TESIS
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
oleh
Rohmat Widiyanto 1201696
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
(Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VC SDN 34 Soka Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh: Rohmat Widiyanto 1201696
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kerumitan dan kesukaran menulis siswa dalam menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif. Secara umum, kemampuan awal menulis siswa memiliki kualitas yang rendah, baik dari aspek isi dan relevansi isi gagasan yang dilaporkan, organisasi isi laporan, ketetapan analisis dan penyimpulan dari hasil pengindraan terhadap objek, gaya dan ketetapan ejaan dan tanda baca. Sementara itu dari aspek kemampuan berpikir kreatif, siswa juga masih kesusahan ketika menuangkan gagasan, ketika dilihat dari aspek kelancaran gagasan yang ditulis, aspek keluwesan dalam pengembangan tulisan, aspek elaborasi yang menjelaskan kerincian, serta aspek kebaruan gagasan yang dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keefektifan pendekatan saintifik dalam menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan desain non-equivalent control group
design, dengan menggunakan dua kelompok. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan
(treatment) dengan pendekatan saintifik, dan kelompok berikutnya sebagai kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional.
Berbeda dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional yang cenderung tidak mengalami kemajuan yang signifikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pascaperlakuan dengan pendekatan saintifik, kemampuan siswa kelas eksperimen dalam menulis laporan pengamatan dan berpikir kreatif meningkat secara signifikan. Dari hasil deskripsi statistik pada kelas eksperimen, nilai rata-rata kemampuan menulis saat prates 66,57 pascaperlakuan menjadi 84,83, nilai rata-rata meningkat 18,26 (27,43%). Selanjutnya nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif prates 6,55 pascaperlakuan menjadi 8,13, nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif meningkat 1,56 (23,75%). Hasil ini mengindikasikan bahwa pendekatan saintifik efektif digunakan untuk peningkatan keterampilan menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif.
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11
A. Pendekatan Saintifik ... 12
B. Proses Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 15
C. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 18
D. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 19
E. Hakikat menulis ... 21
F. Menulis Laporan Teks Pengamatan ... 24
G. Aspek Penilaian Menulis Teks Laporan Pengamatan ... 25
H. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 29
I. Asumsi Dasar ... 37
J. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Metode dan Desain penelitian ... 38
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Prosedur Penelitian ... 54
G. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 61
B. Deskripsi Hasil Karya Siswa ... 74
C. Uji Persyaratan Data ... 105
D. Uji Hipotesis ... 113
E. Pembahasan ... 123
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 132
A. Simpulan ... 132
B. Saran ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... 134
Halaman
Tabel 2.1 Struktur Pendekatan Ilmiah Menurut Shcwab... 12 Tabel 2.2 Komponen Pendekatan Saintifik dan Indikator dalam
Pembelajaran... 16 Tabel 2.3 Rubrik Penilaian Menulis Teks Laporan Pengamatan... 28 Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan Objek dalam Berpikir
Kreatif... 31 Tabel 2.5 Persamaan dan Perbedaan Objek Berpikir Kreatif... 31 Tabel 2.6 Tabel Aspek-Aspek Berpikir Kreatif ... 34 Tabel 2.7 Aspek Penilaian Berpikir Kreatif dalam Menulis Teks
Laporan Pengamatan... 36 Tabel 3.1 Pengembangan Rubrik Penilaian Menulis Teks Laporan
Pengamatan... 43 Tabel 3.2 Tabel Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif
dalam Menulis... 48 Tabel 4.1 Nilai Prates dan Pascates Kemampuan Menulis Teks
Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 62 Tabel 4.2 Hasil Uji Gain Kemampuan Menulis Teks Laporan
Pengamatan Kelas Eksperimen... 63 Tabel 4.3 Hasil Uji Gain Kemampuan Menulis Teks Laporan
Pengamatan Kelas Kontrol... 65 Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Rata-Rata Prates Kemampuan
Menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol... 66 Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Rata-rata Pascates Kemampuan
Menulis Teks Laporan Pengamatan Antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol... 67 Tabel 4.6 Nilai Prates dan Pascates Kemampuan Berpikir Kreatif
dalam Menulis Teks laporan Pengamatan Kelas
Eksperimen dan Kontrol... 68 Tabel 4.7 Hasil Analisis Gain Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas
Eksperimen... 69 Tabel 4.8 Hasil Analisis Gain Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
Menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas
Eksperimen... 71 Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Rata-rata Prates Kemampuan
Tabel 4.10 Perbandingan Nilai Rata-rata Pascates Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 73 Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prates dan
Pascates Kemampuan Menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 107 Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prates dan
Pascates Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol... 109 Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Prates dan
Pascates Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 111 Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Prates dan
Pascates Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol... 113 Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Uji t & t’ Data Prates dan Pascates
Menulis Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol... 116 Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji t Data Prates dan Pascates
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol... 117 Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji t & t’ Data Prates dan Pascates
Kelas Eksperimen... 118 Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji t & t’ Data Prates dan Pascates
Kelas Kontrol... 119 Tabel 4.19 Peningkatan Gain Nilai Prates dan Pascates Kemampuan
Menulis Teks Laporan Pengamatan di Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol... 120 Tabel 4.20 Peningkatan Gain Nilai Prates dan Pascates Kemampuan
Berpikir Kreatif Menulis Teks Laporan Pengamatan di
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Cakupan Pendekatan Saintifik... 14 Gambar 3.1 Variabel Penelitian... 39 Gambar 3.2 Desin Penelitian Nonequivalent Groups
Pretest-Postest... 39 Gambar 3.3 Alur Penelitian Pendekatan Saintifik dan Pembelajaran
Konvensional... 40 Gambar 3.4 Alur Pengolahan Data (Uji Statistik)... 60 Gambar 4.1 Nilai Prates dan Pascates Kemampuan Menulis Laporan
Pengamatan Kelas Eksperimen... 63 Gambar 4.2 Nilai Prates dan Pascates Kemampuan Menulis Laporan
Pengamatan Kelas Kontrol... 64 Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Prates
Kemampuan Menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 66 Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Pascates
Kemampuan Menulis Teks Laporan Pengamatan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 67 Gambar 4.5 Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Prates dan
Pascates Kelas Eksperimen... 69 Gambar 4.6 Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kreatif Prates dan
Pascates Kelas Kontrol... 70 Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Prates
Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 72 Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Prates
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Hasil Uji Persyaratan Data... 138 Lampiran B Lembar Soal dan Rubrik Penilaiaan... 163 Lampiran C Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Surat
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari- hari karena
bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan
bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan yang
pasti terjadi sewaktu-waktu. Komunikasi dapat berbentuk lisan dan tulisan. Kedua
bentuk komunikasi tersebut sangat erat berhubungan karena sifat penggunaannya
yang saling berkaitan dalam bahasa. Berbicara dan menulis merupakan hal yang
sangat penting karena dengan berbicara dan menulis orang bisa berkomunikasi
langsung maupun tidak langsung dengan orang lain dan menyampaikan ide serta
gagasannya kepada orang lain. Oleh kare na itu, pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan mengembangkan
keterampilan berbahasa, termasuk berbicara dan menulis.
Aspek keterampilan dalam pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek
yaitu, dua keterampilan reseptif dan dua keterampilan produktif. Aspek
keterampilan reseptif yaitu mendengarkan dan membaca sedangkan keterampilan
produktif yaitu berbicara dan menulis. Pendapat tersebut diperkuat sesuai dengan
yang dikemukakan menurut Tarigan (2001: 1) yang menyatakan bahwa
keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah me ncakup empat aspek
keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan
membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan di atas merupakan
satu kesatuan yang erat hubungannya satu sama lain. Bahasa seseorang
mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang kemudian dicakup dalam
Kurikulum 2013 (Depdiknas, 2013: UU 81a) dijelaskan bahwa tujuan mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlak u, baik lisan maupun tulisan.
2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Secara umum tidak dapat dipungkiri tampaknya keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang paling rumit dan susah sehingga kemampuan yang
dimiliki siswa memang masih rendah dan masih belum optimal sesuai dengan
harapan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia. Banyak hal
yang menjadi penyebab kurangnya minat siswa dan rendahnya kemampuan siswa
pada kegiatan menulis, selain alasan keterampilan menulis yang rumit dan susah
sesuai yang telah di kemukakan di atas, penyebab lainnya adalah metode yang
digunakan oleh guru merupakan pendekatan dan metode pembelajaran yang
kurang menarik minat siswa untuk belajar. Siswa kurang berperan secara optimal
sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Selain itu kurang optimalnya
penggunaan media dan alat yang tepat dalam proses belajar mengajar
menyebabkan siswa cenderung merasa bosan saat proses belajar berlangsung.
Masalah- masalah kerumitan dan kesukaran dalam menulis yang dikemukakan
secara umum di atas didukung oleh pendapat Byrne dalam Haryadi (1997: 77)
yang menyatakan bahwa menulis pada hakikatnya bukan sekadar menuangkan
simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, kemudian kata-kata tersusun
menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi menulis adalah
menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang
dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat
dikomunikasikan kepada pembaca.
Pendapat pakar selanjutnya yang mendukung tentang asumsi kerumitan
(1992: 104) yang menyatakan bahwa menulis bukanlah kemampuan yang
diwariskan secara turun-temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar mengajar
dan ketekunan berlatih. Oleh karena itu, kemampuan menulis seseorang perlu
dilatih sejak dini.
Masalah- masalah tentang kerumitan dan kesukaran dalam menulis di atas
tampaknya semakin berat lagi karena ditambah dengan tuntutan kompetensi
pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar (K.D) 8.1 menulis laporan
pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal,
perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan di kelas lima. Dalam
kompetensi dasar tersebut siswa dituntut untuk bisa terampil dalam menulis yang
difokuskan dalam menulis suatu teks laporan pengamatan, padahal jika dilihat dari
masalah kesukaran dan kerumitan dalam menulis yang dikemukakan di atas
kemampuan siswa belum sesuai dengan harapan.
Berdasarkan masalah menulis secara umum yang telah dikemukakan di atas,
maka peneliti mengambil fokus penelitian tentang menulis teks laporan
pengamatan dalam kompetensi dasar 8.1. Menulis teks laporan pengamatan sangat
erat kaitannya jika dibuat berbentuk paragraf ekspositoris karena dalam paragraf
tersebut menjelaskan secara detail atau memberikan informasi secara jelas
mengenai suatu pengamatan, waktu, tempat, serta pengembangannya, solusi
terhadap suatu masalah, oleh sebab itu menulis teks laporan pengamatan kelas
lima kompetensi dasar (K.D) 8.1 seharusnya dikembangkan dalam bentuk
paragraf ekspositoris. Pendapat tersebut diperkuat oleh makna kata eksposisi
secara harfiah berasal dari bahasa latin exsposition yang berarti memberitahukan,
memaparkan, dan menguraikan. Menurut Keraf (1980: 6) yang menyatakan
bahwa teks laporan ialah teks yang menjelaskan sesuatu fakta atau pemaparan
yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran yang
dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Selanjutnya jika kita mengkaji kegiatan menulis, kegiatan tersebut bukan saja
merupakan suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk simbol
(tulisan) secara terstruktur dan sistematis, tetapi dalam proses menulis seseorang
gagasan. Apakah ide atau gagasan itu dituangkan dalam tulisan oleh seseorang
secara lancar, secara detail, secara rinci atau bahkan secara unik sesuai dengan
gaya penulisnya atau malah sebaliknya. Jika tulisan yang dibuat oleh seseorang
dikembangkan secara lancar, detail, rinci dan unik maka itulah sebenarnya bahwa
siswa atau seseorang tersebut telah mampu berpikir secara kreatif. Pendapat yang
dikemukakan oleh peneliti ini didukung oleh pendapat Torrance dalam Ayan
(2002: 31) yang menyatakan bahwa ada empat kemampuan kreatif utama yang
berkaitan dengan berpikir kreatif yaitu kemampuan yang terungkap dalam
orisinalitasnya, keluwesan, kelancaran, dan elaborasi.
Kemampuan berpikir kreatif dalam menulis sebenarnya dimiliki oleh setiap
individu bahkan di tingkat sekolah dasar termasuk di Indonesia. Pendapat
mengenai kemampuan berpikir kreatif juga dimiliki anak usia sekolah dasar 6
sampai 11 tahun didukung oleh buku “Learn to Think” (Langrehr, 2008: 11,17)
tentang kemampuan berpikir kreatif anak usia awal usia 6 sampai 11 tahun,
penelitian di Australia dan Amerika tahun 2001.
Selanjutnya, dalam sebuah penelitian menyimpulkan tingkat kreativitas
anak-anak Indonesia berada pada peringkat yang rendah. Hal tersebut diungkapkan oleh
Hans Jallen dalam Supriadi (1994: 85) yang menyatakan bahwa tingkat kreativitas
anak-anak Indonesia adalah terendah di antara anak-anak usianya dari 8 negara
lainnya berturut-turut dari yang tertinggi sampai yang terendah rata-rata skor
tesnya adalah Filipina, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun,
Zulu, dan terakhir Indonesia. Salah satu hal yang menjadi penyebab rendahnya
kreativitas anak-anak Indonesia adalah lingkungan yang kurang menunjang untuk
mengekspresikan kreativitasnya khususnya di lingkungan keluarga dan sekolah.
Dari hasil penelitian itulah, peneliti tertarik ingin mengetahui kemampuan berpikir
kreatif di sekolah dasar kelas lima dalam menulis teks laporan pengamatan.
Masalah- masalah tentang kerumitan, kesukaran dan berpikir kreatif dalam
menulis yang sudah dipaparkan, tidak lepas dari harapan ideal pembelajaran
Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia seharusnya menyenangkan, penuh
kreativitas dan mengasyikkan, namun ternyata masih belum sesuai dengan
keterampilan berbahasa dan komponen bahasa secara terpisah, sehingga siswa
kurang termotivasi untuk belajar. Padahal guru merupakan pemegang peranan
keberhasilan terhadap proses belajar mengajar. Dengan kata lain, kualitas
pembelajaran bergantung kepada kemampuan guru dalam memadukan secara
sistematis dan sinergis dari beberapa komponen pembelajaran seperti guru,
kurikulum, bahan belajar, media, fasilitas, sistem, pembelajaran dalam
menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Dari beberapa hal tersebut salah satu komponen yang sangat utama
dalam proses pembelajaran adalah guru. Guru berperan sebagai fasilitator
terhadap siswa dalam memadukan dan mengkreasikan keseluruhan komponen
pembelajaran. Pendapat tersebut diperkuat Joyce (2009: 195) yang menyatakan
bahwa guru berperan membimbing, melatih, dan mendidik dalam interaksi belajar
mengajar, karena bagaimanapun kelengkapan komponen yang ada dalam proses
belajar mengajar akhirnya tergantung kepada kemampuan guru dalam
memanfaatkan komponen tersebut.
Menurut Slameto (2003: 11) yang menyatakan bahwa pendekatan dan metode
mengajar mempengaruhi proses pembelajaran. Pendekatan dan metode mengajar
yang kurang baik, akan mempengaruhi kualitas belajar siswa yang kurang optimal
dalam proses belajar. Pendekatan dan metode mengajar yang kurang baik dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas. Sikap pendidik
terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak kurang baik,
sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya, siswa
kurang semangat untuk belajar. Pendidik yang progresif berani mencoba
metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar
dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan
baik khususnya dalam keterampilan menulis maka metode mengajar harus
diusahakan tepat, efektif dan efisien.
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan dan kondisi ideal harapan yang
seharusnya dicapai, maka harus ada inovasi serta pemecahan masalah. Menurut
menerapkan pendekatan pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan
menulis laporan dan kemampuan berpikir kreatif.
Kurikulum 2013 menekankan dimensi pedagogi modern dalam pembelajaran,
yaitu dengan menggunakan pendekatan saintifik yang dibangun dari tiga aspek
yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif.
Pendekatan saintifik atau yang disebut juga dengan pendekatan ilmiah
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu bidang kajian tertentu yang bisa berkaitan dengan fenomena, objek, atau
penelitian tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Schwab dalam Joyce, (1965: 195) yang menyatakan bahwa inti pengajaran dari
model pengajaran ini adalah melibatkan siswa dalam masalah penelitian yang
benar-benar orisinal dengan cara menghadapkan mereka pada bidang pengamatan,
investigasi, bagaimana cara pemecahan, dan pelaporannya.
Selanjutnya pengertian pendekatan saintifik menurut Sudarwan (2013:
http:www.pembelajaranpendekatansaintifik.com) adalah:
“Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, mengolah Langkah- langkah tersebut tidak selalu dilalui secara berurutan, terlebih pada pembelajaran tematik terpadu untuk sekolah dasar yang pembelajarannya menggunakan tema sebagai pemersatu beberapa muatan
pelajaran”.
Pendekatan saintifik, diawali dengan proses pengamatan yang bisa dilakukan
dengan menggunakan media gambar,audio, audio visual maupun media yang lain
seperi permasalahan (problem). Selanjutnya, menanya. Peserta didik yang masih
duduk di sekolah dasar tidak mudah bertanya jawab apabila tidak dihadapkan
dengan media yang menarik. Guru yang efektif sebaiknya mampu menginspirasi
peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan
dan pengetahuannya.
Pada saat bertanya, guru harus membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar bertanya dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya,
ketika itu juga guru mendorong peserta didiknya untuk menjadi penyimak dan
Selanjut dalam memberikan pertanyaan, guru juga bisa memadukan dan
mengakomodasi muatan pelajaran Bahasa Indonesia, apakah untuk aspek
mendengarkan, membaca, berbicara, atau menulis. Demikian juga untuk muatan
pelajaran IPA guru bisa menanyakan ciri-ciri rumah bersih dan sehat, demikian
juga untuk muatan pelajaran Matematika tentang bangun datar dan bangun ruang.
Selanjutnya, menalar. Apabila dikaitkan dengan contoh yang disajikan di atas,
maka istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
Selanjutnya proses mengasosiasi, proses ini merupakan kemampuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi.
Tahapan selajutnya mencoba, untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukannya sendiri, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
empat misalnya, peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA yang ada
dalam Bahasa Indonesia dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta
didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk me ngembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
Selanjutnya langkah terakhir mengolah. Pada tahapan ini peserta didik sebisa
mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif
fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta
didiklah yang harus lebih aktif.
Berdasarkan pemaparan masalah secara rasional dan kondisi ideal ya ng sudah
dikemukakan maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif pada siswa kelas VC
Sekolah Dasar Negeri 34 Soka kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan dalam latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks laporan pengamatan siswa kelas VC Sekolah Dasar
Negeri 34 Soka kota Bandung tahun ajaran 2013/2014?
2. Apakah pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VC Sekolah Dasar Negeri 34 Soka
kota Bandung tahun ajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang sudah dipaparkan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. mendeskripsikan pendekatan saintifik efektif dalam peningkatan kemampuan
menulis teks laporan pengamatan siswa kelas VC Sekolah Dasar Negeri 34
Soka kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
2. mendeskripsikan pendekatan saintifik efektif dalam peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa kelas VC Sekolah Dasar Negeri 34 Soka kota Bandung
tahun ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan harapan tercapainya tujuan
penelitian. Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan, baik dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. Adapun penjabaran
dari kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini dapat dijadikan landasan teoretis dan empiris untuk penelitian
b. Sebagai sumbangan penting dalam memperluas wawasan bagi kajian tentang
pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menerapkan K urikulum 2013 di
sekolah dasar.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoretis dalam
implementasi pendekatan saintifik untuk peningkatan pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa sekolah dasar dalam penerapan kurikulum tahun
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah hasil penelitian dapat membantu meningkatkan
pembinaan profesional dan supervisi kepada guru sekolah dasar secara lebih
efektif dan efisien tentang pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi para guru hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
proses pembelajaran Bahasa Indonesia dalam menerapkan K urikulum 2013
dengan pendekatan saintifik.
c. Bagi pembaca dan pemerhati mutu pendidikan, khususnya mutu pendidikan
Bahasa Indonesia di sekolah dasar dapat dijadikan masukan dan bahan
referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah
dasar.
E. Struktur Organisasi
Penelitian ini memiliki struktur organisasi kejelasan dalam setiap bab atau
struktur organisasi tesis. Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis ini
yaitu bab pertama pendahuluan yang memaparkan mengenai latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi
tesis. Selanjutnya bab kedua memaparkan tentang pengkajian teori yang
digunakan, isi kajian teori mencakup hakikat pembelajaran bahasa Indonesia,
hakikat menulis, menulis teks laporan pengamatan, pendekatan saintifik,
keefektifan pendekatan saintifik, berpikir kreatif, aspek penilaian dalam menulis,
aspek penilaian berpikir kreatif, asumsi dasar dan hipotesis. Bab ketiga
memaparkan tentang metode penelitian, desain penelitian dan beberapa
instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, teknik pengolahan dan
analisis data. Selanjutnya bab keempat memaparkan hasil penelitian dan
pembahasan yang mencakup deskripsi data hasil penelitian, hasil uji persyaratan
data, uji hipotesis dan pembahasan. Sementara itu bab kelima memaparkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif.
Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi atau
eksperimen semu yang digunakan untuk mencari keefektifan berupa penggunaan
pendekatan saintifik terhadap kemampuan menulis teks laporan pengamatan dan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VC Sekolah Dasar Negeri 34 Soka
Bandung tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yaitu hasil
yang diperoleh berupa angka statistik dan dideskripsikan dan dijelaskan dengan
menggunakan kriteria-kriteria yang jelas. Sedangkan metode Penelitian
eksperimen kuasi dipandang relevan digunakan, karena memiliki ciri-ciri: a)
pemecahan masalah yang aktual, b) data yang di kumpulkan akan disusun,
kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. Penelitian menggunakan
angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel eksperimen
(Sukmadinata, 2013: 53). Selanjutnya angka-angka tersebut dideskripsikan
menggunakan kata-kata, selain itu juga hasil juga dideskripsikan dari karya yang
dibuat oleh siswa. Penelitian eksperimen kuasi banyak digunakan dalam bidang
pendidikan atau bidang lain yang subjek penelitiannya tidak dapat dimanipulasi
dan dikontrol secara intensif (Syamsudin & Damaianti, 2009: 23).
Penelitian ini menggunakan dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok
eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan Saintifik dan
kelompok kontrol yang diberikan perlakuan biasa. Kelas-kelas yang sudah
tersedia di sekolah dipilih secara acak. Dalam kelompok ini akan diberikan prates
dan pascates dengan menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan dan
menerapkan pembelajaran saintifik.
Penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu pembelajaran dengan pendekatan
saintifik sedangkan kemampuan kemampuan menulis dan berpikir kreatif sebagai
Gambar 3.1 Variabel Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen Nonequivalent Groups Prettest-Posttest (Summacher, 2010: 342).
Gambar 3.2
Desain Penelitian Nonequivalent Groups Pretest-Postest (Summacher, 2010: 342)
Keterangan:
A = kelompok eksperimen
B = kelompok kontrol
X = perlakuan (pendekatan saintifik)
= prates kelompok eksperimen
= Pascates kelompok eksperimen
= Prates kelompok kontrol
= Pascates kelompok kontrol
Berdasarkan desain penelitian eksperimen kuasi tersebut, selanjutnya peneliti
membuat alur penelitian untuk memudahkan pemahaman terhadap pelaksanaan
penelitian.
Group pretest treatment posttest
A O1 X O2
B O3 O4
Pendekatan Saintifik (x)
Kemampuan Menulis Laporan (y1)
Gambar 3.3
Alur Penelitian Pendekatan Saintifik dan Pembelajaran Konvensional Studi Lapangan
Permasalahan
Studi Literatur
Penggunaan Pendekatan Saintifik terhadap Kemampuan Menulis Laporan Teks Pengamatan dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Penentuan Subjek Penelitian
Penyusunan, revisi, dan pengesahan instrumen instrumen
Test sebelum
Kelas Eksperimen
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Kelas Kontrol
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional
Observasi Metode Pembelajaran
Test sesudah
Pengolahan data dan analisis
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Soka Kota Bandung.
Alasan pemilihan sekolah ini adalah:
1. Sekolah Dasar Negeri Soka belum pernah digunakan sebagai objek penelitian
yang sejenis sehingga terhindar dari penelitian ulang.
2. Sekolah Dasar negeri Soka merupakan sekolah induk gugus yang menerapkan
implementasi kurikulum 2013, sekolah tersebut juga termasuk sokalah dasar
terbaik dengan berbagai macam prestasi akademik dan nilai ujian akhir yang
naik setiap tahunnya.
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Soka Kota Bandung tahun
ajaran 2013/2014.
C. Definisi Operasional
Agar maksud penelitian ini jelas, maka akan dijelaskan mengenai definisi
masing-masing variabel yang dijadikan kata kunci. Adapun kata kunci yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan saintifik dalam menulis teks laporan pengamatan dan berpikir
kreatif
Pendekatan saintifik juga dengan pendekatan ilmiah merupakan salah satu
pendekatan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu bidang kajian
tertentu yang bisa berkaitan dengan fenomena, objek, atau penelitian tertentu
(Shcwab 1965 dalam Joyce, 2009: 195). Komponen dan kegiatan pembelajaran,
kegiatan pertama, mengamati; kegiatan mengamati bisa dilakukan dengan
menggunakan berbagai indra baik dengan cara mendengar, membaca melihat atau
hal yang lainnya baik dengan menggunakan media atau tidak, kedua, bertanya;
mengajukan pertanyaan baik pertanyaan yang sifatnya faktual sampai pertanyaan
yang sifatnya hipotetikal dari hasil pengamatan, ketiga,
mengasosiasikan/eksperimen; mengumpulkan informasi lain baik dengan cara
membaca buku atau dengan wawancara narasumber, keempat,
mengorganisasikan; mengolah informasi baik dari hasil eksperimen maupun
penyampaian hasil, dapat dilakukan seperti pameran karya atau pembacaan hasil
di depan kelas.
2. Kemampuan menulis
Kemampuan menulis merupakan kemampuan seseorang menuangkan gagasan
ke dalam simbol-simbol secara sistematis dan terstruktur agar dapat dengan
mudah dipahami. Adapun kemampuan menulis teks laporan pengamatan yang
dimaksudkan dalam penelitian ini menurut Heaton dalam Rahman (2005: 12) &
Nugiatoro (2009: 105) adalah hasil belajar mengajar siswa dalam tulisan yang
memiliki beberapa aspek di antaranya (a) isi dan relevansi dengan paragraf, (b)
organisasi isi laporan, (c) hasil analisis dan penyimpulan, (d) penggunaan tata
bahasa, dan (e) gaya bahasa mencakup; pilihan struktur, kosakata dan ejaan.
Pembelajaran menulis teks laporan pengamatan menggunakan pendekatan
saintifik yang dilihat keefektifannya dari hasil tulisan siswa kelas VC SDN Soka
kota Bandung tahun ajaran 2013/2014. Teks laporan pengamatan dalam paragraf
eksposisi dalam penelitian ini, teks laporan pengamatan difokuskan pada tema
pengamatan seperti laporan hasil kunjungan misalnya kunjungan ke kebun
binatang, hasil pengamatan dan analisis siswa kemudian ditulis dalam teks
laporan pengamatan berbentuk eksposisi yang memaparkan suatu objek,
menjelaskan rangkaian peristiwa, detail lokasi, penyebab kejadian dan solusi yang
bisa diajukan dalam masalah tersebut, teks laporan tersebut yang dibuat oleh
siswa kelas V SDN Soka Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 dalam bentuk
eksposisi dengan menggunakan penekatan saintifik.
3. Kemampuan berpikir kreatif
Kemampuan berpikir kreatif menurut Torrance dalam Jordan (2002: 31)
adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan gagasan secara lancar,
menciptakan sesuatu yang tidak sama dengan orang lain, sesuatu yang baru, atau
hasil modifikasi dari sesuatu yang sudah ada, merincikan suatu objek kajian, dan
memberikan pengembangan secara detail. Kemampuan berpikir kreatif yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan menurut cara pandang
pengembangan yang terungkap melalui hasil tulisan teks laporan pengamatan
dalam bentuk laporan eksposisi yang dibuat oleh siswa kelas V SDN Soka Kota
Bandung tahun ajaran 2013/2014.
D. Instrumen Penelitian
Salah satu kegiatan penelitian adalah penyusunan alat penilaian atau
pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan
instrumen sebagai berikut.
1. Tes Menulis
Instrumen dalam penelitian ini yaitu lembar soal atau tes tulis. Tes tulis
digunakan untuk menjaring data kuantitatif atau informasi awal dan akhir tentang
pemahaman dan penugasan kemampuan menulis teks laporan pengamatan dalam
bentuk paragraf eksposisi. Kemampuan siswa dalam menulis laporan teks
pengamatan dalam bentuk paragraf eksposisi tesebut akan dites dengan bentuk
penilaian berupa unjuk kerja.
Siswa membuat laporan teks pengamatan dalam bentuk paragraf eksposisi
dengan menggunakan pendekatan saintifik. Laporan teks pengamatan dibuat
berdasarkan tema yang sudah ditentukan oleh guru. Penggunaan tema pada prates
dan pascates dibedakan namun dinilai dengan bobot yang sama. Penggunaan tema
yang berbeda ini bertujuan untuk menghindari keraguan tulisan yang dibuat oleh
siswa. Oleh karena itu, penggunaan tema yang berbeda pada setiap pertemuan
dalam pelaksanaan prates dan pascates akan memberikan hasil penelitian yang
lebih akurat.
2. Rubrik Penilaian Menulis Teks Laporan Pengamatan
Rubrik penilaian menulis laporan pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1
Pengembangan Rubrik Penilaian Menulis Teks Laporan Pengamatan
No Aspek yang dinilai Skor Kriteria
1. Isi dan relevansi isi gagasan yang dilaporkan (judul dan
30 Sangat Baik: Judul dan isi
gagasan) relevan dan sistematis sesuai
dengan topik.
24 Baik: Judul dan isi gagasan yang
dikemukakan logis dan sistematis
sesuai dengan topik.
18 Cukup: Judul dan gagasan yang
dikemukakan logis dan sistematis
cukup sesuai dengan topik.
12 Kurang: Judul dan gagasan yang
dikemukakan logis dan kurang
sistematis kurang sesuai dengan
topik.
6 Sangat Kurang: tidak ada judul,
isi dan gagasan tidak relevan dan
tidak sesuai dengan topik.
2. Organisasi isi laporan 25 Sangat Baik: Laporan sangat
teratur dan rapi, sangat jelas, ada
gagasan pokok, pengembang, dan
akhir, urutan logis, koherensi
antar bagian sangat erat.
20 Sangat Baik: Laporan teratur dan
rapi, jelas, ada gagasan pokok,
pengembang, penutup, urutan
logis, koherensi antar bagian erat.
15 Cukup: Laporan cukup teratur,
rapi, jelas dan logis, koherensi
antar bagian kurang.
10 Kurang: Laporan tidak teratur,
tidak rapi, tidak jelas, tidak logis,
bagian.
5 Sangat kurang: Laporan tidak
teratur dan tidak rapi, tidak jelas,
tidak logis, dan tidak ada
koherensi antar bagian.
3. Ketetapan analisis dan
penyimpulan dari pengindraan
terhadap objek.
20 Sangat baik: pengamatan terhadap
media yang dilaporkan sangat
teliti dan ditulis secara runtut,
secara detail serta pengembangan
ide pokok mendalam mencakup
analisis dan penyimpulan.
16 Baik: pengamatan terhadap media
yang dilaporkan teliti dan
menuliskannya secara runtut,
detail serta pengembangan ide
pokok mendalam mencakup
analisis dan penyimpulan.
12 Cukup: pengamatan terhadap
media yang dilaporkan dituliskan
secara terbatas dan cukup runtut.
8 Kurang: Pengamatan terhadap
media yang dilaporkan kurang
detail, dan kurang jelas.
4 Sangat kurang: Pengamatan
terhadap media yang dilaporkan
kurang detail, dan tidak jelas dan
tulisan diksi yang digunakan
semua sangat tepat (semua
menggunakan kosakata baku,
denotasi, dan kata khusus).
12 Baik: Pemilihan gaya & ketepatan
tulisan berupa penggunaan variasi
frase dalam tulisan diksi yang
digunakan semua tepat (hanya ada
2-3 kesalahan penggunaan
kosakata baku, denotasi dan kata
khusus)
9 Cukup: Pemilihan gaya &
ketepatan tulisan berupa
penggunaan variasi frase dalam
tulisan diksi yang digunakan
cukup tepat namun ada kesalahan
3-4 penggunaan kata baku
denotasi atau kata khusus.
6 Kurang: pemilihan gaya &
ketepatan tulisan berupa
penggunaan variasi frase dalam
tulisan diksi yang digunakan
kurang tepat namun ada kesalahan
5-6 penggunaan kata baku
denotasi atau kata khusus.
3 Sangat kurang: pemilihan gaya &
ketepatan tulisan berupa
penggunaan variasi frase dalam
tulisan diksi yang digunakan
dalam setiap kalimat baik
penggunaan kata baku maupun
denotasi dan kata khusus.
5. Ketepatan ejaan dan tanda
baca
10 Sangat baik: memperhatikan ejaan
dan tanda baca dengan sangat baik
(tidak ada kesalahan sama sekali
atau hanya terdapat satu
kesalahan)
8 Baik: memperhatikan ejaan dan
tanda baca dengan baik (terdapat
2-3 kesalahan tanda baca dan
ejaan).
6 Cukup: memperhatikan ejaan dan
tanda baca dengan cukup baik
(terdapat 4-5 kesalahan ejaan dan
tanda baca).
4 Kurang: kurang memperhatikan
ejaan dan tanda baca (terdapat
kesalahan ejaan dan tanda baca
lebih dari 6 kesalahan).
2 Sangat kurang: dalam teks
laporan yang dibuat tidak
memperhatikan ejaan dan tata
2. Rubrik Penulian Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Menulis
Pengembangan rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif dalam menulis
laporan pengamatan berbentuk eksposisi adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Tabel Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Menulis
No Aspek Skor Kriteria
1. Kelancaran 5 Sangat lancar: susunan
kalimat sangat lancar,
antar paragraf memiliki
koherensi, baik karena
didukung piranti kohesi
maupun tidak.
Hubungan antar kalimat
terjalin dengan sangat
lancar.
4 Lancar: susunan kalimat
lancar, antar paragraf
memiliki koherensi, baik
karena didukung piranti
kohesi maupun tidak.
Hubungan antar kalimat
terjalin dengan lancar
3 Cukup Lancar: susunan
kalimat cukup lancar,
antar paragraf cukup
memiliki koherensi, baik
karena didukung piranti
kohesi maupun tidak.
Hubungan antar kalimat
lancar
2 Kurang lancar: paragraf
kurang koheren ada
penyisipan gagasan yang
tidak mendukung.
Hubungan antar kalimat
terjalin kurang lancar
karena ada kalimat yang
kurang mendukung.
1 Tidak lancar: Paragraf
tidak memiliki koherensi.
Hubungan antar kalimat
tidak lancar.
2. Keberagaman 5 Sangat beragam: gagasan
yang dikembangkan
sangat beragam sehingga
berbagai kemungkinan
tampak dalam laporan
yang dibuat (laporan
dibuat lengkap judul,
pengembangan dan
penutup).
4 Beragam: gagasan yang
dikembangkan beragam
(laporan dibuat lengkap
judul, pengembangan dan
penutup).
3 Cukup: gagasan yang
dikembangkan cukup
cukup lengkap judul,
pengembangan dan
penutup namun kurang
detail).
2 Kurang beragam: gagasan
yang dikembangkan
kurang beragam sehingga
berbagai kemungkinan
kurang tampak (hanya ada
judul dan paragraf
pengembang) dalam
laporan yang dibuat.
1 Tidak beragam: gagasan
yang dikembangkan tidak
beragam sehingga
berbagai kemungkinan
tidak tampak (tidak ada
pengembangan judul sama
sekali ) dalam laporan
yang dibuat.
3. Pengembangan 5 Sangat rinci: gagasan
dikembangkan melalui
tiga buah atau lebih ide
pokok dari subjek yang
dilaporkan secara sangat
rinci (ada masalah,
penyebab dikembangkan
secara rinci dan solusi).
4 Rinci: gagasan
tiga buah atau lebih ide
pokok dari subjek yang
dilaporkan secara rinci
(ada
masalah, penyebab dan
solusi)
3 Cukup rinci: gagasan
dikembangkan melalui
tiga buah atau lebih ide
pokok dari subjek yang
dilaporkan cukup rinci
(ada masalah, penyebab
dikembangkan namun
kurang rinci dan solusi)
2 Kurang rinci: Gagasan
dikembangkan hanya
dengan dua ide pokok
(masalah dan solusi).
1 Tidak rinci: gagasan
dikembangkan hanya
dengan satu ide pokok
(adanya masalah).
4. Kebaruan 5 Sangat unik: gagasan
dikembangkan dengan
menggunakan ilustrasi
sangat baik untuk
mendukung subtansi
laporan yang baru (makna
baru atau modifikasi,
berpikir yang kompleks.
4 Unik:gagasan
dikembangkan dengan
menggunakan ilustrasi
untuk mendukung
subtansi laporan yang
baru, mencerminkan pola
berpikir yang kompleks.
3 Cukup unik: gagasan
dikembangkan dengan
ilustrasi cukup
mendukung substansi
laporan meski tidak
tergolong baru, namun
tetap mencerminkan pola
berpikir yang kompleks.
2 Kurang unik: gagasan
dikembangkan dengan
menggunakan ilustrasi
untuk mendukung
substansi laporan
meskipun tidak tergolong
baru, mencerminkan pola
pikir yang kompleks.
1 Tidak unik: gagasan yang
dikembangkan secara
biasa melalui uraian tanpa
ilustrasi; mencerminkan
pola berpikir yang
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa tes esai menulis.
Adapun pemaparan tentang teknik tes tulis sebagai berikut.
1. Teknik Tes Esai
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa tes esai menulis
(papper and pencil test). Tes tulis tersebut berupa tes esai menulis laporan
pengamatan berbentuk eksposisi yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
menulis dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tes tersebut mencakup prates dan
pascates, prates dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam
menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif sebelum
perlakuan, dan pascates yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan akhir
siswa dalam menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif setelah
mendapatkan perlakuan.
Tes tulis diasumsikan efektif untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif di kelas VC SD
Soka Bandung karena tes tulis dapat menggambarkan kemampuan siswa dalam
secara langsung dan menyeluruh dari beberapa aspek penilaian. Pendapat tersebut
didukung oleh pendapat Nurgiantoro (2001: 296) Tes tulis digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan dengan
menggunakan sarana bahasa tertulis secara tepat dan efektif. Sementara itu
Djiwandono (2008: 57) menjelaskan bahwasanya secara lebih khusus tes uraian
(tes esai) mengacu pada tes yang jawabannya berupa suatu esai atau uraian dalam
berbagai gaya penulisan, seperti deskriptif, eksposisi dan argumentatif, sesuai
dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan.
Selanjutnya pendapat tentang keandalan tes esai dikemukakan oleh Purwanto,
(1991: 35) mengatakan bahwa dalam tes tulis dituntut kemampuan peserta didik
untuk benar-benar memahami pertanyaan dan merealisasikan gagasannya melalui
bahasa tulisan, sehingga tipe esai tes lebih bersifat power test. Bentuk-bentuk
pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk
mereka terhadap materi yang dipelajari. Sementara itu pendapat yang mendukung
tentang keandalan tes tulis juga dikemukakan oleh Silverius (1991: 1)
menjelaskan bahwa tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal
objektif yang terbatas pada hasil belajar, tes esai cocok untuk mengukur hasil
belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena
hasil belajar yang diukur bersifat kompleks.
Setelah data diperoleh, data prates kemudian diolah dan hasilnya
dibandingkan dengan pascates. Setelah diperoleh data dari perbandingan pertama
dan kedua maka dapat dilihat keefektifan pendekatan saintifik dalam menulis
laporan dan berpikir kreatif.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu; tahapan persiapan
penelitian, tahapan penelitian, dan tahapan analisis data.
a) Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini diawali dengan kegiatan studi kepustakaan mengenai konsep
pendekatan saintifik dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan dan
kemampuan berpikir kreatif, kemudian dilanjutkan dengan menyusun instrumen
penelitian yang disertai dengan proses bimbingan dengan dosen pembimbing,
serta Jugment instrumen penelitian kepada tim ahli.
b) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, kegiatan diawali dengan memberikan prates pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
dalam kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif.
Setelah prates dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Pelaksanaan pemberian perlakuan di kelas
eksperimen dilaksanakan selama enam kali secara berkesinambungan.
Setelah seluruh kegiatan pembelajaran selesai, dilakukan pascates pada kelas
tidaknya peningkatan kemampuan menulis dan kemampuan berpikir kreatif dalam
menulis laporan pengamatan baik kelas eksperimen dan kelas kontrol.
c) Tahapan analisis data dan pembahasan
Tahapan selanjutnya adalah tahap analisis data mencakup analisis deskriptif
data hasil penelitian, uji persyaratan data, uji hipotesis dan pembahasan hasil
penelitian.
G. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis data atau
metode deskriptif dan metode statistik. Metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan data hasil penelitian. Metode statistik digunakan untuk
keperluan pengolahan data kuantitatif seperti uji persyaratan data dan uji
hipotesis. Setelah hasil statistik didapat selanjutnya dilakukan penarikan
kesimpulan untuk untuk ditafsirkan maknanya.
Data kuantitatif dalam penelitian ini diolah dengan bantuan program software
SPSS statistik 16 for windows. Berikut langkah-langkah pengolahan data dalam
penelitian.
Pertama, data yang telah dinilai dideskripsikan dengan cara mencari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, nilai terendah (minimum), dan nilai tertinggi
(maximum).
Kedua, melakukan uji persyaratan Data yang mencakup uji normalitas dan uji
homogenitas. Uji normalitas data ini bertujuan untuk menguji apakah data data
yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji distribusi
Kolmogorov-Simirnov. Sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan cara
mencari simpangan baku dari kedua data hasil penelitian.
Ketiga, setelah melakukan uji persyaratan data selanjutnya dilakukan uji
hipotesis penelitian.
Berdasarkan pemaparan pengolahan data penelitian. Maka langkah-langkah
1. Uji normalitas
Perhitungan uji normalitas data menulis laporan pengamatan siswa dilakukan
dengan menggunakan rumus hitung dengan tabel, hipotesis uji normalitas
data dalam tabel penelitian yaitu:
H0 : sampel berdistribusi normal
Ha : sampel berdistribusi tidak normal
a. Menentukan rentang skor (r)
r = Skor maksimum – Skor Minimum
(Sujana, 2006: 47)
b. Menentukan banyaknya kelas interval (k)
K = 1 + 3,3 log n (Sujana, 2006: 47)
c. Menentukan panjang kelas interval (p)
P =
d. Membuat tabel distribusi frekuensi
e. Menghitung rata-rata Mean (rata-rata X)
X
Keterangan:
M : mean (rata-rata)
Fi : frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
Xi : tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval
f. Menentukan simpangan baku (SD)
√ X
Keterangan
S : simpangan baku (standard deviasi)
X : mean (rata-rata)
n : jumlah responden
g. Menghitung harga baku dari nilai normalitas (Z)
(Purwanto, 2001: 104)
Keterangan:
Z : harga baku
K : batas kelas
X : mean (rata-rata)
S : simpangan baku
h. Menghitung luas interval (Li)
Li = L1 – L2
Keterangan:
L1 : nilai peluang baris atas
L2 : nilai peluang garis bawah
i. Menghitung frekuensi ekspestasi/harapan (ei)
ei = Li. ∑
j. Menghitung Chi kuadrat (ᵪ2)
ᵪ2 = (Arikunto, 2013: 259)
Keterangan:
ᵪ2 : chi kuadrat hitung
ei : frekuensi harapan
fi : frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xi
Pengambilan kesimpulan untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan
membandingkan chi kudrat hitung dengan chi kuadrat tabel dengan derajat
kebebasan n-1 dan taraf signifikansi α =0,05. Bila harga chikuadrat hitung lebih
kecil dari pada chikuadrat tabel maka distribusi dinyatakan normal, dan bila lebih
Hasil perhitungan ᵪ2 hitung selanjutnya dibandingkan dengan ᵪ2 tabel dengan
ketetapan sebagai berikut.
1) Tingkat kepercayaan 95% (α =0,05)
2) Derajat kebebasan (dk = k-1)
3) Apabila ᵪ2 hitung < ᵪ2 tabel berarti data berdistribusi normal
2. Uji homogenitas data
Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah varians sampel
yang digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut :
a. Cari F hitung dengan menggunakan rumus : F
b. Menetapkan taraf signifikansi (α)
c. Menghitung F table dengan rumus :
F table = setengah alfa (dk varians terbesar-1, dk varians terkecil-1)
Dengan menggunakan table F maka didapat Ftabel
d. Menentukan kriteria pengujian H0yaitu :
Jika FHitung FTabel, maka H0, diterima (homogen)
Dalam penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan software
SPSS versi 18. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik yaitu
statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Untuk menetapkan
suatu data homogen atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut :
a. Menentukan taraf signifikansi uji (α= 0,05).
b. Membandingkan nilai p (p value) dengan taraf signifikansi yang
diperoleh.
c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka variansi setiap sampel
sama (homogen).
d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α, maka variansi setiap sampel
sama (homogen).
Pengambilan kesimpulan untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan
dan taraf signifikansi α = 0,05. Bila harga Fhitung lebih kecil dari F tabel, maka data dinyatakan homogen, dan bila lebih besar maka dinyatakan tidak homogen.
3. Uji t Student
Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada tes awal dan tes akhir
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun langkah-langkah pengujian rumus uji
t adalah sebagai berikut.
a. Karena dalam penelitian ini subjek yang diuji adalah kelas eksperimen dan
kelas kontrol, maka digunakan rumus uji-t dua sampel tidak berhubungan
(independen) sebagai berikut.
uji-t atau t tes
t =
√
keterangan:
Md : mean dari perbedaan dan tes akhir rumus yang digunakan yaitu:
Md =
∑d : jumlah keseluruhan nilai beda
Xd : deviasi masing- masing subjek (d-Md)
∑ᵪ2 d :jumlah kuadrat deviasi
N : subjek pada sampel
b. Menentukan derajat kebebasan
dk = n-1
c. Menentukan nilai t dari tabel statistik
Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan
nilai tabel dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut :
Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
Apabila data berdistribusi normal dua-duanya dan tidak homogen maka
lanjutkan ke uji student’.
Langkah akhir dari pengolahan data, yaitu data gain yang berfungsi untuk
kemampuan berpikir kreatif dengan menggunakan pendekatan saintifik. Rumusan
yang digunakan, yaitu:
Keterangan
Skor 1 : nilai prates
Skor 2 : nilai pascates
Skor ideal : nilai ideal
Setelah hasil diketahui, peneliti menyimpulkan peningkatan kemampuan siswa
dengan menggunakan kategori gain ternormalisasi menurut Meltzer (2002:
132)
Berdasarkan langkah-langkah penelitian maka alur pengolahan data dapat data
Gambar 3.3
Alur Pengolahan Data (Uji Statistik)
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Prates Pascates Prates Pascates
Uji Normalitas
Normal Tidak Normal
Uji Homogenitas
Normal Homogen
Normal Tidak Homogen
Uji Hipotesis Uji Hipotesis
Non Parametrik Analisis
Gain
Uji Student (t) Man Whiteney
Spreman
Kesimpulan Parametrik
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dan dibahas pada bab-bab
sebelumnya mengenai berbagai aspek terkait pendekatan saintifik, seperti aspek
pembelajaran, hakikat bahasa anak, hakikat menulis, dan hakikat berpikir kreatif
ditambah dengan analisis data hasil penelitian, maka simpulan mengenai
penelitian ini sebagai berikut.
1. Secara empirik, pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan keterampilan
menulis teks laporan pengamatan. Taraf signifikansi kenaikan rata-rata nilai
menulis teks laporan pengamatan siswa mencapai 27,23%. Keefektifan
tersebut dapat terjadi karena komponen-komponen pendekatan saintifik
mendukung dan selaras dengan aktivitas menulis itu sendiri. Melalui aktivitas
mengamati, siswa dapat memperoleh gambaran nyata mengenai objek yang
akan dilaporkan; aktivitas menanya, mendukung siswa untuk memperoleh
informasi secara jelas dan rinci tentang objek pengamatan yang akan laporkan;
aktivitas mengasosiasi, mendukung siswa untuk memperoleh informasi baru
dan mengembangkan pengetahuannya; melalui aktivitas mencoba, siswa dapat
berlatih untuk menuangkan ide dan gagasan ke dalam tulisan yang teratur; dan
melalui aktivitas mengomunikasikan, siswa dapat memperoleh umpan balik
dari guru dan teman-temannya untuk memperbaiki tulisannya.
2. Secara empirik, pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa dalam menulis teks laporan pengamatan. Taraf
signifikansi kenaikan rata-rata nilai menulis teks laporan pengamatan siswa
mencapai 23,24%. Keefektifan tersebut dapat terjadi karena
komponen-komponen pendekatan saintifik mendukung kreativitas siswa dalam berpikir
kreatif. Melalui aktivitas mengamati dan menanya, siswa tidak hanya dapat
memperoleh gambaran nyata mengenai objek yang diamati, namun juga
memperoleh lebih banyak informasi mengenai objek tersebut sehingga siswa
mengembangkan ide atau gagasannya secara rinci (elaboratif). Melalui
aktivitas mengasosiasi dan melakukan percobaan, mendukung kemampuan
berpikir kreatif siswa untuk dapat memadukan informasi yang sudah ada
dalam pikirannya dengan informasi yang baru sehingga siswa dapat
mengembangkan ide atau gagasan yang sudah dimiliki menjadi lebih beragam
dan lebih bermakna (keberagaman), melalui aktivitas mengomunikasikan,
siswa dirangsang untuk menyalurkan kreativitas berpikirnya melalui aktivitas
verbal dan aktivitas tulis ke dalam teks laporan pengamatan yang mendukung
siswa untuk menuangkan ide yang baru atau yang dianggap baru
(orisinalitas).
B. Saran
Pendekatan saintifik terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan
menulis teks laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan
simpulan penelitian, peneliti menyarankan hal-hal berikut.
1. Pendekatan saintifik merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh guru
Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan menulis teks laporan
pengamatan dan kemampuan berpikir kreatif di kelas lima sekolah dasar.
2. Keefektifan pendekatan saintifik dalam penelitian ini dapat terjadi karena
digunakan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan realitas, seperti menulis
teks laporan pengamatan. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk
mengkaji kembali keefektifan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran-pembelajaran lain, tidak terbatas pada pembelajaran-pembelajaran menulis teks laporan
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, S. (2006). Pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif di sekolah dasar. Jakarta: Deppennas.
Akhadiah, dkk. (1992). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Anwar , R & Haq. (2012). A comparison of creative thinking abilities of high and
low achievers secondary school. International Interdisciplinary Journal of Education - February 2012, Volume 1, Issue. Diakses pada 05Januari
2014.http://www.researchgate.net/publication/235009374_A_Comparisn_ of_Creative_Thinking_Abilities_of_High_and_Low_Achievers_Secondar y_School_Students/file/79e4151061c6678a33.pdf.
Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: Deppennas.
Ayan, E. J. (2002). Ways to free your creative spirit and find your great ideas. Terj. Ibnu Setiawaan. Bandung: Kaifa.
Brookhart, S. M. (2010). How to asses higher-order thinking skills in your
classroom. St. Beauregard: ASCD
Chaer, A. (2006). Tata bahasa praktis bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2007). Pedoman penyusunan KTSP di sekolah dasar. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djiwandono, S. (2008). Tes bahasa (pegangan bagi pengajar bahasa). Jakarta: PT Indeks.
Haryadi & Zamzani. (1997). Peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Hassoubah, Z. I. (2008). Developing creative & critical skill, a handbook for
studen. Malaysia: Nuansa.
Heaton, J. B. (1995). Writing english language test. London and New York: Longman.