ABSTRAK
ANALISIS KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN E-FILING MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman
Reza Yunanto NIM: 112114076 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
E-Filing merupakan cara baru penyampaian SPT yang digulirkan DJP untuk membuat Wajib Pajak semakin mudah dan nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website
DJP.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Beda Sampel Berpasangan. Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan diukur menggunakan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan e-Filing melalui website DJP tidak mampu meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ANNUAL INCOME TAX RETURN SUBMISSION COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAX PAYER BEFORE AND AFTER E-FILING APPLICATION THROUGH DIRECTORATE GENERAL OF
TAXATION’S WEBSITE A Case Study in Sleman Tax Office
Reza Yunanto General of Taxation (DGT) for Tax Payers. This feature facilitates the Tax Payers to do their taxation obligation easily and pleasantly. The aim of this research is to discover the difference of Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office before and after e-Filing application through Directorate General of Taxation’s website.
This is a case study research. The data were collected by documentation technique. Paired Sample t-Test was used to analyze the data. Annual Income Tax Return submission compliance was measured by Compliance Ratio of Annual Income Tax Return Filing.
The result of this research indicates that there is no difference of the Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office before and after e-Filing application through DGT’s website. It shows that e-Filing application through DGT’s website is incapable of increasing the Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office.
ANALISIS KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
E-FILING
MELALUI
WEBSITE
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Reza Yunanto NIM: 112114076
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
ANALISIS KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
E-FILING
MELALUI
WEBSITE
DIREKTORAT JENDERAL
PAJAK
Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Reza Yunanto NIM: 112114076
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Awali dengan Doa, Lanjutkan dengan Usaha,
Akhiri dengan Ucapan Syukur.
Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa!
(Roma 12:12)
AMDG
Kupersembahkan Skripsi ini untuk:
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan sesudah Penerapan
e-Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak (Studi Kasus di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Sleman). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar
dan mengembangkan kepribadian.
2. Dra. YFM. Gien Agustinawansari, M.M., Ak., C.A., selaku Pembmbing
yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Segenap dosen Fakultas Ekonomi yang telah membagikan ilmu dan
pengalamannya kepada penulis.
4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
viii
5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
6. Keluarga besar Fl. Suryanto yang telah memberikan doa dan dukungan
kepada penulis.
7. Fabiola Desylita Christanti yang selalu memberikan doa, semangat, dan
dukungan kepada penulis.
8. Sahabat dan teman-teman Akuntansi 2011 kelas B.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Yogyakarta, 30 Juni 2015
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….……... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... . ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. . iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ………. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. . vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ………... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ………. . ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ………. . xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ……….. xiii
ABSTRAK ………..… . xiv
x
E. Desain Penelitian ……… . 34
F. Populasi dan Sampel ……….. . 35
G. Data ……….. 36
H. Teknik Pengumpulan Data ………. . 37
I. Teknik Analisis Data ……….. . 37
BAB IV GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SLEMAN ………. 45
A. Sejarah ……… . 45
B. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan ……… . 46
C. Struktur Organisasi ……… . 47
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….. . 50
A. Deskripsi Data ……… . 50
B. Analisis Data ……….. . 56
C. Pembahasan ……… . 67
BAB VI PENUTUP……….. . 71
A. Kesimpulan ……….… . 71
B. Keterbatasan Penelitian ………..… . 71
C. Saran……… . 72
DAFTAR PUSTAKA ………. . 73
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Peran Pajak terhadap APBN Tahun 2008-2013 ………. . 1
Tabel 2. Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh di KPP Pratama
Sleman Tahun 2008-2011 ……..……… . 2
Tabel 3. Jumlah Sumber Daya Manusia KPP Pratama Sleman ………... . 48
Tabel 4. Jumlah WPOP yang Menggunakan Formulir 1770S
dan 1770SS Terdaftar per 31 Desember Tahun 2008-2013 …... . 50
Tabel 5. Jumlah Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP
Formulir 1770S dan 1770SS Tepat Waktu Tahun 2009-2014 ... . 52
Tabel 6. Jumlah Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP Formulir
1770S dan 1770SS Tidak Tepat Waktu Tahun 2009-2014 …… . 53
Tabel 7. Jumlah Total Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP
Formulir 1770S dan 1770SS Tahun 2009-2014 ……….... . 54
Tabel 8. Jumlah WPOP yang Tidak Menyampaikan SPT Tahunan
PPh Tahun 2009-2014 ……… . 55
Tabel 9. Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
sebelum Penerapan e-Filing melalui Website DJP ……… . 56
Tabel 10. Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
yang Tidak Tepat Waktu sebelum Penerapan e-Filing
melalui Website DJP ……….... 57
Tabel 11. Rasio WPOP yang Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh
sebelum Penerapan e-Filing melalui Website DJP ……….…... . 59
Tabel 12. Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
xii
Tabel 13. Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP yang Tidak Tepat Waktu sesudah Penerapan e-Filing
melalui Website DJP ……….... 61
Tabel 14. Rasio WPOP yang Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh sesudah Penerapan e-Filing melalui Website DJP ……….…... . 62
Tabel 15. Rekapitulasi Perhitungan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP, Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP yang Tidak Tepat Waktu dan Rasio WPOP yang Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum Penerapan e-Filing melalui Website DJP ……… . 64
Tabel 16. Rekapitulasi Perhitungan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP, Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP yang Tidak Tepat Waktu dan Rasio WPOP yang Tidak Menyampaikan SPT Tahunan PPh sesudah Penerapan e-Filing melalui Website DJP ………. . 64
Tabel 17. Output Paired Samples Statistic ………. . 66
Tabel 18. Output Paired Samples Correlations ……….……… . 66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I. Kerangka Pemikiran ………….………. . 28
Gambar II. Struktur Organisasi KPP Pratama Sleman ……… . 47
Gambar III. Jumlah WPOP yang Menggunakan Formulir 1770S
dan 1770SS Terdaftar per 31 Desember Tahun 2008-2013 .. . 50
Gambar IV. Jumlah Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP Formulir
1770S dan 1770SS Tepat Waktu Tahun 2009-2014 ……… . 52
Gambar V. Jumlah Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP Formulir
1770S dan 1770SS Tidak Tepat Waktu Tahun 2009-2014 ... . 53
Gambar VI. Jumlah Total Penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP
Formulir 1770S dan 1770SS Tahun 2009-2014 ………….. . 54
Gambar VII. Jumlah WPOP yang Tidak Menyampaikan
xiv
ABSTRAK
ANALISIS KEPATUHAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN E-FILING MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman
Reza Yunanto NIM: 112114076 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
E-Filing merupakan cara baru penyampaian SPT yang digulirkan DJP untuk membuat Wajib Pajak semakin mudah dan nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website
DJP.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji Beda Sampel Berpasangan. Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan diukur menggunakan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan e-Filing melalui website DJP tidak mampu meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman.
xv
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE ANNUAL INCOME TAX RETURN SUBMISSION COMPLIANCE OF INDIVIDUAL TAX PAYER BEFORE AND AFTER E-FILING APPLICATION THROUGH DIRECTORATE GENERAL OF
TAXATION’S WEBSITE A Case Study in Sleman Tax Office
Reza Yunanto General of Taxation (DGT) for Tax Payers. This feature facilitates the Tax Payers to do their taxation obligation easily and pleasantly. The aim of this research is to discover the difference of Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office before and after e-Filing application through Directorate General of Taxation’s website.
This is a case study research. The data were collected by documentation technique. Paired Sample t-Test was used to analyze the data. Annual Income Tax Return submission compliance was measured by Compliance Ratio of Annual Income Tax Return Filing.
The result of this research indicates that there is no difference of the Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office before and after e-Filing application through DGT’s website. It shows that e-Filing application through DGT’s website is incapable of increasing the Annual Income Tax Return submission compliance of Individual Tax Payer in Sleman Tax Office.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No. 28
Tahun 2007). Hingga saat ini, pajak merupakan sumber penerimaan terbesar
negara. Penerimaan negara dari sektor perpajakan memiliki kontribusi yang
cukup tinggi terhadap APBN dalam beberapa tahun terakhir.
Tabel 1. Peran Pajak terhadap APBN Tahun 2008-2013
Jumlah (dalam miliar Rupiah)
Sumber: diolah dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Indonesia telah mengalami perubahan sistem pemungutan pajak dari
Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Self Assessment
System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
peran aktif masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal
ini menjadikan kepatuhan pajak sebagai hal yang sangat penting dalam
mewujudkan keberhasilan penerimaan pajak. Salah satu kriteria Wajib Pajak
yang patuh adalah tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT). Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan
untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (UU No. 28 Tahun
2007).
Tabel 2. Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh di KPP Pratama Sleman Tahun 2008-2011
Tahun Wajib Pajak SPT Masuk Kepatuhan
2008 46.718 40.482 86,65%
2009 71.421 59.152 82,82%
2010 116.578 82.961 71,16%
2011 112.781 83.482 74,02%
Sumber: Sub Bagian Umum KPP Pratama Sleman
Tidak semua Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajaknnya. Tabel 2
menunjukkan bahwa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman
terdapat Wajib Pajak yang tidak patuh dengan tidak menyampaikan SPT
Tahunan PPh. Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh ada juga
yang tidak patuh karena melanggar ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan. Beberapa Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan
Faktor-faktor yang membuat Wajib Pajak khususnya Wajib Pajak
Orang Pribadi (WPOP) tidak menyampaikan SPT Tahunannya antara lain:
permasalahan waktu, biaya, dan kepraktisan. Banyak WPOP yang tidak
menaati aturan tentang penyampaian SPT Tahunan PPh karena tidak
mempunyai cukup waktu untuk datang ke KPP. Faktor lain yang
menyebabkan WPOP tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh sesuai aturan
adalah masalah biaya. Penyampaian SPT Tahunan PPh tentu saja
membutuhkan biaya. Biaya yang dikeluarkan dalam penyampaian SPT
Tahunan PPh adalah biaya transportasi untuk datang ke KPP dan sebagainya.
Penyampaian SPT Tahunan PPh secara manual dengan datang ke KPP dirasa
kurang praktis sehingga WPOP enggan untuk melakukannya. Wajib Pajak
Orang Pribadi bisa saja menyampaikan SPT Tahunan PPh tanpa harus datang
ke KPP, yaitu dengan mengirimkannya melalui pos. Pengiriman melalui pos
juga membutuhkan waktu dan biaya yang membuat WPOP malas untuk
melakukannya.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) bekerja keras untuk mengatasi berbagai
permasalahan perpajakan yang terjadi karena kontribusi pajak dalam
penerimaan negara begitu besar. Permasalahan mengenai adanya Wajib Pajak
Orang Pribadi yang tidak patuh dalam hal menyampaikan SPT Tahunan PPh
tidak lepas dari perhatian DJP. Direktorat Jenderal Pajak melakukan inisiatif
dengan meluncurkan program e-Filing untuk mengatasi hal ini. Menurut
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara
yang Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-Filing melalui
Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), e-Filing adalah suatu
cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara
online dan real time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP). E-Filing melalui website DJP diatur pertama kali dalam
PER-39/PJ/2011 yang kemudian diganti dengan PER-1/PJ/2014. Berdasarkan
PER-1/PJ/2014, jenis SPT yang dapat disampaikan secara e-Filing melalui
website DJP adalah SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi formulir
1770S dan 1770SS.
Penerapan e-Filing melalui website DJP diharapkan dapat memberikan
solusi atas permasalahan adanya Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak patuh
dalam hal menyampaikan SPT Tahunan PPh. Faktor-faktor yang
menyebabkan WPOP tidak patuh dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh
bisa diatasi oleh e-Filing. Penerapan e-Filing melalui website DJP
menjadikan penyampaian SPT Tahunan PPh menjadi lebih praktis, mudah,
cepat, dan murah. E-Filing memungkinkan WPOP untuk menyampaikan SPT
Tahunannya kapan saja dan di mana saja selama ada koneksi internet. Hal ini
akan mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh WPOP untuk
mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh secara benar dan tepat waktu.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang ingin menyampaikan SPT Tahunan PPh
tidak perlu datang dan mengantri di KPP, tidak perlu mendatangi lokasi Drop
perusahaan jasa ekspedisi lainnya. Wajib Pajak Orang Pribadi juga tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Direktorat Jenderal Pajak berharap tidak ada lagi alasan bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi untuk tidak menyampaikan SPT Tahunannya setelah
adanya program e-Filing melalui website DJP yang memberikan banyak
kemudahan. Wajib Pajak Orang Pribadi juga diharapkan menyampaikan SPT
Tahunan secara tepat waktu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Penerapan e-Filing melalui website DJP diharapkan mampu
meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP
Pratama Sleman.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan atau pertanyaan yang
mengungkapkan secara lugas persoalan yang akan dijawab atau diselesaikan
melalui penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat
perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP
Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website
C. Batasan Masalah
Batasan masalah seringkali diberikan dalam sebuah penelitian agar
penelitian lebih terfokus. Penelitian ini memiliki beberapa batasan masalah,
yaitu:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dalam penelitian ini adalah WPOP
yang menggunakan formulir 1770S dan 1770SS.
2. Cut-off sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP
adalah mulai berlakunya PER-39/PJ/2011 yaitu pada tanggal 1 Februari
2012. Penyampaian SPT menggunakan e-Filing melalui website DJP
sudah bisa dilakukan untuk SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2011 yang
penyampaiannya dilakukan pada tahun 2012.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui
E. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapakan dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi DJP dan KPP Pratama Sleman
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik atas
penerapan e-Filing untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak.
2. Bagi Penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan penulis.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur atau bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini dikelompokkan menjadi enam bab, yaitu bab
pendahuluan, bab landasan teori, bab metode penelitian, bab gambaran umum
KPP Pratama Sleman, bab analisis data dan pembahasan, serta bab penutup.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
Bab II : Landasan Teori
Bab ini menjelaskan landasan teori yang digunakan dalam
penelitian yang terdiri atas: tinjauan pustaka, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran, serta perumusan hipotesis.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini terdiri atas: jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
tempat penelitian, definisi operasional variabel, desain penelitian,
populasi dan sampel, data, teknik pengumpulan data, serta teknik
analisis data.
Bab IV : Gambaran Umum KPP Pratama Sleman
Bab ini menjelaskan secara garis besar KPP Pratama Sleman
seperti: sejarah, visi-misi dan motto pelayanan, serta struktur
organisasi.
Bab V : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini terdiri atas: deskripsi data, analisis data, serta
pembahasan.
Bab VI : Penutup
Bab ini terdiri atas: kesimpulan, keterbatasan penelitian, serta
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pajak
Banyak pihak mengemukakan pendapatnya tentang definisi atau
pengertian pajak, di antaranya para tokoh pendidikan dan negara
(melalui peraturan perundang-undangan). Menurut Prof. Dr. Rochmat
Soemitro, SH dalam Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur: (1) iuran dari rakyat kepada negara, (2) berdasarkan
Undang-Undang, (3) tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang
secara langsung dapat ditunjuk, dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah, (4)
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Definisi pajak yang
dikemukakan oleh Prof. Dr. P.J.A. Adriani dalam Rahayu (2010:22),
sebagai berikut:
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh dua tokoh tersebut
tidak jauh berbeda dengan pengertian pajak yang termuat dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan. Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Pajak yang dipungut dari masyarakat tentunya memiliki fungsi
terendiri. Menurut Mardiasmo (2011:1-2), terdapat dua fungsi pajak,
yaitu: (1) Fungsi Budgetair dan (2) Fungsi Mengatur (Regulerend).
Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi Mengatur
(Regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, contohnya pajak yang tinggi dikenakan terhadap
3. Sistem Pemungutan Pajak
Negara memerlukan sistem pemungutan pajak yang baik agar
pemungutan yang dilakukan bisa berjalan dengan optimal. Menurut
Mardiasmo (2011:7-8), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga,
yaitu: (1) Official Assessment System, (2) Self Assessment System, dan
(3) With Holding System. Official Assessment System merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang untuk menentukan
besarnya pajak terutang ada pada fiskus, Wajib Pajak bersifat pasif,
utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan
sendiri pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak
sendiri, Wajib Pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campur dan
hanya mengawasi. With Holding System merupakan sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
4. Hambatan Pemungutan Pajak
Masyarakat tidak mendapatkan kontraprestasi langsung atas pajak
yang telah dibayarnya. Hal ini membuat pemungutan pajak tidak bisa
dilakukan dengan mudah. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh
negara mengalami beberapa hambatan. Menurut Mardiasmo (2011:8-9),
hambatan terhadap pemungutan pajak dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu: (1) Perlawanan Pasif dan (2) Perlawanan Aktif. Perlawanan pasif
ditandai dengan masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat
disebabkan antara lain: (a) perkembangan intelektual dan moral
masyarakat, (b) sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami
masyarakat, (c) sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan
dengan baik. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan
yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk
menghindari pajak. Bentuk dari perlawanan aktif antara lain: (a) Tax
avoidance yaitu usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar Undang-Undang, dan (b) Tax evasion yaitu usaha
meringankan beban pajak dengan cara melanggar Undang-Undang
5. Wajib Pajak
Wajib Pajak merupakan unsur penting dalam perpajakan.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Wajib Pajak memiliki beberapa hak dan kewajiban seperti yang
dirangkum Mardiasmo (2011:56-57). Kewajiban yang dimiliki Wajib
Pajak antara lain:
a) Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
b) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
c) Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
d) Mengisi dengan benar SPT dan memasukkan ke Kantor Pelayanan
Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
e) Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
f) Jika diperiksa wajib:
1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran
pemeriksaan.
3) Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau
dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat
oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban
untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk
keperluan pemeriksaan.
Hak yang dimiliki Wajib Pajak antara lain:
a) Mengajukan surat keberatan dan surat banding.
b) Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
c) Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
d) Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.
e) Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran
pembayaran pajak.
f) Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam
surat ketetapan pajak.
g) Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
h) Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,
serta pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.
i) Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban
pajaknya.
6. Surat Pemberitahuan (SPT)
Wajib Pajak membutuhkan sarana untuk melaporkan pajaknya.
Sarana yang dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
pajaknya adalah Surat Pemberitahuan (SPT). Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007, Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh
Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
243/PMK.03/2014, SPT dibedakan menjadi dua, meliputi:
a) SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
b) SPT Masa yang terdiri dari:
1) SPT Masa Pajak Penghasilan.
2) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai.
3) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut dapat berbentuk formulir kertas
(hardcopy) atau e-SPT.
SPT memiliki batas waktu penyampaian yang diatur dalam
Undang-Undang. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,
batas waktu penyampaian SPT adalah:
a) Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak.
b) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
c) Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan dengan berbagai
cara. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-29/PJ/2014
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan
Tahunan mengatur bahwa Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT
Tahunan dengan cara:
a) Langsung.
Penyampaian SPT Tahunan secara langsung dapat dilakukan di
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), Pojok Pajak, Mobil Pajak atau
Drop Box yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
amplop atau kemasan lainnya. Penyampaian SPT Tahunan secara
langsung harus dilakukan di TPT KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar, dalam hal:
1) SPT Tahunan lebih bayar.
2) SPT Tahunan pembetulan.
3) SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu
penyampaian SPT.
4) SPT Tahunan dalam bentuk e-SPT.
5) SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
b) Dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Penyampaian SPT
Tahunan melalui pos dilakukan dalam amplop tertutup yang telah
dilekati lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data
sebagai berikut:
1) Nama Wajib Pajak.
2) Nomor Pokok Wajib Pajak.
3) Tahun Pajak.
4) Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar).
5) Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT Tahunan Pembetulan Ke-…).
6) Nomor Telepon.
7) Pernyataan.
c) Dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan
bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar. Penyampaian SPT Tahunan melalui jasa ekspedisi
atau kurir dilakukan dalam amplop tertutup yang telah dilekati
lembar informasi amplop SPT Tahunan yang berisi data sama
dengan cara penyampaian melalui pos.
d) E- Filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi/Application Service
Provider (ASP).
7. Kepatuhan Pajak
Self Assessment System yang diterapkan di Indonesia menuntut
peran aktif Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Hal ini menjadikan kepatuhan pajak sebagai hal yang sangat penting
dalam mewujudkan keberhasilan penerimaan pajak. Safri Nurmantu
seperti dikutip oleh Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa, kepatuhan
perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib
Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya.
Ada dua macam kepatuhan, yaitu (1) Kepatuhan Formal dan (2)
Kepatuhan Material. Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan di mana
Wajib Pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan
adalah suatu keadaan di mana Wajib Pajak secara substantive atau
hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yaitu
sesuai isi dan jiwa Undang-Undang perpajakan. Kepatuhan Material
dapat juga meliputi Kepatuhan Formal. Sebagai contoh, ketentuan batas
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP adalah tanggal 31 Maret.
Apabila Wajib Pajak telah menyampaikan SPT Tahunan PPh sebelum
atau pada tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak tersebut telah memenuhi
Kepatuhan Formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi
Kepatuhan Material. Wajib Pajak yang memenuhi Kepatuhan Material
adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar SPT
sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak
sebelum batas waktu terakhir.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
74/PMK.03/2012, Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang
selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan, meliputi:
1) Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan tepat waktu dalam
3 (tiga) tahun terakhir.
2) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam
tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November
tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak
3) Seluruh Surat Pemberitahuan Masa dalam tahun terakhir untuk
Masa Pajak Januari sampai November telah disampaikan.
4) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat telah disampaikan
tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa Pajak berikutnya.
b) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur
atau menunda pembayaran pajak. Tidak mempunyai tunggakan
pajak yang dimaksud adalah keadaan Wajib Pajak pada tanggal 31
Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak Patuh.
c) Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
d) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Penelitian ini berfokus pada kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh WPOP. Wajib Pajak Orang Pribadi dikatakan patuh
apabila menyampaikan SPT Tahunan PPh sesuai aturan
perundang-undangan. WPOP yang patuh adalah Wajib Pajak yang menyampaikan
SPT Tahunan PPh paling lambat tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh
diukur menggunakan Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan
Pajak Penghasilan. Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor: SE-08/PJ/2014 tentang Target Rasio Kepatuhan Penyampaian
Surat Pemberitahuan PPh pada Tahun 2014, Rasio Kepatuhan
Penyampaian SPT Tahunan PPh adalah perbandingan antara jumlah
seluruh SPT Tahunan PPh yang diterima selama tahun 2014 (tidak
termasuk pembetulan SPT Tahunan PPh) dengan jumlah Wajib Pajak
terdaftar wajib SPT Tahunan PPh per 31 Desember 2013.
SPT Tahunan PPh diterima Rasio Kepatuhan
Penyampaian SPT Tahunan PPh
=
Wajib Pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh
× 100%
Sumber: SE-08/PJ/2014
Rasio ini digunakan untuk menghitung kepatuhan penyampaian
SPT Tahunan PPh seluruh Wajib Pajak. Penelitian ini hanya meneliti
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP sehingga jumlah
SPT Tahunan yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah SPT
Tahunan PPh WPOP dan jumlah Wajib Pajak yang digunakan adalah
8. E-Filing
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menggulirkan terobosan baru
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Terobosan ini berupa fasilitas penyampaian
SPT menggunakan e-Filing. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor: PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara Penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS secara e-Filing melalui
Website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id), e-Filing adalah
suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
secara online dan real time melalui internet pada website Direktorat
Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau
Application Service Provider (ASP). E-Filing memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak dalam pembuatan dan penyampaian SPT kepada DJP
secara lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah. Tujuan utama
penerpan e-Filing adalah:
a) Menyediakan fasilitas penyampaian SPT secara elektronik kepada
Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT
kapan saja dan di mana saja. Hal ini akan memangkas biaya dan
waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan,
memproses, dan menyampaikan SPT ke Kantor Pajak secara benar
b) Memberikan dukungan kepada Kantor Pajak dalam hal percepatan
penerimaan SPT, perampingan kegiatan administrasi, pendataan,
distribusi dan pengarsipan SPT.
c) Meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak sehingga jumlah
Wajib Pajak diharapkan akan meningkat serta penerimaan negara
dapat tercapai.
Saat ini, e-Filing melalui website DJP melayani penyampaian dua
jenis SPT, yaitu: (1) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Formulir 1770S dan (2) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Formulir 1770SS. Formulir 1770S digunakan oleh WPOP yang sumber
penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan
memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas. Contoh Wajib Pajak yang menggunakan formulir ini
adalah karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional
Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), serta pejabat
negara lainnya, yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa
rumah, honor pembicara/pengajar/pelatih dan sebagainya. Formulir
1770SS digunakan oleh WPOP yang mempunyai penghasilan selain
dari usaha dan/atau pekerjaan bebas yang diperoleh dari satu atau lebih
pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp
E-Filing melalui website DJP memberikan beberapa keuntungan.
Keuntungan menggunakan e-Filing melalui website DJP adalah:
a) Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan
saja (24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu).
b) Murah, tidak dikenakan biaya pada saat penyampaian SPT.
c) Penghitungan dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem
komputer.
d) Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT dalam
bentuk wizard.
e) Data yang disampaikan Wajib Pajak selalu lengkap karena ada
validasi pengisian SPT.
f) Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas.
g) Dokumen pelengkap (fotokopi formulir 1721 A1/A2 atau bukti
potong PPh, SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29, Surat Kuasa Khusus,
perhitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta
dan/atau mempunyai NPWP sendiri, fotokopi Bukti Pembayaran
Zakat) tidak perlu dikirim lagi kecuali diminta oleh KPP melalui
Ada tiga tahapan untuk dapat melakukan e-Filing, yaitu:
a) Mengajukan permohonan e-FIN ke Kantor Pelayanan Pajak
terdekat yang merupakan nomor identitas Wajib Pajak bagi
pengguna e-Filing.
b) Mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak e-Filing di website DJP
paling lama 30 hari kalender sejak diterbitkannya e-FIN.
c) Menyampaikan SPT Tahunan PPh WPOP secara e-Filing melalui
website DJP. Hal ini dilakukan melalui empat langkah prosedural,
yaitu:
1) Mengisi e-SPT pada aplikasi e-Filing di website Direktorat
Jenderal Pajak (DJP).
2) Meminta kode verifikasi untuk pengiriman e-SPT, yang
akan dikirimkan melalui e-mail atau SMS.
3) Mengirim SPT secara online dengan mengisikan kode
verifikasi.
4) Notifikasi status e-SPT dan Bukti Penerimaan Elektronik
akan diberikan kepada WP melalui e-mail.
Dua tahapan yang pertama hanya dilakukan sekali saja. Tahapan ketiga
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Dimas Andri Dwi Nugroho, Siti Ragil
Handayani dan Muhamad Saifi dengan judul “Pengaruh Layanan Drop Box
dan e-Filing Terhadap Tingkat Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan” menyimpulkan bahwa Drop Box dan e-Filing
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh.
Hasil ini membuktikan bahwa kedua fasilitas perpajakan ini mampu
memberikan kenyamanan yang berbeda dalam menyampaikan SPT Tahunan
PPh sehingga kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat. E-Filing mempunyai
pengaruh dominan terhadap kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh.
Penelitian yang dilakukan Lingga dengan judul “Pengaruh Penerapan e-SPT
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Studi Empiris Terhadap Pengusaha Kena
Pajak di Wilayah KPP Pratama “X” Jawa Barat I” menyimpulkan bahwa
penerapan e-SPT berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak.
Penelitian-penelitian di atas meneliti tentang pengaruh beberapa
fasilitas yang diberikan oleh DJP terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi e-Filing, e-SPT, dan Drop Box. Ketiganya
merupakan fasilitas yang memberi kemudahan bagi Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kemudahan-kemudahan yang
diberikan DJP melalui program-program atau fasilitas-fasilitas yang
Penelitian yang dilakukan oleh Widjaya dengan judul “Studi Evaluasi
Kepatuhan Wajib Pajak sebelum dan sesudah Reformasi Perpajakan 2008 dan
Implikasinya Terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Kota Semarang
di Lingkungan Kantor Wilayah DJP Jateng I” menyimpulkan bahwa (1)
terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah Wajib Pajak Terdaftar,
Wajib Pajak Efektif, dan Wajib Pajak yang Menyampaikan SPT sebelum dan
sesudah Reformasi Pajak 2008 pada KPP Pratama Kota Semarang dan (2)
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara realisasi penerimaan pajak
sebelum dan sesudah Reformasi Pajak 2008 pada KPP Pratama Kota
Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbaikan dan
peningkatan pelayanan yang dilakukan DJP melalui reformasi perpajakan
mampu meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT.
C. Kerangka Pemikiran
Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh merupakan hal penting
dalam Self Assessment System yang dianut Indonesia. Saat ini, masih ada
Wajib Pajak khususnya Orang Pribadi yang tidak memenuhi kewajibannya
untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh. Untuk mengatasi hal ini, DJP
menggulirkan program e-Filing melalui website DJP (www.pajak.go.id).
E-Filing melalui website DJP digulirkan untuk memudahkan WPOP
dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh sehingga kepatuhan penyampaian
SPT Tahunan PPh diharapkan akan meningkat. Untuk mengetahui ada
periode sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP akan
dilakukan pengujian statistik menggunakan Uji Beda Sampel Berpasangan.
Cut-off antara periode sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui
website DJP adalah mulai berlakunya PER-39/PJ/2011 yaitu pada tanggal 1
Februari 2012.
Penjelasan di atas dapat dituangkan dalam kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar I. Kerangka Pemikiran Sebelum Penerapan e-Filing
melalui website DJP (Tahun 2009, 2010, 2011)
Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
Sesudah Penerapan e-Filing
melalui website DJP (Tahun 2012, 2013, 2014)
Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP 1 Februari
2012
D. Perumusan Hipotesis
E-Filing merupakan cara baru penyampaian SPT yang digulirkan oleh
DJP. Tujuan dari program ini adalah untuk membuat Wajib Pajak semakin
mudah dan nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Program
e-Filing yang terbaru adalah e-Filing melalui website DJP. Saat ini, e-Filing
melalui website DJP melayani penyampaian dua jenis SPT, yaitu SPT
Tahunan PPh WPOP Formulir 1770S dan SPT Tahunan PPh WPOP Formulir
1770SS. Direktorat Jenderal Pajak berharap tidak ada lagi alasan bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi untuk tidak menyampaikan SPT Tahunannya setelah
adanya program e-Filing melalui website DJP yang memberikan banyak
kemudahan. Wajib Pajak Orang Pribadi yang sebelumnya tidak patuh dalam
menyampaikan SPT Tahunannya diharapkan akan menjadi patuh sehingga
penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan akan meningkat. Penerapan e-Filing melalui website DJP
diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh
WPOP di KPP Pratama Sleman. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan
PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan
e-Filing melalui website DJP.
Ha: Terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh
WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus. Menurut Sekaran
(2006:46), studi kasus meliputi analisis mendalam dan kontekstual terhadap
situasi yang mirip dengan organisasi lain, di mana sifat dan definisi masalah
yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi ini. Hasil dari
penelitian studi kasus tidak dapat digeneralisasi.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Menurut Amirin (2009), subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang,
benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya akan
diteliti. Subjek dari penelitian ini adalah KPP Pratama Sleman.
2. Objek Penelitian
Menurut Amirin (2009), objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu
benda, orang, ataupun lembaga (organisasi), yang menjadi pusat
perhatian atau sasaran penelitian. Objek dari penelitian ini adalah
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di KPP Pratama Sleman yang terletak di Jalan
Ringroad Utara No. 10 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (UU No. 28 Tahun 2007). Ada Wajib Pajak yang
tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya untuk menyampaikan
SPT Tahunan PPh. Hal ini terlihat dari kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh di KPP Pratama Sleman tahun 2008-2011 tidak mencapai
100% (Sub Bagian Umum KPP Pratama Sleman).
Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh diukur menggunakan
Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-08/PJ/2014,
tentang Target Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan
PPh pada Tahun 2014, Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan
PPh adalah perbandingan antara jumlah seluruh SPT Tahunan PPh yang
PPh) dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh per
31 Desember 2013. Rumus perhitungannya sebagai berikut:
SPT Tahunan PPh diterima
Rasio ini digunakan untuk menghitung kepatuhan penyampaian
SPT Tahunan PPh seluruh Wajib Pajak. Penelitian ini hanya meneliti
kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP sehingga jumlah
SPT Tahunan yang digunakan dalam perhitungan rasio ini adalah SPT
Tahunan PPh WPOP yang diterima tepat waktu. Jumlah Wajib Pajak
2. Penerapan e-Filing melalui Website DJP
Pajak memiliki peran penting dalam penerimaan negara.
Penerimaan negara dari sektor perpajakan memiliki kontribusi yang
cukup tinggi terhadap APBN dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini
membuat pemerintah melalui DJP berupaya untuk memaksimalkan
penerimaan dari sektor pajak. Perubahan sistem pemungutan pajak dari
kepatuhan pajak sebagai hal yang sangat penting dalam mewujudkan
keberhasilan penerimaan pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia masih belum maksimal. Hal
ini dapat dilihat dari adanya Wajib Pajak yang tidak melaksanakan
kewajiban perpajakannya untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Upaya yang dilakukan DJP untuk mengatasi hal ini adalah dengan
meluncurkan program e-Filing. E-Filing adalah suatu cara penyampaian
SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real
time melalui internet pada website Direktorat Jenderal Pajak atau
Penyedia Jasa Aplikasi.
Program e-Filing yang terbaru adalah e-Filing melalui website
DJP. Sebelumnya, e-Filing dilakukan melalui Penyedia Jasa Aplikasi.
E-Filing melalui website DJP mulai digunakan setelah berlakunya
PER-39/PJ/2011 yaitu pada tanggal 1 Februari 2012. Saat ini, e-Filing
melalui website DJP melayani penyampaian dua jenis SPT, yaitu SPT
Tahunan PPh WPOP Formulir 1770S dan SPT Tahunan PPh WPOP
Formulir 1770SS. Penerapan e-Filing melalui website DJP diharapkan
mampu mendorong peningkatan kepatuhan WPOP yang menggunakan
formulir 1770S dan 1770SS dalam hal menyampaikan SPT Tahunan
E. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama
Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP.
Kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP diukur menggunakan
Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data jumlah WPOP terdaftar di KPP
Pratama Sleman per 31 Desember dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013
serta jumlah penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2014. Data tersebut dikumpulkan
dengan teknik dokumentasi.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman. Kepatuhan
diukur menggunakan rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan, yaitu perbandingan antara jumlah SPT Tahunan PPh yang
diterima dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib SPT. Perhitungan
dilakukan untuk periode sebelum dan sesudah penerapan e-Filing.
Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis apakah
terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
di KPP Pratama Sleman sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui
website DJP. Perbedaan dianalisis menggunakan pengujian statistik yaitu Uji
Beda Sampel Berpasangan (Paired Sample t-Test). Kesimpulan diambil
F. Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran (2006:121), “Populasi (population) mengacu pada
keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti
investigasi”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WPOP yang
menggunakan formulir 1770S dan 1770SS terdaftar di KPP Pratama Sleman
per 31 Desember dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013.
“Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas
sejumlah anggota yang dipilih dari populasi” (Sekaran 2006:123). Sampel
dalam penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling.
Menurut Jogiyanto (2007:79), purposive sampling dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria
yang digunakan untuk mengambil sampel dalam penelitian ini adalah WPOP
yang memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh. Sampel yang
diperoleh adalah WPOP yang menggunakan formulir 1770S dan 1770SS
terdaftar di KPP Pratama Sleman per 31 Desember dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2013 yang memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan
G. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Sanusi (2011:104), data sekunder adalah data yang sudah tersedia
dan dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Jumlah WPOP yang menggunakan formulir 1770S dan 1770SS
terdaftar di KPP Pratama Sleman per 31 Desember dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2013 serta jumlah WPOP wajib SPT Tahunan
PPh.
2. Jumlah penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP formulir 1770S dan
1770SS di KPP Pratama Sleman dari tahun 2009 sampai dengan tahun
2014 yang meliputi:
a) SPT Tahunan PPh tepat waktu (disampaikan paling lama tiga bulan
setelah akhir Tahun Pajak).
b) SPT Tahunan PPh tidak tepat waktu (disampaikan lebih dari tiga
H. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik dokumentasi.
Menurut Sanusi (2011:114), dokumentasi biasanya dilakukan untuk
mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, baik secara pribadi
maupun kelembagaan. Data sekunder tersebut biasanya telah tersedia di
lokasi penelitian. Peneliti tinggal menyalin sesuai dengan kebutuhan. Data
jumlah WPOP yang menggunakan formulir 1770S dan 1770SS terdaftar di
KPP Pratama Sleman per 31 Desember tahun 2008 sampai dengan tahun
2013 serta jumlah Wajib Pajak wajib SPT dikumpulkan dari Seksi
Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Sleman. Data jumlah
penerimaan SPT Tahunan PPh WPOP formulir 1770S dan 1770SS di KPP
Pratama Sleman tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 dikumpulkan dari
Seksi Pelayanan KPP Pratama Sleman.
I. Teknik Analisis Data
1. Menganalisis Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP sebelum
Penerapan e-Filing melalui Website DJP
a) Menghitung rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh
WPOP sebelum penerapan e-Filing melalui website DJP
Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor:
SE-08/PJ/2014 tentang Target Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat
Pemberitahuan PPh pada Tahun 2014, rasio kepatuhan
jumlah seluruh SPT Tahunan PPh yang diterima selama tahun 2014
(tidak termasuk pembetulan SPT Tahunan PPh) dengan jumlah
Wajib Pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh per 31 Desember
2013. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
74/PMK.03/2012 mengatur bahwa Wajib Pajak disebut Wajib
Pajak Patuh apabila memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya
adalah tepat waktu dalam menyampaikan SPT. Wajib Pajak yang
patuh adalah Wajib Pajak yang melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 mengatur bahwa batas
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi adalah paling lama tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka jumlah SPT Tahunan PPh yang
digunakan dalam perhitungan rasio kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh WPOP adalah SPT Tahunan PPh WPOP tepat waktu,
yaitu disampaikan paling lama tiga bulan setelah akhir Tahun
Pajak. Perhitungan ini dilakukan untuk tahun 2009, 2010, dan
2011. Rumus yang digunakan dalam perhitungan in adalah:
b) Menghitung rasio penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP yang
tidak tepat waktu sebelum penerapan e-Filing melalui website DJP
Jumlah SPT Tahunan PPh WPOP yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah SPT Tahunan PPh WPOP yang tidak tepat
waktu, yaitu disampaikan lebih dari tiga bulan setelah akhir Tahun
Pajak. Perhitungan ini dilakukan untuk tahun 2009, 2010, dan
2011. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
SPT Tahunan PPh WPOP
c) Menghitung rasio WPOP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan
PPh sebelum penerapan e-Filing melalui website DJP
Jumlah WPOP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh
dalam perhitungan ini adalah selisih antara jumlah WPOP terdaftar
wajib SPT Tahunan PPh dengan jumlah seluruh penerimaan SPT
Tahunan PPh WPOP selama satu tahun. Perhitungan ini dilakukan
2. Menganalisis Penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP sesudah
Penerapan e-Filing melalui Website DJP
a) Menghitung rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh
WPOP sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP
Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor:
SE-08/PJ/2014 tentang Target Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat
Pemberitahuan PPh pada Tahun 2014, rasio kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah perbandingan antara
jumlah seluruh SPT Tahunan PPh yang diterima selama tahun 2014
(tidak termasuk pembetulan SPT Tahunan PPh) dengan jumlah
Wajib Pajak terdaftar wajib SPT Tahunan PPh per 31 Desember
2013. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
74/PMK.03/2012 mengatur bahwa Wajib Pajak disebut Wajib
Pajak Patuh apabila memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya
adalah tepat waktu dalam menyampaikan SPT. Wajib Pajak yang
patuh adalah Wajib Pajak yang melaksanakan kewajibannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 mengatur bahwa batas
penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi adalah paling lama tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, maka jumlah SPT Tahunan PPh yang
digunakan dalam perhitungan rasio kepatuhan penyampaian SPT
yaitu disampaikan paling lama tiga bulan setelah akhir Tahun
Pajak. Perhitungan ini dilakukan untuk tahun 2012, 2013, dan
2014. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
SPT Tahunan PPh WPOP
tidak tepat waktu sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP
Jumlah SPT Tahunan PPh WPOP yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah SPT Tahunan PPh WPOP yang tidak tepat
waktu, yaitu disampaikan lebih dari tiga bulan setelah akhir Tahun
Pajak. Perhitungan ini dilakukan untuk tahun 2012, 2013, dan
2014. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
c) Menghitung rasio WPOP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan
PPh sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP
Jumlah WPOP yang tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh
dalam perhitungan ini adalah selisih antara jumlah WPOP terdaftar
wajib SPT Tahunan PPh dengan jumlah seluruh penerimaan SPT
Tahunan PPh WPOP selama satu tahun. Perhitungan ini dilakukan
untuk tahun 2012, 2013, dan 2014. Rumus yang digunakan dalam
Uji statistik digunakan untuk menguji hipotesis. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Beda Sampel Berpasangan
(Paired Sample t-Test). Menurut Santoso (2014:84), Paired Sample
t-Test digunakan untuk menguji dua sampel yang berpasangan, apakah
keduanya mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda ataukah
tidak. Sampel berpasangan (Paired Sample) adalah sebuah sampel
dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau
pengukuran yang berbeda. Sampel dalam penelitian ini adalah WPOP
yang menggunakan formulir 1770S dan 1770SS terdaftar di KPP
Pratama Sleman per 31 Desember dari tahun 2008 sampai dengan tahun
Perlakuan berbeda yang dimaksud adalah penerapan e-Filing melalui
website DJP. Penelitian ini akan menganalisis ada tidaknya perbedaan
rata-rata rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP
sebelum dan sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a) Merumuskan hipotesis
Ho: Tidak terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan
sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP.
Ha: Terdapat perbedaan antara kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman sebelum dan
sesudah penerapan e-Filing melalui website DJP.
b) Menentukan taraf nyata
Taraf nyata yang digunakan adalah 5%. Nilai ttabel dengan taraf
nyata 5% uji dua arah (0,05/2 = 0,025) dan df = 3-1 = 2 adalah
4,303.
c) Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima apabila -ttabel≤ thitung≤ ttabel
Ho ditolak apabila -thitung < -ttabel atau thitung > ttabel
e) Menarik kesimpulan
Jika Ho ditolak, maka terdapat perbedaan antara kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan PPh WPOP di KPP Pratama Sleman