• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KAIN CELEMEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KAIN CELEMEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KAIN

CELEMEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BAHASA LISAN PADA ANAK

1

Ria Anggun Trisyani, 2I Nyoman Wirya, 3Nice Maylani Asril Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: {Riaangguntrisyani@yahoo.com,wiryanyoman14@gmail.com, nice.asril@gmail.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bahasa lisan setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media kain celemek pada anak kelompok B2 semester II di TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak kelompk B2 semester II di TK Negeri Pembina Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan bahasa lisan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Singaraja setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media cerita kain celemek. pada siklus I sebesar 71,3% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,3% yang berada pada pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan bahasa lisan sebesar 14% pada anak kelompok B2 TK Negeri Pembina Singaraja.

Kata kunci: metode bercerita, media kain celemek, kemampuan bahasa lisan

Abstract

This research aimed to know the improvement of oral language skill after applying story telling method assisted by story cloth apron to the children at B2 group in Taman Kanak-kanak/TK (Kidergarten) Negeri Pembina Singaraja. This research classroom action research which is consists of two cycles. The subject in this research is 15 childrens at B2 group in TK Negeri Pembina Singaraja academic years 2013/2014. The data about oral language skill was collected with observation method by utilizing instrument in the form of observation format sheet. The data colleted was analyzed with descriptive statistical analysis method and quantitative statistical analysis method. The results of data analysis showed that there are increasing skill in oral language of children at B2 TK Pembina Singaraja after applying story telling method assisted by story cloth apron. Percentage of the average child's oral language skill in first cycle is 71.3 % in average category and the second cycle was increased to 85.3 % in high category. So there is 14% of increasing of oral languange skill at the children of B2 group TK Negeri Pembina Singaraja academic years 2013/2014.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini merupakan jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar. Mansyur (Riani, 2013:1), menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu proses yang dilakukan untuk membina tumbuh kembang anak usia baru lahir hingga enam tahun. Pembinaan tersebut mencangkup seluruh aspek perkembangan anak yang dilakukan dengan pemberian rangsangan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Satuan pendidikan anak usia dini menyelenggarakan berbagai layanan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak, baik jalur pendidikan formal maupun informal. Salah satu program jalur pendidikan formal bagi anak usia empat sampai enam tahun yang yaitu pendidikan taman kanak-kanak (TK). Pendidikan di TK merupakan upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran berupa rangsangan sehingga dapat mengasah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki anak.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0486 menyatakan bahwa pendidikan di TK bertujuan untuk membantu anak untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta anak. Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkunagannya sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan serta perkembangan anak selanjutnya.

Dukungan berbagai fasilitas, sarana dan prasarana, seperti media, ruang kelas, ruang bermain, program-program yang memadai serta suasana yang kondusif diperlukan dalam. perkembangan diri anak didik di TK Fasilitas dan media tersebut harus sesuai dengan karakteristik anak agar pelayanan pendidikan bagi peserta didik di TK yang bersangkutan dapat berjalan dengan optimal.

Keterampilan sosok guru atau pengasuh sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di TK agar bisa berjalan dengan efektif, menarik dan

menyenangkan. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan guru ialah media atau alat bermain sebagai sarana untuk membangkitkan motivasi anak dalam kreativitas.

Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi perkembangan kepribadian anak dan selama masa ini beberapa kepribadian mulai terbentuk. Pemberian stimulus dan latihan-latihan sebaiknya diberikan sejak dini agar dapat merangsang dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Selain kepribadian yang berkembang pada anak usia dini, adapun kemampuan lain yang juga berkembang pesat yaitu kemampuan berbahasa. Menurut Septiyaningsih (2013:16), keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting dalam aspek-aspek perkembangan anak. Keterampilan berbahasa dapat membantu anak dalam mengatasi masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berbahasa selain sebagai alat komunikasi, juga merupakan sasaran yang penting dalam kehidupan anak. Bahasa merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain dan sekaligus untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

Welton & Mallon (Moeslichatoen, 1999:158), menyatakan bahasa merupakan bentuk utama dalam mengutarakan pikiran ketika mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang berada pada masa tumbuh kembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata. Kemampuan anak dalam menyampaikan hasil pemikiran dan perasaan disebut dengan kemampuan bahasa lisan. Perkembangan kemampuan bahasa lisan bagi anak TK dapat dilihat dari komunikasi yang dilakukan dengan teman sebayanya. Kemampuan bahasa lisan anak juga dapat dilihat dalam kegiatan bercerita.

Bahasa dipandang dan merupakan media yang memungkinkan seseorang menyampaikan pikirannya kepada orang lain. Bahasa dapat mengidentifikasikan

(3)

3 perasaan manusia yang paling dalam, membantu memecahkan masalah pribadi, dan menjelajah dunianya melebihi apa yang telah dilihat (Bunawan dan Yuati 2000:33). Artinya bahwa bahasa bagi seseorang selain sebagai media untuk dapat mengekspresikan keinginannya atau perasaanya dengan bahasa pula orang berimajinasi dan bercita-cita akan masa depannya.

Stahlman & Luckner (dalam Sadjaah, 2005:115), menyatakan bahwa bahasa merupakan sarana yang paling berperan dalam memperoleh pengertian dan kemampuan. Bahasa menurut Clark & Stewart (1986:72), diartikan sebagai suatu interaksi dinamis antara aspek kognisi, linguistik dan komunikasi.

Santrock (Dhieni 2007:3.1), mengatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem simbol saat melakukan komunikasi yang meliputi suara, arti, tata bahasa, variasi arti dan penggunaan. Penggunaan bahasa dilakukan dalam seluruh situasi kehidupan dalam arti bahasa merupakan kegiatan manusia selama bernafas dan beraktifitas. Kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dari baru bangun selalu menggunakan bahasa. Kemampuan anak dalam menyampaikan hasil pemikiran dan perasaan disebut dengan kemampuan bahasa lisan. Perkembangan kemampuan bahasa lisan bagi anak TK dapat dilihat dari komunikasi yang dilakukan dengan teman sebayanya. Menurut Sadjaah (2005:119), mengungkapkan bahasa lisan merupakan cara penyampaian sesuatu yang diucapkan secara lisan. Menurut Sugono (dalam Septyaningsih, 2013:15), bahasa lisan adalah bahasa sebagai alat komunikasi yang cara penyampaiannya secara lisan dari seseorang (komunikator) kepada lawan bicara (komunikan). Dalam komunikasi menggunakan bahasa lisan terjadi suatu proses penyampaian pesan dari yang berbicara dan proses penerimaan pesan yaitu seorang pendengar.

Menurut Direktorat Pembinaan TK dan SD (Somenadi, 2013:3), menyebutkan bahwa ciri-ciri kemampuan bahasa lisan

adalah dapat berbicara dengan menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata, mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, senang mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urut dan mudah dipahami, menyebut nama, jenis kelamin, dan umurnya, menyebut nama panggilan orang lain (teman, kakak, adik atau saudara yang dikenal), mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa, dimana, dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata (apa,siapa, dan mengapa, dimana), dapat menggunakan kata depan, seperti (didalam, diluar, diatas, dibawah dan disamping), dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana, dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana dan dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin belajar.

Kemampuan bahasa lisan anak juga dapat dilihat dalam kegiatan bercerita. Metode bercerita merupakan metode yang banyak dipergunakan di TK. Menurut Dhieni (2007:6.4), bercerita adalah suatu kegiatan seseorang yang dilakukan secara lisan dengan bantuan alat atau tanpa alat untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng. Tarigan (Riani, 2013:18), menyatakan cerita untuk anak adalah cerita yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama dan masa kanak-kanak sebagai fokus utama.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelompok B2 TK Negeri Pembina Singaraja pada masa PPL Real bulan Juli sampai Oktober 2013 menunjukan bahwa, kemampuan bahasa lisan anak masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dalam kegiatan bercerita dimana anak nampak kesulitan dalam menceritakan kembali isi cerita yang sudah disampaikan secara sederhana. Anak nampak mengalami kesulitan dalam menirukan kembali 3-4 urutan kata. Anak juga nampak kesulitan dalam menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana. Hasil ini terbukti dari hasil pengumpulan

(4)

4 data yang berupa narasi atau rapor semester I tahun 2013 di kelompok B2 dari jumlah anak 15 orang, anak yang memperoleh tiga bintang ( ) yaitu 3 orang, anak yang mendapat dua bintang ( ) yaitu 12 orang.

Berdasarkan data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng perlu ditingkatkan. Kesulitan guru dalam menerapkan metode yang tepat adalah salah satu kendala dalam meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak. Hal ini dipersulit dengan kurangnya media yang dapat menunjang proses kegiatan belajar dalam meningkatan kemampuan bahasa lisan. Pengelola dan guru TK Negeri Pembina Singaraja telah melakukan diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Masalah tersebut dapat diatasi dengan berbagai alternatif pemecahan masalah dengan mengadakan kegiatan yang mampu menstimulasi kemampuan bahasa anak yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kegiatan tersebut berupa bercerita atau membaca gambar seri yang dilakukan oleh guru. Bercerita dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak. Hal ini sejalan dengan teori menurut Piaget (Widiasih, 2013:3), mengatakan bahwa peningkatan kemampuan bahasa lisan anak dapat dilakukan dengan menggunakan metode bercerita. Kegiatan bercerita dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berpikir, berpendapat secara bebas sesuai dengan cerita yang didengar. Kebebasan anak dalam mendengarkan cerita dapat membangkitkan motivasi anak dalam kegiatan belajar (Piaget; Widiasih, 2013:3).

Menurut Sulastri dan Parmiti (2010:27), metode bercerita merupakan cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan secara lisan. Musfiroh (2005:79), mengatakan bahwa metode bercerita

adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.

Tujuan dari metode bercerita adalah melatih daya tangkap, melatih daya pikir, melatih daya konsentrasi, membantu perkembangan fantasi, menciptakan suasana menyenangkan dan akrab. Moeslichatoen (1999:170),mengungkapka n melalui bercerita anak dapat menyerap pesan-pesan yang dituturkan. Penuturan cerita yang mengandung informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Widiasih (2013:3), menyatakan bahwa metode bercerita bagi anak TK bertujuan agar anak mampu mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan orang lain. Anak juga dapat bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan serta anak dapat menceritakan kembali dan mengekspresikan apa yang telah didengarkan kepada orang lain.

Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode bercerita harus memperhatikan situasi lingkungan dan media yang digunakan agar kegiatan bercerita menjadi menarik bagi anak. Penggunaan media dan bahasa yang disampaikan saat bercerita harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Cerita yang disampaikan juga harus disesuaikan dengan tema dan dikaitkan dengan kehidupan anak sehari-hari agar lebih efektif, komunikatif dan menyenangkan bagi anak. Setelah kegitan bercerita guru hendaknya mengadakan interaksi atau tanya jawab mengenai cerita yang sudah disampaikan untuk mengetahui tingkat pemahaman anak terhadap isi cerita.

Pelaksanaan metode bercerita membutuhkan media yang tepat dan menyenangkan bagi anak. Media dapat membantu memperjelas bahan atau materi yang disampaikan oleh guru.

(5)

5 McLuhan (dalam Sadiman 1984:24), berpendapat bahwa media adalah sarana yang juga disebut chanel. Media tersebut dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Pada hakekatnya media bertujuan untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam merasakan, mendengarkan dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tak terbatas lagi.

Dari pendapat diatas maka disimpulkan bahwa media adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, yang dapat mendukung proses belajar mengajar disekolah. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam proses pembelajaran.

Media yang dimaksud dalam hal ini adalah alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran yang pengadaannya dibuat oleh guru itu sendiri. Pengadaan alat peraga dapat memanfaatkan sumber atau bahan yang mudah didapat misalnya menggunakan kain celemek. Media kain celemek merupakan media yang tebuat dari kain planel yang berbentuk seperti celemek dengan ditempeli gambar-gambar yang sesuai dengan cerita. Gambar pada kain celemek tersebut bisa ditempel dan dilepas sesuai dengan kebutuhan dan cerita yang disampaikan. Gambar-gambar yang digunakan pada kain celemek tersebut dapat mempermudah anak untuk memahami isi cerita yang diampaikan.

Piaget (dalam Depdiknas, 2010), mengatakan bahwa anak pada usia 2-7 tahun berada pada tahap praoperasional (praoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun. Anak belajar memahami konsep dari gambar-gambar atau benda yang ada di sekitar. Dengan menggunakan gambar yang ditempel pada kain celemek akan mempermudah anak pada usia ini untuk memahami isi cerita yang disampaikan oleh guru.

Metode bercerita dengan menggunakan media cerita kain celemek dapat memanfaatkan indera visual anak dalam meningkatkan kemampuan bahasa

lisan anak. Sadjaah (2005:137), menyatakan pemerolehan bahasa melalui dimensi-dimensi proses lihat, merasa dan meraba secara langsung akan melekat dalam ingatannya. Pada saat guru bercerita menggunakan media cerita kain celemek ini, guru meminta anak untuk memilih dan menempelkan gambar pada celemek sesuai dengan cerita. Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi anak sehingga anak lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan karena anak terlibat langsung dalam proses bercerita. Kegiatan memasangkan gambar sesuai dengan kata atau kalimat yang diucapkan guru bertujuan untuk mempermudah anak dalam mengingat cerita.

Media cerita kain celemek yang dipakai guru untuk bercerita bersifat fleksibel. Guru bisa mendekati anak satu persatu dan menunjukan gambar kepada masing-masing anak dengan lebih dekat dan melakukan komunikasi langsung kepada anak. Penggunaan media cerita kain celemek yang fleksibel akan mempermudah guru dalam melakukan komunikasi langsung pada anak sehingga anak akan lebih antusias dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Jika penggunaan metode bercerita melalui membaca cerita kain clemek dapat berjalan dengan efektif dan efesien dimana berecerita dilakukan dengan menyenangkan , maka kemampuan berbahasa anak bisa ditingkatkan. Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tersebut maka akan diadakan penelitian tindakan kelas untuk melihat pengaruh metode bercerita berbantuan media cerita kain celemek pada kemampuan bahasa lisan anak di TK Negeri Pembina Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Maret 2014 sampai dengan 3 Mei 2014 pada anak kelompok B semester II TK Negeri Pembina Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B2 semester II berjumlah 15 orang yaitu 7 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

(6)

6 Variabel dalam penelitian ada dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bercerita berbantuan cerita kain celemek. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan bahasa lisan

Data penelitian tentang kemampuan bahasa lisan berbantuan media kain celemek dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument berupa lembar format observasi. Observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrument penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.50 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai harapan, (****) berkembang sangat baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, observasi, tindakan dan refleksi Arikunto (Risanti, 2013:31)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pertama menyamakan persepsi metode dan media yang akan digunakan yaitu menggunakan metode bercerita dengan menggunakan media cerita kain celemek, kedua menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM), ketiga menyususun rencana kegiatan harian (RKH), keempat menyiapkan media atau alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu media cerita kain celemek, kelima mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan bercerita dan keenam menyiapkan instrument penelitian tentang kemampuan bahasa lisan anak.

Langkah-langkah yang dilakukan guru pada pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut. Pertama guru mengatur posisi duduk anak agar merasa nyaman. Posisi duduk anak diatur seperti mengikuti kegiatan pembelajaran secara klasikal dimana semua anak duduk dibawah beralaskan karpet dan guru berdiri di depan anak-anak. Kedua menyiapkan media kain celemek dan gambar-gambar

yang akan kita gunakan dalam bercerita. Ketiga guru menarik perhatian anak dan mengajak anak untuk fokus kearah guru dengan mengajak mereka bernyanyi atau bermain tepuk tangan. Keempat guru memperkenalkan tentang media kain celemek kepada anak dan memperlihatkan gambar-gambar yang digunakan untuk bercerita. Kemudian, guru melakukan percakapan awal yang mengajak anak untuk mengiring mereka memperhatikan gambar yang akan digunakan dan memperkenalkan judul cerita yang akan disampaikan pada anak. Kelima guru menuturkan cerita yang pada anak menggunakan media kain celemek. Anak dibimbing untuk memasangkan gambar pada kain celemek sesuai dengan cerita yang disampaikan. Keenam ketika cerita sudah selesai dituturkan, guru kemuadian mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Ketujuh guru bersama-sama dengan anak mengumpulkan isi cerita tersebut, termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut. Kedelapan guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita yang sudah disampaikan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksanaan yang dilakukan berdasarkan analisis data dari pelaksanaan yang mengacu pada kereteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemudian barulah ditentukan tindakan yang akan direncanakan selanjutnya dengan pemantapan tindakan atau revisi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar penyusunan rancangan rencana program tindakan selanjutnya.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2012) menyatakan bahwa metode

(7)

7 analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik desktiptif. Rumus-rumus yang digunakan yaitu distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi

Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kemampuan bahasa lisan anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 3 Maret 2014 sampai 5 April 2014. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing sklus terdiri dari empat minggu. Tiap minggu pada masing-masing siklus terdiri dari lima kali pertemuan. Pertemuan pada minggu pertama sampai minggu ketiga dilakukan tindakan pembelajaran dan minggu keempat melaksanakan evaluasi penilaian. Data hasil belajar anak pada kemampuan bahasa lisan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan kemampuan bahasa lisan anak dengan penerapan metode bercerita berbantuan media cerita kain celemek pada anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Singaraja diperoleh rata-rata persentase kemampuan bahasa lisan anak pada siklus I sebesar 71,3%, dan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan bahasa lisan anak pada siklus II sebesar 85,3%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan

bahasa lisan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 14%. Berikut adalah grafik kemampuan bahasa lisan pada siklus I akan tampak seperti gambar berikut.

0 5 10

12 13 14 15 16 17

Grafik 1 Grafik Kemampuan Bahasa Lisan Siklus I Kelompok B2 TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 Grafik polygon di atas menunjukan bahwa Mo<Me<M (13<14<14,2). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan bahasa lisan pada siklus I cenderung rendah dan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 71,3%, apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 65-79 % yang berarti bahwa hasil kemampuan bahasa lisan pada siklus I berada pada kriteria sedang.

Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode bercerita berbantuan media cerita kain celemek untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak. Kendala yang ditemukan tersebut menyebabkan hasil kemampuan bahasa lisan anak kelompok B2 di TK Negeri Pembina Singaraja berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pembelajaran siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh

Mo=13 Me=14 3

(8)

8 peneliti, sehingga kemampuan bahasa lisan anak dapat meningkat. Peningkatan kemampuan bahasa lisan anak dapat dilihat melalui grafik berikut.

0 5 10

16 17 18 19 20 21

Grafik 2. Grafik Kemampuan Bahasa Lisan Siklus II Kelompok B2 TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014 Grafik polygon di atas menunjukan bahwa bahwa Mo>Me>M (19>18>17,1), Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar kemampuan bahasa lisan pada siklus II cenderung tinggi dan kurva juling negatif. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 85,3% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89 % yang berarti bahwa hasil kemampuan bahasa lisan pada siklus II berada pada kriteria tinggi

. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 semester II TK Negeri Pembina Singaraja sebesar 14% yaitu dari kategori sedang menjadi kategoi tinggi

Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan teori menurut para ahli yang mendukung penelitian ini. Metode bercerita merupakan salah satu cara memberikan pengalaman belajar bahasa lisan bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Menurut Moeslichatoen (1999:170), melalui bercerita anak dapat menyerap pesan-pesan yang dituturkan. Hal ini terlihat dari anak mampu menceritakan kembali cerita yang sudah didengarnya dan mengulang kembali kalimat yang telah didengar.Anak dapat mengulang kembali cerita yang

berjudul “Bencana Banjir”. Cerita tersebut menceritakan tentang bencana banjir yang diakibatkan karena ulah manusia. Banyak orang yang membuang sampah sembarangan terutama di sungai tempat penampungan air. Ketika terjadi hujan deras tempat penampungan air penuh dan saluran air tersumbat karena banyaknya sampah sehingga terjadilah banjir. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita yang berjudul “Bencana Banjir” mengajarkan kepada anak tentang kehidupannya sehari-hari untuk tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga lingkungan disekitar.

Menurut Piaget (Dhieni, 2007:2.15), menyatakan bahwa anak belajar mengenal konsep melalui gambar-gambar dan benda yang ada disekitar. Saat kegiatan bercerita anak dapat melihat gambar-gambar yang ada pada cerita kain celemek dan menempelkannya sesuai dengan cerita yang disampaikan. Ketika guru menyampaikan cerita yang berjudul “Taman yang Penuh Bunga”. Cerita tersebut mengisahkan tentang bunga mawar, melati dan matahari yang tumbuh ditaman. Bunga mawar dan melati dalam cerita tersebut sangat disukai banyak orang karena baunya yang wangi, sedangkan bunga matahari tidak banyak disukai orang karena tidak berbau. Gambar-gambar bunga yang digunakan untuk bercerita dibuat berwarna-warni sehingga anak-anak dapat memilih sendiri warna yang disukai. Anak juga menjadi lebih antusias dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. Gambar-gambar yang ditempel pada kain celemek juga dapat menstimulasi indra visual anak. Stimulasi tersebut mempermudah anak dalam mengingat dan memahami isi cerita yang disampaikan sehingga anak dapat mengulang kembali cerita yang disampaikan oleh guru.

Mo=19 Me=18

(9)

9 Metode bercerita juga dapat melatih daya tangkap dan melatih daya pikir anak. Hal tersebut terlihat dari setelah kegiatan bercerita anak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru mengenai cerita yang sudah di sampaikan. Anak juga dapat mengungkapkan pendapatnya secara lisan. Ketika guru menyampaikan cerita yang berjudul “Bencana Banjir”, anak dapat menjawab pertanyaan guru seperti, “apa yang menyebabkan terjadinya banjir?” dan “apa dampak terjadinya banjir?”. Bercerita menggunakan cerita kain celemek mempermudah anak untuk mengenal kosa kata baru melalui gambar-gambar. Saat menyampaikan cerita yang berjudul “Taman yang Penuh Bunga”, guru mengenalkan mahluk hidup di alam semesta seperti berbagai jenis tanaman, manusia dan binatang. Anak juga dapat mengetahui berbagai jenis bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka menunjukan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kain celemek dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Negeri Pembina Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Metode bercerita berbantuan media kain celemek dapat meningkatkan kemampuan bahasa lisan pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Negeri Pembina Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan bahasa lisan anak sebesar 71,3% yang berada pada kategori sedang. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan bahasa lisan anak sebesar 85,3% yang berada pada kriteria tinggi. Jadi peningkatan kemampuan bahasa lisan anak dari siklus I ke siklus II sebesar 14%.

Saran yang dapat diajukan kepada pihak sekolah yaitu agar dapat menciptakan kondisi belajar yang

memadai dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang khususnya dalam bercerita. Kepada guru kelas agar mngoptimalkan kegitan pembelajaran seperti bercerita menggunakan kain celemek dengan menggunakan gambar-gambar yang menarik. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK khususnya untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak dengan menerapkan metode bercerita dengan cara bercerita yang ekspresif agar dapat lebih menarik perhatian anak. Keterbatasan waktu menjadi permasalahan sehingga penelitian ini tidak mencapai kreteria sangat tinggi. Kepada peneliti lain juga diharapkan agar bisa meneruskan penelitian ini sehingga mencapai hasil yang optimal.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A.G. 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan. Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD Ditjen PNFI.

Dhieni, N. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak kanak. Singaraja Rineka Cipta

Musfiroh. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(10)

10 Riani, K. 2012. Penerapan Metode Cerita

Bergambar Dari Kain Flanel Untuk Meningkatkan Kreativitas Pada Anak Didik Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 di TK Kuncup Harapan Banjar Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Risanti, N.M.N. 2013. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Kongkrit Melalui Kegiatan

Finger Painting Untuk

Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak TK Ganesha Denpasar Selatan Pada Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Sadjaah, E. 2005. Pendidikan Bahasa

Bagi Anak Gangguan

Pendengaran. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasioanal Septiyaningsih, N.K. 2013. Penerapan

Model Pembelajaran Role Playing Berbantuan Media Gambar Untuk

Meningkatkan Keterampilan Bahasa Lisan Anak TK Tunas Gama School Kecamata Bitera

Kabupaten Gianyar Pada

Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Somenadi, K. 2013. Penerapan Metode

Bercerita Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Pada Anak Kelompok B Tk Stana Widya Kumara Depeha. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Sulastri Made dan D.P. Parmiti. 2010.

Strategi Pembelajaran Anak TK. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan.

Widiasih, N.K. 2013. Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Untuk

Meningkatkan Kemampuan

Berbahasa Pada Anak Tk Sinar Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Gambar

Grafik  1  Grafik    Kemampuan  Bahasa  Lisan  Siklus  I  Kelompok  B2  TK  Negeri  Pembina  Singaraja  Tahun Pelajaran 2013/2014  Grafik  polygon  di  atas  menunjukan   bahwa  Mo&lt;Me&lt;M  (13&lt;14&lt;14,2)
Grafik  2.  Grafik    Kemampuan  Bahasa  Lisan  Siklus  II  Kelompok  B2 TK  Negeri  Pembina  Singaraja  Tahun Pelajaran 2013/2014  Grafik polygon di atas menunjukan  bahwa  bahwa  Mo&gt;Me&gt;M  (19&gt;18&gt;17,1),  Berdasarkan  gambar  tersebut  dapat  d

Referensi

Dokumen terkait

Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada

Konsumsi bahan bakar 100%DME meningkat dengan menghasilkan power output yang hampir sama seperti campuran Solar+DME 50/50, sementara itu penggunaan bahan bakar

flanel merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam pengembangan kemampuan berbicara anak, karena menggunakan wayang flanel sebagai alat peraga saat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9%

Disarankan kepada Kepala TK (Taman Kanak-Kanak) agar kepala TK (Taman Kanak-Kanak) mampu memberikan informasi kepada guru-guru mengenai metode dan media yang

Terjadinya perkembangan kemampuan berbahasa lisan pada anak saat penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap novel Kubah karya Ahmad Tohari menggunakan teori sastra Marx, dapat disimpulkan bahwa bentuk ideologi Karman pada awalnya

Kedua, faktor yang menjadi kekuatan dalam pemberdayaan melalui Industri Kerajinan Batik Kayu di desa Krebet adalah bahan baku kayu yang melimpah; dukungan dari