• Tidak ada hasil yang ditemukan

Quarterly Flash Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Quarterly Flash Report"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Quarterly Flash

Report

Tinjauan Perkembangan

Fiskal Regional Triwulanan

Triwulan II Tahun 2016

Provinsi Sumatera Selatan

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan dapat menyusun Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II Tahun 2016 ini.

Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi fiskal dan perekonomian regional Provinsi Sumatera Selatan pada Triwulan II tahun 2016 yang diharapkan dapat menjadi media informasi yang bernilai strategis baik kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan maupun sebagai media informasi untuk para mitra kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan.

Kami menyadari bahwa kajian ini tentu saja masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan yang bersifat konstruktif dari semua pihak selalu kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan serta peningkatan kualitas kajian. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi memberikan data dan informasi demi terwujudnya Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan ini. Kami harapkan koordinasi dan kerjasama tersebut dapat terus berlanjut di masa mendatang guna mendukung kesinambungan Penyajian dan Penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Sumatera Selatan.

Harapan kami semoga Kajian Fiskal Regional ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi para pembuat kebijakan, stakeholder dan masyarakat pada umumnya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dalam upaya memberikan kontribusi pemikiran dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi Kementerian Keuangan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

Palembang, September 2016 Kepala Kantor Wilayah

ttd Sudarso

(3)

 

 

Gedung Keuangan Negara Lt.2 Jl.Kapten A.Rivai No.2 Palembang Telp: 0711- 351476

Fax: (0711) 310891

Email: pa2.kanwil.sumsel@gmail.com

   

PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh sektor perekonomian suatu wilayah. Indikator ini paling sering digunakan untuk mengukur perkembangan perekonomian daerah baik dari sisi lapangan usaha maupun dari sisi pengeluaran.

Tren pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan beberapa waktu terakhir cenderung landai dan berada pada kisaran 4 persen. Namun di Triwulan II 2016 ini terlihat adanya perbaikan dimana pertumbuhan ekonomi dapat mencapai lebih dari 5 persen. Hal ini mewujudkan adanya optimisme bahwa di periode-periode selanjutnya pertumbuhan ekonomi dapat terus tumbuh semakin signifikan dan berkelanjutan ditengah berbagai tantangan yang dihadapi.

Data BPS menunjukkan bahwa PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2016 terhadap Triwulan II 2015 tumbuh 5,13 persen (y-on-y) dibanding periode yang sama pada tahun 2015 sebesar 4,71 persen. Nilai PDRB pada Triwulan II 2016 ini atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp88,06 triliun. Sedangkan jika berdasarkan harga konstan tahun 2010 maka PDRB Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp66,63 triliun.

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Perkembangan Indikator Ekonomi Regional

Produk Domestik Regional Bruto PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Menurut Pengeluaran Inflasi

Outstanding Pinjaman dari Bank Umum BPR

Perkembangan dan Analisis Pendapatan Penerimaan Perpajakan

Penerimaan PNBP

Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah

Perkembangan dan Analisis Belanja

Belanja Pemerintah Pusat Belanja Pemerintah Daerah

Perkembangan Pembiayaan dan BLU/ BLUD

Kredit Usaha Rakyat Penerusan Pinjaman BLU/BLUD

Berita/Isu Fiskal Regional Terpilih Proyek Strategis Nasional

Tantangan Sektor Pertanian dan

Perkebunan

Quarterly Flash Report

Provinsi Sumatera Selatan

Sebuah Tinjauan Perkembangan Fiskal Regional Triwulanan

Pengarah:

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Selatan

Penanggung jawab:

Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Reviewer:

Regional Economist Provinsi Sumatera Selatan

PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

 

Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada Triwulan II 2016 tumbuh sebesar 5,13 persen (year-on-year) dan belanja pemerintah pusat dan daerah terealisasi sebesar Rp16,4 triliun”.

(Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan,2016)

“Pada Triwulan II 2016, PDRB Provinsi Sumatera Selatan tumbuh sebesar 5,13 persen secara year-on-year, nilai PDRB atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp88,06 triliun dan atas dasar harga konstan tahun 2010

sebesar Rp66,63 triliun. Sementara tingkat inflasi pada Juni 2016 tercatat 4,37 persen (year-on-year)”.

Daftar Isi

Tim Penyusun

Triwulan II Tahun 2016

Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 sampai dengan Triwulan II 2016

79,05 83,27 88,31 83,8 84,76 88,06 61,19 63,58 65,93 63,56 64,22 66,63 5,13 0 1 2 3 4 5 6 0 20 40 60 80 100

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II

2015 2016 Pe rs en Tr iliu n Rp PDRB (ADHB, Triliun Rp) PDRB (ADHK,Triliun Rp) Pertumbuhan PDRB Sumsel (y-on-y, %)

(4)

Inflasi

Tingkat inflasi sangat mempengaruhi perkembangan perekonomian sehingga perlu terus dimonitor. Secara

year-on-year, laju inflasi pada periode Triwulan II 2016

berada di kisaran 4 persen. Sejak Januari 2016 laju inflasi di Provinsi Sumsel berada diatas inflasi nasional. Pada Juni 2016, tercatat laju inflasi 4,37 persen (yoy) sementara laju inflasi nasional 3,45 persen (yoy). Hal ini banyak dipengaruhi harga kebutuhan pokok (volatile) di Sumsel khususnya cabai dan bawang yang mengalami kenaikan pada saat bulan puasa. Namun demikian, tingkat inflasi tersebut cukup terkendali. Hal ini terutama dipengaruhi oleh rendahnya inflasi inti yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap di dalam pergerakan inflasi (fundamental) berupa terjaganya ekspektasi inflasi dan administered

prices yaitu harga-harga yang diatur pemerintah.

Dukungan pembiayaan dari perbankan sangat diperlukan untuk menggerakkan roda perekonomian. Posisi pinjaman dari Bank Umum dan BPR berdasarkan lapangan usaha per Juni 2016 tercatat sebesar Rp71,4 triliun, meningkat dari posisi Juni 2015 yang sebesar Rp62,6 triliun. Pinjaman tersebut dipergunakan di berbagai jenis lapangan usaha termasuk UMKM untuk keperluan modal kerja, investasi, dan konsumsi. Sejalan dengan struktur dan perkembangan perekonomian Sumsel, lapangan usaha yang mendominasi dan mengalami peningkatan posisi pinjaman adalah pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; industri pengolahan; dan perdagangan, hotel, dan restoran. Terjadi sedikit penurunan di pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, real estate dan jasa perusahaan.

Tren Inflasi Indonesia dan Provinsi Sumsel

Juni 2015 s.d Juni 2016 (Year on Year, Persen) Outstanding Pinjaman Menurut Lapangan UsahaPer Juni 2015 dan Juni 2016 (Triliun Rp)

PDRB Menurut Lapangan Usaha

Sumber:BRS BPS Sumsel No.44/08/16/Th.XVIII, 1 Agustus 2016

Perbandingan PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2010 Pada Lima Sektor Utama (Triliun Rp)

Struktur PDRB Provinsi Sumatera Selatan menurut Lapangan Usaha pada Triwulan II 2016 tidak menunjukkan

perubahan berarti dibandingkan periode-periode

sebelumnya dimana dominasi tetap pada Pertambangan

dan Penggalian; Industri Pengolahan, Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi, dan Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Dibandingkan dengan Triwulan II 2015, seluruh lapangan usaha utama tersebut menunjukkan adanya peningkatan walaupun masih terbatas. Peningkatan juga terjadi pada Pertambangan dan Penggalian yang pada periode-periode sebelumnya cenderung mengalami penurunan.

Aktivitas permintaan akhir pada PDRB dari Sisi Pengeluaran masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Provinsi Sumatera Selatan yaitu mencapai Rp42,43 triliun pada Triwulan II 2016. Komponen Lainnya yang memiliki peranan besar terhadap PDRB secara berturut-turut adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto; Pengeluaran Konsumsi Pemerintah; Ekspor Barang dan Jasa; dan Impor Barang dan Jasa. Dibandingkan periode yang sama tahun 2015, hampir semua komponen mengalami peningkatan kecuali ekspor barang dan jasa; dan impor barang dan jasa yang mengalami penurunan.

Perbandingan PDRB Menurut Pengeluaran ADHK 2010 (Triliun Rp) 13,99 11,9 12,27 6,84 6,04 14,36 12,54 12,39 7,4 6,6 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Pertambangan

dan Penggalian PengolahanIndustri Kehutanan, dan Pertanian, Perikanan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Tw II 2015 Tw II 2016 40,43 0,97 4,71 23,01 0,35 9,76 4 42,43 1,01 5,33 24,46 0,63 7,38 2,73 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah PMTDB Perubahan

Inventori Barang dan Ekspor Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa TW II 2015 TW II 2016 4,37 3,45 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jun Jul AG Sep Okt Nov Des Jan Feb mar Apr Mei Jun

2015 2016 Provinsi Sumsel Indonesia 17,9 4,3 18,3 4,8 3,9 16,9 1,1 2,2 1,9 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan Pertambangan

dan penggalianpengolahanIndustri Listrik gas dan air bersih Konstruksi Perdagangan, hotel dan restoran

Pengangkutan dan komunikasiKeuangan, real estate dan jasa

perusahaan Lainnya

Jun-15 Jun-16

Sumber:BRS BPS Sumsel No.41/08/16/Th.XVIII, 1 Agustus 2016

Outstanding Pinjaman Dari Bank Umum dan BPR

Sumber: SEKD Sumsel, Bank Indonesia Vol.16 No.7

PDRB Menurut Pengeluaran

(5)

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PENDAPATAN Penerimaan Perpajakan

Sampai dengan Triwulan II 2016 realisasi Penerimaan Perpajakan baru mencapai 26 persen (Rp3,54 triliun) dari target tahun 2016 sebesar Rp13,76 triliun. Adapun realisasi penerimaan per jenis pajak adalah sebagai berikut:

Jika dilihat komposisinya, kontribusi terbesar Penerimaan Perpajakan sampai dengan Triwulan II 2016 didominasi oleh Pajak Penghasilan (PPh) yang mencapai Rp2,20 triliun (62,16 persen) disusul PPN 36,39 persen sehingga upaya mencapai target penerimaan pajak harus difokuskan pada pajak-pajak tersebut.

Kanwil Ditjen Pajak Sumsel dan Babel memiliki wilayah kerja Provinsi Sumsel dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Di wilayah Kanwil DJP Sumsel Babel, porsi Penerimaan Perpajakan yang dihasilkan dari Provinsi Sumsel berkontribusi sangat dominan yaitu mencapai rata-rata 86 persen. Namun demikian, kontribusi penerimaan pajak di Provinsi Sumsel jika dibandingkan terhadap Penerimaan Perpajakan nasional tahun 2016 masih sangat kecil hanya sebesar 0,78 persen.

Jika dilihat trennya pada tahun 2016, penerimaan PPh sebagai penerimaan terbesar mengalami fluktuasi di Semester I 2016, sedangkan penerimaan PPN menunjukkan trend peningkatan. Namun penerimaan yang lain (PPnBM dan Pajak Lainnya) mengalami stagnasi.

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Kab/Kota/Provinsi Triwulan I dan II 2016 (Miliar Rp)

Komposisi Penerimaan Perpajakan Sampai Dengan Triwulan II 2016

Kontribusi Penerimaan Perpajakan Provinsi

Sumsel Terhadap Sumsel-Babel(Juta Rp)

Tren Penerimaan Perpajakan Th.2016 (Miliar Rp)

Jenis

Pajak

Sumsel Babel Total %

PPh 2.198.412 353.996 2.552.408 86

PPN 1.287.105 186.773 1.473.878 87

PPnBM 1.461 220 1.681 87

Pajak

Lainnya 49.521 10.098 59.619 83

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

Penerimaan PPh Triwulan II 2016 mencapai Rp1,18 triliun, meningkat 16 persen dari penerimaan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp1,02 triliun. Penerimaan PPh didominasi oleh penerimaan dari Kota Palembang yang mencapai 58 persen dan Kab. Muara Enim sebesar 12 persen, sisanya 30 persen berasal dari daerah lainnya dengan penerimaan terendah pada Prov. Sumsel yang hanya mencapai Rp312 juta.

Penerimaan PPN Triwulan II 2016 mencapai Rp726 miliar, meningkat sebesar 29 persen dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp561 miliar. Peningkatan ini sejalan dengan perekonomian yang tumbuh positif dibandingkan periode sebelumnya. Penerimaan PPN didominasi oleh penerimaan dari Kota Palembang yang mencapai 55 persen dan Kab. OKI sebesar 19 persen dan sisanya 26 persen berasal dari daerah lainnya dengan penerimaan terendah pada Prov. Sumsel yang hanya mencapai Rp1,12 miliar.

372,8 327,2 315,5 433,6 320,5 427,2 191,5 194,5 175,3 207,6 245,3 272,8 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

PPh PPN PPnBM Lainnya ,3 28,0 61,5 19,6 141,1 55,6 34,2 685,7 48,9 6,633,8 24,7 20,512,5 5,7 2,4 TW I 2016 TW II 2016

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kab/Kota/Provinsi Triwulan I dan II 2016 (Miliar Rp)

1,114,4 11,8 18,1 30,8 139,2 5,2 398,2 28,0 4,519,4 26,6 7,9 7,9 9,1 3,6 TW I 2016 TW II 2016 Pajak Penghasilan (PPh)

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

62,16% 36,39% 1,40% 0,04%

PPh PPN PPnBM Lainnya

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)

,1 2,5 202,5 6,4 66,1 19,4 1,7 601,7 ,3 28,7 23,3 ,0 2,0 24,8 ,0 ,4 TW I 2016 TW II 2016

Realisasi Penerimaan Pajak Penjualan Barang Mewah Sumatera Selatan Sampai dengan Triwulan II 2016 (Juta Rp)

Sumber: Kanwil DJP Sumsel dan Kep.Babel, diolah

Realisasi PPnBM Triwulan II 2016 mencapai Rp980 juta, meningkat signifikan 104 persen dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp481 juta. Penerimaan PPnBM didominasi oleh penerimaan dari Kota Palembang yang mencapai 61 persen dan Kab. Musi Banyuasin sebesar 21 persen dan sisanya 18 persen berasal dari daerah lainnya.

(6)

Penerimaan bea dan cukai sampai dengan Triwulan II 2016 menurun tajam sebesar 42 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penerimaan bea masuk mencapai Rp57,14 miliar, menurun 29 persen dibandingkan penerimaan tahun sebelumnya. Penerimaan bea keluar hanya - Rp12 juta akibat adanya pengembalian/restitusi yang cukup besar mencapai Rp1,43 miliar. Penerimaan cukai sebesar Rp3,13 miliar, juga mengalami penurunan sebesar 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan 2016 didominasi oleh penerimaan Bea Masuk sebesar 95 persen, dan Cukai sebesar 5 persen.

Realisasi Penerimaan Bea dan Cukai Triwulan I dan II 2016 (Miliar Rp)

80,8 19,0 4,3 57.137 (12) 3.132

Bea Masuk Bea Keluar Cukai

TW II 2015 TW II 2016 239,36 216,66 216,02 273,13 193,02 218,65 160,08 155,30 148,54 162,56 142,20 152,72 0 50 100 150 200 250 300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ju ta U S $ 2015 2016 64,55 84,72 135,76 66,53 73,97 152,32 261,09 98,86 191,93 46,92 75,32 75,26 0 50 100 150 200 250 300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ju ta U S $ 2015 2016

Nilai Ekspor Provinsi Sumsel Sampai Dengan Triwulan II 2016

Nilai Impor Provinsi Sumsel Sampai Dengan Triwulan II 2016

Sumber PNBP Fungsional Terbesar Sampai Dengan Triwulan II 2016 (Juta Rp)

Penurunan Bea Masuk disebabkan nilai impor Provinsi Sumsel yang mengalami tren penurunan khususnya di periode triwulan II 2016.

Penurunan Penerimaan Bea Keluar

terkonfirmasi dari nilai ekspor Provinsi Sumsel Semester I 2016 yang sebesar US$ 921,04 juta mengalami penurunan 32,09 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Bea dan Cukai

Sumber: Online Monitoring SPAN, diolah

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

PNBP merupakan seluruh penerimaan pemerintah pusat yang bukan berasal dari Penerimaan Perpajakan. PNBP di Provinsi Sumsel hanya berasal dari jenis PNBP Lainnya dengan elemen terbesar dari Pendapatan BLU, sedangkan PNBP dari Penerimaan SDA dan Pendapatan Bagian Laba BUMN dialihkan ke Penerimaan Pusat.

Penerimaan Negara Bukan Pajak di Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2015 dan 2016 (Miliar Rp)

25,6 444,3 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 PNBP Triwulan II 2015 PNBP Triwulan II 2016 Sumber : GFS

Pada Triwulan II 2016 total PNBP tercatat sebesar Rp444,3 milyar yang berasal dari pelayanan pemerintah yang ada di berbagai kementerian/lembaga baik umum maupun fungsional, penerimaan yang ada di Badan Layanan Umum maupun PNBP yang berasal dari Penerimaan Kembali Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu. Dibandingkan dengan Triwulan II 2015, terjadi peningkatan PNBP yang sangat signifikan dikarenakan terdapat Penerimaan Kembali Belanja Transfer dan Dana Desa TAYL yang cukup besar.

PNBP Penerimaan Kembali Belanja Transfer dan Dana Desa TAYL Triwulan II 2016 (Miliar Rp) 6,0 9,4 10,0 13,0 13,1 13,1 13,6 13,7 14,1 14,3 15,4 16,7 17,0 17,1 18,4 20,7 64,8 78,1 20 40 60 80 100 Kab. Pali Kab. Musi Rawas Utara Kab. Lahat Kota Pagar Alam Kota Palembang Kota Lubuk Linggau Kab. Oku Selatan Kab. Musi Rawas Kota Prabumulih Kab. Empat Lawang Kab. Banyuasin Kab. Oku Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Muara Enim Kab. Musi Banyu Asin Prov. Sumatera Selatan Sumber : GFS

Pada Triwulan II 2016 terdapat PNBP Penerimaan Kembali Belanja Transfer dan Dana Desa Tahun Anggaran Yang Lalu dengan jumlah signifikan yaitu sebesar Rp 368,5 milyar. Sumber penerimaan tersebut paling tinggi berasal dari Pemerintah Provinsi yaitu Rp70,1 miliar dan Pemkab Muba sebesar Rp 64,9 miliar.

Sumber : Ditjen Bea dan Cukai, diolah

PNBP Badan Layanan Umum Sampai Dengan Triwulan II 2016 (Miliar Rp)

2,8 4,7 19,2 20,6 179,3 205,1 50 100 150 200 250 RS.Kusta Dr.Rivai Abdullah Balai Besar

Lab.KesehatanBhayangkaraRumkit IAIN Raden Fatah Unsri RS.Muhamad Husin

Sumber : GFS, Diolah

PNBP dari BLU sampai dengan Juni 2016 berjumlah total Rp431,8 miliar. PNBP tertinggi dihasilkan dari Rumah Sakit M. Husein yaitu sebesar Rp205,1 miliar.

1.272,4 1.585,7 1.809,4 2.367,1 2.467,1 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Pendapatan jasa Tenaga, Pekerjaan, Inf ,Pelthan & Tek Pendapatan sensor/Kartina Pengawasan/Pemeriksaan Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi Pendapatan uang Pengganti Tindak Pidana Korupsi Pendapatan Hasil denda dan sebagainya Sumber : GFS, Diolah

Sumber PNBP Fungsional terbesar sampai dengan Triwulan II 2016 berasal dari Pendapatan Hasil Denda dan Sebagainya yaitu Rp2,5 milyar. Sumber terbesar lainnya berasal dari Uang Pengganti Tipikor, Pelunasan Ganti Rugi, Pendapatan. Sensor,Karantina, dan Jasa.

(7)

Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah

Penerimaan Pajak Daerah

Secara agregat target Pendapatan Asli Daerah (PAD) seluruh Pemda di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016 meningkat 8 persen menjadi Rp5,2 triliun dari tahun sebelumnya. Namun kenaikan ini belum mampu meningkatkan rasio PAD yang masih berkisar 16 persen karena besarnya pendapatan dari Pendapatan Transfer. Realisasi PAD sampai dengan akhir Triwulan II 2016 secara agregat sebesar Rp1,99 triliun atau baru mencapai 38,26 persen dari target yang telah ditetapkan pada APBD.

Realisasi penerimaan Pajak Daerah sampai dengan Triwulan II 2016 didominasi oleh penerimaan dari Pemprov Sumsel sebesar Rp969,49 miliar dan Kota Palembang sebesar Rp233,34 miliar dan sisanya sebesar Rp199,17 miliar berasal dari 16 daerah lainnya dengan penerimaan terendah di Kab. PALI yang baru mencapai Rp1,99 miliar.

Penerimaan Retribusi Daerah

Realisasi penerimaan Retribusi Daerah sampai dengan Triwulan II 2016 secara agregat sebesar Rp79,35 miliar naik 3,63 persen (Rp2,78 miliar) dari Triwulan II 2015 yang sebesar Rp76,58 miliar. Sebaran realisasi per Pemda di Sumsel adalah sebagai berikut:

Realisasi penerimaan Retribusi Daerah sampai dengan Triwulan II 2016 didominasi oleh penerimaan dari Kota Palembang sebesar Rp28 miliar, Kab.Muara Enim sebesar Rp11,4 miliar dan sisanya sebesar Rp43,16 miliar berasal dari 16 daerah lainnya dengan penerimaan terendah di Kab. Musi Rawas Utara yang baru mencapai Rp322 juta.

Penerimaan Lain-Lain PAD Yang Sah

Realisasi penerimaan Lain-lain PAD yang sah sampai dengan Triwulan II 2016 didominasi oleh penerimaan dari beberapa daerah, yaitu Kota Palembang sebesar Rp56,36 miliar, Kab. Musi Banyuasin sebesar Rp37,09 miliar, dan Kota Prabumulih Rp32,31 miliar dengan penerimaan terendah di Kab. Empat Lawang yang hanya mencapai Rp1,74 miliar.

Realisasi Pendapatan Daerah seluruh Pemda di wilayah Provinsi Sumatera Selatan s.d. Triwulan II Tahun 2016 hanya meningkat 0,25 persen (Rp37,04 miliar) dibandingkan tahun 2015 menjadi Rp14,86 triliun

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah per Kabupaten/Kota (Milyar Rp)

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah per Kabupaten/Kota (Milyar Rp)

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Per Kabupaten/Kota (Milyar Rp)

Komposisi Target Pendapatan Daerah Sumsel Tahun 2016

Pendapatan Daerah masih didominasi oleh pendapatan dari Transfer sebesar 80,48 persen sedangkan PAD hanya 15,46 persen.

Berdasarkan realisasi PAD, Pemprov Sumsel memiliki rasio PAD terbesar yang mencapai 33,53 persen dari total realisasi pendapatan, diikuti oleh Kota Palembang sebesar 24,31 persen dan Kab. Ogan Ilir sebesar 11,11 persen. Sedangkan rasio PAD terkecil terdapat pada Kab. Empat Lawang yang hanya mencapai 2,64 persen. TW II 2015 TW II 2016 2.106 1.995 12.118 12.361 602 507 Miliar Rp. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan

Penerimaan PAD menurun 5,27 persen (Rp111 miliar), Pendapatan Transfer meningkat 2,01 persen (Rp243 miliar), dan Lain-lain Pendapatan menurun 15,78 persen (Rp95 miliar).

Sampai dengan Triwulan II 2016, Pemkab OKU Timur meraih capaian realisasi PAD tertinggi sebesar 61,34 persen dari total target PAD (Rp53,12 miliar). Sedangkan capaian terendah terdapat pada Pemkab Ogan Komering Ilir yang hanya mencapai 13,28 persen dari target pagu PAD sebesar Rp332 miliar.

Komposisi Realisasi Pendapatan Daerah Lingkup Provinsi Sumsel

969,5 13,6 27,6 5,2 21,8 9,0 11,6 233,3 8,6 2,3 9,3 14,255,39,2 2,3 2,6 2,0 5,4 TW II 2015 TW II 2016 8,2 2,1 3,6 1,4 11,4 3,5 1,8 28,0 1,2 ,7 2,2 5,2 2,0 4,0 1,7 1,4 ,7 ,3 TW II 2015 TW II 2016 29,6 10,7 37,1 28,4 31,2 24,3 28,3 56,4 32,3 20,1 26,0 7,8 10,0 18,0 10,0 1,7 8,4 3,8 TW II 2015 TW II 2016 15,46% 80,48% 4,07%

PAD Transfer Lain-lain Pendapatan

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

(8)

Belanja Pemerintah Pusat atas beban APBN untuk wilayah Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, dan Belanja Bantuan Sosial serta Transfer ke Daerah dimana pagu dan realisasi sampai dengan Triwulan II 2016 adalah sebagai berikut:

Dari total pagu Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp12,7 triliun, alokasi terbesar berada di Belanja Barang yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional dan telah terealisasi sebesar Rp1,8 triliun (34,88 persen). Alokasi terkecil yaitu Belanja Bantuan Sosial yang dipergunakan untuk melindungi masyarakat dari risiko-risiko sosial telah direalisasikan sebesar Rp3,1 miliar (12,52 persen). Sementara itu Belanja Modal yang digunakan untuk membentuk aset dan bersifat produktif dialokasikan Rp3,8 triliun dan terealisasi sebesar Rp941 milyar (24,99 persen). Secara total, realisasi Belanja Pemerintah Pusat telah mencapai 37,16 persen dari keseluruhan. Idealnya, realisasi belanja tersebut telah mencapai 40 persen pada akhir triwulan II dengan fokus pada belanja-belanja produktif.

Kebijakan transfer tahun 2016 mengelompokkan Transfer Pemerintah Pusat menjadi Dana Transfer Umum dan Dana Transfer Khusus serta Dana Desa. Dari total Rp27,07 triliun dana transfer tersebut, Rp18,7 triliun diantaranya dialokasikan untuk Dana Transfer Umum yang realisasinya dari DAU sebesar Rp6,8 triliun dan DBH Rp3,5 triliun. Sedangkan pagu Dana Transfer Khusus sebesar Rp7,6 triliun dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik terealisasi sebesar Rp705,4 milyar (30,1 persen) dan DAK Non Fisik antara lain berupa Bantuan Operasional Sekolah, Kesehatan, PAUD dan Tambahan Penghasilan Guru sebesar Rp1,7 triliun (39,4 persen). Sedangkan Dana Desa yang telah ditransfer ke Rekening Kas Daerah telah mencapai Rp1.1 triliun (59,3 persen) dari pagu sebesar Rp1,78 triliun. Secara total, transfer Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada akhir Triwulan II 2016 telah mencapai 50,9 persen dari total pagu dana transfer.

Dibandingkan dengan Triwulan II 2015, pagu Belanja Modal, yang dianggap sebagai pengeluaran pemerintah yang mempunyai efek pengganda paling tinggi, mengalami penurunan yang cukup signifikan pada Triwulan II 2016 ini. Demikian juga dengan pagu Belanja Bantuan Sosial yang mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan posisi pada Triwulan II 2015. Hal sebaliknya terjadi pada Belanja Barang yang mengalami peningkatan dibandingkan Triwulan II 2015.

Berdasarkan persentase realisasi terhadap pagu, seluruh jenis belanja kecuali pada

Belanja Bantuan Sosial mengalami

peningkatan signifikan dibandingkan

periode yang sama pada tahun lalu. Hal ini antara lain disebabkan berbagai kendala penyerapan yang sudah berhasil diatasi pada periode sekarang.

Realisasi DBH pada Triwulan II 2016

mengalami penurunan dibandingkan

dengan Triwulan I 2015. Penurunan ini berasal dari penurunan transfer DBH Minyak Bumi, Gas Bumi dan Pertambangan Umum (royalti). Peningkatan terjadi pada DAU, DAK Fisik,DID, dan Dana Desa seiring juga dengan meningkatnya pagu pada jenis transfer tersebut.

Belanja Pemerintah Pusat

Sumber : Direktorat PA, diolah

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS BELANJA

Pagu dan Realisasi Belanja dan Transfer dari APBN Sampai Triwulan II 2016 (Milyar Rp)

Uraian Pagu Realisasi %

• Belanja Pegawai 3.904,8 2.030,9 52 % • Belanja Barang 5.021,1 1.751,2 34,88 % • Belanja Modal 3.768,4 941,6 24,99 % • Bantuan Sosial 25,0 3,1 12,52%

Total Belanja Beban APBN 12.719,4 4.726,9 37,16%

• DAU 11.660,9 6.802,2 58,3 % • DAK Fisik 2.344,8 705,4 30,1 % • DAK Non Fisik 4.077,9 1.671,5 39,4% • DBH 7.038,8 3.553,6 50,5 % • Dana Insentif Daerah 165,6 105,3 63,6% • Dana Desa 1.780,8 1.056,2 59,3 %

Total Transfer ke Daerah 27.068,7 13.788,9 50,9%

2.915,2 458,8 551,4 1.916,2 105,3 604,9 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500

DAU DAK Fisik DAK Non

Fisik DBH DID Dana Desa TW II 2015 TW II 2016 3.891 4.058 5.383 1.020 3.905 5.021 3.768 25 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos TW II 2015 TW II 2016

Persentase Realisasi Menurut Jenis Belanja Triwulan II 2015 dan Triwulan II 2016 Perbandingan Pagu Menurut Jenis Belanja Pada Tw II 2015 dan Tw II 2016 (Miliar Rp)

22,1 12,4 4,4 30,8 32,1 26,7 20,1 12,5 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos TW II 2015 TW II 2016

Realisasi Dana Transfer

PadaTw II 2015 dan Tw II 2016 (Miliar Rp)

Sumber : Direktorat PA, diolah Sumber : Direktorat PA, diolah Sumber : Direktorat PA, diolah

(9)

Alokasi belanja Pemda di Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu alokasi belanja terbesar di Indonesia. Pada tahun 2016, alokasi belanja mencapai lebih dari Rp33 triliun dengan realisasi sampai dengan Triwulan II 2016 mencapai 35,23 persen. Alokasi belanja ini meningkat 8,4 persen dari tahun sebelumnya.

Realisasi belanja dan transfer APBD sampai dengan Triwulan II 2016 mencapai Rp11,67 triliun atau baru 35,23 persen dari pagu belanja yang sebesar Rp33,12 triliun. Realisasi belanja terbesar berasal dari Belanja Operasi yang mencapai 41,32 persen (Rp9,37 triliun) dari pagu sebesar Rp22,68 triliun. Sedangkan realisasi belanja terendah dihasilkan oleh Belanja Tidak Terduga yang hanya sebesar 3,51 persen (Rp2,07 miliar) dari pagu sebesar Rp59,18 miliar. Dilihat dari proporsi realisasi, Belanja Operasional masih mendominasi realisasi belanja mencapai 68,47 persen dari total realisasi belanja. Jika dihitung selisih antara realisasi pendapatan dengan realisasi belanja dan pembiayaan, SiLPA Pemda adalah sebesar Rp2,3 triliun. Dari selisih antara Silpa tersebut dengan simpanan Pemda di perbankan per 30 Juni 2016 maka posisi SAL Pemerintah Daerah adalah sebesar Rp1,1 triliun. Adapun realisasi belanja per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Realisasi belanja pemda di Prov. Sumsel secara agregat sebesar Rp11,06 triliun meningkat 33,5 persen (Rp2,77 triliun) dari Triwulan II 2015 yang sebesar Rp8,29 triliun. Realisasi didominasi oleh Pemprov Sumsel sebesar Rp1,81 triliun dan Kota Palembang Rp1,2 triliun dengan realisasi terendah pada Kab. Muratara sebesar Rp248,58 miliar.

Belanja Pemerintah Daerah

Pagu dan Realisasi APBD 2016 di Provinsi Sumatera Selatan Sampai Dengan Triwulan II 2016 (Juta Rp)

Pagu dan Realisasi APBD per Kabupaten/Kota Triwulan II 2015 dan Triwulan II 2016 (Miliar Rp)

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Komposisi Realisasi Belanja APBD Tahun 2016 Lingkup Provinsi Sumatera Selatan

Realisasi belanja pada APBD di Wilayah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan Triwulan II 2016 sangat didominasi oleh Belanja Operasi untuk membiayai kegiatan operasi pemerintahan yaitu sebesar 68 persen terutama Belanja Pegawai sebesar 45 persen. Sedangkan Belanja Modal yang merupakan belanja produktif oleh pemerintah daerah baru terealisasi sebesar 14 persen.

Realisasi Belanja APBD Lingkup Prov.Sumsel Triwulan II 2015 dan Triwulan II 2016 (Miliar Rp)

Belanja Operasi yang mendominasi APBD di Provinsi Sumatera Selatan pada Triwulan II 2016 realisasinya meningkat 34 persen (Rp2,37 triliun) jika dibandingkan dengan periode Triwulan II 2015. Belanja Modal meningkat 32 persen (Rp411 miliar), Belanja Tak Terduga turun 86 persen (Rp12 miliar), dan Transfer meningkat sangat drastis sebesar 5.427 persen (Rp597 miliar).

Simpanan Pemda Pada Bank Umum dan BPR S.D Triwulan II 2016 (Miliar Rp)

Per Juni 2016, tercatat dana Pemerintah Daerah yang tersimpan di Bank Umum dan BPR sebesar Rp3,4 triliun, jauh menurun jika dibandingkan Triwulan II 2015 yang sebesar Rp7,2 triliun. Posisi simpanan Pemda pada Bank Umum dan BPR ini dibutuhkan antara lain untuk mengetahui Saldo Anggaran Lebih dari Pemda setelah dikurangi dengan SiLPA.

Uraian Pagu Realisasi %

• PAD 5.213.496 1.994.640 38,26 • Pendapatan Transfer 27.143.620 12.361.470 45,54 • Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.372.127 507.175 36,96

Total Pendapatan 33.729.243 14.863.285 44,07 • Belanja Operasi 22.681.086 9.371.375 41,32 • Belanja Modal 8.267.389 1.687.681 20,41 • Belanja Tidak Terduga 59.178 2.075 3,51 • Transfer 2.115.938 607.797 28,72

Total Belanja dan Transfer 33.123.590 11.668.928 35,23

• Penerimaan Pembiayaan 1.480.973 654.243 44,18 • Pengeluaran Pembiayaan 2.177.417 1.616.877 74,26

Total Pembiayaan (696.444) (962.634) 138,22

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Sumber:LRA Pemda se-Provinsi Sumsel, diolah

Sumber:Bank Indonesia Perwakilan Prov.Sumsel.

1.810,1 656,7 884,0 422,2 915,8 818,9 488,5 1.200,5 386,4303,6299,5 802,3 451,0432,1394,3 253,0 293,8 248,6 TW II 2015 TW II 2016 Pegawai 45% Barang 20% Hibah 10% Bansos & keu 6% Modal 14% Transfer 5% Lainnya 6.996 1.277 14 11 9.371 1.688 2 608

Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer TW II 2015 TW II 2016 7.176,6 3.367,0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000

JAN FEB MARET APR MEI Juni Tahun 2015 Tahun 2016

(10)

Kredit program adalah kredit yang disediakan pemerintah kepada pelaku usaha dalam membiayai berbagai program sektor ekonomi dengan bunga yang rendah. Salah satu skema kredit program yang ada di Provinsi Sumatera Selatan adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan data pinjaman yang disetujui (akad) sebagai berikut:

PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN DAN BLU/BLUD Kredit Program

Penerusan Pinjaman

Hak tagih Pemerintah Pusat terhadap para debitur SLA/RDI yang merupakan Pemerintah Daerah dan PDAM di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan akhir Juni 2016 adalah sebesar Rp367,29 miliar dengan hak tagih terbesar pada PDAM Tirta Musi Palembang yaitu sebesar Rp189,2 miliar. Pemerintah Kota Palembang mempunyai pinjaman terbanyak yaitu 11. Sedangkan posisi hak tagih terkecil terdapat pada PDAM Kabupaten Mura per 30 Juni 2016 yaitu sebesar Rp71,1 juta.

Badan Layanan Umum/Badan Layanan Umum Daerah

No Skema KUR Jumlah

Debitur Total Akad (Rp)

1 Mikro 51.186 913.317.311.000 2 TKI 11 585.000.000 3 Retail 5.533 613.100.437.660 Total 56.730 1.527.002.748.660

Perkembangan KUR Provinsi Sumatera Selatan Per 30 Juni 2016

Sumber : Dashboard SIKP, diolah

No Nama Pinjaman Pinjaman

Jumlah Hak Tagih (Rp)

1 Pemerintah Kota Palembang 11 65.616.795.605,71 2 PDAM Tirta Musi Palembang 1 189.200.567.878,16 3 Pemerintah Kota Lubuklinggau 1 7.358.945.768,60 4 PDAM Lahat 1 4.908.614.371,81 5 Pemerintah Kab. Muara Enim 1 97.148.652.820,00 6 PDAM Kab. OKU 1 2.987.341.597,42 7 PDAM Kab. Musi Rawas 1 71.112.916,67 Total 23 367.292.030.958,37

Perkembangan Penerusan Pinjaman di Provinsi Sumatera Selatan Per 30 Juni 2016

Terdapat 3 jenis skema KUR yaitu Mikro, TKI, dan Retail. Dari ketiga jenis skema tersebut, debitur KUR di Provinsi Sumatera Selatan didominasi oleh debitur KUR Mikro yang mencapai 90 persen dari seluruh debitur yang ada, sedangkan dari jumlah akad, debitur KUR Mikro juga mendominasi dengan kontribusi mencapai 60 persen. Secara total, per 30 Juni 2016 total akad KUR berjumlah lebih dari Rp1,5 triliun dengan jumlah debitur 56.730 debitur.

Sumber : Direktorat SMI, diolah

Sampai dengan 30 Juni 2016 di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 6 satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU). Total realisasi pendapatan mencapai Rp431,8 milyar (46 persen dari target) dan realisasi belanja sebesar Rp562,4 milyar (33 persen dari pagu). Secara nominal, realisasi pendapatan tertinggi di RSUP Moh.Hoesin yaitu sebesar Rp205,1 milyar.

No Nama Satker BLU Pendapatan (Juta Rp) Belanja (Juta Rp)

Target Realisasi % Pagu Realisasi %

1 RSUP Moh. Hoesin 505.000 205.123 41 804.341 287.976 36 2 Universitas Sriwijaya 340.000 179.337 53 583.868 179.049 31 3 UIN Raden Fatah 27.422 19.242 70 150.229 41.850 28 4 Rumkit Bhayangkara 45.996 20.594 45 54.998 26.702 49 5 RS Kusta 15.261 2.798 18 52.953 17.535 33 6 BBLK Palembang 7.860 4.702 60 28.782 9.247 32 Total 941.539 431.796 46 1.675.171 562.359 33

Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja Satker BLU Sampai Dengan 30 Juni 2016

Sumber : Pemda di Lingkup Prov.Sumsel, diolah

No Status BLUD

Jenis Layanan

Jumlah

Kesehatan Pendidikan LainnyaJasa

1 Penuh 12 1 1 14

2 Bertahap 41 0 0 41

Total 53 1 1 55

Sumber : Laporan Keuangan Satker BLU, diolah

Status BLUD di Provinsi Sumsel Sampai Dengan 30 Juni 2016

Sedangkan Badan Layanan Umum Daerah di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan 30 Juni 2016 berjumlah 55 unit. Sebagian besar BLUD tersebut masih berstatus bertahap yaitu 41 unit dan 14 unit sudah berstatus penuh. Jenis layanan yang diberikan oleh BLUD tersebut bergerak di bidang kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas. Selain itu terdapat juga BLUD yang melayani di bidang Pendidikan dan Jasa Lainnya.

(11)

BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

Proyek Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Selatan:Harapan Akan Semakin Terangkatnya Pertumbuhan Ekonomi

Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan memegang peranan penting dalam struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor ini secara konsisten selalu berada dalam tiga besar komponen utama penyusun PDRB Provinsi Sumatera Selatan. Outputnya pada Triwulan II 2016 lalu tercatat sebesar Rp14,23 triliun atas dasar harga berlaku dari total Rp88,06 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, Sumatera Selatan juga dicanangkan sebagai bagian dari lumbung pangan nasional.

Salah satu sub-sektor pertanian adalah sub-sektor tanaman pangan dan holtikultura dengan fokus utama pada padi, jagung, dan kedelai. Data dari Dinas Pertanian dan Holtikultura Provinsi Sumsel pada tahun 2015 lalu Sumsel mampu mengakselerasikan peningkatan produksi padi sebesar 16,04 persen, diatas Provinsi Jawa Tengah, Lampung, dan Jawa Timur. Sedangkan produksi jagung meningkat sebesar 63,88 persen, jauh diatas provinsi-provinsi lainnya seperti Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah. Demikian juga untuk peningkatan produksi kedelai, peningkatan produksinya juga tercatat sangat signifikan.

Dari wawancara dengan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumsel diketahui bahwa luas tanam padi di Sumsel mencapai lebih dari sejuta hektar. Disusul kemudian jagung dan kedelai yang masing-masing luas tanamnya adalah 62 ribu hektar dan 18 ribu hektar. Anggaran yang dikelola oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2016 berjumlah lebih dari Rp1,2 triliun untuk membiayai berbagai program kegiatan diantaranya Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Hasil Tanaman Pangan; Peningkatan Produksi dan Produktivitas Holtikultura Ramah; dan Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian.

NO. PADI % JAGUNG % KEDELAI % 1

ACEH 24.54SUMSEL 63.88 SUMSEL 52.96 2

SUMSEL 16.04SUMUT 27.49 SULAWESI TENGGARA 42.96 3

JAWA TENGAH 14.50NTB 20.24 NTB 29.36 4

LAMPUNG 7.56JAWA TENGAH 6.57SULSEL 18.49 5

JAWA TIMUR 5.30JAWA TIMUR 5.25JAWA TENGAH 5.83

Akselerasi Peningkatan Produksi Pertanian Prov.Sumsel Tahun 2015

Sumber:Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel

Dalam rangka percepatan pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah melaksanakan upaya percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sesuai dengan Perpres Nomor 3 tahun 2016, Proyek Strategis Nasional (PSN) adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Badan Usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. PSN terdiri atas 225 proyek yang terbagi dalam 23 sektor dan Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Di Sumatera Selatan terdapat 14 proyek yang merupakan Proyek Strategis Nasional. Pada saat ini beberapa proyek tersebut sudah mulai dilaksanakan dan menunjukkan progress yang menggembirakan misalnya pembangunan LRT dan jalan tol Palindra dimana diharapkan dapat selesai lebih cepat dari yang ditargetkan. Walaupun sebagian besar proyek masih dalam tahap awal pelaksanaan, tetapi dampak proyek-proyek terhadap perekonomian sudah mulai terasa. Komponen konsumsi pemerintah pada Struktur PDRB menurut pengeluaran pada Triwulan II 2016 tumbuh paling tinggi dibandingkan komponen-komponen lainnya yaitu 13,13 persen. Sedangkan PDRB dari sisi lapangan usaha yang banyak terpengaruh dari kegiatan belanja proyek infrastruktur pemerintah seperti konstruksi, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum serta pengadaan listrik&gas menunjukkan pertumbuhan berarti pada Triwulan II 2016. Secara total PDRB Provinsi Sumsel pada Triwulan II 2016 tumbuh 5,13 persen (yoy),

meningkat jika dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jika Proyek Strategis Nasional tersebut berjalan sukses maka efek pengganda dari konsumsi pemerintah akan semakin mendukung terwujudnya masyarakat Provinsi Sumatera Selatan yang sejahtera secara merata di masa yang akan datang.

No. Proyek

1 Jalan Tol Palembang -Indralaya (22km) -bagian dari 8 ruasTrans Sumatera 2 Jalan Tol Pematang Panggang -Kayu Agung - bagian dari 8 ruasTrans Sumatera 3 Jalan Tol Palembang – Tanjung Api-Api -bagian dari 8 ruasTrans Sumatera 4 Jalan Tol Kayu Agung - Palembang -Betung (112km)

5 Jalan Tol Terbanggi Besar- Pematang Panggang -bagian dari 8 ruas TransSumatera 6 Bendungan Komering II

7 Kereta Api Prabumulih -Kertapati (80Km'sp - bagian dari Jaringan Kereta Api Trans Sumatera) 8 Kereta Api Kertapati - Simpang - Tanjung Api-Api (bagian dari Jaringan Kereta Api Trans Sumatera) 9 Kereta Api Tanjung Enim - Tanjung Api-Api

10 Kreta Api Muara Enim - Lahat 11 Kreta Api Palembang -Jambi

12 Light Rail Transit (LRT) Sumatera Selatan (Metro Palembang) 13 KEK Tanjung Apiapi

14 Upgrading kilang-kilang eksisting (RDMP)

Proyek Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Perpres Nomor 3 Tahun 2016

(12)

Dalam pelaksanaan program-program yang terkait di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Selatan bukanlah tanpa permasalahan. Salah satunya adalah kondisi iklim tahun 2016 adalah kemarau basah sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran tanam terutama pada lahan-lahan lebak pada Kabupaten OKI, Muara Enim, Banyuasin, Musi Banyuasin, Prabumulih, dan Ogan Ilir. Dari hasil proyeksi Dinas Pertanian Tanaman dan Holtikultura Provinsi Sumatera Selatan, kondisi ini akan menyebabkan beberapa target output pada tanaman padi, jagung, dan kedelai yang ingin dicapai pada tahun 2016 tidak akan dapat terpenuhi.

Tantangan-tantangan lainnya yang dihadapi terkait dengan tanaman pangan dan holtikultura adalah produktivitas lahan, permodalan petani, infrastruktur, tataniga komoditi pertanian, kontinuitas produksi untuk menjamin kepastian supply, dan kualitas produk pertanian yang akan berpengaruh terhadap daya saing produk pertanian. Berbagai permasalahan tersebut menjadi pekerjaan rumah besar yang memerlukan sinergi beberapa pihak dalam upaya untuk mengatasinya.

Selain sub-sektor tanaman pangan dan holtikultura, sub-sektor perkebunan juga memegang peranan sangat penting dalam struktur perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan. Komoditas utama yang dihasilkan dari perkebunan yaitu karet, kelapa sawit, kopi, dan kelapa. Total luas areal perkebunan tercatat sebesar 2,6 juta hektar dimana 1,3 juta hektar diantaranya adalah perkebunan karet dan sisanya adalah perkebunan kelapa sawit, kopi, kelapa, dan teh. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalisasikan hasil perkebunan. Upaya tersebut adalah dengan melakukan program berkelanjutan yang terdiri dari peningkatan produktivitas dan mutu hasil perkebunan, pengembangan komoditas unggulan, pengembangan pasar lelang terpadu, multiperan pekebun (petani sebagai pekebun, pedagang, dan pemilik pabrik) dan pembinaan kelembagaan petani pekebun.

Komoditas ekspor Provinsi Sumatera Selatan dari perkebunan pada saat ini menghadapi masalah yang diakibatkan oleh masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam upayanya

mengembangkan sub-sektor perkebunan. Tantangan lainnya adalah banyaknya perkebunan rakyat yang sudah tua sehingga memerlukan peremajaan agar produktivitasnya tidak semakin menurun. Hal-hal lainnya adalah masih rendahnya kemampuan dan pengetahuan para petani dalam berkebun, banyaknya penggunaan bahan campuran yang tidak sesuai standar, dan serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan hasil dan umur produksi tanaman menjadi menurun.

Berdasarkan angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase dan dikenal dengan Nilai Tukar Petani (NTP), diketahui bahwa secara umum daya beli petani pada bulan Juni 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun dasar 2012 yaitu hanya sebesar 93,84. Jika ditelusuri lebih jauh, penurunan daya beli ini paling dialami oleh petani pekebun dimana NTP dari kelompok ini adalah 84,31 dari tahun dasar 2012. Sedangkan NTP Tanaman Pangan berupa padi dan palawija masih sedikit lebih baik yaitu 98,40. Sementara NTP Hortikultura mengalami kenaikan dari tahun dasar 2012 yaitu 112,23. Penurunan daya beli dari para petani khususnya para petani pekebun antara lain tingginya biaya yang harus dibayar petani untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Harus diakui, ditengah berbagai upaya dan kinerja positif yang ditunjukkan oleh sub sektor pertanian tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan, masih banyak pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan khususnya menyangkut kesejahteraan masyarakat petani. Pemerintah melalui berbagai instrumen kebijakan fiskal tentunya akan terus berusaha agar sektor pertanian yang menjadi tumpuan perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan dapat terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk dukungan alokasi anggaran yang memadai. Diharapkan dalam beberapa waktu kedepan akan terus dapat dicapai perbaikan yang signifikan seiring dengan harapan adanya kondisi perekonomian global yang semakin kondusif.

93,67 98,4 112,23 84,31 0 20 40 60 80 100 120 Nilai Tukar Petani

(NTP) NTP Tanaman Pangan NTP Hortikultura NTP Pekebun

Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Selatan Juni 2016 (2012=100)

Luas Areal dan Produksi Perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan

Sumber:BRS BPS Prov.Sumsel No.44/08/16/Th.XVIII

Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 Karet Luas Areal 1,195,111 1,204,995 1,213,530 1,232,038 1,259,149 Produksi 1,060,262 1,048,040 1,042,957 1,075,209 1,095,492 Kelapa Sawit Luas Areal 818,346 820,787 827,028 928,223 982,171 Produksi 2,160,632 2,203,275 2,218,070 2,463,338 2,718,927 Kopi Luas Areal 256,149 252,470 252,412 249,293 249,381 Produksi 150,214 143,980 143,328 139,754 135,288 Kelapa Luas Areal 67,737 67,694 66,787 65,308 68,157 Produksi 64,412 64,338 59,366 59,786 63,008 Lain-Lain Luas Areal 54,058 54,398 69,375 67,939 62,134 Produksi 109,091 96,309 98,269 107,895 102,125 TOTAL Luas Areal 2,391,401 2,400,344 2,429,132 2,542,801 2,620,992 Produksi 3,544,611 3,555,942 3,561,990 3,845,982 4,114,840

Sumber:Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel

NO. KOMODITI KABUPATEN SEMULA MENJADI PERUBAHAN PADI MURA 9,070 8,570 500 OI 3,500 2,000 1,500 EMPAT LAWANG 6,000 4,500 1,500 PAGAR ALAM 1,000 1,500 (500) 19,570 16,570 3,000 300,000 80,377 219,623 MURA 6,000 5,000 1,000 OKU TIMUR 6,000 7,300 (1,300) EMPAT LAWANG 3,000 1,500 1,500 15,000 13,800 1,200 MUBA 1,000 500 500 LAHAT 2,650 955 1,695 MURA 5,500 3,000 2,500 OKI 5,250 2,950 2,300 BANYUASIN 5,400 3,900 1,500 KEDELAI 3 JAGUNG DAN SEREALIA LAINNYA 1 2 PERUBAHAN PADI PERUBAHAN JAGUNG PADI EKSTENSIFIKASI

Sumber:Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel

Perkiraan Output Padi, Jagung, dan Kedelai Yang Tidak Dapat Tercapai Tahun 2016

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Penulis membuat tugas akhir ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya pada program studi Akuntansi Politeknik Negeri Batam..

KPAI tidak mempunyai kedudukan sederajat dengan lembaga yang secara langsung menerima kewenangan konstitusional, tetapi KPAI dibentuk hanya untuk mendukung kinerja pemerintah

4.4 Volume Air yang Keluar Karena Proses Elektroosmosis ( Efluen ) Proses penurunan volume sludge pada saat proses elektroosmosis diikuti dengan keluarnya air dalam

Berdasarkan hasil analisis uji F (Uji Serentak) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel produk, harga, tempat dan promosi mempunyai pengaruh dan signifikan

 Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah

1) Masih banyak wilayah Kabupaten Karangasem yang belum terjangkau oleh Mobil Pintar, terutama di daerah pelososk desa dan jalan/lokasi yang masih sempit,

Sedangkan Dessler (2005:85) mendefinisikan kompensasi adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang berlaku bagi pekerjaan yang mempunyai dua komponen, yaitu:

Tampilan Gambar 5.5 adalah tampilan bagian form edit tambahan yang berfungsi untuk mengupdate dan menambah history berobat pasien yang pernah berkunjung