Oleh Oleh ::
PROF. DR. H. ABDUL MANAN, PROF. DR. H. ABDUL MANAN,
SH.,SIP.,M.Hum SH.,SIP.,M.Hum..
MASALAH MASALAH--MASALAH MASALAH
HUKUM ACARA PERDATA
HUKUM ACARA PERDATA
MASALAH
MASALAH--MASALAH HUKUM MASALAH HUKUM ACARA PERDATA
ACARA PERDATA
I.
I. Surat Surat Gugatan Gugatan..
1. Kedudukan Penggugat Formil.
2. Identitas Para Pihak.
3. Patokan Obscuur Libel.
4. Error in Persona.
5. Plurium litis Consortium
6. Fakta kejadian yang tidak lengkap 7. Fakta Hukum tidak ada
8. Permintaan sita dalam petitum 9. Petitum yang tidak jelas
10. Provisi + UBV.
11. Permintaan dwangsom
II. Tempat di ajukan Gugatan II. Tempat di ajukan Gugatan
1. Cerai talak/gugat di tempat Termohon/Penggugat
2. Aktur Squitur forum Rey
3. Aktur Squitur forum Rey Sitae
4. Tempat yang diperjanjikan, apabila ada
hal suatu transaksi/kontrak.
III. Kuasa Hukum III. Kuasa Hukum
1. Surat Kuasa yang tidak memenuhi syarat formal (lihat surat MARI No. 31/P/169/M/1959 tanggal 19 Januari 1959 hal 86)
2. Pemasangan materai dalam surat kuasa yang tidak sesuai dengan UU No. 13 Tahun 1985
3. Surat/Kartu yang sudah habis masa berlaku
4. Surat Kuasa yang tidak boleh di cabut oleh Pemberi Kuasa/dikenakan denda
5. Kuasa insidentil dan siapa saja yang dapat menjadi kuasa insidentil (lihat SEMA/TUADA MARI ULDITUN No. MA/Kumdil/8810/IX/1987antara lain:
1) Isteri dan suami (bukan ex suami & ex isteri) 2) Anak-anak yang belum berkeluarga
3) Orang tua dari suami isteri tersebut
IV. Pemanggilan Sidang IV. Pemanggilan Sidang
1. Dalam Wilayah Yurisdiksi
Harus bertemu langsung ( resmi )
Harus sudah diterima 3 hari sebelum sidang ( patut)
Tidak boleh melalui RT/RW
Bolehkah Relas ditinggal pada ahli warisnya?
2. Di
2. Di luar luar Wilayah Wilayah Yurisdiksi Yurisdiksi..
Minta bantuan ke Pengadilan Agama Lain
Surat permohonan dikirim oleh Panitera PA
Relaas dari PA yang diminta bantuan
Dilaksanakan oleh Juru Sita PA yang diminta bantuan
Hasil/Relaas dikirim oleh Panitera PA yang diminta bantuan ke PA yang meminta bantuan
Biaya dikirim ke PA yang diminta bantuan, kalau kurang minta tambah
Sangat banyak permintaan pemanggilan, tidak
dilayani oleh PA yang dimintakan panggilan (masalah serius).
3. Luar Negeri 3. Luar Negeri
Melalui Dirjen Protokol & Konsuler Deplu
Tidak perlu tunggu Relaas kembali
Tetapkan batas waktu sidang ( paling lama 3 bulan )
Bolehkah panggilan dikirim secara
langsung kealamat Tergugat yang jelas
alamat di luar Negeri?
4. Panggilan yang Ghaib/Ghoibah 4. Panggilan yang Ghaib/Ghoibah
Yang tidak jelas alamatnya di Indonesia, langsung
dipanggil melalui mass media tanpa sidang lebih dahulu
Panggilan pertama untuk sidang 4 bulan yang akan datang (tanggal ditetapkan)
Panggilan kedua dilakukan satu bulan setelah panggilan pertama, juga untuk hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan pada sidang pertama.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa sebelum
diumumkan harus di sidangkan lebih dahulu, perlu ada sinkronisasi & perlu di diskusikan lebih lanjut
Acara
Acara Sidang Sidang
1.
1. Acara Acara biasa biasa 2.
2. Acara Acara Kontradiktoir Kontradiktoir 3.
3. Verstek Verstek -- verzet verzet
Azas
Azas--azas Persidangan azas Persidangan
1. Personalitas keIslaman
2. Persidangan terbuka untuk umum
3. Persamaan Hukum (Equality befor the law)
4. Persamaan kedudukan (Audi at alteram partem) 5. Prinsip Hakim Aktif
- membantu buat surat gugat
- memberi arahan tentang cara beracara secara prodeo - menyerahkan tentang saran tentang kuasa hukum
- penjelasan tentang alat-alat bukti
- penjelasan tentang tata cara jawaban dan bantahan - memberi penjelasan tentang panggilan secara resmi - memberi penjelasan tentang banding & kasasi
- memberi penjelasan verzet & rekonvensi
6. Prinsip persidangan majelis
7. Pemeriksaan dilarang dengan kata-kata kasar 8. Diperbolehkan dissenting oponion
V. PERDAMAIAN V. PERDAMAIAN
1. Harus hadir secara pribadi ( dalam hal perkara perceraian ).
2. Mediasi ( Perma No. 1 Tahun 2008 )
Dibuat oleh Pejabat Umum Authentik
Dibuat dihadapan Umum Akta dibawah tangan dibuat secara partai dengan maksud sebagai alat bukti Surat Sepihak Berupa surat pernyataan
yang dilakukan oleh seseorang Non Akta Surat-surat biasa
Surat-surat rumah tangga Dan lain
- Berlaku Nazegelen, (UU No. 13 Tahun 1985)
- waarmerking (Psl 18 1974 BW, Stb.1867 No. 129 Psl 1 R.Bg.286) - Legalisasi (SEMARI)
VI.
VI. ALAT ALAT--ALAT BUKTI ALAT BUKTI
1.
1. BuktiBukti SuratSurat..
- Pengertian dari surat itu sendiri - Jenis-Jenis Surat
2.
2. BuktiBukti SaksiSaksi
- Saksi diperiksa satu persatu
- Tidak semua saksi itu di sumpah, ada yang hanya mengucap janji saja.
- Harus ditanyakan hubungannya dengan Penggugat dan Tergugat, kalau ada hubungan kerja supaya ditanyakan siapa yang memberi gaji.
- Tidak perlu keterangan dikonfrontir dengan
Penggugat/Tergugat, penilaiannya terserah hakim.
- Kalau sudah memberi keterangan, dipersilahkan duduk
dibelakang Penggugat dan Tergugat, keluarnya sama-sama.
Cara
Cara menilai menilai alat alat--alat alat bukti bukti
1. Teori pembuktian bebas
2. Teori pembuktian terbatas negatif 3. Teori pembuktian terbatas positif
(lihat Psl 165 HIR/285 RBg & Psl 1870 BW)
mewajibkan hakim melakukan tindakan tertentu yang bersifat positif.
HIR & RBg = Jalan tengah
Pertanyaan
Pertanyaan kepada kepada Saksi Saksi Pedomani
Pedomani Pasal Pasal 150 HIR 150 HIR
- Pertanyaan lewat Ketua Majelis
- Harus ada sangkut-pautnya dengan pokok perkara
- Hakim dapat menunjukan hal-hal perlu tentang duduknya perkara
Tentang Penterjemah
- Lihat Pasal 151 HIR
- Lihat Pasal 284 HIR
- Lihat Pasal 285 HIR Descente
- Pasal 153 HIR
- Dalam perkara keluarga harus ada saksi keluarga - Non keluarga berlaku asas umum
Syiqaq Perlu didengar Pembuktian Hakam Putusan (dharar) keluarga/orang pakai Saksi
dekat(Psl 22 Keluarga/orang dekat Perselisihan PP 9/75) (Psl 76 UU No.7/89)
Perselisihan Perlu didengar Pembuktian Putusan (PP 9/75 Keluarga/orang berlaku asas
Psl 19 (f)) dekat umum
3.
3. BuktiBukti PengakuanPengakuan
Sempurna
- Pengakuan Berklausula (disertai dgn sangkalan)
Berkualifikasi (Pengakuan yang dikaitkan dengan pelunasan atau kompensasi)
- Pengakuan bernilai Hukum hanya didalam sidang (Pasal 174 HIR/311 R.Bg, 1925 BW)
- Pengakuan di luar sidang hanya sebagai bukti permulaan (Psl 175 HIR/312 R.Bg/1927-1979 BW)
4.
4. BuktiBukti SumpahSumpah
Sumpah Decissoir (Psl 156 HIR/183 R.Bg dan Psl1930)
Sumpah Suppletoir (Psl 155 HIR/183 RBg Sumpah dan 1940 BW)
Sumpah penaksir Sumpah lian
6.
6. PadaPada HakekatnyaHakekatnya Hal yang Hal yang tidaktidak perluperlu dibuktikandibuktikan
menurut HIR & R.Bg adalah : - Putusan Verstek
- Notoire feiten
- Pelaksanaan putusan Hakim
Apakah dalam Perkara Verstek bidang perkawinan perlu dibuktikan? Perlu didiskusikan lebih lanjut
5.
5. BuktiBukti PersangkaanPersangkaan
Hakim
(Pakai Hati Nurani) Persangkaan
Undang-Undang
V.
V. MusyawarahMusyawarah Hakim (Hakim (lihatlihat PasalPasal 178 HIR/189 178 HIR/189 R.BgR.Bg))
- Wajib mencukupkan segala alasan hukum yang dikemukakan oleh para pihak
- Wajib mengadili segala tuntutan
- Ultra petitum
VII.
VII. Masalah Masalah--Masalah Masalah Dalam Dalam Putusan Putusan
1. Identitas Para Pihak
2. Posisi Para Pihak kalau ada Intervensi
3. Putusan Sela tidak boleh di banding dan kasasi, kecuali bersama-sama dengan putusan akhir.
4. Yang menyangkut Kompetensi Relatif harus dibuat putusan sela,kalau dikabulkan langsung menjadi putusan akhir.
5. Putusan Provisi & UBV yang tiak sesuai dengan prosedur.
6. Banyak Hakim belum dapat memahami/menggali fakta hukum
7. Penerapan Rule masih keliru
8. Pertimbangan tidak runtut dan masih banyak pertimbangan yang tumpang tindih
9. Amar masih belum standar, terutama dalam
perceraian masih bayak berpedoman kepada Peradilan Umum
10. Amar banyak yang tidak tegas, masih perlu
interpretasi membagi dua sebuah mobil dan lain- lain, tidak ada kata lanjutan apabila tidak dibagi secara natural maka harus dilelang dan harganya dibagi.
11. Catatan kaki tentang biaya masih belum seragam harus sesuai dengan jurnal.
Menurut Mackenzie, ada beberapa teori yang dapat dipergunakan Hakim dalam menjatuhkan putusan dalam suatu perkara:
1. Teori keseimbangan
Seimbang antara syarat-syarat yang ditentukan dengan pihak-pihak yang berperkara.
2. Teori pendekatan seni dan intuisi
Hakim harus melihat keadaan pihak yang berperkara lebih banyak dengan insting atau intuisi daripada
pengetahuan Hakim.
3. Teori pendekatan keilmuan
Hakim tidak boleh insting saja, tapi pakai ilmu pengetahuan yang cukup.
4. Teori Pendekatan Pengalaman
Hakim mempergunakan daya empirisnya dalam menilai satu perkara.
5. Teori Rasio Decidendi
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, mempertimbangkan segala aspek yang
berkaitan dengan pokok perkara, lalu mencari landasan peraturan perundang-undangan yang relevan.
6. Teori Kebijaksanaan
Diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti (teori ini lebih banyak di pergunakan dalam mengadili anak-anak,
dengan mementingkan aspek keluarga, masyarakat dan lain-lain).
Perlunya
Perlunya Penemuan Penemuan Hukum Hukum
1. Kekosongan Hukum (Leemten in Het recht)
2. Konflik antar norma Hukum (Antinomi Hukum) 3. Norma Hukum yang kabur (voge normen)
(norma yang tidak jelas)
Antinomi Hukum dapat diselesaikan dengan asas 1. Lex posteriori derogat legi priori
(UU yang kemudian yang di pakai) 2. Lex Specialis derogat legi generalie 3. Lex superiori derogat legi inferiori (yang lebih tinggi yang dipakai)
Interpretasi
- Gramatikal - Historis - Submatis
- Teologis/sosiologis - Koperatif
- Fitristik - Pestristif METODE - Ekstentif PENEMUAN HUKUM - Authentik - Indisipliner
- Multi indisipliner
Metode Kontruksi
- Argumentasi peranalogian (analogi) (Psl 1576 KUHPerdata) jual beli tidak untuk sewa menyewa
- Argumentum a contrario
- Penyempitan Hukum (Rechtverfijning) - Fiksi Hukum
Metode Hermanitik
Dari segi ilmu hukum positif normatif kepastian hukum
Dari segi filsafat Hukum, tujuan hukum dititik beratkan pada sisi keadilan
Tujuan Hukum
Dari segi sosiologi hukum tujuan hukum dititik beratkan pada segi kemanfaatan
Tidak semata-mata bersifat legalistik (La Bouche De La Loi)
Tidak sekedar memenuhi syarat formal hukum, putusan hakim harus mendorong kebaikan dan harmonisasi dalam
pergaulan masyarakat Putusan
Putusan HakimHakim Yang
Yang sesuaisesuai dengandengan Metode
Metode PenemuanPenemuan Harus mempunyai visi pemikiran kedepan Hakim
Hakim (Visioner) yang mempunyai kebaranian melakukan terobosan hukum
Harus Peka terhadap nasib dan keadaan bangsa dan negaranya terutama rakyat pencari keadilan
KONSTRUKSI PUTUSAN KONSTRUKSI PUTUSAN
1.
1. KepalaKepala putusanputusan a. Putusan
b. Nomor putusan c. Bismillah
d. Demi keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 2.
2. DuduknyaDuduknya perkaraperkara
a. Surat gugat (hal-hal yang menyangkut pokok saja).
b. Tanggapan dan jawaban para pihak, Replik dan Duplik cukup disingkat saja.
c. Fakta-fakta kejadian atau hal-hal yang terjadi dalam
persidangan (cukup ditulis segala sesuatu terurai dalam BAS di anggap termuat dalam putusan ini)
3. Tentang Hukumnya 3. Tentang Hukumnya
a. Di sini Argumentasi hakim dipertaruhkan dalam mengkonstatir, mengkwalifisir dan mengkonstituir segala peristiwa.
b. Boleh pakai dalil-dalil hukum syara’ (Qur’an, Hadits dan Qoul Ulama) dan harus singkron dengan dalil gugat, satu sama lain harus tersusun secara
kronologis.
4. Tentang Amar Putusan 4. Tentang Amar Putusan
a. Tegas dan Lugas.
b. Terperinci dan jelas maksudnya c. Perhatikan sifat amar putusan - Konstitutif
- Declaratoir
- Condemnatoir
Ini penting karena menyangkut eksekusi putusan
5. Bahagian Penutup 5. Bahagian Penutup
a. Kapan putusan dijatuhkan dalam sidang terbuka untuk umum.
b. Nama Majelis Hakim juga Panitera c. Rincian biaya perkara
d. Harus bermaterai.
6.
6. SistemSistem PembuatannyaPembuatannya ::
a. 2/3 Kertas folio b. 2 Spasi
c. Tidak boleh ada kesalahan
d. Tidak boleh pakai Tip Ex tapi renvoy apabila ada kesalahan
Teori
Teori pemeriksaan pemeriksaan Perkara Perkara
- Tehnik analitik (yuridis geometris)
- Tehnik Equatable (Komistis-keadilan deduktif) isu pokok dulu yang dipertimbangkan, dibuat
pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungan
dengan pokok perkara, lalu alat-alat bukti yang diajukan oleh yang bersangkutan.
- Tehnik silogisme, metode penerapan induktif.
UPAYA HUKUM UPAYA HUKUM
- Banding yang sudah habis waktu bandingnya tidak dibuat oleh surat keterangan oleh Panitera
- Bundel A & B tidak disusun secara kronologis
- Mengambil pendapat Judex Factie Tingkat I begitu saja tanpa alasan yang rasional.
- Hanya menyatakan putusan Judex Facti Tingkat I Batal demi hukum tanpa mengadili dan membatalkan putusan tersebut.
- Kasasi dengan akte kasasi tidak sama dengan risalah kasasi, sehingga banyak kasasi dinyatakan NO, karena terlambat mengirim risalah kasasi
- Kasasi yang sudah habis waktu tidak dibuat surat keterangan oleh Panitera.
- Novum dalam Peninjauan Kembali banyak di buat setelah perkara di putus
- Sumpah penemuan Novum banyak salah, tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku
EKSEKUSI DAN LELANG EKSEKUSI DAN LELANG
I. AZAS-AZAS EKSEKUSI
1. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, kecuali dalam azas ini:
- putusan serta merta (180 HIR/191 Rbg)
- pelaksanaan putusan Provisi (Pasal 130 HIR/154 Rbg).
- Eksekusi berdasarkan Groze Akte (Pasal 224 HIR/
Pasal 250 Rbg).
2. Putusan tidak dijalankan secara sukarela.
3. Putusan mengandung amar Condemnatoir /menghukum.
Riel
Pasal 200 (II) HIR
Pasal 218 (2) RBg
Pasal 1033 RV
II. EKSEKUSI
Pembayaran Sejumlah
Uang (Executie Verkoop)
Pasal 200 HIR
Pasal 215 Rbg.
1. Bentuk Eksekusi Riel dapat berupa a. Mengosongkan
b. Menyerahkan.
c. Membagi
d. Membongkar
e. Berbuat sesuatu
f. Tidak berbuat sesuatu
g. Memerintahkan atau menghentikan 2. Atas Perintah/Ketua PA. Pimpinan
EKSEKUSI RIEL
EXECUTIE VERKOOP
(Pembayaran sejumlah uang)
1. Dilaksanakan dengan menjual lelang barang-barang debitur
2. Dilakukan dalam pembahagian harta, bila
pembahagian in natura tidak cukup/tidak disetujui para pihak.
3. Atau tidak mungkin dilakukan pembahagian in
natura dalam sengketa warisan atau harta bersama.
4. Pembayaran sejumlah uang seperti dalam soal hutang dll
1. Prinsipnya sama dengan sita.
2. Cukup dibuat “Penetapan” dengan amar
“Memerintahkan juru sita/panitera PA………
dengan perantaraan panitera/juru sita PA ……..”
3. PA yang menerima permohonan eksekusi itu tidak perlu membuat penetapan baru, cukup langsung dilaksanakan.
4. Hasil eksekusi harus dikirim dalam tempo 2 x 24 jam (Pasal 195 (5) HIR dan 206 (5) Rbg.
III. PENDELEGASIAN EKSEKUSI
1. Harta kekayaan tereksekusi tidak ada 2. Putusan bersifat declaratoir
3. Obyek eksekusi di tangan pihak ke tiga
4. Eksekusi tidak dapat dijalankan kepada pihak penyewa
5. Barang yang dieksekusi tidak jelas batas-batasnya 6. Tanah yang akan di eksekusi tidak jelas batas-
batasnya.
7. Status tanah menjadi milik negara
8. Obyek eksekusi berada di luar negeri
9. Dua putusan yang saling bertentangan
IV. EKSEKUSI TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN
1. Diajukan pada PA dimana Eksekusi dilaksanakan.
2. Perlawanan dapat diajukan secara lisan atau tertulis.
3. Diajukan dalam tempo/waktu 14 hari sejak pelaksanaan eksekusi tersebut.
4. Lihat Pasal 197 HIR/206 Rbg.
5. Perkara baru dan bayar uang perkara.
6. Periksa secara kontradiktoir produk putusan.
V. PERLAWANAN PIHAK KETIGA/PELAWAN
1. Alasan perikemanusiaan (tidak bersifat permanen) 2. Alasan Derden Verzet (lihat Pasal 195 (6) HIR)
3. Obyek yang dieksekusi di sengketakan dalam perkara lain
Catatan:
- PK tidak menangguhkan atau menghentikan
Eksekusi (Pasal 66 ayat 2 UU No. 14 tahun 1970) - Eksekusi jalan terus.
- Pengulangan Eksekusi tidak perlu dengan perkara baru, buat penetapan baru dengan membatalkan yang lama.
VI. EKSEKUSI DITUNDA
1. Permohonan Eksekusi oleh yang bersangkutan 2. Aanmaning (Pasal 196 VIR/207 Rbg)
3. Mengajukan pelaksanaan permohonan 4. Penetapan pelaksanaan oleh Ketua
5. 8 Hari setelah aanmaning
6. Perintah eksekusi dilaksanakan ditempat letak barang
7. Juru sita dibantu dua orang saksi yang jujur 8. Juru sita membuat BA Eksekusi.
- mencabut segala peristiwa yang terjadi
- menyebut secara rinci barang yang di eksekusi - menegaskan terlaksana eksekusi secara
VII. TATA CARA EKSEKUSI
- Menegaskan tentang pelaksanaan penyerahan atau pengosongan
- Mencatat nama-nama saksi
- Tanda tangan juru sita, saksi-saksi dan pimpinan eksekusi
9. Tereksekusi di beritahukan tentang dan tanggal pelaksanaan eksekusi (Pasal 197 (5) HIR/209 (5) Rbg).
10. Dapat meminta bantuan Polisi (lihat Pasal 200 ayat 11 HIR/218 (2) Rbg) apabila:
- Diperlukan pengamanan
- Tujuan untuk menjamin kelancaran eksekusi - Diminta oleh Ketua PA
- Jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
(Pasal 197, 200 HIR/Pasal 208,215 Rbg) Tahap I Permohonan Eksekusi
Aan Maaning
Tahap II Mengeluarkan perintah eksekusi Tahap III Pengumuman lelang
- Pasal 200 (6) HIR - Pasal 217 (1) Rbg
Tahap IV Permintaan lelang kepada Kantor Lelang Negara Pasal 5 Peraturan Pemerintah tentang Lelang Negara Stbl 1928 No. 189 Tahap V Pendaftaran permintaan lelang, terbuka
untuk umum
Tahap VI Penetapan hari lelang oleh Kantor Lelang Tahap VII Pelaksanaan lelang & KPA menentukan
syarat lelang (lihat Pasal 21 Peraturan Lelang VIII. SITA EKSEKUSI
Tahap VIII Kantor Lelang menentukan Floor Price.
Tahap IX Pengajuan Penawaran dilakukan secara tertulis dan lisan
Tahap X Penawaran tertinggi adalah sebagai
pemenang lelang yang ditentukan oleh juru lelang (lihat Pasal 30 Peraturan Lelang Stb 1908 No. 189).
Tahap XI KPA berhak menentukan syarat-syarat pembayaran lelang dalam dua alternatif:
1. Pembayaran tunai.
2. Pembayaran tunda sebahagian