• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Evira Agustina

0807566

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Evira Agustina, 2014

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP

Oleh : Evira Agustina NIM. 0807566

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Selly Feranie,M.Si NIP 197411081999032004

Pembimbing II

Mimin Iryanti, M.Si NIP 197712082001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(3)

Penerapan Model Pembelajaraan

Kooperatif TIPE STAD untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Aspek Kognitif dan

Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa SMP

Oleh Evira Agustina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Evira Agustina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Evira Agustina, 2014 ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN

KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP

Evira Agustina NIM. 0807566

Pembimbing I : Dr. Selly Feranie, M.Si Pembimbing II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI

ABSTRAK

Hasil studi pendahuluan memperlihatkan bahwa kemampuan interpretasi grafik siswa SMP masih rendah. Padahal menurut Depdiknas tujuan pembelajaran harus mengembangkan keterampilan proses sains salah satunya yaitu kemampuan interpretasi grafik. Selain itu hasil belajar aspek kognitif siswa yang tergolong rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dan kemampuan interpretasi grafik sebagai inpak penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pre Experimental Design sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilakukan di kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Bandung. Pengambilan data untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang siswa menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,57 dan termasuk dalam kategori sedang serta peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,60 dan termasuk dalam kategori sedang.

(5)

IMPLEMENTATION OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE COGNITIVE ASPECT AND INTERPRETATION OF GRAPH

SKILL OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

Evira Agustina NIM. 0807566

Supervisor I : Dr. Selly Feranie, M.Si Supervisor II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si

ABSTRACT

The result of previous research shows that interpretation of graph skills of junior high school students are still low. Whereas Depdiknas states that the one of the aims of learning is to develop science process skill that includes interpretation of graph skill. Besides the cognitive learning outcomes are considered low. This research aims to get description of students' cognitive aspect development and graph interpretation of graph as the impact of the implementation of STAD (Student Team Achievement Division) cooperative learning model. The research using Pre Experimental research method and One Group Pretest-Posttest Design. This research was conducted in seventh grade of one of Bandung public junior high school. The data were collected using multiple choices test to measure the development of students' achievement. The result shows from the test, that was conducted to 35 students, shows there was rise in students' achievement with the normalized gain average <g> 0.57 and was included in moderate category, meanwhile the normalized gain average point <g> for interpretation of graph skill is 0.60 and was categorized in moderate category.

(6)

vii Evira Agustina, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN A. Pembelajaran Kooperatif ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 11

C. Keterampilan Proses Sains ... 15

D. Kemampuan Interpretasi Grafik ... 17

E. Belajar dan Hasil Belajar ... 18

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar aspek kognitif ... 24

G. Hubungan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, hasil belajar aspek kognitif, dan Kemampuan Interpretasi Grafik ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Desain Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

D. Prosedur dan Alur Penelitian ... 31

(7)

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 36

H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 40

I. Teknik Pengolahan Data Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 45

B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 46

C. Hasil Penelitian ... 50

D. Pembahasan ... 55

E. Rasionalisasi Hasil Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(8)

ix Evira Agustina, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel

2. 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. 2 Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan ... 13

2. 3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 13

2. 4 Aspek dan Indikator Keterampikan Proses Sains ... 16

2. 5 Kaitan Antara Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kemampuan Menginterpretasi Grafik Siswa dalam Penelitian ... 28

3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 38

3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 40

3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 40

3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil belajar aspek kognitif ... 41

3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model ... 43

3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi ... 44

4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47

4.2 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa Secara Keseluruhan ... 50

4.3 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Hasil belajar aspek kognitif Siswa Secara Keseluruhan ... 51

4.4 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek Hafalan (C1) ... 52

(9)

4.6 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek

Menerapkan (C3) ... 53

4.7 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek

(10)

xi Evira Agustina, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Alur Penelitian ... 34

4.1 Diagram Persentase Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47

4.2 Diagram Peningkatan Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa... 50

4.3 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 52

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 65

A.1. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 66

b. LKSPertemuan 1 ... 73

A.2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 75

b. LKSPertemuan 2 ... 82

A.3. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 86

b. LKSPertemuan 3 ... 93

A.4. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 97

b. LKSPertemuan 4 ... 104

B. Instrumen Penelitian ... 108

B.1. a. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 109

b. Soal Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 121

B.2. a. Kisi-kisi Tes Kemampuan Interpretasi ... 127

b. Soal Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 146

B.3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 156

C. Analisis Uji Coba Instrumen ... 164

C.1. Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 165

C.2. Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Interpretasi Grafik ... 168

D. Analisis Hasil Penelitian ... 171

D.1. a. Distribusi Skor Pretest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 172

b. Distribusi Skor Posttest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 174

D.2. a. Distribusi Skor Pretest Kemampuan Interpretasi Grafik ... 176

(12)

xiii Evira Agustina, 2014

D.3. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Hasil Belajar Siswa pada Aspek

Kognitif Siswa ... 180

D.4. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 186

D.5. Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswa ... 187

E. Dokumentasi Penelitian ... 188

E.1. Data Studi Pendahuluan ... 189

E.2. Foto-Foto Penelitian ... 198

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari

sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis

dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Fisika merupakan salah

satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa.

Menurut Depdiknas (2006) salah satu tujuan mata pelajaran fisika merupakan

sarana:

“Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis”

Berdasarkan pernyataan di atas maka setelah mempelajari fisika siswa

diharapkan mampu memiliki keterampilan proses sains. Keterampilan proses

sains sangatlah penting dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki keterampilan

proses sains siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa

dapat lebih memahami apa yang dia pelajari. Salah satu keterampilan proses yang

perlu dikembangkan adalah keterampilan menginterpretasi data.

Keterampilan menginterpretasi merupakan keterampilan menafsirkan data

berdasarkan hasil observasi atau percobaan. Keterampilan menginterpretasi sangat

penting untuk dikuasai karena data yang diperoleh siswa saat melakukan

percobaan atau penelitian tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan (interpretasi).

Belajar sains adalah membangun pengertian pada pengalaman yang nyata, dimulai

dari pengamatan benda atau gejala nyata kemudian diteruskan ke sajian dalam

(14)

2

Evira Agustina, 2014

bergerak lalu diteruskan ke dalam menulis angka, membuat tabel dan

menggambarkan dalam bentuk grafik. Kemampuan menginterpretasi menjadi

sangat penting dalam era pengetahuan dan teknologi saat ini karena berbagai

informasi yang berhubungan dengan sains sering disajikan kuantitatif dalam

bentuk grafik, sehingga diperlukan kemampuan interpretasi grafik untuk

menafsirkan informasi tersebut. Berdasarkan studi dokumentasi yang ditemukan : “If graphs are to be a valuable tool for students, then we must know the level of the students' graphing ability. Studies have identified difficulties with such graphing abilities. Students have difficulties making connections among graphs of different variables, physical concepts and the real world, and they often perceive graphs as just a picture “(Linn, Layman, & Nachmias, 1987; McDermott, Rosenquist, & van Zee, 1987).

Berdasarkan pernyataan di atas siswa mengalami kesulitan untuk

menghubungan grafik dengan beberapa variabel. Dengan kata lain kemampuan

siswa dalam membaca atau menginterpretasikan grafik sangat rendah. Padahal

tuntutan pembelajaran diharapkan siswa dapat menginterpretasikan data dengan

menggunakan grafik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat

memunculkan dan melatihkan kemampuan interpretasi grafik. Akan tetapi pada

kenyataannya proses pembelajaran di sekolah tidak menuntut siswa untuk bisa

melatih kemampuan interpretasi (penafsiran).

Selain itu berdasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan yang

telah dilakukan di salah satu SMP negeri di kota bandung, ditemukan bahwa

rata-rata kemampuan siswa dalam menafsirkan grafik masih tergolong rendah yaitu

dengan persentase 26,29%. Selain itu ditemukan pula bahwa proses pembelajaran

yang menekankan kepada proses mengingat/menghapal serta penerapan rumus

sedangkan pada materi tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat menuntut

siswa untuk menginterpretasikan grafik. Proses pembelajaran yang sering terjadi

di dalam kelas yaitu proses penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa.

Sedangkan tuntutan dari tujuan pembelajaran fisika adalah kemampuan siswa

(15)

3

Guru sebaiknya membantu siswa mengembangkan keterampilan interpretasi dengan meminta mereka menunjukan pola dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan, dengan mengajak mereka mengartikan maksud atau maknanya dengan menarik kesimpulan.

Selain itu ditemukan pula hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.

Hal ini terlihat dari nilai siswa yang masih tergolong dibawah rata-rata ketuntasan

belajar.

Untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil belajar yang

dihasilkan oleh siswa diperlukan model pembelajaran yang lebih inovatif.

Sedangkan untuk pembentukan kemampuan menginterpretasi grafik siswa

diperlukan beberapa pengembangan kemampuan pendukung. Kemampuan ini

yaitu kemampuan berpikir, menghitung serta kemampuan membuat tabel serta

grafik. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang inovatif serta dapat

merangkum semua kegiatan tersebut. Slavin pada Yuriwsa (2010) mengemukakan

bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar

siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan

sikap menerima kekurangan diri dan orang lain.

Terdapat berbagai jenis atau tipe pembelajaraan kooperatif yang telah

dikembangkan, antara lain : (1) Tipe STAD (Student Teams-Achievment Divisions), (2) Tipe TGT (Teams-Games-Tournament), (3) Tipe Learning together, (4) Tipe Group investigation, (5) Tipe Jigsaw, (6) Tipe Team-assisted individualized learning, (7) Tipe CIRC (Cooperatif integrated reading and composition). (Slavin, 2010:11)

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD

merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang

maksimal. Dalam pembelajaraan kooperatif tipe STAD mula-mula guru

mempresentasikan pelajaran melalui metode ceramah, demonstrasi atau

(16)

4

Evira Agustina, 2014

anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain melalui tutor sebaya,

diskusi atau tanya jawab diantara satu siswa dengan siswa lainnya. Dalam fase ini

kemampuan interpretasi grafik siswa dimunculkan, yaitu siswa dilatih untuk

melakukan percobaan yang mengharuskan siswa untuk mengumpulkan data,

menuliskan dan menganalisis hasil percobaan tersebut dalam bentuk tabel lalu

dibuat ke dalam grafik tabel. Selanjutnya masing-masing siswa diberi kuis tentang

materi itu dengan ketentuan mereka tidak boleh saling membantu kemudian

dihitung peningkatan skornya. Peningkatan skor tiap anggota tim dijumlah untuk

mendapatkan skor tim dan tim yang mendapatkan skor tertinggi diberi

penghargaan.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lilis Supyati (2010) dan

Riski Muliyani (2011) yang membahas tentang pengaruh pembelajaran Kooperatif

tipe STAD terhadap hasil belajar menyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan paparan di atas maka penulis berusaha mengangkat judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa SMP”. Penerapan pembelajaran dilakukan pada salah satu pokok bahasan IPA, yakni Gerak Lurus.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian studi pendahuluan pada latar belakang, peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Rendahnya hasil belajar aspek kognitif pada siswa SMP

b. Kurangnya kemampuan menginterpretasi grafik siswa

c. Proses pembelajaran yang tidak memunculkan kemampuan interpretasi grafik

2. Rumusan Masalah

(17)

5

kemampuan menginterpretasi grafik siswa sebagai impak penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi gerak lurus?”

Untuk memperjelas rumusan masalah maka permasalahan penelitian diatas

dapat dijabarkan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa SMP sebagai

impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

b. Bagaimana peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik siswa SMP

sebagai impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

3. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka

diberikan batasan permasalahan sebagai berikut.

a. Hasil belajar aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

belajar siswa pada ranah kognitif yaitu: Menghapal (C1), Memahami (C2),

Mengaplikasikan (C3), dan Menganalisis (C4). Peningkatan hasil belajar

aspek kognitif dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.

b. Keterampilan interpretasikan grafik yang diteliti adalah menyimpulkan

informasi yang ada di dalam grafik yang diukur melalui tes pilihan ganda

yang dinyatakan dalam skor pretest dan posttest. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.

4. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu:

a. Variabel bebas berupa model pembelajaran.

b. Variabel terikat berupa hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan

(18)

6

Evira Agustina, 2014

5. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam

penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :

a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, didefinisikan pendekatan

Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang maksimal. Tahapan

pertama pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu penyampaian tujuan dan memotivasi siswa. Kedua, Penyajian informasi dan materi kepada siswa. Ketiga, Mengkoordinasi siswa ke dalam kelompok belajar. Keempat, Membimbing kelompok bekerja dan belajar dengan cara demonstrasi atau

percobaan. Pada tahap ini siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar

yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran

dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat

siswa yang berhasil tinggi, sedang dan rendah. Kelima, evaluasi dengan memberikan tes individu. Dan tahapan terakhir yaitu memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Untuk mengukur keterlaksanaan

tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses

pembelajaran yang dilakukan, maka digunakan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa yang indikator-indikatornya dirumuskan berdasarkan

masing-masing tahapan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut.

b. Hasil belajar aspek kognitif didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang

dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Kemampuan ini

terdiri dari aspek kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu C1

(pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5

(sintesis), dan C6 (evaluasi). Peningkatan hasil belajar siswa diukur melalui

penyelenggaraan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda.

c. Kemampuan Interpretasi grafik merupakan kemampuan menafsirkan grafik,

serta hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk

menemukan makna dari data yang dikumpulkan. Kemampuan interpretasi ini

(19)

7

ini diukur menggunakan tes keterampilan menginterpretasikan grafik dalam

bentuk tes pilihan ganda.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa dan peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik pada

pembelajaran fisika sebagai impak diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada materi

kinematika gerak lurus sebagai impak diterapkannya pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Mendapatkan gambaran peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik

yang dimiliki siswa pada materi kinematika gerak lurus sebagai impak

diterapkannya pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian

Data-data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang

potensi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil

belajar siswa aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.Penelitian

ini juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis terkait penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika yang nantinya

dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru-guru

fisika, mahasiswa-mahasiswa di LPTK, para peneliti dalam bidang pendidikan

(20)

8

Evira Agustina, 2014

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu:

1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang

penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II berisi kajian pustaka dan kerangka berpikir penelitian.

3. Bab III tentang metode penelitian.

4. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan.

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design. Disebut demikian karena metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh

terhadap hasil yang ingin dicapai. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel

bebas itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, hal ini dapat

terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara

random (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar

aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group pre-tes post-test Design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja, yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau

kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan, sampel penelitian dites yang disebut

pretes. Begitupun setelah diberi perlakuan sampel penelitian dites lagi dan disebut

dengan postes. Tes yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan ditujukan

untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan kemampuan

interpretasi grafik. Perbedaan antara hasil pengukuran awal dengan hasil

pengukuran akhir adalah merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

Skema desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

(22)

31

Evira Agustina, 2014

O1 = test hasil belajar aspek kognitif siswa

O2 = test kemampuan interpretasi grafik siswa

X = Treatment di kelas eksperimen berupa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung

maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang dibatasi oleh suatu kriteria atau pembatasan

tertentu, atau populasi adalah suatu kelompok manusia atau objek yang menjadi

perhatian peneliti dalam suatu penelitian atau suatu wadah penyimpulan dalam

suatu penelitian (Panggabean, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

SMP di kota Bandung.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Nana Sudjana, 1975)

atau sampel itu adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki

oleh populasi itu (Panggabean, 1996). Pengambilan sampel dilakukan

menggunakan teknik Cluster Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil secara acak tanpa didasari oleh

pertimbangan tertentu. Sampel penelitian yang digunakan adalah satu kelas

dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa.

D. Prosedur dan Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai

berikut :

a. Tahap Persiapan

Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu :

1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi

lapangan

(23)

32

3. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah

tempat penelitian akan dilaksanakan.

4. Observasi awal, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di

kelas, wawancara dengan guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang

biasa dilaksanakan.

5. Perumusan masalah penelitian

6. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian

mengenai model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

7. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan

instrumen penelitian

8. Melakukan penilaian instrumen (test) kepada dua orang dosen ahli untuk menguji validitas dari setiap soal. Instrumen ini digunakan

untuk tes awal dan tes akhir.

9. Merevisi/memperbaiki instrumen.

10. Melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki

karakteristik sama dengan sampel penelitian.

11. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat

kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai

untuk tes awal dan tes akhir.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan pretest dengan soal yang telah diuji cobakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

2. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai adanya observer

selama pembelajaran

(24)

33

Evira Agustina, 2014

kooperatif tipe STAD serta pengaruhnya terhadap peningkatan

hasil belajar serta kemampuan menginterpretasi grafik pada siswa.

4. Mengolah data hasil pretest dan posttest dan hasil observasi . c. Tahap Akhir

1. Mengolah data hasil tes awal, tes akhir serta instrumen lainnya.

2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian.

3. Menarik kesimpulan.

4. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang

kurang memadai.

Tahapan-tahapan penelitian ini dapat digambarkan dengan menggunakan alur

(25)

34

Gambar 3.1 Alur penelitian

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA

(26)

35

Evira Agustina, 2014

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini yaitu Tes dan Non Tes, tes

berisi Tes Kemampuan menginterpretasi grafik dan Tes Hasil Belajar Aspek

Kognitif, sedangkan non tes berisi lembar observasi yang terdiri dari Lembar

Aktivitas Guru dan Lembar Aktivitas Siswa.

1.Tes

a. Tes Kemampuan Interpretasi grafik

Tes kemampuan interpretasi grafik yang digunakan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam penelitian ini mengacu pada instrumen TUGK (Test of Understanding Graphs Kinematics).

b. Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif

Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif

berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam

penelitian ini aspek kognitif yang diukur meliputi C1 (mengingat), C2

(memahami), C3 (penerapan), dan C4 (analisis) yang disesuaikan dengan

tuntutan Kompetensi Dasar yang diteliti.

2. Non-Tes

Instrumen non-tes yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas

antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi

ini berfungsi untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan dan dilakukan

dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: wawancara, penyebaran angket, tes

hasil belajar dan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Adapun penjelasan mengenai teknik pengumpulan data

(27)

36

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Teknik pengumpulan Instrumen

Hasil Belajar Aspek Kognitif

Data diperoleh dari hasil tes Tes hasil belajar aspek kognitif

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya

dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.

1. Validitas

Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tes yang valid adalah tes yang

benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dari

suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam

mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Pengujian

validitas soal dilakukan secara validitas konstruk dan isi dengan cara

meminta pertimbangan (judgement) kepada tim ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah emngukur apa yang

hendak diukur. Para ahli diminta memberikan tanggapan serta masukan

tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang digunakan

dalam validitas soal ini berjumlah dua orang. Pengujian validitas ini

dilakukan dengan melihat kesesuaian antara soal, indikator soal dan

(28)

37

Evira Agustina, 2014

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai

suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil

pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya

diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang

berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak

terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang

reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang

digunakan dalam menentukan reliabilitas yaitu teknik test-retest.

Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien

reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas

adalah teknik korelasi “Pearson’s Product Moment” yang dikemukakan oleh

Pearson, yaitu:

rxy= koefesien korelasi

N = jumlah peserta tes

X = Skor siswa menjawab benar pada tes pertama

Y = Skor siswa yang menjawab pada tes kedua

Untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat

(29)

38

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

rxy Interpretasi

0,80 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 - 0,79 Tinggi

0,40 - 0,59 Sedang

0,20 - 0,39 Rendah

< 0,2 Sangat rendah

(Arikunto, 2007)

3. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya

pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk

menentukan indeks diskriminatif:

dengan

D : daya pembeda

BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut

dengan benar

BB: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut

dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok atas

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Daya pembeda diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yang

(30)

39

Evira Agustina, 2014

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,19 jelek (poor)

0,20 – 0,39 cukup (satisfactory)

0,40 – 0,69 baik (good)

0,70 – 1,00 baik sekali (excellent) (Arikunto, 2009)

D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda

D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

D = - … (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

4. Tingkat Kemudahan

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar. Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah dan

sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan antara 0,00 sampai 1,00.

Indeks ini menunjukkan taraf kemudahan soal. Soal dengan indeks

kemudahan 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya

indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P

adalah:

dengan

P : indeks kemudahan

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Tingkat kemudahan diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan

(31)

40

Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal

Nilai tingkat kemudahan Klasifikasi

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 - 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009

H. Hasil Uji coba Instrumen

Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik harus dilakukan uji coba

instrumen terlebih dahulu kepada siswa yang memiliki karakter yang setingkat

dengan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, uji

coba dilakukan terhadap siswa SMP kelas VIII di sekolah yang sama. Setelah

dilakukan uji coba maka dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas,

daya pembeda dan tingkat kesukaran. Sehingga dapat diperoleh instrumen tes

yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Instrumen tes dalam

penelitian ini terdiri dari dua perangkat tes yaitu tes kemampuan interpretasi

grafik dan tes hasil belajar siswa.

Hasil coba instrumen tes kemampuan interpretasi grafik dapat dilihat dari

Tabel 3.5

Tabel 3.5

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik

Nomor Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

(32)

41

Evira Agustina, 2014 Nomor

Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Adapun hasil uji coba reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas

sebesar 0,904 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Artinya instrumen

ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan

skor yang konsisten atau relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi

yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis soal, dari terdapat 24 soal yang akan

digunakan sebagai instrumen penelitian.

Sedangkan hasil uji coba instrumen tes hasil belajar aspek kognitif dapat

dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif

Nomor Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

(33)

42

Nomor Soal

Daya Pembeda Tingkat kemudahan

Keputusan

Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen tes hasil belajar dapat

diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,965. Nilai koefisien ini termasuk

kedalam kategori sangat tinggi. Dari 27 soal yang telah diujicobakan hanya 25

soal yang digunakan dalam penelitian ini. Soal yang memiliki daya pembeda

dengan kategori jelek tidak digunakan.

I. Teknik Pengolahan Data Penelitian

a) Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan

data kualitatif.

1. Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi

untuk mengetahui keterlaksanaan model. Pengisian lembar observasi

keterlaksanaan model dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran

(34)

43

Evira Agustina, 2014

2. Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes untuk mengetahui

peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Tes ini

dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

b) Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data skor pretest dan posttest dari hasil tes dan lembar observasi keterlaksanaan model. Teknik pengolahan data

instrumen adalah dengan menggunakan analisis dengan langkah sebagai berikut:

1) Analisis Keterlaksanaan Model dalam Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model menggunakan pengisian lembar observasi.

Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran

berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan

berikut (Sugiono,2012)

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap

pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk persentase

dengan interpretasi yang tercantum dalam Tabel 3.7

Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model

(35)

44

2) Analisis Tes Hasil Belajar dan kemampuan Interpretasi grafik

Peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan interpretasi grafik setelah

diberi tes dengan menghitung gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari

skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain

yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor

gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang

diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

pre

Smaks = skor maksimum ideal

b. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.

c. Menentukan kriteria rata-rata skor gain ternormalisasi yang tercantum pada

Tabel 3.8

Tabel 3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi

(36)

61 Evira Agustina, 2014

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan

pembahasan terhadap data hasil penelitian setelah diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut.

1. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dilihat dari skor rata-rata gain

yang dinormalisasi yang didapat sebesar 0,57. Hal ini menunjukan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dengan kategori sedang.

2. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dilihat dari skor rata-rata

nilai gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,60. Hal ini menunjukan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan kategori sedang.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang

dapat diajukan, antara lain:

1. Untuk meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa memerlukan waktu

yang tidak sebentar. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan proses kemampuan

menafsirkan grafik dalam pembelajaran fisika yaitu dengan membiasakan

siswa dalam proses menganalisis data percobaan.

2. Perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (edisi revisi).

Jakarta : PT Bumi aksara

Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Taun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan

Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Fathony, Musyafa. (2007). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif . [4

Maret 2013]

Fida Rachmadiarti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University

Hake, R. (1999). “ Analyzing Change/Gain Score”. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.

[Online]. Tersedia:

http://ajp.aapt.org/resource/1/ajpias/v66/i1/p64_s1?isAuthorized=no [5

Januaru 2013]

Karlina, I. (2008). Pembelajaran kooperatif “cooperatif learning” sebagai salah

(38)

63

Evira Agustina, 2014

Karuru, Pedry. (2007). STAD Untuk pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia :

http://asuro-awielampung.blogspot.com/2008/03/stad-untuk-pembelajaran-ipa.html [10 Januari 2013]

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia

Marzuki, S.Pd. (2012). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK. [Online]. Tersedia :

http://q-belajar.blogspot.com/2012/09/makalah-ptk-meningkatkan-hasil.html [11 Agustus 2013]

Munawar, Indra. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [18 November 2013]

Nur, Muhammad. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Ridwan. (2008). Ketercapaian Hasil Belajar. Dalam Dunia ilmu rumah pengetahuan indonesia [Online], Tersedia: http://ridwan202.wordpress.

Com/2008/05/03/ketercapaian-hasil-belajar/ [24 Juli 2013]

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka CiptaA

Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Sudrajat, Akhmad. (2010). Taksonomi Bloom. [Online], Tersedia: http://lentera-rakyat.sos4um.com/t1136-taksonomi-bloom [15 Maret 2013]

Supyati, Lilis (2010) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan

(39)

64

http://www.southwestern.edu/academics/ejse/original%20site/manuscript

s/v3n4/articles/art01_svec/svec.html [12 September 2013]

Yuriwsa. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. [Online]. Tersedia :

http://yuriwsa.files.wordpress.com/2010/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.ppt [12 Maret 2013]

Zaifbio. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel
Gambar
Grafik ......................................................................................................
grafik pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada jaringan ini, komunikasi antara satu perangkat komputer satu dengan yang lain dilakukan secara spontan/ langsung tanpa melalui konfigurasi tertentu selama sinyal dari Access

Untuk dapat mengetahui baik atau buruknya kondisi KUD Pelita Jaya, maka terlebih dahulu harus mengetahui komponen-komponen dalam laporan keuangan yang mempengaruhi

Ginseng jenis ini umur panennya lebih cepat yaitu hanya 5 – 6 bulan dibanding ginseng dari Korea atau China (jenis Panax spp ) yang dipanen setelah umur 3 - 4 tahun. Kandungan

Munculnya tuhan-tuhan lokal yang sesungguhnya berkaitan bukan hanya dengan tempat tinggal permenen namun juga kondisi-kondisi lain yang menandai kerja sama lokal sebagai

Pertumbuhan tunas hasil penyambungan pohon mangga Podang Lumut umur produktif dengan entris Podang Urang yang berasal dari pohon induk terdaftar dan tidak

Dalam penelitian ini digunakan beberapa sediaan probiotik yang berbeda, yaitu sediaan Rillus (A), Lacbon (B), Lacidofil (C), dan Lacto B (D) yaitu untuk melihat jumlah koloni

( ةيليلحتلا ةيفصولا ةقيرطلا ةثحابلا تمدختسا ثحبلا اذه فيو ( Descriptive analytical Method. 1 وه نايبلا نع لئاسلما ةدوجولما ىأ فصو ةركفلا ةيسيئرلا لجلأ مهف

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan lindungan dan limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang