Pada bab ini akan dianalisis dan dibahas secara berurutan mulai dari proses-proses operasional dan model bisnis, cara pengukuran, tingkat dan perkembangan produktivitas karyawan dan peran pemimpin dalam meningkatkan produktivitas karyawan pada PT Queen Snack, Pandaan.
4.1 Deskripsi Model Bisnis dan Proses-Proses Operasional pada PT Queen Snack di Pandaan
Pada sub bab ini akan menjelaskan mengenai model bisnis dan proses-proses operasional di perusahaan ini, dimana proses-proses-proses-proses operasional dimulai dari proses pembuatan makanan ringan, pengemasan, sampai ke distribusi.
4.1.1 Model Bisnis PT Queen Snack
PT Queen Snack adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan yang berdiri pada tahun 1980. Perusahaan ini di pimpin oleh seorang direktur yang bernama Liman Sukiatno, perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga. PT Queen snack awalnya berdiri pada tahun 1980 hanya bergerak di bidang distribusi makanan ringan. Perusahaan ini hanya sebagai penyalur makanan ringan (seperti chiki,wafer,kripik) yang diambil dari perusahaan lain yang melakukan proses produksi makanan ringan, dan di salurkan kepada setiap agen yang berada sekitar Jawa Timur . Perusahaan ini sebelum memproduksi barang sendiri hanya memiliki 150 karyawan, karena pada tahun 1980 perusahaan belum memiliki divisi produksi. Hanya memiliki divisi pemasaran, HRD, dan keuangan, namun perusahaan ini tidak hanya ingin berdiri sebagai distributor saja melainkan ingin berinovasi dengan memproduksi makanan ringan itu sendiri.
Pada tahun 1990 perusahaan ini memilih untuk memproduksi makanan ringan tersebut dan tetap menjadi distibutor makanan ringan perusahaannya sendiri. Menurut Liman Sukiatno sebagai direktur perusahaan ini, memproduksi makanan ringan sendiri lebih mengguntungkan bagi perusahaannya walaupun dia
baku, lahan perusahaan, dan sebagainya. Walaupun biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut lebih banyak dan membutuhkan modal yang besar, namun harga yang ditawarkan kepada konsumen bisa jauh lebih murah dibandingkan hanya menjadi distributor makanan ringan itu sendiri. Selain itu juga perusahaan ini bebas untuk membuat makanan ringan yang beragam sehingga agen tidak bosan dengan produk mereka. Hal ini yang menjadi pertimbangan perusahaan ini sehingga memutuskan untuk mulai memproduksi makanan ringan sendiri dan menjadi distributor makanan ringan perusahaannya sendiri. Model bisnis yang dipakai di perusahaan ini adalah model bisnis B2C (Business to Consumer), yaitu kegiatan bisnis yang secara langsung ditawarkan kepada jasa pengecer dan B2B (Business to Business) yaitu menyediakan produk perusahaan kepada agen. Namun model bisnis yang paling utama dilakukan perusahaan yaitu B2B, dimana PT Queen Snack ini sendiri menjual produk makanan ringannya kepada agen-agen yang tidak melakukan proses produksi sendiri yaitu kepada CV Bukit Mas, Surabaya. CV Bukit Mas merupakan salah satu contoh perusahaan yang menjadi agen PT Queen Snack.
Pada tahun 2008 perusahaan ini bertambah karyawan sebanyak 70 karyawan bagian produksi, dimana sebelum tahun 2008 karyawan bagian produksi hanya bertambah 40-50 karyawan setiap tahunnya. Dengan memiliki 30 mesin dan hasil produksi pada tahun 2008 tersebut sebesar 127.000 unit. Setiap tahunnya perusahaan ini terus berkembang dengan bertambahnya jumlah karyawan ataupun jumlah mesin sehingga membuat hasil produksi dari perusahaan ini meningkat. Pada tahun 2011 perusahaan memiliki hampir 300 karyawan yang telah terbagi ke dalam divisi masing-masing, khusus bagian divisi produksi saat ini memiliki 105 karyawan dimana 90 karyawan berada di divisi proses produksi dan 15 karyawan yang merupakan staf divisi produksi, selain itu juga perusahaan memiliki 50 mesin yang terbagi dalam 40 mesin produksi makanan ringan dan 10 mesin pengemasan dengan hasil produksi 145.000 unit sampai bulan oktober tahun 2011. Perusahaan ini memiliki 15 jenis produk yang terbagi ke dalam 3 jenis kelompok yaitu, chiki, biskuit, dan kripik.
Menurut Liman sebagai direktur perusahaan, menjadi perusahaan makanan ringan tidak mudah, banyak kendala yang harus diperhatikan seperti
batas waktu konsumsi (Kadarluarsa) harus diperhatikan karena jika tidak diperhatikan akan berdampak buruk kedepannya. Akan banyak anak-anak yang sakit karena mengkonsumsi makanan yang telah melewati batas waktu konsumsinya. Untuk itu perusahaan ini selalu memberikan kewenangan kepada dinas kesehatan untuk mengawasi setiap produk makanan ringan dari perusahaan ini, layak atau tidak untuk dikonsumsi. Selain itu yang menjadi kendala yang lain menurut Limen banyak sekali terjadi makanan ringan yang tidak utuh sampai ke tangan konsumen seperti pecah akibat pengangkutan sehingga tidak layak untuk di konsumsi. Untuk itulah perusahaan ini berusaha untuk memperhatikan kemasan yang dibuat agar supaya bisa selamat sampai di tangan konsumen.
Perusahaan ini sangat tertarik untuk bergerak di bidang makanan ringan ini karena makanan ringan merupakan salah satu kebutuhan sekunder dari konsumen bukan hanya anak-anak yang menjadi target perusahaan bahkan perusahaan ini berusaha supaya orang dewasa pun mau mengkonsumsinya. Semenjak tahun 1980-1990 perusahaan ini menyebarkan produknya hanya di Jawa Timur , tahun 1995 produk perusahaan ini tersebar ke seluruh pulau Jawa, dan mulai tahun 2000 sampai saat ini produk perusahaan ini telah tersebar ke pulau Sumatera dan Sulawesi. Perusahaan ini akan terus memperluas jaringannya bukan hanya di dalam negeri melainkan bisa sampai ke luar negeri.
4.1.2 Proses-Proses Operasional PT Queen Snack
Proses-proses operasional pada PT Queen Snack dimulai dari aktivitas utamanya yaitu melakukan proses pembuatan makanan ringan, dan yang menjadi aktivitas pendukungnya mulai dari pengemasan makanan ringan sampai dengan distribusi makanan ringan sampai kepada konsumen.
4.1.2.1 Proses Pembuatan Makanan Ringan
Pada sub bab ini akan membahas proses pembuatan makanan ringan mulai dari supplier bahan baku yang dibutuhkan sampai menjadi barang jadi seperti chiki, kripik dan biskuit. Berikut adalah flow chart dari proses pembuatan makanan ringan PT Queen Snack.
Gambar 4.1 Flow chart Proses Pembuatan Makanan Ringan PT Queen Snack Sumber: Data Primer (Hasil Wawancara kepada Owner)
PT Queen Snack Yang Diolah Supplier Bahan Baku
Gudang Penyimpanan Proses Pembuatan Makanan Ringan Bahan baku: 1. Gula 2. Minyak Nabati 3. Tepung Terigu 4. Pati Tapioka 5. Bubuk Cacao
1. Bahan Baku diukur 2. Semua bahan baku yang dibutuhkan dicampur sehingga menjadi adonan dengan menggunakan mesin
3. Proses pemasakan dengan suhu 240 derajat fahrenheit 4. Proses penipisan adonan dengan menggunakan mesin penipis adonan
5. Proses pemotongan sesuai dengan bentuk snack yang diinginkan
Barang Jadi (Chiki, Keripik, dan Biskuit)
Proses pembuatan makanan ringan ini dimulai dari beberapa tahap: a. Supplier Bahan Baku
Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan makanan ringan yaitu gula, minyak nabati, tepung terigu, pati tapioka, bubuk cacao, susu skim bubuk, garam dan perasa. Ini merupakan bahan baku utama yang dipakai untuk membuat makanan ringan. Semua bahan baku utama di atas di ambil dari Indonesia, kecuali minyak nabati di impor dari luar negeri.
b. Gudang Penyimpanan
Bahan baku yang ada akan dimasukkan kedalam gudang penyimpanan untuk diukur berapa banyak yang dibutuhkan untuk proses pembuatan. Hal ini diperlukan agar hasil yang diperoleh bisa lebih maksimal.
c. Proses Pembuatan Makanan Ringan
Proses pembuatan ini dilakukan setelah bahan baku yang diperlukan telah diukur maka semua bahan baku tersebut akan di campur dengan menggunakan mesin sehingga menjadi adonan. Adonan yang telah dicampur dengan semua bahan yang diperlukan tersebut akan dimasak dengan suhu 240 derajat fahrenheit. Setelah proses pemasakkan selesai, adonan akan dimasukkan ke dalam mesin penipisan adonan dimana mesin ini bisa diatur ketebalan lembaran snack sehingga mudah untuk dipotong kemudian, adonan yang telah ditipiskan tersebut akan dipotong sesuai dengan bentuk snack yang diinginkan. Proses pembuatan ini dilakukan menggunakan mesin dimana terdapat 40 mesin yang beroperasi untuk proses pembuatan, setiap mesin dioperasikan oleh 2 karyawan, dalam hal ini karyawan bagian produksi di perusahaan ini berumur 25-40 tahun. Proses pembuatan ini berlangsung selama 2 hari dengan jam kerja karyawan mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 5 sore. Setiap tim kerja (2 karyawan) ditargetkan menghasilkan 600 bungkus per hari.
d. Selesai menjadi barang jadi
Bahan baku yang telah diolah melewati proses pembuatan akan selesai menjadi barang jadi, seperti kripik, chiki, dan biskuit.
Dalam pembuatan makanan ringan di awasi oleh manajer produksi dimulai dari bahan baku yang masuk, gudang penyimpanan, proses pembuatan dengan menggunakan mesin, sampai menjadi barang jadi. Pada pembuatan makanan ringan ini, terdapat barang cacat mulai dari pecahnya makanan ringan atau rasa dari makanan ringan tersebut yang tidak sesuai dengan target perusahaan. Namun hal tersebut dapat diatasi oleh perusahaan, karena 1 mesin bisa memproduksi minimal 600 bungkus per hari.
Selain itu juga, karena perusahaan ini merupakan perusahaan makanan ringan. Sisa dari proses produksi makanan ringan ataupun makanan ringan yang telah kadarluarsa digunakan sebagai bahan pakan ayam petelur, perusahaan ini telah bekerjasama hampir dari 10 perusahaan peternakan. Salah satu peternak yang tinggal di daerah Sidoarjo ini sering mengambil sisa produksi atau makanan ringan yang telah kadarluarsa dan dijadikan sebagai bahan pakan kebutuhan ternak. Bagi perusahaan ini merupakan solusi yang baik untuk penanganan limbah khususnya makanan ringan.
4.1.2.2 Pengemasan Makanan Ringan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Berikut akan dijelaskan lebih lengkap lewat flow chart pengemasan makanan ringan PT Queen Snack.
Gambar 4.2 Flow chart Pengemasan Makanan Ringan PT Queen Snack Sumber: Data Primer (Hasil Wawancara kepada Owner)
PT Queen Snack Yang Diolah
Proses pengemasan makanan ringan ini dilakukan dengan menggunakan mesin sealer yang dioperasikan oleh 1 karyawan, dalam mesin pengemasan ini hanya dioperasikan 1 karyawan karena tidak membutuhkan pemantauan yang lebih ekstra dibanding dengan proses pembuatan yang harus di kontrol setiap saat. Setelah proses pengemasan selesai akan di pindah ke dalam kemasan yang lebih besar seperti dos dimana 1 dos berisi 24 pcs, hal ini agar memudahkan pengiriman barang ke agen-agen yang telah terdaftar. Pengemasan makanan ringan ini sendiri di awasi oleh manajer divisi produksi, bukan hanya proses pembuatan yang diperhatikan pengemasan pun harus diperhatikan. Karena pengemasan ini sendiri yang akan menjaga sehingga produk makanan ringan bisa sampai ke tangan konsumen dalam keadaan utuh dan bersih.
Barang Jadi (Chiki, biskuit, keripik)
Proses pemasukkan makanan ringan ke dalam
kemasan
1. Chiki, biskuit, dan kripik dimasukkan ke dalam kantong kemasan
2. Tutup kemasan dengan menggunakan mesin continous sealer untuk snack yang berupa chiki, dan mesin hand sealer untuk snack berupa biskuit dan kripik
3. Beri label pada kemasan (Nama perusahaan yang menerbitkan, tanggal kadarluarsa, komposisi)
Pengemasan yang baik dalam bentuk, warna atau dekorasi yang bagus akan menarik perhatian konsumen. Untuk itu perusahaan ini selalu berinovasi dan menciptakan kreasi dengan kemasan makanan ringan ini, seperti mengubah kemasan makanan ringan sesuai dengan trend yang terjadi pada saat itu. Contohnya, pada saat trend mengenai seorang penyanyi yang bernama norman maka perusahaan akan membuat kemasan dengan gambar wajah norman tersebut. Hal itu dilakukan agar supaya konsumen tidak bosan dengan kemasan yang terus menerus sama.
4.1.2.3 Distribusi Makanan Ringan
Gambar 4.3 Flow chart Distribusi Makanan Ringan PT Queen Snack Sumber: Data Primer (Hasil Wawancara kepada Owner)
PT Queen Snack Yang Diolah Pengemasan
Agen (Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera) (70%) Gudang Penyimpanan barang jadi (30%) Supermarket kecil, toko klontong, dan
sebagainya
Siap Untuk dikirim
Siap Untuk Dikirim
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Perusahaan ini menggunakan sistem simpan dan kirim, dimana barang yang siap dikirim akan langsung dikirim ke agen-agen yang telah terdaftar. Namun barang yang tidak dikirim akan masuk ke dalam gudang penyimpanan yang hanya terjadi paling lama 5 hari di dalam gudang penyimpanan, setelah 5 hari barang tersebut akan di tambahkan dengan baran-barang yang telah selesai untuk dikirim. Proses pengiriman dilakukan setiap harinya. Fungsi distribusi ini sendiri adalah agar semua konsumen dimanapun berada bisa memperoleh produk dari perusahaan ini. Yang mengatur sistem distribusi perusahaan ini sampai ke tangan konsumen adalah kepala distribusi yang tugasnya mengatur sistem penyaluran makanan ringan ini dari produsen sampai ke konsumen.
Faktanya yang terjadi dalam perusahaan selama pengiriman barang ke agen-agen tersebut adalah kurangnya barang atau tidak sesuai dengan permintaan agen. Hal ini terjadi karena dari pihak perusahaan kurang teliti dalam menghitung barang yang akan dikirimkan ke agen-agen tersebut. Sehingga resiko dari perusahaan harus mengirim lagi kekurangan barang tersebut.
4.2 Produktivitas Karyawan PT Queen Snack
Produktivitas karyawan bagi perusahaan ini sangatlah penting, karena laba yang dihasilkan oleh perusahaan ditentukan dari meningkat atau menurunnya produktivitas karyawan tersebut. Dalam sub bab ini akan dibahas mulai dari cara pengukuran, tingkat dan perkembangan produktivitas karyawan PT Queen Snack. Serta peneliti menggunakan uji triangulasi untuk menguji kebenaran data yang diperoleh lewat wawancara dengan pemimpin (dalam Lampiran).
4.2.1 Cara Pengukuran Produktivitas Karyawan PT Queen Snack
Sub bab ini akan membahas tentang cara pengukuran produktivitas karyawan PT Queen Snack, dimana data pendukung di dapat dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu owner perusahaan dan informan di bagian produksi.
Sesuai dengan hasil wawancara yang didapat, PT Queen Snack sebelumnya belum pernah melakukan pengukuran produktivitas di divisi produksi. Perusahaan ini hanya melihat produktivitas karyawannya naik atau turun dilihat dari hasil produksi yang setiap tahun meningkat. Menurut Owner/pemilik perusahaan ini, hal itu bisa dikatakan bahwa produktivitas seorang karyawan meningkat.
Sesuai kondisi PT Queen Snack yang belum melakukan pengukuran produktivitas, maka peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran di perusahaan ini dengan menggunakan model pengukuran produktivitas parsial. Sebelum peneliti melakukan pengukuran produktivitas, awalnya peneliti akan meminta data-data penunjang untuk melakukan pengukuran selama proses wawancara. Data yang diberikan perusahaan lewat wawancara dengan narasumber, antara lain data hasil produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah jam lembur kerja, jumlah produk cacat, jumlah produk baik, jumlah mesin rusak, dan jumlah mesin baru. Dari delapan data diatas semua berasal dari bagian produksi perusahaan, data diambil mulai tahun 2008 dan tahun 2009.
Cara pengukuran yang dipakai yaitu pengukuran produktivitas parsial, dimana outputnya dibandingkan dengan inputnya. Jika dalam rumus, yaitu:
OUTPUT
PRODUKTIVITAS PARSIAL = --- ... (4.1) INPUT
Dan untuk mengetahui tingkat dan perkembangan produktivitas bagian produksi, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
% 100 2008 2008 2009 x tahun Data tahun data tahun Data − ... (4.2) Semua data produksi yang didapat dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu owner dan informan yaitu karyawan bagian produksi ini akan diolah menggunakan perhitungan diatas. Sebelum menghitung produktivitas, awalnya peneliti mengolah data hasil wawancara dengan menjumlahkan data selama 1 tahun. Setelah semua selesai dijumlahkan, maka peneliti langsung menghitung perbandingan antara output dan inputnya, dan kemudian mencari tingkat dan perkembangan dalam persentase.
4.2.2 Tingkat dan Perkembangan Produktivitas Karyawan PT Queen Snack
Tingkat dan perkembangan produktivitas karyawan PT Queen Snack terlihat dari beberapa perbandingan output dan input yang diolah dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu owner dan informan merupakan karyawan bagian produksi. Tingkat dan perkembangan produktivitas di perusahaan ini ditinjau dari pengolahan beberapa data tahun 2008 dan tahun 2009 dari hasil wawancara, antara lain:
a. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Hasil Produksi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja PT Queen Snack tahun 2008 & 2009
Tabel 4.1 Analisa Hasil Produksi terhadap Produktivitas Tenaga Kerja PT Queen Snack Tahun Hasil Produksi (Bungkus) Tenaga Kerja (Orang) Produktivitas Hasil Produksi/Tenaga Kerja % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 127.000 1.000 127 (130,18-127)/127*100% = 2,51% 2009 138.000 1.060 130,1886792
Sumber: Hasil Wawancara kepada Owner PT Queen Snack yang diolah
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa hasil produktivitas perusahaan mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009. Dengan menggunakan output (hasil produksi) dengan membagikan input (jumlah tenaga kerja). Pada tahun 2008 produktivitas perusahaan sebesar 127 meningkat di tahun 2009 sebesar 130,1886792. Yang menghasilkan prosentase sebesar 2,51%.
Menurut manajer divisi produksi menyatakan bahwa meningkatnya hasil produksi yang diikuti juga dengan bertambah jumlah tenaga kerja dikarenakan karyawan yang baru pada umumnya lebih rajin dalam bekerja
meningkat pada tahun 2009 disebabkan oleh para tenaga kerja yang baru. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi meningkatnya produktivitas adalah melonjak permintaan agen pada tahun 2009 sehingga membuat hasil produksi menjadi meningkat.
Peran pemimpin disini melihat dari sudut pandang hasil produksi, dimana Liman selaku owner perusahaan mencoba menambah tenaga kerja pada tahun 2009 untuk memastikan apakah hasil produksi akan meningkat jika tenaga kerja bertambah. Dan ternyata hasil produksi naik pada saat Liman menambah tenaga kerja di tahun 2009, namun tenaga kerja yang ditambah oleh Liman belum maksimal. Karena seharusnya Liman masih bisa menambah kapasitas tenaga kerja agar bisa menghasilkan hasil produksi yang lebih banyak.
b. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Hasil Produksi terhadap Jam Kerja Karyawan
Tabel 4.2 Analisa Hasil Produksi terhadap Jam Kerja Karyawan PT Queen Snack Tahun Hasil Produksi (Bungkus) Jam Kerja Karyawan (Hari) Produktivitas Hasil produksi/Jam Kerja Karyawan % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 127.000 1.920 66,14583333 (71,87-66,14)/66,14*100 % = 8,66% 2009 138.000 1.920 71,875
Sumber: Hasil Wawancara kepada Owner PT Queen Snack yang diolah
Dari data diatas perusahaan mengalami peningkatan produktivitas pada tahun 2008 sebesar 66,14583333 dan tahun 2009 sebesar 71,875. Dengan menggunakan output (hasil produksi) dan input (jam kerja karyawan). Peningkatan produktivitas tersebut dikarenakan adanya penambahan tenaga kerja sehingga dengan jam kerja yang sama dapat meningkatkan hasil produksi menjadi 138.000 unit. Hal ini yang
Menurut salah satu karyawan divisi produksi, jam kerja karyawan diperusahaan ini selalu tetap dan tidak berubah namun yang menyebabkan hasil produksi meningkat adalah tenaga kerja yang bertambah setiap tahunnya, dan lingkungan kerja yang nyaman sehingga membuat karyawan lebih maksimal dalam bekerja. Sehingga yang terjadi adalah hasil produksi pun meningkat pada tahun 2009.
Keputusan peran pemimpin disini adalah dengan menambah tenaga kerja, menurut Liman tidak perlu lagi menambah jam kerja karena jam kerja tersebut sudah sesuai dengan jam kerja pada umumnya yaitu 8 jam dalam sehari. Liman mengakui bahwa keputusan untuk menambah tenaga kerja merupakan keputusan yang tepat bagi perusahaan agar bisa meningkatkan hasil produksi dan memenuhi permintaan para agen.
c. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Jumlah Produk Cacat terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Tabel 4.3 Analisa Jumlah Produk Cacat terhadap Produktivitas Tenaga Kerja PT Queen Snack
Tahun Produk Cacat (Bungkus) Tenaga Kerja (Orang) Produktivitas Produk Cacat/Tenaga Kerja % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 263 1000 0,263 (0,213-0,263)/0,263*1 00% = -1,3% 2009 226 1060 0,213207547
Sumber: Hasil Wawancara kepada Owner PT Queen Snack yang diolah Dari data diatas dengan menggunakan output (produk cacat) dan input (tenaga kerja) menghasilkan jumlah karyawan yang bertambah dari 1000 pada tahun 2008 menjadi 1060 pada tahun 2009, dan mengalami penurunan produk cacat dari 263 pada tahun 2008 menjadi 226 pada tahun 2009. Namun total produktivitas pun menurun pada tahun 2008 sebesar 0,263
menjadi 0,21 pada tahun 2009, sehingga prosentase produktivitas adalah -1,3%.
Menurut Liman yang menjadi penyebab turunnya produk cacat dikarenakan tenaga kerja yang efektif sehingga hasil produksi yang dihasilkan lebih sedikit terdapat produk yang gagal. Selain itu menurut salah satu karyawan divisi produksi produk cacat bisa diminimalisasikan dengan adanya penambahan tenaga kerja. Karena semakin banyak tenaga kerja yang saling mengawasi dalam proses produksi maka akan semakin kecil terjadinya produk gagal.
Namun yang menyebabkan menurunnya produktivitas adalah semakin banyak tenaga kerja yang saling mengawasi menyebabkan produktivitas karyawan itu sendiri menurun. Karena mereka tidak bekerja dengan maksimal melainkan hanya saling mengawasi satu dengan yang lain untuk meminimalkan adanya produk gagal.
Liman selaku owner perusahaan mengambil kebijakan untuk menambah tenaga kerja dari tahun 2008 yang hanya memiliki 1000 karyawan bertambah pada tahun 2009 dengan memiliki 1060 karyawan. Hal ini dilakukan Liman karena ingin meminimalkan produk cacat sehingga dia menambah jumlah tenaga kerja. Ini adalah salah satu kebijakan yang dilakukan Liman agar bisa mengurangi jumlah produk cacat.
d. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Jumlah Produk Baik terhadap Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.4 Analisa Jumlah Produk Baik terhadap Jumlah Tenaga Kerja PT Queen Snack Tahun Produk Baik (Bungkus) Tenaga Kerja (Orang) Produktivitas Produk Baik/Tenaga Kerja % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 8019 1000 8,019 (8,20377-8,019)/8,019*100%= 2,3042 2009 8696 1060 8,203773585
Dalam data produk baik (output) yang dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja (input) maka hasil yang didapat adalah total produktivitas pada tahun 2008 mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan prosentase produktivitas adalah 2,3042%.
Awalnya Liman hanya menambah tenaga kerja agar bisa meminimalkan jumlah produk cacat, ternyata kebijakannya tersebut juga meningkatkan jumlah produk baik. Sehingga kebijakan yang dilakukan Liman ini mampu meminimalkan jumlah produk cacat dan meningkatkan jumlah produk baik.
Prosentase produktivitas mengalami kenaikan menurut salah satu karyawan produksi dikarenakan adanya para karyawan baru yang lebih teliti dalam bekerja.
e. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Penjualan terhadap Jumlah Tenaga Kerja
Tabel 4.5 Analisa Penjualan terhadap Jumlah Tenaga Kerja PT Queen Snack Tahun Penjualan (Unit Karton) Jumlah Tenaga Kerja Produktivitas Penjualan/Jumlah Tenaga Kerja % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 1.597.000 1.000 1597 (1575,471698-1597)/1597*100% = -1,34805 2009 1.670.000 1.060 1575,471698
Sumber: Hasil Wawancara kepada Owner PT Queen Snack yang diolah
Dari data diatas hasil penjualan (output) pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.670.000 karton yang terjual dan jumlah tenaga kerja (input) yang meningkat dari 1000 karyawan menjadi 1060 karyawan di tahun 2009. Meningkatnya hasil penjualan perusahaan disebabkan oleh kebijakan Liman yang menambah tenaga kerja.
peningkatan sehingga dia harus membuat para karyawan tersebut bekerja lebih keras lagi agar dapat memenuhi permintaan para agen. Sehingga dengan menambah jumlah tenaga kerja menurut Liman dapat memenuhi permintaan agen yang setiap bulannya berubah-ubah.
Liman sendiri merasa para karyawannya cukup merasa lelah dan capek dalam bekerja karena tiap hari harus bisa mencapai target serta memenuhi keinginan para agen, hal ini menurut Liman yang membuat produktivitas para karyawannya menurun.
Salah satu karyawan bagian produksi pun mengakui bahwa sudah merasa capek dalam bekerja karena permintaan agen yang kadang naik dan kadang turun. Di saat permintaan agen naik maka mereka harus bekerja lebih keras jika tidak mencukupi jam kerja normal akan ditambahi dengan bekerja lembur.
Dalam hal ini Liman selaku owner perusahaan harus bisa menambah jumlah tenaga kerja jika tenaga kerja yang saat ini masih kurang. Karena dengan bertambahnya jumlah permintaan para agen maka jumlah tenaga kerja pun harus ditingkatkan.
f. Tingkat dan Perkembangan produktivitas yang di evaluasi melalui pencapaian Hasil Produksi terhadap Mesin Baru
Tabel 4.6 Analisa Hasil Produksi terhadap Mesin Baru PT Queen Snack Tahun Hasil Produksi (Bungkus) Mesin Baru (Unit) Produktivitas Hasil Produksi/Mesin Baru % Kenaikan atau Penurunan Produktivitas 2008 127000 44 2886,363636 (3450-2886)/2886*100% = 19,5275 2009 138000 40 3450
Sumber: Hasil Wawancara kepada Owner PT Queen Snack yang diolah
produksi) dibagi dengan input (mesin baru). Walaupun total produktivitasnya meningkat tetapi jumlah mesin baru menurun pada tahun 2008 dan 2009, dengan prosentase produktivitas adalah 19,5275%.
Menurut salah satu karyawan divisi produksi hasil produksi yang bertambah namun, jumlah mesin baru yang berkurang dikarenakan mesin lama yang seharusnya sudah tidak layak beroperasi dipaksa untuk beroperasi. Hal ini membuat perusahaan tidak menambah mesin baru namun hanya menggunakan mesin yang lama saja.
Liman mengakui tidak menambah jumlah mesin baru, karena menurutnya mesin yang lama masih bisa beroperasi walaupun yang dihasilkan tidak sesuai dengan target perusahaan. Namun Liman melakukan hal itu agar meminimalkan biaya yang keluar untuk membeli mesin baru. Selain itu mesin baru masih berkapasitas 60%.
4.3 Studi Kasus Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Produktivitas Karyawan pada PT Queen Snack
Pada sub bab ini terdapat beberapa kasus yang pernah terjadi di perusahaan PT Queen Snack yang berhubungan dengan peran pemimpin dalam meningkatkan produktivitas karyawan di perusahaan tersebut.
4.3.1 Kasus Permintaan Agen yang meningkat terus menerus
Kasus yang pertama yang pernah dialami perusahaan sampai saat ini adalah permintaan agen yang tidak menentu kadang melebihi target perusahaan. Sejak tahun 2000 semenjak perusahaan ini bekerjasama dengan agen yang ada di Sumatera dan Sulawesi, permintaan barang melonjak setiap bulannya. Para karyawan harus bekerja lembur agar bisa memenuhi permintaan agen, namun menurut Liman dengan bekerja lembur masih belum bisa memenuhi permintaan agen secara maksimal. Bahkan ada beberapa agen yang dibatasi oleh perusahaan untuk meminimalkan hasil produksi, karena jika tidak waktu lembur yang disediakan bagi para karyawan pun belum cukup untuk bisa memenuhi semua permintaan para agen. Akibatnya para karyawan merasa capek karena mereka
Untuk itu Liman selaku owner perusahaan mengambil kebijakan untuk menambah tenaga kerja agar supaya permintaan agen terpenuhi, untuk menambah tenaga kerja baru Liman harus mengeluarkan biaya untuk gaji mereka.
Kebijakan yang diambil oleh Liman untuk menambah tenaga kerja memberikan hasil yang baik, karena dengan adanya tambahan tenaga kerja perusahaan dapat memenuhi permintaan agen. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan pada sub bab sebelumnya output yaitu hasil produksi naik sebesar 10% dan input yaitu tenaga kerja naik 9%, sehingga produktivitas karyawan dikatakan meningkat karena output lebih besar dari input di karenakan tenaga kerja yang baru melakukan pelatihan sehingga lebih rajin bekerja dibandingkan karyawan yang lama membuat produktivitas karyawan di perusahaan ini meningkat.
Meningkatnya produktivitas karyawan disebabkan oleh kebijakan yang diambil oleh Liman selaku owner perusahaan. Namun dalam hal ini peran yang di jalankan oleh Liman hanya sebagai director, karena Liman membuat kebijakan tersebut untuk bisa memenuhi permintaan agen tanpa memperdulikan para karyawan divisi produksi. Liman tidak pernah memberikan motivasi atau dorongan bagi para karyawannya melainkan hanya menginginkan permintaan agen dapat terpenuhi, hal ini menunjukkan pemimpin tidak menjalankan peran sebagai coach dan nurturer.
Pada kasus ini terlihat juga peran sebagai interpreter, karena Liman sendiri mampu melihat peluang yang ada di Sumatera dan Sulawesi. Sehingga pada tahun 2000 Liman memutuskan menerima agen yang berada di pulau Sumatera dan Sulawesi.
4.3.2 Kasus Kurangnya Motivasi dan Dorongan bagi Karyawan
Pada kasus ini perusahaan sering mengabaikan motivasi untuk para karyawan, padahal motivasi ini merupakan bagian yang mempengaruhi produktivitas karyawan naik atau turun. Salah satu karyawan di divisi produksi menuturkan bahwa perusahaan kurang memberikan perhatian kepada mereka, bahkan pemimpin perusahaan yaitu Liman yang sebagai owner perusahaan hanya
mementingkan permintaan para agen. Sehingga hal ini yang membuat produktivitas para karyawan menurun.
Namun pada saat ditanyakan kepada Liman selaku owner perusahaan menyatakan kasus seperti ini tidak bisa dilakukan oleh perusahaan dikarenakan jumlah karyawan yang begitu banyak sehingga tidak ada waktu bagi Liman untuk memberikan perhatian secara pribadi bagi seluruh karyawannya. Sehingga peran sebagai coach dan nurturer tidak tampak dalam perusahaan ini.
4.3.3 Kasus Keluhan dari Agen
Kasus ini mulai terjadi pada tahun 2000 semenjak perusahaan bekerjasama dengan agen yang ada di Sumatera dan Sulawesi, karena pengiriman ke luar kota memang memerlukan resiko yang besar apalagi barang yang dikirim adalah makanan yang mudah pecah.
Liman selaku owner perusahaan selalu berusaha untuk memberikan kemasan yang kuat agar supaya barang yang dikirim bisa sampai dengan utuh di tangan para agen, bukan hanya itu Liman pun selalu mengawasi cara kerja para karyawan di bagian pengiriman agar lebih perlahan-lahan dalam mengangkut barang. Namun hal ini masih belum diatasi, karena Liman sendiri tidak mengawasi proses pengiriman pada waktu di perjalanan, contohnya di perjalanan pemimpin tidak tahu bagaimana cara menyetir karyawan tersebut sehingga Liman sendiri hanya bisa memberi pengarahan sebelum para karyawan mengirim barang. Bukan hanya memberi pengarahan tetapi Liman pun memberikan tanggung jawab yang di percaya bahwa para karyawannya mampu menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Peran sebagai navigator dan caretaker yang muncul pada kasus ini.
Untuk mengatasi kasus ini Liman membuat kebijakan untuk melebihkan 2-4 pcs di setiap dosnya. Kebijakan ini menurut Liman menambah biaya yang keluar, namun hal itu dilakukan untuk menjaga kerjasama dengan para agen. Kebijakan yang dibuat oleh Liman ini diterima dengan baik oleh para agen, namun walaupun begitu Liman berusaha untuk memberikan kemasan yang lebih bagus lagi agar supaya barang yang sampai tidak terlalu banyak yang mengalami
4.3.4 Kasus berkurangnya Mesin baru
Pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan mengurangi jumlah mesin baru hal ini dikarenakan mesin lama masih bisa beroperasi walaupun hasil yang dihasilkan berbeda jauh dengan mesin baru. Liman selaku owner perusahaan mengurangi jumlah mesin baru dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin baru lebih besar, selain itu kapasitas mesin baru yang dipakai saat ini masih 60% sehingga menurutnya tidak perlu untuk menambah mesin baru.
Kebijakan Liman untuk mengurangi mesin baru selain mengurangi biaya yang keluar juga kapasitas yang mesin baru masih belum maksimal dan masih bisa memenuhi permintaan ag
4.4 PT Queen Snack sebagai Perusahaan Keluarga
Perusahaan Queen Snack yang beralamat di Jalan Bogem No.21, Pandaan, Jawa Timur , Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang makanan ringan yang memproduksi sendiri makanan ringan serta menjadi distribusi bagi para agen yang telah terdaftar di perusahaan ini. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1980 dan di pimpin oleh pemilik perusahaan itu sendiri, yaitu Bapak Liman Sukiatno dan juga merupakan kepala keluarga. Perusahaan Queen Snack ini dikatakan perusahaan keluarga dikarenakan dikelola langsung dan dipimpin langsung oleh Bapak Liman Sukiatno. Pemimpin direksi dari perusahaan ini ada empat yaitu Bapak Liman sendiri yang menjadi direksi utama perusahaan, dibantu oleh kedua anaknya yaitu Clifften Dan Mario serta istrinya yaitu Lusiana Suryanti. Dimana mereka mempunyai job desk berbeda-beda. Setiap pemimpin direksi membawahi masing-masing departemen yang berbeda dalam perusahaan. Bapak Liman membawahi secara keseluruhan dalam perusahaan, semua hal harus dilaporkan kepada Bapak Liman untuk mengetahui perkembangan yang terjadi dalam perusahaan. Sementara kedua anaknya juga ikut membantu dalam perkembangan perusahaan tersebut. Kedua anak Bapak Liman juga sebagai pemimpin direksi dalam pengambilan keputusan dalam perusahaan selain itu juga anak dari bapak Liman juga mengambil keputusan dalam mencari agen perusahaan. Selain itu juga ibu Lusiana selaku istri bapak Liman mempunyai
tugas untuk mengawasi keuangan perusahaan. Keempat pemimpin direksi ini harus bekerja sama dan berkoordinasi untuk mengambil keputusan karena mereka mempunyai masing-masing job desk dan berhubungan satu sama lain. Selain itu mereka juga harus bisa menjaga dan memperhatikan setiap karyawan yang ada dalam perusahaan baik karyawan yang memiliki jabatan tertinggi sampai karyawan yang memiliki jabatan paling terbawah.
4.5 Hasil Pembahasan dan Implikasi Manajerial 4.5.1 Hasil Pembahasan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran pemimpin pada PT Queen Snack sudah menjalankan peran sebagai director, navigator, interpreter, dan caretaker, peran tersebut dijalankan untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Tetapi peran sebagai coach dan nurturer belum nampak dalam perusahaan ini. Sehingga pemimpin harus berusaha agar bisa menjalankan keenam peran tersebut. Contohnya, peran sebagai coach pemimpin bukan hanya mengarahkan para karyawan namun bisa menyemangati para karyawan sehingga mereka dapat bekerja dengan baik. Yaitu bisa memberikan reward bagi karyawan yang berprestasi dan mampu bekerja memenuhi target perusahaan, sehingga dengan reward tersebut karyawan akan berlomba dalam bekerja agar bisa mendapatkan reward tersebut.
Sistem yang dilakukan perusahaan tidak menyesuaikan dengan kemampuan karyawan bahkan pengoperasian mesin produksi. Karena perusahaan hanya berusaha untuk memenuhi permintaan agen, namun perusahaan tidak bisa membatasi permintaan agen. Disini bisa dilihat bahwa sistem yang ada di perusahaan ini belum maksimal, karena tidak bisa menyesuaikan antara kemampuan karyawan, pengoperasian mesin, dan permintaan agen. Selain itu penambahan jumlah tenaga kerja pun mempengaruhi sistem perusahaan, karena dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja hasil produksi yang dihasilkan bisa sesuai dengan target dan permintaan agen.
Struktur perusahaan ini menggunakan anggota keluarga sebagai rekan kerja. Namun jika terdapat masalah para bawahannya tidak sulit untuk
paling bawah bisa berkomunikasi dengan para manager disetiap divisi, dan manager-manager ini yang akan menyampaikannya kepada atasan yaitu Liman.
Kultur atau kebiasaan di perusahaan ini adalah saling menyapa antar para karyawan dan karyawan dengan atasan pada saat bertemu, hal ini untuk melatih kesopanan para karyawan yang berada di perusahaan ini. Selain itu perusahaan sering melakukan gathering setiap 1 tahun 1 kali, hal ini untuk menjaga agar supaya tidak ada batasan antara atasan dan bawahan.
4.5.2 Implikasi Manajerial
Hasil dari penelitian ini dapat diimplementasikan kepada perusahaan lainnya untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Karena perusahaan baru menjalankan peran sebagai director, navigator, interpreter, dan caretaker, tetapi produktivitas karyawan dapat lebih ditingkatkan lagi dengan menjalankan peran yang lainnya yaitu coach dan nurturer.
Bagi pengambil keputusan penelitian ini membutuhkan waktu lama jika diimplementasikan, karena dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa mengerti berapa pentingnya produktivitas karyawan bagi perusahaan. Selain itu, setiap pemimpin mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga akan membutuhkan waktu yang lama jika seorang pemimpin dapat menjalankan keenam peran tersebut.
Penelitian ini bisa dipakai juga bagi perusahaan lain yang mengalami kesulitan dalam produktivitas karyawan, dengan memperhatikan peran pemimpin sendiri apakah sudah menjalankan keenam peran tersebut atau tidak. Karena dalam perusahaan, seorang pemimpin juga mempunyai peran untuk dapat meningkatkan produktivitas karyawannya.