• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Keluarga Dengan TBC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Keluarga Dengan TBC"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan

(2)

Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga dengan penyakit TBC?”

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan TBC 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsep tahap perkembangan

2. Mengetahui tinjauan medis katarak meliputi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis

3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian keperawatan

4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC 5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan pada klien TBC

(3)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tahap Perkembangan

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998) adalah :

a. Tahap I : keluarga pemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.

b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun.

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

(4)

Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.

g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman (1998) yaitu :

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan 3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

2.2 Konsep Masalah Kesehatan 2.2.1 Definisi

TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753)

(5)

2.2.2 Etiologi

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

2.2.3 Tanda dan Gejala

a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu. b. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C. c. Sesak nafas

d. Nyeri dada e. Batuk darah

f. Badan terasa lemas g. Kehilangan nafsu makan h. Berat badan turun

i. Rasa kurang enak badan (malaise)

j. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan. k. Penatalaksanaan

2.2.4 Cara Penularan

(6)

Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu penyakit ini disebut “Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.

2.2.5 Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 : 585).

2.2.6 Komplikasi

a. Pneumonia (radang parenkim paru)

b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura) c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada) d. Empiema

e. Lasingitis

f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)

2.2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermutasi apabila terpajan antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien

(7)

dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila pasien tidak berespons terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protocol pengobatan lain akan dicoba. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil total.

2.3 Konsep Proses Keperawatan Keluarga 2.3.1 Definisi keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.

a. Raisner (1980)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.

b. Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

c. Gillis (1983)

Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu.

d. Duvall (1986)

Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

(8)

mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

e. Bailon dan Maglaya (1978)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

f. Johnson’s (1992)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya. f. Spradley dan Allender (1996)

Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. Mempunyai tujuan;

a. menciptakan dan mempertahankan budaya

b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.

(9)

semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut.anggota keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu masyarakat dan sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan . Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

2.3.2 Tipe keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

A. Tipe keluarga tradisional

1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).

2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.

4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.

(10)

5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).

7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau libur saja.

8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.

10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

B. Tipe keluarga non tradisional

1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah. 2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.

4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri. 6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar

(11)

7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.

9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.

10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn antar anggota dan dengan masyarakat.

2.3.3 Fungsi keluarga

Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu: 1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

(12)

Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

(13)

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Friedman, 1986)

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhansemua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.

2.3.4 Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998 a. Mengenal masalah

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

(14)

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

2.3.5 Dimensi dasar struktur keluarga

Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas: A. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi: 1. Bersifat terbuka dan jujur

2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga 3. Berpikiran positif

4. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi Karakteristik pengirim:

1. Yakin dalam mengemukakan pendapat 2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas 3. Selalu minta maaf dan menerima umpan balik Karakteristik penerima

1. Siap mendengar

2. Memberikan umpan balik 3. Melakukan validasi B. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami/istri atau anak.

(15)

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.

Tipe struktur kekuatan

1. Legitimate power/authority yaitu hak untuk mengatur seperti orang tua kepada anak.

2. Referent power yaitu seseorang yang ditiru 3. Reword Power yaitu pendapat ahli

4. Coercive power yaitu dipaksakan sesuai keinginan 5. Informational power yaitu pengaruh melalui persuasif

6. Affectif power yaitu pengaruh melalui manipulasi cinta kasih D. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dubagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.3.6 Peran Perawat Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:

(16)

1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar: a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri. b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

2. Koordinator

Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksana

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visiteyang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya.

6. Kolaborasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

(17)

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.

8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.

(18)

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KELUARGA: TAHAPAN KELUARGA DENGAN TBC

I. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ibu S

2. Umur KK : 39 tahun

3. Alamat : Jalan kaca piring II/33 RT.01 RW.03,

kelurahan patrang 4. Pekerjaan KK : Penjahit 5. Pendidikan KK : SD 6. Komposisi keluarga : No Nama Jenis Kelamin Hub. Dg KK

Umur Pendidikan Agama Pekerjaan keterangan

1 An. E P anak 5 th TK Islam - Imunisasi

lengkap

2 Tn. Su L adik 32 th SMP Islam Buruh

bangunan

(19)

-Genogram: 19 Bpk. S (32 th) Bpk. Y (..th) Ibu K (… th) Ibu S (39 th) Bpk T (37th) An.E ( 5 th) Bpk... (..th) Ibu S (… th)

(20)

Keterangan :

: laki-laki : laki-laki meninggal

: perempuan sakit : perempuan meninggal : perempuan : cerai

7. Tipe Keluarga: keluarga single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ibu) dengan anak karena proses ditinggalkan.

8. Suku Bangsa: ibu S mengatakan: Ibu S berasal dari suku jawa, setelah menikah Ibu S menetap di Jember dan bahasa yang digunakan bahasa jawa dengan campuran bahasa madura. Keyakinan yang berhubungan dengan kesehatan keluarga Ibu S adalah membiarkan dahulu dan mengobati semampunya dengan bantuan obat-obat yang dapat dibeli di warung, jika tidak sembuh dapat pergi ke puskesmas terdekat.

9. Agama: Ibu S mengatakan: kepercayaan yang dianut keluarga ibu S adalah Islam. Menurut ibu S, ibu S biasanya melaksanakan ibadah di rumah dan kadang-kadang melakukanya di masjid didekat rumahnya.

(21)

10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Ibu S mengatakan ia bekerja sebagai penjahit, penghasilan yang diperoleh per bulan Rp.200.000,-. Penghasilan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga Ibu S mencari tambahan dengan menerima jahitan dirumahnya, menurut ibu S. 11. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ibu S mengatakan: biasanya ibu S mengajak

An.Emi jalan-jalan ke alun-alun tetapi hal ini jarang dilakukan hanya ketika ibu S mempunyai uang.

II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

12. Tahap perkembangan keluarga saat ini: keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah.

Tugas perkembangan yang ditempuh keluarga adalah: a. Membantu anak untuk bersosialisasi

Ibu S sudah mampu untuk membantu anak bersosialisasi. Ibu S mengatakan bahwa anak E biasanya di ajak bermain kerumah tetangga. Anak E juga sering mengajak teman-temanya bermain dirumahnya. Hasil observasi didapatkan: anak E terlihat ceria, ketika di ajak bicara dia menjawab.

b. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)

Ibu S mengatakan: orang tua ibu S sudah meninggal tetapi ibu S masih menjalin hubungan yang baik dengan bibinya yang tinggal di depan rumahnya. Ibu S setiap hari bermain dan menonton tv dirumah bibinya.

(22)

Dilingkungan sekitarnya ada tetangga yang baik ada juga tetangga yang kurang baik. Ibu S menyikapinya dengan sabar. Kadang ketika ibu S mempunyai makanan ibu S juga sering membagikan ke tetangganya begitu juga sebaliknya, menurut ibu S.

c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

Ibu S mengatakan: setiap pagi sebelum dia berangkat kerja dia menyempatkan untuk memasak makanan buat anaknya setelah itu dia memandikan dan mengantarkan anaknya ke sekolah dan ibu S berangkat kerja. Ketika anak E pulang dari sekolah ibu S sudah pulang dari kerja. Ketika ibu S terlambat pulang kerumah biasanya Ibu S menitipkan anaknya ke bibinya yang tinggal didepan rumahnya.

d. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

Anak ibu S masih berusia 5 tahun sehingga dalam anggota keluarga ibu S tidak ada pembagian tanggung jawab. Setiap pagi ibu S memandikan anak E. Anak E sudah bisa menggunakan seragamnya dengan mandiri kemudian ibu S menyuapi anak E dan mengantarkannya ke sekolah. e. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak Ibu S mengatakan: setiap hari anak E pergi ke sekolah ditaman kanak-kanak yang letaknya dekat dengan rumahnya.

13.Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Dari pengkajian yang didapatkan ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi, adanya masalah yang kompleks pada keluarga Ibu S. Ibu S mangatakan: ibu S masih tidur dengan anak E sehingga belum ada privasi bagi anak E karena ibu S mengungkapkan bahwa anak E belum berani tidur sendiri. Ibu S

(23)

belum mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal privasi dan rasa aman.

14. Riwayat keluarga inti: Ibu S mengatakan: Ibu S sudah lama menetap di jember sejak menikah. Ibu S sekarang tinggal di jember dengan anak E.

15.Riwayat keluarga sebelumnya: Ibu S mengatakan: kedua orang tua Bp.T tinggal di Kediri dan sebagian keluarga besarnya tinggal disana sedangkan kedua orang tua Ibu S berada dijember dan sudah meninggal, ada satu orang adik yang tinggal bersama ibu S, ketika ibu S melahirkan, adik dari ibu S yang membantu merawat ibu S. Ibu S mengatakan: setelah mempunyai anak Bp.T mencari pekerjaan di bali untuk menafkahi keluarga dan setelah bekerja disana Bp.T ternyata menikah lagi dan tidak pernah pulang kerumah. Bp.T sudah lama meninggalkan ibu S dan anak E.

III. LINGKUNGAN

16.Karekteristik Lingkungan Rumah : rumah yang ditempati adalah rumah pribadi berukuran 6m x 8m yang ditempati oleh ibu S dan Anak E. Rumah terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang tamu, dua kamar tidur dan dapur. Terdapat dua jendela di ruang tamu, satu jendela di kamar tidur depan yang ditempati oleh anak dan kamar tidur kedua ditempati ibu S tanpa jendela. Tembok rumah hanya berupa anyaman bambu, ruangan depan yang dibangun dari batu bata. Di dalam dapur terdapat kandang ayam yang bersebelahan dengan kamar tidur anak dan ibu.

17.Karakteristik Tetangga dan Komunitas : ibu S bertempat tinggal di perkampungan dengan jarak rumah antar tetangga yang cukup dekat.

(24)

3

18.Mobilitas Geografis Keluarga: ibu S dan anaknya setiap hari berjalan kaki untuk bekerja. Tidak ada kendaraan lain yang dimiliki keluarga ibu S. Setiap hari ibu S mengantarkan an. E pergi ke sekolah, kemudian dilanjutkan menuju tempat bekerjanya hingga pukul 10 siang.

19.Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: ibu S mengatakan bahwa setiap hari berkumpul dengan An. E setelah pulang kerja. Dan ibu S memiliki perkumpulan pengajian yang diikuti secara rutin. Ibu S mengungkapkan bahwa tetangganya ada yang menyukai dan tidak menyukai ibu S.

20.Sistem Pendukung Keluarga: keluarga Ibu S. mendapatkan dukungan dari pamannya, bibinya yang tempat tinggalnya berdekatan dengan ibu S. ibu S juga mengatakan bahwa jarang memiliki permasalahan serius sehingga harus melibatkan keluarga.

denah rumah: 8 6 2 4 5 7 pintu

(25)

Keterangan:

1. Ruang Tamu : meja dan kursi

2. Ruang dapur : mesin jahit

3. Tempat tidur anak : perabotan dapur

4. Tempat tidur emi 5. Kandang ayam 6. Kamar mandi

7. Ladang

8. Sumur

Keadaan lingkungan dalam rumah :

Luas rumah : 6 m x 8 m

Tipe rumah : Status kepemilikan milik sendiri

25 1

U jendel

(26)

Jumlah ruangan : 4 ruangan

Jumlah jendela : 3 buah

Pemanfaatan ruangan : Terdiri dari 2 kamar dengan 1 kamar untuk anak dan ibu S, 1 kamar untuk Tn. Su, 1 kamar mandi di luar, 1 dapur.

Peletakan perabotan : 5 kursi diletakkan di ruang tamu, di pojok sebelah pintu diletakkan mesin jahit ibu S. Tempat tidur anak E terletak bersebelahan dengan almari di kamar anak E. Jenis septic tank : tidak memiliki, karena BAB

keluarga di sungai.

Sumber air minum : Air sumur

Sistem Pendukung dan Jaringan Sosial Keluarga (eco map):

Ibu S (39 th)

Bpk T (37th) Tetangga (ibu S)

Keluarga besar ibu S

Kelompok pengajian

(27)

IV.STRUKTUR KELUARGA

21. Pola Komunikasi Keluarga : ibu S menyampaikan bahwa anak E senang bercerita tentang temannya di sekolah dan ibu S menanggapinya dengan senang, bertanya tentang dapat tugas apa di sekolah, bagaimana tadi sekolahnya, dan sebagainya. Namun kadang kala ibu S pernah marah mana kala anaknya nakal, rewel, atau minta sesuatu yang menurut ibu S tidak bisa memenuhinya. Di dalam keluarga tersebut juga ada adik kandungnya yang bernama Tn. Su. Komunikasi ibu S dengan Tn. Su tidak begitu terbuka atau jarang berkomunikasi dengan alasan Tn. Su malu untuk berbicara apalagi masalah pribadinya. Tn. Su sering keluar bersama temannya dengan alasan bosan di rumah (penuturan ibu S). Dari penuturan ibu S, biasanya adiknya kalau ada masalah dia suka diam, menyendiri dan wajahnya terlihat sedih atau cemberut dan ibu S memancing pengakuan dari Tn. Su dengan cara bertanya kenapa kok terlihat sedih, pucat, cemberut. Namun dari sikap Tn. Su yang kurang terbuka ini ibu S tidak mempermasalahkannya karena ada teman-temannya yang Tn. Su ajak untuk berdiskusi terhadap masalahnya.

22. Struktur Kekuasaan Keluarga: Ibu S pemegang keputusan terakhir dalam keluarga selama suaminya Bp. T lama tidak pulang sehingga dia yang menjadi kepala keluarga. Adiknya pun juga nurut saja tanpa banyak komentar terhadap keputusan ibu S (dari penuturan ibu S).

23. Struktur Peran :

27

An.E ( 5 th)

(28)

a. Ibu S berperan sebagai ibu sekaligus sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, ibu rumah tangga, pembimbing anak-anak, dan pengatur rumah tangga.

b. Anak E berperan sebagai anak tunggal dalam keluarga, penghibur keluarga dengan gerak-geriknya serta ucapannya yang lucu.

c. Sukirman tidak mempunyai peran yang sangat penting didalam keluarga ibu S karena statusnya hanya anggota keluarga tambahan.

24. Nilai dan Norma Budaya:

Norma yang dianut yaitu : sopan santun, menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya. Anak E kadang kala mendapat cubitan dan jeweran bila tidak mau segera pulang saat bermain dengan teman-temannya.

V. FUNGSI KELUARGA

25. Fungsi Afeksi : ibu S mengatakan bahwa Anak E pernah mengungkapkan perasaannya pada saat meminta sesuatu padanya misalnya dengan merengek-rengek saat minta dibelikan susu, minta jalan-jalan ke alun-alun (dari penuturan ibu S).

26. Fungsi Sosialisasi : Ibu S menyekolahkan anak E ke sekolah formal dan diperbolehkan bermain dengan teman sebaya dan anak S juga sering bermain di rumah tetangga, ke sungai kecil bersama teman-temannya kecuali pada malam hari hanya bermain ke rumah kakeknya (paman ibu S) (hasil pengamatan dan penuturan ibu S).

27. Fungsi perawatan keluarga: keluarga ibu S. mengatakan bahwa keadaan kesehatannya sudah mulai membaik namun masih perlu pengobatan secara rutin. Meski masih sering batuk-batuk namun sudah tidak seperti beberapa bulan yang lalu. Meski penghasilan per bulan hanya Rp 200.000 per bulan namun Ibu. S masih merasa mampu biayai

(29)

diambil dari halaman belakang atau berbelanja, lauk pauknya kadang telur, tahu tempe, atau hanya sambal saja. Ketika terjadi gangguan kesehatan, ibu S langsung membawanya ke puskesmas patrang.

28.Fungsi reproduksi : ibu S mengatakan dari dulu tidak punya kelainan reproduksi. Anak E juga dilahirkan secara normal. Ibu S tidak pernah mengalami keguguran.

29. Fungsi Ekonomi : ibu S mengatakan: gaji yang diperoleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Untuk menambah penghasilannya ibu S menjual sayuran dan telur hasil ternak, (penuturan ibu S).

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA

30. Stressor jangka pendek : ibu S mengatakan kadang anak E merengek atau bahkan menangis minta dibelikan susu, baju baru, ataupun jalan-jalan ke alun-alun. Namun oleh ibu S dibiarkan saja dengan alasan itu hanya keinginan sesaat anak E dan lebih baik uangnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

31.Stressor jangka panjang : keadaan perekonomian yang sulit terutama setelah Bp. T pergi kerja ke Bali dan lama tidak pulang sehingga ibu S harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama anaknya. Ibu S mengatakan gaji yang didapat sebagai seorang penjahit hanyalah Rp. 200.000/bulan dan itu sangat kurang. Penyakit TBC yang sudah lama dideritanya dianggap biasa olehnya sudah jarang kambuh.

32. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : ibu S sangat mampu dan sabar dalam menghadapi masalah yang muncul di dalam keluarganya. Ibu S mengatakan bahwa manusia hidup pasti ada

(30)

masalah. Namun kita harus menghadapi itu dengan penuh kesabaran. Apalagi masalah ekonomi yang sangat minimal sekali. Ibu S jarang mengeluh saat kesulitan keuangan dan tidak pernah bersikap kasar terhadap anak S karena masalah yang dipikirkannya.

33. Strategi koping yang digunakan : menurut ibu S koping yang digunakan untuk membantu meringankan masalah ekonomi adalah menjual sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Selain itu menjual ayam dan telurnya serta menerima jahitan di rumah.

34. Strategi adaptasi disfungsional : ibu S mengatakan tidak ada perilaku yang menyimpang dalam menghadapi masalahnya. Semua masalah yang ada dihadapi dengan sabar.

VII. Hasil Pengkajian Fisik

No Pemeriksaan Fisik

Ibu S Anak E

1 Keluhan saat ini Kadang batuk • Tidak ada keluhan 2 Kepala • Rambut hitam

• Mata bersinar

• Warna kulit muka sawo matang.

• Bibir kecokelatan

• Lidah merah muda, permukaan berbintik.

• Gigi bersih.

• Rambut hitam

• Mata bersinar

• Warna kulit muka sawo matang.

• Bibir kecokelatan

• Lidah merah muda, permukaan berbintik.

• Gigi bersih. 3 Leher Tidak ada pembengkakan

kelenjar tyroid.

• Teraba denyutan vena jugularis.

• Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid.

• Teraba denyutan vena jugularis.

4 Thorax Suara nafas vesikuler.

• Perbandingan diameter anteroposterior: transversal= 1:2

• Suara nafas vesikuler.

• Perbandingan diameter anteroposterior: transversal= 1:2

(31)

5 Abdomen • Inspeksi, perkusi, palpasi: tidak ada pembesaran organ.

• Warna kulit kecokelatan.

• Terdengar bising usus.

• Inspeksi, perkusi, palpasi: tidak ada pembesaran organ.

• Warna kulit

kecokelatan

• Terdengar bising usus. 6 Ekstremitas atas • Tangan kanan dan kiri

simetris.

• Teraba arteri brakhialis.

• Warna kulit kecokelatan.

• Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik)

• Tangan kanan dan kiri simetris. • Teraba arteri brakhialis. • Warna kulit kecokelatan • Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik)

7 Ekstremitas bawah

• Kaki kanan dan kiri simetris.

• Warna kulit kecokelatan.

• Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik)

• Kaki kanan dan kiri simetris.

• Warna kulit

kecokelatan

• Tidak menderita

kelumpuhan (kekuatan otot baik)

VIII. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

a. Persepsi terhadap masalah: Ibu S mengatakan bahwa dalam kehidupan pasti ada masalah dan harus diatasi dengan sabar.

b. Harapan terhadap masalah: harapan Ibu S kedepannya yaitu membahagiakan anak.

(32)
(33)

33

No. Data Masalah/Dia

gnosa Kemungkinan Penyebab Diagnosa keperawatan 1. Tahap I DS :

- Ibu S, air limbah dibiarkan mengalir di selokan di sekitar rumah. - Ibu. H mangatakan kandang ayam berada di dalam rumah

- Menurut keluarga, kandang ayam seharusnya berada di luar. Tetapi tidak ada biaya untuk membuat kandang.

- kamar anak E berdekatan dengan kamar Ibu S dan kandang ayam DO: - Tidak terdapat Jendela kamar di kamar ibu S. - Lingkungan tidak layak ( kandang hewan di sekitar rumah).

- air kotor di buang di selokan.

- Sanitasi rumah buruk - ventilasi kurang, tembok dari bambu.

Tahap II

Keluarga tidak mampu

Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit) Keluarga tidak mampu memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah Resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih)

(34)

PRIORITAS MASALAH

Diagnosa Keperawatan:

Resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih)

No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah Aktual = 3

1 3/3x1=1/3 Ibu S menyadari keadaan

kesehatannya sekarang ini dapat mengakibatkan anak E tertular penyakitnya.

2. Kemungkinan masalah diubah Sebagian = 1

2 1/2x2=1 Keadaan kesehatan ibu S yang menderita TB paru ini dapat diubah dengan cara melakukan

(35)

pengobatan ke puskesmas Patrang.

3. Potensial masalah dicegah

Cukup = 2

1 2/3x1= 2/3 Proses pengobatan secara berkala dan teratur serta interaksi yang

diperhatikan dapat

meminimalkan penularan

penyakit. 4. Menonjolnya

masalah

Masalah ada dan perlu ditangani=2

1 2/2x1=1 Masalah sangat dirasakan ada dan memerlukan penanganan untuk menghindari dampak lainnya.

Jumlah 3

Diagnosa keperawatan :

Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga

No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah Aktual = 3

1 3/3x1=1/3 Kandang ayam yang terletak tepat di samping rumah menjadikan ancaman dalam munculnya penyakit yang lain misalnya flu burung.

2. Kemungkinan masalah diubah Sebagian = 1

2 1/2x2=1 Perlunya kesadaran ibu S untuk

segera memindahkan letak kandang ayam di belakang rumah.

3. Potensial masalah dicegah

1 1/3x1=1/3 Biaya untuk membuat kandang

ayam yang baru masih belum

(36)

Rendah = 1 mencukupi. 4. Menonjolnya

masalah

Masalah ada dan tidak perlu segera ditangani=1

1 1/2x1=1/2 Ancaman dirasakan ada tetapi keluarga merasa ada hal yang lebih penting untuk terlebih dahulu diselesaikan.

Jumlah 2.16

Diagnosa Keperawatan :

Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No.

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah Krisis = 1

1 1/3x1=1/3 Ibu S sudah mulai terbiasa dengan peran gandanya sebagai single parent sejak kepergian Bp. T.

2. Kemungkinan masalah diubah Sebagian = 1

2 1/2x2=1 Peran orang tua yang sesuai untuk mendapatkan pertumbuhan anak yang baik diharapkan oleh ibu S pada bagi E untuk memberikan perhatian penuh pada anak E.

3. Potensial masalah dicegah

Cukup = 2

1 2/3x1= 2/3 Masalah sudah lama berlangsung sekitar 5 tahun. Kehadiran Bp. T sudah tidak diharapkan lagi sehingga membuat ibu S semakin mantap untuk menyandang status sebagai single parent.

(37)

4. Menonjolnya masalah Masalah tidak dirasakan = 0

1 0/2x1=0 Dalam perubahan perannya ibu S

tidak mengalami kesulitan dalam mengasuh dan memberikan perhatian yang penuh pada anak E.

Jumlah 2

Diagnosa keperawatan keluarga bersadarkan prioritas :

Dari hasil penghitungan maka dapat disusun diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada keluarga ibu S :

1. Resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih)

2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga

3. Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

(38)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU S

No Dignosa

keperawatan

Tujuan umum

Tujuan khusus Kriteria Standar intervensi

1 Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit) pada keluarga ibu S khususnya pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan Setelah dilakukan asuhan keperawatan maka keluarga akan menunjukkan kemampuan dalam memodifikasi lingkungan rumah. Setelah pertemuan 4 x 60 menit dapat menunjukkan : 1. Keluarga mampu mengenal masalah dalam memodifikas i lingkungan Respon verbal Langkah awal yang dilakukan yaitu memberikan informasi tentang masalah yang dapat ditimbulkan dalam tata lingkungan 1.1.1 Berikan penjelasan pada keluarga mengenai masalah-masalah yang dapat ditimbulakan dari tata lingkungannya

(39)

lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih) 2. Keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perubahan tata ruang rumah 3. Keluarga mampu memberikan dukungan positif pada ibu S untuk segera memindahka n kandang ayam ke belakang rumah Respon verbal Demonst rasikan

Sikap ibu S untuk melakukan

perubahan pada tata ruang rumah

Kesehatan yang harus segera disembuhkan sebagai pendukung untuk segera memindahkan kandang ayam 2.1.1 dukung keluarga untuk mengambil keputusan dalam

melakukan perubahan tata ruang rumah.

3.1.1 Lakukan konsultasi pada keluarga khususnya ibu S tentang pemindahan kandang ayam.

3.1.2 instruksikan pada keluarga untuk menjaga hygiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi

(40)

4. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang mendukung peningkatan status kesehatan keluarga. 5. Keluarga mampu menggunaka n fasilitas kesehatan yang ada untuk Demonst rasikan Demonst rasikan Status kesehatan pada keluarga ibu

S dapat ditingkatkan dengan adanya lingkungan yang nyaman dan bersih Pelayanan kesehatan sangat memperhatikan faktor-faktor yang mendukung kesembuhan ibu S 4.1.1 Anjurkan kepada keluarga untuk membersihkan lingkungan dengan benar 5.1.1 anjurkan keluarga khususnya pada ibu S ke puskesmas untuk selalu mengontrol kesehatannya dan menanyakan tentang faktor lingkungan yang dapat mengganggu status

(41)

melakukan konsultasi tentang pengaruh tata ruang terhadap pemeliharaa n kesehatan keluarga kesehatan keluarganya. 2 Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Setelah dilakukan asuhan keperawatan Ibu S mampu menjalankan perannya sebagai single parent Setelah dilakukan pertemuan 4x60 menit, keluarga menunjukkan: 1. Keluarga mampu mengenal dampak situasi pada perubahan Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan adanya kesulitan dalam melakukan peran yang baru

1.1.1 Bantu keluarga mengenal masalah 1.1.2 Diskusikan dengan

ibu S mengenai rasa tidak menerima kondisi bahwa ibu S

(42)

peran 2. Keluarga mampu memutuskan untuk melakukan peran ganda 3. Keluarga mampu meberikan support pada dirinya dalam pengasuhan anak E Respon verbal redemon strasi Ibu S tidak membutuhkan bantuan orang lain dalam mengasuh anak E Anak E menjadi motivator bagi ibu S untuk menyemangati kembali hidup Ibu S mampu menjalankan perannya dengan baik melakukan peran ganda 2.1.1 Ajarkan perilaku baru yang

dibutuhkan oleh ibu S untuk memenuhi suatu peran.

3.1.1 bantu ibu S dalam mengidentifikasi kekuatan diri 3.1.2 bantu ibu S dalam

mengidentifikasi berbagai peran dalam hidup.

(43)

4. Keluarga mampu memenuhi harapan peran 5. Keluarga dapat menggunaka n fasilitas pelayanan kesehatan sebagai sarana untuk memutuskan masalah Redemo nstrasika n redemon strasi Dengan menggunakan fasilitas kesehatan ibu S dapat berkonsultasi tentang masalah perannya

4.1.1 beri penjelasan pada ibu S tentang peran yang harus dilakukan sebagai single parent

4.1.2 fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran

5.1.1 Beri penjelasan pada keluarga tentang fungsi fasilitas dan pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan. 5.1.2 Diskusikan tentang pelayanan yang ada sebagai tempat untuk

(44)

mendapatkan solusi masalah peran keluarga. 3 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluaraga akan mengerti cara memelihara rumah Setelah pertemuan 4x60 menit dapat menunjukkan: 1. Keluarga mampu mengenal masalah pemeliharaa n rumah 2. Keluarga Respon verbal Respon Ibu S mampu mengidentifikasi adanya ancaman dalam lingkungan rumah

Tata ruang yang

1.1.1 Bantu keluarga mengenal masalah 1.1.2 Tingkatkan status pendidikan keluarga dengan memberikan pendidikan pada keluarga tentang rumah sehat dan tata ruang rumah yang baik

(45)

mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatur lingkungan rumah 3. Keluarga mampu melakukan tindakan modifikasi dengan tepat 4. Keluarga verbal Respon verbal redemon buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit dan mengurangi kenyamanan Ibu S dapat memindahkan kandang ayam ke halaman belakang dan membuat WC supaya yidak BAB di sungai Penataan ruang dalam memutuskan tindakan keperawatan 2.1.2 Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dalam pengambilan keputusan 3.1.1 Kaji kemampuan anggota keluarga dalam memodifikasi lingkungan 3.1.2 Jelaskan tentang

perubahan yang bisa terjadi setelah memodifikasi lingkungan. 4.1.1 Ajarkan dan

(46)

mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman 5. Keluarga dapat menggunaka n fasilitas kesehatan yang ada untuk mendapatka n informasi tentang penatalaksan aan rumah strasikan redemon strasikan

rumah yang baik dapat menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih Dengan menggunakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dapat membantu memberikan masukan untuk mengatur tata ruang rumah yang sehat dan sebagai tempat rujukan jika ada anggota

demontrasikan cara modifikasi lingkungan rumah. 4.1.2 Bantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang sehat 5.1.1 Beri penjelasan pada keluarga tentang fungsi fasilitas dan pelayanan kesehatan yang dapat digunakan. 5.1.2 Diskusikan tentang pelayanan yang ada sebagai tempat rujukam keluarga bila ada

(47)

dan sebagai tempat rujukan keluarga yang sakit yang sakit. 5.1.3 Kaji kemampuan keluarga dalam penentuan pelayanan kesehatan yang tepat. 47

(48)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI TANDA TANGAN EVALUASI 10/12/2009 Resiko terjadinya infeksi

(penularan penyakit) pada keluarga ibu S khususnya pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan

permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih)

1.1 Memberikan penjelasan pada ibu S mengenai masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari tata lingkungannya

---1.2 memberikan dukungan keluarga untuk mengambil keputusan dalam melakukan perubahan tata ruang

rumah---1.3 mendiskusikan dengan keluarga tentang pemindahan kandang ayam--- 1.4 Menganjurkan keluarga untuk menjaga hygiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi

FitriFitri --- Fitri---S: Ibu S mengatakan ingin segera memindahkan kandang ayamnya ke belakang rumah

O: sudah ada kerangka kandang ayam di belakang rumahnya A: Masalah pembiayaan yang belum ada P: Lakukan diskusi dengan keluarga cara untuk segera

(49)

1.5 Menganjurkan keluarga khususnya pada ibui S ke puskesmas untuk selalu mengontrol kesehatannya dan keluarga untuk menjaga hygiene pribadi untuk melindungi tubuh terhadap

infeksi----Fitri

---mendapatkan biaya tersebut

12/12/2009 Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S

berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1.1Kembali mengkomunikasikan mengenai perasaan yang dirasakan oleh ibu S

-1.2 Mengajak ibu untuk mengenal lebih jauh masalah yang sedang dihadapi 1.3 Membantu ibu S dalam

mengidentifikasi kekuatan diri

---1.4 beri penjelasan pada ibu S tentang

TifaniTifani

---S: Ibu S mengatakan sudah mulai melupakan Bp. T dan

kehadirannya sudah tidak diharapkan lagi. O: Ibu S terlihat lebih tenang namun matanya sedikit berkaca-kaca A: Masalah mulai dapat diselesaikan

(50)

peran yang harus dilakukan sebagai single parent

---1.5 Memberikan dukungan pada ibu S agar dapat menjalani perannya dengan baik--- Tifani---P: Lanjutkan diskusi dengan keluarga mengenai perannya 13/12/2009 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani

masalah pemeliharaan

rumah keluarga

1.1 Membantu keluarga mengenal masalah

---1.2 Meningkatkan status pendidikan keluarga dengan memberikan pendidikan pada keluarga tentang rumah sehat dan tata ruang rumah yang baik ---1.3 Kaji kemampuan anggota

keluarga dalam memodifikasi lingkungan

1.4 Ajarkan dan demontrasikan cara modifikasi lingkungan rumah

--- Tofan--- - Tofan---S: ibu S menyatakan bahwa rumahnya masih butuh

perbaikan dan akan memindahkan kandang ayam ke belakang rumah O: Rumah berdebu - Lantai dari semen

- kandang dan rumah hanya berbatasan

(51)

1.5 Diskusikan tentang pelayanan yang ada sebagai tempat rujuka keluarga bila ada yang sakit

---Tofan--- dengan dinding bambu A: Masalah belum selesai karena

keterbatasan biaya tapi ada kemauan dari keluarga

P: anjurkan untuk segera melakukan tindakan

(52)

BAB 4. PEMBAHASAN

Kegiatan pembinaan keluarga dilakukan di area kerja Puskesmas Patrang dengan keluarga binaan ditentukan oleh petugas puskesmas. Keluarga binaan yang ditunjuk oleh Puskesmas adalah keluarga ibu S, dengan anggota keluarga anak S. Pembagian mahasiswa sesuai dengan tanggung jawab tiap langkah asuhan keperawatan keluarga seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Dilakukan supervisi oleh dosen pembimbing seharusnya dilakukan minimal 3 kali sesuai dengan kontrak program mata kuliah asuhan keperawatan keluarga

Pengaplikasian teori keperawatan keluarga dilakukan oleh mahasiswa mulai dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi dengan tujuan agar keluarga mampu melakukan 5 tugas kesehatannya, yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu memutuskan tindakan kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit, mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Dengan dicapainya tujuan tersebut, diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.

Pengkajian keluarga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sesuai dengan kesepakatan dengan keluarga ibu S. Dalam proses pengkajian, keluarga ibu S sangat kooperatif. Setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengkaji dijawab dengan baik oleh ibu S dan pernyataan ibu S disampaikan secara jelas. Pengkajian terhadap keluarga dilakukan selama dua kali pertemuan sedangkan pengkajian terhadap individu selama 1 kali pertemuan. Pendekatan yang diguanakan mahasiswa dalam melaksanakan praktik klinik keperawatan keluarga adalah problem solving approach (pendekatan menggunakan model pemecahan masalah) sehingga antusiasme keluarga sangat tinggi untuk menerima mahasiswa sebagai pembina kesehatan dalam keluarganya.

(53)

Perumusan diagnosa keparawatan dianalisis berdasarkan dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, yang bersifat actual, resiko atau kesejahteraan, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Perumusan diagnosa yang disepakati oleh keluarga dan kelompok kami adalah resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurang bersih), kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga, perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

Perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan secara beruntun dikarenakan menyesuaikan jadwal keluarga dan kelompok. Setelah penyusunan perencanaan dilakukan oleh kelompok meliputi penyusunan prioritas, penetapan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keluarga ditetapkan selanjutnya adalah pelaksanaan asuhan. Intervensi dilaksanakan oleh kelompok dengan melibatkan keluarga ibu S yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal pertemuan yang telah disepakati. Tidak terdapat kendala berarti selama pelaksanaan asuhan keperawatan.

Rata-rata dalam waktu singkat mahasiswa mampu menyelesaikan tugas perawatan keluarga sesuai dengan tujuan, yaitu sampai mampu melakukan evaluasi. Pada tahapan evaluasi, kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Namun terdapat kendala diantaranya pembagian dosen pembimbing untuk dilakukan supervisi masih belum berjalan secara optimal. Kami menyadari dan memaklumi tentang keberadaan hal tersebut.

(54)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan data yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga

b. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga sesuai dengan masalah kesehatan keluarga

c. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keluarga

d. Tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat, dan pemerintah

e. Evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan secara sumatif dan formatif terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, menggunakan SOAP secara operasional.

5.2 Saran

a. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.

b. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk didalamnya adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat berlangsung dengan baik.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis

(TBC).http://www.indonesianursing.com [didownload tanggal 13 desember 2009]

Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www. kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2009]

Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.

http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2009]

(56)
(57)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu sistem yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dimana informasi akan dikalikan secara langsung dengan pseudo-noise

Dalam mengimplementasikan ibadah penting diketahui apakah ada suruhan/tata cara/ aturan yang baku yang telah diajarkan Allah SWT dan RasulNya dalam Al-Qur’an dan hadist. Jika

Pemilu nasional (pemilu legislatif dan pemilu presiden) 1) Pembentukan Badan Penyelenggara Pileg dan Pilpres; 2) Kelompok kerja kegiatan tahapan Pileg dan Pilpres;.. Rencana

Data diperoleh setelah melakukan pengujian efek anthelmintik infus daun kemangi (Ocimum Sanctum L.) terhadap cacing Ascaris suum Goeze yang paralisis

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain adalah masih sedikit lulusan SMK

Penelitian dilakukan dalam 2(Tiga) tahun, Tahun Pertama adalah melakukan analisis kelayakan investasi Sentra Mix-Used, guna mendukung peningkatan pendapatan daerah

Sama dengan halaman sebelumnya, widespace sangat terlihat yang berfungsi untuk membuat agar pembaca tetap fokus kepada foto. Gambar 31 Halaman 48 & 49 (Sumber :

Dalam dekad yang lalu pembedahan hernia telah dicabar oleh dua teknologi baru: oleh laparoskopi , yang telah cuba mengubah teknik pembedahan terbuka tradisional, dan oleh mesh palsu