i ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, KINERJA LINGKUNGAN DENGAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014)
Pascalis Advenata Nugroho NIM: 122114102 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanis me corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 19 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian adalah deskriptif statistik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan sangat lemah dan positif antara mekanisme corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan. Mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional memiliki hubungan yang sedang dan positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang lemah dan negatif dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja lingkunga n memiliki hubungan yang lemah dan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
ii ABSTRACT
THE RELENTIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, ENVIROMENTAL PERFOMANCE WITH CORPORATE
FINANCIAL PERFOMANCE
(Empirical Study on Listed Companies in Indonesia Stock Exchange in 2010-2014)
Pascalis Advenata Nugroho NIM: 122114102 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
The purpose of the study is to analyze the relationship between corporate governance mechanism and corporate financial perfomance. This research also analyzes the relationship beetween environmental perfomance and corporate financial perfomance.
The type of the research is empirical studies. The target population is 19 firms listed in the Indonesia Stock Exchange in 2010-2014. The data analysis is correlation analysis.
The results show that there is a very weak and positive association between corporate governance measured with executive boards and corporate financ ia l perfomance. Corporate governance mechanism measured with institutio na l ownership has a medium and positive association with corporate financ ia l perfomance. Corporate governance mechanism measured with manager ia l ownership has a weak and negative association with corporate financ ia l perfomance. Enviromental perfomance has a weak and positive association with corporate financial perfomance.
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, KINERJA LINGKUNGAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Pascalis Advenata Nugroho
NIM: 122114102
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, KINERJA LINGKUNGAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Pascalis Advenata Nugroho
NIM: 122114102
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“
Sometimes the first step is the hardest one. Just take it. Have the
courage to follow your heart and intuition
”
(Steve Jobs)
“
Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb
a tree. It will live its whole life believing that it is stupid
”
(Albert Einstein)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Untuk pemberi hidup dan segalanya, Gusti Allah
Untuk Bapak Agustinus Katri Nugroho dan Ibu Scholastika Yani Hadi Rustanti
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan antara Mekanisme Corporate Governance, Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma. Saya menyadari bahwa skripsi ini berhasil disusun berkat bantuan,
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala
kerendahan hati pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangk a n
kepribadian kepada penulis.
2. Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
3. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Ak., selaku pembimbing yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh studi.
7. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang
telah banyak membantu penulis selama bergabung bersama civitas akademia
Universitas Sanata Dharma.
8. Bapak Agustinus Katri Nugraha, Ibu Scholastika Yani Hadi Rustanti, Brigitt a
Destiyani Puspaningrum dan Lucia Triyananda Hayuningsih selaku keluarga
ix
C. Definisi Corporate Governance ... 11
D. Asas Corporate Governance ... 12
E. Mekanisme Corporate Governance ... 14
1. Dewan Komisaris Independen ... 15
2. Kepemilikan Institusional ... 15
3. Kepemilikan Manajerial ... 17
F. Kinerja Lingkungan ... 18
x
H. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan ... 24
I. Penelitian Terdahulu ... 26
J. Kerangka Konseptual Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28
2. Mekanisme Corporate Governance ... 29
3. Kinerja Lingkungan ... 30
xi
BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data ... 45
1. Deskripsi Data ... 45
2. Perhitungan Variabel ... 68
3. Analisis Deskriptif ... 77
4. Pengklasifikasian Data ... 82
5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs) ... 91
B. Pembahasan ... 98
1. Hubungan antara Mekanisme Corporate Governance dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 98
2. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 102
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian ... 103
C. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 105
xii
Tabel 5.13 Perhitungan Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 68
Tabel 5.14 Perhitungan Kepemilikan Institusional ... 70
Tabel 5.15 Perhitungan Kepemilikan Manajerial ... 72
Tabel 5.16 Kinerja Lingkungan dengan Variabel Dummy ... 74
Tabel 5.17 Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Tobin’s Q ... 76
Tabel 5.18 Analisis Deskriptif Dewan Komisarisn Independen ... 77
Tabel 5.19 Analisis Deskriptif Kepemilikan Institusional ... 78
Tabel 5.20 Analisis Deskriptif Kepemilikan Manajerial ... 79
Tabel 5.21 Analisis Deskriptif Kinerja Lingkungan ... 80
Tabel 5.22 Analisis Deskriptif Kinerja Keuangan Perusahaan ... 81
Tabel 5.23 Hasil Klasifikasi Dewan Komisaris Independen ... 82
Tabel 5.24 Data Klasifikasi Dewan Komisaris Independen ... 83
Tabel 5.25 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Institusional ... 84
xiii
Tabel 5.27 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Manajerial ... 86
Tabel 5.28 Data Klasifikasi Kepemilikan Manajerial ... 87
Tabel 5.29 Hasil Klasifikasi Kinerja Lingkungan ... 88
Tabel 5.30 Hasil Klasifikasi Kinerja Keuangan Perusahaan ... 89
Tabel 5.31 Data Klasifikasi Kinerja Keuangan Perusahaan ... 90
Tabel 5.32 Tabulasi Silang antara Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 92
Tabel 5.33 Tabel Symmetric Measures antara Dewan Komisaris Independen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 92
Tabel 5.34 Tabulasi Silang antara Kepemilikan Institusional dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 93
Tabel 5.35 Tabel Symmetric Measures antara Kepemilikan Institusional dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 94
Tabel 5.36 Tabulasi Silang antara Kepemilikan Manajerial Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 95
Tabel 5.37 Tabel Symetric Measures antara Kepemilikan Manajerial Dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 95
Tabel 5.38 Tabulasi Silang antara Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ... 96
xiv
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, KINERJA LINGKUNGAN DENGAN
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2014)
Pascalis Advenata Nugroho NIM: 122114102 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanis me corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 19 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian adalah deskriptif statistik.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan sangat lemah dan positif antara mekanisme corporate governance yang diukur dengan dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan. Mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan institusional memiliki hubungan yang sedang dan positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Mekanisme corporate governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang lemah dan negatif dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja lingkunga n memiliki hubungan yang lemah dan positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
xv
ABSTRACT
THE RELENTIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, ENVIROMENTAL PERFOMANCE WITH CORPORATE
FINANCIAL PERFOMANCE
(Empirical Study on Listed Companies in Indonesia Stock Exchange in 2010-2014)
Pascalis Advenata Nugroho NIM: 122114102 Sanata Dharma University
Yogyakarta 2016
The purpose of the study is to analyze the relationship between corporate governance mechanism and corporate financial perfomance. This research also analyzes the relationship beetween environmental perfomance and corporate financial perfomance.
The type of the research is empirical studies. The target population is 19 firms listed in the Indonesia Stock Exchange in 2010-2014. The data analysis is correlation analysis.
The results show that there is a very weak and positive association between corporate governance measured with executive boards and corporate financ ia l perfomance. Corporate governance mechanism measured with institutio na l ownership has a medium and positive association with corporate financ ia l perfomance. Corporate governance mechanism measured with manager ia l ownership has a weak and negative association with corporate financ ia l perfomance. Enviromental perfomance has a weak and positive association with corporate financial perfomance.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Seorang investor melakukan investasi pada suatu perusahaan dengan tujuan
untuk mendapatkan return yang maksimal. Investor memiliki berbagai
pertimbangan sebelum melakukan investasi, antara lain dengan melihat kinerja
keuangan suatu perusahaan yang diukur melalui nilai perusahaan. Nilai perusahaan
dapat diukur dari beberapa aspek antara lain melalui nilai buku (book value) dan
nilai pasar (market value). Cara lain yang dapat digunakan investor untuk
mengetahui kinerja keuangan sebuah perusahaan, yaitu dengan menghitung rasio
Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebih teliti karena memberikan
gambaran yang tidak hanya pada aspek fundamental, namun juga sejauh mana pasar
menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk
investor (Hariati dan Rihatiningtyas, 2015).
Proses peningkatan kinerja perusahaan diperlukan untuk menarik minat
investor, namun proses ini sering menimbulkan konflik antara investor (prinsipal)
dengan manajer (agen), yang sering disebut dengan konflik keagenan (agency
conflict). Konflik keagenan timbul karena terjadi perbedaan kepentingan antara
agen dan prinsipal. Pihak agen lebih mengutamakan kepentingan pribadi yang
bertentangan dengan tujuan perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan
prinsipal yang akan berdampak pada penurunan kualitas laba kemudian akan
dapat diminimalisir dengan suatu mekanisme pengawasan atau monitoring.
Penerapan tata kelola perusahaan atau corporate governance dapat menjadi sarana
pengawasan dalam konflik keagenan. Penerapan mekanisme corporate governance
diharapkan mampu menjadi penghambat perilaku curang agen sehingga diharapkan
akan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan selain meningkatkan kinerja keuangan perusahaan juga harus
memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar sesuai dengan prinsip 3P (profit,
people, and planet) dan legitimacy theory. Legitimacy theory mengungkapkan
bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan
usaha berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi
berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Prinsip
3P (profit, people, and planet) menuntut perusahaan tidak hanya mengejar profit,
namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan
aktif menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Irawan, 2008).
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup mulai tahun 2002 telah
membuat program penilaian sebagai upaya pertanggungjawaban dalam
mengendalikan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup serta pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun. Pemerintah juga telah mengeluarkan
Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang membahas mengenai pencegahan serta pengendalian dan
kepastian hukum pencemaran lingkungan. Program Peringkat Kinerja Perusahaan
lingkungan perusahaan dan memacu perusahaan agar semakin baik dalam usaha
peduli lingkungan.
Penerapan Program Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) membuat stakeholder semakin menyadari
pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana melestarikan lingkungan sekitar
(Ulya, 2014). Penerapan mekanisme corporate governance menurut Forum
Corporate Governance Indonesia (FCGI) memberikan manfaat untuk
meningkatkan pelayanan kepada stakeholder. Perusahaan yang mampu
memperhatikan pengelolaan lingkungan perusahaan akan berdampak pada
peningkatan citra perusahaan di masyarakat. Peningkatan citra perusahaan akan
membuat masyarakat semakin percaya dengan perusahaan dan dapat meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap perusahaan. Peningkatan loyalitas dan kepercayaan
masyarakat akan meningkatkan penjualan dan profitabilitas perusahaan.
Peningkatan penjualan dan profitabilitas tersebut mengindikasikan bahwa kinerja
keuangan perusahaan juga akan meningkat (Hariati dan Rihatiningtyas, 2015).
Penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja
keuangan perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Situmorang (2013),
menyatakan bahwa dewan komisaris independen serta kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa dewan komisaris independen akan membantu untuk mengurangi masalah
keagenan dan meningkatkan pengawasan lebih optimal. Susanti (2013)
menyatakan, komisaris independen tidak berpengaruh, sedangkan untuk
menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Hariati dan Rahatiningtyas (2015), menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan,
sedangkan kinerja lingkungan terdapat pengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hasil ini sejalan dengan Suratno, dkk (2006), Retno (2012) dan Bidhari
dkk (2013) namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Angela (2015) dan
Wijayati (2015).
Beberapa penelitian belum menunjukkan hasil yang konsisten hubungan
antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan, dan kinerja
lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara ketiga variabel tersebut dengan judul
“Hubungan antara Mekanisme Corporate Governance, Kinerja Lingkungan
dengan Kinerja Keuangan Perusahaan”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hubungan antara mekanisme corporate governance dengan
kinerja keuangan perusahaan?
2. Bagaimana hubungan antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan
C.Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan rasio
Tobin’s Q.
2. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan
dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan
manajerial.
3. Kinerja lingkungan dalam penelitian ini diukur menggunakan Program
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
D.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Hubungan antara mekanisme corporate governance dengan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Hubungan antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan.
E.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu bidang akuntansi dan
penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya
dalam bidang akuntansi terkait dengan kinerja lingkungan, corporate
2. Memberikan kontribusi praktis untuk menerapkan good corporate
governance sebagai alat bantu meningkatkan kinerja lingkungan dan kinerja
keuangan perusahaan.
3. Menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang terkait
dengan kinerja lingkungan.
4. Memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol perilaku-perilaku
perusahaan.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dalam enam bab dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan teori-teori pendukung dan hasil penelitian
terdahulu sebagai acuan penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan jenis penelitian, objek penelitian, teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini memberikan gambaran mengenai data yang digunakan
dalam penelitian, cara peneliti menentukan sampel, serta gambaran
statistik deskriptif dari sampel penelitian.
BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengujian yang dilakukan, analisis
terhadap data, dan temuan empiris yang diperoleh.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil uji dan analisis data yang dilakukan
pada bab sebelumnya, dan keterbatasan pada saat proses penelitian.
Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian, penulis memberikan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Teori Pendukung
1. Legitimacy Theory
Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya
memperhatikan hak-hak investor tetapi juga memperhatikan hak-hak publik.
Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan
dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber
ekonomi. Legitimasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diinginkan dan dicari
perusahaan dari masyarakat (Ghozali dan Chariri, 2007). Legitimasi ada
karena terdapat kesesuaian antara kegiatan organisasi dan harapan
masyarakat. Perusahaan dikatakan memiliki legitimasi ketika sistem nilai
perusahaan selaras dengan sistem nilai kemasyarakatan.
Legitimasi mengharuskan perusahaan melakukan kegiatan sosial
dan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial
dan lingkungan yang dipublikasikan. Teori legitimasi menegaskan bahwa
untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat atas kegiatan yang
dilakukan, maka perusahaan harus menjalankan kegiatan sesuai dengan
norma dan nilai–nilai yang berlaku di lingkungan sekitar (Ghozali dan
Perusahaan dapat menggunakan komunikasi atau laporan keuangan
untuk mempertahankan legitimasi dimata masyarakat dan/atau para
pemangku kepentingan perusahaan. Salah satu strategi komunikasi untuk
mempertahankan legitimasi adalah dengan memberi gambaran tentang
kegiatan kepedulian terhadap masyarakat yang relevan (Angela, 2015).
2. Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pihak (prinsipal) melibatkan
pihak lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama prinsipal.
Prinsipal yang dimaksud adalah pemegang saham (investor) sedangkan yang
dimaksud dengan agen adalah manajemen perusahaan. Teori ini berhubungan
erat dengan corporate governance, karena hubungan agen dan principal
menjadi fokus utama. Hubungan kontrak kedua belah pihak tersebut dapat
menimbulkan manipulasi untuk meningkatkan utilitas masing-masing sangat
mungkin terjadi (Jensen dan Meckling, 1976). Masalah keagenan terjadi
apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari
seratus persen. Masalah ini mengakibatkan manajer cenderung
mengedepankan kepentingan pribadi daripada memaksimalkan perusahaan
B.Kinerja Keuangan Perusahaan
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggota
perusahaan. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi
manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat
dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajiban manajemen terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
Fahmi (2011) mendefinisikan kinerja keuangan sebagai suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
kegiatan perusahaan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar, seperti membuat laporan keuangan yang telah memenuhi
standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP
(General Accepted Accounting Principle). Salah satu rasio yang dinilai bisa
memberikan informasi yang baik adalah Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan ukuran
yang lebih teliti karena memberikan gambaran yang tidak hanya pada aspek
fundamental, namun juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai
aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor (Hariati dan Rihatiningtyas,
2015). Fahmi (2011) menyatakan bahwa penggunan Tobin’s Q lebih baik karena
rasio Tobin’s Q menitikberatkan pada nilai perusahaan saat ini relatif terhadap
Tobin’s Q lebih tinggi memiliki peluang investasi yang lebih baik. Penggunaan
Tobin’s Q sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan alasan bahwa
dengan Tobin’s Q maka dapat diketahui nilai pasar perusahaan, yang
mencerminkan keuntungan masa depan perusahaan seperti laba saat ini
dibandingkan dengan rasio lain seperti ROA yang hanya melihat laba pada saat itu.
Fahmi (2011) mengatakan jika rasio tobin’s Q di atas satu (>1), menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih
tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika rasio tobin’s Q di bawah satu (<1),
investasi dalam aktiva tidak menarik.
� ′ � = �� + �
�
Keterangan
MVE Harga penutupan saham akhir tahun x jumlah saham biasa yang beredar
DEBT (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang
TA Nilai buku total aktiva
C.Definisi Corporate Governance
Shleifer dan Vishny (1997) mendefinisikan corporate governance merupakan
serangkaian mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas dari
ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali
dengan penekanan pada mekanisme legal. Corporate governance secara definitif
merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder (Shleifer dan
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)
menjelaskan corporate governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan, struktur corporate governance menetapkan distribusi
hak dan kewajiban dewan direksi, para manajer, para pemegang saham dan para
pemangku kepentingan yang lain. OECD juga menjelaskan ada dua teori yang
mendasari corporate governance:
1. Stewardship theory
Teori ini memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya
untuk bertindak terbaik, secara umum untuk kepentingan publik dan secara
khusus untuk para pemegang saham.
2. Agency theory
Teori ini memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen bagi
para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi
kepentingan sendiri bukan sebagai pihak yang arif, adil, dan bijaksana bagi para
pemegang saham (Solihin, 2009).
D.Asas Corporate Governance
Asas Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha dengan memperhatikan stakeholder. Asas Good Corporate
Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional Corporate Governance
menyatakan terdapat 5 prinsip yang harus dilakukan oleh perusahaan (KNKG,
1. Transparansi (Transparency)
Objektivitas dalam menjalankan bisnis harus dijaga oleh perusahaan,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan stakeholder.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan
secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Perusahaan dalam melancarkan pelaksanaan asas GCG harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang
lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
E.Mekanisme Corporate Governance
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa mekanisme corporate
governance dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang akan tercermin
dalam kualitas laba perusahaan. Menurut Lins dan Warnock (2004) secara umum
mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut
mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok,
yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal
seperti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komposisi dewan direksi,
komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Indonesia
menganut system two tier dimana memisahkan keanggotaan dewan, yakni anggota
dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif korporasi.
Two board system merupakan mekanisme yang relatif sederhana dalam menjawab
kebutuhan publik akan pengendalian dengan tetap mempertahankan independensi
manajemen.Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan selain
dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan
1. Dewan Komisaris Independen
Menurut UU Perseroan Terbatas Pasal 97 menyatakan bahwa komisaris
bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan
perusahaan serta memberi nasihat terhadap direksi. Komisaris wajib dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan
perseroan. Pedoman Good Corporate Governance Indonesia (FGCI)
menyatakan dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan keterlaksanaan akuntabilitas.
Dewan komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan daya saing atau
efisiensi sebagai pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik, seperti yang
diatur dalam peraturan OJK No. 33 tahun 2014 wajib memiliki komisaris
independen yang berjumlah secara proporsional minimal 30% (tiga puluh
persen) dari jumlah seluruh komisaris. Dewan komisaris independen dinyatakan
dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen dengan total
dewan komisaris (Lins dan Warnock, 2004).
� = ℎ ℎ ��ℎ �� �
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, dan lain–lain. Nabela (2012) mengatakan bahwa
akhir tahun yang diukur dengan presentase. Menurut Nuraina (2012)
kepemilikan institusional merupakan prosentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, dana pensiun, atau
perusahaan lain). Berdasarkan PSAK nomor 15 tahun 2015 tentang Investasi
pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama, jika institusi memiliki kurang dari
20% kepemilikan saham pada suatu perusahaan, maka institusi tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan atas perusahaan tersebut. Institusi jika
memiliki lebih dari 20% kepemilikan saham pada suatu perusahaan, maka
institusi tersebut memiliki pengaruh yang signifikan atas perusahaan tersebut.
Berdasarkan PSAK nomor 65 tahun 2015 tentang Laporan Keuangan
Konsolidasian, institusi yang memiliki kepemilikan lebih dari 50% pada suatu
perusahaan akan memperoleh hak pengendalian atas investee (control of
investee).
Sheila, dkk (2012) menyatakan kepemilikan institusional mempunyai arti
penting dalam memonitor manajemen dan melakukan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan terhadap manajemen
tergantung pada jumlah investasi yang dilakukan. Semakin besar kepemilikan
institusional maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan untuk
mengawasi kinerja manajemen dan dapat semakin memberi dorongan yang lebih
besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan
meningkat. Lins dan Warnock (2004) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional dinyatakan dengan perbandingan jumlah saham yang dimiliki
� � = ℎ � � ℎ
3. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh manajemen perusahaan (direksi dan komisaris). Jensen dan
Meckling (1976) mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan ekuitas
berpengaruh penting terhadap insentif manajerial dan nilai perusahaan. Mereka
berargumen bahwa kepemilikan saham manajerial dapat mengurangi insentif
manajer untuk mengkonsumsi kemewahan, menyedot kekayaan pemegang
saham, atau terlibat dalam perilaku yang tidak memaksimumkan nilai
perusahaan. Ardianingsih dan Ardiyani (2010) menemukan bahwa semakin
besar kepemilikan saham manajerial, maka manajemen akan menyediakan
insentif untuk mendistribusikan arus kas kepada pemegang saham. Selain itu, Li
dan Sun (2014) menemukan bahwa kepemilikan eksekutif dikaitkan dengan
fokus perusahaan yang lebih besar, menunjukkan bahwa tingkat masalah
penghindaran risiko manajerial dapat dikurangi melalui kepemilikan saham yang
lebih tinggi. Kepemilikan manajerial dinyatakan dengan perbandingan jumlah
saham yang dimiliki manajemen dengan jumlah keseluruhan saham perusahaan
(Lins dan Warnock, 2004).
F. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan untuk menciptakan lingkungan
yang hijau (green) (Suratno dkk, 2006). Pemerintah melalui Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH) membentuk suatu platform yang dipakai untuk menilai
kepatuhan operasi industri terhadap lingkungan hidup dan masyarakat lewat
program pemeringkatan yang bernama Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan (PROPER) (Reliantoro, 2012).
PROPER dimulai sejak tahun 1996, terhenti pada tahun 1997-2001 karena
krisis ekonomi. Pada tahun 2002 dihidupkan kembali dengan kriteria yang lebih
lengkap. Tahun 2010-2014 penekanan diberikan pada dua hal yaitu ekstensifikasi
PROPER, mendorong upaya sukarela perusahaan untuk mengimplementasikan
konsep-konsep lingkungan dalan kegiatan produksi.
Kriteria penilaian PROPER tertuang pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara umum peringkat kinerja PROPER
Tabel 2.1
Kriteria Peringkat PROPER
Peringkat Keterangan
Emas Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah secara konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental excellency) dalam proses produksi dan/atau jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
Hijau Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R (reduce, reuse, recycle dan recovery) dan melakukan upaya tanggung jawab sosial (comdev) dengan baik
Biru Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan
Merah Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang upaya pengelolaan lingkungan hidup dilakukannya tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
Hitam Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi
G.Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan
dengan dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial. Komisaris independen menjaga agar tidak ada pihak
yang merasa dirugikan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong
penerapan praktek tata kelola yang baik. Hal ini berkaitan dengan prinsip
akuntabilitas dan keadilan karena dalam good corporate governance
memperhitungkan semua pemegang kepentingan. Akuntabilitas dan keadilan
merupakan prasyarat dalam mencapai kinerja yang berkesinambungan (Ulya dan
Prastiwi, 2014).
Susanti (2013) menyatakan bahwa pengawasan dewan komisaris terhadap
manajemen pada umumnya tidak efektif. Ketidakefektifan ini terjadi karena
proses pemilihan dewan komisaris yang kurang demokratis dimana kandidat
dewan komisaris sering dipilih oleh manajemen sehingga setelah terpilih tidak
berani memberi kritik terhadap manajemen. Keadaan akan menjadi lain jika
dewan komisaris didominasi oleh anggota dari luar (independent board), maka
kegiatan monitoring yang dilakukan dewan komisaris terhadap manajer menjadi
efektif.
Johl dkk. (2015) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris
independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang
terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen
memainkan peranan yang aktif dalam peninjauan kebijakan dan praktik
pelaporan keuangan. Komisaris independen diperlukan pada dewan untuk
memantau dan mengawasi tindakan dewan direksi karena perilaku
opportunistik mereka (Jensen dan Meckling, 1976). Yesika (2013)
mengungkapkan bahwa perusahaan perusahaan yang memiliki dewan komisaris
independen yang lebih besar, memiliki kinerja yang lebih unggul.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah
kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional pada perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang
dapat digunakan untuk mendukung atau justru tidak mendukung terhadap
kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional
sangat bergantung pada jumlah investasi yang dilakukan (Sihombing, 2014).
Semakin besar kepemilikan institusi, maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi
manajemen dan berakibat akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat.
Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen perusahaan dapat
menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham (Sabrina, 2010).
Menurut Shleifer dan Vishny (1996) menyatakan bahwa institutional
shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk
bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi maka semakin besar pula
kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional, dapat bertindak sebagai pihak yang
memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin
efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak
sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Faizal, 2004). Wening (2009) mengatakan bahwa semakin besar kepemilikan
oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif menunjukkan bahwa
fungsi kontrol dari pemilik sangat menentukan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan. Secara teoritis bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan, kinerja/nilai perusahaan akan
naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar
bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan (Darwis, 2009)
Suranta dan Midiastuty (2005) menunjukkan bahwa aktivitas monitoring
institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Susanti
(2013) yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu
mensubstitusi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai
perusahaan meningkat.
Nuraina (2012) mengatakan bahwa kepemilikan institusional
manajemen atau membebankan biaya tambahan. Keberadaan investor
institusional dianggap mampu memonitor secara efekif setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan karena investor
institusional terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan yang strategis.
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
(direktur dan komisaris) (Permanasari, 2010). Permanasari (2010) mengatakan
bahwa dengan kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan
menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai
akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen
yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) mengatakan ketika kepemilikan saham oleh manajemen
rendah, maka kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer
akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham sehingga permasalahan antara agen dan
prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus
sebagai pemegang saham.
Ardianingsih dan Ardiyani (2010) mengatakan bahwa kepemilikan
manajerial dapat meningkatkan pengawasan. Pengawasan tersebut akan dapat
memonitor kinerja manajemen perusahaan. Mekanisme pengawasan terhadap
manajemen tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena
kepemilikan saham oleh pihak manajemen (Haruman, 2008). Sabrina (2010)
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme
yang dapat dipergunakan agar pengelola perusahaan melakukan aktivitas sesuai
dengan kepentingan pemilik perusahaan. Manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keingingan dari pemegang
saham.
H.Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Sihombing (2014) menyatakan bahwa perusahaan memiliki kewajiban
untuk memuaskan stakeholder. Peningkatan kinerja lingkungan merupakan
salah satu wujud tanggung jawab kepada stakeholder. Kepemilikan institusi juga
dapat mempengaruhi kinerja lingkungan. Hal ini dikarenakan perusahaan
dengan kinerja lingkungan yang tinggi akan memiliki biaya lingkungan yang
rendah. Semakin rendahnya biaya lingkungan, maka kinerja perusahaan akan
meningkat.
Porter dan Linde (1995) dalam Ulya dan Prastiwi (2014) mengatakan
perubahan kinerja lingkungan sebuah perusahaan dapat membawa kinerja
ekonomi perusahaan yang lebih baik. Berdasarkan legitimacy theory, legitimasi
merupakan faktor yang strategis untuk membangun strategi perusahaan terutama
dalam rangka memposisikan diri dengan masyarakat sesuai dengan kontrak
sosial yang ada. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik secara
tidak langsung telah menjaga kelangsungan perusahaan. Perusahaan akan
ini dapat mengurangi biaya lingkungan dimasa mendatang sehingga berdampak
baik pada kinerja ekonomi perusahaan.
Teori legitimasi menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan
sosial dan lingkungan akan memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan
lingkungan yang dipublikasikan (Deegan (1996) dalam Yesika (2013)). Teori
legitimasi menegaskan bahwa untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat
atas kegiatan yang dilakukan, maka perusahaan harus menjalankan kegiatan
sesuai dengan norma dan nilai–nilai yang berlaku di lingkungan sekitar.
Mekanisme corporate governance seperti dewan komisaris independen akan
cenderung lebih kritis dalam menilai keputusan manajemen tentang kegiatan
lingkungan dan mencegah tindakan yang dapat menyebabkan pelanggaran
lingkungan sehingga tercipta kinerja lingkungan yang lebih baik (Villiers dkk.
(2009) dalam Yesika (2013))
Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik
dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan
kualitas produk yang berdampak pada peningkatkan keuntungan ekonomi
perusahaan. Sebagian perusahaan dalam industri modern menyadari bahwa isu
lingkungan dan sosial juga merupakan bagian penting dari perusahaan (Pflieger
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian Susanti (2013) menunjukkan bahwa komisaris independen
tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan sedangkan
kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang diukur menggunakan Cash Flow Return on Assets
(CFROA). Penelitian yang dilakukan Situmorang (2013) menunjukkan
bahwa dewan komisaris independen, dan kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian yang dilakukan Hariati dan Rihatiningtyas (2015)
menunjukkan bahwa dewan komisaris independen, dan kinerja lingkungan
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan
institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang
dilakukan Ulya dan Prastiwi (2014) menunjukkan hasil bahwa secara
langsung menunjukkan hasil komisaris independen berpengaruh terhadap
kinerja ekonomi perusahaan, namun kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja ekonomi
perusahaan.
Permanasari (2010) menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi
nilai perusahaan yang diukur dengan rumus Tobin’s Q hanya variabel
corporate social responsibility. Variabel kepemilikan manajemen dan
variabel kepemilikan institusional tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Sabrina (2010) menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
Perception Index (CGPI) dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan
Tobin’s Q. Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak
memiliki hubungan terhadap kinerja perusahaan.
J. Kerangka Konseptual Penelitian
Penelitian ini meneliti hubungan antara corporate governance dengan kinerja
keuangan perusahaan, serta kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini seperti digambarkan di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Kinerja
Lingkungan
Corporate Governance
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi empiris. Studi empiris
merupakan studi yang dilakukan berdasarkan data-data eksperimental hasil
pengamatan, pengalaman serta uji coba yang dianalisis sehingga menghasilkan
kesimpulan yang dapat mewakili populasi yang diteliti.
B.Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2014.
C.Populasi Sasaran
Populasi sasaran yang diambil adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2014 dan yang mengikuti PROPER. Kriteria yang
ditentukan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan yang menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan
tahunan perusahaan pada tahun 2010-2014.
2. Perusahaan yang telah mengikuti PROPER pada tahun 2010-2014.
3. Perusahaan yang menggunakan satuan mata uang Rupiah (Rp).
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, dengan mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis data
E.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q.
Data mengenai harga saham penutupan diambil dari website Yahoo Finance dan
data mengenai keuangan perusahaan diambil dari laporan keuangan perusahaan.
Rasio ini dikembangkan oleh Profesor Ames Tobin (1967). Darmawati dan
Khomsiyah (2005) yang dikutip oleh Angela (2015) telah menyesuaikan rumus
Tobin’s Q dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan di Indonesia menjadi:
� ′ � = �� + �
�
Keterangan
MVE Harga penutupan saham akhir tahun x jumlah saham biasa yang beredar
DEBT (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang
TA Nilai buku total aktiva
2. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan
dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan kepemilikan
manajerial. Data penelitian diambil dari website www.idx.co.id.
a. Dewan Komisaris Independen
OJK mengatur jumlah minimal komisaris independen sebesar 30% dari
rasio antara jumlah anggota komisaris independen dengan total keseluruhan
anggota dewan komisaris (Lins dan Warnock, 2004).
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga perusahaan. Kepemilikan
institusional diukur sesuai presentase kepemilikan saham oleh institusi
perusahaan (Lins dan Warnock, 2004).
c. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah presentase kepemilikan saham oleh
setiap pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan.
Kepemilikan manajerial diukur dengan presentase kepemilikan saham dari
pihak manajemen yang terlibat langsung dalam pengambilan keputusan (Lins
dan Warnock, 2004).
3. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan ditentukan melalui prestasi perusahaan dalam
mengikuti PROPER yang dipublikasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Menurut Angela (2015), penentuan kinerja lingkungan dilakukan dengan
pemberian skor dummy. Perusahaan yang mendapat peringkat tertinggi yaitu
emas maka akan diberi nilai 5. Nilai dummy 4 untuk peringkat hijau, dummy 3
untuk peringkat biru, dummy 2 untuk peringkat merah, dan dummy terendah
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah anggota
komisaris independen, jumlah seluruh anggota dewan komisaris, jumlah saham
yang dimiliki institusional, saham yang dimiliki mnajemen, total saham, harga
penutupan saham pada akhir tahun, jumlah saham biasa yang beredar, total utang
lancar, total aktiva lancar, nilai buku persediaan, total utang jangka panjang, nilai
buku total aktiva, dan prestasi perusahaan dalam mengikuti PROPER.
2. Variabel Penelitian
a. Dewan Komisaris Independen
Rasio dewan komisaris independen dalam penelitian ini dinyatakan
dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen
dengan total dewan komisaris.
� = ℎ ℎ ��ℎ �� �
b. Kepemilikan Institusional
Rasio kepemilikan institusional dalam penelitian ini dinyatakan dengan
perbandingan antara saham yang dimiliki oleh suatu institusi dengan total
saham beredar.
� � = ℎ � �
c. Kepemilikan Manajerial
Rasio kepemilikan manajerial dalam penelitian ini dinyatakan dengan
perbandingan antara saham yang dimiliki oleh manajemen dengan total
saham beredar.
� � = ℎ � � ℎ
d. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan dengan menggunakan variabel dummy sesuai
dengan pencapaian peringkat PROPER perusahaan, jika perusahaan
mendapat peringkat tertinggi yaitu emas maka akan diberi dummy 5.
Dummy 4 untuk peringkat hijau, dummy 3 untuk peringkat biru, dummy 2
untuk peringkat merah, dan dummy terendah yaitu 1 untuk peringkat
hitam.
e. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus Tobin’s Q. Penggunaan rumus Tobin’s Q dapat
mengetahui nilai pasar perusahaan, yang mencerminkan keuntungan masa
depan perusahaan seperti laba saat ini dibandingkan dengan rasio lain
� ′ � = �� + � �
Keterangan
MVE Harga penutupan saham akhir tahun x jumlah saham biasa yang beredar
DEBT (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang
TA Nilai buku total aktiva
3. Analisis Deskriptif
Deskripsi variabel dilakukan untuk mengetahui sebaran data, serta sebagai
dasar kualifikasi data. Analisis deskriptif juga memberikan gambaran atau
deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), nilai maksimum,
dan minimum. (Ghozali, 2011).
a. Dewan Komisaris Independen
b. Kepemilikan Institusional
c. Kepemilikan Manajerial
d. Kinerja Lingkungan
e. Kinerja Keuangan Perusahaan
4. Klasifikasi Data
a. Dewan Komisaris Independen
Klasifikasi data dewan komisaris independen didasarkan pada
peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) No. 33 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa perusahaan wajib memiliki komisaris independen
paling sedikit 30% dari jumlah komisaris keseluruhan. Hasil klasifikasi
1) Tidak sesuai ketentuan : 0% - 29%
2) Sesuai ketentuan : 30% - 100%
b. Kepemilikan Institusional
Klasifikasi data kepemilikan institusional didasarkan pada jumlah
saham yang dimiliki oleh institusi. Menurut PSAK 15 tahun 2015 tentang
Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama dan PSAK 65 tahun
2015 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian. Berdasarkan PSAK 15
dan 65 tahun 2015 maka kepemilikan institusional dibagi menjadi:
1) Tidak memiliki pengaruh signifikan : <20%
2) Memiliki pengaruh signifikan : 20% - 50%
3) Hak pengendalian (control) : >50%
c. Kepemilikan Manajerial
Klasifikasi data kepemilikan manajerial didasarkan pada jumlah
saham yang dimiliki oleh manajer. Kepemilikan manajerial dikategorikan
menjadi 2 kategori yaitu:
1) Tidak ada : Kepemilikan manajerial 0%
2) Ada :Kepemilikan manajerial >0%
d. Kinerja Lingkungan
Klasifikasi data kinerja lingkungan berdasarkan pada peringkat dari
hasil PROPER yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.
Hasil kinerja lingkungan dikategorikan menjadi:
1) Hitam
2) Merah
3) Biru
4) Hijau
e. Kinerja Keuangan Perusahaan
Fahmi (2011) mengatakan jika rasio tobin’s Q lebih besar dari satu,
menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang
memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi. Jika
rasio tobin’s Q lebih kecil dari satu, investasi dalam aktiva tidak menarik.
Hasil kinerja keuangan perusahaan dikategorikan menjadi:
1) Rendah : Tobin’s Q < 1
2) Sedang : Tobin’s Q 1 – 3
3) Tinggi : Tobin’s Q >3
5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
Analisis tabulasi silang (crosstabs) menyajikan data dalam bentuk tabulasi
yang meliputi baris dan kolom dan data untuk penyajian crosstabs adalah data
berskala nominal atau kategori (Ghozali, 2011). Ukuran yang digunakan untuk
menginterpretasi koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2004):
0,00-0,199 : sangat lemah
0,20-0,399 : lemah
0,40-0,599 : sedang
0,60-0,799 : kuat
a. Hubungan antara mekanisme corporate governance dengan kinerja
keuangan perusahaan
Mekanisme Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan
dengan dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial.
1) Hubungan antara mekanisme corporate governance yang
diproksikan dengan dewan komisaris independen dengan kinerja
keuangan perusahaan
Melakukan tabulasi silang antara dewan komisaris independen dan
kinerja keuangan perusahaan. Koefisien hubungan menggunakan
koefisien gamma.
2) Hubungan antara mekanisme corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan institusional dengan kinerja
keuangan perusahaan
Melakukan tabulasi silang antara kepemilikan institusional dan
kinerja keuangan perusahaan. Koefisien hubungan menggunakan
koefisien gamma.
3) Hubungan antara mekanisme corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan manajerial dengan kinerja
keuangan perusahaan
Melakukan tabulasi silang antara kepemilikan manajerial dan kinerja
keuangan perusahaan. Koefisien hubungan menggunakan koefisien
b. Hubungan antara kinerja lingkungan dengan kinerja keuangan perusahaan
Melakukan tabulasi silang antara kinerja lingkungan dan kinerja
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A.Populasi Sasaran
Populasi sasaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 hingga
2014, dan yang terpilih memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Populasi sasaran
ditentukan dengan membuat kriteria – kriteria tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti. Kriteria pemilihan perusahaan yang menjadi populasi sasaran dijelaskan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1. Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan yang listing di BEI tahun 2010 - 2014 522 Perusahaan yang tidak mengikuti PROPER berturut – turut dari tahun
2010 - 2014 (487)
Perusahaan yang tidak menggunakan satuan mata uang Rupiah (Rp) (16)
Jumlah sampel 19
.
Berdasarkan tabel 4.1, terdapat 522 perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Penelitian ini juga menggunakan perusahaan yang mengikuti
PROPER yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup secara berturut –
turut tahun 2010-2014. Terdapat 487 perusahaan yang tidak mengikuti PROPER
tahun 2010-2014. Sehingga jumlah perushaan menjadi 35 perusahaan yang
mengikuti PROPER secara berturut – turut.
Penelitian ini juga menggunakan laporan keuangan yang menggunakan
satuan mata uang Rupiah (Rp). Terdapat 16 perusahaan yang tidak menggunakan
perusahaan, selanjutnya 19 perusahaan tersebut disebut sebagai populasi sasaran
dalam penelitian ini. Kesimpulan dari hasil pengujian maupun analisis pada bab
berikutnya berlaku pada populasi sasaran sejumlah 19 perusahaan.
B.Profil Perusahaan
Berikut ini profil dari 19 perusahaan yang menjadi populasi sasaran dalam
penelitian ini.
1. Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Kode Perusahaan ANTM
Nama Perusahaan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Alamat Perusahaan Gedung Aneka Tambang
Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta,
Indonesia.
Industri Pertambangan, Energi dan Migas Sub Industri Tambang Mineral
2. Asahimas Flat Glass Tbk.
Kode Perusahaan AMFG
Nama Perusahaan PT Asahimas Flat Glass Alamat Perusahaan Jl. Ancol IX/5, Ancol Barat,
Jakarta Utara, Indonesia.
Industri Manufaktur, Prasana dan Jasa Sub Industri Kaca
3. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Kode Perusahaan CPIN
Nama Perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Alamat Perusahaan Jl. Ancol VIII No. 1,
Jakarta, Indonesia.
Industri Agroindustri
4. Fajar Surya Wisesa Tbk.
Kode Perusahaan FASW
Nama Perusahaan PT Fajar Surya Wisesa Tbk. Alamat Perusahaan Jl. Abdul Muis No. 30,
Jakarta, Indonesia.
Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa Sub Industri Kertas
5. Holcim Indonesia Tbk.
Kode Perusahaan SMCB
Nama Perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk.
Alamat Perusahaan Jamsostek Tower, North Building, 15th Floor Jl. Jend. Gatot Subroto No. 38,
Jakarta, Indonesia.
Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa
Sub Industri Semen
6. Indo Acidatama Tbk.
Kode Perusahaan SRSN
Nama Perusahaan PT Indo Acidatama Tbk. Alamat Perusahaan Graha Kencana Lt. 9,
Jl. Raya Perjuangan 88, Jakarta,
Indonesia.
Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa Sub Industri Industri Kimia
7. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
Kode Perusahaan INTP
Nama Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Alamat Perusahaan Wisma indocement, Lantai 8/ Level 8
Jl. Jenderal Sudirman, Kav. 70-71 Jakarta,
Indonesia.
Industri Manufaktur, Prasarana dan Jasa