• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. ORIENTASI TINDAKAN EKONOMI AKTOR DAN PEMBENTUKAN RASIONALITAS DALAM AKTIVITAS MENONGKAH: KONSEPTUALISASI TEORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VII. ORIENTASI TINDAKAN EKONOMI AKTOR DAN PEMBENTUKAN RASIONALITAS DALAM AKTIVITAS MENONGKAH: KONSEPTUALISASI TEORITIK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

VII. ORIENTASI TINDAKAN EKONOMI AKTOR DAN

PEMBENTUKAN RASIONALITAS DALAM AKTIVITAS

MENONGKAH: KONSEPTUALISASI TEORITIK

7.1. Adaptasi Semi-natural dan Rasionalitas

7.1.1. Penanaman Rasionalisme Negara dan Pengaruh Rasionalisme Pasar Budaya yang tumbuh dari aktivitas nafkah melalui penyesuaian terhadap kondisi dan perubahan lingkungan bio-fisik (adaptasi), selalu berkaitan dengan tindakan ekonomi (bernafkah) anggota rumah tangga. Adaptasi terhadap lingkungan bio-fisik yang terjadi pada masyarakat Suku Duano di Indragiri Hilir, sebagaimana yang telah dibahas pada BAB V merupakan adaptasi yang sangat dipengaruhi oleh interaksi komunitas Suku Duano dengan negara dan pasar, atau yang disebut di dalam penelitian ini sebagai adaptasi seminatural. Pengaruh negara dan pasar sebagaimana yang telah diuraikan pada sub bab 5.3, merupakan bentuk penanaman rasionalisme yang dianut oleh negara dan pasar (Tabel 7. 1) Tabel 7. 1. Bentuk-Bentuk Penanaman Rasionalisme oleh Negara dan Pasar

Negara Pasar

1. Penguasaan dan pemanfaatan sumber-sumber agraria non perairan/perikanan melalui PKMT dan pembangunan 2. Orientasi pertumbuhan

melalui Revolusi Biru (modernisasi perikanan, motorisasi dan mekanisasi perikanan)

3. Pengenalan Produksi dengan budidaya melalui program MCRMP (budidaya Perikanan)

4. Pengenalan pasar melalui KUD, TPI, KUB

1. Hadirnya tauke atau pedagang

pengumpul kerang darah dan hasil-hasil perikanan

2. Hadirnya kios-kios pengumpulan kerang dari hasil menongkah

3. Tersedianya perahu dan kapal motor sewaan untuk aktivitas menongkah atau pengangkutan hasil perikanan

4. Pengenalan pasar melalui rantai

pemasaran kerang darah dan hubungan patronase tauke-nelayan

Sumber: Wawancara dan pengamatan

Sistem penghidupan Suku Duano yang berkembang dari adaptasi seminatural, sebagaimana yang telah dibahas pada BAB VI adalah sistem penghidupan yang berbasis menongkah. Aktivitas menongkah tumbuh, bertahan, dan berkembang karena merupakan pusat dari strategi nafkah komunitas dan rumah tangga Suku Duano. Individu yang merupakan bagian dari aktivitas nafkah rumah tangga dan komunitas, mendasarkan perilaku/tindakannya pada kebiasaan, emosi, dan kepentingan. Bentuk-bentuk tindakan ekonomi aktor dalam menjalankan aktivitas nafkah (sebagaimana yang telah dibahas pada anak sub bab 6.1.4), membutuhkan penjelasan teoritik yang dikaitkan dengan proses pembentukan rasionalitas di alam pikiran individu. Selain itu, bagaimana tindakan

(2)

ekonomi dan rasionalitas melekat pada sistem penghidupan komunitas, perlu pula dijelaskan dengan baik.

Aktivitas menongkah bukanlah semata-mata merupakan aktivitas ekonomi, melainkan mencakup pula aktivitas sosial dan aktivitas budaya. Menongkah sebagai aktivitas ekonomi berkaitan dengan pemenuhan atau pencapaian kepentingan-kepentingan materialistik dan berorientasi profit. Menongkah sebagai aktivitas sosial berkaitan dengan pencapaian kepentingan-kepentingan idealistik dan tidak semata-mata berorientasi profit. Menongkah sebagai aktivitas budaya berkaitan dengan upaya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi yang telah dilakukan oleh generasi Suku Duano sebelumnya. Menongkah sebagai aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya tidak lepas dari proses interaksi antara negara, pasar, dan masyarakat lokal, serta perubahan yang terjadi pada lingkungan (bio-fisik dan sosial). Sehingga penjelasan tentang orientasi tindakan dan pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah Suku Duano menjadi lebih rumit dan menarik. Tarik-ulur berbagai basis rasionalitas berlangsung di alam pikiran individu Suku Duano, sebelum aktor sampai pada pemilihan tindakan yang tepat.

Tindakan individu dalam aktivitas menongkahyang menjadi fokus perhatian adalah tindakan rasional, yaitu tindakan individu yang lebih didasarkan oleh kepentingan (idealistik dan materialistik) daripada kebiasaan dan emosi. Aktivitas menongkah dalam perkembangannya mengalami proses pelembagaan dari aktivitas ekonomi menjadi organisasi sosial menongkah, dan selanjutnya menjadi budaya bernafkah, sehingga tindakan individu yang lebih didasarkan oleh kebiasaan atau tindakan tradisional menjadi penopang tindakan rasional. Tindakan rasional individu dalam aktivitas menongkah didasarkan atas rasionalitas substantif, rasionalitas praktikal, dan rasionalitas formal, sedangkan tindakan tradisional didasarkan oleh kebiasaan atau tradisi.

Tindakan tradisional Suku Duano yang bersumber dari kebiasaan atau tradisi (habit), dapat berupa ritual, mitos, seni, pantang-larang, dan magis. Kebiasaan-kebiasaan tersebut diterima begitu saja oleh individu dan dijalankan oleh hampir seluruh anggota komunitas. Tindakan tradisional secara tidak langsung mempengaruhi keberlanjutan aktivitas menongkah pada aras individu, yaitu sebagai penopang pembentukan rasionalitas substantif, rasionalitas praktikal, dan rasionalitas formal.

7.1.2. Basis Rasionalitas Suku Duano

Proses mental yang berlangsung di alam pikiran individu dalam pembentukan suatu rasionalitas dipengaruhi oleh basis rasionalitas yang bersumber dari internal dan eksternal komunitas. Basis rasionalitas yang mempengaruhi pembentukan rasionalitas individu Suku Duano di dalam menjalankan aktivitas nafkah, khususnya aktivitas menongkah disajikan pada Tabel 7. 2.

(3)

Tabel 7. 2. Basis Rasionalitas Aktivitas Nafkah Suku Duano Basis

Rasionalitas Bentuk Sumber

Rasionalitas Substantif

1. Etika-Moral

1.a. Etika Kepatuhan 1.a. Falsafah Melayu: raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah

1.b. Etika Pergaulan/ hidup bermasyarakat

1.b. Falsafah Melayu:

kesederhanaan, toleransi, dan gotong-royong

1.c. Etika Survivalisme 1.c. Falsafah Melayu: tak akan melayu hilang di bumi

2. Nilai-Nilai

2.a. Pandangan terhadap daratan dan lautan

2.a. Pandangan Suku Laut: tanah atau daratan adalah tempat yang kotor (tempat

menguburkan orang yang sudah mati), laut tempat mencari nafkah

Rasionalitas Formal dan Praktikal 1. Tujuan penguasaan Sumberday a alam 1.a. Kesejahteraan Bangsa

1.a. Interaksi dengan negara 1.b. Keuntungan

Pribadi/perusahaan

1.b. Interaksi dengan pasar 1.c. Kemakmuran

Komunitas

1.c. Interaksi dengan masyarakat lokal

2. Orientasi Produksi

2.a. Produksi untuk dipakai

2.a. Suku Duano 2.b. Produksi untuk

dijual

2.b. Interaksi dengan negara dan pasar

3. Orientasi Distribusi

3.a. Resiprositas 3.a. Suku Duano

3.b. Pertukaran/Pasar 3.b. Interaksi dengan negara dan pasar 4. Kalkulasi ekonomi 4.a. Keuntungan maksimum (utility maximization)

4.a. Interaksi dengan pasar

Sumber: Wawancara dan Studi Literatur Basis Etika-Moral

Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik dan tata cara hidup yang baik, pada aras individu maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik tersebut dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Etika dapat pula dipahami sebagai filsafat moral yang membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara moral, yaitu tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Basis etika-moral dalam proses mental pembentukan rasionalitas bernafkah Suku Duano

(4)

adalah etika kepatuhan, etika pergaulan/kehidupan bermasyarakat, dan etika survivalisme.

a. Etika Kepatuhan

Etika kepatuhan dapat berupa kepatuhan pada ajaran-ajaran agama, kepada negara, kepada pimpinan/atasan, kepada majikan/patron, kepada orang tua, dan sebagainya. Etika kepatuhan dalam kaitannya dengan aktivitas bernafkah Suku Duano antara lain adalah kepatuhan pada negara, kepada pemimpin adat, dan kepada tauke.

Kepatuhan Suku Duano terhadap negara sesungguhnya telah terlihat sejak mereka hidup di rumah perahu sampai dengan saat ini. Mengabdi sebagai prajurit pengawal perairan pada masa kerajaan Johor-Malaka-Indragiri, bersedia untuk dimukimkan pada masa orde baru, dan berperan-serta dalam program-program pemerintah.

Kepatuhan pada pemimpin dan tokoh-tokoh Suku Duano dalam mempertahankan ke-Duano-an dan mempertahankan aktivitas menongkah, dan kepatuhan mereka atas kesepakatan yang dibuat dengan para tauke (pedagang pengumpul) juga terlihat dalam kehidupan Suku Duano.

Etika kepatuhan Suku Duano tersebut bersumber dari falsafah melayu dan contoh teladan yang diberikan oleh tokoh-tokoh melayu. Falsafah melayu raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah dimaksudkan untuk memandu perilaku/tindakan orang-orang melayu sebagai kaum yang patuh pada negara atau pemimpin yang benar.

b. Etika Pergaulan/Kehidupan bermasyarakat

Falsafah melayu tentang kesederhanaan, toleransi dan gotong royong menjadi pemandu tindakan Suku Duano dalam berinteraksi sesama Suku Duano, maupun dengan masyarakat desa tempatan dimana Suku Duano dimukimkan kembali. Etika pergaulan atau bermasyarakat ini disosialisasikan dari generasi ke generasi, dan dijadikan bagian dari kebudayaan lisan dan tulis yang berisi pesan moral. Beberapa falsafah melayu tersebut tercermin dalam bait-bait pada Box 7.1.

Box 7.1. Bait-bait Falsafah Melayu Tentang Etika Pergaulan/Hidup Bermasyaraka

Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing Ke bukit sama mendaki, Ke lurah sama menurun Hati gajah sama dilapah, Hati tungau sama dicecah Hidup jelang-menjelang, Sakit jenguk-menjenguk Lapang sama berlega, Sempit sama berhimpit Lebih beri-memberi, Kalau berjalan beriringan

Yang dulu jangan menunjang, Yang tengah jangan membelok, Yang di belakang jangan menumit

Yang lupa diingatkan, Yang bengkok diluruskan, Yang tidur dijagakan Yang salah tegur-menegur, Yang rendah angkat-mengangkat, Yang tinggi junjung-menjunjung

Yang tua memberi wasiat, Yang alim memberi amanat Yang berani memberi kuat, Yang berkuasa memberi daulat Kuat lidi karena diikat, Kuat hati karena mufakat

(5)

c. Etika Survivalisme

Etika survivalisme yang memandu Suku Duano berkaitan dengan mempertahankan identitas melayu, ke-Duano-an, dan aktivitas menongkah. Suku Duano yang dalam sejarahnya adalah suku pengembara laut harus menanamkan dan menjalankan semangat berjuang dan bertahan dalam kondisi yang sulit. Hal ini menjadi pemandu tindakan ekonomi aktor Suku Duano hingga saat ini dalam menjalankan aktvitas nafkah. Mencari nafkah di kubangan lumpur dengan kondisi laut yang ekstrim menjadi bagian dari keseharian Suku Duano.

Etika survivalisme selain bersumber dari cara hidup Suku Duano berinteraksi dengan alam, juga bersumber dari falsafah melayu “tak akan melayu hilang di bumi”. Semangat berjuang dan bertahan tercermin dari ungkapan tersebut.

Nilai-nilai

Pandangan hidup nenek moyang Suku Duano tentang alam yaitu daratan adalah tempat yang kotor, tempat menguburkan kerabat mereka yang telah mati. Pandangan hidup tersebut menjadi nilai-nilai yang mengharuskan orang Duano untuk terus menghargai laut, meskipun kehidupan saat ini sangat berkait erat dengan daratan. Nilai untuk terus menghargai laut masih terlihat dari aktivitas nafkah Suku Duano yang berbasis perairan.

Basis pencapaian tujuan-tujuan ekonomi

Pencapaian tujuan-tujuan ekonomi (economic orientation) dalam hal penguasaan sumberdaya, produksi, dan distribusi, merupakan basis rasionalitas yang bersumber dari interaksi Suku Duano dengan negara, pasar, dan masyarakat lokal. Paham utilitarianisme yang mengutamakan kemanfaatan ekonomi dan berorientasi profit diperkenalkan dan masuk ke kehidupan Suku Duano terutama pada era revolusi biru. Negara menggunakan paham ini dalam kebijakan-kebijakan pembangunan yang sangat berorientasi pertumbuhan ekonomi, produktivitas, efesiensi, dan mengutamakan indikator-indikator makro-ekonomi, termasuk yang ditujukan pada Suku Duano.

Pasar yang masuk dan diperkenalkan kepada Suku Duano sejalan dengan program-program pemerintah tersebut, mempengaruhi orientasi produksi dan pola distribusi Suku Duano. Produksi yang berorientasi pasar, distribusi yang mengandalkan pasar dan nilai tukar (uang), dan kalkulasi ekonomi untuk menghasilkan profit maksimum menjadi bagian dari orientasi tindakan bernafkah Suku Duano saat ini.

7.1.3. Analogi Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah Proses pembentukan rasionalitas dalam pikiran individu akan semakin mudah dipahami dengan menggunakan analogi. Analogi yang dimaksud adalah sistesis dari teori tindakan dan rasionalitas ekonomi dari Max Weber, teori adaptasi ekologi budaya dari Julian Steward, dan teori keterlekatan dari Granovetter.

Rasionalitas yang bermain di alam pikiran individu, lebih tepat jika digambarkan sebagai suatu kontinum yang dinamis, bukan bersifat statis. Orientasi tindakan ekonomi dari individu Duano dalam menjalankan aktivitas menongkah pada satu waktu didominasi oleh tujuan-tujuan subsistensi, pada situasi dan kondisi yang lain menonjolkan orientasi profit. Nilai-nilai pada satu

(6)

waktu menjadi pertimbangan dominan dalam pengambilan keputusan ekonomi, pada waktu lain dengan situasi dan kondisi yang berbeda keputusan ekonomi individu didominasi oleh aturan-aturan formal. Kedinamisan proses mental pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah dapat diilustrasikan seperti Gambar 7.1.

Adaptasi sistem penghidupan yang terjadi pada Gambar 7.1 adalah proses penyesuaian terhadap perubahan lingkungan bio-fisik yang bersifat alamiah, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Steward (1955) di dalam teori ekologi budaya. Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh individu dengan maksud pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau yang diistilahkan oleh Sanderson (2002) sebagai produksi untuk dipakai, lebih dominan bekerja rasionalitas substantif dari pada rasionalitas formal (terlihat dari bola hijau [s] yang lebih besar dari bola merah [f]). Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh individu dengan tujuan komersial untuk mencapai profit maksimum atau yang diistilahkan oleh Sanderson (2002) sebagai produksi untuk dijual, lebih dominan bekerja rasionalitas formal daripada rasionalitas substantif (terlihat dari bola merah [f] yang lebih besar dari bola hijau [s]). Penopang keberlanjutan aktivitas nafkah adalah tradisi atau culture non core, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses sosialisasi.

Adaptasi sistem penghidupan yang terjadi pada Gambar 7.2 adalah proses penyesuaian terhadap perubahan lingkungan bio-fisik, dimana negara atau pasar ikut mempengaruhi bentuk tindakan ekonomi bernafkah yang diambil individu. Proses adaptasi seminatural, sebagaimana yang terjadi pada aktivitas nafkah Suku Duano (menongkah) adalah contoh dari analogi tersebut.

Gambar 7.1. Proses Mental Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah

Keterangan: F : Rasionalitas Formal S : Rasionalitas Substantif S u b s i s t e n s i K o m e r s i a l Culture non core S F S F F S

(7)

Aktivitas menongkah yang dijalankan oleh individu pada masa-masa dimana rasionalisme yang ditanamkan oleh negara menjadi sangat dominan, yaitu pada masa revolusi biru (Gambar 7.2), aktivitas menongkah lebih mengarah pada aktivitas komersial. Melalui logika-logika pertumbuhan dan hukum pasar, negara dan pasar mempengaruhi Suku Duano untuk menggunakan logika pasar. Produksi kerang darah bergerak dari pemenuhan untuk dipakai (untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga), ke arah produksi untuk dijual (untuk memenuhi permintaan pasar).

Meskipun rasionalitas substantif individu Suku Duano masih bekerja lebih dominan dari pada rasionalitas formal (terlihat dari bola hijau [s] yang lebih besar dari bola merah [f]), tetapi orientasi komersial mulai menjadi dasar tindakan ekonomi bernafkah aktor. Hal tersebut dibuktikan oleh fakta bahwa Suku Duano menolak penggunaan songko bermesin dalam pengeksploitasian kerang darah, tetapi Suku Duano merubah orientasi tindakannya dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual. Seiring dengan perjalanan waktu, beberapa individu Suku Duano melakukan penyesuaian terhadap situasi dan kondisi yang ada, penggunaan rasionalitas formal lebih dominan dari penggunan rasionalitas subtantif. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta beberapa aktor yang tidak lagi menjadikan menongkah sebagai aktivitas nafkah utama, mereka beralih pada aktivitas pemasaran. Aktor dari strata menengah menjadikan menongkah sebagai aktivitas nafkah sampingan, sedangkan dari starata atas tidak lagi menongkah kecuali untuk aktivitas budaya.

Gambar 7.2. Adaptasi Semi-natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah dari Subsisten ke Komersial

P as ar N eg ar a N e ga ra P as ar S u b s i s t e n s i K o m e r s i a l Culture non core S F S F S F S F S F

(8)

Secara teoritis hubungan antara adaptasi seminatural dan rasionalitas dapat pula berlangsung sebaliknya (Gambar 7.3), berlawanan dengan yang terjadi pada Gambar 7.2. Aktivitas nafkah yang berorientasi komersial dimana lebih dominan bekerja rasionalitas formal dari pada rasionalitas substantif (terlihat dari bola merah [f] yang lebih besar dari bola hijau [s]), bergerak ke arah aktivitas subsisten. Pergerakan ini dipengaruhi oleh adanya kebijakan negara yang kurang menguntungkan Suku Duano, atau dapat pula karena atau kalah bersaing dengan pengusaha yang lebih kuat. Rasionalitas formal yang bekerja masih dominan, meskipun tindakan ekonomi individu bertujuan utuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga atau produksi untuk dipakai (terlihat dari bola merah [f] yang lebih besar dari bola hijau [s]).

Dominannya rasionalitas formal yang bekerja di alam pikiran individu, menyebabkan individu akan selalu berusaha mencari cara untuk keluar dari kondisi produksi untuk dipakai. Strategi yang mungkin dipilih individu adalah dengan melakukan diversifikasi sumber-sumber penghasilan, memaksimalkan penggunan sumberdaya manusia keluarga, memanfaatkan sumber-sumber keuangan dari kelembagaan formal maupun informal, atau keluar dari livelihood place (migrasi).

Kaitan antara adaptasi seminatural dan rasionalitas sebagaimana yang digambarkan dalam Gambar 7.1, Gambar 7.2, dan Gambar 7.3, merupakan suatu analogi pembentukan rasionalitas yang digunakan untuk menjelaskan pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah yang dijalankan oleh

Gambar 7.3. Adaptasi Semi Natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Nafkah dari Komersial ke Subsisten

P as ar N e ga ra Ne ga ra P as ar s u b s i s t e n K o m e r s i a l Culture non core F S F S F S F S F S

(9)

individu Suku Duano. Analogi pembentukan rasionalitas tersebut, penulis sebut sebagai “Analogi Permainan Jungkat-Jungkit”.

7.2. Penopang Rasionalitas Ekonomi Menongkah

Rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor (individu) Suku Duano dalam aktivitas menongkah, dalam pandangan tradisi New Institutionalism in Economic Sociology (NIES) adalah terikat pada konteks dan melekat di dalam ikatan interpersonal. Rasionalitas yang mendasari tindakan aktor (individu) terikat pada rasionalisme yang ditanamkan oleh negara dan pasar, serta melekat pada rasionalisme komunitas. Terikat bukan berarti tidak memiliki kedinamisan, melekat bukan berarti melebur menjadi sama. Rasionalitas aktor yang terbentuk, dipengaruhi oleh rasionalisme negara dan pasar yang telah ditanamkan, serta rasionalisme komunitas yang tumbuh.

Rasionalisme negara bersumber dari aturan-aturan formal yang diterapkan pada kehidupan Suku Duano, sedangkan rasionalisme komunitas bersumber dari aturan-aturan non formal yang tumbuh dari kebiasaan dan budaya. Analogi pembentukan rasionalitas pada aktivitas menongkah Suku Duano (Gambar 7.1), menunjukkan bagaimana rasionalisme negara dan pasar dapat mempengaruhi keputusan individu Duano dalam memilih tindakan ekonomi. Kedinamisan pembentukan rasionalitas aktor (individu) Duano, hanya akan berlangsung jika ada penopang yang kuat bagi keberlanjutan aktivitas menongkah (gambar limas pada Gambar 7.1).

Culture non core yang menjadi penopang rasionalitas dapat berupa ritual, mitos, seni, pantang-larang, dan permainan. Beberapa tradisi yang masih dijalankan oleh Suku Duano, baik yang telah ada sejak nenek moyang mereka maupun yang sedang bertumbuh di sajikan pada Tabel 7.3.

Tradisi Suku Duano yang berkaitan dengan lingkungan perairan laut, terutama yang berhubungan dengan ritual dan mitos. Ritual penghormatan terhadap laut mencerminkan ketergantungan yang tinggi Suku Duano pada laut. Ritual penghormatan yang biasanya dalam bentuk sesajen (orang Duano atau orang melayu menyebutnya sebagai semah). Seiring dengan menguatnya pengaruh islam dalam kehidupan Suku Duano, ritual penghormatan terhadap laut tidak lagi dengan menggunakan semah, cukup dengan menyampaikan do’a bagi keselamatan, terutama pada saat musim badai dan gelombang tinggi.

Mitos yang menyatakan daratan adalah tempat yang kotor, karena merupakan tempat menguburkan kerabat Suku Duano yang telah meninggal, merupakan cara untuk tetap mempertahankan kehidupan mereka di laut. Mitos ini ini untuk mengurangi kontak Suku Duano terhadap daratan, suatu upaya untuk tetap mempertahankan peradaban yang berbasiskan laut. Meskipun mitos ini mudah sekali disanggah oleh generasi Duano saat ini, tetapi interaksi mereka terhadap lingkungan laut masih tetap dominan dibanding dengan daratan, khususnya dalam aktivitas nafkah.

(10)

Tabel 7. 3. Penopang Rasionalitas Aktivitas Menongkah

Culture Non

Core Bentuk Keterangan

Ritual  Upacara penghormatan terhadap laut (semah laut)

 Hanya dilakukan jika ada bencana atau musibah di laut Mitos  Daratan ada tempat yang

kotor, tempat menguburkan orang yang sudah

meninggal. Lautan adalah tampat mencari nafkah

 Sudah ada sejak nenek moyang Suku Duano

Seni  Tarian menongkah  Sedang bertumbuh,

merupakan rangkaian dari festival

menongkah

 Tradisi lisan denden  Sudah ada sejak nenek moyang Suku Duano Pantang-larang  Menebang bakau di bibir

pantai di lokasi pertemuan sungai, laut dan daratan.

 Sedang bertumbuh, sejak dimukimkan dan menguat pada era reformasi

 Membuang sampah ke laut, apalagi ke lokasi menongkah

 Sudah ada sejak nenek moyang Suku Duano

Permainan  Pacu tongkah  Sedang bertumbuh,

merupakan rangkaian dari festival

menongkah Sumber: Data Primer

Culture non core yang berkaitan langsung dengan aktivitas menongkah adalah dalam bentuk seni, permainan, dan pantang-larang. Seni dan permainan adalah cara yang paling berhasil untuk melakukan sosialisasi kepada generasi berikutnya. Melalui seni denden yaitu seni bercerita atau berdongeng dengan nyanyian yang berisi segala hal tentang orang Duano (nasehat, sejarah, pantang-larang), orang tua menanamkan di alam bawah sadar anak bahwa mereka adalah orang-orang yang tumbuh dan besar di lingkungan laut. Begitupun tarian menongkah merupakan media untuk mengajarkan aktivitas penghidupan Suku Duano kepada generasi berikutnya dalam bentuk gerakan-gerakan yang indah. Sesuatu yang indah selalunya akan lebih mudah dan cepat diterima dan ditangkap oleh panca indera. Permainan adalah rangkaian dari proses transmisi budaya setelah tradisi lisan dan tarian. Bentuk permainan yang tumbuh dari aktivitas menongkah adalah pacu tongkah, meskipun permainan ini baru bersifat seremonial, suatu waktu boleh jadi menjadi permainan yang ditiru orang banyak.

Pantang-larang sebagai suatu kebiasaan berkaitan dengan upaya pengamanan terhadap sumber-sumber nafkah, dengan tanpa penjelasan yang ilmiah. Penjelasan yang diberikan disesuaikan dengan tahapan perkembangan masyarakat, dapat berupa penjelasan magis, agama, maupun ilmu pengetahuan.

(11)

Pantang larang yang sudah ada sejak nenek moyang Suku Duano, dikaitkan dengan penjelasan magis, misalnya alasan larangan membuang sampah ke laut adalah untuk menghindari kemarahan jin atau mambang laut.

Tradisi yang berkaitan dengan lingkungan laut maupun aktivitas menongkah, dijalankan begitu saja mengikuti kebiasaan orang banyak. Meskipun aktor menemukan jawabannya secara ilmiah, sering sekali tradisi tetap menjadi dasar dalam tindakannya. Culture non core seputar aktivitas menongkah menjadi penopang bagi Suku Duano untuk mempertahankannya, meskipun mungkin ada cara-cara lain yang lebih efesien dan efektif. Jika rasionalitas menjadi dasar bagi aktor untuk mengorientasikan tindakan ekonominya (subsisten atau komersial), maka tradisi menjadi penopang bagi aktor untuk terus menongkah.

7.3. Orientasi Tindakan Ekonomi dan Proses Pembentukan Rasionalitas 7.3.1. Pembentukan Rasionalitas Aktor dari Rumah Tangga Strata Bawah

Orientasi tindakan ekonomi aktor dalam aktivitas nafkah rumah tangga strata bawah adalah untuk mememuhi kebutuhan pokok rumah tangga, sehingga tetap dapat bertahan (orientasi subsistensi). Bentuk aktivitas nafkah yang dijalankan oleh anggota rumah tangga Suku Duano dari strata bawah adalah menjadikan menongkah sebagai sumber nafkah utama. Sumber nafkah sampingan diperoleh dengan cara diversifikasi income, pemaksimalan sumberdaya manusia keluarga, memaksimalkan waktu luang untuk kerja paruh waktu. Basis rasionalitas dari tindakan ekonomi aktor (suami, istri, anak), disajikan pada Tabel 7. 4.

Tabel 7. 4. Basis Rasionalitas Aktivitas Menongkah Anggota Rumah Tangga Suku Duano Strata Bawah

Aktor (Individu)

Basis Rasionalitas

Saat Melimpah Kerang Saat Tidak Melimpah Kerang

Ayah (Suami)

 RS: Survivalisme; Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Kepatuhan pada tauke; Laut tempat mencari nafkah

 RS: Survivalisme; pergaulan/hidup

bermasyarakat; kepatuhan pada tauke; Laut tempat mencari nafkah, risk aversion  RF: Kemakmuran

komunitas; Orientasi Produksi untuk dipakai dan dijual; Orientasi pasar

 RF: Kemakmuran komunitas; Orientasi Produksi untuk dijual; Orientasi pasar Ibu (Istri)  RS: Survivalisme;

Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah

-

 RF: Kemakmuran komunitas; Orientasi Produksi untuk dipakai dan dijual; Orientasi pasar

(12)

Aktor (Individu)

Basis Rasionalitas

Saat Melimpah Kerang Saat Tidak Melimpah Kerang

Anak  RS: Survivalisme; Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah

-

 RF: Kemakmuran komunitas; Orientasi Produksi untuk dipakai dan dijual; Orientasi pasar

-

Sumber: Data Primer (Diolah)

Keterangan:

RS: Rasionalitas Substantif RF: Rasionalitas Formal

Aktivitas nafkah sampingan yang dijalankan oleh kepala keluarga (selalunya ayah/suami) masih berkaitan erat dengan aktivitas nafkah utama, yaitu yang berbasiskan perairan. Aktivitas nafkah sampingan seperti buruh nelayan, pembantu tukang pembuatan perahu atau kapal, dan jasa penyeberangan perahu dijalankan di luar bulan-bulan melimpah kerang. Istri dan anak Suku Duano pada waktu tertentu ikut melakukan aktivitas menongkah, yaitu pada bulan-bulan melimpah kerang. Selain itu istri juga mengisi waktu luangnya di luar pekerjaan ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan pengolahan hasil perikanan (ebi atau udang kering).

Pembentukan rasionalitas dari aktivitas menongkah yang dijalankan oleh anggota keluarga (ayah, ibu, anak) dari strata bawah pada bulan-bulan melimpah kerang, dapat dijelaskan dengan menelusuri basis rasionalitasnya dan menggunakan analogi permainan jungkat-jungkit (Tabel 7. 4 dan Gambar 7.4).

Rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor (individu) Suku Duano dari rumah tangga strata bawah baik ayah (suami), ibu (istri), dan anak adalah rasionalitas substantif dan rasionalitas formal. Rasionalitas ini diibaratkan seperti balon yang fleksibel, mampu membesar dan mengecil menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berubah-ubah, serta dapat bergerak mendekat-menjauh dari kutub aktivitas subsisten maupun kutub aktivitas komersial.

Pembentukan rasionalitas aktor nelayan tongkah (ayah/suami)

Aktivitas menongkah yang dijalankan oleh aktor nelayan tongkah (ayah/suami) pada saat berlimpah kerang maupun tidak sesungguhnya lebih mengarah atau berat pada aktivitas subsisten (Gambar 7.4). Basis-basis rasionalitas substantif bekerja lebih dominan dari basis-basis rasionalitas formal, dianalogikan dengan bola atau gelembung hijau (s) yang lebih besar dari bola atau gelembung merah (f).

Pembentukan rasionalitas aktivitas menongkah aktor nelayan Duano (ayah/suami) pada saat berlimpah kerang (bulan Maret sampai Juni) memiliki sedikit perbedaan dengan diluar bulan-bulan melimpah kerang. Perbedaannya terletak pada rasionalitas formal yang bekerja, yaitu basis-basis rasionalitas formal bekerja lebih banyak pada saat melimpah kerang. Orientasi produksi aktor (suami/ayah) pada saat melimpah kerang adalah untuk memenuhi permintaan

(13)

pasar sekaligus untuk dipakai sendiri, sedangkan di luar bulan-bulan melimpah kerang hanya diorientasikan untuk pemenuhan permintaan pasar.

Logika yang dapat menjelaskan mengapa aktor nelayan Duano (ayah/suami) tidak membalikkan orientasi tindakannya pada aktivitas komersial pada saat melimpah kerang, meskipun kerja dari basis-basis rasionalitas formal membesar, adalah karena dipengaruhi oleh pasar. Pasar dalam hal ini adalah pedagang pengumpul lokal kecil (tauke) hanya membeli dengan harga rendah, sehingga menciptakan image bahwa pada saat musim kerang nilai kerang darah sangat rendah. Orientasi pencapaian keuntungan maksimum yang juga bekerja pada aktor nelayan tongkah (ayah/suami) tertahan tetap pada aktivitas subsisten. Sebagian dari hasil tangkapan kerang darah digunakan untuk konsumsi atau berbagi dengan rumah tangga lain, karena nilai ekonomi kerang yang turun pada saat melimpah kerang ini.

Orientasi produksi aktor (suami/ayah) pada saat tidak melimpah kerang adalah untuk memenuhi permintaan pasar. Bukankah pada saat tidak melimpah kerang lebih dominan bekerja basis-basis rasionalitas substantif, mengapa justru produksi kerang digunakan untuk pasar bukan untuk konsumsi rumah tangga. Logika pengaruh pasar yang mendorong aktivitas menongkah untuk tidak jatuh pada aktivitas produksi untuk dipakai dapat menjelaskan hal tersebut.

Pasar dalam hal ini pedagang pengumpul lokal kecil (tauke) mengikuti hukum pasar (suply-demand), yaitu harga pasar kerang darah membaik pada saat musim tidak melimpah kerang. Hal tersebut menciptakan image bahwa pada saat tidak melimpah nilai kerang darah sangat tinggi. Orientasi produksi untuk dijual

Gambar 7.4. Pembentukan Rasionalitas Aktivitas Menongkah Aktor dari Rumah Tangga Strata Bawah

s u b s i s t e n K o m e r s i a l Culture non core S F S F F F Melimpah Kerang Tidak Melimpah Kerang

S S P A SAR P as ar

Pasar mendorong menongkah tetap diorientasikan pada produksi untuk dijual, tauke memberikan jaminan keamanan batas subsistensi

Pasar menekan menongkah tidak terlalu diorientasikan pada maximizing utility, tauke menekan harga kerang darah

(14)

dari aktor nelayan Duano membesar, meskipun mereka harus mencari sumber nafkah lain di luar menongkah untuk menutupi penghasilan yang menurun. Kesediaan tauke memberikan jaminan subsistensi pada saat tidak melimpah kerang, berupa pinjaman atau pekerjaan lain di luar aktivitas menongkah, juga turut menahan aktivitas survival aktor nelayan Duano jatuh pada produksi untuk dipakai saja.

Pembentukan rasionalitas aktor anggota rumah tangga lain (ibu/istri dan anak)

Aktivitas menongkah yang dijalankan oleh aktor anggota rumah tangga nelayan tongkah yang lain, yaitu ibu (istri) dan anak adalah pada saat berlimpah kerang. Aktivitas yang dilakukan lebih mengarah atau berat pada aktivitas subsisten, yaitu sebagai aktivitas temporer untuk memanfaatkan kelimpahan sumberdaya dan nilai-nilai bersama. Basis-basis rasionalitas substantif bekerja lebih dominan dari basis-basis rasionalitas formal, dianalogikan dengan bola atau gelembung hijau (s) yang lebih besar dari bola atau gelembung merah (f), mirip seperti Gambar 7.4 pada kondisi melimpah kerang. Basis rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor ibu (istri) dan anak adalah etika survivalisme, etika pergaulan/hidup bermasyarakat, dan nilai-nilai tentang laut tempat mencari nafkah untuk rasionalitas substantif. Basis rasionalitas formal yang bekerja yaitu, tujuan penguasaan sumberdaya agraria untuk kemakmuran komunitas, orientasi produksi untuk dipakai dan dan untuk dijual, serta orientasi distribusi melalui pasar.

7.3.2. Pembentukan Rasionalitas Aktor dari Rumah Tangga Strata Menengah

Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh anggota rumah tangga Suku Duano dari strata menengah adalah menjadikan menongkah sebagai sumber nafkah sampingan, sumber nafkah utama dari kegiatan pemasaran kerang darah (pedagang pengumpul lokal kecil). Kalangan strata menengah membeli (mengumpulkan) kerang darah hasil dari kegiatan menongkah, langsung dari tangan nelayan Suku Duano. Aktivitas menongkah dilakukan oleh ibu (istri) secara temporer, yaitu pada bulan-bulan melimpah kerang. Sumber nafkah sampingan yang dijalankan oleh ayah (suami) adalah berinvestasi dalam bentuk perahu motor yang disewakan untuk mengangkut nelayan tongkah dan kerang darah dari/ke lokasi menongkah. Anak dari rumah tangga strata menengah tidak melakukan kegiatan menongkah sebagai aktivitas nafkah, tetapi hanya sebagai kegiatan bersenang-senang di saat musim melimpah kerang.

Pembentukan rasionalitas dari aktivitas menongkah dan pemasaran kerang darah yang dijalankan oleh anggota keluarga (ayah, ibu, anak) dari strata menengah pada bulan-bulan melimpah kerang dan saat tidak melimpah kerang, dapat dijelaskan dengan menelusuri basis rasionalitasnya dan menggunakan analogi permainan jungkat-jungkit (Tabel 7.5, Gambar 7.5, dan Gambar 7.6). Pembentukan rasionalitas aktor pedagang pengumpul lokal

Rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor (individu) Suku Duano dari rumah tangga strata menengah yang menjalankan aktivitas nafkah berupa pemasaran kerang darah adalah rasionalitas substantif dan rasionalitas tujuan (formal). Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh aktor pedagang pengumpul pada saat berlimpah kerang maupun tidak sesungguhnya lebih mengarah atau berat pada aktivitas komersial (Gambar 7.5). Basis-basis rasionalitas formal bekerja

(15)

lebih dominan dari basis-basis rasionalitas substantif, dianalogikan dengan bola atau gelembung merah (f) yang lebih besar dari bola atau gelembung hijau (s). Tabel 7. 5. Basis Rasionalitas Aktivitas Menongkah dan Pemasaran Kerang

Darah Anggota Rumah Tangga Suku Duano Strata Menengah Aktor

(Individu)

Basis Rasionalitas

(Menongkah atau Pemasaran Kerang Darah)

Saat Melimpah Kerang Saat Tidak Melimpah Kerang

Ayah (Suami)

 RS: Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah,

 RS: Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah, norma resiprositas

 RF: Orientasi Produksi utuk dijual; Orientasi pasar; Keuntungan maksimum

 RF: Orientasi Produksi utuk dijual; Orientasi pasar; Keuntungan maksimum Ibu (Istri)  RS: Pergaulan/hidup

bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah

-

 RF: Orientasi Produksi untuk dijual; Orientasi pasar

- Anak  RS: Pergaulan/hidup

bermasyarakat

- Sumber: Data Primer (Diolah)

Keterangan:

RS: Rasionalitas Substantif RF: Rasionalitas Formal

Ayah (Suami): Aktivitas Pemasaran Kerang Darah Istri dan Anak: Aktivitas Menongkah

Pembentukan rasionalitas aktivitas nafkah aktor pedagang pengumpul Suku Duano pada saat berlimpah kerang (bulan Maret sampai Juni) memiliki sedikit perbedaan dengan diluar bulan-bulan melimpah kerang. Perbedaannya terletak pada rasionalitas substantif yang bekerja, yaitu basis-basis rasionalitas substantif bekerja lebih banyak pada saat tidak melimpah kerang. Pedagang pengumpul (tauke) menarik aktivitas nafkahnya sedikit menjauh dari kutub aktivitas komersial, meskipun masih dalam batas aktivitas komersial (Gambar 7.5). Guna mempertahankan hubungannya dengan nelayan tongkah Duano dan menghindari aktivitas menongkah jatuh ke aktivitas untuk di pakai, tauke memotivasi nelayan tongkah untuk terus pada tujuan produksi untuk dijual. Strategi atau cara yang dijalankan adalah dengan menjaga keselamatan batas-batas subsistensi nelayan tongkah, dimana norma resiprositas bekerja di alam pikiran tauke.

Saat melimpah kerang tauke memaksimalkan keuntungan ekonominya, dengan membeli lebih murah dari bulan-bulan tidak melimpah kerang. Hukum suply-demand benar-benar menjadi pertimbangan dalam orientasi tindakan ekonomi tauke Suku Duano. Logika ini digunakan tauke selain untuk memaksimalkan keuntungan, juga untuk menutupi biaya sosial yag dikeluarkan selama bulan-bulan tidak melimpah kerang.

(16)

Gambar 7.5. Pembentukan Rasionalitas Aktivitas Pemasaran Kerang Darah Aktor dari Rumah Tangga Strata Menengah

s u b s i s t e n K o m e r s i a l Ta u ke

Masa Melimpah Kerang Masa Tidak Melimpah Kerang

Ta

u

ke

Norma resiprositas bekerja: Tauke mengamankan batas subsistensi nelayan Duano

Culture non core F S F S

Kalkulasi ekonomi meningkat: Tauke menekan harga kerang darah (maximazing utility)

F

S

S F

Gambar 7.6. Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah dari Ibu (Istri) Rumah Tangga Strata Menengah, Masa Melimpah Kerang

s u b s i s t e n K o m e r s i a l Culture non core S F

Etika-Moral dan Nilai: Pergaulan/hidup bermasyarakat; Laut tempat mencari nafkah

Orientasi Produksi untuk dijual; Orientasi pasar

(17)

Pembentukan rasionalitas aktor istri dari pedagang pengumpul lokal

Aktivitas menongkah yang dijalankan oleh istri dari pedangang pengumpul lokal adalah pada saat melimpah kerang, sebagai kegiatan nafkah sampingan yang bersifat temporer. Kegiatan ini diorientasikan sebagai bagian dari kegiatan nafkah komersial suami dan untuk menjaga hubungan baik sesama Suku Duano. Basis-basis rasionalitas substantif bekerja sama kuat dengan Basis-basis-Basis-basis rasionalitas formal, dianalogikan dengan bola atau gelembung hijau (s) yang sama besar dengan bola atau gelembung merah (f) (Gambar 7.6). Basis rasionalitas substantif yang bekerja di alam pikiran aktor istri dari tauke adalah etika pergaulan/hidup bermasyarakat dan nilai-nilai tentang laut tempat mencari nafkah. Basis rasionalitas formal yang bekerja yaitu, orientasi produksi untuk dijual dan distribusi melalui pasar.

7.3.3. Pembentukan Rasionalitas Aktor dari Rumah Tangga Strata Atas Aktivitas nafkah yang dijalankan oleh anggota rumah tangga Suku Duano dari strata atas adalah menjadikan kerang darah sebagai komoditas utama dalam bisnis. Kalangan strata atas yang bertindak sebagai pedagang pengumpul besar yang membeli (menampung) kerang darah dari pedagang pengumpul kecil. Kerang darah yang dibeli ditampung di tempat penampungan sementara, untuk selanjutnya dibawa ke Tembilahan. Orientasi tindakan ekonomi pedagang pengumpul besar adalah akumulasi modal, sehingga dapat memperluas usaha pada bidang-bidang lain. Beberapa tindakan ekonomi yang berkaitan dengan aktivitas menongkah adalah memberikan pinjaman kepada nelayan penongkah pada masa-masa sulit, dan ikut mendanai even-even budaya Duano. Basis rasionalitas formal dari tindakan ekonomi aktor strata atas ini adalah orientasi produksi utuk dijual, orientasi pasar, dan keuntungan maksimum, sedangkan basis rasionalitas substantif adalah pergaulan/hidup bermasyarakat, laut tempat mencari nafkah, dan norma resiprositas.

Rasionalitas yang bekerja di alam pikiran aktor (individu) Suku Duano dari rumah tangga strata atas tidak jauh berbeda dengan yang dijalankan oleh pedagang pengumpul kecil (Gambar 7.5). Aktivitas nafkah yang dijalankan lebih mengarah atau berat pada aktivitas komersial. Basis-basis rasionalitas formal bekerja lebih dominan dari basis-basis rasionalitas substantif, dianalogikan dengan bola atau gelembung merah (f) yang lebih besar dari bola atau gelembung hijau (s).

Pembentukan rasionalitas aktivitas nafkah aktor pedagang pengumpul besar pada saat masa-masa paceklik, dimana nelayan penongkah membutuhkan perlindungan, sedikit berbeda dari logika pada saat normal. Rasionalitas substantif aktor pedagang pengumpul membesar, yaitu bersumber dari basis rasionalitas norma resiprositas. Meskipun pedagang pengumpul besar memiliki orientasi profit yang tinggi, basis norma resiprositas masih tertanam di alam pikirannya selaku bagian dari komunitas Suku Duano. Tindakan menolong sesama Suku Duano sesungguhnya diorientasikan untuk keberlanjutan usaha dalam jangka panjang.

(18)

7.4. Ikhtisar

Pembentukan rasionalitas dalam aktivitas menongkah harus dikaitkan dengan pengaruh negara, pasar, dan masyarakat lokal, serta perubahan lingkungan bio-fisik. Proses mental pembentukan rasionalitas yang berlangsung di alam pikiran individu Suku Duano, merupakan tarik-ulur atau pergumulan berbagai basis rasionalitas dan pengaruh kekuatan faktor eksternal, sebelum sampai pada keputusan pemilihan tindakan yang paling cocok.

Penjelasan tentang rasionalitas menongkah dapat dianalogikan dengan permainan jungkat-jungkit, yaitu suatu kontinum yang dinamis bukan bersifat statis. Satu kutub mewakili orientasi tindakan ekonomi yang didominasi oleh tujuan-tujuan subsisten, dan pada kutub yang lain menonjolkan orientasi profit. Suatu waktu rasionalitas substantif bekerja lebih dominan dan pada waktu yang lain rasionalitas formal yang lebih dominan, namun kedua tipe rasionalitas tetap bekerja dalam pembentukan rasionalitas menongkah.

Aktivitas menongkah diarahkan kepada aktivitas komersial, melalui penanaman rasionalisme yang dianut oleh negara dan pasar, yaitu logika-logika pertumbuhan dan hukum pasar. Negara dan pasar mempengaruhi Suku Duano untuk menghasilkan kerang darah tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga, tetapi juga untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam perkembangannya aktivitas nafkah seputar produksi dan pemasaran kerang darah terpisah menjadi dua tujuan. Anggota rumahtangga Suku Duano strata bawah berkosentrasi pada aktivitas menongkah, sedangkan strata menengah dan atas berkosentrasi pada aktivitas pemasaran.

Rasionalitas yang mendasari tindakan ekonomi aktor (individu) dari rumah tangga strata bawah didominasi oleh rasionalitas substantifis-subsistensi. Basis-basis rasionalitas yang bekerja lebih dominan adalah Basis-basis rasionalitas substantif dalam rangka bertahan hidup (survival). Basis etika-moral yang dominan yaitu etika kepatuhan, etika pergaulan/kehidupan bermasyarakat, etika survivalisme, dan nilai-nilai tentang alam.

Rasionalitas yang mendasari tindakan ekonomi aktor (individu) strata menengah dan atas didominasi oleh rasionalitas formalis-komersialis. Basis-basis rasionalitas yang bekerja lebih dominan adalah basis rasionalitas formal dalam rangka memaksimalkan keuntungan (komersial). Basis pencapaian tujuan-tujuan ekonomi yang dominan yaitu orientasi produksi untuk dijual, distribusi melalui pasar, dan keuntungan maksimum.

Penopang rasionalitas dari aktivitas menongkah adalah culture non core yang berupa ritual, mitos, seni, pantang-larang, dan permainan. Ritual dan mitos berkaitan dengan habit Suku Duao dalam hal interaksi dengan lingkungan bio-fisik laut, sedangkan seni, pantang-larang, dan permainan berkaitan dengan habit dalam aktivitas menongkah. Habit menjadi dasar bagi tindakan aktor (individu) untuk terus mempertahankan aktivitas menongkah, terlepas apakah bertujuan untuk aktivitas survival atau komersial.

Gambar

Gambar 7.1. Proses Mental Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas Menongkah Keterangan: F : Rasionalitas Formal S  : Rasionalitas Substantif Su b s i s t e n s i Komersial Culture non core S F S F F S
Gambar 7.2.  Adaptasi Semi-natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas  Menongkah dari Subsisten ke Komersial
Gambar 7.3.  Adaptasi Semi Natural dan Pembentukan Rasionalitas dalam Aktivitas  Nafkah  dari Komersial ke Subsisten
Tabel 7. 3.  Penopang Rasionalitas  Aktivitas Menongkah  Culture Non
+3

Referensi

Dokumen terkait

Alternatif yang dapat diupayakan adalah inovasi pengembangan produk yang dibutuhkan pada masa pandemi ini yaitu dengan membuat produk masker dari sisa buangan kain batik

Berdasarkan data ukuran tubuh tenaga kerja dan ukuran stasiun kerja (kursi, meja kerja dan monitor yang dipakai dalam bekerja) dapat dianalisa ada atau tidaknya kesesuaian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Bogor terhadap atribut- atribut perbankan syariah, menganalisis atribut-atribut utama yang menjadi preferensi

Terdapat pengaruh motivasi bidan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan yaitu bahwa bidan yang memiliki motivasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sumber pencemaran lingkungan Sungai Karang Mumus adalah dari aktifitas sehari-hari masyarakat sekitar,

Peran pemimpin KSM dalam mengembangkan wawasan dan ketrampilan anggota kelompok dirasakan manfaat oleh anggota dalam mengembangkan

Kelompok bahan makanan serta sandang mengalami penurunan indeks harga masing-masing sebesar 0,22 persen dan 0,05 persen, sementara pada periode yang sama kelompok

dibandingkan dengan produksi pada tahun 2013 produksi tahun 2014 untuk tanaman kelapa mengalami penurunan yang cukup tinggi yaitu sekitar 85%,hal ini disebabkan