilitation, 24(4), 301-319.
doi:https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I4 /PR201010
Anggayana, I. W. A., & Sari, N. L. K. J. P. (2018). Kemampuan Berbicara Bahasa
Inggris Mahasiswa Akomodasi
Perhotelan: sebuah Kajian Fonologi. Jurnal Manajemen Pelayanan Hotel, 1(1), 8-14.
Anggayana, I. W. A., Budasi, I. G., Lin, D. A., & Suarnajaya, I. W. (2014). Affixation of bugbug dialect: A Descriptive Study. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris undiksha, 1(1).
ANGGAYANA, I. W. A., NITIASIH, D. P. K., BUDASI, D. I. G., & APPLIN, M. E. D. (2016). Developing English For Specific Purposes Course Materials for Art Shop Attendants and Street Vendors. Jurnal Pendidikan Bahasa Inggris Indonesia, 4(1).
Asriyani, R., Suryawati, D. A., & Anggayana, I. W. A. (2019). PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAY DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS SEBELAS
TERHADAP KEANEKARAGAMAN
PERSONALITY TYPES DI SMK
PARIWISATA TRIATMA JAYA
BADUNG. LITERA: Jurnal Litera
Bahasa Dan Sastra, 5(2).
Asriyani, R., Suryawati, D. A., & Anggayana, I. W. A. (2019, August). USING ROLE PLAY TECHNIQUES IN IMPROVING ENGLISH SPEAKING COMPETENCY ON THE PERSONALITY TYPES. In International Conference on Cultural Studies (Vol. 2, pp. 44-48).
Blocher, Edward J, dkk. 2014. Managemen Biaya;Penekanan Strategis. Jakarta :Salemba Empat.
Buku monografi Desa bleberan Keadaan pada tahun 2013
Kaplinsky Raphael and Mike Morris. 2000 A Handbook For Value chain Research Prepared For The Idrc
Lindawati, N. P., Asriyani, R., & Anggayana, I. W. A. (2018). KEMAMPUAN MENULIS
KARANGAN DIALOG MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE
THINK-PAIR-SHARE PADA MAHASISWA JURUSAN
11
KOMUNITAS MANAJEMEN
PERHOTELAN INDONESIA. SINTESA. Lindawati, N. P., Asriyani, R., & Anggayana, I. W. A. (2019). MODEL KOOPERATIF
THINK-PAIR-SHARE DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS KARANGAN DIALOG
BAHASA INGGRIS MAHASISWA
AKADEMI KOMUNITAS MANAJEMEN PERHOTELAN INDONESIA. LITERA: Jurnal Litera Bahasa Dan Sastra, 4(1). Maria Rosa Ratna Sri Anggraeni. 2016.
Peranan badan usaha milik desa (bumdes) pada kesejahteraan masyarakat pedesaan; Studi pada bumdes di gunung kidul, Yogyakarta dalam MODUS Vol.28 (2): 155-167,
2016. Yogyakarta : Atma Jaya
https://news.detik.com/berita-jawa-
tengah/d-3501806/bleberan- gunungkidul-jadi-desa-wisata-terbaik-versi-kemendes. Diakses pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 23.20.
Sudipa, I. N., Aryati, K. F., Susanta, I. P. A. E., & Anggayana, I. W. A. (2020). The Development of Syllabus and Lesson Plan Based on English for Occupational Purposes. International Journal of Psychosocial Rehabilitation, 24(4), 290– 300.
https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I4/PR 201009
Widarsono, agus. 2014. Strategic Value chain Analysis (analisis stratejik rantai nilai) :Suatu Pendekatan Manajemen Biaya. Bandung: Up