• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI PERANAN DUTA GENERASI BERENCANA (GENRE) DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA KOTA MEDAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RELASI PERANAN DUTA GENERASI BERENCANA (GENRE) DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA KOTA MEDAN SKRIPSI"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

RELASI PERANAN DUTA GENERASI BERENCANA (GENRE) DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN

REPRODUKSI PADA REMAJA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Yobel Tri Putra Pinem 160901067

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

RELASI PERANAN DUTA GENERASI BERENCANA (GENRE) DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN

REPRODUKSI PADA REMAJA KOTA MEDAN SKRIPSI

Oleh :

Yobel Tri Putra Pinem 160901067

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis Relasi Peranan Duta Generasi Berencana (Genre) Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Kota Medan.

Penelitian ini dilakukan pada kelompok Pusat Informasi Konseling Remaja (baca:PIK-R) di Kota Medan yakni Kelompok PIK-R Syahadah UMSU, PIK-R AN- Nahlu MAN 1 Medan dan PMR Wira Sultan Iskandar Muda Medan. Teori yang digunakan adalah teori sosialisasi yang dikemukan oleh Peter L Berger dan pengetahuan kesehatan reproduksi yang dikemukakan oleh Mace, Bannerman dan Burton. Dalam penelitian ini, sosialisasi diartikan sebagai suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem untuk menjadi anggota masyarakat, dan menjalankan beberapa proses serta tahapan sosialisasi untuk dapat diterima oleh masyarakat menjadi anggota masyarakat. Sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menikmati perilaku seksual dan reproduksi sejalan dengan etika sosial dan personal; kebebasan dari rasa takut, rasa malu, rasa bersalah, prasangka dan faktor psikologis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey, observasi dan wawancara tidak berstruktur. Dengan teknik multi samping, jumlah responden penelitian ini adalah 79 orang dari tiga kelompok PIK-R.

Hasil analisa penelitian yang menggunakan uji rank parson correlation (product moment), menetapkan adanya hubungan yang positif antara variabel peranan duta generasi berencana dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dari responden, sesuai hasil r hitung (nilai koefisien korelasimya) = 0,736** lebih besar dari r tabel yaitu ……., sehingga H0 ditolak, dan berlaku H1. Maka dapatlah disimpulkan bahwa pengaruh kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh duta generasi berencana (X) terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi (Y) berhubungan positif, dimana semakin intens kegiatan sosialisasi oleh duta generasi berencana (Genre) maka semakin meningkat pengetahuan remaja Kota Medan yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini tentang kesehatan reproduksi. Sehingga dapatlah direkomendasikan bahwa peranan komunitas yang berfung sebagai motivator dan pendampng remaja seperti Duta Generasi Berencara (Duta Genre) dapatlah dikembangkan dan digandakan eksistensi dan kinerjanya dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang Kesehatan reproduksi guna mengurangi atau mengeleminasi terjadinya penyimpangan seks pranikah dan berbagai penyakit kelamin sebagai dampak ikutannya.

Kata Kunci: Sosialisasi, Pengetahuan, Remaja

(7)

ii

ABSTRACT

This study examines the influence of the Planning Generation Ambassador (Genre) on Adolescent Reproductive Health Knowledge in Medan City. This research was carried out at the Youth Counseling Information Center (PIK-R) group in Medan City, namely the PIK-R Syahadah UMSU Group, PIK-R AN-Nahlu MAN 1 Medan and PMR Wira Sultan Iskandar Muda Medan. The theory used is the socialization theory proposed by Peter L. Berger and the knowledge of reproductive health by Mace, Bannerman and Burton. Socialization is defined as a process of how to introduce a system to become a member of society, and carry out several processes and stages of socialization to be accepted by the community as members of the community. Meanwhile, knowledge of reproductive health is the ability to control and enjoy sexual and reproductive behavior in line with social and personal ethics; freedom from fear, shame, guilt, prejudice and psychological factors.

The method used in this research is quantitative research methods. With nonprobability sampling technique in the form of saturated sampling as many as 79 from the three PIK-R groups. The independent variable in this study is the Planning Generation Ambassador which includes one indicator, namely the socialization given to teenagers in Medan City. While the dependent variable (dependent) is knowledge of reproductive health which includes three indicators, namely:

knowledge of reproductive health, understanding reproductive health, and carrying out reproductive health activities (Notoatmojo, 2012).

The results of this study were analyzed using the parson correlation product moment test on the variable of ambassador for planning generation and knowledge of reproductive health which showed that the correlation coefficient was 0.736 ** which was included in the strong relationship level category, then H0 was rejected, H1 was accepted, so it could be concluded that the socialization variable carried out by the ambassador of the planning generation (X) has an effect on the Reproductive Health Knowledge variable (Y) with a very significant positive relationship between the ambassador of the planning generation (Genre) and the knowledge of reproductive health where the relationship between the two variables is unidirectional, namely if the variable of the ambassador for planning generation (Genre) increases then the knowledge variable on reproductive health also increases, this means that the higher the socialization carried out by the ambassadors for the planning generation (Genre), the higher the knowledge of reproductive health among adolescents.

Keywords: Socialization, Knowledge, Youth

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunianya yang berlimpah-limpah yang telah diberikan kepada penulis, kesehatan, kelancaran dan anugrah yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir skripsi ini dengan sebaik – baiknya yang berjudul Relasi Duta Genre ( Generasi Berencana) dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Kota Medan. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S. Sos) pada program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian kuliah dan penelitian skripsi ini, banyak pihak yang sudah membantu secara moril maupun materil berupa sumbangan pemikiran. Oleh karena itu penulis mengucapakan terimakasih yang tulus dan apesiasi kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Harmona Daulay S.Sos, M.Si selaku wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan sebagai Plt Ketua Program Studi Sosiologi serta sebagai pembimbing akademik. Saya sangat meghargai telah berkenan menjadi Dosen Pembimbing yang intens meluangkan waktu, sumbangan pemikiran dan kesabaran dalam membimibing penulis selama penyelesaian skripsi ini. Selain memberikan beragam nasehat, motivasi serta kritik dan saran dalam menulis skripsi ini, penulis me. Terimakasih sudah menjadi orang tua yang baik bagi kami dan sangat mendukung seluruh mahasiswa dalam kegiatan akademik.

3. Drs. T. Ilham Saladin, MSP selaku sekertaris Program Studi Sosilogi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang sudah berperan ganda menjadi orangtua kami dalam menjalankan seluruh aktivitas akademik terutama mendukung dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi dan studi.

4. Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen penguji saya. Terimakasih telah menjadi Dosen Penguji yang baik serta kritis dalam memberikan saran, keritikan dan ilmu serta nasehat yang bermanfaat bagi penyempurnaan skripsi ini.

(9)

iv

5. Segenap dan seluruh Dosen Sosiologi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menyelesaikan studi di Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Staf Andiministrasi yaitu kak Ernita Yanti, S.Sos dan Abangda Abelta Kaban yang telah banyak membantu perihal administrasi penulis sejak awal perkulihan sampai dengan akhir perkuliahan.

7. Terkhusus untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Alm. Sinarta Pinem, SE dan ibunda Kristina Malem Br Sembiring yang sangat saya kasihi dan sayangi karena telah melahirkan dan membesarkan penulis, serta peneliti banggakan atas segala upaya yang telah dilakukan mendidik, mendukung kelancaran perkuliahan penulis sebagai mahasiswa. Terimakasih doa-doanya, atas kasih yang tiada batasnya atas dorongan dan motivasi agar penulis selalu semangat mengejar cita-cita dan menggapai semua harapan.

8. Kepada ketiga saudara saya Abangda Theofilus Fredikta Pinem S.Th, Abangda Rio Fernando Ukurta Pinem S.Th dan Adinda Hezkiel Omega Puta Pinem yang sudah mendukung, memberi motivasi, mendoakan dan mendorong peneliti agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada seluruh keluarga besar penulis yang memberikan dukungan baik materi maupun moril mulai dari awal hingga akhir perkuliahaan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

10. Kepada Bapak Dr. Nurman Achmad. S.Sos, M.Sc dan Ibu Dewi, S.Sos, M.Si selaku orang tua peneluis dalam membimbing medukung dari awal penulisan skripsi ini peneluis ucapkan banyak terima kasih.

11. Kepada abangda M. Reza Ardila, S.Sos, M.Si terima kasih sudah memberi masukan dalam menulis terkhusus pada bagian metode penelitian pada penulisan skripsi ini.

12. Teruntuk Forum Genre Kota Medan dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) dan kelompok PIK Syadaha UMSU, PIK An- Nahlu MAN I Medan dan PMR Sultan Iskadar Muda Medan serta kepada Duta- Duta Genre Kota Medan yang telah bersedia menjadi responden serta meluangkan waktunya dan memberikan informasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

v

13. Terima kasih kepada teman penulis Hasan Manganju Purba S.Sos yang sudah membantu dalam menulis dan mengolah data skripsi ini dan kepada M. Ade Putra Ritomga, S.Sos yang juga sudah mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

14. Terimakasih secara istimewa kepada sahabat penulis yang telah menemani setiap kegiatan yang penulis baik dalam suka dan duka dalam proses perkuliahan maupun diluar perkuliahan yaitu Alfredo Yoshua Sitompul, Fanny Aulita Putri Saragih dan Intan Metha Sari Sitanggang.

15. Terimakasih kepada sahabat penulis kepada Pecahan Botol Prodi abang Ikhwanul Ihsan, Kak Agusutiwi dan Alfredo Yoshua yang sudah bisa menjadi abang dan kakak serta saudara dalam menyelesaikan skripsi ini terimakasih banyak atas motivasi dan semangat yang sudah diberikan agar penulis dapat menyelesaikan ksripsi ini.

16. Kepada Sesilia Ariska terimaksih sudah menjadi partner selama kuliah mulai dari awal hingga akhir perkuliahaan yang selalu menemani mengerjakan seluruh tugas-tugas perkuliahaan sampai mencari data untuk penulisan skripsi ini.

17. Seluruh mahasiswa/I Sosiologi stambuk 2016 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan dari awal semester hingga akhir masa perkuliahan.

Harapannya semoga setelah selesai masa perkuliahan ini kita tidak putus tali silaturahmi dan masih bisa berkomunikasi dengan baik dan bertemu kembali dalam waktu dan kesempatan yang lain.

18. Senior-senior penulis dalam Program Studi Sosiologi yang telah menjadi teman Penulis berdiskusi baik topik perkuliahan maupun topik skripsi yang penulis kerjakan.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis memohon saran dan kritik untuk melengkapinya. Harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi banya. Terima kasih

Medan, 2021 YobelTri Putra Pine NIM : 160901067

(11)

vi DAFTAR ISI JUDUL

KATA PENGANTAR ... I

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Hipotesis. ... 9

1.6 Defenisi Konsep... 10

1.6.1 Remaja... 10

1.6.2 Kesehatan Reproduksi ... 12

1.6.3 Pengetahuan ... 12

1.7 Organisasi Variabel ... 13

1.8 Bagan Operasional Variabel ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1 Sosialisai ... 17

2.1.1 Pola dan Proses Sosialisai ... 18

(12)

vii

2.1.2 Fungsi Sosialisai ... 20

2.2 Duta GenRe (Generasi Berencana) ... 21

2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ... 25

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Lokasi Penelitian... 27

3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 27

3.3.1 Populasi Penelitian ... 28

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel ... 29

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.5 Aspek/Skala Pengukuran ... 31

3.6 Analisi Data ... 32

3.6.1 Uji Instrumen ... 32

3.6.1.1 Uji Validitas ... 32

3.6.1.2 Uji Reabilitas ... 34

3.6.1.3 Uji Normalis ... 34

3.6.2 Analisis Korelasi Parsial Pearon Product Moment ... 35

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi... 39

Tabel 4.2 ... 39

(13)

viii

Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Jenis Kelamin ... 39

4.1.1 Kelompok PIK (Pusat Informasi Konseling) ... 42

4.2 Deskripsi Data ... 42

4.2.1 Karakteristik Responden ... 44

4.2.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 59

4.2.3 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 59

4.2.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Sumirnov... 63

4.2.5 Deskriptif Variabel Penelitian ... 66

4.2.5.1 Variabel Duta Genre (X) ... 69

4.2.5.2 Variabel Pengetahuan Kesehatan Reproduksi (Y) ... 71

4.2.6 Analisis Korelasi ... 71

4.2.6.1 Analisis Korelasi Parsial Pearson Product Moment ... 76

4.3 Pembahasan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 106

Daftar Pustaka ... 108

LAMPIRAN... 111

KUESIONER PENELITIAN ... 111

Data Base ... 117

Distribusi Nilai rtabel Signifikansi 5% dan 1% ... 130

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasional Variabel ... 10

Tabel 3.1 Kelompok PIK ... 29

Tabel 3.2 Skala Likert ... 32

Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien kolerasi ... 36

Tabel 4.1 Luas kecamatan kota medan ... 41

Tabel 4.2 Jumlah penduduk kota medan ... 42

Tabel 4.3 Persentasi agama kota medan ... 43

Tabel 4.4 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin ... 59

Tabel 4.5 Komposisi responden berdasarkan usia ... 60

Tabel 4.6 Komposisi responden berdasarkan pendidikan saat ini ... 61

Tabel 4.7 Komposisi responden berdasarkan suku/etnis ... 61

Tabel 4.8 Komposisi responden berdasarkan kelompok PIK ... 62

Tabel 4.9 Nilai Validitas indikator variabel X sosialisai Duta Genre ... 64

Tabel 4.10 Nilai Validitas variabel Y (pengetahuan kespro) ... 65

Tabel 4.11 Nilai Reabilitas indikator variabel X ... 67

Tabel 4.12 Nilai Reabilitas indikator variabel Y ... 68

Tabel 4.13 Nilai Uji Normalis ... 70

Tabel 4.14 Deskripsi komposisi skor nilai jawaban variabel X ... 72

Tabel 4.15 Mean jawaban responden variabel X ... 76

Tabel 4.16 Deskripsi kompisisi skor nilai jawaban variabel Y Tahu ... 78

Tabel 4.17 Deskripsi komposisi skor nilai jawaban variabel Y Memahami .. 81

Tabel 4.18 Deksripsi komposisi skor nilai jawaban variabel Y Melakukan .. 85

Tabel 4.19 Mean jawaban variabel Y ... 89

(15)

x

Tabel 4.20 Responden untuk memberikan interpretasi koefisen korelasi ... 92

Tabel 4.21 Korelasi Duta Genre terhadap pengetahuan kespro ... 93

Tabel 4.22 Nilai Korelasi Variabel Duta Genre terhadap indikator pengetahuan kespro ... 95

DAFTAR GAMBAR Bagan 1.1 Bagan Variabel ... 15

Gambar 4.1 Peta Kota Medan ... 40

Gambar 4.2 Sosialisai Duta GenRe BKR Kampung KB Kel Mencirim ... 46

Gambar 4.3 Sosialisai Program Pembangunan Keluarga ... 47

Gambar 4.4 Kegiatan BKR Kampung KB Desa Percut ... 49

Gambar 4.5 Logo PIK-R An- Nahlu MAN 1 Medan ... 50

Gambar 4.6 PIK An-Nahlu MAN 1 Medan ... 52

Bagan 4.7 An-Nahlu MAN 1 Medan ... 52

Gambar 4.8 Fasilitas Genre KIT ... 53

Gambar 4.9 Fasilitas PIK-R An-Nahlu MAN 1 Medan ... 53

Gambar 4.10 Sekolah Sultan Iskandar Muda ... 61

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang menjadi salah satu ibu kota di provinsi Sumatra Utara. Medan juga merupakan kota terbesar ke-3 diluar pulau jawa, jumlah penduduk kota Medan juga tercatat sebagai jumlah penduduk terbanyak, yakni Medan tercatat sebagai kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbanyak, yakni mencapai 2,26 juta jiwa. Deli Serdang di urutan kedua dengan jumlah penduduk 2,16 juta jiwa dan Langkat di posisi ketiga dengan penduduk 1,04 juta jiwa. Sedangkan Pakpak Bharat memiliki penduduk paling sedikit, yaitu sekitar 48 ribu jiwa. Pada 2018, di Sumatera Utara terdapat 3,37 juta keluarga dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 4 jiwa.

Adapun rata-rata kepadatan penduduk mencapai 198 jiwa per km persegi. Medan merupakan kota dengan penduduk terpadat di Sumatera Utara, yakni 8.544 jiwa per km persegi. (databoks.katadata.co.id)

Dengan jumlah penduduk yang terbilang banyak masyarakat kota Mendan merupakan masyarakat yang majemuk dengan berbagi macam suku, agama dan ras kulit yang dimiliki oleh masyarakat Kota Medan. Mayoritas masyarakat kota medan pada saat ini ialah suku jawa dan suku-susku dari suku batak (Toba, Karo, Simalungun, Mandailing dan Pak-pak). Kota Medan juga terdiri dari keturunan India dan Tionghoa.

(17)

2

Dengan jumlah penduduk kota medan yang sangat tinggi yang berasal dari kelompok usia 0-19 tahun yang mencapai 41%, dapat dikatakan jumlah penduduk usia remaja terbilang besar juga. Usia remaja. Remaja merupakan komponen terbesar dilapisan masyarakat dan menjadi generasi penerus yang berkualitas.

Untuk bisa menjadi generasi berkualitas, remaja harus mampu menghindari dan mengatasi permasalahan-permasalahan remaja yang cukup kompleks seiring dengan masa transisinya. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu masalah seksualitas kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi, terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS), serta penyalahgunaan NAPZA. Remaja pada usia 15-18 tahun merupakan remaja yang memiliki resiko paling tinggi terhadap alkohol, penggunaan obat-obatan, dan aktivitas seksual. Berdasarkan data BNN Provinsi Sumatera Utara kasus narkoba di Sumatera Utara mulai tahun 2007-2011 tercatat pada tingkat Sekolah Menangah Atas (SMA) dengan jumlah kasus 9222, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6480 kasus, Sekolah Dasar (SD) berjumlah 3597 kasus dan perguruan tinggi dengan jumlah 551 kasus (BNN, 2012).

“Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Pol Heru Winarko, menyebutkan penyalahgunaan narkoba di Provinsi Sumatra Utara dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Narkoba adalah masalah serius di Sumut. Salah satu kelompok pengguna di Sumut adalah remaja yang jumlahnya mencapai 130.000 lebih. Hal itu disebutkan Heru Winarko saat bersilaturahmi dengan Gubsu, Edy Rahmayadi, di Aula Gubernuran, Jalan Sudirman Medan, Minggu (18/8/2019) sore.”(Medanbisnisdaily.com-Medan)

Pada umumnya berkisar 13-18 tahun, pada usia remaja seorang individu akan mengalami masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa transisi tersebuat seorang remaja akan mengalami pergolakan atau masa akhir balik atau biasa juga kita sebut dengan masa puber. Dimana seorang remaja akan mencari jati diri dan seorang remaja tersebut juga akan mengalami pertumbuhan hormon

(18)

3

seksual. Pada usia remaja 10-14 tahun merupakan masa emas terbentuknya pemahaman atau landasan tentang kesehatan reproduksi.

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya penduduk remaja. Survei World Health Organization (WHO) tahun 2010, kelompok usia remaja (10-19 tahun) menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup di negara-negara berkembang. Usia remaja merupakan usia yang paling rawan mengalami masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular seksual (IMS) termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Menurut Fazidah, kondisi minim informasi akan kesehatan reproduksi dan perkembangan emosi yang masih labil membuat remaja rentan dihadapkan pada kebiasaan yang tidak sehat. Seks bebas, merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan obat dan suntikan termasuk di antaranya. Fazidah mengingatkan bahwa menjalani kebiasaan negatif itu seiring dengan mulai berfungsinya alat-alat reproduksi remaja, pada akhirnya akan mempercepat usia awal seksual aktif. Itu akan mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi. "Kurangnya edukasi terkait kesehatan reproduksi pada remaja memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, antara lain pernikahan usia muda, kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, infeksi menular seksual, kekerasan seksual, dan lain-lain," katanya. (REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta)

Pada saat ini konten pornografi juga sangat mudah untuk di akses oleh kalangan remaja melalui media sosial seperti internet dan gawai yang mereka miliki. Konten pornografi juga sangat merusak mental anak remaja dalam proses

(19)

4

tumbuh kembang kesehatan reproduksi mereka. Menurut data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) bahwasannya 90% remaja sudah pernah mengakses konten pornografi tersebut.

Laporan KPAI dari survei yang dilakukannya tahun 2007 di 12 kota besar di Indonesia tentang perilaku seksual remaja sungguh sangat mengerikan.

Hasilnya seperti yang diberitakan SCTV adalah, dari lebih 4.500 remaja yang di survei, 97 persen di antaranya mengaku pernah menonton film porno. Sebanyak 93,7 persen remaja sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas mengaku pernah berciuman serta happy petting alias bercumbu berat dan oral seks. Yang lebih menyedihkan lagi, 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan, 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Data ini dipublikasikan pada tahun 2007, 12 tahun yang lalu.(Republika.co.id)

Untuk merespon permasalah-permasalah remaja tersebut, pemerintah telah melaksanakan dan mengembangkan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang merupakan program pokok pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi dikalangan remaja. Selain program dari pemerintah ada juga beberapa Lembaga Sewadaya Masyarakat (LSM) yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi salah satu LSM tersebut iyalah PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia). Dalam menjalankan programnya PKBI banyak melihat permasalahan tentang kesehatan reproduksi dikalangan remaja sehingga PKBI ingin melakukan sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dikalangan remaja

(20)

5

dengan menggunakan pendekatan dengan remaja yaitu dengan membentuk sebuah Centra Mitra Remaja (CMR).

CMR hadir untuk memperdayakan remaja dalam hal kesehatan reproduksi dan persepektif gender agar remaja bertanggung jawab terhadap prilaku seksual dan sosialnya. Selain itu CME memberikan layanan informasi, pendidikan, dan pengembangan diri bagi remaja. melibatkan remaja, melalui kegiatan positif dilingkungan remaja itu sendiri.

Perjuangan PKBI dalam memwujudkan keluarga sejahtera melalui program KB mulai direspon oleh Pemerintah. Pada bulan Oktober 1969, Pemerintah Indonesia mendirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Awal berdirinya, LKBN diberi tugas memberi pelayanan KB di Jawa dan Bali. PKBI tetap menjalankan peran utamanya yaitu menyelenggarakan pelatihan, riset, sosialisasi dan pelayanan KB di beberapa wilayah lainnya. Pada tahun 1970, Pemerintah merubah LKBN menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), sekarang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Sejak masa itu, KB dipandang sebagai bagian integral dari pembangunan Indonesia.

Salah satu cara untuk mencegah permasalahan remaja sebagai akibat ledakan penduduk adalah dengan melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pertumbuhan penduduk, yaitu dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Kedua langkah tersebut diharapkan mampu mengendalikan kelahiran yang merupakan masalah pokok kependudukan. (Pasrah, Putro, &

Indrawati, 2014:8). Dalam mengatasi ledakan penduduk pemerintah melalui BKKBN, melaksanakan atau menjalankan tugas pokok dari BKKBN yaitu,

(21)

6

program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu upaya pengendalian penduduk. Sementara untuk menanggapi permasalahan yang muncul di kalangan remaja, BKKBN memiliki program Generasi Berencana (GenRe) yang mempromosikan program-program Keluarga Berencana sejak dini bagi kaum remaja.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengupayakan peningkatan umur pernikahan remaja melalui program GenRe (Generasi Berencana). program GenRe bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kesehatan reproduksi bagi remaja, khususnya remaja putri. Menurutnya, remaja harus mengerti bagaimana memperkuat dan menyiapkan kehidupan berkeluarga dan membangun karakter remaja. sasaran program GenRe, yaitu remaja belum menikah dengan usia 10-24 tahun, mahasiswa atau mahasiswi, keluarga serta masyarakat yang peduli remaja. GenRe akan memberikan informasi dan promosi tentang kesehatan reproduksi, seperti, tidak menikah dini, tidak melakukan seks pranikah, dan tidak menggunakan NAPZA, penanaman keterampilan hidup atau pengembangan konsep diri, pemberian informasi tentang perencanaan kehidupan berkeluarga dan pemberian informasi tentang kependudukan dan pembangunan keluarga.

Program GenRe dilaksanakan melalui pengembangan pusat informasi dan Konseling (PIK) Remaja dengan pendekatan dari, oleh dan untuk remaja sesuai dengan kecendrungan remaja yang lebih menyukai bercerita tentang permasalahanmya dengan teman sebaya. Pada saat ini, PIK Remaja berjumlah yang ada di wilalah kota Medan sebanyak 108 (data dinas pengendalian penduduk dan keluarga berencana kota Medan) kelompok yang diharapkan menjadi wadah

(22)

7

bagi remaja untuk berkumpul, berbagi cerita, beraktifitas dan saling tukar informasi. PIK remaja di kembangkan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan dan jalur masyarakat. Jalur pendidikan merupakan sekolah, perguruan tinggi dan pesantren. Dijalur masyarakat diantaranya organisasi kepemudaan, organisasi keagamaan dan komunitas remaja. kedua jalur tersebut merupakan sasaran terpenting untuk melakukan pendekatan kepada remaja atau komunitas remaja.

Peran PIK Remaja di lingkungan sangatlah penting dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang benar tentang Kesehatan Reproduksi. Penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan biasanya pada siswa SMA yang berusia 15-19 tahun. Pada usia ini remaja mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani diri, dapat mewujudkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri dan bangkitnya dorongan seksual.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti melihat ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian ini. Fokus penelitian ini adalah peneliti ingin melihat pengaruh Duta GenRe terhadap sosialisasi kesehatan reproduksi pada remaja kota medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengangkat rumusan masalah penelitian, yakni: “

1. Apakah ada pengaruh Duta Generasi Berencana (GenRe) terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di Kota Medan?

(23)

8 1.3. Tujuan Penelitian

Bersarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat adakah pengaruh duta GenRe terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja kota Medan.

2. Untuk mendeskripsikan pengaruh duta Genre Terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi remaja kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Pada dasarnya manfaat penelitian dapat diuraikan bahwa hasil penelitian ini akan dapat memberikan sumbangan terhadap pembaharuan kemajuan IPTEk (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) keunggulan dalam memecahkan masalah pembangunan serta memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

(Prof. Ir. Urip Santoso,2005). Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara peraktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dibidang ilmu sosial terutama bagi mahasiswa sosiologi. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini,

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(24)

9

1. Untuk kaum remaja dapat mengerti dan memahami betapa pentingnya pengetahuan kesehatan reproduksi serta bagaimana pengaruh duta Genre terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar evaluasi dan masukan kepada BKKBN dalam melaksanakan progam generasi berencara (GenRe) pada remaja-remaja yang ikut dalam program PIK-R (Pusat Informasi Konseling Remaja).

1.5. Hipotesis

Dari terminologinya, hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah. Secara singkat, hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian. Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. kegunaan hipotesis bagi peneliti, hipotesis menjadikan arah penelitian semakin jelas atau memberi arah bagi bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian secara baik (Idrus, 2009). Hipotesis juga dapat didefenisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat di uji kebenarannya. Hipotesis nol yang dilambangkan dengan H0 yang dirumuskan sebagai hubungan nol dalam arti korelasi atau pun perbedaan antara populasi variabel-variabel itu tidak ada atau sama dengan nol. Hipotesis alternatif yang dilambangkan dengan H1 atau Ha yang merupakan kebalikan dari gipotesis nol adalah sebuah penyataan yang menjalaskan adanya korelasi atau perbedaan antara populasi dari dua variabel atau lebih (Sukaria, 2011 : 94-104).

H1: ada pengaruh Duta GenRe terhadap sosialisasi kesehatan reproduksi pada remaja kota Medan

(25)

10

H0 : tidak ada pengaruh duta GenRe terhadap sosialisasi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja Kota Medan.

1.6. Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan bagian yang paling vital dari metodelogi penelitian. Konsep adalah generelisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep juga dibangun dengan maksud agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen penelitian memahami apa yang dimaksud dengan variabel, indikator, parameter maupun skala pengukuran yang dikehendaki peneliti dalam penelitian.

1.6.1. Remaja

Remaja merupakan salah satu usia seorang anak atau seorang manusia dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Usia remaja merupakan perubahan usia anak menjadi dewasa yang sedang bertumbuh besar dan menjadi dewasa usia remaja tidak bisa dikatakan dewasa dan juga tidak bisa dikatakan sebagai anak-anak tetapi remaja merupakan masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa yang dimana pada umumnya remaja berusia 10-18 tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu priode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa.

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang sangat cepat, perubahan bentuk tubuh dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis dan dalamnya suara (Wikipedia).

Istiliah yang sering dikaitkan dengan remaja adalah istilah pubertas.

Pubertas menunjuk pada priode ketika individu menjadi matang secara seksual.

(26)

11

Perubahan organ-organ seksual ini dialami pada akhir masa anak-anak dan awal remaja. dimasa pubertas tersebut remaja akan mengalami beberapa perubahan fase. Fase-fase tersebuta ialah dimana seorang remaja mulai mencari jati diri pada masa pencarian jati diri remaja umumnya memiliki gambaran idel yang ingin dicapainya, gambaran ideal ini dapat diproyeksikan pada tokoh-tokoh idolanya.

Pada masa peralihan, sejalan dengan perubahan yang cepat pada fisiknya, sikap dan tingkah laku remaja yang mengalami perubahan. Seksualitas mereka mengalami kematangan, emosional remaja semakin meningkat, intelektual mengalami kemjuan termasuk moralitas dan juga perubahan minat dan peran sosial. Pada masa remaja juga terdapat masa mencoba dan menjelajahi pada masa ini remaja mengalami pergolakan ingin rasa tau atau rasa penasaran yang tinggi.

Remaja mencoba hal-hal yang baru bagi mereka karena mereka melihat dunia ini dengan kaca mata yang berbeda dari masa kanak-kanak.

Seiring bertumbuhnya remaja dari anak-anak menuju dewasa yang mengalami perubahan dan mengalami masa transisi atau masa peralihan, remaja dapat jatuh pada masalah kenakalan remaja, seperti masalah seksual, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, masalah emosional, masalah tertarik pada kebatinan dan sebaginya. Kenalakan remaja merupakan tingkah laku bersifat melanggar hukum dan melanggar norma. Misalnya, seperti perjudian, pertengkaran, tawuran, hingga kejahatan kriminal yang sering dilakukan remaja pada umumnya. Masalah-masalah seksual muncul pada remaja mulai bekerjanya hormon-hormon seksual dan di dukung oleh tingkah laku remaja yang sering menonton film porno dan membaca majalah yang berbau pornografi. Akibat dari

(27)

12

munculnya masalah seksual tersebut maka terjadi hubungan seksual diluar nikah atau sering kita sebut dengan seks bebas sebelum nikah.

1.6.2. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtra fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses produksi yang dimiliki oleh seseorang. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyait atau bebas dari kecacatan namun sehat secara mental serta sosial kultur.

Kesehatan reproduksi, sama halnya dengan kesehatan pada umumnya, adalah hak setiap manusia. Untuk mampu mencapainya, diperlukan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar dan komprehensif. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui berbagai sarana, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan cara yang paling penting dan efektif untuk memperoleh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

1.6.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang di temui dan diperoleh manusia melalui pengamatan atau pun pengalaman yang mereka alami.

Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan).

Dalam penelitian ini, peneliti mengartikan pengetahuan sebagai sebuah keadaan dimana seorang memahami sebuah informasi atau pemahaman terhadap sebuah pengamatan serta pengalaman, yang mana informasi penelitian yang dimaksud

(28)

13

adalah informasi tentang sosialisasi kesehatan reproduksi pada remaja kota Medan.

Ada tiga tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan dan menyatakan.

b. Memahami (Conprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mempersentasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan menjelaskan, menyebutkan contoh, serta meramalkan.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang tekah di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai melakukan kegiatan yang sudah di ketahui dan memahami materi hyang sudah dipelajari.

1.7 Operasional Variabel

Operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk menetapkan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variabel. Jadi, kerangka

(29)

14

operasional atau Kerangka Kerja adalah kerangka yang menyatakan tentang urutan langkah dalam melaksanakan penelitian. Setiap peneliti memiliki kewajiban untuk memberikan pengertian secara jelas tentang variabel yang ditelitinya. Dengan begitu, suatau defenisi operasional mungkin lebih spesifik, berbeda dengan peneliti satu dengan peneliti lainnya, meski meneliti suatu tema yang sama dan telah memiliki kriteria bagaiman cara mengukurnya.

(Idrus,20016). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dipisah menjadi variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) dengan penejelasan sebagai berikut:

1. Variabel Bebas ( Independent)

Variabel bebas atau independent variable merupakan variabel yang mempengaruhi varibael lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Variabel ini berperan menjadi focus topik penelitian yang biasanya di simbolkan dengan variabel (X) dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas merupakan Duta Generasi Berencana yang menjadi agen sosial untuk memberikan sosialisasi tentang pemahaman kesehatan repsoduksi pada remaja sebaya. Ada pun yang menjadi indicator dalam variabel ini yaitu: Frekuensi sosialisasi, materi sosialisasi yang di sampaikan.

2. Variabel terrikat (dependent)

Variabel terikat atau dependent variable adalah apa yang di ukur dalam penelitian dana pa yang di pengaruhi selama penelitian. Variabel terikat merespon variabel bebas. Varibael terikat berperan untuk menjelaskan

(30)

15

topik penelitian. Variabel ini biasanya di simbolkan menjadi bariabel (Y).

dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi yang mana defenisi kesehatan reproduksi adalah dimana seseorang padat memahami tentang kesehatan fisik terutaman kesehatan reproduksinya dan dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Adapun indicator dari kesehatan reproduksi terdiri dari 3 indikator yaitu: Mengetahui tentang kesehatan reproduksi,Memahami tentang kesehatan reproduksi serta melakukan kegiatan kesehatan reproduksi .

1.8.1 Bagan Oprasional Variabel

Berdasarkan defenisi oprasional penelitian, maka kerangka konsep (bagan Oprasional) variabel dapat digambarkan sebagai beriku:

Bagan 1.1

Variabel Bebas (x)

Sosialisasi Duta Genre:

1. Sosialisasi

2. Materi Sosialisasi yang di sampaikan

Variabel Terikat (Y) Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduks:

1. Mengetahui Pengertian Kesehatan Reproduksi 2. Memahami tujuan,

fungsi dan manfaat kesehatan repsroduksi 3. Melakukan kegiatan

kesehatan reproduksi

(31)

16 Tabel 1.1

Oprasionalisasi Variabel Konsep

Variabel

Dimensi Oprasional

Indikator Pengukuran Skala Pengukuran Varibael Bebas

(X) Sosialisasi Duta

Genre

Sosialisasi 1. Meemberikan informasi kepada setiap anggota PIK

Interval

Materi sosialisasi 1. Menikah Dini

2. Iformasi tentang Kespro (Kesehatan Reproduksi 3. Napza

Variabel Terikat (y) Pengetahuan

Keshatan Reproduksi

Mengetahui 1. Mengetahui tentamg bagian dari reproduksi

2. Mengetahui kesehatan reproduksi

Interval

Memahami 1. Memahami perubahan yang terjadi pada alat reproduksi 2. Memahami penyakit yang

menyerang reproduksi Melakukan 1. Melakukan Kegiatan

Kesehatan Reproduksi

(32)

17 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam bertingkahlaku dalam masyarakat dari satu generasi kegerasi lainnya sesuai dengan peran dan status sosial dalam kelompok masyarakat. Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami hak dan kewajibannya berdasarkan peran dan status sosial sesuai dengan budaya masyarakat. Dengan kata lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola- pola perilaku sosial dalam proses pendewasaan diri.

Pengertian sosialisasi menurut para ahli:

1. Charllote Buhler

Menurut Charlotte Buhler, pengertian sosialisasi adalah suatu proses yang membantu anggota masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok tersebut.

2. Peter L. Berger

Menurut Peter L. Berger, pengertian sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

3. Robert M.Z Lawang

Menurut Robert M.Z. Lawang, arti sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.

(33)

18 2.1.1. Pola dan Proses Sosialisasi

1. Pola Sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif (repressive socialization) dan sosialisasi partisipatoris (participatory socialization).

Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.

Sosialisasi partisipatoris merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

2. Proses Sosialisasi

Menurut George Herbert Mead, proses sosialisasi yang dilalui seseorang dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan (Preparatory Stage) Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak.

(34)

19

Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

b. Tahap Meniru (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).

c. Tahap Siap Bertindak (Game Stage) Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks.

Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.

Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga

(35)

20

mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage/Generalized other) Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap (Subadi, 2008: 24-25).

Lewat proses-proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami peran masing-masing dalam masyarakat, dan karenanya kemudian dapat bertingkah perkerti sesuai dengan peranan sosial masing-masing itu, tepat sebagaimana diharapkan oleh norma-norma sosial yang ada dan selanjutnya mereka akan dapat saling menyerasikan serta menyusaikan tingkah masing masing sewaktu melakukan interaksi-interaksi soial (J Dwi Narwoko & Bagong Suyanto).

2.1.2 Fungsi Sosialisasi

Sedikitnya ada 2 (dua) fungsi sosialisasi, yaitu : fungsi bagi individu dan fungsi bagi masyarakat. (1) Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok atau masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat. (2) Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.

(36)

21

Alasan peneliti menggunakan konsep sosialisasi dalam penelitian ini adalah sosialisasi dan pengetahuan merupakan konsep yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian individu. Pengetahuan dan pembentukan kepribadian biasanya dimulai dari sosialisasi nilai-nilai pada seorang individu. penanaman nilai-nilai tersebut kemudian akan mengatur pola prilaku seseorang individu.

2.2 Duta GenRe (Generasi Berencana)

Dalam rangka merespon permasalahan remaja saat ini, BKKBN mengembangkan Program Generasi Berencana (GenRe). Program GenRe adalah program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang Pendewasaan Usia Perkawinan sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

Usaha peningkatan pengetahuan serta pembinaan remaja pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 pasal 48b yaitu peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.

Program Generasi Berencana adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari resiko Triad Kesehatan Reproduksi Remaja, yakni tiga resiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu menikah diusia anak, seks pranikah dan narkoba. Untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera dapat diwujudkan dengan perencanaan kehidupan berkeluarga. Salah satu syarat dari Generasi Muda Berencana adalah remaja yang punya pengetahuan luas tentang permasalahan

(37)

22

remaja, bersikap dan berperilaku sebagai orang terdidik. Genre harus bisa menyelesaikan pendidikan secara terencana, mempunyai perencanaan karir, mempunyai perencanaan menikah berdasarkan siklus Kesehatan Reproduksi.

Berdasarkan hal tersebut duta genre berharap mampu mengatasi persoalan yang ada pada remaja, tidak melakukan pernikahan dini, seks pramenikah, dan narkotika. Kebijakan dan Strategi Program Generasi Berencana. Adapun strategi Program Generasi Berencana yang dirancang oleh pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Melakukan orientasi, workshop dan pelatihan, serta magang.

2. Membentuk dan melakukan pengembangan PIK remaja dan BKR.

3. Materi program Generasi Berencana dikembangkan sesuai pekembangan tekhnologi.

4. Bersama-sama stakeholder, dan mitra kerja terkait meningkatkan kemitraan secara berjenjang dilakukan peningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang (www.bkkbn.go.id).

Dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan promosi program GenRe, khususnya pengembangan PIK Remaja sebagai sebuah wadah pelayanan informasi dan konseling, maka diperlukan figur motivator dari kalangan remaja.

Figur motivator inilah yang akan menjadi wakil atau Duta GenRe. Dengan adanya Duta GenRe, sosialisasi dan promosi program GenRe dilingkungan remaja akan lebih efektif karena komunikasi yang terjalin dilakukan dengan pendekatan dari, oleh dan untuk remaja sehingga menjadi ramah remaja. Disamping itu, di lingkungan remaja secara umum, ikon Duta GenRe dirasa memberi nila dalam hal

(38)

23

sosialisasi dan promosi program GenRe (http://www.genreindonesia.com/duta- genre-indonesia/).

Seperti yang kita ketuahui duta GenRe merupakan salah kelompok anak muda remaja yang dipilih atau memiliki kompeten dan bisa menjadi figure motivator untuk meningkatkan sosialisasi promosi program Genre. Seorang figur motivator tersebut yang sering kita sebut dengan duta Genre.

Dalam bkkbn.go.id menjelaskan untuk melakukan pemilihan duta Genre di atur dalam bentuk petunjuk teknis yang berisi mekanisme pelaksanaan pemilihan duta Genre, ujuan, sasaran dan hasil yang diharapkan pemilihan duta genre tersebut. Pemilihan duta genre yang dilakukan tiap tahunnya berasal dari kalangan pendidikan dan kalangan masyarakat. Sekarang ini partisipasi dan dukungan para pemangku kepentingan dan mitra dalam mensukseskan program Program GenRe terus meningkat. Setelah terpilihnya duta Genre, maka segala kegiatan Duta genre ini akan diawasi dan dibina oleh forum Genre Indonesia, yang mana tugas dari forum Genre Indonesia ini tertuang dalam SK kepala BKKBN no. 141. Tahun 2017.

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) terus berupaya meningkatkan keberhasilan Program GenRe dengan cara pemilihan duta Genre setiap tahunnya. Hal ini dilakukan karena kemerosotan moral para remaja dari berbagai kalangan sangat tinggi. Program GenRe merupakans angat bermanfaat karena selalu mengutamankan karakter generasi menjadi lebih kuat, serta untuk menghindari pernikahan dibawah umur, seks pranikah, narkoba dan lainnya.

(39)

24

Dalam melaksanakan pemilihan duta Genre atau dalam melaksanakan seleksi pemilihan duta Genre maka remaja-remaja yang ikut dalam seleksi duta Genre harus memenuhi syarat-syarat yaitu diperlukan figur motivator dari kalangan remaja. Figur inilah yang disebut dengan Duta GenRe. Pemilihan Duta GenRe pun tidak mudah dan berlangsung cukup ketat. Duta GenRe merupakan pemuda-pemudi unggul, berwawasan luas, berjiwa sosial, dan mampu berorganisasi dan berkontribusi dalam membangun generasi berencana untuk mewujudkan pendidikan inklusif dan berkualitas yang setara untuk semua, demi menyongsong pembangunan berkelanjutan di era persaingan global.

Pemilihan Duta GenRe ini dibagi menjadi dua jalur yakni Jalur Pendidikan dimana peserta merupakan perwakilan dari PIK-Remaja yang berada Institusi Sekolah maupun Universitas serta Jalur Masyarakat yang peserta berasal dari perwakilan PIK-Remaja di lingkungan masyarakat. Dalam jalur masyarakat yang berhak mengikuti seleksi merupakan remaja yang aktif dalam PIK-R di kecamatan mereka masing-masing. Dalam mengikuti seleksi duta Genre para remaja yang mengikuti seleksi minimal berusia 16 tahun dan maksimal berusia 22 tahun serta belum menikah. Kontestan yang ikut dalam seleksi pemilihan duta Genre harus memiliki visi dan misi serta program yang akan di jalankannya untuk melakukan pendekatan terhadap remaja-remaja sekitarnya untuk mensosialisasikan program BKKBN tentang Kesehatan Reproduksi pada remaja.

2.3 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Menurut Mace, Bannerman, dan Burton (1974), kesehatan reproduksi adalah kemampuan untuk mengontrol dan menikmati perilaku seksual dan reproduksi sejalan dengan etika sosial dan personal; kebebasan dari rasa takut,

(40)

25

rasa malu, rasa bersalah, prasangka dan faktor psikologis lainnya yang menghambat respon seksual dan menghalangi relasi dengan sesama; kebebasan dari kelainan organik, penyakit, maupun defisiensi yang berhubungan dengan fungsi reproduksi. Tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi merupakan sejauhmana seseorang memahami tentang kesehatan reproduksi.

2.4 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Disusun oleh Lucie Deviretravia Batubara (2016) Implementasi Program Generasi Berencana (Genre) pada Remaja Sekolah Di Kota Medan. Program generasi berencana merupakan kebijakan dari pemerintah yang bertanggung jawab mengatasi permasalahan kependudukan dan memfasilitasi remaja mempelajari perilaku hidup sehat yang diselenggarakan oleh BKKBN.

Implemenatasi program generasi berencana pada remaja sekolah melalui wadah PIK-R masih kurang berhasil dikarenakan kurangnya komunikasi, pengetahuan sumber daya manusia atau pelaksana program dan sumber dana.

Supaya implementasi program generasi berencana bejalan maksimal juga diperlukan kordinasi lembaga lain seperti dinas pendidikan dan dinas kesehatan serta perlunyaa peran fasilitator yang membantu dalam para pelaksana program. (Batubara,2016).

2. Penelitian yang dimuat dalam jurnal simbolika (2015) berjudul Penyuluhan Program BKKBN Mengenai Generasi berencana (GENRE) dan Sikap Remaja. Penelitian ini adalah studi komparatif tentang sikap remaja setelah mendapatkan informasi dari penyuluhan program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Generasi Berencana (GenRe).

(41)

26

Remaja dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Sei Bamban dan SMA Negeri 13 Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap remaja di kedua sekolah tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penyuluhan BKKBN mengenai GenRe sama-sama efektif di kedua sekolah meskipun terdapat perbedaan lokasi sekolah. Materi penyuluhan BKKBN mengenai GenRe dianggap sesuai dengan kebutuhan remaja saat ini sehingga penyuluhan dianggap menarik dan mudah diterima oleh para siswa di kedua sekolah tersebut. (Utami,2015)

(42)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur biasanya dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik.

(Creswell, 2014).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di dua lokasi, yaitu lokasi kelompok PIK-R yang berada dilingkuangan pendidikan seperti sekolah dan kampus atau lingkungan universitas. Ada pun lokasi lokasi penelitian tersebut ialah sebagai berikut:

1. PIK-Remaja An-Nahlu MAN 1 Medan, Jln Williem Iskandar no.7 B, Sidorejo.

Kec Medan Tembung, Kota Medan Sumatera Utara.

2. PIK-R PMR Wira Sultan Iskandar Muda Medan, Jl. Sunggal Gang Bakul jalan TEngku Amir HAmzah Pekan I, Kec. Medan Sunggal, Kota Medan Sumatera Utara.

3. PIK- Mahasiswa Syahadah UMSU Medan, Jln. Muchtar Basri no.3 Glugur Darat II, Kec. Medan Timur, Kota Medan Sumatera Utara.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah

(43)

28

1. Kelompok PIK-R An-Nahlu MAN 1 Medan , PIK-R PMR Wira Sultan Iskandar Muda Medan dan PIK-M Syahadah UMSU mendapatkan sosialisasi Kesehatan Reproduksi dari BBKBN,

2. Kelompok PIK-R An-Nahlu MAN 1 Medan, PIK-R Wira Sultan Iskandar Muda dan PIK-M merepakan PIK yang aktif dalam melakukan kegitan forum Genre yang di selenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana kota Medan.

3.3. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala yang ingin diteliti. (Prasetyo & Jannah 2005). Semua nilai, baik hasil penghitungan, maupun pengukuran daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Dengan kata lain populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang akan diteliti.

Populasi berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diadakannya populasi ialah agar dapat menentukan besarnya jumlah sampel yang diambil dari jumlah total populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi (Usman & Akbar, 2009).

Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian ini memiliki dua populasi. Populasi dalam penelitian ini merupakan remaja- remaja yang mendapatkan sosialisasi dari duta genre atau sosialisasi dari BKKBN

(44)

29

tentang kesehatan reproduksi. Populuasi dalam penelitian ini adalah anggota 4 Kelompok PIK remaja yang terdapat di 3 kelurahan yang ada di kota medan yaitu:

Tabel 3.1 Kelompok PIK

3 Kelompok PIK- R Kelompok PIK Syahadah UMSU Kelompok PIK An Nahlu MAN I Medan

Kelompok PIK SMA Sultan Iskandar Muda

3.3.2 Teknik Penarikan Sampel

Sampel harus memenuhi unsur representatif atau mewakili dari seluruh sifat-sifat populasi. Sampel yang representatif bisa diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proposional atau memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keadaan populasi (Bungin, 2005).

Teknik penarikan sampel yang digunakanmerupakan teknik sampling jenuh atau total sampeling yang di lalukan pada populasi pada kelompok PIK yang ada di kelurahan di kota Medan. Dalam penelitian ini jumlah populasi memiliki total populasi 70 orang dari 3 kelompok PIK Remaja. Teknik sampling

(45)

30

jenuh merupakan seluruh anggota populasi di angkat menjadi sampel pada penelitian ini.

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut (Idrus, 2016). Data primer di penelitian ini adalah identitas responden, data mengenai kesehatan reproduksi melalui sosialisasi yang dilakukan oleh BKKBN melalui Duta GenRe.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer, peneliti menggunakan instrument angket (kuesioner). Metode angket ini juga disebut sebagai metode kuesioner atau dalam bahasa Inggris disebut questionnaire (daftar pertanyaan). Metode angket berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti (Bungin, 2001).

Berdasarkan pertanyaannya koesioner terbagi dalam dua jenis yaitu, kuesioner pertanyaan tertutup dan koesioner pertanyaan terbuka. Dalam koesioner pertanyaan tertutup responden akan diberikan alternatif jawaban oleh peneliti yang harus pilih sesuai petunjuk koesioner, sedangkan koesioner pertanyaan terbuka sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.

Adapun jenis koesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah koesioner

(46)

31

pertanyaan tertutup, peneliti akan memberikan alternatif jawaban kepada responden. Alasan penggunaan koesioner tertutup ini adalah, agar dapat membatasi jawaban dan memudahkan responden sehingga responden dapat memahami pertanyaan tersebut.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki informasi atau data tersebut, data sekunder merupakan data-data pendukung dari sebuah penelitian yang dapat diperoleh melalui studi pustaka, dokumentasi, jurnal, artikel, internet yang dianggap relevan dan mendukung dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. Data sekunder pada penelitian ini adalah data-data siswa yang mendapatkan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi dari BKKBN melalui duta generasi berencana.

3.5.1 Aspek / Skala Pengukuran

Metode kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Setiap butir pertanyaan yang dijawab akan dilihat pilihan alternatif jawabannya dan pengukuran pilihan menggunakan skor nilai. Alternatif jawaban pada penyataan maupun pertanyaan dengan skala likert akan mengalami gradasi dari yang paling positif hingga pada yang paling negatif. Pada penelitian ini akan digunakan 5 alternatif jawaban dengan pembagian sebagai berikut:

(47)

32 Tabel 3.2 Skala Likert

No

Jawaban Pertanyaan

Bobot Nilai

Bila Positif Bila Negatif

1 SS ( Sangat Setuju) 5 1

2 S (Setuju) 4 2

3 N (Netral) 3 3

4 TS (Tidak Setuju) 2 4

5 STS ( Sangat Tidak Setuju) 1 5

Sumber: Sugiyono (2010:93)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bobot nilai positif, yakni semakin setuju responden terhadap jawaban pertanyaan maka semakin tinggi nilai mau pun skor responden terhadap indicator variabel yang di isi oleh responden, begitu juga sebaliknya.

3.5.2 Analisis Data

Analisis adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan di persentasikan. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini peneliti menggunakan:

3.5.3 Uji Instrumen 3.6.1.1 Uji Validitas

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan koesioner sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Syarat koesioner yang baik salah satunya adalah telah memenuhi uji validitas dan reabilitas. Uji validitas adalah suatu uji yang dilakukan terhadap suatu instrument penelitian (kuesioner). Valid

(48)

33

bermakna kemampuan butir dalam mendukung konstruksi dalam instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid (sah) apabila instrumen tersebut betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS.

Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistic. Menilai kevalidan masing-masing butir petanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected itemTtotal Correlation masing-masing butir pertanyaan. Satu butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang merupakan nilai dari Corrected itemTtotal Correlation > 0,30 yang merupakan tingkat korelasi item yang memiliki validitas yang baik. (Sugiyono, 2013)

Dasar Keputusan Uji Validitas

Menurut V. Wiratna Sujarweni ( 2014 : 192 )

 Jika nilai rhitung > rtabel maka butir soal kuesioner dinyatakan valid.

 Jika nilai rhitung < rtabel maka butir soal kuesioner dinyatakan tidak

valid.

rhitung dicari dengan menggunakan program SPSS, sedangkan r tabel dicari dengan cara melihat rtabel dengan ketentuan minimal adalah 0,3yang merupakan tingkat korelasi item yang memiliki validitas yang baik(Sugiyono, 2013).

 Jika nilai rhitung > rtabel maka butir soal kuesioner dinyatakan valid .

 Jika nilai rhitung < rtabel maka butir soal kuesioner dinyatakan tidak valid.

Referensi

Dokumen terkait

Hanya saja ketersediaan dan fluktuasi yang berbeda pada produksi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak khususnya pada musim kemarau belum dapat memenuhi

Tujuan ini diharapkan dapat tercapai melalui pencapaian tiga target khusus berikut ini: (1) tersusunnya kerangka kerja memahami matematika sekolah menengah yang dapat

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi, Kompensasi, Iklim Organisasi dan Penempatan Pegawai secara simultan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan

they want to build a minimal onneted graph with these nodes, i.e., a tree. We know that no matter whih tree they hoose to build, they have to onstrut

Berdasarkan hasil survei terhadap kemasan yang dipilih untuk kemasan susu, terlihat bahwa mayoritas responden memilih kemasan karton kotak sebagai kemasan yang paling sesuai,

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Ukuran

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pelatihan dengan kinerja perawat di RS Islam Faisal Makassar Pelatihan dilihat dari kesempatan

Pengertian upacara adat itu sendiri adalah suatu bentuk kegitaan yang berhubungan dengan kebudayaan atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh