• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HIDAYATULLAH JAKARTA 2020"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE

PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016- 2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Anugrah Majid Harahap

11151130000005

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

(2)
(3)

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Anugrah Majid Harahap

NIM : 11151130000005

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul:

KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA

MEMPEKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016- 2018

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta,

Mengetahui, Menyutujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Muhamad Adian Firnas, S.IP, M.Si.

NIP.

Dr. Rahmi Fitriyanti,S.sos.,M.Si NIP. 19770914201101200

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

Kepentingan Diplomasi Sawit Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018

Oleh

Anugrah Majid Harahap 11151130000005

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Oktober 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

M. Adian Firnas, M.Si. Irfan R. Hutagalung, LLM

NIP. NIP.

Penguji I, Penguji II,

Friane Aurora, M,Si. Febri Dirgantara Hasibuan, M.M NIP.198606172011012009 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 22 Oktober 2020.

Kaprodi Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta,

M. Adian Firnas, M. Si.

(5)

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada periode 2016-2018. Pada dewasa ini, sektor industri kelapa

sawit Indonesia telah berkembang menjadi industri strategis yang bernilai penting bagi perekonomian, khususnya dari sisi ekspor. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen sawit terbesar di dunia. Selain itu, industri sawit beserta turunannya juga berperan dalam pengurangan kemiskinan karena menyerap tenaga kerja. ISPO adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia, yaitu Kementerian Pertanian RI, dengan tujuan meningkatkan daya saing minyak sawit dan mencegah kampanye negatif kelapa sawit Indonesia di pasar dunia. Kebijakan ini juga dikeluarkan untuk dapat ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan. Dengan dibentuknya ISPO, diharapkan pengembangan kelapa sawit di Indonesia benar-benar telah mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Diplomasi Indonesia dalam upaya memperkenalkan ISPO pada periode 2016-2018 dengan melakukan Joint Study, Joint Communique dengan Malaysia, IEU- CEPA, serta ISPO dan IPOS commitment. Konsep yang

digunakan adalah kepentingan nasional, diplomasi ekonomi dan konsep sustainable development untuk melihat kepentingan Indonesia didalam diplomasi sawitnya memperkenalkan ISPO. Pada periode 2016- 2018 hingga saat ini, kepentingan Indonesia dalam upaya untuk mempromosikan dan memperkenalkan ISPO diantaranya adalah untuk menjaga pasar dan komoditas kelapa sawit, mencegah kampanye negatif, terbukanya pasar baru, dan sebagai wujud komitmen Indonesia dalam penerapan Sustainable Development Goals (SDGs).

Kata Kunci : Kelapa Sawit, ISPO, Diplomasi Sawit Indonesia, Kepentingan Nasional, Diplomasi Ekonomi, Sustainable Development.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbill Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau. Penulis merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orangtua Penulis, Ayahanda (Alm) H. Syafaruddin Harahap,SP, Ibunda Hj. Laila Suaidah Nasution, SKM. Terimakasih sudah senantiasa telah mendidik, memotivasi, menginspirasi, menemani dan selalu mendoakan penulis, serta teruntuk Ayahanda saya haturkan permintaan maaf sebesar- besarnya karna semasa beliau hidup penulis belum sempat menyeleseikan skripsi ini.

2. Saudara- Saudara kandung penulis, abang- abang dan adik- adik ku tercinta Muhammad Syadly Harahap, SP, dr. Fahrizal Haris Harahap, Mahmul Fadhillah Harahap dan Aldi Irfansyah Harahap, atas dukungan dan do’anya. Maaf belum bisa menjadi saudara yang baik

3. Ibu Dr. Rahmi Fitriyanti, S.Sos.,M.Si sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas bimbingan, masukan dan kesabaran yang telah didedikasikan.

(7)

4. Segenap jajaran dosen dan staf di FISIP UIN Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

5. Bapak Dr. Tungkot Sipayung dan asisten pribadi beliau yang sudah menghubungkan saya dan beliau, atas kebesaran hatinya untuk menyempatkan waktunya kepada penulis untuk melakukan wawancara singkat via daring.

Meskipun belum sempat bertatap muka namun informasi yang diberikan sangat berguna sebagai bahan informasi dalam menyelesaikan penelitian skripsi penulis.

6. Kak Fitri Jonathan dan Kak Firdaus yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian skripsi penulis.

7. Sahabat-sahabat ganteng penulis yang dari dulu senantiasa menemani penulis sampai penulis menyelesaikan studi strata 1 nya, yang setiap hari selalu memotivasi dan menanyakan kapan wisuda, yaitu kepada Ahmad Reza Batubara,S.P,Fakhri Abdillah Hasibuan, S.H, Gio Armansyah, S.E, Ilham Ansyauri Hasibuan, Muhammad Nurdin Simanullang, S.Pt. Semoga dilancarkan urusan dan jalannya menuju impian serta harapan- harapannya dan tetaplah berjalan dijalan kebaikan.

8. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah menemani penulis selama menempuh pendidikan di Ilmu Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta, Gebryan Dwivandrio, Muhammad Nadhito, Fadly Imam, Fathi Rizki Mauladi, Riziki Hanif, Rixzha Ghulam, Arif Yanfa Nugroho, Ilham Pamungkas, Hilamnul Hukama.Semoga dilancarkan segala urusannya.

9. Keluarga besar “the Dank A Team” sebagai kelas Hubungan Internasional angkatan 2015 yang paling solid dan terbaik dari semester satu hingga sekarang.

10. Keluarga besar Abu Ishaq Al- Kindi 2015, dimanapun kalian berada saat ini semoga sukses dan sehat selalu.

(8)

11. HMI KOMFISIP tempat saya berproses.

12. Keluarga Besar Mahasiswa asal Sumatera Utara JAKARTA..

13. Keluarga Komunitas Mahasiswa Padangsidimpuan Sekitarnya (KOMPASS) JAKARTA.

14. Kaluarga Keluarga Besar Alkmail Ciputat, Amanda, Diana, Harry, Rifka.

15. Keluarga Besar Alkamil JABODETABEK.

16. Teman- teman tongkrongan di Insomniak Cafe.

Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memilikibanyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak tentu akan sangat membantu penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih yang besar ke depannya dalam ranah kajian penelitian pada bidang Ilmu Hubungan Internasional.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 Oktober 2020

Anugrah Majid Harahap

(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... i

PERETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Tinjauan Pustaka ... 12

E. Kerangka Konseptual ... 16

1. Konsep Kepentingan Nasional ... 17

2. Konsep Diplomasi Ekonomi ... 20

3. Konsep Sustainable Development ... 22

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sistematika Penulisan... 27

BAB II DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DAN TANTANGAN ISU KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT INDONESIA ... 30

(10)

A. Diplomasi Sawit Indonesia Sebelum Hadirnya ISPO ... 30

1. Bergabung dengan Roundatable Sustainable Palm Oil (RSPO) ... 30

2. Indonesia – Malaysia Palm Oil Group (IMPOG) ... 34

B. Tantangan dan Isu Keberlanjutan Kelapa Sawit Indonesia. ... 39

1. Kebijakan Renewable Energi Directive I (RED I) dan Renewable Energi Directive II (RED II) oleh Komisi Eropa ... 39

2. Resolusi Parlemen Uni Eropa Palm Oil and Deforestation of The Rainforest... 45

3. Kampanye dan Aksi Aktor non Negara Terhadap Kelapa sawit Indonesia ... 47

BAB III INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) DAN UPAYA DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM MEMPERKENALKAN ISPO PERIODE 2016- 2018 ... 54

A. Gambaran Umum ISPO ... 55

1. Keluarnya Indonesia dari Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO) ... 55

2. Pasca Keluarnya Indonesia dari RSPO ... 58

3. Terbentuknya ISPO ... 60

B. Upaya Diplomasi Sawit Indonesia dalam Memperkenalkan ISPO Periode 2016-2018 ... 66

1. Joint Study ISPO- RSPO ... 67

2. Joint Communique Indonesia dan Malaysia dalam Memprakarsai Terbentuknya Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC)..71

3. Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU- CEPA) ... 77

4. Indonesia – India dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan India Palm Oil Sustainbility Framework (IPOS) Commitment ... 78

BAB IV KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016-2018 ... 88

A. Kepentingan Nasional Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018 ... 89

1. Kepentingan Nasional bidang Ekonomi (Economic Interest) : Menjaga Pasar dan Komoditas Kelapa Sawit Indonesia... 90

(11)

2. Kepentingan Nasional bidang Tatanan Internasional (World Order Interest) : Alat Indonesia dalam Menghadapi Tantangan yang Dihadapi

Kelapa Sawit ... 96

B. Diplomasi Ekonomi : Terbukanya Pasar Baru ... 103

C. ISPO sebagai Wujud Komitmen Indonesia dalam Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs)... 108

BAB V PENUTUP ... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

Lampiran-Lampiran ... xxii

A. LAMPIRAN I Draft Wawancara dengan Dr.Ir.Tungkot Sipayung ... xxv B. LAMPIRAN II Draft Kebijakan Perementan No.11 Tahun 2015 Mengenai

Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) . xxxi

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan

Kepentingan Nasional ... 18 Tabel III.1.Tabel Ekspor CPO Indonesia Berdasarkan Negara... 80 Tabel IV.1.Tabel Penentuan Intensitas terkait Penentuan Kepentingan Nasional

Indonesia dalam Kepentingan Indonesia Dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018... 90

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III. 1. Produksi Minyak Sawit Indonesia Dan Malaysia terhadap Produksi Minyak Sawit Dunia1965-2016 (%)...68

(14)

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN AIPMI APKASINDO BSN

CPO CPOPC DMSI E+POP EU FELDA FPIC GAPKI GHG HAM HI

IEU CEPA IGO IIOPR ILUC IMPOG IPOS ISO ISPO

: Asosiation Southeast Asian Nations

: Asosiasi Investor Perkebunan Malaysia di Indonesia : Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

: Badan Standar Nasional : Crude Palm Oil

: Council Of Palm Oil Producing : Dewan Minyak Sawit Indonesia

: Ecology Welfare Palm Oil Producing Country : European Union

: Federal Land Development Authority : Free Prior Informed Consent

: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia : Green House Gas

: Hak Asasi Manusia : Hubungan Internasional

:Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement

: Inter Govermental Organizations : Indian Institute of Oil Palm Research : Indirect Land Use Change

: Indonesia Malaysia Palm Oil Group : India Palm Oil Sustainbility

: International Standart Oraganization : Indonesian Sustainable Palm Oil

(15)

KEMENTAN KLH

KAN LSM MENTAN MDGs MoU MPOA MSPO NGO PASPI PBB P&C PPP (3P) R&D RED RSPO RTM SDGs SEA SOPPOA UE UNDP UNWCED WTO WWF

: Kementerian Pertanian Republik Indonesia

: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia : Komite Akreditasi Nasional

: Lembaga Swadaya Masyarakat : Menteri Pertanian

: Millenium Developement Goals : Memorandum of Understanding : Malaysia Palm Oil Associations : Malaysia Sustainable Palm Oil : Non Goverment Operations

: Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute : Persatuan Bangsa Bangsa

: Principle and Criteria : Planet, People, Profit : Research and Developement : Renewable Energy Directive

: Roundantable On Sustainable Palm Oil : Roundatable Meetings

: Sustainable Developement Goals : Solvent Extractors' Association of India

: Asosiasi Pemilik Perkebunan Minyak Sawit Serawak : Uni Eropa

: United Nations Developement Program

:United nations World Commission on Environtment Development

: World Trade Organizations : World Wide Fund

and

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Hasil Wawancara dengan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusines Strategic Policy Institute (PASPI), Dr. Tungkot Sipayung ...xxv Lampiran II : Draft Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) 2015...xxxi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diplomasi adalah salah satu praktek dalam hubungan internasional yang dilakukan antar negara-negara melalui perwakilan-perwakilannya. Diplomasi dalam prakteknya dapat meliputi keseluruhan proses hubungan luar negeri dan formasi kebijakan. Diplomasi juga diartikan alat atau mekanisme kebijakan luar negeri yang dijadikan sebagai tujuan akhir. Diplomasi adalah tekhnik tekhnik operasional yang akan dilakukan oleh sebuah negara untuk memperjuangkan kepentingannya.1 Kegiatan Diplomasi berkaitan erat dengan pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain.2

Skripsi ini bertujuan menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainble Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018. Isu mengenai kelapa sawit adalah salah satu isu yang menarik dikarenakan cepatnya perkembangan serta persaingan yang tinggi di pasar minyak nabati dunia. Indonesia sangat unggul dalam bidang perkebunan dan pertanian, terutama di sektor

1Jack C Plano dan Roy Olton, 1982, “The International Relations Dictionary”, Third edition Santa Barbara: Western Michigan University, hlm. 24.

2Jack C Plano dan Roy Olton, 1982, “The International Relations Dictionary”, Third edition Santa Barbara: Western Michigan University, hlm. 25.

(18)

perkebunan kelapa sawit, di mana sektor perkebunan minyak kelapa sawit tersebar di berbagai pelosok daerah di Indonesia.

Industri kelapa sawit telah berkembang menjadi industri strategis yang bernilai penting bagi perekonomian Indonesia, khususnya dari sisi ekspor. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara produsen dan konsumen kelapa sawit terbesar di dunia.

Selain itu, industri sawit beserta turunanya juga berperan dalam pengurangan kemiskinan karena menyerap tenaga kerja. Di seluruh dunia permintaan minyak kelapa sawit sebagai olahan nabati terus meningkat mengalahkan komoditas minyak nabati lainnya. Selain dikonsumsi oleh manusia minyak sawit digunakan sebagai bahan baku dalam industri kimia dan bahan bakar.3

Kelapa sawit menjadi komoditas penting bagi perdagangan internasional karena menjadi sumber daya alternatif menggantikan beberapa varian produk yang tidak dapat diperbaharui, seperti halnya produk eksrtraksi dari binatang ataupun tumbuhan yang sudah langka dan tidak ramah lingkungan. Pada era global ini juga, kelapa sawit menjadi komoditas yang eksklusif karena hanya dihasilkan dan berkembang pada negara- negara di wilayah tertentu, yaitu tropis dan sebagian sub tropis seperti Indonesia.4

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kelapa sawit Indonesia menunjukkan trend positif setiap tahun. Pada tahun 2013-2015, peningkatan minyak kelapa sawit

3 Ann Kathrin Voge, Friedel Hutz Adams – Sudwind e.V, 2014, “Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan – Tuntutan atau Realitas? : Potensi dan Keterbatasan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Bread for the World Protestant Development Service Protestant Agency for Diaconia and Develpment Caroline Michaelis Straße 1 10115 Berlin, Germany , hal 6.

4 Iga Rolesa Putri, 2017, “Kerjasama Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Ke Negara Vietnam Pada Tahun 2012-2015”, JOM FISIP UNRI Volume 4. No. 2 Oktober, hal 2.

(19)

Indonesia sebesar 5,67% hingga 7,70%. Pada tahun 2016, produksi mengalami peningkatan sekitar 5,32 % dari tahun 2015, dan pada tahun 2017 peningkatan dari produksi sawit Indonesia mencapai 9,46%. Selain itu, untuk volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia pada tahun 2013-2015 juga mengalami peningkatan sebesar 9,44% hingga 16,06%. Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 13,69% , namun, pada tahun 2017 ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45% dengan total 29,07 juta ton dengan perkiraan nilai sebesar 20,72 milliar USD. Negara tujuan utama ekspor kelapa sawit Indonesia adalah India, dan negara-negara Uni Eropa.5

Senada dengan diatas, bagi Indonesia, minyak kelapa sawit merupakan komoditas penting. Selain sebagai penyumbang devisi yang besar, sektor kelapa sawit juga menyerap banyak tenaga kerja, diperkirakan setiap tahunnya sektor kelapa sawit menyerap 6.000 tenaga kerja baru. Kelapa sawit juga merupakan sumber penghasilan bagi sekitar 2,3 juta petani kecil, dan sumber mata pencarian bagi 4,6 juta tenaga kerja yang terbagi di sektor langsung kelapa sawit dan indutsri yang berkaitan, seperti industri makanan dan produk kebutuhan sehari- hari. Luas lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14,03 juta hektar dan 41 % diantaranya adalah milik smallholders atau petani kecil yang berbasis kerakyatan.6

5Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 8.

6 BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat

(20)

Kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif khususnya dari segi ekspor dan produksi. Namun, trend positif komoditas kelapa sawit Indonesia yang terus meningkat ini tidak sejalan dengan dengan image di mata global. Ada banyak tantangan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia. Tantangan yang dihadapi Kelapa sawit Indonesia yang terus berkembang dan memperluas ekspansi lahannya diantaranya, kelapa sawit Indonesia dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan, menyumbang emisi gas, maraknya deforestasi, dan kebakaran hutan, serta banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Terlebih dari itu semua isu yang dilempar adalah bahwa kelapa sawit Indonesia tidak memiliki standar sertifikasi sehingga kelapa sawit Indonesia jauh dari prinsip keberlanjutan.7

Dalam hal ini, Indonesia sadar dan tidak ingin mengabaikan substansi negatif yang dihasilkan dari perkembangan kelapa sawit. Indonesia mulai mengatur dan menerapkan tata kelola kelapa sawit yang baik dengan berpegang pada prinsip- prinsip berkelanjutan. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan citra yang lebih positif terhadap kelapa sawit Indonesia. Selain itu, adanya desakan konsumen terutama kosnumen di pasar Uni Eropa agar kelapa sawit yang masuk ke kawasan tersebut diberikan sertifikasi.

Maka, salah satu langkah yang diambil oleh Pemerintah Indonesia adalah membentuk serta mengeluarkan sebuah kebijakan kelapa sawit yang berprinsip pada

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 9.

7Fachry Hadyn, 2017, “Kepentingan Ekonomi Indonesia Dalam Memprekarsai CPOPC Tahun 2015”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta, hal 14.

(21)

tata kelola sawit yang berkelanjutan, yaitu, Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

ISPO adalah sebagai sebuah aturan mengenai tata kelola sawit, dan diharapkan dapat menepis tekanan dan tantangan yang dihadapi, serta isu yang tidak baik mengenai komoditas kelapa sawit.8 ISPO merupakan kebijakan pemerintah Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia (KEMENTAN) melalui Permentan No. 11 2011 Juncto Tahun 2015.9

ISPO secara umum merupakan kebijakan yang berbentuk sertifikasi produk sawit dari pemerintah yang dikembangkan selaku wujud tata kelola industri minyak kelapa sawit yang lebih berkelanjutan. ISPO diklaim dapat meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global serta berkontribusi dalam kurangi dampak gas rumah kaca. ISPO juga memberi perhatian terhadap masalah lingkungan serta turut mengakomodasi isu- isu kemiskinan yang dirasakan kelompok petani kecil (Smallholders).10

ISPO juga merupakan komitmen Indonesia dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu, dengan mengadopsi prinsip-prinsip yang ada

didalamnya. Khusunya dibidang pengentasan kemiskinan, perlindungan lingkungan,

8Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 7-8.

9Pasal 2 ayat (1) Permentan 11/2015. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 11/ Permentan/ ot. 140/ 3/ 2015 Tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil Certification System/ ISPO)

10BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 9.

(22)

dan pencapaian kesejahteraan bagi semua.11 Kebijakan ini juga dikeluarkan untuk dapat berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh industri dan produksi kelapa sawit. 12

Pada penelitian ini, penulis berusaha menghadirkan tantangan keberlanjutan yang dihadapi kelapa sawit Indonesia dan desakan diwajibkannya sertifikasi. Pada penelitian ini, penulis juga akan menghadirkan diplomasi sawitnya sebelum adanya ISPO. Indonesia, demi melindungi permintaan konsumen di kawasan Uni Eropa serta melindungi kelapa sawit, salah satu usahanya adalah Indonesia bergabung serta mengikuti kaidah-kaidah yang ada di dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

Indonesia sendiri bergabung dengan RSPO sejak pertama kali didirikan. RSPO didirikan dengan tujuan mempromosikan produksi minyak sawit berkelanjutan yang diharap dapat mengurangi deforestasi, melestarikan keanekaragaman hayati, dan menghargai kehidupan masyarakat kecil penghasil minyak sawit. Untuk mencapai tujuan tersebut, RSPO mengadopsi Millenium Development Goals (MDGs) yang terkait dengan 3P yaitu People, Profit, and Planet di dalam Prinsip dan Kriteria RSPO. 13

11 Kedutaan Besar Republik Indonesia, Republik Polandia, “Indonesian Sustainable Palm Oil : Mekanisme Untuk Mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030” , diakses pada 09 Februari 2020, melalui website resmi Kementerian luar Negeri Republik Indonesia,

https://kemlu.go.id/warsaw/id/news/1050/indonesian-sustainable-palm-oil-ispo-mekanisme-untuk-mencapai- sustainable-development-goals-sdgs-2030.

12Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 44-45.

13BPPK Kemenlu, 2019, “Kajian Mandiri : Peran Diplomasi dalam Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan terhadap Pengelolaan Industri Minyak Nabati”, Pusat

(23)

Hadirnya RSPO dengan semangat untuk menerapkan konsep berkelanjutan, membuat Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia merasa perlu mengikuti kaidah-kaidah yang ada di dalam RSPO. Indonesia pada awalnya merasa bahwa RSPO dapat memberikan standarisasi yang tepat untuk membantu pengelolaan industri kelapa sawit Indonesia agar berpegang pada prinsip berkelanjutan sehingga produk kelapa sawit yang dihasilkan mempunyai predikat yang baik, dan tentu hal ini akan meningkatan daya saing kelapa sawit Indonesia di lingkup global.14 Sejumlah konsumen kelapa sawit di pasar Eropa dan Amerika Utara kini hanya menggunakan kelapa sawit yang telah memiliki sertifikat dari RSPO.15

Meskipun pada dasarnya tujuan RSPO adalah demi mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan. Namun, dalam perkembangan dan praktek di lapangan, banyaknya aturan yang terdapat pada RSPO dianggap hanya mengutamakan konsumen semata, yaitu pasar Eropa, sementara kepentingan produsen tidak diperhatikan sama sekali.

Perkembangan lainnya juga terlihat pada timbulnya pemikiran bahwa pengembangan kelapa sawit di Indonesia yang selalu berpedoman pada peraturan luar negeri yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia.

16

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Multilateral Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia , ISBN 978-602-51358-4-2, Hal 22.

14Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8.

15 http://scholar.unand.ac.id/13999/2/BAB%201%20UPLOAD%20PUTRA.pdf 16Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8.

(24)

Selain itu penulis menemukan bahwa alasan penetapan ISPO adanya kebijakan dari komisi Eropa yaitu, Renewable Energy Directive (RED). Dalam hal ini, akan ditetapkannya kebijakan RSPO-RED yang dikeluarkan bersama RSPO, ketentuan RSPO-RED merupakan perpaduan antara RSPO dan kebijkan komisi Eropa Renewable Energy Directive (RED). RED merupakan kebijakan yang mengatur tentang emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari bahan dasar biofuel, yang salah satunya dalam hal ini adalah kelapa sawit itu sendiri. Kawasan Uni Eropa berencana akan menerapkan standarisasi tunggal terhadap kelapa sawit yang akan masuk kawasan tersebut. Selain itu RED akan menghapus kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel nya di kawasan tersebut.17

Alasan lain penetapan ISPO adalah keluarnya Indonesia dari RSPO dikarenakan banyaknya nilai merah dan ketimpangan di dalam RSPO yang dianggap tidak sesuai serta tidak mengakomodir kelapa sawit dalam negeri, seperti, (a). Meja RSPO yang dianggap datar (flat) sehingga tidak ada pembeda antara satu yang lain, (b) Terlalu “Environmentalist”, isu keadilan sosial tidak terlalu dipandang, (c).

Roundtable Meetings (RTM), masih seputar penguatan lembaga dan teknis didalamnya, (d). Tidak ada defenisi mengenai petani kecil.18 Atas dasar dan alasan tersebutlah Indonesia menetapkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Dibentuknya ISPO adalah merupakan usaha pemerintah untuk mewujudkan prinsip keberlanjutan dengan cara menerapkan aturan kepada pemilik manajemen

17Saqira Yunda Imansari, 2011, “Penetapan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Pada Tahun 2011”, e Jurnal, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Jember, Hal 8

18Yoan Angelika, 2015, “Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar Dari Roundtable And Sustainable Palm Oil (RSPO)”, Jom Fisip Volume 2 No. 2 – Oktober.

(25)

perkebunan sampai dengan tingkatan yang paling bawah dari suatu perusahaan kelapa sawit agar mengelola sawit dengan prinsip berkelanjutan. Penerapan tersebut meliputi perkebunan yang dikelola dengan mematuhi hukum, melaksanakan praktik perkebunan yang baik, serta memperhatikan lingkungan dan sosial. Apabila hal ini tercapai tentunya kelapa sawit Indonesia diakui oleh global sebagai kelapa sawit yang lestari dan berkelanjutan. 19

Penulis melihat, meskipun Indonesia sudah mengeluarkan dan membentuk Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ternyata hal tersebut tidaklah cukup. Masih

banyak tantangan yang dihadapi, keterimaan pasar, dan kurang dikenalnya ISPO menjadi masalah selanjutnya. Hal tersebut diperjelas oleh Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia, bahwa ISPO belum cukup diakui untuk ekspor minyak kelapa sawit ke Eropa. Standar ISPO juga belum dianggap standar umum dunia, dan RSPO lah yang memang diakui dikawasan UE serta diakui secara global.20

Berdasarkan keadaan tersebut, penulis melihat perlu adanya kebijakan yang real, serta sosialiasasi yang dilakukan oleh Indonesia demi memperkenalkan ISPO. Oleh karena itu, perlunya langkah diplomasi yang harus dilakukan pemerintah Indonesia dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO sebagai kebijakan kelapa sawit yang berkelanjutan adalah hal yang penting untuk

19Hesti Indah Kresnarini, 2011, “Kampanye Negatif Kelapa Sawit Indonesia, Potensi Kelapa Sawit Indonesia, Kiat- kiat menghadapi Kampanye negatif Kelapa Sawit”, Warta Ekspor, Edisi Juni 2011, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, hal 47.

20 Republika.co.id, 2018, “Sertifikasi ISPO Belum Cukup untuk Ekspor Sawit ke Eropa”,Diakses pada 11 Mei 2020 melalui https://www.republika.co.idberita/ekonomi/pertanian18/12/05/pj8o6f368-sertifikat- ispo-belum-cukup-untuk-ekspor-sawit-ke-eropa

(26)

diperkenalkan ke lingkup global. Selain itu, ISPO merupakan bagian tak terpisahkan dari kelapa sawit.

Maka dari itu, upaya real yang diperlukan adalah diplomasi dalam upaya untuk memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Karena diplomasi menjadi bagian yang sangat penting untuk dijadikan salah satu solusi atau jalan keluar untuk mengupayakan kepentingan nasional suatu negara.21

Indonesia melalui ISPO memainkan peran penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menunjukkan komitmen demi tercapainya pembangunan berkelanjutan melalui kebijakan tersebut. Pengaruh kelapa sawit di Indonesia sulit tergantikan, karena inilah Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya memperkenalkan ISPO demi mendorong dan memperkuat industri kelapa sawit nasional. serta dalam upaya tersebut, mengedepankan usaha-usaha diplomasi untuk menndorong industri kelapa sawit nasional, membuka peluang pasar baru bagi produk kelapa sawit, melakukan counter atas tantangan yang dihadapi kelapa sawit dan mempromosikan kelapa sawit berkelanjutan Indoensia di tingkat internasional.

ISPO adalah alat diplomasi Indonesia dibidang ekonomi khususnya pada tata kelola kelapa sawit beserta industri turunanya. Mengupayakan agar lebih dikenalnya ISPO sangat penting dilakukan, selain agar tantangan mengenai kelapa sawit bisa di hadapi, hal tersebut juga dilakukan agar tidak adanya kendala bagi pengembangan kelapa sawit Indonesia di masa depan. Penulis dalam hal ini, juga melihat upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan ISPO tak terlepas dari

21S.L , Roy, 1995, “Diplomasi”, Jakarta Utara, PT Raja Grafindo persada. hlm. 35.

(27)

beberapa kepentingan yang menyangkut keberlanjutan Industri kelapa sawit beserta turunanya.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada penjelasan pada rumusan masalah di atas mengenai Indonesian Sustainble Palm Oil (ISPO) tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah,

“Mengapa Indonesia melakukan diplomasi dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini di antaranya:

1. Sebagai syarat yang diajukan demi memenuhi gelar sarjana Hubungan Internasional.

2. Memaparkan dan menjelaskan mengenai upaya diplomasi Indonesia dalam memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang berhubungan dengan keberlangsungan kelapa sawit Indonesia di pasar global.

3. Memberitahukan kepada pembaca di lingkungan mahasiswa Hubungan Internasional bahwa isu kelapa sawit merupakan salah satu isu yang penting.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini di antaranya :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca terkait isu-isu kelapa sawit terutama di Indonesia. Diharapkan juga penelitian ini bisa sebagai salah satu pemantik agar penelitian tentang kelapa sawit dari sudut pandang ilmu Hubungan internasional semakin

(28)

bertambah, terutama lingkungan mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Untuk menjelaskan serta mendeskripsikan penelitian ini tentunya akan merujuk pada beberapa jurnal ataupun beberapa tulisan sebagai acuan dan bahan pembanding. Dalam hal ini, yang menjadi bahan tulisan pertama adalah sebuah skripsi berjudul “Kepentingan Ekonomi Indonesia dalam Memprekarsai Council of Palm Oil Producing (CPOPC) 2015”. Skripsi tersebut adalah hasil tulisan dan penelitian dari Fachry Hadin, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN JAKARTA).

Pada skripsi tersebut, secara umum Hadin menjelaskan bagaimana Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit banyak mendapatkan hambatan dalam melakukan hubungan dagang terkait komoditas tersebut, Indonesia juga sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia tentunya melakukan usaha-usaha untuk meminimalisir hambatan tersebut dalam melindungi komoditas kelapa sawit serta kepentingan Indonesia sebagai pemprakarsa CPOPC.

CPOPC merupakan kesepakatan yang dibuat oleh Indonesia dengan negara- negara produsen CPO. Aktor utama pemprakarsanya adalah Indonesia dan Malaysia. Kerjasama tersebut terbuka bagi seluruh negara-negara yang menaganggap kelapa sawit sebagai komoditas andalan. Pembentukan CPOPC

(29)

adalah bentuk usaha Indonesia mencegah kampanye negatif dari pihak luar atas komoditas minyak kelapa sawit Indonesia yang berkualitas buruk.

Selain itu, CPOPC juga akan berperan mempromosikan pengemangan industri kelapa sawit di kalangan pihak negara produsen kelapa sawit, mendorong kesejahteraan petani kecil, dan membangun serta membentuk kerangka global minyak kelapa sawit berkelanjutan. CPOPC juga mempromosikan kerjasama dan investasi dalam membangun kawasan indsutri minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta mengatasi segala hambatan perdagangan komoditas tersebut.

Selain itu, pada skripsi tersebut, Hadin juga menjelaskan tentang hambatan- hambatan dan kampanye negatif terhadap produk kelapa Sawit Indonesia.

Hambatan dalam perdagangan tersebut antara lain adanya pembatasan impor dari benua Eropa dan Amerika serta penerapan seritifikasi tunggal kelapa sawit oleh negara-negara Uni Eropa yaitu, Roundantable on Sustainable Palm Oil (RSPO), kampanye negatif dari individu di Perancis, dan gerakan yang dilakukan oleh Non Goverment Operations (NGO) terkait kelapa sawit.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Hadin adalah di mana dalam hal ini kita sama-sama membahas dan menjelaskan tentang kebijakan Indonesia terhadap komoditas kelapa sawit demi kelangsungan hidup komoditas tersebut di Indonesia serta untuk menghadapi kampanye-kampanye negatif tentang kelapa sawit Indonesia di dunia internasional.

(30)

Sedangkan yang membedakan antara tulisan Hadin dengan skripsi ini adalah ruang lingkup analisa dan tahun dari kasus penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah mengenai diplomasi Indonesia dalam memperkenalkan Indonesian Sustainble Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018. Sedangkan tulisan Hadin menganalisis tentang pembentukan sebuah wadah yang dibuat bagi produsen kelapa sawit, yaitu CPOPC pada tahun 2015.

Literatur selanjutnya merupakan jurnal yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Indonesia Pasca Keluar dari Rountable and Sustainable Palm Oil (RSPO)” tahun 2015, merupakan tulisan dari Yoan Angelika, mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.

Jurnal tersebut merupakan jurnal terbitan Universitas RIAU, yaitu Jurnal FISIP Volume 2 No. 2. Okober 2015. Pada tulisan tersebut, Yoan menjelaskan dan membahas kebijakan pemerintah Indonesia pasca memilih keluar dari Roundtable and Sustainable Palm Oil (RSPO).

Dalam tulisan Yoan tersebut dijelaskan pihak Indonesia sebagai negara pengekspor dan memiliki komoditas kelapa sawit terbesar di dunia, menilai sebagai sebuah rezim internasional RSPO dianggap memiliki banyak nilai merah.

Nilai merah tersebut diantaranya adalah :

A. Ketimpangan kekuatan di RSPO tidak menjadi pertimbangan. Meja RSPO dibayangkan flat, sehingga diasumsikan diskusi berlangsung fair yang dilakukan oleh semua stakeholder minyak sawit. Pada kenyataanya tidaklah demikian, the ‘world’ is not flat.

(31)

B. LSM lingkungan dan sosial yang terlibat di RSPO terlalu

“Enviromentalist’’ yaitu masalah lingkungan hanya menjadi persoalan bagi kaum aktivis lingkungan, justru masalah yang berkaitan erat dengan ketidakadilan sosial tidak dipandang. Akibatnya kampanye orangutan, gajah, harimau, dan hewan lainnya lebih mengemuka daripada kampanye terhadap kemiskinan dan kelaparan yang dialami masyarakat lokal dan buruh perkebunan sawit itu sendiri.

C. Tujuh kali Roundtable Meetings (RTM) masih seputar penguatan lembaga, penerimaan dan pengesahan anggota baru, penetapan prinsip, kriteria, dan indikator, serta sertifikasi. Sementara percepatan penghancuran hutan terus terjadi di lapangan belum ada contoh yang bisa ditunjukkan selain hanya bermain kepada kesepakatan-kesepakatan tanpa implementasi.

D. Isu yang melibatkan petani kecil di RSPO merupakan topik krusial.

Namun, belum ada defenisi dan ukuran yang jelas tentang petani kecil perkebunan sawit. Sementara, keterlibatan mereka dalam diskusi, lobi- lobi, dan negosiasi yang memerlukan keahlian adalah seperti mimpi dan tidk mungkin terjadi, baik dari segi kapasitas sumber daya dan pembiayaan.

Selain itu, Yoan juga menjelaskan tentang kebijakan luar negeri Indonesia pasca keluar dari RSPO, yaitu dengan membentuk Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan perkebunan yang lebih berkelanjutan (sustainable) yang disesuaikan dengan berbagai peraturan

(32)

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan adanya Pengaturan ISPO, diharapkan agar seluruh pelaku usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia mampu meningkatkan kepedulian atas pentingnya memproduksi kelapa sawit berkelanjutan yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan daya saing minyak kelapa sawit Indonesia di pasar dunia.

Perbedaan tulisan Yoan dengan penelitian ini adalah Yoan lebih fokus kepada penjabaran serta menjelaskan tentang RSPO serta kekurangan dan masalah di dalamnya serta menjelaskan ISPO sebagai solusi. Yoan juga menjelaskan ISPO sebagai salah satu langkah Indonesia menghadapi tantangan di bidang kelapa sawit Indonesia. Sedangkan dalam penelitian ini lebih berfokus kepada diplomasi dan upaya Indonesia dalam memperkenalkan ISPO tersebut.

E. Kerangka Konseptual

Ilmu Hubungan Internasional (HI) memiliki teori-teori ataupun pendekatan yang membentuk cara pandang mengenai sebuah kasus ataupun peristiwa, khususnya di lingkup hubungan internasional. Pendekatan tersebut mempermudah kita agar bisa menganalisis suatu fenomena tersebut lebih terstruktur dan lebih terarah. Berdasarkan judul penelitian Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016- 2018, maka penelitian ini akan dianalisis menggunakan tiga kerangka konseptual dalam hubungan internasional, yaitu konsep kepentingan nasional, diplomasi ekonomi dan konsep sustainable development.

(33)

1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest)

Dalam menganalisis kepentingan diplomasi Indonesia dalam upaya memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016-2018 menggunakan konsep kepentingan nasional. Kepentingan nasional sangat penting untuk menjelaskan, dan mendeskripsikan, serta memahami perilaku suatu negara. Kepentingan nasional dianggap merupakan dasar dari suatu negara untuk mrnjelaskan perilakunya yang terkait dengan kebijakan luar negeri.

Kepentingan nasional merupakan hal yang dikedepankan oleh suatu negara dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan luar negerinya. Menurut Donald Nuechterlein, menurutnya kepentingan nasional dapat dijelaskan kedalam empat kategori,yaitu, defence interest, economic interest, world order interest dan ideological interest, yang dijelaskan sebagai berikut ;22

a. Defence Interest (Kepentingan Pertahanan)

Kepentingan nasional di bidang pertahanan adalah kepentingan suatu negara untuk melindungi kedaulatan dan masayarakatnya dari ancaman serangan negara lain, baik itu langsung atau tidak langsung.

b. Economic Interest (Kepentingan ekonomi)

Kepentingan nasional ekonomi adalah dimana ekonomi dan memperkuat keadaan ekonomi, agar roda perekonomian di suatu negara terus berjalan

22Donald E Nuechterlein, 1976, “National interest and Foreign Policy : A Conceptual Framework for Analysis and Decision Making”, British Journal Of Onternational Studies, VOL.2, No.

3 October edition, Hal 251.

(34)

merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam menjalankan kebijakannya.

c. World Order Interest (Kepentingan bidang tatananan internasional) Sistem ekonomi dan politik internasional saling berhubungan satu sama lain yang dimana pada prakteknya setiap negara juga berusaha untuk mempengaruhi satu sama lain. Kepentingan nasional dalam bidang tatanan internasional hingga saat ini masih dipengaruhi oleh negara- negara maju, sehinga negara yang tidak memiliki pengaruh pada tatanan internasional menyesuaikan kepentingan nasional mereka dengan negara yang berkuasa. Bagi suatu negara jika bisa menguasai kepentingan pada tatanan internasional tersebut, maka secara tidak langsung akan

mengangkat bergaining position negara tersebut.

d. Ideological Interest (Kepentingan Ideologi)

Ideologi adalah pedoman yang dianut oleh setiap negara. Setiap negara memiliki ideoogi yang dianut berbeda dengan negara lainnya, dan setiap negara menerapkan kebijakan luar negerinya berdasarkan ideologi yang dianutnya.

Selain itu, Nuechterlein juga merumuskan intensitas kepentingan (Intensity of Interest) ke dalam empat kategori besar, yaitu survival, vital, major, dan peripheral. Yang dijelaskan sebagai berikut :23

23Donald E Nuechterlein, 1976, “National interest and Foreign Policy : A Conceptual Framework for Analysis and Decision Making”, British Journal Of Onternational Studies, VOL.2, No.

3 October edition, Hal 251.

(35)

1. Intensitas kepentingan tingkatan pertama, survival atau kritis, adalah sesuatu hal yang bagi negara tidak dapat dikompromikan lagi.

2. Tingkatan kedua dari intensitas kepentingan adalah vital atau berbahaya. Intensitas berbahaya adalah keadaan dimana suatu keadaan lingkungan yang dapat membahayakan negara yang hanya dapat dihilangkan atau ditanggulangi melalui pengambilan tindakan- tindakan yang keras, termasuk penggunaan kekuatan militer.

3. Tingkatan ketiga yaitu major atau serius. Intensitas serius adalah ketika situasi berkembang sedemikian rupa sehingga memberikan pengaruh kuat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan ideologi negara secara keseluruhan. Dalam mengatasi situasi ini, negara dapat melakukan negosiasi dengan negara yang terlibat.

Sebagian besar permasalahan dalam lingkup hubungan internasional, khususnya ekonomi, dikategorikan ke dalam tingkatan serius.

4. Tingkatan terakhir adalah peripheral atau mengganggu. Intensitas mengganggu adalah dimana situasi lingkungan nasional tidak terpengaruh oleh lingkungan internasional.

(36)

Dari keempat kepentingan yang sudah dijelaskan tersebut, terdapat suatu cara untuk menganalisis tingkatan intensitas kepentingan nasional suatu negara,

Tabel I.1 Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan Kepentingan Nasional

Country X ISSUE Y

Basic Interest Intensity of Interest

Involved Survival Vital Major Peripheral

Defence Economic World Order Ideological

Sumber : Donald E. Nuechterlein

Berdasarkan tabel penentuan intensitas kepentingan nasional suatu negara di atas, maka suatu negara dapat memilih faktor dan aspek mana yang menjadi prioritas utama dalam kepentingan nasionalnya. Sehingga suatu negara dapat memfokuskan diri terhadap aspek dan faktor yang paling penting, dan dianggap sejalan dengan kepentingan nasionalnya.

2. Konsep Diplomasi Ekonomi

Selain menggunakan konsep kepentingan nasional, penelitian ini juga menggunakan konsep Diplomasi Ekonomi. Diplomasi ekonomi adalah penggunaan hubungan pemerintah dan pengaruh pemerintah untuk meningkatkan

(37)

perdagangan serta investasi di dunia internasional.24 Diplomasi Ekonomi dikatakan menggunakan jalan politik untuk memberi pengaruh dalam negosiasi internasional dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ekonomi kawasan nasional, dan menggunakan cara-cara ekonomi untuk meningkatkan stabilitas politik di suatu negara.25

Guna mencapai tujuan Diplomasi Ekonomi dalam meningkatkan perdagangan internasional dan investasi, negara harus fokus pada empat aktivitas utama. Keempat aktivitas tersebut, yakni, promosi perdagangan, membuat kesepakatan dagang, pembahasan isu perdagangan multilateral, serta promosi penanaman modal asing.26 Ruang lingkup Diplomasi Ekonomi terbatas pada segala kebijakan yang berhubungan dengan produksi, perpindahan atau pertukaran barang, jasa, investasi, uang, informasi, dan regulasinya.27

Dalam The New Economic Diplomacy, terdapat lima pemain utama Diplomasi Ekonomi.28

Di antaranya adalah:

1. Perwakilan resmi pemerintah (diplomat resmi) ; 2. Menteri atau kepala pemerintahan ;

3. Anggota legislatif ;

24.J.V. Moons dan Remco de Boer, Economic Diplomacy, Product Characteristics and the Level of Development, (paper online), (The Hague), diakses melalui

https://www.etsg.org/ETSG2014/Papers/105.pdf; Diakses 06 Februari 2020, hal. 3 25d‟Hooghe, China’s Public Diplomacy, Hal. 36.

26P. M. Erza Kilian, “Pemerintah Daerah dalam Diplomasi Ekonomi Indonesia: Studi Kasus pada Diplomasi Komersial Jawa Timur”, Jurnal Ilmiah Transformasi Global, Vol. 2 No.2: Hal. 24.

27Nicholas Bayne dan Stephen Woolcock, 2017, “The New Economy Diplomacy DecicionMaking and Negotiation in International Relations”, New York: Routledge, Hal.4.

28Bayne dan Woolcock, “The New Economy Diplomacy”, Hal.61.

(38)

4. Regulator otonom (Bank Sentral) ;

5. Perusahaan Komersial, NGO, dan aktor privat

Seluruh langkah dalam upaya diplomasi ini juga digunakan sebagai strategi Indonesia dalam meningkatkan nilai perdagangan internasionalnya di sektor kelapa sawit. Tentunya juga dalam aktivitas diplomasi memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), setiap langkah dalam aktivitas diplomasinya tidak luput dari komponen-komponen ekonomi. Terlebih, kelapa sawit adalah komoditas penting bagi perekonomian Indonesia.

3. Konsep Sustainable Development

Konsep selanjutnya, selain menggunakan konsep kepentingan nasional, dan konsep diplomasi ekonomi, penelitian ini juga menggunakan konsep sustainable development atau pembangunan berkelanjutan.

Menurut Emil Salim, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. 29

Sedangkan menurut Kementerian Lingkungan Hidup RI (KLHRI), pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria

29Askar Jaya, 2004, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, Program S3 Institut Pertanian Bogor, Hal 2.

(39)

yaitu : (1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; (2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; (3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource.30

Dalam lingkup global, sustainable development atau pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang hadir akibat terjadinya permasalahan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia dan dirasakan pada saat itu. Permasalahan yang dimaksud adalah meningkatnya keprihatinan terhadap eksploitasi sumber daya alam (SDA) demi pembangunan ekonomi dengan megorbankan kualitas lingkungan. Dengan semakin menguatnya keprihatinan ini, dibentuklah suatu badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diberi nama United nations World Commissiom on Environtment and Development (UNWCED).31

Pembentukan badan ini dimaksudkan untuk membahas lebih jauh mengenai pembangunan berkelanjutan. Dalam “Our Common Future”yang dipublikasikan oleh WCED pada tahun 1987. Dalam WCED, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

30Askar Jaya, 2004, “Konsep Pembangunan Berkelanjutan”, Program S3 Institut Pertanian Bogor, Hal 2.

31Wina Sumiati, 2018, “Upaya Southeast Asian Ministers of Education (SEAMEO) Dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Poin 4.2 Periode 2017-201”8, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, hal 25.

(40)

saat ini tanpa harus mengorbankan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.32

Dari pengertian tersebut, tersirat pesan agar proses pembangunan berkelanjutan dapat tercapai, tidak hanya hak generasi sekatang saja yang perlu dipenuhi kebutuhannya tetapi juga generasi mendatang, termasuk didlamnya perihal perolehan sumber daya alam. Hal ini lah kemudian yang menjadi konsep penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan ISPO adalah salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam tata kelola kelapa sawit yang berorientasi pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, konsep sustainable development sangat tepat untuk dijadikan sebagai alat analisis dalam skripsi ini guna untuk mempermudah mengetahui kepentingan Indonesia dalam upaya memperkenalkan ISPO sebagai komitmen kelapa sawit berkelanjutan Indonesia.

F. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian merupakan rencana atau gambaran dari suatu kegiatan yang disusun secra sistematis dan terperinci dengan pada akhirnya akan diikuti dengan realisasi kegiatan itu sendiri.33 Selain itu, menurut Sugiyono, metode

32 World Commissionon Environtment and Development, “Our common Future”, Diakses pada 24 Agustus 2020 melalui www.un-documents.net/our-common-future.pdf.

33 “Defenisi Metodologi penelitian”, diakses melalui https://idtesis.com/metode-penelitian2.

(41)

penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu.34

Pada Penelitian skripsi yang berjudul “Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016- 2018” adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Secara umum, penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna seubjektifitas lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan atau digunakan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Menurut Strauss dan Corbin, pengertian dari penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan beragam penemuan yang tidak dapat dicapai dan diperoleh menggunakan data statistik, seperti layaknya penelitian kuantitatif, sehingga penelitian dengan menggunakan metode kuaitatif ini jauh lebih ditekankan pada penjelasan lebih mendalam terhadap objek penelitiannya.35 Di dalam penelitian kualitatif ada lima jenis metode yang lazim digunakan, yaitu observasi terlihat, analisis percakapan, analisis wacana, analisis isi, dan analisis data ethnografis.36

34Sugiyono, 2009, “Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif dan R & D”, Penerbit Alfabeta.

Bandung, hal 15.

35Anselm Strauss, Corbin J, 2003, “Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif”, Pustaka Pelajar : Yogyakarta hal 39.

(42)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah studi kepustakaan (library research) berupa data sekunder, yaitu, berasal dari buku, jurnal, surat kabar, maupun bahan bacaan internet (online) yang bersinggungan dan terkait dengan topik penelitian yang diteliti. Data yang diperoleh tersebut selanjutnya akan diolah berdasarkan topik penelitian dalam skripsi ini. Lalu dianalisis dengan menggunakan kerangka konseptual sesuai dengan topik penelitian skripsi ini, sehingga hasil analisisnya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan pada penelitian skripsi ini.

Selain itu, untuk menambah wawasan serta melengkapi skripsi ini juga menggunakan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara. Dalam hal ini, narasumber yang diwawancarai kompeten mengenai isu ataupun permasalahan penelitian ini, sehingga hasil wawancara tersebut bisa menjadi bahan atau referensi dalam melakukan penelitian dan dipadukan dengan bahan-bahan yang sudah dikumpulkan dari sumber lainnya.

Pengumpulan data primer diperoleh langsung dengan melakukan wawancara, yakni penulis melakukan wawancara dengan pihak yang dianggap kompeten terkait isu yang diangkat. Wawancara dilakukan secara daring by email dengan Direktur Eksekutif dari Lembaga Penelitian Palm Oil Agribussiness Strategic Policy Intitute (PASPI), Dr. Ir. Tungkot Sipayung (selanjutnya disebut Sipayung). PASPI adalah sebuah lembaga penelitian yang berfokus kepada analisis isu-isu strategis terkait bidang kelapa sawit.

(43)

Hal yang membuat Sipayung sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah terkait dengan pengalamannya. Ia pernah menduduki jabatan-jabatan strategis di dalam maupun luar negeri, ia juga seorang profesional yang berpengalaman luas pada tiga bidang, yakni, akademik atau peneliti yang berkaitan dengan pertanian dan kelapa sawit, birokrat atau pemerintahan dan bidang dunia usaha. Di bidang pemerintahan, Sipayung pernah menjabat sebagai Asisten Khusus Menteri Pertanian Bidang Pembangunan Agribisnis periode 2000- 2004, Anggota Delegasi Pemerintah RI pada World Agriculture Forum St. Louis Missouri USA pada tahun 2002, dan pada World Food Summit, FAO, Rome tahun 2002, Koordinator Pengembangan Kawasan Agropolitan Sumatera Utara pada periode 2002-2005, serta Penasehat Ekonomi beberapa Pemerintah Provinsi atau Kabupaten.

Di bidang usaha, Sipayung pernah menjadi Dewan Komisaris PT Petrokimia Kayaku Gresik periode 2002-2007, Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) periode 2008-2013, Ketua Komite Pemantau Manajemen Risiko dan GCG Dewan Komisaris PTPN IV periode 2008-2013, Ketua Advokasi dan Kebijakan Persawitan GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Pusat sejak tahun 2011, Founder dan Direktur Eksekutif PASPI sejak 2013. Pengalaman Sipayung tersebut membuatnya sebagai orang yang tepat untuk dijadikan narasumber dalam penelitian yang berjudul “Kepentingan Diplomasi Indonesia dalam Upaya Memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) Periode 2016-2018”.

(44)

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari pernyataan masalah yang membahas secara umum tentang topik penelitian. Pembahasan tersebut juga meliputi tentang pertanyaan penelitian, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini ditulis, tinjauan pustaka yang menjadi refrensi pada tulisan ini, kerangka konseptual untuk menganalisis permasalahan yang diteliti, metode penelitian, serta sistematika penulisan dari penelitian ini.

BAB II DIPLOMASI SAWIT INDONESIA SEBELUM ISPO SERTA TANTANGAN DAN TANTANGAN KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT

Pada Bab II ini berisi penjelasan dan gambaran umum mengenai pembentukan diplomasi sawit ini sebelum keluarnya kebijakan Indonesian Sustainale Palm Oil (ISPO), serta pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai isu dan tantangan keberlanjutan yang dihadapi terutama dari pihak luar.

BAB III INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) DAN UPAYA DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM MENGENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016-2018

Pada Bab III membahas tentang gambaran umum Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), serta kebijakan-kebijakan dan langkah-langkah diplomasi, serta kerjasama yang dilakukan Indonesia dalam memperkenalkan kebijakan kelapa sawit berkelanjutan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) pada periode 2016-2018.

(45)

BAB IV KEPENTINGAN DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DALAM UPAYA MEMPERKENALKAN INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO) PERIODE 2016-2018

Pada Bab IV ini akan membahas tentang jawaban dari pertanyaan peneltitan

“Mengapa Indonesia melakukan diplomasi dalam mengenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) periode 2016- 2018 ?”Bab ini akan menjelaskan alasan kepentingn Indonesia dalam melakukan diplomasi dalam memperkenalkan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

BAB V KESIMPULAN

Pada bab terakhir ini akan berisi tentang kesimpulan yang menjelaskan jawaban terhadap hasil penelitian ini.

(46)

BAB II

DIPLOMASI SAWIT INDONESIA DAN TANTANGAN KEBERLANJUTAN KELAPA SAWIT INDONESIA

A. Diplomasi Sawit Indonesia sebelum hadirnya ISPO

1. Bergabung dengan Roundatable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Roundtable

on Sustanaible Oil (RSPO) adalah lembaga sertifikasi yang

dikeluarkan oleh negara-negara Uni Eropa. RSPO didirikan pada tahun 2004 sebagai respon untuk menanggapi masalah-masalah sosial dan lingkungan di negara-negara produsen kelapa sawit. Inisiatif yang bersifat sukarela ini diprakarsai oleh pihak industri dan masyarakat sipil dan bertujuan untuk mempromosikan produksi dan penggunaan minyak sawit berkelanjutan. 37

Alasan diterbitkannya sertifikasi RSPO ini adalah sebagai bentuk pencegahan dari akan terjadinya kerusakan lingkungan hutan hujan tropis yang merupakan dampak dari kegiatan menebang serta membakar hutan yang berpotensi dilakukan produsen kelapa sawit.38 Nilai-nilai yang ada di dalam RSPO adalah bersumber dari yang terdapat pada Millenium Development Goals (MDGs) yang menjelaskan tentang

37https://rspo.org/about, diakses pada 16 Oktober 2019.

38https://rspo.org/about, diakses pada 16 Oktober 2019.

Gambar

Tabel I.1.  Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan
Gambar III. 1. Produksi Minyak Sawit Indonesia Dan Malaysia terhadap Produksi  Minyak Sawit Dunia1965-2016 (%)...................................................................
Tabel I.1 Cara Penentuan Intensitas Suatu Negara terkait Penentuan  Kepentingan Nasional
Gambar III.1. Produksi Minyak Sawit Indonesia dan  Malaysia terhadap Produksi Minyak Sawit Dunia Periode
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kinerja pegawai dan beberapa faktor yang

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai

Pada tugas akhir motor BLDC akan digunakan sebagai sebagai mesin penggerak dari mobil listrik, motor BLDC ini sudah menyatu dengan roda sehingga tidak diperlukan mekanik

Hasil validasi yang diberikan oleh ahli media terhadap draf pengembangan modul dan CD cara pembelajaran jilid 1 melalui angket tertutup diperoleh skor 61 dari 70, persentasenya

satu sasaran strategis dalam IKU dengan capaian target berupa meningkatnya Jumlah Peserta KB Aktif merupakan hasil tugas pokok fungsi BKKBN Prov Kaltim, tahun

Hasil penelitian dan pembahasan tentang ”Peningkatan Penguasaan Materi Kependudukan melalui Model Jigsaw pada Peserta Didik Kelas VIII F di SMP Negeri 3 Teras Boyolali Semester

Jika pada penelitian Maharani merespon dari sisi Indonesia untuk masuk kembali kepasar Uni Eropa berupa penetapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan

Sehubungan itu, kajian ini cuba menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan agihan pendapatan di kawasan transmigrasi dan kawasan bukan