6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ainin et al., (2015), membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan media sosial oleh ukm dan hasil kinerjannya. Analisis menunjukan bahwa efektifitas biaya, interaktivitas, dan kompatibilitas berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan media sosial, sebaliknya kepercayaan tidak terkait dengan penggunaan media sosial. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa penggunaan media sosial berdampak positif pada ukm malaysia dalam hal kinerja non keuangan dan kinerja keuangan seperti pengurangan biaya, peningkatan hubungan pelanggan, dan aksesibilitas informasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Hamid & Ikbal, (2017) membahas mengenai analisis dampak kepercayaan pada penggunaan media pemasaran online (E-Commerce) yang diadopsi oleh umkm: perspektif model DeLone & McLean.
Hasil penelitian dan ini bahwa secara umum model DeLone & McLean, (2003) yang dimodifikasi dengan menambahkan konstruk kepercayaan (trust) ternyata mampu berperan dengan baik dalam menggambarkan fenomena penggunaan sistem pemasaran online (e-commerce) bagi UMKM di Kota Palopo. Dengan demikian kepercayaan berpengaruh positif terhadap tinggat penggunaan media pemasaran online (e-commerce).
Penelitian yang dilakukan oleh Hanum & Sinarasri, (2017) membahas mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi e-commerce dan
pengaruhnya terhadap kinerja umkm (studi kasus umkm di wilayah Kota Semarang). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adopsi e-commerce berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm di Kota Semarang, dan faktor teknologi, faktor lingkungan dan individual berpengaruh positif terhadap adopsi e-commerce, faktor organisasional berpengaruh negatif terhadap adopsi e- commerce pada umkm Kota Semarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ariwibowo & Nugroho, (2013), membahas mengenai pengaruh trust dan perceived of risk terhadap niat untuk bertransaksi menggunakan e-commerce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif trust terhadap niat untuk bertransaksi menggunakan e-commerce pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, dan terdapat pengaruh negatif perceived of risk terhadap niat untuk bertransaksi menggunakan e-commerce pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Berdasarkan dari tinjauan penelitian terdahulu diatas, dilihat dari variable penelitiannya, variable efektifitas biaya dan kompatibilitas pada penelitian Ainin et al., (2015) hasil penelitian menunjukan bahwa efektifitas biaya berpengaruh signifikan terhadap penggunaan media social begitupun dengan variable kompatibilitas. Kemudian variable kepercayaan pada penelitian Hamid & Ikbal, (2017) berpengaruh positif terhadap penggunaan e-commerce. Kemudian variable resiko pada penelitian oleh Ariwibowo & Nugroho, (2013) berpengaruh negatif terhadap penggunakan e-commerce. Selanjutnya variable penggunaan e- commerce pada penelitian Hanum & Sinarasri, (2017) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM.
B. Landasan Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori agensi
Teori agensi adalah hubungan antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer). Menurut Jensen and Meckling, (1976) keagenan (agency theory) adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak – pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisasi biaya sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Didalam hubungan keagenan tersebut terdapat suatu kontrak dimana pihak principal memberi wewenang kepada agent untuk mengelola usahanya dan membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Teori ini menggambarkan bahwa perilaku manajer dengan pemegang saham ini harus berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemegang saham, karena yang melakukan pekerjaan itu manajer. Sehingga nantinya manajer dapat membuat suatu strategi untuk menguntungkan perusahaan, manajer bisa melihat efisiensi biaya, kepercayaan, kompatibilitas, dan resiko dengan tujuan agar memuaskan pemegang saham yang dilihat dengan kinerja perusahaan. Yang mana manajer perusahaan mendapatkan dana dari investor yang percaya bahwa manajer memiliki kemampuan untuk menggunakan dana secara efisien dan efektif untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
2. Efisiensi biaya
Efisiensi merupakan hubungan atau perbandingan antara keluaran (output) atau hasil barang dan jasa yang dihasilkan dengan masukan (input) yang langka dalam satuan unit kerja atau ketetapan cara (usaha, kerja) dalam melakukan sesuatu (tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya) (Ekonomi, 2003).
Yang mana pencapaian keberhasilan dari yang dikerjakan oleh suatu organisasi
atau pelaku tertentu dengan kebijakan dan cara yang telah dibuat, sedangkan biaya merupakan sutau pengorbanan ekonomis untuk mencapai sesuatu. Efisiensi biaya yang dapat diharapkan oleh perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya dengan penggunaan e-commerce dapat terkait dengan efisiensi biaya karena dapat mempercepat proses penjualan maupun pembelian, bisa dikatakan jika waktunya tidak tepat dapat menggunakan biaya yang lebih besar.
Penelitian sebelumnya menyoroti pentingnya biaya dalam adopsi dan pemanfaatan teknologi Ernst, (2001) dan menemukan hubungan langsung dan signifikan antara biaya dan adoption teknologi (Alam dan Noor, 2009 dalam Ainin et al,. 2015). Studi telah menemukan efektivitas biaya menjadi variabel penting dalam adopsi teknologi baru (Premkumar, 1996). Pada umumnya, kata efektivitas jika keberhasilan berarti nilai output yang dihasilkan akan lebih besar dari input yang dimasukkan. Menurut Handayaningrat, (1995) dalam Setianingsih, (2015) efektivitas merupakan alat ukur pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Media sosial cocok untuk umkm karena biaya rendah, hambatan rendah untuk partisipasi dan rendahnya tingkat keterampilan teknologi informasi yang diperlukan untuk menggunakannya (Ainin et al., 2015).
Dalam konteks Malaysia, Alam dan Noor, (2009) menemukan biaya adopsi memiliki efek signifikan pada adopsi internet di kalangan ukm. Sebaliknya, Tan at al., (2009) menemukan bahwa biaya tidak berpengaruh signifikan dengan adopsi teknologi informasi. Dalam studi serupa oleh Alam dan Noor, (2009) biaya yang dirasakan ditemukan tidak memiliki dampak langsung pada adopsi teknologi informasi. Namun, karena media sosial adalah teknologi dan organisasi
yang hemat biaya dapat memiliki komunikasi langsung dengan pelanggan dengan biaya yang relatif rendah (Kaplan, A.M. dan Haenlein, 2010), kemungkinan besar bagi organisasi untuk menggunakannya. Dari teori yang menjelaskan maka dapat diketahui efektifitas merupakan alat ukur dari pelaku organisasi untuk mencapai target yang telah dibuat.
3. Kompatibilitas
Kompatibilitas mengacu pada tingkat inovasi yang sesuai dengan calon pengadopsi nilai yang ada, praktik sebelumnya dan kebutuhan saat ini (Rogers, 1983). Menanamkan media sosial dalam bisnis akan menjadi konsep yang paling cocok karena membantu untuk memenuhi target pelanggan secara efektif dan bisnis akan dapat berbagi konten produk dan layanan mereka secara instan (Bahasa Derham dkk., 2011). Kompatibilitas telah dianggap sebagai faktor penting untuk innovation adopsi (Wang and Yang, 2010). Ketika teknologi diakui kompatibel dengan sistem aplikasi kerja, perusahaan cenderung mempertimbangkan adopsi teknologi baru. Banyak peneliti telah menyelidiki pengaruh kompatibilitas adopsi teknologi, dan menemukan hasil positif dan negatif. Misalnya, Brown, I. dan Russell, (2007) menyoroti efek kompatibilitas pada adopsi teknologi identifikasi frekuensi radio di sektor ritel Afrika Selatan dan berpendapat bahwa agar adopsi dan implementasi RFID berhasil, perlu organisasi mengembangkan infrastruktur TI fleksibel yang akan dapat mengakomodasi sistem RFID. Hsu dan Lu, (2007) menemukan efek signifikan dari kompatibilitas di adopsi dalam kelompok pengguna MMS potensial dan menunjukkan bahwa mereka akan mengadopsi MMS jika mereka merasa bahwa
menggunakan MMS sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka. Wang et al., (2010), mempelajari pengaruh kompatibilitas dan menemukan bahwa itu adalah faktor, apa yang terjadi, Sedangkan Ramdani, (2009) dalam studi mereka, menemukan bahwa kompatibilitas adalah faktor yang tidak signifikan dalam adopsi sistem perusahaan. Karena temuan menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan, menarik untuk mempelajari pengaruh kompatibilitas pada penggunaan e-commerce.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah faktor penting yang menurut Pavlou & Gefen, (2004) merupakan dasar bagi aplikasi kegiatan bisnis yang menggunakan media internet termasuk melakukan transaksi melalui online store. Ainin et al., (2015) setuju bahwa kepercayaan merupakan faktor penting dalam aktifitas transaksi yang dilakukan secara online. Kepercayaan (Trust) merupakan pondasi dari bisnis.
Suatu transaksi bisnis antara dua belah pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai.
Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan.
Kepercayaan telah dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan (Yousafzai et al., 2003). Kepercayaan adalah kepercayaan pihak tertentu terhadap yang lain dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya secara baik sesuai yang diharapkan.
Lee dan Lau, (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan individu untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu.
Kesediaan ini muncul karena adanya pemahaman individu tentang pihak lain yang didasarkan pada masa lalunya, adanya harapan pihak lain akan memberikan sumbangan yang positif (walaupun ada juga kemungkinan pihak lain memberikan sumbangan yang negatif). Literatur kepercayaan diidentifikasi dari berbagai dimensi. Dari dimensi ini rasa kejujuran (kredibilitas) mengindikasikan kepastian konsumen dalam bisnis, ketulusan, kenyataan, dan janji (Murphy, 1993). Pavlou and Gefen, (2004) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan untuk membuat dirinya peka kedalam tindakan yang diambil oleh pihak yang dipercaya yang didasarkan pada keyakinan. Kepercayaan suatu multidimensi yang kompleks dan spesifik (McKnight and Chervany, 2001). Sebagai tambahan manfaat untuk bisnis secara umum, kepercayaan telah ditunjukan untuk mempunyai arti penting.
Sebagai contoh kepercayaan adalah satu faktor kritis dalam stimulan transaksi secara online. Dengan demikian, jika sistem e-commerce itu dapat dipercaya oleh para pengguna, maka akan mendorong umkm untuk menerima dan atau menggunakan sistem e-commerce tersebut.
5. Resiko
Resiko sering dikaitkan dengan ketidakpastian dan ketakutan akan sesuatu yang buruk yang mungkin akan terjadi. Risiko yang dapat dihadapi oleh pengguna transaksi online dianggap sebagai risiko keamanan bertransaksi (Shomad, 2012).
Kim et al., (2008) menjelaskan bahwa risiko atau ketidakpastian mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap keputusan mereka. Situasi yang berisiko dapat
terjadi ketika di mana probabilitas dari suatu hasil masih tidak diketahui.
Ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin diterima atas pembelian suatu produk atau jasa yang akhirnya membuat individu ragu-ragu dalam pengambilan keputusan. Resiko yang dirasakan oleh pengguna akan memberikan pengaruh negatif terhadap penggunaan suatu e-commerce. Pengaruh negatif ini merujuk kepada ketakutan atau ketidakpastian yang akan merugikan pengguna dan mengurangi keinginannya dalam bertransaksi menggunakan e- commerce. Individu akan cenderung memilih sesuatu yang bersifat pasti, aman, dan jauh dari risiko. Risiko merupakan ketidakpastian yang tidak dapat diukur tetapi dapat diprediksi. Ketidakpastian yang baik biasa disebut peluang.
Assael, (1998) dalam menyatakan bahwa resiko menjadi salah satu komponen penting dalam pemrosesan informasi yang dilakukan oleh konsumen.
Ketika anggapan resiko menjadi tinggi, ada motivasi apakah akan menghindari pembelian dan penggunaan atau meminimumkan risiko melalui pencarian dan evaluasi alternatif pra-pembelian dalam tahap pengambilan keputusan. Kondisi ini menghasilkan pengambilan keputusan yang kompleks. Proses pengambilan keputusan menggambarkan adanya keterlibatan pengguna dengan sesuatu yang ingin dia gunakan. Maka dapat dinyatakan bahwa resiko adalah pemikiran tentang risiko yang akan dialami oleh konsumen maupun pengguna. Suatu ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi negatif yang mungkin diterima atas pembelian atau penggunaan suatu produk atau jasa (Ariwibowo & Nugroho, 2013).
6. Ecommerce
E-commerce adalah salah satu teknologi yang dipakai pelaku usaha untuk menjalankan bisnis secara cepat dan mudah, baik melakukan aktivitas bisnisnya baik itu aktivitas penjualan, pembelian maupun aktivitas yang lainnya (Kolter dan Armstrong, 2012). E-commerce adalah dimana dalam satu website menyediakan atau dapat melakukan transaksi secara online atau juga bisa merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“. E-commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kegiatan trading (perdagangan).
Baum, D. dalam Purbo, (2001) memberi definisi e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik.
E-commerce atau perdagangan elektronik adalah pembelian dan penjualan barang atau jasa melalui sistem elektronik seperti internet dan jaringan komputer lainnya (Hall, J., 2007), dan pada dasarnya penggunaan E-commerce adalah melakukan bisnis online. Dalam bentuknya yang paling jelas E-commerce menjual produk kepada konsumen secara online, tapi faktanya jenis bisnis apapun yang dilakukan secara elektronik adalah e-commerce. Sederhananya e-commerce adalah membuat, mengelola dan meluaskan hubungan komersial secara online. Menurut Purbo, (2001) memberikan pengertian “E-commerce” sebagai satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,
konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik”.
Adapun pendapat mengenai pengertian e-commerce bahwa e-commerce mengacu pada internet untuk belanja online dan jangkauan lebih sempit. dimana e-commerce adalah sub perangkat dari e-bisnis. Cara pembayarannya, melalui transfer uang secara digital seperti melalui account paypal atau kartu credit, sedangkan, e-bisnis mengacu pada internet tapi jangkauan lebih luas. area bisnisnya terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan klien atau nasabah melalui email tapi pemasaran atau penjualan di lakukan dengan internet dengan begitu dapat memberikan keuntungan berupa keamanan fleksibilitas dan efisiensi. Cara pembayarannya yaitu dengan melaui pembayaran digital dan sudah diakui di seluruh dunia dalam melakukan transaksi online.
Pada umumnya pengunjung website dapat melihat barang atau produk yang dijual secara online (24 jam sehari) serta dapat melakukan correspondence dengan pihak penjual atau pemilik website yang dilakukan melalui email. Dalam prakteknya, berbelanja di website memerlukan koneksi ke internet dan browser yang mendukung transaksi elektronik yang aman, seperti Microsoft Internet Explorer dan Netscape Navigator. Microsoft dan Netscape, bekerja sama dengan Perusahaan kartu kredit (Visa dan MasterCard) serta Perusahaan-perusahaan internet security (seperti VeriSign) telah membuat standar enkripsi khusus yang membuat transaksi melalui web menjadi sangat aman. Bahkan, Visa dan MasterCard menyediakan jaminan keamanan 100% kepada pengguna credit cardnya yang menggunakan e-commerce.
Sistem informasi akuntansi pada e-commerce bersifat transparan dan dapat memberikan kesempatan pada pengguna untuk mengakses sebagian sistem akuntansi pada e-commerce tersebut, yaitu salah satunya pengguna dapat melakukan pemesanan sekaligus melihat persediaan barang (Millennia, 2019).
Bagi perusahaan yang memanfaatkan teknologi sistem informasi yaitu dengan pemanfaatan teknologi e-commerce dalam kegiatan operasional perusahaan, akan mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Hal tersebut karena kemudahan bagi para investor dalam melihat usaha yang akan, sedang, dan telah dilakukan perusahaan dalam usaha meningkatkan return usahanya yang dapat diakses melalui website perusahaan tersebu. Secara khusus e-commerce akan menurunkan biaya koordinasi dan transaksi karena otomasi online transaksi, begitu juga produktifitas dan peningkatan efisiensi (Kraemer et al., 2002).
7. Kinerja UMKM
Kinerja perusahaan merupakan suatu ukuran yang dipakai untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dimana suatu perusahaan dikatakan mengalami keberhasilan dalam bidang-bidang apabila praktek yang ada cocok dengan semua kebutuhan Kolter dan Armstrong, (2012).
Menurut Kraemer et al., (2002) dalam Hanum & Sinarasri, (2017) kinerja perusahaan dapat diukur melalui 3 hal yaitu efisiensi, koordinasi dan perdagangan (posisi pasar dan penjualan) dimana ketiga hal tersebut diharapkan dapat diperoleh dari adopsi teknologi informasi baru oleh suatu perusahaan.
Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi (Ranto, 2007 dalam Rahmanto et al., 2018). Srimindarti, (2006) menyatakan bahwa kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi kinerja adalah prestasi yang dicapai suatu organisasi atau entitas dalam periode akuntansi tertentu yang diukur berdasarkan perbandingan dengan berbagai standar. Peningkatan kinerja dapat berupa pengurangan biaya transaksi dan koordinasi aktifitas ekonomi yang lebih dekat antar rekan bisnis (Malone et al., 1987 dalam Kraemer et al., 2002).
UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, tetapi definisinya ternyata lebih luas dari itu. Dari sudut pandang pelaku usaha, UMKM bisa dideskripsikan sebagai bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil. Akan tetapi, beberapa ahli ekonomi menggunakan istilah berbeda untuk mendefinisikannya. Prof. Ina Primiana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran mendeskripsikan UMKM sebagai aktivitas usaha skala kecil yang mendukung pergerakan pembangunan serta perekonomian Indonesia. Sementara itu, M.
Kwartono Adi menggunakan definisi lebih spesifik, yaitu badan usaha dengan profit kurang dari 200 juta Rupiah, dihitung dari laba tahunan. UMKM adalah akronim dari tiga jenis bentuk usaha: mikro, kecil, menengah. Usaha mikro biasanya dimiliki perseorangan atau keluarga, dan keuntungan bersihnya di bawah 50 juta Rupiah per tahun. Biasanya keuangan pribadi dan modal masih bisa disatukan dalam perhitungannya. Usaha kecil biasanya mendapat keuntungan bersih di bawah 300 juta Rupiah per tahun. Usaha ini bisa terdiri dari bisnis informal (misalnya industri sepatu rumahan) atau perusahaan dan institusi berskala kecil (misalnya toko kecil). Usaha menengah biasanya sudah memiliki sistem pembukuan lengkap, terpisah dari uang pribadi. Pendapatannya bisa di atas 300
juta Rupiah per tahun. Banyak di antara usaha menengah yang sudah memiliki NPWP dan legalitas lainnya.
Usaha kecil menengah (UMKM) merupakan usaha yang tumbuh dalam menghadapi ketatnya persaingan usaha. Dengan globalisasi perekonomian dunia dan era perdagangan bebas, usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kinerja usahanya untuk meraih keberhasilan. UMKM telah diidentifikasi sebagai penggerak utama pertumbuhan / perkembangan ekonomi dan kontributor signifikan terhadap kemakmuran ekonomi nasional menurut (Kaynak, 2005), dan sangat penting dalam menyediakan masyarakat dengan produk-produk baru, mempromosikan inovasi baru, menghasilkan lapangan kerja, memunculkan persaingan dan menciptakan kekayaan ekonomi menurut. Pelaku UMKM tidak hanya dapat menjadikan e-commerce sebagai portal berjualan, namun dapat membangun relasi dan membangun konsep pasar baru dan menggunakan system pemasaran yang lebih efektif dan menjadikan e-commerce juga sebagai media pembelajaran. Pelaku UMKM juga dapat melihat dan melakukan observasi penjualan yang dilakukan oleh pesaing dan mengadopsinya.
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh efisiensi biaya terhadap peggunaan e-commerce
Kemampuan untuk dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang mana dalam teori agensi manajer mampu mengolah dana secara efisien dan efektif. Melakukan strategi bisnis dengan mengolah dana yang dapat menghemat biaya dengan penggunaan e-commerce dalam menjalankan bisnis. Efisiensi dapat dikatakan seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, dan sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Artinya apabila suatu
pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka dapat dikatakan efektif (Ravianto, 2014).
Penelitian sebelumnya menyoroti pentingnya biaya dalam adopsi dan pemanfaatan teknologi Ernst, (2001) dan menemukan hubungan langsung dan signifikan antara biaya dan adoption teknologi (Alam dan Noor, 2009).
Handayaningrat, (1995) menyatakan efektivitas yaitu alat ukur untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Studi telah menemukan efektivitas biaya menjadi variabel penting dalam adopsi teknologi baru (Chong dan Chan 2012, Premkumar, 1996). Dalam konteks Malaysia, Alam, (2009) menemukan biaya adopsi memiliki efek signifikan pada adopsi internet di kalangan ukm.
Karena media sosial adalah teknologi dan organisasi yang hemat biaya dapat memiliki komunikasi langsung dengan pelanggan dengan biaya yang relatif rendah (Kaplan, A.M. dan Haenlein, 2010), kemungkinan besar bagi organisasi untuk menggunakannya. Dari teori yang telah dijelaskan, efektifitas yaitu alat ukur dari pelaku organisasi untuk mencapai target yang telah ditentukan, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Efisiensi biaya berpengaruh signifikan terhadap penggunaan e-commerce.
2. Pengaruh kompatibilitas terhadap penggunaan e-commerce
Kompatibilitas mengacu pada tingkat inovasi yang sesuai dengan calon pengadopsi nilai yang ada, praktik sebelumnya dan kebutuhan saat ini (Rogers, 1983). Agent (manajer /pengelola) dapat mengambil keputusan yang sesuai untuk menjalankan usahanya dengan melakukan strategi bisnis seperti penggunaan teknologi yang sesuai dan dapat menunjang keberhasilan usahanya. Dalam
hubungan keagenan, principal (pemilik/pemegang saham) memberi wewenang kepada agent (manajer/pengelola) untuk mengolah usaha dan dapat membuat keputusan yang terbaik untuk principal. Perusahaan akan mempertimbangkan mengadopsi teknologi baru apabila teknologi tersebut diakui kompatibel dengan sistem aplikasi kerja pada perusahaan.
Penelitian sebelumnya menyelidiki pengaruh kompatibilitas dengan penggunaan teknologi, yang mana ditenemukan hasil positif dan negatif.
Penelitian Brown, I. dan Russell, (2007) menyoroti efek kompatibilitas pada adopsi teknologi identifikasi frekuensi radio di sektor ritel Afrika Selatan dan berpendapat bahwa agar adopsi dan implementasi RFID berhasil, perlu organisasi mengembangkan infrastruktur TI fleksibel yang akan dapat mengakomodasi sistem RFID. Hsu dan Lu, (2007) menemukan pengaruh signifikan dari kompatibilitas bahwa mereka akan mengadopsi MMS jika mereka merasa bahwa menggunakan MMS sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka. Sedangkan Ramdani et al., (2009) dalam studi mereka, menunjukan bahwa kompatibilitas adalah faktor yang tidak signifikan dalam adopsi sistem perusahaan. Menanamkan media sosial dalam bisnis akan menjadi konsep yang paling cocok karena membantu untuk ceruk target pelanggan secara efektif dan bisnis akan dapat berbagi konten produk dan layanan mereka secara instan (Bahasa Derham, 2011).
Dari teori yang telah dijelaskan dan adanya temuan yang menunjukkan hasil yang berbedah, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H2 : Kompatibilitas berpengaruh signifikan terhadap penggunaan e-commerce.
3. Pengaruh kepercayaan terhadap penggunaan e-commerce
Kepercayaan merupakan penggerak utama dari semua model bisnis ecommerce. Dalam teori agensi, agent (manajer/pengelola) dapat membuat keputusan menjalankan usahanya, membuat strategi bisnis dengan adanya kepercayaan dalam penggunaan e-commerce yang mana nantinya dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut McKnight, (2001), kepercayaan merupakan keyakinan seseorang yang sukarela menjadi pelanggan pada penyedia layanan e-commerce setelah dipertimbangkan karakteristik dari penyedia layanan e-commerce. Kepercayaan (trust) merupakan bagian yang tak terpisahkan didalam sistem informasi pemasaran online.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan berpengaruh positif terhadap penggunaan e-commerce, di antaranya ada penelitian oleh Ariwibowo & Nugroho, (2013), Kim et al., (2008), Pavlou, (2003).
Kepercayaan dipenelitian ini berfokus terhadap kepercayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menghasilkan produk atau jasa dengan cara memasarkannya menggunakan e-commerce. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H3: Kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap penggunakan e-commerce.
4. Pengaruh resiko terhadap penggunaan e-commerce
Risiko merupakan keadaan dimana jika seseorang merasakan ketidakpastian dalam mempertimbangkan keputusannya iya atau tidak melakukan ternsaksi secara online. Melihat dalam teori agensi ketika wewenang telah diberikan kepada agent (manajer/pengelola) maka agent (manajer/pengelola) dapat memutuskan penggunaan
strategi dalam usahanya yang dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan dengan kata lain jauh dari resiko yang dapat membuat kerugian. Dalam konteks transaksi online, individu cenderung untuk melihat risiko ketika muncul ketidakyakinan atas hasil yang mungkin terjadi dari transaksi yang dilakukan. Resiko menekankan pada anggapan tentang risiko yang akan diterima seseorang saat melakukan transaksi online. Resiko yang tinggi menyebabkan seseorang mempunyai ketakutan yang lebih tinggi pada saat bertransaksi secara online, begitu juga sebaliknya. Resiko yang rendah akan membuat seseorang tidak merasa takut dalam melakukan transaksi online, tak dipungkiri juga pada waktu yang akan datang akan kembali melakukan transaksi secara online. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh resiko terhadap penggunaan e-commerce untuk bertransaksi. Risiko yang tinggi dapat mengurangi minat penggunaan. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa risiko mempengaruhi minat penggunaan. Semakin rendah tingkat risiko yang dirasakan oleh para pengguna, hal ini dapat meningkatkan minat penggunaan. Pavlou, (2003) menjelaskan bahwa terdapat dua bentuk ketidakpastian dalam bertransaksi online, yaitu ketidakpastian perilaku dan ketidakpastian lingkungan.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa resiko berpengaruh negatif terhadap penggunakan e-commerce, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Ariwibowo & Nugroho, (2013) mendapatkan hasil resiko berpengaruh negatif terhadap penggunaan e-commerce untuk bertransaksi, kemudian penelitian Pavlou, (2003), Kim et al., (2008). Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H4: Resiko berpengaruh signifikan terhadap penggunakan e-commerce
5. Pengaruh e-commerce terhadap kinerja umkm
Dalam mencapai tujuan perusahaan adanya kinerja yang menjadi alat ukur dan indikator keberhasilan . Dalam hubungannya dengan teori agensi bahwa agent (manajer/pengelola) dapat memuaskan principal (pemilik/pemegang saham) dengan membuat strategi untuk menguntungkan perusahaan yang mana dapat diliahat dari kinerja perusahaan. Kinerja menurut Kraemer et al., (2002) kinerja perusahaan dapat diukur melalui 3 hal yaitu efisiensi, koordinasi dan perdagangan (posisi pasar dan penjualan) dimana ketiga hal tersebut diharapkan dapat diperoleh dari adopsi teknologi informasi baru oleh suatu perusahaan. salah satu ukuran kinerja meningkat adalah naiknya penjualan. Indikator meningkatnya kinerja dapat dilihat salah satunya dari peningkatan penjualan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmidani, (2015) mengatakan bahwa dalam menggunakan e-commerce bermanfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan omzet penjualan, jumlah pelanggan, memperluas jangkauan bisnis, dapat mempromosi, peluang bisnis baru yang banyak, memperbanyak jaringan atau relasi, dan untuk kepuasan pelanggan. Penelitian Fatmariani, (2011) menyatakan jika penggunaan teknologi informasi Open Source e- commerce dalam UKM semakin tinggi, maka semakin tinggi juga kinerja UKM. Hanum &
Sinarasri, (2017) juga menemukan bahwa e-commerce berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H5 : E-commerce berpengaruh signifikan terhadap kinerja umkm.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Efisiensi Biaya
Kinerja umkm
Kompatibilitas Penggunaan E-
commerce Kepercayaan
Resiko