• Tidak ada hasil yang ditemukan

BA B 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BA B 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIA N  

3.1 Populasi, Sam pel dan Metodologi Pengam bilan Sam pel Penelitian

Populasi penelitian adalah anak disleksia di Jakarta. Karakteristik populasi adalah anak disleksia murni, tanpa komorbid dengan gangguan lain seperti diskalkulia, ADHD, disgrafia, dan sebagainya, yang sedang mengikuti program pembelajaran baik itu di sekolah khusus untuk ABK ataupun sekolah inklusi (negeri ataupun yayasan).

Sampel adalah 33 orang anak disleksia yang berasal dar i beberapa sekolah inklusi maupun khusus kesulitan belajar disleksia yang ada di Jakarta yakni dar i Sekolah Pantara ber jumlah 6 orang anak, Sekolah Dasar Negeri Kota Bambu 01 Pagi berjumlah 15 orang anak, Sekolah Dasar Negeri Sukabumi Selatan 07 Pagi berjumlah 5 orang anak dan Sekolah Dasar Negeri Jelambar 03 berjumlah 7 orang anak.

Peneliti memilih Sekolah Dasar Pantara karena Pantara adalah satu-satunya sekolah dasar yang khusus menerima anak berkesulitan belajar, teristimew a disleksia, anak disleksia di Sekolah Dasar Pantara adalah mayoritas. Peneliti memilih sekolah-sekolah negeri inklusi di atas karena dari sekian banyak sekolah yang sudah peneliti cari dan hubungi, ketiga sekolah inilah yang memiliki anak disleksia murni dan diizinkan oleh orang tuanya untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.

(2)

jenisnya adalah purposive sampling artinya teknik pengambilan sampel berdasarkan judgement/pertimbangan tertentu (Oei, 2010). Sampel dipilih dan ditentukan langsung oleh peneliti, sehingga tidak ada peluang bagi anggota populasi lain untuk menjadi sampel jika mereka berada di luar pertimbangan peneliti.

Sampel ditetapkan sesuai dengan kriteria inklusi. Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini antara lain:

a. Anak disleksia murni (tanpa komorbid)

b. Pria atau w anita (tidak ada pembedaan fluency dan pemahaman membaca disleksia berdasarkan jenis kelamin)

c. Berusia 8-10 tahun (pertimbangan penerimaan treatment yang belum begitu kompleks),

d. Jangkauan skor IQ yang tidak jauh berbeda karena berada dalam satu kategori (skala Binet) yakni 90-109 (average).

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design, yaitu desain yang bertujuan untuk mengungkapkan kemungkinan adanya pengaruh penggunaan jenis huruf dyslexie terhadap fluency membaca pada anak disleksia. Menurut Myers & Hansen (2006), Eksperimen kuasi terlihat seperti eksperimen yang sebenarnya, namun kekurangan satu atau lebih elemen penting dari eksperimen, terutama randomisasi dan manipulasi kejadian sebelumnya. Pendapat ini didukung oleh Seniati dkk (2005) yang mengatakan bahw a eksperimen kuasi tidak dilakukan randomisasi karena randomisasi sulit untuk dilakukan ataupun karena subjek sudah memiliki variabel bebas sebelumnya.

(3)

Eksperimen kuasi tetap dapat digunakan untuk melihat pengaruh dari treatment atau metode yang berbeda (Myers & Hansen, 2006). Eksperimen kuasi dapat digunakan jika peneliti ingin membandingkan kelompok orang yang ada pada natural setting (Shadish, Cook, & Campbell, 2001).

Persamaan penelitian eksperimen kuasi dengan penelitian eksperimen adalah: (1) meneliti hubungan sebab-akibat, (2) bersifat prospektif artinya menciptakan sesuatu (dalam hal ini variabel terikat) agar terjadi di masa mendatang dan (3) adanya atau dimungkinkannya kelompok kontrol pada kedua penelitian (Seniati dkk, 2005)

Eksperimen kuasi dilakukan peneliti karena peneliti tidak dapat mengontrol kondisi sebelumnya yang ada pada responden dan tidak melakukan randomisasi, dikarenakan jumlah sampel yang sedikit. Peneliti menggunakan within-subject design, pre-test-posttest design di mana menggunakan kelompok yang sama dengan perlakuan yang berbeda, yakni diberikan dua buah bacaan dengan jenis huruf yang berbeda. Tujuan dari desain ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh perlakuan, intervensi, atau kejadian dengan cara membandingkan observasi yang dilakukan sebelum perlakuan dengan observasi yang dilakukan setelah per lakuan (Gravetter & Forzano, 2012). Desain ini membantu peneliti dalam membandingkan skor fluency antara sebelum dan sesudah menggunakan jenis huruf dyslexie. Keuntungan dari desain penelitian ini adalah peneliti dapat mendapat kesempatan untuk mendeteksi pengaruh dar i independent variable dan dapat mengontrol extraneous subject misalnya individual differences (Myers & Hansen, 2006). Dari segi statistikal, memberikan kesempatan untuk mendeteksi pengaruh dari variabel dari subjek dengan perlakuan yang berbeda.

(4)

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah fluency sebagai dependent variable dan huruf dyslexie sebagai independent variable. Fluency dalam penelitian ini dioperasionalisasikan sebagai skor dari tes membaca, yakni seberapa banyak jaw aban yang benar dalam menjaw ab soal dari bacaan yang bersifat informatif. Fluency dapat dievaluasi ketika anak berhasil membaca bacaan dengan cepat, mencari jaw aban yang benar dari soal pada bacaan.

Huruf dyslexie adalah jenis huruf yang ditemukan dan dirancang oleh Christian Boer, seorang desain grafis dan penyandang disleksia. Karakter huruf dyslexie berbeda dengan karakter huruf yang lain, huruf ini memiliki keunikan yakni, fokus huruf ini pada bagian baw ah, sehingga huruf tidak akan terlihat “jungkir balik”, fokus dari semua huruf akan berada pada bagian baw ah dari huruf dan terlihat satu dasar yang berat/tebal, memiliki jarak yang luas/lebar di bagian yang terbuka dar i huruf sehingga huruf yang terlihat sepertinya sama satu sama lain akan terlihat lebih jelas perbedaannya, beberapa dari huruf menjadi miring, sehingga satu sama lain tidak terlalu terlihat sama, seperti huruf “i” dan “j”, huruf yang memiliki karakter hampir sama akan diganti bentuknya dengan membuat ekor atau bagian yang lebih lonjong ke atas atau ke baw ah sehingga huruf tidak begitu mudah terbalik, dibuat garis/batang untuk beberapa huruf menjadi lebih panjang sehingga huruf tidak mudah berubah, membuat huruf kapital dan tanda baca menjadi lebih tebal (bold), membuat huruf lebih tinggi bukan lebih lebar, dan huruf dan kata memiliki banyak spasi/ruang.

(5)

3.4 Setting Lokasi

Lokasi penelitian berada pada ruangan yang tenang dan nyaman di masing-masing sekolah. Peneliti melaksanakan penelitian di empat sekolah, yaitu:

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

No Nam a Sekolah Alam at Lokasi Penelitian 1 Sekolah Dasar

Pantara

Jalan Tebet Barat Dalam VI Jakarta Selatan

Ruang Ps ikologi

2 SDN Sukabumi

Selatan 07 Pagi

Jalan Raya Pos Pengumben Rt. 002/08 Kelurahan

Sukabumi Selatan Kecamatan Kebun Jeruk Kota Administrasi Jakarta Barat

Ruangan Laboratorium IPA dan Ruang UKS.

3 SDN Kota Bambu 01 Pagi

Jalan Komplek PJKA Pondok Bandung RT 02/01 Kelurahan Kota Bambu Kecamatan Palmerah Kotamadya Jakarta Barat

Ruangan pertemuan Kepala Sekolah

4 SDN Jelambar 03 Pagi

Jalan Empang Bahagia Kecamatan Grogol Petamburan Kota

Administrasi Jakarta Barat

(6)

3.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran

Instrumen yang digunakan adalah bacaan. Ada dua jenis bacaan, yang pertama adalah bacaan dengan huruf normal (Arial) sebagai pre-test dan bacaan yang kedua dengan huruf dyslexie. Isi bacaan berbeda namun dengan tingkat kesulitan yang sama karena berasal dari buku Bahasa Indonesia kelas dua (diambil nilai tengah sesuai usia dan kelas). Bacaan juga diujikan kepada anak disleksia dan non-disleksia untuk mengetahui tingkat kesulitan dan standar w aktu mengerjakan yang digunakan sebagai standar pengukuran.

3.6 Prosedur

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap, peneliti membaginya menjadi tiga bagian, yaitu pra-penelitian, penelitian dan pasca-penelitian. Pra-penelitian terdiri dari beberapa tahap, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:

a. Memilih ide atau topik penelitian

Penentuan ide atau topik adalah hal yang paling penting karena menentukan keseluruhan penelitian yang akan dilaksanakan (Seniati dkk, 2005). Topik yang dipilih oleh peneliti berasal dari penelitian sebelumnya yang kemudian ingin diteliti kembali oleh peneliti dengan konstruk atau variabel yang berbeda. Setelah peneliti menentukan topik, peneliti mencari literatur yang berkaitan dengan topik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan dasar ilmiah bagi topik penelitian yang telah dipilih (Seniati dkk, 2005). Literatur yang diperoleh peneliti berasal dari jurnal daring (dalam jaringan), buku-buku kuliah di perpustakaan, dan skripsi. Dari literatur ini, peneliti mendapatkan teori yang relevan dengan topik yang akan diteliti.

(7)

b. Merumuskan masalah penelitian dan hipotesis penelitian

Masalah penelitian merupakan kalimat pertanyaan yang menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel (Seniati dkk, 2005). Dalam membuat masalah penelitian yang baik, ada tiga syarat yang harus dipenuhi dari Ker linger dan Lee yang sudah diusahakan oleh peneliti untuk dilakukan (dalam Seniati dkk, 2005) yakni:

• Menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Ada dua variabel pada penelitian ini yaitu jenis huruf dyslexie (variabel 1) dan fluency dalam membaca (variabel 2).

• Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak ambigu. Kalimat pertanyaan ditandai dengan kata tanya (apakah) dan tanda Tanya(?). Kalimat pertanyaan dalam penelitian ini mempertanyakan pengaruh penggunaan jenis huruf dyslexie dalam bacaan terhadap fluency dalam membaca.

• Memungkinkan dilakukan pengukuran secara empiris, artinya kedua variabel memungkinkan untuk dilakukan pengukuran atau dioperasionalisasikan dengan memberi definisi operasional. Dalam penelitian ini, jenis huruf dyslexie adalah bahan bacaan dengan jenis huruf dyslexie berukuran 10 yang disesuaikan dengan kemampuan membaca dan usia sekolah dari responden. Fluency dalam membaca didefinisikan sebagai skor yang diperoleh dar i hasil tes baca dan nilai rata-rata dari w aktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes baca.

(8)

Masalah penelitian harus terjaw ab, untuk itu perlu disusun hipotesis peneletian. Hipotesis merupakan pernyataan mengenai dugaan hubungan antara dua atau lebih variabel (Kerlinger & Lee dalam Seniati dkk, 2005). Dalam penelitian ini, hipotesis menyatakan hubungan sebab akibat, yaitu pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

c. Menentukan variabel penelitian

Setelah menyusun masalah dan hipotesis penelitian, peneliti menentukan variabel yang terlibat dalam penelitian. Variabel merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen dalam Seniati dkk, 2005). Peneliti menentukan variabel bebas adalah jenis huruf dyslexie dan variabel terikat adalah fluency dalam membaca. Variabel bebas merupakan variabel yang diduga berpengaruh terhadap variabel lain, untuk mengetahui pengaruhnya maka dilakukan manipulasi dalam penelitian ini, yakni manipulasi kondisi di mana responden diberikan kondisi yang berbeda untuk menciptakan variasi. Cara ini memiliki keunggulan karena lebih realistis dan memiliki efek yang lebih besar pada responden ( Seniati dkk, 2005).

d. Menentukan desain penelitian

Setelah menentukan variabel penelitian, peneliti menentukan desain penelitian. Seperti yang sudah dijelaskan di paragraf sebelumnya pada bab ini bahw a penelitian ini menggunakan quasi experimental design dan within subject design.

e. Merencanakan penelitian.

Perencanaan penelitian di antaranya adalah menentukan subjek, membuat instrumen untuk mengukur variabel terikat, membuat instrumen yang reliable dengan pilot study/experiment. Pilot experiment merupakan eksperimen mini dengan

(9)

menggunakan subjek yang lebih sedikit sebagai pretest terhadap variabel bebas sebelum dilakukan eksperimen kuasi ini ( Myers dalam Borries, 2011). Pilot experiment dilakukan tanggal 23 November 2011 pada 2 orang anak disleksia di Sekolah Talenta, karakteristik anak-anak pada pilot experiment sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dar i pilot experiment untuk memastikan hipotesis yang sudah dibuat oleh peneliti yakni apakah ada perbedaan dalam membaca bacaan yang menggunakan huruf normal (Arial) dengan huruf dyslexie.

Melalui pilot experiment peneliti dapat menentukan w aktu standar yang digunakan sebagai patokan untuk penelitian yang sebenarnya dan menguji tingkat kesulitan bacaan dan soal yang sudah dibuat oleh peneliti. Selanjutnya peneliti mengontrol variabel sekunder atau extraneous variable dengan teknik kontrol balancing, artinya kondisi setiap ruangan yang dipakai seimbang meskipun dilaksanakan di tempat dan ruangan yang berbeda. Faktor kebisingan, posisi duduk, pencahayaan, dan instruksi yang diberikan adalah sama dan seimbang.

Tahap selanjutnya adalah persiapan pelaksanaan penelitian, prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Mencari sekolah atau tempat terapi yang menangani anak disleksia.

b. Membuat kesepakatan w aktu pelaksanaan penelitian dan informed consent dengan pihak sekolah dan orang tua anak sebagai responden.

c. Melaksanakan penelitian dengan memberikan dua bacaan yang berbeda, namun memiliki kesamaan dalam jumlah kata. Jumlah kata dibatasi sesuai jumlah kata yang mampu dibaca dengan pemahaman oleh anak disleksia

(10)

juga setara karena soal berasal dari buku pelajaran yang berada dala m indikator pemahaman yang sama. Bacaan pertama berjudul “peristiw a pada hari anak” dilengkapi dengan soal berjumlah enam nomor, menggunakan huruf Arial 10, di kertas A4 dan tulisannya berw arna hitam. Ada satu gambar di kanan atas, gambar ini sesuai dengan tema bacaan yaitu gambar Anto yang sedang menyanyi di atas panggung. Gambar ini diberikan dengan maksud member ikan latar belakang cerita sehingga anak tertarik dan termotivasi untuk membaca cerita (sesuai dengan teknik yang dianjurkan dalam literatur yaitu dalam Lerner, 2000).

Bacaan kedua berjudul “ari ingin jadi pilot” dilengkapi dengan soal berjumlah enam nomor, menggunakan huruf dyslexie 10, di kertas A4 dan tulisannya berw arna hitam. Ada satu gambar di kanan atas. Gambarnya adalah gambar Ari yang sedang bermain pesaw at.

Penelitian dilakukan pada w aktu yang sama di setiap sekolah yakni sebelum w aktu istrahat pertama (pukul 08.00-09.00). Pertama-tama, peneliti meminta anak-anak untuk duduk di tempatnya dengan tenang, peneliti memperkenalkan nama, asal, dan tujuan mengumpulkan mereka. Peneliti mengatakan bahw a pemberian teks bacaan dan soal bukanlah ujian jadi anak-anak diharapkan menger jakannya dengan tenang, selanjutnya peneliti menceritakan sedikit latar belakang cerita dari bacaan dengan tujuan memberikan sedikit gambaran tentang bacaan atau w acana (sesuai dengan teknik yang dianjurkan dalam literatur yaitu dalam Lerner, 2000).

(11)

Berikut ini skema yang menggambarkan proses persiapan dan pelaksanaan penelitian baik pre-test maupun post-test:

Gambar 3.1

Skema Proses Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Pre-test dan Post-test

Peneliti melakukan observasi yaitu mendengarkan anak-anak saat mereka membaca sehingga peneliti mengetahui huruf mana yang keliru dibaca oleh anak-anak. Setelah anak-anak selesai membaca dan mengerjakan soal, peneliti melakukan w aw ancara singkat kepada masing- masing anak, pertanyaannya adalah bacaan yang manakah yang paling nyaman dan gampang dibaca hurufnya dan apakah alasannya. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti sudah mengontrol kondisi ruangan secara fisik yaitu extraneous variable yang akan mempengaruhi validitas internal penelitian.

Tahap selanjutnya adalah pasca penelitian, prosesnya adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis hasil penelitian

Peneliti terlebih dahulu memastikan apakah data sampel berasal dar i populasi yang berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, lalu menguji hipotesis dengan uji paired-T Test. Uji paired

T-Persiapan perlengkap an penelitian Mengatur setting tempat penelitian Briefing kepada pihak y ang membantu test Perkenalan menjelaskan tujuan, latar belakang cerita (secara singkat) pada partisipan Memberi instruksi pengerjaan soal,beri aba-aba mulai,observ asi

(12)

Test adalah salah satu metode pengujian hipotesis di mana responden atau subjek penelitian diberikan dua buah perlakukan yang berbeda (Kurniaw an, 2008).

Sesuai dengan desain penelitian ini, setiap responden mendapat dua perlakuan, yang pertama pember ian bacaan dengan huruf Arial dan yang kedua pemberian bacaan dengan huruf dyslexie. Dengan ini, pengaruh penggunaan jenis huruf dyslexie dapat diketahui dengan cara membandingkan skor sebelum menggunakan huruf dyslexie dan sesudah menggunakannya.

b. Membuat kesimpulan penelitian dari interpretasi statistik.

Tahap ini, peneliti mulai menyimpulkan hasil penelitian dari interpretas i statistik secara lengkap, bagaimana statistik menjaw ab masalah penelitian.

 

Gambar

Tabel 3.1  Lokasi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data secara deskriptif ditemukan bahwa persentase skor hasil tes kemampuan awal siswa berada pada kategori sangat rendah yaitu

Kegiatan langsung berupa Pre dan Post Test, Sosialisasi Pak Camat, Demonstrasi Permainan Pak Camat, Training of Trainer, Kunjungan ke Departemen Ilmu Keluarga dan

Guru memberi penjelasan pada pertemuan berikutnya, tiap kelompok wajib mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberi tanggapan atas presentasi yang disajikan..

Berdasarkan hasil analisis, telah dibuktikan bahwa novel Статский Советник /Statskij Sovetnik/ Penasihat Negara karya Boris Akunin termasuk ke dalam jenis

Berdasarkan hasil analisis data penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup brand minded dengan kecenderungan perilaku konsumtif pada

Pewangi Laundry Rejang Lebong Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI TARGET MARKET PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Suatu perdamaian harus ada timbal balik dalam pengorbanan pada diri pihak-pihak yang berperkara maka tiada perdamaian apabila salah satu pihak dalam suatu

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan dengan biaya tetap dan biaya variabel perusahaan, pendapatan penjualan serta anggaran dan realisasi laba