• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petanda Tumor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Petanda Tumor"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH IMUNOSEROLOGIMUNOSEROLOGII PETANDA TUMOR PETANDA TUMOR Disusun oleh : Disusun oleh : Kelompok 8 : Kelompok 8 : Ajrina

Ajrina Malia Malia P27903117050P27903117050 Arie

Arie Susiloningtyas Susiloningtyas P27903117054P27903117054 Lulu

Lulu Lutfia Lutfia P27903117076P27903117076 Rizky

Rizky Pratama Pratama Putra Putra P279031170P279031170

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

POLTEKKES KEMENKES BANTEN POLTEKKES KEMENKES BANTEN

2018 2018

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT karena atas rahmat dan Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah petanda tumor ini. Sholawat karunianya kami dapat menyelesaikan makalah petanda tumor ini. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita yakni nabi besar teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita yakni nabi besar Muhammad.SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju Muhammad.SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang kaya dengan ilmu

zaman yang terang benderang kaya dengan ilmu pengetahuan.pengetahuan. Makalah ini

Makalah ini berisi mengberisi mengenai Petanda enai Petanda Tumor Tumor mulai dari mulai dari pengertian pengertian tumor,tumor, klasifikasi tumor, parameter-parameter petanda tumor tersebut.

klasifikasi tumor, parameter-parameter petanda tumor tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh membaca makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh  pihak yang

 pihak yang membantu dalam membantu dalam pengerjaan pengerjaan makalah makalah ini ini baik secarbaik secara mata materil eril maupunmaupun non-materil. non-materil. Tangerang, 19 Januari 2019 Tangerang, 19 Januari 2019 Penyusun Penyusun

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Contents

Contents

KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... ... 22 DAFTAR

DAFTAR ISI ...ISI ... ... 33 BAB I

BAB I ... ... 44 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN ... ... ... 44 A.

A. Latar Latar Belakang Belakang ... ... 44 B.

B. Rumusan Masalah Rumusan Masalah ... ... 44 C. C. Tujuan Tujuan ... ... 44 BAB II BAB II... ... 55 PEMBAHASAN PEMBAHASAN ... ... 55 A.

A. Definisi Petanda Definisi Petanda Tumor Tumor ... ... 55 B.

B. Klasifikasi Petanda Tumor Klasifikasi Petanda Tumor ... ... 55 C.

C. Parameter-Parameter Parameter-Parameter Petanda Petanda Tumor Tumor ... 12... 12 BAB III BAB III... ... 2929 PENUTUP PENUTUP... ... 2929 A. A. Kesimpulan Kesimpulan ... ... 2929 B. B. Saran Saran ... ... 3030 DAFTAR

(5)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Diperkirakan setiap tahun 12 juta orang diseluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Ironisnya kejadian ini terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang. Di Indonesia kejadian kanker mencapai 4.3%. berdasarkan data demografi, wanita lebih banyak menderita kanker yaitu sebanyak 5,7% sedangkan laki-laki hanya sekitar 2,9%, hal ini sejalan dengan tingginya angka pasien kanker pada ibu rumah tangga yaitu sekitar 8,2%. Berdasarkan tingkatan usia didapatkan semakin tinggi usia seseorang maka semakin beresiko untuk mengalami kanker, terbukti dengan kejadian kanker pada usia lebih dari 75 tahun berkisar antara 9,4%.

Seperti yang sudah kita ketahui kanker berkembang dari suatu tumor ,  berdasarkan data-data dan kajian-kajian di atas maka dirasa perlu tindakan untuk

menghambat angka terjadinya kanker yang membesar. Petanda tumor dapat menjadi salah satu diagnosis laboratorium yang dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan sel tumor atau kelainan dalam jaringan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Petanda Tumor ? 2. Apa saja klasifikasi Petanda Tumor ?

3. Apa saja parameter-parameter Petanda Tumor ?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian tumor

2. untuk mengetahui klasifikasi petanda tumor petanda tumor 3. untuk mengetahui parameter-parameter petanda tumor tersebut.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Petanda Tumor

Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di dalam darah, urin, atau cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor merupakan  protein,  namun beberapa jenis  penanda tumor yang terbaru dapat berupa gen atau senyawa lain. Ada banyak sekali penanda tumor yang saat ini digunakan oleh dokter untuk menunjang diagnosis atau pemantauan pasien penderita kanker. Sebagian penanda tumor hanya spesifik ditemukan pada satu jenis kanker tertentu, namun sebagian lainnya dapat ditemukan pada beberapa jenis tumor

Umumnya, pemeriksaan penanda tumor harus dilakukan berdasarkan rekomendasi dokter dan hasilnya dianalisa bersama dengan riwayat kesehatan  pasien, pemeriksaan fisik,  dan pemeriksaan laboratorium lainnya. Hal ini dikarenakan, pemeriksaan penanda tumor memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu sehingga tidak bisa digunakan sebagai satu-satunya penentu diagnosis kanker pada pasien.

B. Klasifikasi Petanda Tumor

Dengan perkembangan teknologi laboratorium khususnya perkembangan dalam bioteknologi, saat ini dimungkinkan untuk medeteksi petanda tumor bukan saja di tingkat seluler atau ekstra seluler, tetapi juga di tingkat molekuler.

1. Petanda tumor serologik (ekstra seluler)

Substansi yang diproduksi oleh sel kanker atau yang disekresi dan dilepaskan oleh sel jinak sebagai respons terhadap adanya kanker pada umumnya berupa makromolekul atau protein dengan komponen karbohidrat atau protein dengan komponen karbohidrat atau lipid yang kadarnya dalam darah atau cairan tubuh lain dapat diukur secara kuantitatif. Kadar substansi ini dalam batas-batas tertentu menunjukkan korelasi dengan pertumbuhan tumor. Hingga saat ini banyak sekali jenis substansi yang diketahui berkaitan

(7)

dengan tumor (tumor ascociated antigen), sehingga dalam aplikasinya di klinik petanda tumor sering dikelompokkan dalam beberapa kelompok :

 dihubungkan dengan respons penderita (host response marker )

  berkaitan dengan pertumbuhan dan destruksi sel (cell turnover marker )  Dihubungkan dengan proliferasi ( proliferation marker )

  petanda diferensiasi atau asal-usul sel (diferentiaton marker )

Petanda respons penderita pada umumnya dikaitkan dengan adanya inflamasi, baik sebagai respons terhadap tumor itu sendiri, respons terhadap  proses distruksi jaringan normal akibat invasi tumor ke jaringan atau respons terhadap infeksi yang berkaitan dengan kanker. Petanda tumor golongan ini yang telah lama digunakan di klinik adalah fosfatase alkali,   - GT, CRP, 2-makroglobulin dan lain-lain. Perkembangan terakhir telah mengungkapkan bahwa  berbagai jenis sitokin dan reseptornya juga dapat digunakan sebagai petanda

tumor, misalnya IL-2 dan sIL-2R, 1L-6 dan IL-6R, TNF-   dan berbagai jenis sitokin lainnya. Dinamika perubahan kadar sitokin dalam serum sesuai dengan  progresi dan regresi tumor. Disamping itu pada penderita kanker juga sering dilepaskan tPA (tissue plasminogen activator ) sehingga terjadi aktivasi kaskade koagulasi yang menyebabkan DIC (disseminated  intravaskular coagulation) dan hiperfibrinolisis yang sering berakhir dengan perdarahan hebat. Pada penderita kanker juga sering dijumpai para-endokrinopati yang ditandai dengan sekresi hormon oleh sel-sel yang pada keadaan normal tidak diprogramkan untuk memproduksi hormon tersebut dalam jumlah fisiologis ( ectopic hormone  secretion)

Petanda pertumbuhan dan destruksi sel yang sudah lama dikenal adalah LDH, fosfatase alkali plasenta dan asam sialat ( scialic acid ). Beberapa diantaranya merupakan produk sel yang mengalami destruksi, misal sitokeratin CK8, CK18 dan CK 19 atau Cyfra 21.1 yang sering dilepaskan ke dalam serum atau cairan tubuh akibat dekomposisi jaringan.

Petanda proliferasi menggambarkan intensitas proliferasi sel, yaitu jumlah sel baru yang dihasilkan setiap satuan waktu. Petanda ini dilepaskan oleh sel-sel

(8)

yang sedang membelah diri secara aktif dan mengindikasikan aktifitas  pertumbuhan sel. Beberapa contoh petanda tumor golongan ini adalah Ki 67, PCNA ( Proliferasi cell nuclear antigen) dan TPS (tissue polypeptide specific antigen). Ekspresi antigen-antigen ini menunjukkan korelasi baik dengan sintesis DNA, sehingga dapat digunakan sebagai indeks proliferasi sel.

Petanda diferensiasi adalah substansi yang diproduksi oleh sel atau jaringan tertentu, termasuk diantaranya berbagai jenis protein, enzim dan isoenzim serta hormon. Tumor yang berasal dari sel bersangkutan biasanya memproduksi substansi ini secara berlebihan, walaupun pada beberapa kasus ada pengendalian. Peran terpenting pengukuran kadar ini adalah menentukan asal-usul tumor atau  jenis tumor primer pada pasien dengan metastasis yang asal-usul tumornya tidak  jelas. Beberapa diantaranya yang sudah lama dikenal adalah PSA ( prostate  specific antigen) yang digunakan sebagai petanda kanker prostat, -HCG (hormon chorionic gonodotropin) yang digunakan untuk memantau pasien pasca molahidatidosa dan deteksi dini choriocarcinoma. Protein lain yang banyak digunakan adalah protein onkofetal misalnya AFP (alfa-fetoprotein) pada kanker hati, CEA (carcino embryogenic antigen) pada kanker yang berasal dari jaringan embrional. CA 15.3, anti GAL dan MMC  –  1 (breast cancer associated mucinous antigen) pada kanker payudara : SSC ( squamous cell carcinoma antigen) untuk kanker leher rahim dan kanker lain yang berasal dari sel skuamosa.

2. Petanda tumor seluler

Walaupun belum ada petanda morfologis yang hanya terdapat pada sel kanker dan tidak terdapat pada sel normal, ada beberapa ciri yang sering dijumpai  pada populasi sel ganas. Bersamaan dengan perubahan struktur komponen seluler  biasanya juga terjadi perubahan sifat dan fungsi biologis sel yang menetap.

a. Morfologi sel

Sel ganas yang menunjukkan anaplasia dengan ciri-ciri rasio antara volume nukleus dengan sitoplasma lebih besar dari normal, pola kromatin inti lebih halus dan maturasi sitoplasma terhambat. Hilangnya adesi antar sel dan antara populasi sel dengan stroma di sekitarnya juga dapat merupakan petanda pertumbuhan ganas. Evaluasi sel dan jaringan dengan

(9)

 pewarnaan sitokimia dan histokimia merupakan cara menentukan petanda tumor selular yang pertama digunakan, kemudian disusul dengan teknik imuno sitokimia dan imuno histokimia. Teknik ini dapat memberikan informasi tentang asal-usul sel kanker, jenis sel dan stadium diferensiasinya serta derajat keganasan. Teknik ini merupakan teknik yang masih penting untuk memastikan adanya keganasan pada satu spesimen, namun tidak memberikan informasi tentang sifat biologis tumor. Karena itu di negara-negara dimana metode diagnostik dan terapi kanker sudah sangat maju, pemeriksaan histopatologik dan sitopatologik saja dianggap tidak cukup. Mereka menuntut para meter yang lebih obyektif, kuantitatif dan reproducible  serta dapat mengukur sifat dasar tumor yang berkaitan langsung dengan sifat pertumbuhan dan sifat biologis lainya yang mencerminkan agresivitas tumor dan sensitivitasnya terhadap terapi.

 b. Fenotip dan petanda permukaan sel.

Perubahan sel ke arah ganas dapat mengakibatkan ekspresi atau fenotip yang tidak lazim atau produksi berbagai antigen baru yang mempunyai makna klinik dalam menunjang diagnosis atau memprediksi  prognosis kanker. Peranan antibodi monoklonal (AbMo) pada awal tahun 1980an merupakan penemuan yang sangat penting dalam dunia kedokteran, karena dimungkinkan menentukan antigen permukaan sel yang merupakan petanda jenis sel maupun stadium diferensiasinya secara spesifik. Salah satu contoh pemanfaatan AbMo adalah menentukan klasifikasi dan subklasifikasi leukemia. Dengan konsensus internasional antibodi dikelompokkan dalam berbagai Clusters of Differentiation (CD’s) sesuai dengan antigen permukaan dideteksinya. Hingga saat ini telah diidentifikasi l66 jenis CD antigen, walaupun banyak diantaranya yang  belum diketahui jelas fungsinya.

Setiap jenis sel dan setiap stadium maturasi mengekspresikan CD spesifik atau kombinasi spesifik CD yang relevan, misalnya ekspresi CD3 untuk limfosit, CD 14 untuk monosit, CD 19, CD 20 atau CD 22 untuk limfosit

(10)

B. kombinasi CD 10 dengan CD 19 atau CD 20 untuk sel pre-B, ekspresi CD 5 dan CD 7 untuk limfosit T, CD 13 dan atau CD 33 untuk sel mieloid. Walaupun sel leukemik mengekspresikan jenis antigen permukaan yang sama dengan sel normal, pada sel leukemik antigen permukaan biasanya diekspresikan dengan densitas abnormal (ekspresi berlebihan). Dalam keadaan normal tidak lebih dari 30% antigen permukaan yang relevan diekspresikan pada permukaan sel.

Banyak penelitian menyatakan bahwa immunophenotyping  pada leukemia dapat digunakan untuk : a) membedakan sel normal dari sel leukemik; b) menentukan lineage dan stadium diferensiasi; c) mengidentifikasi adanya ko-ekspresi antigen dari 2 lineage berbeda (mixed lineage leukemia); d) memprediksi prognosis. Telah dibuktikan bahwa sifat prokoagulan yang diekspresikan oleh sel ganas dan dampaknya terhadap mekanisme koagulasi-fibrinolisis bukan hanya merupakan epifenomena dari kanker, tetapi mempunyai fungsi penting dalam alur bioregulasi kanker yang  berpengaruh pada proses invasi, proliferasi dan metastasik serta

meningkatkan progresivitas kanker tertentu. c. Kinetik sel dan status ploidi

Tigadimensi perubahan kanker yaitu perubahan intrinsik,  perubahan dalam hubungan dengan lingkungan baik dengan matriks maupun dengan substansi biokimiawi ekstra seluler. Dan perubahan dalam  jumlah sel. Sitokinetik mencakup kinetik dari proliferasi dan pertumbuhan sel. Kemampuan untuk berpoliferasi secara autonom atau proliferasi tidak terkendali merupakan salah satu perubahan fenotip sel yang mengalami transformasi ganas. Sistem cyclin-cyclin dipendent kinase  (cyclin-cdk) sangat berpengaruh dalam pengaturan siklus sel. Kelainan pada sistem cyclin-cdk pada fase S dapat menyebabkan replikasi DNA berulang lebih dari satukali pada satu fase S tunggal sebelum siklus sel memasuki fase  berikutnya dengan akibat kandungan DNA abnormal atau dikenal sebagai

(11)

Kinetik sel menggambarkan pertumbuhan dan agresivitas tumor sehingga  pengukurannya merupakan prosedur penting untuk menentukan prognosis dan sebagai dasar pemilihan terapi yang tepat. Beberapa parameter kinetik sel yang sudah banyak digunakan adalah parameter fraksi fase S / SPF (proporsi fraksi dalam fase S dan fase G2M, merefleksikan kecepatan

 pertumbuhan tumor), ekspresi Ki67, PCNA dan TLI ( thymidine labelling index).

Proliferasi tidak terkendali mengandung risiko kesalahan dalam replikasi DNA dan menghasilkan kandungan DNA abnormal (aneuploidi). Aneuploidi sering ditemukan pada kanker dan dianggap mempunyai nilai  prognostik. Pada umumnya status ploidi dinyatakan dengan indeks DNA (ID). Status ploidi disbut diploid bila ID = 0,95 –  1,05 dan aneuploidi bila ID (0,95 atau) 1,05. pada umumnya jenis kanker dengan DNA aneuploidi mempunyai prognosis lebih buruk dibanding kanker dengan DNA diploid. Walaupun aneuploidi dalam sel atau jaringan tidak selalu berarti keganasan, aneuploidi merupakan indikasi bahwa sel bersangkutan  potensial menjadi ganas, bahkan sering dianggap sebagai status  premalignan. Karena itu histogram DNA merupakan informasi yang  bermakna dan dianggap dapat mempengaruhi keputusan klinik dalam

kaitannya dengan penentuan prognosis. d. Kelainan struktur kromosom

Pada kanker sering dijumpai kelainan kariotip atau struktur kromosom abnormal yang dapat diidentidikasi pada sel-sel yang  bermitosis. Kelainan sitogenetik ini dapat berupa translokasi, kehilangan

(deletion), penyisipan (insertion), invertion, amplifikasi dan lain-lain. Kelainan genetik pada umumnya terjadi pada kromosom di bagian- yang rapuh dan letaknya berdekatan dengan atau pada lokasi onkogen yang menyebabkan disfungsi onkogen bersangkutan dan selanjutnya berakibat transformasi ganas. Kelainan kariotip spesifik telah diketahui sejak lama  pada keganasan tertentu, misalnya kromosom philadelphia (Ph) yang dijumpai pada 90 % leukemia mielositik kronik dan pada 17-25 %

(12)

leukemia linfositik akut. Kromosom Ph terjadi akibat translokasi resiprokal onkogen c-abl   dari kromosom 9 ke lokasi spesifik pada kromosom 22 yang disebut bcr ( breakpoint cluster region) yang kemudian melakukan fusi dan membentuk Cimerie bcr-abl gene.

Gen abnormal ini dianggap bertanggungjawab atas terjadinya transformasi ganas. Petanda sitogenetik lain yang sudah lama diidentidikasi adalah translokasi antara kromosom 8 dan 14 pada B-ALL.

Kelainan kariotip juga dapat dijumpai pada tumor padat. Sebagian besar tumor padat menunjukkan delesi material genetik yang lokasinya pada umumnya sesuai dengan lokasi gen supresor, sehingga hal itu merupakan indikasi hilangnya atau inaktifasi gen supresor. Beberapa contoh, diantaranya delesi material genetik pada kromosom 17 (17q) pada kanker  payudara dan delesi pada kromosom 3 (3p) pada kanker paru jenis sel

kecil (SCLC)

3. Petanda Tumor Molekular

Penerapan teknologi DNA telah memunginkan identifikasi perubahan minimal pada DNA ( point mutation), yaitu perubahan satu atau beberapa nukelosida saja, bai karena hilang (deletion), substitusi atau translokasi yang tidak terdeteksi dengan peentuan kariotip kromosom. Teknologi PCR ( polymerase chain reaction) meningkatkan kemampuan deteksi kelainan molekuler sehingga dapat digunakan untuk deteksi dini dan deteksi sisa sel kanker (minimal residual disease, MRD). Teknik PCR bahkan dapat digunakan untuk mendeteksi risiko terjadinya kanker tert entu, khususnya pada  jenis kanker heredifer, misalnya delesi gen APC dan DCC pada kanker kolorektal, mutasi gen supresor BRCA 1 dan BRCA 2 pada kanker payudara dan kanker ovarium. Klasifikasi gen MDR (multi drug resistant)  dengan teknik ini juga bermanfaat sebagai pedoman terapi.

Berbagai kelainan gen yang unik sebagai akibat translokasi, deletion, insertion atau transposisi maupun point mulation di lokasi yang khas diketahui ada kaitannya dengan keganasan tertentu. Mutasi onkogen C-myc  dan ras

(13)

merupakan yang pertamakali diketahui akibat dalam mekanisme pertumbuhan kanker. Translokasi C-myc dapat dijumpai antara lain pada kanker payudara, kanker paru dan kanker kolon. Setidaknya sepertiga dari semua jenis kanker mengandung gen ras mutant. Onkogen ras memegang peran pada stadium awal maupun terminal perkembangan tumor. Onkogen lain yang sering mengalami mutasi pada berbagai jenis kanker adalah bcl 2 yang berfungsi sebagai gen anti-apoptotik, C-erb B2 dan lain-lain. Disamping mutasi onkogen, mutasi atau inaktifasi gen supresor juga memiliki peran penting dalam tumorigenesis-inaktivasi gen p53 yang terletak pada lengan pendek kromosom 17, atau gen Rb1 yang terletak pada lengan panjang kromosm 13 menyebabkan disfungsi gen-gen tersebut dan berakibat pertumbuhan tidak terkendali. Adanya kerusakan DNA akan menginduksi aktivitas p53 normal (wild type) untuk menghentikan siklus sel pada dase G1 dan memberi kesempatan kepada gen DNA repair  memperbaiki DNA yang rusak, sebelum siklus sel berlanjut ke fase sintesis dan replikasi DNA. Disfungsi gen p53 mengakibatkan disfungsi mekanisme DNA repair, sehingga DNA yang rusak tidak sempat diperbaiki bahkan direplikasi pada fase S dan diwariskan pada sel-sel turunannya. Disfungsi gen ini walaupun tidak selalu langsung menyebabkan transformasi ganas, mengakibatkan ketidakstabilan genetik. Mutasi lebih dari satu gen menyebabkan sel tumbuh lebih tidak terkendali dibanding mutasi satu gen saja. Ekspresi gen abnormal secara berlebihan dikaitkan dengan kecenderungan invasi atau metastasis, sedang bila hal itu terjadi pada kasus-kasus tenang atau remisi, merupakan indikasi bahwa  penyakitnya menjadi progresif. Dengan demikian, identifikasi mutasi gen  pada lokasi tertentu dapat digunakan sebagai parameter prognosis, bahkan

sebagai prediktor kecenderungan ganas.

C.Parameter-Parameter Petanda Tumor 

1. AFP (Alpha Fetoprotein)

Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat

(14)

dijumpai pada 70  –   95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP  biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP

tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi (>1000 IU/mL) pada kasus dengan keganasan hati primer, sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350  –   400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda.

AFP paa kehamilan protein ini mulai terbentuk di plasma saat janin (fetus)  berusia empat minggu dan dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai 12-16 minggu. Setelah melahirkan, AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah. Untuk membantu memperkirakan adanya kelainan pada janin, seperti sindrom down (kelainan genetik), sindrom turner,  dan spina bifida,  pemeriksaan AFP biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan 16-22 minggu. Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang mengandung bayi kembar. Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan pemeriksaan hormon estriol dan HCG,  serta pemeriksaan USG (ultrasonografi).

AFP pada kanker, pada penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker ovarium, dan kanker saluran empedu, kadar AFP dalam tubuh pasien meningkat. Pemeriksaan AFP tidak boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila ada gejala untuk pmeriksaan lain menunjang ke arah kanker tertentu. Sebagai petanda tumor, AFP bukan lah protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilainya dapat berbeda apabila diukur dengan metedo yang berbeda antar laboratoriu. Oleh karena itu diperlukan  pendamapingan dokter dalam menerjemahkan hasil AFP pasien.

Cara pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan CMIA (Chemiluminesecent Microparticle Immunoassay) dengan menggunakan sampel uji berupa serum atau plasma dengan antikoaagulan sodium heparin, litium

(15)

heparin atau EDTA. Sampel uji berupa serum atau plasma tersebut bertahan tujuh hari pada sushu 2-80C atau bisa lebih dari 7 hari apabila dibekukan pada suhu -200C atau lebih rendah. Sebelum pemeriksaan tidak ada persiapan khusus untuk  pasien.

Ha-hal yang dapat mempeengaruhi hasil tes antara lain: 1. Perokok.

2. Gestational Diabetes.

3. Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radioaktif dalam 2 minggu sebelumnya.

2. Carcinoembryonic antigen ( CEA)

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan  pula pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.

Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan, diagnosis, penentuan stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker  payudara setelah terapi awal, juga tidak untuk memantau respon penyakit metastasis terhadap pengobatan. Namun, peningkatan kadar CEA dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada parameter penyakit yang lain(Sacher, 2004).

Pemeriksaan CEA

Deskripsi : Carcinoembryonic Antigen (CEA)  merupakan penanda  berbagai jenis kanker yang dikombinasikan dengan

(16)

 penanda tumor lainnya. Manfaat

Pemeriksaan

: (1) Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma saluran cerna (CA 19-9), kanker  payudara (CA 15-3), kanker ovarium (CA 125), kanker  paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan kanker lambung; (2) Prognosis dan follow up kanker kolorektal; (3) Pemeriksaan pasca operasi dan  pemantauan prognosis kanker.

Persyaratan & Jenis Sampel

: 0,5 (0,25) mL Serum

Stabilitas Sampel : 2-8 °C : 48 jam, <= -20 °C : > 48 jam

Prosedur : -Ambil 10 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah atau jingga muda. Hindari hemolisis

-Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan karena mempengaruhi hasil

-Tidak perlu pembatasan makan dan cairan

 Nilai Rujukan : Dewasa: tidak merokok: <2,5 ng/ml; Merokok: <3,5 ng/ml

Gangguan inflamasi akut: 10 ng/dl; Neoplasma: 12 ng/dl

Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Beku ulang : Mutlak. Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau partikel lain.

3.Cancer antigen 72-4

Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated glycoprotein TAG 72  di dalam serum. Antibodi ini meningkat

(17)

 pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak pada organ tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28  –  80% ;  pada kanker ovarium, sensitifitas 47 –  80% ; sedangkan pada kanker usus besar,

sensitifitasnya 20 –  41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari satu petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relaps.

4. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9)

Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70  –  75% kanker pankreas dan 60  –   65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang.

Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di  belakang bagian bawah lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan, sedangkan sel endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon , yang mengatur tingkat gula darah dalam tubuh.

Di Amerika Serikat, kanker pankreas merupakan penyebab kematian akibat kanker ke-4 paling umum. Aktor, Patrick Swayze dan baru-baru ini, pendiri Apple, Steve Jobs, keduanya meninggal akibat kanker pankreas. Di Singapura, terjadi peningkatan kanker pankreas selama 40 tahun belakangan ini. Dari tahun 2003 hingga 2007, terdapat sekitar 1000 kasus dengan diagnosa kanker pankreas. Walaupun kanker pankreas tidak termasuk di dalam urutan 10 besar kanker yang  paling umum di Singapura, kanker tersebut menjadi penyebab ke-6 dan ke-7 kematian akibat kanker untuk pria dan wanita di Singapura yang menjadi

(18)

 penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Namun orang-orang dengan faktor resiko tertentu memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas. Faktor-faktor resiko tersebut meliputi:

1. Merokok: Merokok tembakau adalah faktor resiko utama untuk kanker  pankreas.

2. Diabetes: Mereka dengan diabetes memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas.

3. Faktor genetik: memiliki anggota keluarga terdekat dengan riwayat kanker  pankreas, meningkatkan resiko terkena kanker.

4. Pancreatitis (radang/infeksi pada pankreas):Peradangan/infeksi pada  pankreas untuk waktu yang cukup lama dapat meningkatkan resiko

terkena kanker pankreas.

5. Obesitas: Mereka yang memiliki kelebihan berat badan memiliki kemungkinan sedikit lebih banyak daripada orang lain untuk terkena kanker pankreas.

Cara mendeteksi kanker pankreas, apabila ada dugaan terkena kanker  pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan. Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter melihat pankreas dalam bentuk visual, sehingga dapat membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan  pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver.

Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography)  biasanya dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini menggunakan kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran yang mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam saluran pankreas sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas dapat diidentifikasi. Selama  prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan biopsi.

Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS) yang menggunakan alat ultrasound untuk mengambil gambar pankreas dari dalam  perut. Alat ultrasound dimasukkan melalui selang serat optik melalui

(19)

kerongkongan ke dalam perut untuk memperoleh gambar pankreas. Prosedur ini  juga memungkinkan untuk mengambil sample jaringan sel untuk keperluan  biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk dokter untuk mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat beberapa  jaringan-jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh seorang ahli patologi, yang memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat jaringan adalah dengan suatu jarum yang panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam pankreas. Ini disebut suatu biopsi jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau ultrasound untuk membimbing penempatan jarum. Tipe  biopsi lain adalah suatu biopsi sikat. Ini dilakukan sewaktu ERCP. Dokter

memasukkan suatu sikat yang sangat kecil melalui endoscope kedalam saluran empedu untuk menyeka sel-sel untuk diperiksa dibawah sebuah mikroskop.

Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin diperlukan. Selama operasi ini, dokter dapat memperhatikan organ-organ dalam  perut dan dapat mengangkat jaringan. Laparotomy membantu dokter menentukan keadaan atau luasnya penyakit. Mengetahui keadaan membantu dokter merencanakan perawatan. Contoh-contoh jaringan yang diperoleh dengan suatu macam biopsi mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang jelas, dan biopsi mungkin perlu diulang menggunakan suatu metode yang berbeda.

5. Cancer 12-5 (Ca-12-5)

dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-mucinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemotrapi. Diagnosa

1. Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda umum dari kesehatan. Dokter Anda mungkin menekan perut Anda untuk memeriksa tumor atau  penumpukan abnormal cairan (asites). Sebuah sampel cairan dapat diambil

untuk mencari sel-sel kanker ovarium.

2. Pemeriksaan panggul: Dokter Anda merasa ovarium dan organ terdekat untuk benjolan atau perubahan lain dalam bentuk atau ukuran. Tes Pap ini merupakan bagian dari pemeriksaan panggul normal, tetapi tidak

(20)

digunakan untuk mengumpulkan sel-sel ovarium. Tes Pap dapat mendeteksi kanker serviks. Tes Pap tidak digunakan untuk mendiagnosa kanker ovarium.

3. Tes darah: Dokter Anda mungkin agar tes darah. Lab mungkin memeriksa tingkat zat, termasuk CA-125. CA-125 adalah zat yang ditemukan pada  permukaan sel kanker ovarium dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda kanker atau kondisi lain. CA-125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker ovarium. Tes ini disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat untuk pemantauan respon wanita untuk pengobatan kanker ovarium dan untuk mendeteksi kembali setelah pengobatan.

4. Ultrasound: Perangkat USG menggunakan gelombang suara yang orang tidak dapat mendengar. Perangkat bertujuan gelombang suara pada organ-organ di dalam panggul. Gelombang memantul dari organ-organ. Sebuah komputer menciptakan gambar dari gema. Gambar dapat menunjukkan tumor ovarium. Untuk tampilan yang lebih baik dari indung telur,  perangkat mungkin akan dimasukkan ke dalam vagina (USG

transvaginal).

5. Biopsi: Biopsi adalah pengangkatan dari jaringan atau cairan untuk mencari sel-sel kanker.

Pembedahan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis kanker ovarium. CA-125, kanker antigen-125, adalah protein yang ditemukan pada tingkat sel-sel kanker ovarium yang paling tinggi dibandingkan dengan sel normal. CA-125 diproduksi pada permukaan sel dan dilepaskan dalam aliran darah. CA 125 adalah  penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga kanker rahim, karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim, dan masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan laboratorium.

Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap Kanker ovarium (indung telur) memiliki keterbatasan.

(21)

Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat ditemukan pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung telur, paru, payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan endometriosis, menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan di sekitar organ produksi.

Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal mengalami peningkatan CA-125.

 Namun tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami peningkatan, sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya.

 Nilai normal CA-125 : 0 –  35 U / mL.

6. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3)

Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker  payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat.

Petanda tumor CA 15-3 mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal penyakit dan akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium I hanya sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar 40% pasien, dan 75% pasien  pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial selama masa pemantauan  pasca terapi memberikan informasi prognostik yang lebih baik. Peningkatan CA 15-3 juga ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan Autoimun dan kelainan kelenjar ovarium.

Pada kanker payudara, peranan serum marker belum banyak dibuktikan. Serum marker yang paling banyak dipakai adalah Ca 15-3 dan Carcinoembryonic Antigen (CEA), sementara marker lain yang belum begitu banyak dipakai antara lain BR 29.29 (Ca 27.29), Tissue Polypeptide Antigen (TPA), Tissue Polypeptide

(22)

Specific Antigen (TPS) dan Her-2. Tujuan review ini adalah untuk mengevaluasi kegunaan klinis serum tumor marker pada kanker payudara, yaitu dalam diagnosis dini, prognosis, respon terhadap terapi, pengawasan setelah pengobatan primer, dan monitor respon pada penyakit tahap lanjut. Review terutama akan difokuskan  pada Ca 15-3 karena Ca 15-3 merupakan yang paling luas dipakai pada kanker  payudara. Fungsi pemeriksaan CA 15-3 :

1. Membantu Diagnosis Dini

Di antara semua serum marker yang ada, tidak ada satupun yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik untuk diagnosis dini kanker payudara. Ca 15-3 misalnya meningkat pada 10 pasien kanker  payudara stadium I, 20 % pasien stadium II, 40 % pasien stadium III, dan 75 % pasien stadium IV. Selain sensitivitasnya yang kurang baik, Ca 15-3 juga kurang spesifik, dan dapat ditemukan pada orang normal (~5%), pada  beberapa penyakit non-keganasan seperti penyakit hati, dan pada adenocarcinoma lain. Oleh sebab itu, diagnosis dini kanker payudara masih akan banyak bergantung pada mammography dan histopathology.

2. Menentukan Prognosis

Kebanyakan faktor prognosis yang telah ada (mis. ukuran tumor, status lymph node, dll) memerlukan jaringan tumor dengan operasi atau biopsi. Oleh sebab itu, diperlukan suatu marker prognosis dalam darah. Beberapa serum marker yang telah dipelajari antara lain Ca 15-3, serum Her-2, dan CEA. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kadar Ca 15-3 pada awal  penyakit yang tinggi (dengan cut off berkisar antara 25-40 KiloUnit/L) dapat

memprediksikan outcome yang buruk. Kadar Ca 15-3 selama follow up juga dapat memberikan informasi prognosis.

Tampellini, et al. melaporkan bahwa pasien dengan Ca 15-3 < 30 KU/L  pada saat kekambuhan pertama, akan memiliki masa bertahan hidup lebih  panjang daripada pasien dengan kadar yang lebih tinggi. Penemuan- penemuan ini menyatakan bahwa Ca 15-3 merupakan faktor prognosis yang  baik.

(23)

Selain Ca 15-3, Her-2 dan CEA juga dapat dijadikan faktor prognosis. Konsentrasi Her-2 yang tinggi dapat memprediksi outcome yang buruk (seperti: waktu pengembangan penyakit yang lebih cepat, masa bebas  penyakit yang lebih pendek dan kesembuhan keseluruhan yang rendah). Walaupun belum banyak dipelajari, kadar CEA pre/post operasi juga dikaitkan dengan prognosis kanker payudara yang buruk.

3. Prediksi Respon terhadap Terapi

Seperti faktor-faktor prognosis, marker-marker prediksi keberhasilan terapi yang telah ada juga memerlukan jaringan tumor untuk dianalisis. Beberapa penemuan awal menunjukkan bahwa serum Her-2 yang tinggi dapat dikaitkan dengan respon yang buruk terhadap terapi endokrin dan kemoterapi  berbasis cyclophosphamide-methotrexate-5-fluorourocil, tapi dapat

memprediksi hasil yang baik dengan terapi kombinasi trastuzumab (herceptin) dan kemoterapi.

Ca 15-3 dan marker terkait MUC-1 lainnya juga dapat dijadikan faktor  prediksi respon terapi. Overekspresi MUC-1 (antigen yang dideteksi oleh assay Ca 15-3 dan BR29.79) pada tikus menunjukkan resistensi terhadap cis- platinum. Studi lebih lanjut masih harus dilakukan untuk menentukan apakah kadar marker terkait MUC-1 dapat memprediksi respon/resistensi pada pasien yang menjalani terapi berbasis platinum.

4. Pengawasan setelah Pengobatan Primer

Pengawasan pasien setelah pengobatan primer dengan pemeriksaan klinis, radiologi, dan tes biokimia sekarang umum dilakukan, berdasarkan asumsi bahwa deteksi awal kekambuhan atau metastasis panyakit akan meningkatkan kesempatan untuk sembuh. Meskipun sebenarnya, data-data yang ada saat ini tidak menunjukkan bahwa follow up intensif menggunakan tes biokimia standar dan radiologi setelah pengobatan primer dapat  bermanfaat. Sebaliknya, keberhasilan follow up akan sangat bergantung pada

sensitivitas dan spesifisitas tes diagnosis yang digunakan.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah penggunaan Ca 15-3 sebagai dasar memulai pengobatan awal setelah pembedahan dapat

(24)

meningkatkan kesembuhan atau kualitas hidup pasien. Studi oleh Jager dilakukan pada pasien dengan kadar Ca 15-3 atau CEA yang meningkat, tapi tanpa adanya bukti metastasis penyakit. Sebagian pasien (n=21) diberikan  pengobatan medroxyprogesterone acetate, sementara sebagian lain (n = 26)

tidak. Untuk pasien yang tidak diobati, interval waktu hingga metastasis terdeteksi adalah 4 bulan, sementara untuk kelompok pasien yang diobati, interval waktu mencapai > 36 bulan.

Dua studi lain juga menunjukkan bahwa pengobatan awal yang hanya didasarkan pada peningkatan nilai marker (Ca 15-3, CEA, atau mammary cancer antigen), meskipun pada pasien asimtomatis, dapat memberikan outcome yang lebih baik, daripada jika pengobatan didasarkan pada radiologi atau yang lain.

Ketiga studi, walaupun menunjukkan hasil yang bagus, hanya dilakukan  pada pasien yang relatif sedikit, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan suatu perubahan dalam praktek klinis, misalnya untuk merekomendasikan  pasien asimtomatis dengan tumor marker meningkat untuk memulai suatu

terapi baru.

5. Monitor Respon terhadap Terapi pada Pasien Tahap Lanjut

Kriteria yang telah dipakai untuk mengukur respon terhadap terapi pada kanker payudara tahap lanjut adalah International Union against Cancer Criteria (UICC) yang mencakup pemeriksaan fisik, pengukuran luka, radiologi dan isotope scanning. Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari penggunaan serum marker dalam hal ini. Penggunaan serum marker memiliki beberapa keuntungan termasuk sensitivitas yang lebih baik,  pengukuran yang lebih objektif dan kenyamanan bagi pasien.

Dari 11 studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 66 % dari pasien membaik setelah kemoterapi, menunjukkan penurunan konsentrasi marker, 73 % dari pasien dengan penyakit yang stabil tidak menunjukkan perubahan konsentrasi marker yang signifikan, dan 80 % dari pasien dengan penyakit yang bertambah parah menunjukkan peningkatan konsentrasi marker. Dalam

(25)

sebagian besar studi-studi ini, yang dimaksud perubahan konsentrasi adalah  perubahan kadar Ca 15-3 > 25 %.

Hasil penelitian CEA menunjukkan hasil serupa. 82 % dari pasien memiliki konsentrasi CEA yang menurun dan respon penyakit, sedangkan 74 % memiliki konsentrasi yang tinggi dan penyakit yang memburuk.

Walaupun data-data yang telah ada menunjukkan korelasi yang baik antara tumor marker dengan respon terapi pada penyakit tahap lanjut, ASCO (American Society of Clinincal Oncology) tidak menganjurkan penggunaan rutin Ca 15-3 atau CEA dalam hal ini. ASCO hanya menyarankan pengunaan keduanya pada kondisi khusus, dimana evaluasi klinis sulit dilakukan, dan  baik Ca 15-3 maupun CEA tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan

respon terapi pada keadaan apapun.

Selain Ca 15-3 dan CEA, serum Her-2 juga dapat digunakan untuk memonitor respon pada terapi, terutama pada berbasis trastuzumab. Dalam suatu studi dengan 99 pasien tahap lanjut yang diberi terapi berbasis trastuzumab, didapatkan bahwa korelasi antara status klinis dengan serum Her-2 adalah 0.793, sementara dengan Ca 15-3 adalah 0.627. Jika kedua marker dikombinasi, didapatkan korelasinya dengan status kl inis adalah 0.83.

7. Prostat Spesific Antigen (PSA)

Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar  prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi  prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk  pemeriksaan rutin pada pria usia lebih dari 40 tahun. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas.

(26)

Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma. Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi  peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi

dapat juga disebabkan oleh BPH.

Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Pada BPH (pembesaran prostate yang jinak ) konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-PSA yang lebih dominan.

Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya. Pada pria berusia lanjut > 60 tahun hasil PSA bisa membuat rancu apakah pembesaran prostate jinak/ BPH yang sering terjadi pada pria berusia lanjut atau keganasan .Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau kanker prostat maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.

Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah menemukan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu :

 Usia : Risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun.

 Ras/Etnis : Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan orang berkulit putih.

 Riwayat Keluarga : Jika Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.

(27)

 Diet : Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.

Tes PSA (Prostate-Specific Antigen - Antigen Khusus Prostat). Tes ini  bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker prostat pada prostat . Bila hasil  pemeriksaan PSA sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan

free-PSA untuk menentukan nilai rasio free-free-PSA/free-PSA total. Manfaat Tes free-PSA :  Untuk skrining (PSA total).

 Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total).

 Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta  pemantauan setelah pengangkatan prostat.

Macam –  macam tes PSA :

1. Pemeriksaan colok dubur ( Digital Rectal Examination/DRE)

Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan. Prosedur  pemeriksaan colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak sedikit,

namun ini merupakan pemeriksaan yang cepat dan mudah.

2. Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)

Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat.  Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran  prostat, infeksi atau peradangan prostat.

Diagnosis kanker prostat dipastikan setelah dilakukan beberapa  pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu :

 Riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik (termasuk DRE)

 Pemeriksaan darah yaitu PSA total, dan bila perlu ditambahkan  pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total (atau c-PSA(2)/PSA total) untuk membedakan kanker prostat dan BPH terutama bagi pasien dengan hasil PSA total antara 2.6-10 ng/ml

(28)

 Biopsi yang dipandu dengan TRUS ( Transrectal ultrasonography) untuk mendapatkan jaringan prostat. Selanjutnya, jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker.

8. Neuron Specific Enolase (NSE)

 Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan  penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak

dan penyakit pada otak.

 NSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di lintasan glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait.

Deskripsi :  Neuron Spesific Enolase merupakan isoenzim glikolitik enolase yang memiliki tiga sub unit yaitu alfa, beta dan gamma.

Manfaat Pemeriksaan : (1) Diagnosis dan pemantauan terapi Small Cell Lung Carcinoma (SCLC); (2) Diagnosis dan  pemantauan neuroblastoma.

Persyaratan & Jenis Sampel

: 0.5 (0.3) mL serum

Stabilitas Sampel : 15-25 °C : 6 jam, 2-8 °C : 24 jam, -20 °C : 3  bulan

Persiapan Pasien :

-Hari Kerja : Kamis (08.00, 13.00, 15.00)

(29)

Nilai Rujukan : < 16.3 ng/Ml

Tempat Rujukan : Prodia Jakarta Kramat

Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak Mutlak; Beku ulang : Mutlak.

 Neuron Spesific Enolase subunit γ terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel neuron, sel neuroendokrin dan tumor neurogenik. Selain itu,juga terdapat pada  jaringan otot polos, trombosit, sel epitel Henle, sel macula densa ginjal, sel epitel  bronkhus dan pneumocyte tipe 2. Peningkatan kadar NSE dalam serum ditemukan  pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus NSCLC. Pemantauan kadar NSE serum secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat memberikan gambaran  perkembangan kanker atau kekambuhan.

Konsentrasi NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan sejumlah cedera otak lain seperti  subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain, hingga mulai dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah terjadi stroke iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.

9. Squamous cell carcinoma (SCC)

Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks putri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum lidah dan leher.

Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC) pertama kali dilaporkan oleh Kato dan Torigoe pada tahun 1977 yang merupakan sub fraksi dari tumor antigen TA-4 yang diambil dari 4 tahap pemurnian antigen tumor ini dari karsinoma sel skuamous pada serviks uteri dengan berat molekul 48.000 dalton yang berlokasi  pada sitoplasma epitel skuamous.

(30)

 Diagnosis : dengan nilai batas normal 2 ng/ml, maka sensitivitas diagnosisnya 51%

 Meramalkan prognosis : Kadar yang tinggi pada saat diagnosis menunjukkan prognosis yang kurang baik. Pemeriksaan sebelum terapi  bermanfaat untuk menentukan pasien yang berisiko tinggi untuk kambuh sehingga dapat pemantauan / terapi yang intensif. Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial terhadap kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.

 Deteksi kekambuhan : sensitivitasnya 83%

 Keparahan penyakit : Jumlah kasus dengan kadar antigen SCC di atas normal tergantung stadium. Makin tinggi stadium makin banyak jumlah kasus dengan antigen SCC yang positif. Pada stadium I : 20,4%, Stadium II : 73,1%, Stadium III : 96% dan Stadium IV : 100% (Penelitian Kato).

Kadar antigen SCC meningkat pada hampir semua karsinoma serviks stadium lanjut. Akan tetapi sebaliknya petanda tumor tidak bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pra kanker / karsinoma in situ atau karsinoma pra invasif.

10. Cyfra 21-1

Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan  paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma,

dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma.

BAB III PENUTUP

(31)

Penanda tumor adalah senyawa yang ditemukan di atas jumlah normal di dalam darah, urin, atau cairan tubuh lainnya bila terdapat kanker tertentu di dalam tubuh. Sebagian besar penanda tumor merupakan  protein,  namun beberapa jenis  penanda tumor yang terbaru dapat berupa gen atau senyawa lain. Umumnya,  pemeriksaan penanda tumor harus dilakukan berdasarkan rekomendasi dokter dan hasilnya dianalisa bersama dengan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium lainnya.

Dengan perkembangan teknologi laboratorium khususnya perkembangan dalam bioteknologi, saat ini dimungkinkan untuk medeteksi petanda tumor bukan saja di tingkat seluler atau ekstra seluler, tetapi juga di tingkat molekuler.

B. Saran

Dengan adanya petanda tumor ini diharapkan kita dapat menambah  pengetahuan untuk kita bahwa sangat penting untuk mendeteksi penyakit kanker sejak dini agar apabila kita terkena penyakit tersebut bisa di tangani dengan tepat serta unuk kita yang tidak terkena dapat menjadi wawasan atau pengetahuan baru  bahwa sangat enting untuk menjaga kesehatan kita agar bias terhindar dari  penyakit yang berbahaya ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil tingkat miskonsepsi pada mahasiswa biologi dan pendidikan biologi di salah satu perguruan tinggi di kota surakarta

Carli, 2016 Analisis hasil pemotongan press tool pemotongan strip plat pada mesin tekuk hidrolik promecam di laboratorium permesinan.. David imanuel sitompul, 2017

Dengan memanjatkan segala puji dan Rasa Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini

Secara umum faktor penyebab peserta didik tidak disiplin datang ke sekolah di SMA Bunda pada indikator lingkungan sekolah dari hasil penelitian ini termasuk pada kategori

Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) Pelatihan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan CV Kedai Digital Yogyakarta sebesar (β) 0,637 (*p&lt;0.05; p=0,019), dengan

Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku

Dengan demikian di perairan zona ekonomi tidak ada pengaturan mengenai hak lintas damai bagi kapal asing sesuai dengan ketentuan hukum laut internasional, bahwa perairan ZEE

(%&amp;&amp;1&#34;, paklobutrazol merupakan retardan yang ber'ungsi untuk menghambat pembentukan giberelin yang merupakan hormon utama pada tanaman yang berperan dalam