• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, lindungan dan petunjuk bagi kita semua sehingga dokumen Rencana Kerja (Renja) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi tahun 2017 dapat terselesaikan. Rencana Kerja ini memuat hasil evaluasi pelaksanaan Renja tahun sebelumnya sebagai masukan dalam menyusun program kegiatan tahun berikutnya, tujuan, sasaran, indikator dan target yang hendak dicapai selama tahun 2016, sumber pendanaannya dan perkiraan maju berdasarkan pagu indikatif.

Renja 2016 diharapkan menjadi pedoman dalam melaksanakan program kegiatan pelayanan kesehatan jiwa bagi semua pihak yang terlibat dan dasar dalam mengevaluasi kegiatan RSJ Provinsi selama 1 (satu) tahun mendatang. Pencapaian yang sebagian besar memenuhi target pada tahun 2014 menjadi pemacu bagi RSJ Provinsi agar di tahun mendatang lebih baik. Target penting yang diharapkan tercapai tahun 2016 adalah peningkatan kelas menjadi kelas A dan terakreditasi tingkat dasar versi 2012. Semoga dengan dukungan semua pihak target tersebut dapat terealisasi.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam mendukung penyusunan Renja ini. Semoga kerjasama yang baik ini dapat lebih ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang, dan Renja ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Saran dan masukan yang membangun selalu kami harapkan.

Mataram, Januari 2015 Direktur RSJ Provinsi

dr. Elly Rosila Wijaya, SpKJ, MM NIP 196101311988012001

(2)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Landasan Hukum... 2

C. Maksud dan Tujuan... 3

D. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENJA 2013... 5

BAB III : VISI,MISI,TUJUAN,SASARAN,ROGRAM DAN KEGIATAN A. Visi RSJ Provinsi. ... 43

B. Misi RSJ Provinsi... 43

C. Core Value RSJ Provinsi ... 43

D. Falsafah RSJ Provinsi ... 44

E. Moto RSJ Provinsi... 44

F. Budaya RSJ Provinsi... 44

G. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah... 45

H. Strategi dan Kebijakan... 51

I. Program dan Kegiatan... 57

BAB IV : INDIKATOR DAN TARGET 2015... 64

BAB V : DANA INDIKATIF, SUMBERDAYA DAN PRAKIRAAN MAJU... 71

BAB VI : SUMBER DANA YANG DIBUTUHKAN... 75

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan semakin bertambah berat, komplek dan bahkan tidak terduga. Oleh karena itu pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, modernisasi akibat globalisasi serta dinamika politik. Pembangunan kesehatan harus dilakukan dengan semangat kemitraan, lintas sektoral dan berupaya mendorong peran serta masyarakat. Selain itu, Pemerintah harus memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera melalui pelayanan kesehatan paripurna. Ruang lingkupnya mencakup pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan atau kombinasi daripadanya.

RSJ sebagai salah satu RS Rujukan diharuskan menyediakan pelayanan lebih berkualitas dan memuaskan pelanggan. Penyediaan sarana prasarana, SDM kompeten dan regulasi pendukung menjadi keharusan untuk dipenuhi. Untuk itu, pada tahun 2016, RSJ Provinsi menargetkan peningkatan kelas dari kelas B menjadi kelas A dan terakreditasi tingkat dasar versi 2012, sehingga penyediaan sarana prasarana, regulasi dan SDM diarahkan untuk mendukung target tersebut.

Renja merupakan dokumen yang memuat rencana kerja RSJ Provinsi untuk 1 (satu) tahun mendatang dan memuat evaluasi hasil pelaksanaan Renja tahun sebelumnya, kebijakan dan program prioritas RSJ Provinsi, anggaran yang dibutuhkan, sasaran, indikator dan target yang ingin dicapai setahun mendatang. Renja RSJ Provinsi merupakan pedoman untuk penyusunan RKA dan RBA PPK-BLUD, juga bagi pelaksanaan program dan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran dan lebih jauh

(4)

mencapai visi yang telah ditetapkan. Renja RSJ Provinsi dapat menjadi pedoman bagi pihak-pihak yang berkepentingandan merupakan perwujudan komitmen pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya pembangunan yang akan dilaksanakan secara bersama setahun kedepan.

II. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum dalam penyusunan Renja RSJ Provinsi tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal H ayat 1 yang menegaskan tentang Hak untuk Hidup Sejahtera Lahir Batin, Bertempat Tinggal dan Mendapatkan Lingkungan yang Baik, Sehat dan Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan;

2. Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (lLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang Undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara nomor 125 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang nomor 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang nomor 3 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang Undang (Lembaran Negara tahun 2005 nomor 108, Tambahan Lembaran Negara nomor 4548);

5. Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2015(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4700);

6. Undang-Undang RI nomor 3 tahun 2009 tentang Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

(5)

7. Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Stándar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

9. Instruksi Presiden Indonesia Nomor 07 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomr 61 tahun 2007 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD); 11. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 -2025 (Lembaran Daerah Provinsi NTB Tahun 2008 No.32);

12. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 9 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tatakerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Perubahan Atas Perda No.8/2008);

13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2014 -2018;

14. Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat No.56 Tahun 2011 tentang Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) di Rumah Sakit Jiwa Provinsi;

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Renja RSJ Provinsi NTB Tahun 2016 berpedoman pada Renstra RSJ Provinsi NTB tahun 2013-2018, merupakan dokumen yang memuat program kegiatan, sasaran, target dan pembiayaannya, yang direncanakan berfokus pada peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan.

(6)

Tujuan Rencana Kerja (Renja) Rumah Sakit Jiwa Provinsi tahun 2016 adalah sebagai pedoman pelaksanaan program kegiatan dan tolok ukur pencapaian dan penilaian kinerja selama setahun kedepan.

IV. SISTEMATIKA RENJA RSJ PROVINSI

Sistematika penulisan Renja RSJ Provinsi tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, memuat tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan Rencana Kerja 2016.

Bab II Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja SKPD Tahun 2014, berisi uraian evaluasi kinerja RSJ Provinsi selama tahun 2014.

Bab III Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan, memuat tentang visi,misi, sasaran, program dan kegiatan RSJ Provinsi selama tahun 2016.

Bab IV Indikator Kinerja dan Kelompok sasaran, memuat memuat indikator kinerja dan target pencapaian RSJ Provinsi selama tahun 2016.

Bab V Dana Indikatif beserta sumbernya, memuat tentang pendanaan program kegiatan RSJ Provinsi yang bersumber dari APBD (subsidi), BLUD maupun APBN (DAK,Dekon,TP), sumberdaya yang dimiliki serta prakiraan maju berdasarkan pagu indikatif (prakiraan tahun 2017).

Bab VI Sumber Dana yang Dibutukan untuk Pelaksanaan Program Kegiatan, memuat tentang rincian kebutuhan anggaran RSJ Provinsi dalam menjalankan program kegiatannya.

(7)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2014

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan atau disebut kinerja merupakan suatu proses penilaian pelaksanaan program kegiatan dalam suatu organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan lebih dulu. Evaluasi bertujuan untuk menjamin pencapaian sasaran, target dan tujuan suatu organisasi, mengetahui posisi organisasi, tingkat pencapaian sasaran, termasuk hambatan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan tersebut.

Hasil evaluasi diharapkan dapat dipergunakan untuk program peningkatan kinerja atau produktivitas, pengembangan organisasi dan menghindari hambatan yang mungkin akan terjadi. Evaluasi atau pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target kinerja, standar baku atau pencapaian tahun sebelumnya. Pengukuran Kinerja RSJ Provinsi didasarkan pada realisasi pencapaian indikator dan target program kegiatan yang telah ditetapkan dalam Renstra 2009-2013, Renja 2014 dan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) 2014. Berikut hasil Pengukuran Pencapaian Kinerja tahun 2014:

A. EVALUASI INDIKATOR PELAYANAN

Indikator pelayanan yang tercantum dalam Renstra 2013-2019, Renja 2014 dan RBA 2014 adalah pencapaian visite rate, jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, IGD, persentase Bed Occupancy Rate (BOR), persentase pasien gangguan jiwa, Napza dan HIV/AIDS tertangani serta pencapaian kinerja pelayanan lainnya sebagai pendukung, seperti pelayanan Keswamas dan unit penunjang.

(8)

1. Visite Rate

Visite rate merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat

keberhasilan rumah sakit yang menggambarkan tingkat utilisasi/ pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat. Berikut gambaran tingkat pemanfaatan RSJ provinsi 3 (tiga) tahun terakhir:

Tabel 2.1.

Gambaran Tingkat Pemanfaatan RSJ Provinsi Tahun 2012-2014

Uraian 2012 2013 2014

Total Kunjungan RS 18,477 21,023 24,667

Jumlah penduduk NTB (jiwa) 4,55jt 4,57jt 4,63jt

Visite rate RSJ (kali) 0,0041 0,0046 0,0053

Sumber : Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Visite rate sangat dipengaruhi oleh jumlah kunjungan dan populasi

penduduk. Untuk tahun 2014, visite rate RSJ Provinsi mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 bahkan melampaui target. Pencapaian visite rate RSJ Provinsi tahun 2014 apabila dibandingkan dengan standar nasional yakni 1,5% maka visite rate RSJ Provinsi masih belum mencapai standar (untuk rumah sakit khusus belum ada standar baku). Berikut gambaran capaian visite rate RSJ Provinsi tahun 2014 dibandingkan target :

Tabel 2.2.

Target dan Realisasi Visite Rate RSJ Provinsi Tahun 2014

Visite Rate Angka visite rate

(kali) Ket

Capaian 2014 0,0053 Capaian lebih

tinggi dari target, namun belum mencapai standar nasional

Target tahun 2014 0,0047

Standar nasional 1,5

(9)

2. Pelayanan Rawat Jalan

Dalam 3 (tiga) tahun terakhir, kunjungan rawat jalan cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2012 tercatat jumlah kunjungan sebesar 15,593 kunjungan, meningkat pada tahun 2013 sebesar 15,5% menjadi 18,005 kunjungan dan meningkat lagi tahun 2014 sebesar 21,68% atau menjadi 21,909 kunjungan. Berikut gambaran perkembangan kunjungan rawat jalan di RSJ Provinsi :

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 2012 2013 2014 15.593 18.005 21.927 kunjungan TAHUN

Gambar 2.1. PERKEMBANGAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN TAHUN 2012 s.d. 2014

Tahun 2014 merupakan tahun pertama pelaksanaan JKN, sehingga terjadi perubahan pada status bayar pasien terutama pasien Askes dan Jamkesmas, yang berubah menjadi Pasien BPJS. Perubahan tersebut menyebabkan perubahan pada komposisi pasien berdasarkan cara bayar. Berikut komposisi kunjungan pasien rawat jalan berdasarkan status pembayaran:

Tabel 2.3

Kunjungan Pasien Rawat Jalan Berdasarkan Status Bayar

STATUS BAYAR 2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Umum 3,078 19,74 3,390 18,83 3,748 17,11

Askes 1,794 11,50 2,007 11,15 - -

Jamkesdamas/da /

prov/BPJS/Bansos 10,721 68,76 12,608 70,01 18,161 82,89

TOTAL 15,593 100 18.005 100 21,927 100

(10)

Pada tabel di atas terlihat bahwa, sebagian besar kunjungan rawat jalan adalah pasien BPJS yakni diatas 80%. Peningkatan kunjungan antara lain disebabkan oleh dukungan kegiatan ekstramural (luar gedung) RSJ Provinsi dalam menjalin kerjasama dengan semua pihak, promosi dan sosialisasi-sosialisasi langsung maupun tidak langsung.

kunjungan rawat jalan, sebagian besar pasien yang berkunjung adalah pasien lama (92,29%) dan lebih dominan laki-laki (54,93%), berada pada kelompok umur remaja dewasa (25-44th) sebanyak 48,25%. Seperti pada tahun 2013, rujukan terbanyak rawat jalan tetap berasal dari Puskesmas kota Mataram (25,86%) dan Kab.Lobar (25,20%).

Jumlah kunjungan berdasarkan diagnosa masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yakni terbanyak adalah skizofrenia, gangguan psikotik akut dan sementara (42,99%). Untuk tingkat pendidikan, kalalu pada tahun 2013, pendidikan SD/sederajat (32,47%) lebih banyak dibandingkan SMA/sederajat (27,84%), maka pada tahun 2014 sebaliknya, pendidikan SMA/sederajat (31,74%) lebih tinggi dibandingkan SD/sederajat (29,43%). Untuk distribusi berdasarkan jenis pekerjaan, sama dengan tahun 2013 yang sebagian besar tetap terdistribusi pada kelompok tidak bekerja (56,68%).

3. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap terdiri dari pelayanan PHCU, kelas I, II dan III yang terbagi dalam 5 ruang perawatan untuk pasien gangguan jiwa dan 1 ruangan perawatan untuk melayani pasien Napza. Dalam 3 (tiga) tahun terakhir jumlah kunjungan rawat inap cenderung fluktuatif. Tahun 2012 jumlah pasien yang menjalani perawatan adalah 1,344 orang, menurun di tahun 2013 menjadi 1,225 orang, namun kembali meningkat tahun 2014 dengan 1,270 orang.

(11)

Seperti pada kunjungan rawat jalan, pemberlakuan JKN mengubah komposisi pasien berdasarkan status bayar menjadi pasien umum dan pasien BPJS. Untuk tahun 2014 sebagian besar pasien rawat inap adalah pasien BPJS. Berikut gambaran komposisi pasien berdasarkan status pembayaran :

Tabel 2.4.

Kunjungan Pasien Rawat Inap Berdasarkan Status Bayar

STATUS BAYAR 2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Umum 195 14,51 217 17,71 303 23,86

Askes 107 7,96 78 6,37 - -

Jamkesmas/da/Prov/

BPJS /Bansos 1042 77,53 930 75,92 967 76,14

TOTAL 1,344 100 1,225 100 1,270 100

Sumber : Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Selain indikator peningkatan jumlah kunjungan, kinerja rawat inap dapat dilihat dari pencapaian indikator mutu, yakni BOR, ALOS, TOI dan indikator mutu lainnya. Gambaran pencapaian kinerja rawat inap berdasarkan indikator mutu RSJ Provinsi 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5

Pencapaian Kinerja RSJ Provinsi Berdasarkan Indikator Mutu

2012 2013 2014

1 BOR(Bed Occupancy Rate) 96,6% 92,2% 86,1%

2 ALOS(Average Length Of Stay) 16,5 hari 16 hari 14,5 hari 3 BTO (Bed Turn Over) 20,5 kali 21,5 kali 22,9 kali 4 TOI (Turn Over Interval) 0,6 hari 1,3 hari 2,2 hari

5 NDR (Nett Death Rate) 0 0 0

6 GDR (Gross Death Rate) 0 0 0

7 Jumlah TT 100 100 100

8 Hari Perawatan 35.192 33.640 31.437

8 Lama Perawatan 33.869 34.466 33.243

NO INDIKATOR TAHUN

Sumber : Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Pencapaian BOR suatu RS sangat dipengaruhi oleh hari perawatan. Pada tabel diatas terlihat bahwa BOR tahun 2014 mengalami penurunan,

(12)

karena hari perawatan yang mengalami penurunan. Akan tetapi dilihat dari target dan standar nasional, pencapaian BOR RSJ Provinsi telah melampaui target. Kerja keras serta kerjasama yang baik semua pihak dan dukungan kegiatan ekstramural (luar gedung) RSJ Provinsi dalam mensosialisasikan dan mempromosikan pelayanan kesehatan jiwa adalah faktor-faktor yang mendukung pencapaian target kinerja. Berikut gambaran target dan realisasi capaian kinerja rawat inap RSJ Provinsi :

Tabel 2.6

Realisasi Pencapaian Kinerja Pelayanan Rawat Inap Dibanding Target

NO INDIKATOR TARGET 2014 REALISASI

1 BOR 75,00% 86,12%

(Bed Occupancy Rate)

2 ALOS <42 hari 14 hari

(Average Length Of Stay)

3 BTO 40 kali 22,9 kali

(Bed Turn Over)

4 TOI 3 hari 2,2hari

(Turn Over Interval)

5 NDR 0/1000 pasien 0/1000 pasien

(Nett Death Rate)

6 GDR 0/1000 pasien 2/1000 pasien

(Gross Death Rate)

Sumber : Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Kunjungan tahun 2014 dilihat dari jenis kunjungan sama dengan tahun 2013 yakni sebagian besar pasien lama (69,84%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pasien laki-laki tetap dominan (67,95%). Kalau pada tahun 2013 rujukan terbanyak berasal dari Lombok tengah (19,18%) dan Lombok Timur (19,59%), maka untuk tahun 2014 terbanyak berasal dari umum (23,70%). Untuk kelompok umur tetap berada pada kelompok umur 25-44 tahun (55,67%) dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SD (30,08%) dan SMA (30,79%) dengan diagnosa terbanyak sama dengan tahun sebelumnya yakni skizofrenia, gangguan skizofital, psikotik akut dan sementara (72,24%).

(13)

4. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Tahun 2014, kunjungan ke IGD mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 maupun 2012. Tahun 2012 tercatat jumlah kunjungan ke IGD adalah 1,678 kunjungan dan 1,793 kunjungan tahun 2013, menurun tahun 2014 menjadi 1483 kunjungan. Berikut gambaran kunjungan pasien ke IGD 3 (tiga) tahun terakhir :

1678 1793 1483 0 500 1000 1500 2000 2012 2013 2014

Seperti pada rawat jalan dan rawat inap, pasien dengan status pasien BPJS masih merupakan pasien dominan dengan pencapaian diatas 70%. Berikut rincian kunjungan pasien berdasarkan status pembayaran:

Tabel 2.7.

Kunjungan Pasien IGD Berdasarkan Status Bayar

STATUS BAYAR 2012 2013 2014

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Umum 425 25,33 481 26,83 407 27,44

Askes 115 6,85 106 5,91 - -

Jamkesmas/da/Prov /

BPJS 1.138 67,82 2,206 67,26 1,076 72,56

TOTAL 1,678 100 1,793 100 1,483 100

Sumber : Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Pasien yang paling banyak datang ke IGD adalah pasien dengan status Darurat Tidak Gawat (DTG) sebesar 78,29% dan sebagian besar

(14)

pasien menjalani perawatan lanjutan (rawat inap) yakni 71,95%, dan 23,60% yang menjalani rawat jalan serta 2,90% yang menolak dirawat. Berdasarkan diagnosa, kunjungan terbanyak adalah skizofrenia paranoid (46,80%), sedangkan berdasarkan asal rujukan, pasien umum/langsung/ tanpa rujukan merupakan rujukan terbanyak yakni 61,16%. Pasien terbanyak di IGD adalah pasien lama (59,74%), dan pasien laki-laki adalah pasien yang dominan (64,73%), dengan kelompok umur terbesar berada pada kelompok umur 25-44th yakni 58,89% dan belum bekerja (79,50%).

5. Pelayanan Napza

Selain melayani pasien gangguan jiwa, tugas pokok lain RSJ Provinsi adalah penanganan pasien penyalahgunaan Napza. Penanganan Napza menjadi salah satu indikator kinerja dalam Renstra dan Renja. RSJ Provinsi adalah satu-satunya rumah sakit yang memiliki unit khusus terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan Napza di NTB yang dinamakan One Stop Centre (OSC) Wisma Anggrek dan satu-satunya institusi pelayanan yang ditunjuk sebagai penerima wajib lapor (IPWL) bagi Orang Dengan Penyalahgunaan Napza (ODPGN).

Berdasarkan laporan dari unit OSC, tahun 2014 jumlah kasus penyalahgunaan Napza yang ditangani di RSJ adalah 183 kasus, menurun sebesar 51,96% dibandingkan tahun 2013 dengan 381 kasus. Penurunan signifikan disebabkan oleh menurunnya ODPGN yang menjalani rawat jalan. Semua kasus yang datang ke RSJ Provinsi mendapat penanganan (100% tertangani). Berikut gambaran kasus narkoba yang menjalani perawatan di unit OSC RSJ Provinsi 3 (tiga) tahun terakhir :

(15)

159 381 183 0 100 200 300 400 2012 2013 2014

Kalau pada 2 (dua) tahun terakhir penggunaan zat selain psikotropika aktif, zat adiktif dan polidrug (penyalahgunaan obat-obatan medis berlebihan yang adiktif) banyak ditemukan, maka kondisi berbeda terjadi pada tahun 2014. Berdasarkan laporan OSC, pengguna zat tropika aktif dan narkoba (shabu dan ganja) adalah kasus terbanyak di tahun 2014 yakni 69,9% pengguna shabu dan 14,2% ganja.

Kasus yang dirawat sebagian besar adalah kasus dengan jenis kelamin laki-laki (98,36%), berpendidikan SMA/sederajat (63,93%) dan merupakan usia produktif (16-49th). Kondisi yang perlu mendapat perhatian adalah meningkatnya temuan kasus baru, kalau pada tahun 2013 pasien yang menjalani perawatan sebagian besar kasus lama (74%), maka pada tahun 2014, sebagain besar (67,76%) adalah kasus baru. Penemuan ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak mengingat bahaya dari penggunaannya dan sebagian besar penggunanya masih berusia produktif.

Gambar 2.3. Jumlah Kasus Napza yang Datang dan Ditangani RSJ Provinsi Tahun 2012-2014

(16)

6. Pelayanan HIV/AIDS di Unit Voulentary Counseling Testing (VCT) Bale Matahari

Salah satu indikator pelayanan yang terdapat dalam Renstra dan Renja RSJ Provinsi adalah persentase penanganan HIV/AIDS. Pelayanan HIV/AIDS di RSJ provinsi dilaksanakan di unit VCT (Voluntary Counseling

and Testing) Bale Matahari. Berdasarkan laporan dari unit VCT Bale

Matahari, jumlah klien yang menjalani test dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Tahun 2012 jumlah klien yang menjalani test adalah 1477 klien, meningkat 11,24% menjadi 1643 klien tahun 2013 dan meningkat lagi tahun 2014 sebesar 1,46% menjadi 1667 klien. Berikut gambaran jumlah klien yang menjalani test di unit VCT RSJ Provinsi dalam 3 (tiga) tahun terakhir:

1310 167 1596 47 1667 0 0 500 1000 1500 2000 2012 2013 2014 BARU LAMA

Dari 1667 klien menjalani test, jumlah klien yang ditemukan positif HIV adalah 8 orang, turun dibanding tahun 2013 dengan 24 orang. Penurunan temuan klien positif disebabkan oleh aktifnya klinik VCT di kabupaten dan Puskesmas yang mulai membuka pelayanan VCT dengan dukungan dari lay support (penjangkau). Berikut gambaran jumlah pasien positif HIV yang dilaporkan unit VCT Bale Matahari RSJ Provinsi:

(17)

1477 19 1643 24 1667 8 0 500 1000 1500 2000 2012 2013 2014 TEST POSITIF AIDS

Dari 8 klien positif HIV, 5 orang klien adalah laki-laki dan 3 klien perempan. Klien yang ditemukan positif oleh RSJ Provinsi semuanya dapat ditangani atau 100% tertangani.

Penjangkauan klien atau penemuan kasus oleh RSJ Provinsi dilakukan dengan 2 cara yakni melalui kegiatan statis (datang ke RSJ Provinsi) dan mobile (diluar gedung RSJ Provinsi), berikut rincian hasil kedua kegiatan tersebut :

Tabel 2.8.

Gambaran Hasil Kegiatan Penjangkuan Klien oleh RSJ Provinsi Melalui Kegiatan Statis dan Mobile Tahun 2014

NO NAMA KEGIATAN JUMLAH KUNJUNGAN TOTAL

LAKI-LAKI PEREMPUAN

(1) (2) (3) (4) (5)

1 klien yang datang sendiri (statis) 277 177 454

2 klien yg datang atas rujukan (statis):

a. Klinik/Praktek dokter swasta 1 0 1

b. PITC 11 1 12 c. AKSI 0 0 0 d. Penjangkauan Inset 0 7 7 e. PKBI 0 0 0 f. RSJ 20 1 21 g. KKP Lembar 0 0 0

Jumlah Kegiatan Statis (1+2) 309 186 495

(18)

(1) (2) (3) (4) (5) 3 Mobile VCT : Lapas 105 14 119 Lapas Mataram 144 18 162 Lapas Lobar 16 7 23 Lapas Loteng 132 0 132 Lapas Lotim 0 0 0 Lapas Sumbawa 52 5 57 Lapas Dompu 55 3 58 Lapas Bima 46 0 46 KPP Lembar 220 1 221

Gunung sari (Lobar) 4 3 7

Kediri (Lobar) 4 1 5

Rembiga (Mataram) 10 0 10

Desa Puyung (Loteng) 21 0 21

Sayang-sayang (Mataram) 5 0 5

Yayasan PSBR (Lobar) 30 41 71

Yayasan Paramita 74 5 79

Panti (PSSA) 17 24 41

SMKN 9 Mataram 49 0 49

Jumlah Kegiatan Mobile 1036 136 1172

TOTAL (statis+mobile) 1345 322 1667

Sumber : Unit VCT Bale Matahari RSJ Provinsi 2014

Dari tabel di atas terlihat bahwa penjangkauan klien dengan kegiatan mobile lebih tinggi (70,3%) dibandingkan dengan kegiatan statis (29,7%) dan tempat penjangkauan beresiko yang paling banyak klien menjalani tes adalah di LAPAS Mataram dan KKP Lembar.

Seperti pada kasus narkoba, klien yang terinfeksi HIV dan kasus AIDS merupakan klien berusia produktif yakni kelompok usia 20-49 th (25,0%) dan 25-49th (50,0%%), berada pada tingkat pendidikan tinggi SMA/sederajat (37,5%) dan PT (37,5%) dan dominan berjenis kelamin laki-laki (62,5%). Hal yang menarik data temuan kasus positif HIV/AIDS adalah pada distribusi klien berdasarkan faktor resiko, karena sebagian klien adalah klien homoseksual/biseksual (62,5%). Kondisi ini patut mendapat perhatian serius dari semua pihak mengingat ekses yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat luas.

(19)

7. Pelayanan Rehabilitasi Mental

Rehabilitasi mental adalah tahapan akhir dari perawatan pasien rawat inap dan melatih kemandirian bagi pasien day care. Pelayanan rehabilitasi mental dikoordinir oleh instalasi rehabilitasi mental. Tujuannya untuk mempersiapkan pasien kembali ke keluarga dan masyarakat dengan memberikan beberapa terapi secara psikologis dan membekali mereka dengan berbagai keterampilan agar siap kembali ke masyarakat dan mampu kembali produktif dan berkarya, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat dan keluarganya. Berikut gambaran kegiatan yang diikuti pasien saat mengikuti tahapan rehabilitasi selama tahun 2014:

Tabel 2.9.

Jenis Kegiatan yang Diikuti Pasien Rehabilitasi Tahun 2014

No Jenis Terapi Cara Bayar Jumlah % Umum Jamkesmas/ BPJS (1) (2) (3) (5) (6) (7) 1. 2. 3. 4. 5.

Terapi aktifitas kelompok Terapi gerak Terapi rileksasi Terapi religius Terapi bermain 22 41 6 12 21 2,743 5,875 1,691 3,019 1,432 2,765 5,915 1,697 3,031 1,453 13,2 28,3 8,1 14,5 7,0 6. Terapi kerja : Terapi pertanian Terapi perikanan Terapi melukis

Terapi kerajinan tangan

16 0 0 0 4,892 281 155 686 4,908 281 155 686 23,5 1,3 0,7 3,3 TOTAL 118 20,773 20,891 100

Sumber : Instalasi Rehabilitasi RSJ Provinsi 2014

Jenis terapi yang dijalani pasien di unit rehabilitasi ditentukan berdasarkan skrining awal saat pasien pertama kali dikirim ke unit rehabilitasi, namun selanjutnya pasien tetap diperkenankan mengikuti semua terapi jika mampu. Jenis terapi yang banyak diikuti pasien sama antara tahun 2014 dan tahun 2013 yakni terapi gerak dan pertanian.

(20)

Jumlah pasien yang mengikuti kegiatan rehabilitasi tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yakni dari 26,125 kunjungan tahun 2013 menjadi 20,891 kunjungan tahun 2014 atau turun 20,03%. Sebagian besar pasien yang mengikuti terapi di unit rehablitasi adalah pasien jamkesmas (99,43%) dan sebagian besar adalah pasien lama (91,49%). Permasalahan yang masih dihadapi pada pelaksanaan kegiatan rehabilitasi adalah ketersediaan instruktur masing-masing terapi yang masih terbatas. Perencanaan dan usulan pengadaan tenaga sesuai kebutuhan terus diupayakan oleh pihak manajemen atau direksi.

8. Pencapaian kinerja pelayanan ekstramural

Pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan RSJ Provinsi dilakukan dalam gedung (intramural) dan di luar gedung (ekstramural). Kegiatan di dalam gedung merupakan kegiatan rutin, sedangkan kegiatan ekstramural adalah pelayanan langsung ke masyarakat yang dikoordinir oleh instalasi kesehatan jiwa masyarakat (Keswamas). Dalam pelaksanaannya Instalasi Keswamas membentuk suatu tim yang disebut Tim Keswamas yang beranggotakan 3-4 orang terdiri dari psikiater, dokter umum, psikolog dan perawat, dengan difasilitasi oleh dokter, perawat atau petugas Puskesmas setempat. Kegiatan tersebut bekerjasama dengan dinas kesehatan dan Puskesmas dalam penentuan daerah tujuan kegiatan.

Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat umum dan klien gangguan jiwa yang secara geografis sulit mengakses pelayanan kesehatan jiwa atau daerah-daerah yang angka gangguan jiwanya tinggi namun kepatuhan berobatnya rendah serta pasien yang dipasung oleh keluarga atau masyarakat. Tujuan dari kegiatan ini secara umum adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas dan mengaktifkan Puskesmas sebagai gate keepers pelayanan kesehatan jiwa di daerah. Sedangkan secara khusus kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan langsung dan advokasi

(21)

kepada masyarakat, dan membantu Puskesmas dalam pengembangan model pelayanan kesehatan jiwa sesuai kondisi dan situasi setempat.

Bentuk kegiatan ekstramural yang dilakukan RSJ Provinsi adalah

mobile clinic, home visit, integrasi, dropping, temu konsultasi, Layanan

ACT mobile hotline layanan krisis, Self Help Group (SHG), penjangkauan pasien pasung, dan penanganan korban gangguan jiwa akibat bencana serta sosialisasi melalui leaflet, media massa, majalah, dan pameran. Kegiatan mobile clinic khusus penjangkuan klien HIV/AIDS ke LAPAS Pulau Sumbawa yang dimulai tahun 2013, dilanjutkan kembali di tahun 2014.

● Kegiatan integrasi dan mobile clinic kesehatan jiwa

Pelayanan ekstramural integrasi pada tahun 2013 dilaksanakan di Puskesmas dan RSUD, namun tahun 2014 fokus dilaksanakan di Puskesmas dengan pertimbangan efektifitas pelayanan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dan penanganannya, serta mampu berperan aktif mendorong pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kesehatan jiwa. Sasaran kegiatan ini adalah dokter dan petugas kesehatan dengan bentuk kegiatan berupa penyuluhan dan bimbingan tentang pelayanan kesehatan jiwa. Jumlah Puskesmas yang berhasil dikunjungi pada tahun 2014 adalah 21 Puskesmas se-NTB. Berikut 21 Puskesmas yang dikunjungi tim integrasi:

(22)

Tabel 2.10.

Puskesmas dan RSUD yang Dikunjungi Tim Integrasi s.d. Desember 2014

No Wilayah Puskesmas, RSUD

1 Lombok Barat Jembatan Kembar dan Penimbung 2 Lombok Tengah Langko, Bagu

3 Lombok Utara Santong, Kenaru

4 Lombok Timur Labuhan Lombok, Sembalun 5 Sumbawa Plampang, Moyohulu

6 Sumbawa Barat Tano, Taliwang

7 Kab.Bima Soromandi, Madapangga, Laggundu 8 Kota Bima Rasana’e Timur, Asakota

9 Dompu Dompu Barat dan Dompu Kota 10 Kota Mataram Karang Taliwang, Pajeruk Sumber : Instalasi Keswamas 2014

Kegiatan integrasi dilaksanakan bersama dengan kegiatan mobile

clinic kecuali Kota Mataram karena di Kota Mataram tidak ada kegiatan mobile clinic. Berikut hasil kegiatan mobile clinic selama tahun 2014 :

Tabel 2.11.

Hasil Kegiatan Mobile Clinic RSJ Provinsi Se-NTB Tahun 2014

NO. LOKASI Maret Mei Juni Sept Nov TOTAL

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Lobar Loteng Lombok Utara Lotim Sumbawa Barat Sumbawa Bima Kota Bima Dompu Kota Mataram 5 34 14 4 28 43 27 26 29 69 30 39 21 14 7 34 14 4 26 29 97 73 66 1 JUMLAH 57 98 55 138 35 383

Sumber: Instalasi Keswamas 2014

Jumlah pasien hasil kegiatan mobile clinic tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 dengan 365 pasien atau meningkat 4,93%. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh kerjasama yang

(23)

baik antara RSJ Provinsi dan Puskesmas sasaran terutama dalam sosialisasi pelayanan.

● Kegiatan home visit

Untuk kegiatan home visit, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini hanya dilaksanakan di Pulau Lombok dengan semua kabupaten dan kota. Kegiatan tersebut lebih difokuskan pada penanganan pasien pasung dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien pasung baik yang pernah dirawat namun tidak pernah lagi menjalani perawatan setelah kembali ke rumah atau kasus pasung yang baru. Berikut hasil kegiatannya :

Tabel 2.12.

Hasil Kegiatan home visit RSJ Provinsi Se-Pulau Lombok Tahun 2014

NO. LOKASI Jan Peb Mar Juli Agst Sept Okt Total

1. 2. 3. 4. 5. Lobar Loteng Lotim Kota Mataram Lombok Utara 17 5 3 4 6 1 7 2 1 5 2 4 3 3 3 5 5 14 38 4 JUMLAH 17 5 14 7 10 4 9 66

Sumber : Instalasi Keswamas 2014

● Kegiatan Penanganan Pasien Pasung

Penemuan dan penanganan pasung mulai digiatkan sejak pencangangan Program Nasional “Indonesia Bebas Pasung 2010” yang kemudian berlanjut dengan “Indonesia Bebas Pasung 2018” yang dijalankan di NTB menjadi “NTB Bebas Pasung 2018”. Kegiatan ini difokuskan pada penjangkauan pasien pasung untuk mendapat penanganan di Puskesmas ataupun perawatan lanjutan di RSJ.

(24)

Estimasi pasien pasung di NTB semula 319 orang didasarkan pada estimasi WHO yang memperkirakan 1% dari pasien yang mengalami gangguan jiwa berat mengalami tindakan pemasungan, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat di NTB menurut Riskesdas 2007 adalah 0,99% (dibulatkan menjadi 1%) dari jumlah penduduk 15 tahun ke atas atau sekitar 31.820 orang. Akan tetapi berdasarkan hasil Riskesdas 2013, estimasi pasien pasung bertambah menjadi 1409 orang karena peningkatan estimasi gangguan jiwa di Provinsi NTB. Kegiatan ini ditargetkan tuntas pada tahun 2018.

Penyisiran atau penjangkauan langsung pasien pasung mulai dilaksanakan tahun 2011 dan tercatat ada 12 Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) di 6 kabupaten yang mengalami pemasungan. Tahun 2012, penjangkauan dilakukan di 10 kabupaten/kota, dan berhasil menjangkau 78 pasien pasung. Tahun 2013 tercatat lonjakan penjangkauan pasung yang sangat signifikan yakni sebesar 325,64% atau 254 pasien pasung sehingga total pasung yang ditangani s.d. Desember 2013 adalah 332 pasien pasung. Untuk tahun 2014, RSJ Provinsi berhasil menemukan dan menjangkau 70 pasien pasung, sehingga total pasien pasung yang berhasil ditemukan adalah 402 pasien pasung.

Semua pasien pasung yang ditemukan mendapat penanganan dari RSJ Provinsi (100% tertangani). Pelaksanaan “NTB Bebas Pasung” yang didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/kota dan Dinas Kesehatan serta masyarakat adalah faktor yang mempengaruhi pencapaian positif kegiatan tersebut. Berikut distribusi pasien pasung yang ditangani sampai Desember 2014 berdasarkan wilayah :

(25)

Tabel 2.13.

Distribusi Pasien Pasung Hasil Penjangkauan Tahun 2011 s.d. Desember 2014

No Wilayah/PKM Jumlah

(org) Keterangan

1 Mataram 22 Selagalas, Cakranegara, Ampenan, Pagesangan, Pagutan, karang pule,karang Taliwang, Selaparang 2 Lombok Barat 32 Sekotong, Lembar, Kekait, Labuapi,

Batu Layar, Narmada, Gerung, Kuripan, Gunung Sari,Lingsar, Meninting

3 Lombok Tengah 58 Kopang, Jonggat, Sengkol, Teratak, Aik Bukak, Pringgarata, Batu Jai, Praya, Batukliang, Darmaji, Janapria, Aik Darek, Kuta, Penujak, Mujur, Pengadang, Batu Jangkih, Penujak Darek

4 Lombok Utara 29 Tanjung, Bayan, Santong, Kayangan, Gangga

5 Lombok Timur 74 Dasan Lekong, Wanasaba, Keruak, Aikmel, Terara, Kalijaga, Pohgading, Sambelia, masbagik, Pringgasela, selong, Sakra, Sikur, Suralaga, Batuyang,Montong Betok, Labuhan Haji, Lepak, Rising

6 Sumbawa 36 Alas-Mapin, Moyo, Utan, Rhee, Empang, Plampang, Maronge, Lantung, Ropang, Lenangguar, Lunyuk, Orong Telu,Unter Iwis,Batu Lanteh, Tarano,Unit I, Unit II

7 Sumbawa Barat 8 Labu Lalar-Taliwang, Seteluk,Brang Ene, Seteluk, Pototano

8 Dompu 28 Woja, Dusun O’O, Pajo, Pelat, Manggalawe, Hu’u, Pekat,Rasabou, Dompu Timur, Dompu Kota, Dompu Barat, Soriutu

(26)

No Wilayah/PKM Jumlah

(org) Keterangan

9 Kab.Bima 98 Woha, Sape, Mambanae, Lambu, Madapangga, Palibelo, Langgudu, Sila, Parado, Ngali, Wawo,Rato Ambalawi, Doridongga, Bumi Pajo, Monta, Mpa, Kole, Rite, Tolowata, Talapiti, nipa, Mawu, Pai, Kilo, Soromansi, Sampunggu, Sai, Wonto, Bolo, Sondo Sia, Ngembe, Rasa Bou, Wera

10 Kota Bima 17 Mpuda, Rasanae, Asakota, Raba, Jatibaru, Mpudi, Kumbe,Rasanae Timur

Jumlah 402

Sumber : Instalasi Keswamas 2014

Selain berperan dalam penanganan pasien pasung, RSJ Provinsi juga aktif mengupayakan pemberdayaan pasien pasung setelah menjalani perawatan di RSJ Provinsi. Kegiatan tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan lintas sektoral seperti tokoh masyarakat, dinas sosial, dinas ketenagakerjaan dan transmigrasi, perangkat desa, kader dan lain-lain, dengan tujuan agar pasien setelah kembali ke keluarganya mampu kembali bekerja secara mandiri dan tidak menjadi beban keluarga atau masyarakat.

● Kegiatan Dropping

Kegiatan dropping adalah upaya RSJ Provinsi untuk mengembalikan pasien ke keluarganya setelah selesai menjalani perawatan dan tidak mampu dijemput kembali oleh keluarganya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan merupakan kewajiban RSJ Provinsi untuk mengembalikan pasien ke keluarganya. Selama tahun 2014, jumlah pasien yang di dropping adalah 28 orang, dengan rincian :

(27)

Tabel 2.14.

Distribusi Pasien Dropping s.d. Desember 2014 No Wilayah/PKM Jumlah

(org) Puskesmas

1 Lombok Barat 4 Narmada, Sekotong

2 Lombok Tengah 7 Ganti, Batu Jangkih, Selebung, Teratak, Muncang, Mantang

3 Lombok Timur 5 Montong, Betok, Sikur, Sakra Timur, Lepak, Keruak

4 Sumbawa 6 Unter Iwes, Unit 1, Lape, Brang Biji, Plampang

5 Sumbawa Barat 1 Brang Ene

6 Kab Bima 3 Woha

7 Bima 1 Ngali

8 Dompu 1 Rasanae Timur

Jumlah 28

Sumber : Instalasi Keswamas 2014

● Kegiatan penanganan gangguan jiwa korban bencana/konflik

Pelayanan ekstramural lain yang dilakukan RSJ Provinsi adalah ikut aktif dalam penanganan korban bencana atau konflik, baik korban yang mengalami depresi ataupun tidak. Pada tahun 2012 dan 2013 RSJ Provinsi terlibat dalam penaganan korban konflik di salah satu kabupaten di Pulau Sumbawa dan korban bencana banjir serta gempa di Pulau Lombok.

Untuk tahun 2014, kegiatan tersebut tidak dilaksanakan karena tidak ada kejadian bencana atau konflik selama tahun 2014, sehingga pencapaian indikator kegiatan ini 0%.

● Kegiatan Accertive Community Therapy (ACT)

Kegiatan ACT atau terapi komunitas adalah bentuk terapi yang berusaha memanipulasi lingkungan untuk keuntungan pasien di lingkungan sosialnya. Pendekatan ini biasanya digunakan pada kasus penyalahgunaan Napza atau individu dengan gangguan/ketidakmampuan fungsi normal kehidupannya atau keluarga yang tidak mampu melakukan

(28)

perawatan terhadap pasien yang mengalami masalah kejiwaan di masyarakat.

Program ACT didesain untuk menurunkan hospitalisasi, meningkatkan kemandirian, fungsi dan produktifitas individu serta memberi support pada keluarga. Dalam pelaksanaannya terapi ini membutuhkan tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu seperti psikiater, dokter, perawat dan seorang koordinator. Bentuk layanan yang diberikan adalah :

- Layanan ACT statis : dilakukan di poliklinik RSJ Provinsi, dengan sasaran pasien dengan frekuensi rawat jalan tinggi, pasien pasung dan keluarganya

- Layanan ACT mobile : dengan kunjungan pada pasien dan keluargnyaa dan masyarakat sekitarnya

Untuk mendukung Layanan ACT mobile, RSJ Provinsi membuka hotline layanan krisis yang bisa diakses 24 jam oleh keluarga pasien ODMK, keluarga pasung, petugas kesehatan atau masyarakat umum. Penyediaan hotline layanan krisis 24 jam dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat melaporkan temuan pasung atau kejadian yang berkaitan dengan kejiwaan yang membutuhkan penanganan secepatnya. Tahun 2014 RSJ Provinsi menargetkan layanan ACT mobile dilaksanakan sebanyak 10 kali dan terealisasi 7 kali. Realisasi layanan ACT mobile sangat dipengaruhi oleh keaktifan masyarakat dalam mengadukan kasus gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat. Kedepannya sosialisasi hotline layanan krisis dan kerjasama dengan kelompok masyarakat pemerhati gangguan jiwa, tokoh masyarakat, tokoh agama dan unsur kunci di masyarakat perlu ditingkatkan, guna memotivasi dan mendorong beran aktif mereka dalam layanan ACT mobile.

(29)

● Kegiatan Selp Help Group (SHG) kesehatan jiwa

Kegiatan SHG adalah kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menangani gangguan jiwa di masyarakat dengan membentuk suatu kelompok yang disebut kelompok swabantu. Unsur kelompok SHG adalah penderita gangguan jiwa dan keluarganya serta pemerhati gangguan jiwa yang dibina oleh tim

Community Mental Health Nursing (CMHN) yang ada di Puskesmas

setempat dan tim ACT RSJ Provinsi.

Untuk tahun 2014, kegiatan ini dilaksanakan 2 (kali) di RSJ Provinsi dengan dikuti oleh 20 orang anggota kelompok swabantu untuk 1 kali pertemuan. Untuk tahun mendatang kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan di luar RSJ Provinsi agar lebih efektif dalam menjangkau sasaran.

● Kegiatan ekstramural lainnya

Kegiatan lain yang dilaksanakan Instalasi Keswamas adalah workshop dan temu konsultasi kesehatan jiwa, serta penyebaran bulletin/ majalah dan leaflet yang ditujukan bagi masyarakat umum, kelompok beresiko, tokoh agama/tokoh masyarakat dan institusi swasta maupun pemerintah. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan keberadaan RSJ Provinsi, mendapat dukungan dalam pelaksanaan pelayanan program kesehatan jiwa dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta bentuk keseriusan RSJ Provinsi dalam mendukung program pemerintah dibidang kesehatan.

Khusus untuk klien Napza dan HIV/AIDS yang menjalani perawatan atau pernah dirawat di RSJ Provinsi, temu konsultasi diadakan dalam bentuk Famili Support Group (FSG) dengan melibatkan keluarganya. Kegiatan outing yang merupakan bagian dari terapi juga dilaksanakan khusus untuk klien Napza.

(30)

Setiap tahun RSJ Provinsi berusaha melakukan terobosan atau inovasi pelayanan terutama pelayanan ekstramuralnya sebagai salah satu upaya mendukung program „generasi emas” Pemerintah Daerah Provinsi NTB dan SDM berdaya saing. Terbatasnya sumberdaya yang tersedia seperti kendaraan operasional, alokasi anggaran dan SDM adalah beberapa hambatan yang dihadapi tim dalam melaksanakan kegiatan ekstramural. Untu itu, dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat sangat diharapkan.

9. Pelayanan Penunjang

Kegiatan pelayanan penunjang medis merupakan kegiatan yang sifatnya membantu pelayanan medis untuk menegakkan diagnosa dan rehabilitasi medik pasien serta menunjang kegiatan pelayanan lainnya. Kegiatan penunjang yang tersedia di RSJ Provinsi adalah pelayanan psikometri, laboratorium, farmasi, radiologi, elektromedik, gigi dan mulut. ● Pelayanan Elektromedik

Pelayanan elektromedik dalam 2 (dua) tahun terakhir mengalami penurunan. Berdasarkan laporan dari unit elektromedik, jumlah kunjungan tahun 2012 adalah 1131 kunjungan, menurun tahun 2013 menjadi 735 kunjungan dan kembali menurun tahun 2014 menjadi 615 kunjungan. Penurunan kunjungan salah satunya disebabkan oleh tidak adanya kerjasama RSJ Provinsi dengan pihak luar dan rujukan dari RS lain.

Kunjungan pasien tahun 2014 berdasarkan status pembayaran sebagian besar merupakan pasien BPJS (67,97%), sedangkan pemeriksaan yang paling banyak adalah pemeriksaan infra red radiator (31,06%) dan electrical stimulation (30,89%), pemeriksaan paling sedikit adalah ultra sound/terapi (3,74%).

Ketenagaan di unit pelayanan elektromedik adalah 3 orang fisioterapis yang merangkap sebagai tenaga administrasi. Unit rehabilitasi

(31)

medik/elektromedik sudah memiliki beberapa alat canggih seperti EEG dan brainstimulator for ADHD.

●Pelayanan Psikometri

Pelayanan psikometri dilaksanakan di poli psikologi dan poli pskiatri anak “Mental Sehat Ceria”(poli MSC)”. Selain pelayanan tes psikometri, di poli MSC juga melayani anak-anak berkebutuhan khusus seperti autisme, retardasi mental, dan epilepsi yang berindikasi ke kelainan mental.

Berdasarkan laporan dari unit psikometri, jumlah pemeriksaan tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013. Dari 926 pemeriksaan tahun 2013, menjadi 1,162 pemeriksaan tahun 2014 atau meningkat sebesar 25,48%. Peningkatan jumlah pemeriksaan yang sangat bermakna tersebut disebabkan oleh peningkatan permintaan tes pejabat publik untuk mendapatkan surat keterangan sehat jiwa.

Berdasarkan asal rujukan sebagian besar kunjungan di poli psikologi adalah luar (MoU) sebesar 71,17% dan rujukan dari poliklinik sebesar 23,49% dengan status pembayaran terbanyak pembayaran umum sebesar 98,79%. Jenis pemeriksaan sebagian besar adalah tes MMPI (59,29%).

Untuk pelayanan poli MSC, jumlah kunjungan tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. Dari 917 kunjungan tahun 2013 menjadi 886 kunjungan tahun 2014 atau menurun 3,38%. Pemeriksaan terbanyak sama dengan tahun 2013 yakni pemeriksaan fisik dan mental (48,76%) dan test IQ (45,71%).

●Pelayanan gigi dan mulut

Berdasarkan laporan dari poliklinik gigi dan mulut, jumlah kunjungan tahun 2014 adalah 300 kunjungan, menurun 18,7% dibandingkan tahun 2013 dengan 369 kunjungan. Penurunan kunjungan salah satunya disebabkan oleh karena sejak bulan Juni 2014, poliklinik gigi dan mulut

(32)

tidak membuka pelayanan lagi akibat dari adanya renovasi dan perluasan gedung rawat jalan. Selain itu, masih adanya stigma negatif masyarakat tentang RSJ sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan ke poli gigi walaupun RSJ telah memiliki dental care unit yang cukup lengkap dan canggih. Untuk menghapus stigma tersebut maka perlu kepedulian berbagai pihak untuk membantu sosialisasi produk RSJ kepada masyarakat.

Untuk tahun 2014, jenis pemeriksaan terbanyak adalah pembersihan karang gigi yakni sebesar 60%, berbeda dengan pemeriksaan tahun 2013 yang terbanyak adalah perawatan saluran akar (27%). Berdasarkan diagnosa, tahun 2014 sama dengan tahun 2013 yakni gangren pulpa dan gingivitis.

Berdasarkan status pembayaran untuk rawat jalan sebagian besar adalah pasien umum dengan 253 kunjungan sedangkan rawat inap sebagian besar pembayaran dengan BPJS 27 kunjungan. Dari keseluruhan kunjungan baik rujukan rawat jalan maupun rawat inap paling banyak adalah pasien baru (81,33%).

●Pelayanan Farmasi

Tahun 2014 adalah tahun pertama pemberlakuan JKN yang menyebabkan perubahan pada status pembayaran pasien, baik yang rawat inap maupun rawat jalan. Salah satu implikasinya adalah dalam kefarmasian, sebelum pemberlakuan BPJS, penggunaan obat bagi pasien IGD masih dapat diklaim tersendiri, tetapi setelah pemberlakuan BPJS penggunaan obat di IGD tidak lagi diklaim tersendiri tetapi menjadi satu dengan status rawat pasien, apakah rawat jalan atau rawat inap. Kegiatan pelayanan Farmasi di RSJ Provinsi meliputi penyediaan obat bagi pasien rawat jalan, rawat inap dan bagi kegiatan ekternal RSJ seperti kegiatan penanggulangan bencana dan pasung bagi pasien umum dan pasien dengan jaminan. Pelayanannya berorientasi kepada pelayanan pasien,

(33)

penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Berdasarkan laporan dari instalasi farmasi, sebagian besar obat di RSJ provinsi dipergunakan untuk pasien BPJS baik dari rawat jalan maupun rawat inap. Jenis obat yang disediakan terdiri dari obat generik dan obat non generik. Untuk obat generik sebanyak 125 item atau 56% dan obat non generik 100 item atau 46%. Semua resep yang masuk ke unit farmasi terlayani (100%).

Obat-obatan yang dipergunakan adalah obat anti psikotik 42 jenis tahun 2014 lebih banyak daripada 2013 dengan 38 jenis, anti depresi 16 jenis tahun 2014 dan 10 jenis tahun 2013, anti mania 2 jenis tahun 2014 dan 4 jenis di tahun 2013, anti epilepsi/konkulsi 10 jenis tahun 2014 dan 8 jenis di tahun 2013, anti anxietas 22 jenis tahun 2014 dan 23 jenis di tahun 2013, anti parkinson 7 jenis tahun 2014 dan 7 jenis di tahun 2013, neurotropik 4 jenis tahun 2014 dan 5 jenis di tahun 2013, anti ADHD 1 jenis tahun 2014 dan 1 jenis di tahun 2013. Selain obat jiwa, farmasi juga menyediakan obat umum sebanyak 104 jenis tahun 2014 dan 104 jenis tahun 2013 serta BAHKP 15 jenis tahun 2014 dan 24 jenis di tahun 2013. Golongan obat demensia yang pertama kali diadakan tahun 2013 sebanyak 1 jenis menjadi 2 jenis di tahun 2014. Secara umum penggunaan jenis obat di tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013, yang disebakan oleh adanya perubahan kebijakan penggunaan obat-obatan di RS.

Jumlah kunjungan di unit farmasi dihitung berdasarkan jumlah kertas resep yang dilayani. Jumlah kunjungan berdasarkan jumlah kertas resep tahun 2014 adalah 53,187 kunjungan, meningkat 6,3% dibandingkan tahun 2013 dengan 50.023 kunjungan. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan jumlah pasien. Berdasarkan jumlah resep yang ditulis oleh dokter, tahun 2014 adalah 178,513 resep, meningkat 8,26% dibanding tahun 2013 dengan 164,884 resep. Seperti pada tahun 2013,

(34)

sebagian besar resep yang dilayani adalah resep rawat inap yakni 105,882 resep (59,31%) tahun 2014 dan 108,799 resep (65,98%) tahun 2013.

Ketenagaan dan ruang pelayanan yang sudah tidak sesuai dengan volume dan beban kerja terutama karena peningkatan jumlah pasien adalah kendala yang dihadapi unit farmasi.

●Pelayanan Radiologi

Tahun 2014, pelayanan radiologi mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013. Jumlah pemeriksaan tahun 2013 adalah 399 pemeriksaan, sedangkan tahun 2014 adalah 221 pemeriksaan, menurun 44,61% dibandingkan tahun 2013. Seperti pada pelayanan gigi dan mulut, penurunan pemeriksaan disebabkan oleh pelayanan radiologi juga sejak Juni 2014 dihentikan sementara karena adanya renovasi gedung poliklinik/rawat jalan.

Berdasarkan jenis pemeriksaan, terbanyak adalah pemeriksaan thorax (91,40%) dan paling sedikit pemeriksaan Kontras Foto (0,45%). Dalam melakukan pemeriksaan masih ada kendala yaitu belum adanya dokter spesialis radiologi. Untuk mengatasi kendala tersebut RSJ Provinsi telah mengirim 1 orang dokter umum untuk mengikuti pendidikan spesialis radiologi dan melakukan kerjasama dalam bentuk kontrak radiolog.

●Pelayanan Laboratorium

Jumlah pemeriksaan di Laboratorium tahun 2014 adalah 13,845 pemeriksaan, mengalami peningkatan sebesar 31,09% dibandingkan tahun 2013 dengan 10,561 kunjungan. Seperti pada tahun 201,3 peningkatan yang signifikan disebabkan oleh adanya kerjasama dengan pihak luar seperti tes CPNS dan pelamar kerja lainnya untuk pemeriksaan bebas Narkoba.

(35)

Kunjungan ke unit pelayanan laboratorium RSJ Provinsi untuk tahun 2014 terbanyak berasal dari poliklinik (84,21%). Selain dari poliklinik, kunjungan juga berasal dari IGD (0,96%), Intensif (9,15%) dan rawat inap (5,68%). Sedangkan jenis pemeriksaan terbanyak adalah pemeriksaan narkoba (78,12%).

Berdasarkan status pembayaran, terbanyak adalah Jamkesmas (84,83%) dan sisanya adalah pasien umum (15,17%). Pelayanan di unit laboratorim masih ada kendala seperti mikroskop dan alat pemeriksaan kimia klinik masih kurang dan fungsi ruang yang sudah tidak sesuai dengan volume pelayanan.

10. Standarisasi pelayanan melalui akreditasi

Sejak tahun 2012, RSJ Provinsi telah melakukan persiapakan standarisasi pelayanan berdasarkan standar akreditasi terbaru yakni standar Joint Commition versi 2012 dan pada tahun 2013 RSJ Provinsi mengadakan bimbingan teknis.

Untuk tahun 2014 RSJ Provinsi menargetkan diadakannya evaluasi simulasi dan evaluasi penilaian. Akan tetapi kedua evaluasi tersebut tidak dapat dilaksanakan karena adanya pembangunan, renovasi dan perluasan gedung pelayanan.

(36)

B. EVALUASI INDIKATOR PROGRAM KEGIATAN BERDASARKAN REALISASI ANGGARAN DAN PENDAPATAN

1. Pencapaian Kinerja Berdasarkan Realisasi Anggaran

Sumber pembiayaan kegiatan RSJ Provinsi tahun 2014 berasal dari pendapatan fungsional BLUD dan APBD subsidi termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangkan dana Tugas Pembantuan (TP) untuk tahun 2014 tidak diperoleh.

Alokasi anggaran RSJ Provinsi secara total dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan, tetapi apabila dicermati, belanja yang konsisten meningkat adalah Belanja Tidak Langsung (BTL), sedangkan Belanja Langsung (BL) cenderung fluktuatif. Berikut gambaran pembiayaan RSJ Provinsi berdasarkan sumbernya:

Tabel 2.15.

Sumber Pembiayaan/Anggaran RSJ Provinsi Tahun 2012-2014 TAHUN APBD APBN (TP) JUMLAH Belanja Tidak

Langsung Belanja Langsung

2012 12.066.990.200 12.448.905.000 0 24.515.895.200

2013 13.113.218.700 10.879.715.000 1.000.000.000 24.992.933.700

2014 14.001.313.000 21.379.715.000 0 35.381.028.000

Sumber : Bagian keuangan dan Perencanaan RSJ Provinsi 2014

Peningkatan belanja tidak langsung pada tabel di atas disebabkan oleh bertambahnya jumlah pegawai karena mutasi, kenaikan gaji dan tunjangan. Sedangkan penurunan belanja langsung disebabkan oleh penurunan alokasi subsidi dari Pemerintah Daerah dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Berikut gambaran realisasi anggaran RSJ Provinsi tahun 2014 :

(37)

Tabel 2.16.

Realisasi Anggaran APBD RSJ Provinsi Tahun 2014

NO URAIAN ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN REALISASI SISA ANGGARAN %

A BELANJA TIDAK LANGSUNG

14.001.313.000 13.206.277.633 795.035.367 94,32 A Gaji dan tunjangan

10.637.453.000 9.890.602.073 746.850.927 92,96 B Tambahan penghasilan PNS 3.363.860.000 3.315.675.560 48.184.440 98,57 B BELANJA LANGSUNG 21.379.715.000 20.236.216.501 1.143.498.499 94,65 1 Program Pelayanan Administrasi

36.100.000 36.100.000 0 100,00 Perkantoran

a Penyediaan jasa komunikasi 14.000.000

14.000.000 0

100,00 b Penyediaan jasa administrasi

22.100.000

22.100.000 0

100,00 dan teknis perkantoran 2 Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Aparatur

12.664.883.000 12.174.375.000 490.508.9000 96,13 a Pembangunan Gedung kantor (Ruang

geriatri DAK)

1.372.000.000 1.180.510.500 191.489.500 86,04 b Pemeliharaan rutin/berkala gedung

kantor (poliklinik dan kantor)

11.292.883.000 10.993.864.500 229.018.500 97,35 3 Program Upaya Kesehatan Masyarakat 593.262.000 502.012.488 91.239.512 84,62 a Peningkatan Kesehatan Masyarakat 310.795.000 281.153.670 29.641.330 90,46 b Peningkatan Pelayanan dan

Penanggulangan Masalah Kesehatan

282.457.000 220.858.818 61.598.182 78,19 4 Program Standarisasi Pelayanan

Kesehatan

85.480.000 85.100.000 380.000 99,56 a Penyusunan Standar Pelayanan

Kesehatan

85.480.000 85.100.000 380.000 99,56 5 Program Peningkatan Mutu Pelayanan

Kesehatan BLUD

8.000.000.000 7.438.629.013 561.370.987 92,98

a Pelayanan dan Pendukung Pelayanan BLUD

8.000.000.000 7.438.629.013 561.370.987 92,98

TOTAL SKPD 35.381.028.000 33.442.494.134 1.938.533.866 94,52

Sumber : Bagian Keuangan RSJ Provinsi 2014

Realisasi total belanja RSJ Provinsi tahun 2014 (94,52%) lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 (91,82%). Berbeda dengan tahun 2013 yang realisasi belanja tidak langsung lebih tinggi dari belanja langsungnya, maka sebaliknya di tahun 2014, realisasi belanja tidak langsungnya (94,32%) lebih kecil dibandingkan belanja langsung (94,65%). Realisasi anggaran RSJ Provinsi tergolong baik karena hampir

(38)

semua kegiatan dapat dilaksanakan. Berikut gambaran pencapaian indikator dan target Renja 2014 dibandingkan realisasi :

Tabel 2.17.

Capaian Indikator dan Target Renja 2014 dibandingkan Realisasi

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR TARGET REALISASI KET

Program pelayanan administrasi perkantoran Penyediaan jasa komunikasi Jumlah kegiatan penyediaan jasa komunikasi terselenggara 1 keg 1 keg 7 bln Penyediaan jasa administrasi dan teknis perkantoran Jumlah kegiatan penyediaan jasa administrasi dan teknis perkantoran terselenggara 1 keg 1 keg 12 bln Program peningkatan sarana prasarana aparatur Pembangunan gedung kantor (ruang perawatan kelas III geriatri)

Jumlah gedung ruang perawatan dibangun

1 paket 1 paket 1 gedung

Pemeliharaan bangunan poliklinik dan perkantoran

Jumlah gedung terpelihara 1 paket 1 paket Gedung 2 lantai Program Upaya Kesehatan Masyarakat Peningkatan kesehatan masyarakat

 Visite rate (kali)

 % pasung tertangani  % gangguan jiwa tertangani  % BOR  % Napza tertangani  % HIV/AIDS 0,006 100% 100% 75% 100% 100% 0,0046 100% 100% 86,12% 100% 100% Program peningkatan dan penanggulangan masalah kesehatan Program standarisasi pelayanan Penyusunan standar pelayanan  % dokumen akreditasi tersusun berdasarkan pokja  Jumlah kegiatan evaluasi akreditasi dilaksanakan 80% 2 keg 77,72% 0 keg Kegiatan evaluasi tidak terlaksana karena renovasi gedung Program Peningkatan mutu pelayanan kesehatan BLUD Pelayanan dan pendukung BLUD  % Cost recovery  Jumlah kegiatan BLUD terlaksana 100% 54% 100% (59 item) 39,2% 83,06% (49 item)

(39)

2 Pencapaian Kinerja Berdasarkan Target Pendapatan

Penerapan PPK-BLUD pada tahun 2012 menyebabkan perubahan pada mekanisme Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kalau pada tahun sebelum penerapan PPK-BLUD pendapatan RSJ Provinsi diperoleh dari retribusi pelayanan, maka setelah menjadi BLUD berubah menjadi pendapatan BLUD (lain-lain pendapatan asli daerah yang sah). Semua pendapatan BLUD yang diperoleh tidak melalui mekanisme penyetoran tetapi langsung dikelola sendiri untuk kegiatan operasional rumah sakit. Berikut gambaran realisasi pendapatan RSJ Provinsi tahun 2014 :

Tabel 2.18.

Realisasi Pendapatan RSJ Provinsi Tahun 2014

TARGET REALISASI/

(Rp) PENERIMAAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH 8.000.000.000,00 12.268.796.251,00 153,36 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI

DAERAH YANG SAH

1 Penerimaan lain-lain - - -2 Pendapatan BLUD 8.000.000.000,00 12.268.796.251,00 153,36

NO URAIAN %

Sumber : Bagian Keuangan RSJ Provinsi NTB 2014

Realisasi pendapatan yang melampaui taget disebabkan oleh peningkatan jumlah kunjungan dan pembayaran piutang tahun 2013. Besar piutang tahun 2013 yang terbayar adalah Rp. 2,5 Milyar yang sebagian besar adalah piutang Jamkesmas dan sebagian adalah piutang Jamkesda/bansos kabupaten/kota.

C. EVALUASI INDIKATOR PELAKSANAAN PPK-BLUD

Beberapa indikator yang penting dalam penilaian pencapaian BLUD adalah pencapaian cost recovery. Indikator ini menggambarkan tingkat kemandirian RSJ Provinsi sebagai PPK-BLUD atau menggambarkan kemampuan rumah sakit dalam membiayai diri sendiri atau seberapa besar

(40)

tingkat kemandiriannya. Semakin besar cost recovery ratenya, menunjukkan bahwa semakin mandiri suatu rumah sakit.. Selain cost recovery, indikator penting lain adalah pencapaian pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Pencapaian indikator cost recovery dipengaruhi pendapatan fungsional dan besar biaya operasional. Pendapatan fungsional RSJ Provinsi diperoleh dari pelayanan yang diberikan oleh unit-unit yang berperan sebagai cost

center dan revenue center. Cost center merupakan unit yang tidak

memberikan kontribusi langsung ke pendapatan rumah sakit. Unit yang masuk kedalam cost center di RSJ Provinsi adalah unit rekam medis, bagian administrasi (urusan perlengkapan, keuangan, perencanaan dan pelaporan, kepegawaian dan unit kerjasama), bagian manajemen (direktur, kepala seksi dan kepala sub bagian tata usaha) dan instalasi gizi (jika tidak melayani konsultasi gizi).

Unit-unit yang masuk ke unit revenue center adalah unit rawat inap, rawat jalan (elektromedik, radiologi, gigi dan mulut, pendaftaran/karcis, poli jiwa, poli syaraf, psikometri), farmasi, laboratorium, IPRS, unit terapi dan rehabilitasi narkoba dan HIV/AIDS, Diklit, rehabilitasi mental dan unit keswamas (dari kegiatan mobile clinic). Gambaran pencapaian pendapatan secara rinci menurut unitnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.19.

Target dan Realisasi Pendapatan Per Unit Tahun 2014

NO. UNIT/INSTALASI TARGET

(Rp)

REALISASI

(Rp) %

(1) (2) (3) (4) (5)

I. Pendapatan Langsung Instalasi

1 Rawat Jalan 18.930.000 177.908.500

2 Rawat Inap (perawatan) 224.066.500 221.999.096

3 IGD 25.344.000 25.135.500

HCU 32.325.000 11.685.000

4 Farmasi 314.727.600 447.228.759

5 Laboratorium (rutin+narkoba) 80.260.000 469.625.000

(41)

(1) (2) (3) (4) (5)

7 Psikometri/psikologi 45.570.000 318.565.000

8 Poli Gigi dan Mulut 11.890.000 10.569.000

9 Radiologi 12.525.000 1.545.000

10 Rehabilitasi Mental 7.260.000 1.175.000

11 IPRS 190.425.000 155.460.000

JUMLAH 1 967.523.100 1.850.695.855 191,28

II. Lain-Lain Non Instalasi

1 Diklit 248.260.000 273.807.500

2 Pendapatan Lain-lain 152.400.000 194.318.291

JUMLAH 2 400.660.000 468.125.791 116,84

III. Pendapatan dengan jaminan

1 Pendapatan Jamkesmas/Askes 6.262.872.900 9.557.867.714,43 2 Pendapatan Bansos/Jamkesda 368.944.00 392.106.891,39

JUMLAH 3 6.631.816.900 9.949.974.605,82 150,03

JUMLAH 1+2+3 8.000.000.000 12.268.796.251,82 153,36 Sumber : Bagian Keuangan dan Rekam Medik RSJ Provinsi 2014

Data pendapatan di atas, dipergunakan untuk penghitungan Cost

recovery rate. Berikut gambaran cost recovery RSJ Provinsi sejak menjadi

PPK-BLUD (2012-2014) :

Tabel 2.20.

Cost Recovery RSJ Provinsi Tahun 2012-2014

TAHUN PENERIMAAN FUNGSIONAL (Rp) BIAYA OPERASIONAL (Rp) COST RECOVERY (%) 2012 6.271.217.834,00 18.108.746.369,00 34,63 2013 6.770.815.297,00 12.964.410.338,00 52,20 2014 12.268.796.251,82 31.322.759.941,00 39,16

Sumber : bagian keuangan RSJ Provinsi 2014

Untuk evaluasi pelaksanaan SPM dilakukan melalui survei yang dilaksanakan 1 kali setahun. Pencapaian yang ditetapkan untuk SPM adalah bahwa 100% SPM mencapai target atau dengan kata lain, semua parameter yang tercantum dalam SPM tercapai sesuai target. Berikut hasil evaluasi SPM RSJ provinsi tahun 2014 :

(42)

Tabel 2.21.

Pencapaian Standar Pelayanan Minimal RSJ Provinsi Tahun 2014 No. Unit yang Disurvei Jumlah

Parameter Jumlah Parameter Belum Tercapai Pencapaian (%)

1 Instalasi Gawat Darurat 8 1 87,5

2 Rawat Jalan 4 1 75 3 Rawat Inap 13 4 69,2 4 Rehabilitasi Mental 4 2 50 5 Pelayanan Psikologi 4 1 75 6 Pelayanan Laboratorium 3 1 66,6 7 Pelayanan Farmasi 3 - 100 8 Pelayanan Gizi 3 - 100

9 Pelayanan Keluarga Miskin 1 - 100

10 Rekam Medik 4 - 100 11 Pengolah Limbah 2 - 100 12 Administrasi 9 2 77,78 13 Ambulance/kereta jenazah 2 - 100 14 Pemulasaraan jenazah 1 1 0 15 IPSRS 3 1 66,67 16 Laundry 2 1 50 17 PPI 3 1 66,67 18 Pelayanan Napza,HIV/AIDS 6 2 77,7 19 Keamanan 3 1 66,67 20 Keswamas 2 - 100 21 PHCU 5 3 40 TOTAL 85 22

Sumber : Tim Survei RSJ Provinsi 2014

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 85 parameter yang tercantum dalam SPM, jumlah parameter yang tidak mencapai target adalah 22 parameter atau 24,89% dan parameter yang tercapai adalah 74,11% atau 63 parameter. Akan tetapi apabila dilihat per unit pelayanan, dari 21 unit pelayanan yang ada di SPM, hanya 7 unit (33,33%) pelayanan yang SPMnya tercapai seluruhnya, dengan kata lain sebagian besar SPM unit pelayanan belum mencapai target (66,67%).

Untuk capaian kepuasan masyarakat, berikut hasil survei yang dilaksanakan di RSJ Provinsi selama 4 (empat) tahun terakhir :

(43)

Tabel 2.22.

Hasil Survei Kepuasan Pelanggan di RSJ Provinsi 2011-2014 Tahun Unit/Instalasi Target Hasil Survei Kategori

2011

Rawat Inap >85 73,92 Baik

Rawat Jalan >80 80,5 Baik

IGD >70 72,49 Baik

Rehablitasi Mental >75 73,92 Baik

Psikologi >70 80,5 Baik

Laboratorium >70 80,5 Baik

2012

Rawat Inap >90 79,91 Baik

Rawat Jalan >82 74,71 Baik

IGD >70 74,3 Baik

Rehablitasi Mental >80 79,91 Baik

Psikologi >80 74,71 Baik

Laboratorium >80 74,71 Baik

2013

Rawat Inap >90 79.78 Baik

Rawat Jalan >85 76,39 Baik

IGD >70 74,88 Baik

Rehablitasi Mental >90 79,78 Baik

Psikologi >90 76,39 Baik

Laboratorium >80 76,39 Baik

2014

Rawat Inap >90 80,19 Baik

Rawat Jalan >90 77,08 Baik

IGD >70 81,63 Baik

Rehablitasi Mental >90 80,19 Baik

Psikologi >90 77,08 Baik

Laboratorium >80 77,08 Baik

Sumber : Tim Survei RSJ Provinsi 2014

Hasil survei di atas menunjukkan bahwa sebagian hasil survei kepuasan masyarakat belum mencapai target. Kondisi ini disebabkan oleh ketersediaan ruang pelayanan yang terbatas, menyebabkan waktu tunggu lama. Selain itu, keterbatasan ketenagaan juga menjadi salah satu faktor kepuasan masyarakat belum mencapai target. Penambahan dan perbaikan sarana prasarana dan ketenagaan terutama tenaga spesialis dan tenaga kesehatan lain perlu diupayakan oleh pihak

Gambar

Gambar 2.1. PERKEMBANGAN KUNJUNGAN RAWAT JALAN  TAHUN 2012 s.d. 2014
Gambar 2.2 . KUNJUNGAN PASIEN IGD 2012-2014
Gambar 2.3. Jumlah Kasus Napza yang Datang dan Ditangani RSJ Provinsi    Tahun 2012-2014
Gambar 2.4.  JUMLAH KLIEN KLINIK VCT 2012-2014

Referensi

Dokumen terkait

pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah

Belum digunakan SPM, Indikator Kinerja, Analisis Standar Belanja dan juga Standar Satuan Harga, dalam perencanaan anggaran belanja bantuan sosial di Kabupaten

PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia

Kisi-kisi instrumen tersebut peneliti kembangkan dengan menjabarkannya ke dalam pedoman wawancara dan pedoman observasi serta analisis dokumen atau studi

dengar, pidana paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyakA. Rp 500.000.000,00 (lima

Meskipun tidak menyatakan secara tegas dalam konstitusi ataupun UUD-nya bahwa Indonesia meghormati dan tunduk pada HI ataupun bahwa HI menjadi bagian HN. Praktik Indonesia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis Potensi wisata yang terdapat di blok Bedul, menganalisa persepsi masyarakat dan wisatawan

Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi dan melakukan penilaian potensi wisata dan obyek daya tarik wisata di desa – desa wisata Kecamatan