• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JHECDs, 3 (2), 2017, hal. 56-62

56

Penelitian

Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa golongan

insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan

Suceptibility of Aedes aegypti to several insecticides groups in South

Kalimantan Province

Nita Rahayu1*, Sri Sulasmi1, Yuniarti Suryatinah1

Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

Jl. Loka LItbang Kaw. Perkantoran Pemda Kab. Tanah Bumbu Kalsel *Korespondensi: nita.rahayu79@yahoo.co.id

DOI : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.6832.56-62

Tanggal masuk 30 Mei 2017, Revisi pertama 22 Agustus 2017, Revisi terakhir 20 Desember 2017, Diterima 20 Desember 2017, Terbit daring 19 Januari 2018

Abstract. Susceptibility test of Aedes aegypti on insecticide was due to the high case of Dengue Hemorrhagic Fever in South Kalimantan Province. The general objective is to obtain data of Ae. aegypti dengue vector resistance against insecticide South Kalimantan Province. The mosquitoes used were larvae surveys from 3 districts / municipalities of the research area, then maintained in the laboratory of R & D Center P2B2 Tanah Bumbu into adult F2. Mosquito stomach condition used is full of sugar. The results show that most of the Ae. aegypti dengue hemorrhagic vectors in South Kalimantan Province have been resistant to malathion 0.8%, lambdasihalotrine 0.03%, 0.5 miermetrin 0.05%, and 0.025% deltamethrin. It is imperative to rotate the insecticides used for fogging, especially malathion 0.8% which has long been used.

Keywords : Aedes aegypti, resistance, insecticides

Abstrak. Penelitian resistensi Aedes aegypti terhadap insektisida yang digunakan untuk fogging dilakukan berdasarkan

tingginya kasus Demam Berdarah Dengue di Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan umum adalah memperoleh data resistensi vektor DBD Ae. aegypti terhadap insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. Nyamuk yang digunakan adalah hasil survei jentik dari 3 kabupaten/kota daerah penelitian, kemudian dipelihara di laboratorium Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu menjadi dewasa F2. Kondisi perut nyamuk yang digunakan adalah kenyang gula. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar vektor demam berdarah dengue (DBD) Ae. aegypti di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Perlu segera merotasi insektisida yang digunakan untuk fogging terutama malathion 0,8% yang telah lama digunakan.

Kata kunci : Aedes aegypti, resistensi, insektisida

DOI : http://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.6832.56-62

Cara sitasi : Rahayu N, Sulasmi S, Suryatinah Y. Status kerentanan Aedes aegypti terhadap beberapa

golongan insektisida di Provinsi Kalimantan Selatan. J.Health.Epidemiol.Commun.Dis. 2017;3(2): 56-62.

(2)

57

Pendahuluan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi fokus utama program pengendalian. Angka kesakitannya mengalami peningkatan pada lima tahun terakhir. Data rerata nasional menunjukkan bahwa pada tahun 2011 ditemukan sebesar 27,67 per 100.000 penduduk. Tahun 2012 sebanyak 37,27, tahun 2014 sebanyak 45,85, dan tahun 2015 sebanyak 50,75 per 100.000 penduduk.1

Salah satu provinsi yang masih memiliki angka kesakitan DBD yang tinggi adalah Kalimantan Selatan. Pada tahun 2015, angka kesakitan akibat penyakit ini sebanyak 91,93 per 100.000 penduduk. Angka kasus jauh melebihi rerata nasional maupun target Renstra Kementerian Kesehatan. Target Renstra yang ditetapkan untuk angka kesakitan DBD kurang dari 49 per 100.000 penduduk.1

Banyak program sudah dilakukan untuk mengurangi kasus, namun hasilnya angka kesakitan akibat penyakit ini masih tinggi. Salah satu program yang dilakukan dalam pengendalian vektor DBD adalah dengan space spraying (thermal fogging/pengasapan dan Ultra Low Volume (ULV). Jenis insektisida yang biasa digunakan dalam fogging adalah malathion, sipermetrin, piretroit, dan sintetik piretroit.

Penggunaan jenis insektisida dalan jangka waktu panjang menimbulkan resisten. Resistensi vektor DBD terhadap insektisida yang digunakan dalam fogging akan menyebabkan tingginya populasi Ae. aegypti dan rendahnya nilai angka bebas jentik (ABJ). Kepadatan populasi nyamuk merupakan indikator penting saat kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Pati.2

Resistensi bersifat menurun dan merupakan rintangan tunggal dalam keberhasilan pengendalian vektor secara kimia. Deteksi dini resistensi vektor terhadap insektisida dapat bermanfaat sebagai informasi program untuk pemilihan insektisida yang tepat dalam pengendalian vektor secara lokal spesifik di era desentralisasi. Deteksi resistensi vektor terhadap insektisida dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: 1. Deteksi secara konvensional dengan metode standar WHO susceptibility test menggunakan impregnated paper 2. Deteksi secara biokimia, dan 3. Deteksi secara molekuler.3

Penelitian di Kota Banjarmasin tentang kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida telah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%.4 Uji larvasida

terhadap Aedes sp. dengan temephose menunjukkan hasil telah resisten.5 Hasil uji Aedes

sp. terhadap larvasida temephose di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar menunjukkan hasil toleran.6,7 Hal ini berarti bahwa telah ada

indikasi jenis insektisida maupun larvasida program tidak cukup efektif untuk pengendalian vektor DBD.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program pengendalian vektor DBD.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode analitik, dengan desain potong lintang, Penelitian ini dilaksanakan di tiga wilayah kabupaten/kota endemis DBD di Kalimantan Selatan yaitu: Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan (HSS), dan Hulu Sungai Utara (HSU). Penelitian dilakukan pada bulan Maret – Oktober tahun 2015. Sampel rumah dipilih berdasarkan endemisitas lokasi. Sampel pertama ditentukan dari rumah ketua RT/RW yang ada penderita DBD pada tahun tersebut. Sampel selanjutnya diambil pada rumah terdekat. Data yang diambil adalah jumlah larva yang ditemukan.

Larva dikumpulkan dari 3 lokasi endemis setiap kabupaten. Setiap lokasi dikumpulkan minimal 800 larva dari 100 rumah terpilih yang terbagi proposional pada rumah yang positif (1 rumah maksimal 40 larva). Untuk 3 kabupaten ada sebanyak 9 lokasi dengan total larva minimal sebanyak 7200.

Larva dikumpulkan dari tiga lokasi di kabupaten terpilih, sering terpapar insektisida (fogging), dan mempunyai tingkat endemisitas tinggi selama 3 tahun berturut-turut. Larva yang tertangkap dipelihara menjadi nyamuk untuk mendapatkan jumlah telur generasi fenotif ke1 (F1). Telur F1 kemudian direaring sampai menjadi generasi F3 di laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kecukupan sampel yang digunakan dalam pengujian susceptibilitas.

Uji susceptibility/uji resistensi stándar yang direkomendasikan WHO menggunakan impregnated papers. Nyamuk dewasa yang digunakan untuk pengujian dalam keadaan kenyang larutan gula (glucozed fed) dan telah berumur ± 2-3 hari.

Impregnated papers yang digunakan yaitu malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Uji menggunakan 4 tabung perlakuan dan 1 tabung kontrol. Pada setiap tabung uji dimasukkan nyamuk dan dikontakkan

(3)

58

dengan insektisida selama 1 jam, kemudian dipindahkan ke dalam tabung holding (penyimpanan). Kematian nyamuk dihitung/diamati setelah 24 jam penyimpanan. Kelembaban tabung holding harus dijaga dengan dilengkapi handuk basah3

Kriteria kerentanan ditentukan menurut WHO, kematian sebesar 98-100% berarti suceptible (rentan), 80 – 97% berarti toleran (diperlukan verifikasi), < 80% berarti resisten. Apabila dalam uji ditemukan kematian kontrol antara 5 – 20 %, maka dapat dikoreksi menggunakan rumus abbott’s: 8

% kematian uji - % kematian kontrol x 100% 100 - % kematian kontrol

Etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Nomor LB.02.01/5.2/KE.105/ 2015). Ijin kepada responden sebagai sampel pengambilan larva dilakukan secara lisan dan tertulis. Data hasil uji susceptibilitas dianalisis secara deskriptif berdasarkan kriteria WHO 1998.

Hasil

Hasil pengamatan lapangan terhadap 900 sampel rumah menunjukkan bahwa masih banyak rumah yang ditemukan jentik pada kontainer di dalam rumah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara rinci jumlah rumah positif dan jumlah larva yang diambil per tiap Kabupaten dalam Tabel I, Tabel 2 dan Tabel 3.

Sampel rumah di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagian masih ditemukan jentik di dalam rumahnya. Dari 3 lokasi pengambilan sampel ditemukan rata-rata 40 rumah positif larva. Jumlah larva yang diambil sekitar 4.800 ekor. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Sampel rumah positif jentik dari 3 lokasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara sekitar 35%. Total larva yang diambil sekitar 3.200 ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah rumah positif larva dan jumlah

larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Utara Tahun 2015

Desa Jumlah Rumah positif Jumlah Larva yang diambil

A 26 873

B 38 1220

C 44 1297

Sumber : Data Primer

Di Kabupaten Tabalong, lebih dari 50% sampel rumah yang disurvei positif jentik. Total larva yang diambil sekitar 3.800 ekor. Rincian dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah rumah positif larva dan jumlah

larva yang diambil di 3 lokasi endemis di Kabupaten Tabalong Tahun 2015

Desa Jumlah Rumah positif Jumlah Larva yang diambil

A 57 1087

B 43 1193

C 63 1656

Sumber : Data Primer

Hasil uji resistensi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida dengan bahan aktif malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara dan Tabalong menunjukkan telah resisten. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam Gambar 1.

Hasil uji menunjukkan bahwa rata-rata persen kematian nyamuk tidak lebih dari 30%. Sampel dari Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saja yang menunjukkan angka lebih dari 60% kematian.

Tabel 1. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di

3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Selatan Tahun 2015

Desa Rumah positif Jumlah Jumlah Larva yang diambil

A 40 1465

B 36 1182

C 55 2175

(4)

59

Gambar 1. Grafik persentase kematian nyamuk uji terhadap berbagai insektisida

di Kabupaten HSS, HSU dan Tabalong

Pembahasan

Artikel ini mengacu pada penelitian tentang Pemetaan kerentanan vektor DBD di Indonesia.9

Penelitian ini telah melahirkan beberapa topik artikel yang telah dipublikasi. Salah satu topik adalah penggunaan insektisida rumah tangga. Hasilnya bahwa sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kotawaringin Barat menggunakan insektisida dalam jangka yang sudah lama. Mereka menggunakan berbagai bahan aktif secara bersama-sama, kebanyakan adalah jenis sintetik piretroid dan sipermetrin.10 Penggunaan insektisida rumah

tangga di Kota Palopo, Makassar, dan Kabupaten Bone didominasi jenis sintetik piretroid. Penggunaan sebagian besar responden berkisar antara 2-5 tahun. Kesimpulannya bahwa lama penggunaan insektisida rumah tangga berpengaruh terhadap resistensi nyamuk Aedes aegypti.11

Sedangkan berdasarkan tingkat risiko penularan yang dinilai dengan nilai indeks jentik dan density figure serta maya index di ketiga wilayah tersebut menunjukan risiko sedang hingga tinggi dan maya

index dengan risiko sedang.12

Artikel ini membahas tentang hasil uji kerentanan Ae. aegypti terhadap beberapa jenis insektisida di laboratorium. Uji kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida jenis malathion 0,8%, hasilnya menunjukkan bahwa nyamuk dari 9 lokasi (Kabupaten HSU, HSS, dan Tabalong) telah resisten. Kematian nyamuk sangat kecil, hanya sekitar 20%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Safitri pada tahun 2011 di Banjarmasin. Kematian nyamuk uji berkisar antara 46% - 57%.4

Penelitian Ambarita dkk di Sumatera Selatan memberikan hasil bahwa dari 11 kabupaten yang

diambil sampel untuk diuji, 7 diantaranya telah berstatus resisten terhadap malathion 0,8%. Kematian nyamuk uji kurang dari 80%. Kesimpulannya adalah resistensi .13 Hasil penelitian

Ikawati dkk, 2014 di Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo, Kebumen, Pekalongan, Demak, Wonosobo, Cilacap, Kudus, Klaten, Banjarnegara) menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji bervariasi, antara 13,8% hingga 61,67%. Beberapa hal yang mempengaruhi resistensi nyamuk terhadap insektisida antara lain adalah penggunaan insektisida dalam golongan dan sistem kerja yang sama selama 6 periode berturut-turut. Penggunaan yang tidak tepat dalam sasaran dan dosis.14

Hasil penelitian Tasane di Bandar Udara Pattimura menunjukkan hasil bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, kematian nyamuk berkisar antara 16 – 20%. Penggunaan malathion konsentrasi 95% sudah harus ditinggalkan dan digantikan dengan jenis lainnya.15 Hendri dkk,

2016, hasil uji kerentanan nyamuk Ae. aegypti terhadap malation 0,8 % menunjukkan bahwa vektor DBD di tiga kota endemis DBD di Provinsi Banten sudah resisten terhadap bahan malathion 0,8%. Persentase kematian nyamuk uji adalah 73,9% (Kab. Tangerang Selatan), 46,9% (Kab. Serang), dan 60,2 (Kab. Cilegon).16

Hasil uji kerentanan Ae. aegypti di Kab. HSU, HSS, dan Tabalong menunjukkan kematian nyamuk uji relatif sedikit. Persentase kematian nyamuk uji pada Deltametrin 0,025 sebanyak 8 (HSS), 4 (Tabalong), dan cukup banyak untuk Kab. HSU (62%). Persen kematian nyamuk uji terhadap

Malathion 0,8% Deltamethrin 0.025% Lamdacyhalothri n 0.03% cipermethrin 0,05% Tabalong 29% 4% 1% 4% HSU 21% 62% 7% 8% HSS 23% 8% 3% 16% 29% 4% 1% 4% 21% 62% 7% 8% 23% 8% 3% 16% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Ke m at ian N yamu k Resisten

(5)

60

Lambdasihalotrin 0,03 sebanyak 1 (Tabalong), 7 (HSU), dan 3 (HSS). Kematian nyamuk uji terhadap sipermetrin 0,05% sebanyak 4% (Tabalong), 8% (HSU), dan 16% (HSS). Dapat disimpulkan bahwa insektisida golongan tersebut telah resisten, sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik apabila tetap digunakan.

Resistensi terhadap sipermetrin juga telah terjadi di Kota Cimahi. Hasil uji Ae. aegypti terhadap sipermetrin 0,2% menunjukkan adanya kematian nyamuk sebesar 46,7%. Uji menggunakan sipermetrin 0,4% memberikan jumlah kematian sebesar 73,3%.17 Hasil penelitian Ikawati dkk di

Jawa Tengah menunjukkan bahwa hampir semua telah resisten terhadap sipermetrin 0,05% dengan persen kematian nyamuk uji 10%-63,33%, kecuali sampel dari Kabupaten Banjarnegara masih toleran dengan kematian 84,20%. Delapan kabupaten telah resisten terhadap sipermetrin, satu kabupaten yaitu Banjarnegara masih toleran.14

Hasil uji kerentanan di Kecamatan Kalidoro Kab. Pati menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion 0,8%, alphacypermethrin, dan lambdasihalotrin 0,05%.2 Sebagian besar wilayah

Jawa Tengah dan Yogyakarta menunjukkan bahwa Ae. aegypti resisten terhadap insektisida malathion 0,8%, Lambdasihalothrin 0,05%, Permethrin 0,75%, dan Deltametrin 0,05%.18

Penelitian Sunaryo dkk di tahun 2013 menyatakan bahkan status resisten juga ditemukan pada saat uji kerentanan Ae. aegypti di 4 Kabupaten/Kota (Purbalingga, Kendal, Grobogan dan Kota Semarang) yang kesemuanya menunjukkan Ae. aegypti sudah resisten terhadap insektisida malathion 0,8 % dan permethrin 0,25 %.19

Penelitian Heni dkk tahun 2015 menunjukkan hasil bahwa telah Ae. aegypti di Jakarta Selatan, Timur, dan Barat telah resisten terhadap malathion 0,8%. Persen kematian nyamuk uji kurang dari 80, yakni 53 – 75. Penggunaan temephose dalam jangka waktu lama menjadi faktor penting terjadinya resistensi.20

Resistensi dapat dideteksi melalui dua cara. Pertama dengan deteksi perubahan enzim, deteksi peningkatan kadar enzim yang mendetoksifikasi insektisida. Detoksifikasi menyebabkan jumlah insektisida berkurang dan tidak mampu membunuh. Cara kedua adalah deteksi mutasi gen voltage gated sodium channel (VGSC). Deteksi ini dapat menilai langsung perubahan pada sel target tempat kerja insektisida.21

Hasil penelitian Widiastuti dkk tahun 2014 di Kab. Klaten menunjukkan hasil bahwa 59% nyamuk mengalami mutasi heterozigot (V/G) dan 18,2% nyamuk mengalami mutasi homozigot (G/G). Hal ini menunjukkan indikasi terjadinya resistensi populasi nyamuk Ae. aegypti terhadap insektisida sintetik piretroid.22 Uji mutasi genetik telah

dilakukan dari sampel nyamuk Ae. aegypti dari Kota Semarang, hasilnya menunjukkan bahwa telah terjadi mutasi gen.22 Ghifari dkk tahun 2012, hasil

menunjukkan terjadi mutasi titik Val1016Ile serta tidak terjadi mutasi titik Val1016Gly gen VGSC. Dapat disimpulkan bahwa telah terjadi mutasi titik Val1016Ile gen VGSC Ae. aegypti sebagai penanda resistensi yang bersifat target site atas sintetik piretroid di Palembang.23

Penelitian Widiastuti dan Ikawati, 2014, menunjukkan bahwa angka kematian nyamuk uji akibat paparan malathion dari Kabupaten Pekalongan bervariasi dari 3,33-13,75%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ae. aegypti telah resisten terhadap malathion. Hasil uji biokimia menunjukkan peningkatan aktivitas enzim esterase pada populasi nyamuk Ae. aegypti. Aktivitas enzim esterase menunjukkan kaitan dengan mekanisme yang bertanggung jawab untuk resistensi pada tubuh nyanuk. Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang status resistensi malathion pada populasi Ae. aegypti di Pekalongan dan mekanisme biokimia yang penting untuk memantau perkembangan resistensi.25

Berdasarkan kenyataan tersebut kemungkinan resistensi terjadi karena penggunaan insektisida dari golongan yang sama secara terus menerus terutama dari insektisida rumah tangga yang penggunaannya hampir setiap hari. Kematian nyamuk pada tiap uji dan pada tiap kabupaten berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa daya imunitas nyamuk dari setiap daerah tidak sama. Selain penggunaan insektisida baik dari program maupun rumah tangga untuk penanggulangan nyamuk dewasa, keberadaan jentik nyamuk di lingkungan masyarakat juga turut mempengaruhi peningkatan kasus DBD ataupun status resistensi di kabupaten/kota tersebut. Karena optimalisasi pengendalian vektor bukan hanya dengan metode pengendalian kimiawi tetapi juga harus ditunjang dengan metode pengendalian fisik dan mekanis melalui modifiksi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan agar jumlah penggunaan/paparan insektiida dapat ditekan.

(6)

61

Insektisida malathion telah lama digunakan yaitu lebih kurang 30 tahun oleh program pengendalian yaitu vektor DBD Ae. aegypti dengan aplikasi fogging terutama di daerah yang sedang terjadi KLB. Namun kadang-kadang di beberapa daerah juga dijumpai fogging yang dilaksanakan oleh pihak swasta tanpa ada koordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Penggunaan insektisida yang mereka anggap dapat mengatasi gigitan nyamuk, tanpa memikirkan dampak yang diakibatkannya. Bahkan masyarakat pun dengan dana swadaya berusaha melakukan tindakan pengendalian sendiri. Kenyataan tersebut menggambarkan demikian banyak jenis insektisida yang mungkin digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti, belum lagi insektisida rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari.

Perkembangan resistensi populasi serangga vektor terhadap insektisida menurut David & Gilles dipengaruhi multipel faktor yaitu genetik (adanya frekuensi gen spesifik), operasional (tipe dan aplikasi insektisida) dan biologis (ukuran dan karakteristik populasi vektor). Munculnya resistensi vektor tidak melalui proses percepatan menurut hukum seleksi Darwin yang terjadi di alam. Seleksi terjadi karena terdapat proporsi kecil serangga yang mengalami mutasi genetik secara individual. Mekanisme protektif ini tergantung faktor genetik baik tunggal, resesif, sebagian dominan atau dominan dalam proses keturunan. Apabila individu serangga heterozygote, maka jarang muncul pada proses resistensi awal dalam suatu populasi serangga termasuk nyamuk. Namun heterozygote yang survive pada uji kerentanan (uji susceptibility) apabila kawin dengan heterozygote yang lain akan menghasilkan proporsi homozygote dengan tingkat resistensi yang tinggi. Apabila gen resisten homozygote dominan, resistensi akan menyebar secara cepat ke seluruh populasi. Kecepatan munculnya perkembangan resistensi juga berhubungan dengan karakteristik biologi spesies vektor pada masing-masing populasi lokal, tipe serta tingkat penekanan selektif insektisida.16

Kesimpulan dan Saran

Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti di 3 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan telah resisten terhadap: malathion 0,8%, lambdasihalotrin 0,03%, sipermetrin 0,05%, dan deltametrin 0,025%. Penyebab resistensi yang

utama adalah penggunaan jenis insektisida yang sama dalam jangka waktu yang lama.

Rotasi penggunaan insektisida dengan jenis bahan aktif yang berbeda dalam periode waktu tertentu dan memperhatikan ukuran dosis, sasaran, juga waktu yang tepat.

Ucapan Terima Kasih

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Kepada : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dijadikan sampel penelitian yaitu: Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara serta puskesmas yang mewakili kabupaten/kota atas kerja samanya selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung, semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.

Kontribusi Penulis

Kontributor utama adalah NR. YS berperan dalam analisis data. SS melakukan penelusuran literatur dan penulisan.

Daftar Pustaka

1. Kemenkes RI. profil Kesehatan Indonesia. Vol. 70, Kementerian Kesehatan. 2016. 1780-1790 hal. 2. Widiarti. Studi aspek entomologi pasca kejadian

luar biasa (KLB) DBD di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Vektora. 2013;5(2):78–84. 3. Hemingway J. Insecticide Resistance Mechanisms

(Field and laboratory manual) [Internet]. World Health Organisation. 1998. Tersedia pada: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/83780/1/ WHO_CDS_CPC_MAL_ 98.6.pdf?ua=1 4. Safitri A. Mapping, Habitat Characteristics and

Resistance Status of Ae. aegypti in Banjarmasin, South Kalimantan. J Vektora. 2011;III(2):136–48. 5. Istiana, Heriyani F, Isnaini. Resistance status of Ae.

aegypti larvae to temephos in West Banjarmasin. J Buski [Internet]. 2012;4(2):53–8. Tersedia pada: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/bus ki/article/view/2916/ 2101

6. Ridha MR, Nisa K. Larva Ae. aegypti Sudah Toleran Terhadap Temepos di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J Vektora. 19711;III(2):93– 111.

7. Nisa K, Hargono A, Ridha MR. Ae. aegypti in Sekumpul Village ( Martapura - District of Banjar , South Kalimantan ) is tolerant to Temephos Larva Ae. aegypti sudah toleran terhadap Temephos di Kelurahan Sekumpul - Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Buski [Internet]. 2012;4(2):66–72. Tersedia pada: file:///D:/work/literature /mendeley/2916-2291-1-SM.pdf%5Cnfile:///D:/work/literature/mendeley/r

(7)

62 esistensi/uji resistensi buski.pdf

8. OMS. Test procedures for insecticide resistance monitoring in malaria vectors, bio-efficacy and persistence of insecticides on treated surfaces [Internet]. Who/Cds/Cpc/Mal/98.12. 1998. hal. 1– 43. Tersedia pada: http://www.who.int/malaria/publications/atoz/wh o_cds_cpc_mal_98_12/en/index.html

9. Rahayu N, Suriatinah Y, Sulasmi S, dkk. Laporan penelitian penelitian multicentre, Pemetaan status kerentanan Ae. aegypti terhadap insektisida di Indonesia: Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Tanah Bumbu; 2015.

10. Meliyanie G, Wahyudi RI, Andiarsa D. Dampak penggunaan insektisida dalam rumah tangga terhadap keberadaan larva / pupa Ae. aegypti di Kabupaten Kotawaringin Timur. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2017;2(1):14–8.

11. Andiarsa D, Sembiring WRSG. Behavior of insecticide use in household on three districts / cities of South Sulawesi. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases. 2015;5(3):149–54.

12. Andiarsa D, Sembiring WRSG. Tingkat Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue pada Tiga Puskesmas di Tiga Kabupaten Endemis di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. ASPIRATOR, 2017; 9(2): 57-64.

13. Ambarita LP, Taviv Y, Budiyanto A, Sitorus H, Pahlepi RI, Febriyanto. Tingkat Kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap Malation di Provinsi Sumatera Selatan. Buletin Penelitian Kesehatan. 2014;43(2):97–104.

14. Ikawati B, Widiastuti D. Peta status kerentanan Ae. aegypti ( Linn .) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah. Aspirator [Internet]. 2015;7(1):23–8. Tersedia pada:

http://download.portalgaruda.org/article.php? article=330854&val=4901&title=Peta status kerentanan Ae. aegypti (Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di Jawa Tengah 15. Tasane I. Uji Resistensi Insektisida Malathion 0,8%

Terhadap Nyamuk Ae. aegypti di Wilayah Fogging Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon. J Kesehat Masy. 2015;3(3):162–74.

16. Hendri J, Kusnandar AJ, Astuti EP, Identifikasi Jenis Bahan Aktif dan Penggunaan Insektisida Antinyamuk serta Kerentanan Vektor DBD terhadap Organofosfat pada Tiga Kota Endemis DBD di Provinsi Banten. Aspirator. 2016;8(2):77– 86.

17. Pradani FY, Ipa M, Marina R, Yuliasih Y, Ciamis LLPB, Km P, et al. Determination Resistance On Susceptibility Method for Ae. aegypti with Cypermethrin in Cimahi. Jurnal Vektora. Vol III No. 1:35–43.

18. Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT, Widyastuti U, Mujiono, Lasmiati, et al. Peta Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Ae. aegypti terhadap

Insektisida Kelompok Organofosfat, Karbamat dan Pyrethroid di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Penelitian Kesehatan. 2011;39(N0.4):176–89.

19. Sunaryo, Ikawati B, Rahmawati, Widiastuti D. Status Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue (Aedes aegypti) terhadap Malathion 0,8% dan Permethrin 0,25% di Provinsi Jawa Tengah. J Ekol Kesehat. 2014;12(2):146–52.

20. Prasetyowati H, Hendri J, Wahono T. Status Resistensi Ae. aegypti ( Linn .) terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta. Balaba [Internet]. 2016;12(1):23–30. Tersedia pada:

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/ blb/article/viewFile/4454/4359

21. Ghiffari A, Fatimi H. Deteksi Mutasi Gen Voltage Gated Sodium Channel Ae. aegypti sebagai Penanda Resistensi Insektisida Sintetik Piretroid. 2012;17–24. Tersedia pada: https://www.researchgate.net/publication/235760 107_

22. Widiastuti D, Sunaryo, Pramestuti N, Sari TF, Wijayanti N. Deteksi Mutasi V1016G pada Gen Voltage-Gated Sodium Channel pada Populasi Ae. aegypti ( Diptera : Culicidae ) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan Metode Allele-Specific PCR. J Vektora. 2015;7(2):65–70.

23. Widiarti, Damar Tri Boewono, Triwibowo Ambar Garjito, Rima Tunjungsari, Puji BS Asih, Din Syafruddin. Identifikasi Mutasi Noktah pada” Gen Voltage Gated Sodium Channel” Ae. aegypti Resisten terhadap Insektisida Pirethroid di Semarang Jawa Tengah. Buletin Penelitian Kesehatan. 2012;40(1):31–8.

24. Ghiffari A, Fatimi H, Anwar C. Deteksi Resistensi insektisida Sintetik Piretroid pada Ae. aegypti (L.) Strain Palembang Menggunakan Teknik Polymerase Chain Reaction. Aspirator. 2013;5(2):37–44.

25. Widiastuti D, Ikawati B. Resistensi Malathion dan Aktivitas Enzim Esterase Pada Populasi Nyamuk Ae. aegypti di Kabupaten Pekalongan Malathion Resistance And Esterase Enzyme Activity Of Ae. aegypti Population In Pekalongan Regency Received date : 14-01-2016 , Revised date : 03. Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. 2016;12(2):61– 70.

Gambar

Tabel 1. Jumlah rumah positif larva dan jumlah larva yang diambil di  3 lokasi endemis di Kabupaten Hulu Selatan Tahun 2015
Gambar 1. Grafik persentase kematian nyamuk uji terhadap berbagai insektisida   di Kabupaten HSS, HSU dan Tabalong

Referensi

Dokumen terkait

kritis antar tepi pada papan komposit dengan resin polyester diperkuat serat pandan wangi. Tabel 2 Perhitungan To ways Analysis of Variances Uji Fastening (Jarak kritis fastener

Adanya keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja berpartisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan

Ogan Komering

Telah melakukan Kegiatan Penunjang Proses Belajar Mengajar atau Bimbingan dan Penyuluhan pada semester II Tahun 2011/2012, Semester I, II Tahun Pelajaran 2012/2013 dan semester II

HITUNG CEPAT ANGKA KREDIT KINERJA

6 Menyanyi lagu dengan teknik, postur, ekspresi dan cara yang betul..

[r]

Jaminan Terbatas ini tidak berlaku atas kerusakan karena pemakaian yang normal (normal wear and tear) atau apabila suatu komponen Peranti Keras BlackBerry dibuka atau diperbaiki