• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Budi Agung Juwana Periode Januari-Desember 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Budi Agung Juwana Periode Januari-Desember 2015."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ABSTRAK

GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI – DESEMBER 2015

Veronica Shinta Setiadi, 2016.

Pembimbing I : Budi Widyarto L., dr., MH Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd. Ked

Latar Belakang. Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus menjadi

ancaman kesehatan global. Jumlah penderita DM tipe 2 di dunia mencapai 370 juta jiwa dan 1,5 juta jiwa mengalami kematian. Indonesia merupakan negara ketujuh dengan jumlah penderita DM terbanyak.

Tujuan Penelitian. Mengetahui gambaran penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit

Budi Agung Juwana periode Januari – Desember 2015.

Metode Penelitian. Penelitian deskriptif observasional dari data rekam medis

pasien DM tipe 2 di RS Budi Agung Juwana periode Januari-Desember 2015.

Hasil Penelitian. Terdapat 116 kasus DM tipe 2. Penderita terbanyak yaitu

perempuan (64,66%). Pekerjaan tersering ibu rumah tangga (26,72%). Usia tersering 51-60 tahun (36,21%). Sebanyak 50% penderita disertai obese I dan 35,34% penderita memiliki hipertensi stage II. Keluhan utama tersering yaitu parastesi (21,55%). Terapi tersering sulfonilurea (33,63%). Pemeriksaan penunjang penderita yaitu GDP ≥126 mg/dL (79,31%), GD2PP ≥200 mg/dL (93,10%), GDS ≥200 mg/dL (95,69%), dan HbA1c ≥6,5% (86,21%). Profil lipid penderita yaitu kolesterol total ≥200 mg/dL (43,96%), LDL ≥100 mg/dL (66,38%), HDL <40 mg/dL (17,24%), trigliserida ≥150 mg/dL (45,69%). Komplikasi tersering neuropati (46,15%), dan penyakit penyerta tersering hipertensi.

Simpulan. Penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Budi Agung Juwana periode

Januari - Desember 2015 berjumlah 116 kasus, terbanyak perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, usia 51-60 tahun, sebagian besar disertai obesitas I dan hipertensi stage II, sebagian besar penderita memiliki GDP ≥126 mg/dL, GD2PP ≥200 mg/dL, GDS ≥200 mg/dL, dan HbA1c ≥6,5%, sebagian besar memiliki profil lipid buruk. Keluhan utama terbanyak parastesi, terapi tersering sulfonilurea, komplikasi tersering neuropati, dan penyakit penyerta tersering hipertensi.

Kata Kunci : diabetes melitus tipe 2, Rumah Sakit Budi Agung Juwana

(2)

iv

ABSTRACT

A DESCRIPTION OF

DIABETES MELLITUS PATIENTS IN BUDI AGUNG HOSPITAL JUWANA FROM JANUARY TO DECEMBER 2015

Veronica Shinta Setiadi, 2016. Tutor I : Budi Widyarto L., dr., MH Tutor II : July Ivone, dr.,MKK., MPd. Ked

Background. The increasing of people with diabetes is becoming a global health

threat. The number of patients with type 2 diabetes in the world is 370 million people and 1.5 million have died. Indonesia is the seventh country with the highest number of patients with DM.

Objective. To find out about the description of type 2 diabetes mellitus in Budi

Agung Hospital Juwana from January to December 2015.

Methods. Descriptive observational of medical records of patients with type 2

diabetes in RS Budi Agung Juwana from January to December 2015.

Results. There were 116 cases of type 2 diabetes with highest result of following

characteristic women (64.66%). The most common occupation is housewives (26.72%). The most common age between 51-60 years old (36.21%). Fifty percent of patients had obese I and 35,34% patient had hypertension stage II. The most major complaint is paresthesia (21.55%). The most common therapy is sulfonylurea (33.63%). Laboratory testing of patients such as FPG ≥126 mg/dL (79.31%), 2-hr PG ≥200 mg/dL (93.10%), Random PG ≥200 mg dL (95.69%), A1c l ≥6,5% (86.21%). Lipid profile of patients such as total cholesterol ≥200 mg/dL (43,96%),

LDL ≥100 mg/dL (66.38%), HDL <40 mg/dL (17.24%), triglycerides ≥150 mg/dL (45.69%). The most common complication is neuropathy (46.15%) and the most common comorbidities is hypertension.

Conclusion. Patients with type 2 diabetes in Budi Agung Hospital Juwana in

2015 amounted to 116 cases, the most common women, housewives, between 51-60 years old, most of them had obese and hypertension stage II, most of them had FPG

≥ 126 mg / dL, 2-hr PG ≥ 200 mg / dL, random PG ≥ 200 mg / dL, A1c ≥ 6.5%, most of them had poor lipid profile. The most major complaint is parasthesia, the most common therapy is sulfonylurea, the most common complication is neuropathy and the most comorbidities is hypertension.

Key Words: Type 2 diabetes melitus, Budi Agung Hospital Juwana

(3)
(4)

viii

4.1 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.2 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan... 26

4.3 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Umur ... 27

4.4 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan BMI ... 28

4.5 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Tekanan Darah ... 29

4.6 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Keluhan Utama ... 30

4.7 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Terapi ... 32

4.8 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Glukosa Darah Puasa ... 33

4.9 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial... 34

4.10 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Glukosa Darah Sewaktu ... 34

4.11 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan HbA1c ... 35

4.12 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Profil Lipid ... 36

(5)

ix

4.13 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan Komplikasi ... 39

4.14 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Penyakit Penyerta ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 49

RIWAYAT HIDUP ... 61

(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Tes Laboratorium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan Prediabetes ………... 12 Tabel 4.1 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana……….. 25

Tabel 4.2 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit

Budi Agung Juwana ………... 26

Tabel 4.3 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Umur di Rumah Sakit

Budi Agung Juwana………... 27

Tabel 4.4 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan BMI di Rumah Sakit Budi Agung Juwana... 28 Tabel 4.5 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Tekanan Darah di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana ………... 29 Tabel 4.6 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana ………... 31 Tabel 4.7 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Terapi di Rumah Sakit

Budi Agung Juwana ………... 32

Tabel 4.8 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Glukosa Darah Puasa di

Rumah Sakit Budi Agung Juwana…... 33 Tabel 4.9 Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Berdasarkan Glukosa

Darah 2 Jam Post Prandial di Rumah Sakit Budi Agung Juwana……….. 34 Tabel 4.10 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Glukosa Darah Sewaktu di

Rumah Sakit Budi Agung Juwana………... 35 Tabel 4.11 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan HbA1c di Rumah Sakit

Budi Agung Juwana………... 36 Tabel 4.12 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Kolesterol Total di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana………... 37 Tabel 4.13 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Low Density

Lipoprotein (LDL) di Rumah Sakit Budi Agung Juwana………..…... 37

(7)

xi

Tabel 4.14 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan High Density Lipoprotein (HDL) di Rumah Sakit Budi Agung Juwana……….

37 Tabel 4.15 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Trigliserida di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana ……….

38 Tabel 4.16 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Komplikasi di Rumah

Sakit Budi Agung Juwana…... 39 Tabel 4.17 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan Penyakit Penyerta di

Rumah Sakit Budi Agung Juwana……...

40

(8)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Algoritma pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 tanpa

komplikasi ……….. 20

(9)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Penelitian Rekam Medis……… 50 Lampiran 2 Surat Keputusan Etik Penelitian..……… 60

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (Bilous, 2015). Konsentrasi glukosa darah yang tinggi untuk jangka waktu lama menyebabkan komplikasi kronis pada pembuluh darah yang dikenal sebagai makroangiopati dan mikroangiopati (Soegondo, 2008).

Peningkatan jumlah penyandang DM menjadi salah satu ancaman kesehatan global (PERKENI, 2015). Menurut WHO tahun 2014, 370 juta jiwa penduduk dunia menderita DM, dan 1,5 juta jiwa mengalami kematian akibat DM tipe 2.

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012 yang menyatakan bahwa saat

ini terdapat 371 juta pasien DM. WHO memprediksi bahwa DM akan menjadi tujuh penyebab utama kematian pada tahun 2030. Sepuluh negara di dunia yang memiliki penderita DM terbanyak yaitu Cina, India, Amerika, Brazil, Rusia, Mexico, Indonesia, Jerman, Mesir, dan Jepang (IDF, 2013). Prevalensi DM meningkat dari 5,9% menjadi 7,1% atau sekitar 246-380 juta jiwa di seluruh dunia pada kelompok usia 20-79 tahun (IDF, 2009).

IDF tahun 2013 memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Saat ini, Indonesia menempati peringkat tujuh dengan jumlah penderita DM terbanyak dan diperkirakan akan naik menjadi peringkat lima pada tahun 2035 (IDF, 2013). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi nasional DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%. Sebanyak 30,4% telah terdiagnosis sebelumnya dan 69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya. Prevalensi terbesar di Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. Prevalensi terkecil di Papua. Penderita DM di kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya mencapai hampir sepuluh persen penduduk (Tandra, 2016)

(11)

2

Prevalensi DM tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 0,08%, mengalami penurunan bila dibandingkan prevalensi tahun 2009 sebesar 0,19%. Prevalensi kasus DM tidak tergantung insulin atau DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,62% menjadi 0,70% pada tahun 2010. Prevalensi tertinggi di Kota Semarang sebesar 1,66% (Dinkes Jateng, 2010).

Berdasarkan data Riskesdas, proporsi penderita DM meningkat seiring dengan peningkatan usia. Riskesdas menyatakan DM merupakan salah satu penyakit kronis yang lebih sering dijumpai pada perempuan dibandingkan laki-laki. Faktor lain yang berperan terhadap terjadinya penyakit DM yaitu faktor pekerjaan. Pekerjaan sebagai pegawai, petani, nelayan, buruh, dan wiraswasta memiliki jumlah penderita DM lebih rendah dibandingkan pekerjaan lainnya (Riskesdas, 2013).

Peningkatan jumlah penyandang DM di negara berkembang termasuk Indonesia sangat besar. Hal ini terjadi karena peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, dislipidemia dan penyakit jantung koroner (PJK) (Suryono,2009). Perubahan pola hidup yang salah yaitu pola makan dan aktivitas menyebabkan obesitas yang merupakan faktor risiko terjadinya DM. Faktor urbanisasi juga berperan terhadap meningkatnya penderita DM (Suryono, 2009).

Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian gambaran penderita DM di RS Budi Agung Juwana tahun 2015 dan mengambil data rekam medik di RS Budi Agung Juwana tahun 2015.

1.2Identifikasi Masalah

- Berapa jumlah kasus penderita DM tipe 2 di RS Budi Agung Juwana periode Januari - Desember 2015

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan jenis kelamin - Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan pekerjaan - Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan umur

(12)

3

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan Body Mass Index (BMI)

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan tekanan darah - Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan keluhan utama - Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan terapi

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan Glukosa Darah Puasa (GDP), Glukosa Plasma 2 jam setelah TTGO (GD2PP), Glukosa Darah Sewaktu (GDS) dan HbA1c

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan profil lipid (kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL)

- Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan komplikasi - Bagaimana gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan penyakit penyerta

1.3Maksud dan Tujuan

Mengetahui gambaran penderita DM tipe 2 berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, BMI, tekanan darah, keluhan utama, GDP, GD2PP, GDS dan HbA1c, profil lipid, terapi, komplikasi dan penyakit penyerta di Rumah Sakit Budi Agung Juwana periode Januari-Desember 2015

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

- Manfaat akademik: menyampaikan informasi mengenai jumlah kasus DM tipe 2 dan gambaran penderita DM tipe 2 tersering di Rumah Sakit Budi Agung Juwana serta mengumpulkan data awal pengelolaan pasien DM sehingga dapat dilihat perbandingan penderita DM di berbagai daerah - Manfaat praktis: menambah wawasan kepada masyarakat tentang gambaran

penderita DM tipe 2 terutama di Rumah Sakit Budi Agung Juwana sehingga masyarakat dapat mengetahui dan melakukan tindakan pencegahan

(13)

4

1.5 Landasan Teori

DM tipe 2 merupakan tipe DM yang paling sering diderita meliputi lebih dari 85-95% semua populasi DM (Bilous, 2015). Angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 mengalami peningkatan terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia (PERKENI, 2015). Hal ini terjadi karena perubahan gaya hidup yang menyebabkan terjadinya obesitas sehingga meningkatkan risiko DM (Suryono,2009). Jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia sebesar 6,9%. Penderita DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 dan diprediksi menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (IDF, 2000).

DM tipe 2 umumnya mengenai orang dewasa berusia 45 tahun atau lebih (Soegondo, 2008). Prevalensi DM semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Proses penuaan mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas penghasil hormon insulin, sel jaringan target penghasil glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa sehingga terjadi resistensi insulin dan defek sekresi insulin (Goldberg, 2006).

Prevalensi obesitas pada DM tipe 2 cukup tinggi. Pada kegemukan atau obesitas, sebagian penderita diabetes masih dapat menghasilkan hormon insulin relatif cukup banyak, tetapi terjadi resistensi insulin yaitu keadaan dimana insulin yang ada tidak mampu memasukkan glukosa dari peredaran darah ke dalam sel tubuh yang memerlukannya. Kegemukan atau obesitas menyebabkan insulin tidak dapat bekerja dengan baik sehingga konsentrasi glukosa darah tetap tinggi (Soegondo, 2008).

Hipertensi dapat memperbesar risiko terjadinya DM. Hipertensi sering disertai dengan obesitas sentral dan dislipidemia. Keadaan ini didasari oleh resistensi insulin. Hipertensi dan dislipidemia pada DM tipe 2 meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler mencapai 2-3 kali lipat. Dislipidemia pada DM seringkali berupa peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL, dan perubahan minimal pada LDL dan kolesterol total. Terdapat hubungan antara dislipidemia dengan resistensi insulin (Bilous 2016).

(14)

5

Diagnosis DM tipe 2 ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium, diantaranya pemeriksaan glukosa plasma puasa, glukosa plasma dua jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), glukosa plasma sewaktu dan HbA1c. Seorang didiagnosis mengidap DM bila pemeriksaan glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau pemeriksaan glukosa dua jam setelah TTGO ≥ 200 mg/dL atau pemeriksaan

glukosa sewaktu ≥ 200mg/dL disertai keluhan khas atau pemeriksaan HbA1c

≥6,5% (PERKENI, 2015).

Keluhan pada penderita DM tipe 2 bervariasi. Keluhan khas yaitu poliuria (peningkatan pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar), dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin ditemukan yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita, luka yang sulit sembuh (Suyono, 2009).

Konsentrasi glukosa darah yang terus-menerus tinggi menyebabkan timbulnya komplikasi akut dan kronik (Soegondo, 2008). Komplikasi akut yaitu krisis hiperglikemia dan hipoglikemia. Komplikasi kronis yaitu makroangiopati dan mikroangiopati. Komplikasi makroangiopati yaitu penyakit jantung koroner (PJK), penyakit arteri perifer, dan stroke iskemik atau stroke hemoragik. Komplikasi mikroangiopati yaitu retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati diabetik (PERKENI, 2015).

Hingga saat ini, belum ada cara atau obat untuk menyembuhkan DM. Penatalaksanaan saat ini bertujuan untuk mecegah terjadinya komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati, mengurangi risiko komplikasi akut, mengurangi gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas DM. Dengan modifikasi gaya hidup seperti pengaturan pola makan dan olah raga serta pengobatan yang teratur maka kadar glukosa darah dapat dikendalikan dengan baik (Soegondo, 2008).

Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Berdasarkan cara kerjanya obat oral dibagi menjadi 5 golongan yaitu pemacu sekresi insulin, peningkat sensitivitas terhadap insulin, penghambat absorbsi glukosa di saluran pencernaan, penghambat DPP-IV yang meningkatkan sekresi insulin dan

(15)

6

menghambat sekresi glukagon, serta penghambat SGLT-2 yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal (PERKENI, 2015). Insulin dalam bentuk suntikan digunakan jika terapi jenis lain tidak mencapai target pengendalian kadar glukosa darah (Suryono,2009).

(16)

42

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa:

1. Jumlah penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Budi Agung Juwana periode Januari - Desember 2015 berjumlah 128 kasus dengan jumlah data pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 116 kasus.

2. DM tipe 2 lebih banyak pada perempuan. 3. Pekerjaan tersering yaitu ibu rumah tangga. 4. Kelompok umur tersering yaitu 51-60 tahun. 5. BMI tersering yaitu 25-29,9 kg/m2 (obese I).

6. Tekanan darah tersering yaitu tekanan darah sistol ≥160 mmHg atau diastol

100 mmHg (hipertensi stage II).

7. Keluhan utama tersering adalah parastesi.

8. Terapi farmakologi tersering adalah obat oral golongan sulfonilurea.

9. Penderita DM tipe 2 terbanyak memiliki GDP ≥126 mg/dL, GD2PP ≥200 mg/dL, GDS ≥200 mg/dL, dan HbA1c ≥6,5%.

10.Profil lipid penderita DM tipe 2 dengan dislipidemia tersering berupa LDL melebihi normal, hiperkolestrolemia, hipertrigliseridemia, penurunan kadar HDL.

11.Komplikasi tersering adalah neuropati. 12.Penyakit penyerta tersering adalah hipertensi.

5.2Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lain di berbagai daerah dan di berbagai rumah sakit untuk membandingkan data yang didapat sehingga pengelolaan penyakit DM di berbagai daerah sama

(17)

GAMBARAN PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA

PERIODE JANUARI

DESEMBER 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

VERONICA SHINTA SETIADI

1310093

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(18)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Budi Agung Juwana Periode Januari - Desember 2015”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Marantha. Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak dan dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Budi Widyarto, dr., MH sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. July Ivone, dr., MKK., MPdKed sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Honny Agung, dr. yang membantu penulis dalam melakukan pengambilan data di Rumah Sakit Budi Agung

4. Keluarga besar penulis, terutama Mami Indriati Agung, Papi Roy Setiadi, Kakak Kresna Satria Setiadi dan Adik Maria Ambalika Setiadi yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Astriani, Emanuella, Estheresia, Shely dan Ika selaku sahabat yang selama perkuliahan sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai selalu memberikan bantuan dan dukungan terbaik.

(19)

vi

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi perkembangan ilmu kedokteran.

Bandung, November 2016

(20)

43

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijono, A. H. 1993. Berkala Ilmu Kedokteran. Dislipidemia pada Diabetes

Melitus Tipe II, 190-201.

Agustina, T. 2009. Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus di Poli Penyakit

Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi.

Amelia, M., Nurchayati, S., & Elita, V. 2014. JOM PSIK. Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Keluarga untuk Memberikan Dukungan Kepada Klien Diabetes Mellitus dalam Menjalani Diet, 1(2).

American Diabetes Association. 2015. 2015 American Diabetes Association (ADA)

Diabetes Guidelines Summary Recommendations from NDEI.

Amir, S. M., Wungouw, H., & Pangemanan, D. 2015. Kadar Glukosa Darah

Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado.

Amir, S. M., Wungouw, H., & Pangemanan, D. 2015. Jurnal e-Biomedik (eBm).

Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kota Manado, 3(1), 32-40.

Amran, Y. S. Chaniago. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Amu, Y. 2014. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Prof. Dr.

Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Arini, D. 2002. Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Mellitus Tidak Tergantung

Insulin (DMTTI) Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 1998-2000.

Aristika, D. 2014. Deskripsi Karakteristik Penderita, Lama Dirawat (LOS) DAN

Epidemiologi Penyakit Diabetes Mellitus Pada Pasien JKN di RSUD Tugurejo Semarang Triwulan I Tahun 2014.

(21)

44

Awad, N., A.Langi, Y., & Pandelaki, K. 2013. Jurnal e-Biomedik (eBM).

Gambaran Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitust Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unstrat RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado Periode Mei 2011-Oktober 2011, 1(1), 45-49.

Bilous, R., & Donelly, R. 2015. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika. Cantika, G. 2014. Perbedaan Profil Lipid Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Obese

dan Non-Obese di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

CDC. 2014. National Diabetes Statistics Report.

Chiptarini,I.F. 2014. Gambaran Pengetahuan dan Perilaku tentang Penatalaksanaan DM pada Pasien DM di Puskesmas Ciputat Timur.

DinkesJateng.2010. Retrieved from

http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2010/Profil2010.htm. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2005.

Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus.

Dorland, W. A. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC Medical Pulisher.

Edwina, D. A., Manaf, A., & Efrida. 2015. Jurnal Kesehatan Andalas. Pola

Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012, 4(1).

Gibney, M.J., BM,. Kearney. MJ., Arab,L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Guyton, A. C., Hall, J. E. 2008. Metabolisme Karbohidrat Dan Pembentukan

Adenosin Tripospat dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

(22)

45

Harfika, M. 2009. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Instalasi

Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang,

73-79.

Hetharie, S. J. 2015. Tatalaksana Neuropati Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo.

InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan

Analisis Diabetes.

International Diabetes Federation. 2012. Global Guideline for Type 2 Diabetes. International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.

Joely Straseski, P. D. 2013. New Guidelines for the Diagnosis of Diabetes Mellitus. Josten, S., Mutmainnah, & Hardjoeno. 2006. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Profil Lipid Penderita Diabetes Melitis

Tipe 2, 13(1), 20-22.

Mihardja, L. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah

pada Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Majalah Kedokteran Indonesia.

Mutmainah, I. 2013. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Hipertensi Pada

Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). 2013. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jurnal Kardiologi Indonesia.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2015. Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015.

Putri, A. E., & Larasati, T. 2013. Medical Journal of Lampung University.

Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

(23)

46

di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung, 2(4), 9-18.

Rachmawati, N., & K, N. S. 2015. Gambaran Kontrol dan Kadar Gula Darah pada

Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Rahayu, V. E., Yasa, I. D., & Widastra, I. M. 2014. Jurnal Skala Husada. Status

Fungsional Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, 11(1), 29-33.

Ramadhan, N., & Marissa, N. 2015. SEL. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 Berdasarkan HbA1c di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh, 2(2),

49-56.

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013.

Rizky, J. 2015. Gambaran Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Santo

Yusup Bandung Periode 2014.

Saumiandiani, E. 2013. Gambaran Karakteristik Pasien Rawat Inap Diabetes

Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 1 Januari 2012- 31 Desember 2012.

Soegondo, S. 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis

Sakit Gula. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Suri, M. H., Haddani, H., & Sinulingga, S. 2015. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.

Hubungan Karakteristik, Hiperglikemi, dan Kerusakan Saraf Pasien Neuropati Diabetik di RSMH Palembang Periode 1 Januari 2013 Sampai Dengan 30, 305-310.

Suyono, S. 2005. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. Jakarta: FKUI.

(24)

47

Suyono, S. 2009. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. In

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Tandra, H. 2016. Diabetes Bisa Sembuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Taqwin, A. 2007. Gambaran Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

yang Dirawat di RS Immanuel Bandung Periode Januari-Desember 2005.

Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. 2013. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Faktor Risiko

Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012, 5(1), 6-11.

U.S. Department Of Health and Human Services. 2001. ATP III Guidelines

At-A-Glance Quick Desk Reference.

U.S. Department Of Health And Human Services. 2003. JNC 7 Express The

Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.

WHO. 2000. The Asia-Pacific Persepective: Redefining Obesity and Its Treatment.

WHO. 2014. Diabetes. Retrieved from

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/.

Worang, V. H., Bawotong, J., & Untu, F. M. 2013. Hubungan Pengendalian

Diabetes Melitus dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Manembo Nembo Bitung.

World Health Organization. 2010. Diabetes.

World Health Organization; International Diabetes Federation. 2006. Definition

and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate Hyperglycaemia.

Yulianti, S. R., Mukaddas, A., & Faustine, I. 2014. Online Jurnal of Natural Science. Profil Pengobatan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi

Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012, 3(1), 40-46.

(25)

48

Zahtamal, Chandra, F., Suyanto, & Restuastuti, T. 2007. Berita Kedokteran Masyarakat. Faktor-faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus, 23(3), 142-147. Zieve, David. 2012. Hypertension – Overview. 2012. [http://nlm.nih.gov/

medlineplus/ency/anatomyvideos/000072.htm].

Gambar

Tabel 4.14 Gambaran Penderita DM Tipe 2 Berdasarkan High Density Lipoprotein
Gambar 2.1 Algoritma pengelolaan Diabetes Melitus tipe 2 tanpa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui distribusi kasus hepatitis A ini berdasarkan gambaran frekuensi penderita menurut usia, jenis kelamin, keluhan utama,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pasien rawat inap penyakit diabetes melitus tipe 2 berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, tekanan

kadar HbA1c dengan profil lipid pada pasien diabetes melitus tipe II di.. poliklinik endokrin dan metabolic RSUP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks massa tubuh dan profil lipid antara penderita diabetes melitus tipe 2 dan bukan penderita diabetes melitus yang

Salah satu penyebab mortalitas tersering pada penderita DM adalah penyakit kardiovaskular (PKV). Diagnosis dini untuk PKV pada DM tipe 2 sangat penting, seperti gambaran

Karya Tulis Ilmiah (KTI dengan judul “ Korelasi HbA1c Dengan Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUP.. Adam Malik Tahun 2014 ” ini merupakan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara HbA1c dengan profil lipid pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUP H.. Penelitian ini menggunakan

Berdasarkan hasil penelusuran data rekam medik diketahui pasien DM tipe 2 yang mempunyai hasil pemeriksaan GDP, GDPP, HbA1C dan hanya mendapat terapi insulin