PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN
KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Evira Agustina
0807566
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Evira Agustina, 2014
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN
KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP
Oleh : Evira Agustina NIM. 0807566
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Selly Feranie,M.Si NIP 197411081999032004
Pembimbing II
Mimin Iryanti, M.Si NIP 197712082001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Penerapan Model Pembelajaraan
Kooperatif TIPE STAD untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Aspek Kognitif dan
Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa SMP
Oleh Evira Agustina
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Evira Agustina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Evira Agustina, 2014 ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF DAN
KEMAMPUAN INTERPRETASI GRAFIK SISWA SMP
Evira Agustina NIM. 0807566
Pembimbing I : Dr. Selly Feranie, M.Si Pembimbing II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA-UPI
ABSTRAK
Hasil studi pendahuluan memperlihatkan bahwa kemampuan interpretasi grafik siswa SMP masih rendah. Padahal menurut Depdiknas tujuan pembelajaran harus mengembangkan keterampilan proses sains salah satunya yaitu kemampuan interpretasi grafik. Selain itu hasil belajar aspek kognitif siswa yang tergolong rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dan kemampuan interpretasi grafik sebagai inpak penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pre Experimental Design sedangkan desain penelitian yang digunakan yaitu One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilakukan di kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Bandung. Pengambilan data untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda. Hasil penelitian yang dilakukan pada 35 orang siswa menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,57 dan termasuk dalam kategori sedang serta peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,60 dan termasuk dalam kategori sedang.
IMPLEMENTATION OF STAD COOPERATIVE LEARNING MODEL TO IMPROVE COGNITIVE ASPECT AND INTERPRETATION OF GRAPH
SKILL OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
Evira Agustina NIM. 0807566
Supervisor I : Dr. Selly Feranie, M.Si Supervisor II : Mimin Iryanti, S.Si, M.Si
ABSTRACT
The result of previous research shows that interpretation of graph skills of junior high school students are still low. Whereas Depdiknas states that the one of the aims of learning is to develop science process skill that includes interpretation of graph skill. Besides the cognitive learning outcomes are considered low. This research aims to get description of students' cognitive aspect development and graph interpretation of graph as the impact of the implementation of STAD (Student Team Achievement Division) cooperative learning model. The research using Pre Experimental research method and One Group Pretest-Posttest Design. This research was conducted in seventh grade of one of Bandung public junior high school. The data were collected using multiple choices test to measure the development of students' achievement. The result shows from the test, that was conducted to 35 students, shows there was rise in students' achievement with the normalized gain average <g> 0.57 and was included in moderate category, meanwhile the normalized gain average point <g> for interpretation of graph skill is 0.60 and was categorized in moderate category.
vii Evira Agustina, 2014
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN A. Pembelajaran Kooperatif ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 11
C. Keterampilan Proses Sains ... 15
D. Kemampuan Interpretasi Grafik ... 17
E. Belajar dan Hasil Belajar ... 18
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar aspek kognitif ... 24
G. Hubungan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, hasil belajar aspek kognitif, dan Kemampuan Interpretasi Grafik ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30
B. Desain Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
D. Prosedur dan Alur Penelitian ... 31
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 36
H. Hasil Uji Coba Instrumen ... 40
I. Teknik Pengolahan Data Penelitian ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 45
B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 46
C. Hasil Penelitian ... 50
D. Pembahasan ... 55
E. Rasionalisasi Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
ix Evira Agustina, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. 2 Konversi Skor Perkembangan Poin Kemajuan ... 13
2. 3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 13
2. 4 Aspek dan Indikator Keterampikan Proses Sains ... 16
2. 5 Kaitan Antara Tahapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Kemampuan Menginterpretasi Grafik Siswa dalam Penelitian ... 28
3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 38
3.3 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39
3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal ... 40
3.5 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 40
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil belajar aspek kognitif ... 41
3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model ... 43
3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi ... 44
4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47
4.2 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa Secara Keseluruhan ... 50
4.3 Rekapitulasi Skor Gain yang dinormalisasi Hasil belajar aspek kognitif Siswa Secara Keseluruhan ... 51
4.4 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek Hafalan (C1) ... 52
4.6 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek
Menerapkan (C3) ... 53
4.7 Rata-rata Skor Tes Hasil belajar aspek kognitif pada Aspek
xi Evira Agustina, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Alur Penelitian ... 34
4.1 Diagram Persentase Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ... 47
4.2 Diagram Peningkatan Kemampuan Interpretasi Grafik Siswa... 50
4.3 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 65
A.1. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 66
b. LKSPertemuan 1 ... 73
A.2. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ... 75
b. LKSPertemuan 2 ... 82
A.3. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 86
b. LKSPertemuan 3 ... 93
A.4. a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 97
b. LKSPertemuan 4 ... 104
B. Instrumen Penelitian ... 108
B.1. a. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 109
b. Soal Tes Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif ... 121
B.2. a. Kisi-kisi Tes Kemampuan Interpretasi ... 127
b. Soal Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 146
B.3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 156
C. Analisis Uji Coba Instrumen ... 164
C.1. Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 165
C.2. Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Interpretasi Grafik ... 168
D. Analisis Hasil Penelitian ... 171
D.1. a. Distribusi Skor Pretest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 172
b. Distribusi Skor Posttest Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa ... 174
D.2. a. Distribusi Skor Pretest Kemampuan Interpretasi Grafik ... 176
xiii Evira Agustina, 2014
D.3. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Hasil Belajar Siswa pada Aspek
Kognitif Siswa ... 180
D.4. Hasil Pengolahan Data Skor Gain Tes Kemampuan Interpretasi Grafik ... 186
D.5. Pengolahan Data Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswa ... 187
E. Dokumentasi Penelitian ... 188
E.1. Data Studi Pendahuluan ... 189
E.2. Foto-Foto Penelitian ... 198
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari
sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis
dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Fisika merupakan salah
satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa.
Menurut Depdiknas (2006) salah satu tujuan mata pelajaran fisika merupakan
sarana:
“Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang, dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis”
Berdasarkan pernyataan di atas maka setelah mempelajari fisika siswa
diharapkan mampu memiliki keterampilan proses sains. Keterampilan proses
sains sangatlah penting dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki keterampilan
proses sains siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa
dapat lebih memahami apa yang dia pelajari. Salah satu keterampilan proses yang
perlu dikembangkan adalah keterampilan menginterpretasi data.
Keterampilan menginterpretasi merupakan keterampilan menafsirkan data
berdasarkan hasil observasi atau percobaan. Keterampilan menginterpretasi sangat
penting untuk dikuasai karena data yang diperoleh siswa saat melakukan
percobaan atau penelitian tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan (interpretasi).
Belajar sains adalah membangun pengertian pada pengalaman yang nyata, dimulai
dari pengamatan benda atau gejala nyata kemudian diteruskan ke sajian dalam
2
Evira Agustina, 2014
bergerak lalu diteruskan ke dalam menulis angka, membuat tabel dan
menggambarkan dalam bentuk grafik. Kemampuan menginterpretasi menjadi
sangat penting dalam era pengetahuan dan teknologi saat ini karena berbagai
informasi yang berhubungan dengan sains sering disajikan kuantitatif dalam
bentuk grafik, sehingga diperlukan kemampuan interpretasi grafik untuk
menafsirkan informasi tersebut. Berdasarkan studi dokumentasi yang ditemukan : “If graphs are to be a valuable tool for students, then we must know the level of the students' graphing ability. Studies have identified difficulties with such graphing abilities. Students have difficulties making connections among graphs of different variables, physical concepts and the real world, and they often perceive graphs as just a picture “(Linn, Layman, & Nachmias, 1987; McDermott, Rosenquist, & van Zee, 1987).
Berdasarkan pernyataan di atas siswa mengalami kesulitan untuk
menghubungan grafik dengan beberapa variabel. Dengan kata lain kemampuan
siswa dalam membaca atau menginterpretasikan grafik sangat rendah. Padahal
tuntutan pembelajaran diharapkan siswa dapat menginterpretasikan data dengan
menggunakan grafik. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat
memunculkan dan melatihkan kemampuan interpretasi grafik. Akan tetapi pada
kenyataannya proses pembelajaran di sekolah tidak menuntut siswa untuk bisa
melatih kemampuan interpretasi (penafsiran).
Selain itu berdasarkan pada studi pendahuluan yang telah dilakukan yang
telah dilakukan di salah satu SMP negeri di kota bandung, ditemukan bahwa
rata-rata kemampuan siswa dalam menafsirkan grafik masih tergolong rendah yaitu
dengan persentase 26,29%. Selain itu ditemukan pula bahwa proses pembelajaran
yang menekankan kepada proses mengingat/menghapal serta penerapan rumus
sedangkan pada materi tersebut terdapat bagian-bagian yang dapat menuntut
siswa untuk menginterpretasikan grafik. Proses pembelajaran yang sering terjadi
di dalam kelas yaitu proses penyampaian pengetahuan dari guru kepada siswa.
Sedangkan tuntutan dari tujuan pembelajaran fisika adalah kemampuan siswa
3
Guru sebaiknya membantu siswa mengembangkan keterampilan interpretasi dengan meminta mereka menunjukan pola dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan, dengan mengajak mereka mengartikan maksud atau maknanya dengan menarik kesimpulan.
Selain itu ditemukan pula hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.
Hal ini terlihat dari nilai siswa yang masih tergolong dibawah rata-rata ketuntasan
belajar.
Untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya hasil belajar yang
dihasilkan oleh siswa diperlukan model pembelajaran yang lebih inovatif.
Sedangkan untuk pembentukan kemampuan menginterpretasi grafik siswa
diperlukan beberapa pengembangan kemampuan pendukung. Kemampuan ini
yaitu kemampuan berpikir, menghitung serta kemampuan membuat tabel serta
grafik. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang inovatif serta dapat
merangkum semua kegiatan tersebut. Slavin pada Yuriwsa (2010) mengemukakan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap menerima kekurangan diri dan orang lain.
Terdapat berbagai jenis atau tipe pembelajaraan kooperatif yang telah
dikembangkan, antara lain : (1) Tipe STAD (Student Teams-Achievment Divisions), (2) Tipe TGT (Teams-Games-Tournament), (3) Tipe Learning together, (4) Tipe Group investigation, (5) Tipe Jigsaw, (6) Tipe Team-assisted individualized learning, (7) Tipe CIRC (Cooperatif integrated reading and composition). (Slavin, 2010:11)
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang
maksimal. Dalam pembelajaraan kooperatif tipe STAD mula-mula guru
mempresentasikan pelajaran melalui metode ceramah, demonstrasi atau
4
Evira Agustina, 2014
anggota kelompok harus saling membantu satu sama lain melalui tutor sebaya,
diskusi atau tanya jawab diantara satu siswa dengan siswa lainnya. Dalam fase ini
kemampuan interpretasi grafik siswa dimunculkan, yaitu siswa dilatih untuk
melakukan percobaan yang mengharuskan siswa untuk mengumpulkan data,
menuliskan dan menganalisis hasil percobaan tersebut dalam bentuk tabel lalu
dibuat ke dalam grafik tabel. Selanjutnya masing-masing siswa diberi kuis tentang
materi itu dengan ketentuan mereka tidak boleh saling membantu kemudian
dihitung peningkatan skornya. Peningkatan skor tiap anggota tim dijumlah untuk
mendapatkan skor tim dan tim yang mendapatkan skor tertinggi diberi
penghargaan.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lilis Supyati (2010) dan
Riski Muliyani (2011) yang membahas tentang pengaruh pembelajaran Kooperatif
tipe STAD terhadap hasil belajar menyatakan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran fisika dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan di atas maka penulis berusaha mengangkat judul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa SMP”. Penerapan pembelajaran dilakukan pada salah satu pokok bahasan IPA, yakni Gerak Lurus.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian studi pendahuluan pada latar belakang, peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya hasil belajar aspek kognitif pada siswa SMP
b. Kurangnya kemampuan menginterpretasi grafik siswa
c. Proses pembelajaran yang tidak memunculkan kemampuan interpretasi grafik
2. Rumusan Masalah
5
kemampuan menginterpretasi grafik siswa sebagai impak penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi gerak lurus?”
Untuk memperjelas rumusan masalah maka permasalahan penelitian diatas
dapat dijabarkan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa SMP sebagai
impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
b. Bagaimana peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik siswa SMP
sebagai impak penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka
diberikan batasan permasalahan sebagai berikut.
a. Hasil belajar aspek kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil
belajar siswa pada ranah kognitif yaitu: Menghapal (C1), Memahami (C2),
Mengaplikasikan (C3), dan Menganalisis (C4). Peningkatan hasil belajar
aspek kognitif dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.
b. Keterampilan interpretasikan grafik yang diteliti adalah menyimpulkan
informasi yang ada di dalam grafik yang diukur melalui tes pilihan ganda
yang dinyatakan dalam skor pretest dan posttest. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik dilihat dari skor pre-test dan post-test dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan gain ternormalisasi dengan kategori Hake.
4. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variable, yaitu:
a. Variabel bebas berupa model pembelajaran.
b. Variabel terikat berupa hasil belajar aspek kognitif dan kemampuan
6
Evira Agustina, 2014
5. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah dalam
penelitian ini, maka dilakukan pendefinisian secara operasional sebagai berikut :
a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, didefinisikan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran sehingga terjadinya pencapaian prestasi yang maksimal. Tahapan
pertama pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu penyampaian tujuan dan memotivasi siswa. Kedua, Penyajian informasi dan materi kepada siswa. Ketiga, Mengkoordinasi siswa ke dalam kelompok belajar. Keempat, Membimbing kelompok bekerja dan belajar dengan cara demonstrasi atau
percobaan. Pada tahap ini siswa dikelompokkan dalam kelompok belajar
yang beranggotakan empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran
dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok terdapat
siswa yang berhasil tinggi, sedang dan rendah. Kelima, evaluasi dengan memberikan tes individu. Dan tahapan terakhir yaitu memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Untuk mengukur keterlaksanaan
tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses
pembelajaran yang dilakukan, maka digunakan lembar observasi aktivitas
guru dan siswa yang indikator-indikatornya dirumuskan berdasarkan
masing-masing tahapan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut.
b. Hasil belajar aspek kognitif didefinisikan sebagai kemampuan berpikir yang
dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Kemampuan ini
terdiri dari aspek kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu C1
(pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5
(sintesis), dan C6 (evaluasi). Peningkatan hasil belajar siswa diukur melalui
penyelenggaraan tes hasil belajar berupa soal pilihan ganda.
c. Kemampuan Interpretasi grafik merupakan kemampuan menafsirkan grafik,
serta hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk
menemukan makna dari data yang dikumpulkan. Kemampuan interpretasi ini
7
ini diukur menggunakan tes keterampilan menginterpretasikan grafik dalam
bentuk tes pilihan ganda.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa dan peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik pada
pembelajaran fisika sebagai impak diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada materi
kinematika gerak lurus sebagai impak diterapkannya pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Mendapatkan gambaran peningkatan kemampuan menginterpretasi grafik
yang dimiliki siswa pada materi kinematika gerak lurus sebagai impak
diterapkannya pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
D. Manfaat Penelitian
Data-data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang
potensi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil
belajar siswa aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.Penelitian
ini juga dapat memperkaya hasil-hasil penelitian sejenis terkait penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran fisika yang nantinya
dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru-guru
fisika, mahasiswa-mahasiswa di LPTK, para peneliti dalam bidang pendidikan
8
Evira Agustina, 2014
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu:
1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II berisi kajian pustaka dan kerangka berpikir penelitian.
3. Bab III tentang metode penelitian.
4. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design. Disebut demikian karena metode ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap hasil yang ingin dicapai. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel
bebas itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, hal ini dapat
terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah peningkatan hasil belajar
aspek kognitif dan kemampuan interpretasi grafik siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah One Group pre-tes post-test Design, yaitu penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja, yang dinamakan kelompok eksperimen tanpa ada kelompok pembanding atau
kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan, sampel penelitian dites yang disebut
pretes. Begitupun setelah diberi perlakuan sampel penelitian dites lagi dan disebut
dengan postes. Tes yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan ditujukan
untuk mengetahui hasil belajar siswa pada aspek kognitif dan kemampuan
interpretasi grafik. Perbedaan antara hasil pengukuran awal dengan hasil
pengukuran akhir adalah merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Skema desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Pretest Treatment Posttest
31
Evira Agustina, 2014
O1 = test hasil belajar aspek kognitif siswa
O2 = test kemampuan interpretasi grafik siswa
X = Treatment di kelas eksperimen berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung
maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu
mengenai sekumpulan objek yang dibatasi oleh suatu kriteria atau pembatasan
tertentu, atau populasi adalah suatu kelompok manusia atau objek yang menjadi
perhatian peneliti dalam suatu penelitian atau suatu wadah penyimpulan dalam
suatu penelitian (Panggabean, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
SMP di kota Bandung.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Nana Sudjana, 1975)
atau sampel itu adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki
oleh populasi itu (Panggabean, 1996). Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan teknik Cluster Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil secara acak tanpa didasari oleh
pertimbangan tertentu. Sampel penelitian yang digunakan adalah satu kelas
dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa.
D. Prosedur dan Alur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
a. Tahap Persiapan
Untuk tahap ini dilakukan beberapa persiapan yaitu :
1. Melakukan studi pendahuluan melalui telaah pustaka dan studi
lapangan
32
3. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah
tempat penelitian akan dilaksanakan.
4. Observasi awal, meliputi pengamatan langsung pembelajaran di
kelas, wawancara dengan guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang
biasa dilaksanakan.
5. Perumusan masalah penelitian
6. Studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian
mengenai model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
7. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan
instrumen penelitian
8. Melakukan penilaian instrumen (test) kepada dua orang dosen ahli untuk menguji validitas dari setiap soal. Instrumen ini digunakan
untuk tes awal dan tes akhir.
9. Merevisi/memperbaiki instrumen.
10. Melakukan uji coba instrumen pada sampel yang memiliki
karakteristik sama dengan sampel penelitian.
11. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi tingkat
kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai
untuk tes awal dan tes akhir.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Memberikan pretest dengan soal yang telah diuji cobakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
2. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD disertai adanya observer
selama pembelajaran
33
Evira Agustina, 2014
kooperatif tipe STAD serta pengaruhnya terhadap peningkatan
hasil belajar serta kemampuan menginterpretasi grafik pada siswa.
4. Mengolah data hasil pretest dan posttest dan hasil observasi . c. Tahap Akhir
1. Mengolah data hasil tes awal, tes akhir serta instrumen lainnya.
2. Menganalisis dan membahas hasil penelitian.
3. Menarik kesimpulan.
4. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang
kurang memadai.
Tahapan-tahapan penelitian ini dapat digambarkan dengan menggunakan alur
34
Gambar 3.1 Alur penelitian
PENDAHULUAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGOLAHAN DATA
35
Evira Agustina, 2014
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini yaitu Tes dan Non Tes, tes
berisi Tes Kemampuan menginterpretasi grafik dan Tes Hasil Belajar Aspek
Kognitif, sedangkan non tes berisi lembar observasi yang terdiri dari Lembar
Aktivitas Guru dan Lembar Aktivitas Siswa.
1.Tes
a. Tes Kemampuan Interpretasi grafik
Tes kemampuan interpretasi grafik yang digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam penelitian ini mengacu pada instrumen TUGK (Test of Understanding Graphs Kinematics).
b. Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif
Tes hasil belajar yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif
berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam
penelitian ini aspek kognitif yang diukur meliputi C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (penerapan), dan C4 (analisis) yang disesuaikan dengan
tuntutan Kompetensi Dasar yang diteliti.
2. Non-Tes
Instrumen non-tes yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas
antara guru dengan siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi
ini berfungsi untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan dan dilakukan
dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: wawancara, penyebaran angket, tes
hasil belajar dan observasi terhadap keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Adapun penjelasan mengenai teknik pengumpulan data
36
Tabel 3.1
Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Teknik pengumpulan Instrumen
Hasil Belajar Aspek Kognitif
Data diperoleh dari hasil tes Tes hasil belajar aspek kognitif
G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Kualitas instrumen sebagai alat pengambil data harus teruji kelayakannya
dari segi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.
1. Validitas
Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Tes yang valid adalah tes yang
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Validitas item soal dari
suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam
mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Pengujian
validitas soal dilakukan secara validitas konstruk dan isi dengan cara
meminta pertimbangan (judgement) kepada tim ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang disusun sudah emngukur apa yang
hendak diukur. Para ahli diminta memberikan tanggapan serta masukan
tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang digunakan
dalam validitas soal ini berjumlah dua orang. Pengujian validitas ini
dilakukan dengan melihat kesesuaian antara soal, indikator soal dan
37
Evira Agustina, 2014
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai
suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil
pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya
diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang
berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak
terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang
reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliable. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang
digunakan dalam menentukan reliabilitas yaitu teknik test-retest.
Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien
reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas
adalah teknik korelasi “Pearson’s Product Moment” yang dikemukakan oleh
Pearson, yaitu:
rxy= koefesien korelasi
N = jumlah peserta tes
X = Skor siswa menjawab benar pada tes pertama
Y = Skor siswa yang menjawab pada tes kedua
Untuk menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat
38
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
rxy Interpretasi
0,80 - 1,00 Sangat tinggi
0,60 - 0,79 Tinggi
0,40 - 0,59 Sedang
0,20 - 0,39 Rendah
< 0,2 Sangat rendah
(Arikunto, 2007)
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi/daya
pembeda. Indeks ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk
menentukan indeks diskriminatif:
dengan
D : daya pembeda
BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal tersebut
dengan benar
BB: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal tersebut
dengan benar
JA : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok atas
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Daya pembeda diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan yang
39
Evira Agustina, 2014
Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,19 jelek (poor)
0,20 – 0,39 cukup (satisfactory)
0,40 – 0,69 baik (good)
0,70 – 1,00 baik sekali (excellent) (Arikunto, 2009)
D = 0 berarti butir soal tidak mempunyai daya pembeda
D = 1 berarti bahwa butir soal hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi
D = - … (negatif) berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.
4. Tingkat Kemudahan
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan mudah dan
sukarnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan antara 0,00 sampai 1,00.
Indeks ini menunjukkan taraf kemudahan soal. Soal dengan indeks
kemudahan 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Rumus mencari P
adalah:
dengan
P : indeks kemudahan
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tingkat kemudahan diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan
40
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kemudahan Butir Soal
Nilai tingkat kemudahan Klasifikasi
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 - 1,00 Mudah
(Arikunto, 2009
H. Hasil Uji coba Instrumen
Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik harus dilakukan uji coba
instrumen terlebih dahulu kepada siswa yang memiliki karakter yang setingkat
dengan siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, uji
coba dilakukan terhadap siswa SMP kelas VIII di sekolah yang sama. Setelah
dilakukan uji coba maka dilakukan analisis uji instrumen yang meliputi validitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran. Sehingga dapat diperoleh instrumen tes
yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Instrumen tes dalam
penelitian ini terdiri dari dua perangkat tes yaitu tes kemampuan interpretasi
grafik dan tes hasil belajar siswa.
Hasil coba instrumen tes kemampuan interpretasi grafik dapat dilihat dari
Tabel 3.5
Tabel 3.5
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Interpretasi Grafik
Nomor Soal
Daya Pembeda Tingkat kemudahan
41
Evira Agustina, 2014 Nomor
Soal
Daya Pembeda Tingkat kemudahan
Keputusan
Adapun hasil uji coba reliabilitas diperoleh nilai koefisien reliabilitas
sebesar 0,904 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Artinya instrumen
ini sudah menghasilkan skor yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan
skor yang konsisten atau relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi
yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis soal, dari terdapat 24 soal yang akan
digunakan sebagai instrumen penelitian.
Sedangkan hasil uji coba instrumen tes hasil belajar aspek kognitif dapat
dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6
Hasil Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif
Nomor Soal
Daya Pembeda Tingkat kemudahan
42
Nomor Soal
Daya Pembeda Tingkat kemudahan
Keputusan
Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen tes hasil belajar dapat
diperoleh nilai koefisien reliabilitasnya sebesar 0,965. Nilai koefisien ini termasuk
kedalam kategori sangat tinggi. Dari 27 soal yang telah diujicobakan hanya 25
soal yang digunakan dalam penelitian ini. Soal yang memiliki daya pembeda
dengan kategori jelek tidak digunakan.
I. Teknik Pengolahan Data Penelitian
a) Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan
data kualitatif.
1. Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui pengisian lembar observasi
untuk mengetahui keterlaksanaan model. Pengisian lembar observasi
keterlaksanaan model dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran
43
Evira Agustina, 2014
2. Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui tes untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa. Tes ini
dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
b) Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data skor pretest dan posttest dari hasil tes dan lembar observasi keterlaksanaan model. Teknik pengolahan data
instrumen adalah dengan menggunakan analisis dengan langkah sebagai berikut:
1) Analisis Keterlaksanaan Model dalam Pembelajaran
Analisis keterlaksanaan model menggunakan pengisian lembar observasi.
Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran
berlangsung. Format observasi ini berbentuk rating Scale dan membuat kolom ya/tidak. Tingkat keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Sugiono,2012)
Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan model pembelajaran pada setiap
pertemuan, maka data hasil observasi diolah menjadi dalam bentuk persentase
dengan interpretasi yang tercantum dalam Tabel 3.7
Tabel 3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model
44
2) Analisis Tes Hasil Belajar dan kemampuan Interpretasi grafik
Peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan interpretasi grafik setelah
diberi tes dengan menghitung gain yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari
skor gain aktual dengan skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain
yang diperoleh siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor
gain maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang
diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.
pre
Smaks = skor maksimum ideal
b. Menentukan nilai rata-rata gain ternormalisasi untuk seluruh siswa.
c. Menentukan kriteria rata-rata skor gain ternormalisasi yang tercantum pada
Tabel 3.8
Tabel 3.8 Kriteria Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi
61 Evira Agustina, 2014
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan
pembahasan terhadap data hasil penelitian setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa dilihat dari skor rata-rata gain
yang dinormalisasi yang didapat sebesar 0,57. Hal ini menunjukan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dengan kategori sedang.
2. Peningkatan kemampuan interpretasi grafik siswa dilihat dari skor rata-rata
nilai gain yang dinormalisasi adalah sebesar 0,60. Hal ini menunjukan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa dengan kategori sedang.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang
dapat diajukan, antara lain:
1. Untuk meningkatkan kemampuan interpretasi grafik siswa memerlukan waktu
yang tidak sebentar. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan proses kemampuan
menafsirkan grafik dalam pembelajaran fisika yaitu dengan membiasakan
siswa dalam proses menganalisis data percobaan.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan terkait penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan menggunakan kelas kontrol untuk melihat
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran (edisi revisi).
Jakarta : PT Bumi aksara
Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Taun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Fathony, Musyafa. (2007). Cooperative Learning. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif . [4
Maret 2013]
Fida Rachmadiarti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University
Hake, R. (1999). “ Analyzing Change/Gain Score”. Indiana University 24245 Hatteras Street, Woodland Hills, CA, 91367 USA.
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses. Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.
[Online]. Tersedia:
http://ajp.aapt.org/resource/1/ajpias/v66/i1/p64_s1?isAuthorized=no [5
Januaru 2013]
Karlina, I. (2008). Pembelajaran kooperatif “cooperatif learning” sebagai salah
63
Evira Agustina, 2014
Karuru, Pedry. (2007). STAD Untuk pembelajaran IPA. [Online]. Tersedia :
http://asuro-awielampung.blogspot.com/2008/03/stad-untuk-pembelajaran-ipa.html [10 Januari 2013]
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia
Marzuki, S.Pd. (2012). MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK. [Online]. Tersedia :
http://q-belajar.blogspot.com/2012/09/makalah-ptk-meningkatkan-hasil.html [11 Agustus 2013]
Munawar, Indra. (2009). Pengertian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia :
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html [18 November 2013]
Nur, Muhammad. (2005). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Ridwan. (2008). Ketercapaian Hasil Belajar. Dalam Dunia ilmu rumah pengetahuan indonesia [Online], Tersedia: http://ridwan202.wordpress.
Com/2008/05/03/ketercapaian-hasil-belajar/ [24 Juli 2013]
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka CiptaA
Slavin, Robert E. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media
Sudrajat, Akhmad. (2010). Taksonomi Bloom. [Online], Tersedia: http://lentera-rakyat.sos4um.com/t1136-taksonomi-bloom [15 Maret 2013]
Supyati, Lilis (2010) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Lembang). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan
64
http://www.southwestern.edu/academics/ejse/original%20site/manuscript
s/v3n4/articles/art01_svec/svec.html [12 September 2013]
Yuriwsa. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. [Online]. Tersedia :
http://yuriwsa.files.wordpress.com/2010/01/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.ppt [12 Maret 2013]
Zaifbio. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). [Online]. Tersedia :