• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA MEMBUAT PENILAIAN FORMATIF DENGAN JOTFORM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "CARA MEMBUAT PENILAIAN FORMATIF DENGAN JOTFORM "

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS) BERBANTUAN APLIKASI JOTFORM PADA MATERI

PERBANDINGAN KELAS VII

SKRIPSI

OLEH

RAHMI EKAWATI NIM A1C218068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI JANUARI, 2022

(2)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN FORMATIF BERUPA TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)

BERBANTUAN APLIKASI JOTFORM PADA MATERI PERBANDINGAN KELAS VII

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH

RAHMI EKAWATI NIM A1C218068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI JANUARI, 2022

(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

Al-Insyirah 94:5-6

Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua dan saudaraku tersayang yang telah mendukungku dan memberikan semangat selama ini. Semoga dengan selesainya skripsi ini dan kuliahku dapat memotivasi saudaraku dan membanggakan kedua orangtuaku. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada Ibu D r . Dra.

Mujahidawati, M.Si selaku pembimbing I, Bapak Drs. Gugun M.

Simatupang, M.Si selaku pembimbing II, serta seluruh dewan penguji yang telah membimbing saya menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(7)

i

berupa tes berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing: (1) Dr. Dra. Mujahidawati, M.Si. (2) Drs. Gugun M. Simatupang, M.Si.

Kata kunci: instrumen penilaian formatif, higher order thinking skill, Jotform Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis HOTS menggunakan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII, (2) Menganalisis kualitas instrumen formatif berbasis HOTS yang dikembangkan.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan menggunakan model ADDIE (analysis, design, development,implementation, dan evaluation).

Pada tahap analysis dilakukan melalui wawancara terhadap salah satu guru kelas VII di SMP Negeri 6 Kota Jambi. Selanjutnya, tahap development dilakukan dengan memberikan lembar validasi produk kepada ahli materi dan ahli bahasa untuk mengetahui saran atau perbaikan produk sebelum diujicobakan. Setelah melalui dua tahap validasi oleh masing-masing validator, dilakukan tahap implementation. Uji coba lapangan dilakukan kepada siswa kelas VII-B di SMP Negeri 6 Kota Jambi. Melalui hasil analisis data respon dari guru dan siswa sehingga diketahui kepraktisan penggunaan produk pada kegiatan penilaian.

Hasil penelitian pengembangan adalah instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan. Kualitas produk dilihat dari kriteria kevalidan memenuhi kriteria kevalidan berdasarkan validasi oleh validator materi yaitu diperoleh skor 26 persentase 81% kategori validitas sangat tinggi, validasi oleh validator bahasa diperoleh skor 23 persentase 82% kategori validitas sangat tinggi, dan validasi oleh validator angket respon siswa dan guru diperoleh skor 33 persentase 83% kategori kevalidan sangat tinggi. Kriteria kepraktisan berdasarkan penilaian oleh guru dan siswa menggunakan angket respon guru dan angket respon siswa maka diperoleh skor respons guru yaitu 34 dengan persentase 94,8%

dan kategori sangat praktis, sedangkan persentase rata-rata kepraktisan produk berdasarkan respons siswa sebesar 80,7% dengan kategori sangat praktis. Kriteria keefektifan berdasarkan hasil pengerjaan penilaian formatif berupa tes berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan sebesar 19,4% dengan kriteria “sangat baik”, sebesar 38,9% dengan kriteria “baik”, sebesar 27,8% dengan kriteria “cukup”, sebesar 13,9% dengan kriteria “kurang”, serta tidak ada siswa kelas VII-B yang kemampuan berpikir tingkat tingginya sangat kurang, maka dari itu instrumen penilaian formatif berupa tes yang dikembangkan sudah efektif.

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat, Hidayah, dan kesempatan sehingga penulis diberi kesempatan, kesehatan, kekuatan, dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Formatif Berupa Tes Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Berbantuan Jotform pada materi perbandingan kelas VII”. Tak lupa shalawat beriring salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Selaku ushwatun hasanah bagi umatnya yang senantiasa diharapkan syafaatnya di dunia dan akhirat kelak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Mujahidawati, M.Si. selaku pembimbing 1 yang dengan kesabaran, dan keikhlasannya telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini. Begitu juga dengan Bapak Drs. Gugun M. Simatupang, M.Si. selaku pembimbing 2 yang dengan ketelitian, kesabaran, dan semangat telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT. tetap memberikan yang terbaik untuk beliau.

Ibu Feri Tiona Pasaribu, S.Pd., M.Pd., Ibu Dra. Sofnidar, M.Si., serta Ibu Ranisa Junita, S.Pd., M.Pd. terima kasih atas saran dan kritikan yang telah diberikan dalam seminar proposal dan ujian skripsi demi menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Untuk dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi yang telah membagi ilmunya, penulis sampaikan rasa terima kasih yang dalam. Semoga semuanya menjadi amal ibadah yang baik. Tidak lupa pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Wakil Dekan Bidang Akademik Ibu Delita Sartika, S.S., MA., Ph.D., serta Dekan FKIP Universitas Jambi Bapak Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd., M.Sc. yang selalu memberikan kemudahan dan pengarahan kepada mahasiswanya, terutama dalam proses perizinan penelitian dan pengesahan ini.

Secara khusus kepada kedua orang tua tercinta yang tiada hentinya mendoakan dan memberi perhatian untuk kesuksesan, penulis sampaikan terima kasih yang sangat mendalam. Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada saudara tercinta yaitu Rafi, Uni Dian, Salsa, Puput, Kia yang selalu mendukung dan menyemangati penulis. Kemudian kepada teman-teman tercinta yaitu Nadya, Ditya, Ira, Dyah, Goldea, Bang Josua, Nadia, Dear, Ramadhani, Frisca, April, Yunia, Hafshah, dan Farrel yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan terakhir teman sekelas R-002 angkatan 2018 yang telah menjadi tempat bagi penulis untuk berbagi keluh kesah, serta seluruh mahasiswa Pendidikan Matematika angkatan 2018. Semoga mendapatkan imbalan dari Yang Maha Kuasa dan telah memperkuat keyakinan penulis bahwa tanpa mereka penulis tidak akan berhasil dan mencapai semua ini.

Jambi, 18 Desember 2022

Penulis

(9)

iii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 8

1.3 Tujuan Pengembangan 8

1.4 Spesifikasi Pengembangan 8

1.5 Pentingnya Pengembangan 9

1.6 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 10

1.7 Definisi Istilah 10

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 12

2.1.1 Konsep Penilaian 12

2.1.2 Instrumen Penilaian 14

2.1.3 Penilaian Formatif 17

2.1.4 Higher Order Thinking Skill 21

2.1.5 Aplikasi Jotform 24

2.1.6 Perbandingan 28

2.1.7 Kriteria Kualitas Suatu Produk 33

2.1.8 Penelitian yang Relevan 34

2.2 Kerangka berpikir 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan 37

3.2 Prosedur Pengembangan 38

3.2.1 Tahap Analysis 38

3.2.2 Tahap Design 40

3.2.3 Tahap Development 45

3.2.4 Tahap Implementation dan Evaluation in Field Trial 46

3.3 Subjek Uji Coba 47

3.4 Jenis Data dan Sumber Data 47

3.5 Instrumen Pengumpulan Data 47

3.5.1 Kriteria Valid 48

3.5.2 Kriteria Praktis 49

3.5.3 Kriteria Efektif 50

3.6 Teknik Analisis Data 51

3.6.1 Teknik Analisis Lembar Validasi Materi 51 3.6.2 Teknik Analisis Lembar Validasi Bahasa 52 3.6.3 Teknik Analisis Data Respon Guru 53 3.6.4 Teknik Analisis Data Respon Siswa 53

3.6.5 Validitas Item Soal 55

(10)

iv

3.6.6 Reliabilitas 56

3.6.7 Uji Tingkat Kesukaran 57

3.6.8 Teknik Analisis Data Hasil Pengerjaan Instrumen Penilaian Formatif Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Oleh Siswa 58

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengembangan 59

4.1.1 Tahap Analysis 59

4.1.2 Tahap Design 61

4.1.3 Tahap Development 65

4.1.4 Tahap Implementation dan evaluation in Field Trial 66 4.1.5 Analisis Data Hasil Uji Coba 67

4.2 Pembahasan 70

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan 75

5.2 Implikasi 76

5.3 Saran 76

DAFTAR RUJUKAN 78

LAMPIRAN 82

(11)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tabel Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif 18 2.2 Tabel Aspek, Bentuk, dan Instrumen Penilaian Formatif 19

2.3 Tabel Dimensi Proses Berpikir 22

2.4 Tabel Perbandingan Senilai 30

2.5 Tabel Jumlah dan Harga Pulpen 30

2.6 Tabel Perbandingan Berbalik Nilai 32

2.7 Nilai x dan y dari Persamaan 32

3.1 Storyboard Produk Yang Akan Dikembangkan 42

3.2 Instrumen Pengumpulan Data 48

3.3 Kisi-kisi Lembar Validasi Materi Oleh Ahli 48 3.4 Kisi-kisi Lembar Validasi Bahasa Oleh Ahli 49

3.5 Kisi-kisi Angket Respon Guru 49

3.6 Kisi-kisi Angket Respon Siswa 50

3.7 Kisi-kisi Soal Evaluasi 50

3.8 Skor Skala Likert Lembar Materi Soal Oleh Ahli 51 3.9 Rentang Skor Interval Lembar Validasi Materi Oleh Ahli 52 3.10 Skor Skala Likert Lembar Validasi Bahasa Oleh Ahli 52 3.11 Rentang Skor Interval Lembar Validasi Bahasa Oleh Ahli 53

3.12 Skor Skala Likert Angket Respon Guru 54

3.13 Rentang Skor Interval Angket Respon Guru 54

3.14 Skor Skala Likert Angket Respon Siswa 55

3.15 Rentang Skor Interval Angket Respon Siswa 55 3.16 Kriteria Koefisien Reliabilitas (r11) 57

3.17 Kriteria Indeks Kesukaran 58

3.18 Kategori Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi 58 4.1 Pengembangan Instrumen Penilaian Formatif Berbasis Higher Order

Thinking Skill (HOTS) Berbantuan Aplikasi Jotform Pada Materi

Perbandingan 62

4.2 Hasil Respon Siswa 67

4.3 Validitas Butir Soal 68

4.4 Tingkat Kesukaran Butir Soal 69

(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Tampilan Utama Jotform 24

2.2 Tampilan Pendaftaran Akun Jotform 25

2.3 Langkah Awal Membuat Kuis 25

2.4 Halaman Pembuatan Kuis 25

2.5 Halaman Tata Letak 26

2.6 Halaman Pertama Pembuatan Kuis 26

2.7 Pilihan Soal Dalam Jotform 27

2.8 Tombol Menambah Halaman Baru 27

2.9 Halaman Publikasi 28

2.10 Contoh Grafik Perbandingan Senilai 31

2.11 Contoh Grafik Perbandingan Berbalik Nilai 33

2.12 Kerangka Berpikir 36

3.1 Tahapan Pengembangan ADDIE …..………..… 37 3.2 Tahapan Uji Coba Produk Instrumen Penilaian Formatif Berbasis

HOTS Pada Materi Perbandingan 46

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Observasi di SMPN 6 Kota Jambi 82 2. Surat Izin Penelitian di SMPN 6 Kota Jambi 83 3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian SMPN 6 Kota Jambi 84 4. Hasil Wawancara Bersama Guru Matematika Kelas VII di SMPN 6 Kota

Jambi 85

5. Hasil Wawancara Bersama Siswa Kelas VII-B di SMPN 6 Kota Jambi 87

6. Lembar Validasi Materi Tahap I 90

7. Lembar Validasi Bahasa Tahap I 93

8. Lembar Validasi Materi Tahap II 96

9. Lembar Validasi Bahasa Tahap II 99

10. Lembar Validasi Angket Respon Guru 102

11. Lembar Validasi Angket Respon Siswa 105

12. Hasil Penilaian Validasi Materi, Bahasa, dan Angket Tahap I dan II

oleh Validator 108

13. Angket Respon Guru 109

14. Hasil Perhitungan Respon Guru 112

15. Angket Respon Siswa 113

16. Hasil Perhitungan Respon Siswa 115

17. Hasil Penilaian Formatif Siswa 117

18. Hasil Rata-Rata Penilaian Formatif Siswa dan Persentase Keefektifan

Instrumen Penilaian 122

19. Hasil Perhitungan Validitas Dan Reliabilitas Menggunakan SPSS

Statistic 21 124

20. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Dan Daya Pembeda Instrumen Penilaian Formatif Berbasis Hots Berbantuan Jotform Pada Materi

Perbandingan Kelas VII 126

21. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian 128

22. Produk Akhir Instrumen Penilaian Formatif Berupa Tes Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) Berbantuan Aplikasi Jotform

Pada Materi Perbandingan Kelas VII 129

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah 1.1

Sistem Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 57 menyebutkan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi pendidikan dilakukan terhadap siswa, lembaga, dan program pendidikan jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Kurikulum pendidikan selalu memiliki pengaruh terhadap kegiatan pembelajaran serta standar penilaian pendidikan. Pendidikan di Indonesia saat ini menggunakan kurikulum 2013 revisi. Kurikulum 2013 revisi ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2013 sebelum revisi. Kurikulum sebagai program pendidikan yang disediakan untuk dipelajari siswa. Dengan program tersebut, siswa melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan perilaku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat pengukur kemampuan siswa sedangkan bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengajar siswa. Dengan demikian, kurikulum dapat memberikan tolak ukur yang jelas bagi guru tentang proses pengajaran serta materi yang harus diberikan kepada siswa.

Selanjutnya, fungsi kurikulum bagi siswa adalah bagian dari acuan pembelajaran.

Dengan adanya kurikulum, siswa mengetahui materi apa saja yang perlu dipelajari.

(15)

Menurut Widana (2017:1), terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 revisi 2017 dirancang dengan berbagai penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut meliputi perubahan standar isi yang mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi siswa dan diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Perbaikan lain juga telah dilakukan pada standar penilaian, dengan adaptasi bertahap dari model penilaian standar internasional. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.

Berdasarkan hasil survei dari Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, Indonesia menempati peringkat 75 dari 80 negara, atau urutan 6 dari bawah. Artinya, prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mahthematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai siswa Indonesia masih di bawah rata-rata negara-negara yang termasuk dalam organisasi kerja sama dan pembangunan ekonomi atau Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Berdasarkan data, rata-rata sains negara OECD adalah 489. Sedangkan Indonesia baru mencapai skor 396. Untuk matematika, rata-rata negara OECD 489, namun skor Indonesia hanya 379. Sementara dalam membaca, skor rata-rata Indonesia baru 371. Padahal, rata-rata OECD adalah 487. Menurut Fanani (2018:58), hasil studi PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena siswa di Indonesia kurang terlatih dalam

(16)

3

menyelesaikan soal-soal kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi, dan kreativitas dalam menyelesaikannya, dimana soal-soal tersebut merupakan karakteristik soal-soal dalam penilaian internasional untuk pengetahuan matematika dan sains atau Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas (Hanifah, 2019:1). Oleh karena itu, agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, proses pembelajaran juga memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Kegiatan pembelajaran dapat mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Wibawa dan Agustina (2019) yaitu dengan menerapkan pembelajaran HOTS membuat siswa untuk berpikir secara kritis dalam menerima informasi menjadi lebih cepat, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi yang kompleks.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah untuk ditransfer daripada sekadar menghafal materi sehingga siswa dengan pemahaman konsep akan memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk memecahkan masalah baru dalam situasi yang berbeda. (Amin et al., 2018:1143)

Revisi terbaru dari kurikulum 2013 yang berlaku berfokus pada peningkatan dua bagian utama dari kurikulum, yaitu standar isi dan standar penilaian. Standar isi dirancang agar siswa mampu berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional dengan mengurangi materi yang tidak relevan dan mendalam serta

(17)

memperluas materi yang relevan bagi siswa, sedangkan standar penilaian dilakukan dengan mengadaptasi model penilaian berstandar internasional secara bertahap yakni penilaian hasil belajar berfokus pada Higher Order Thinking Skills (HOTS). Kurikulum 2013 revisi menuntut siswa harus mampu berpikir tingkat tinggi. Menurut Widana (2017:3), kemampuan berpikir yang tidak hanya sekadar recall (mengingat), restate (menyatakan kembali), atau recite (merujuk tanpa melakukan pengolahan). Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran untuk mengukur kemampuan; (1) transfer suatu konsep ke konsep lainnya, (2) menerapkan dan memproses suatu informasi, (3) mencari keterkaitan dari berbagai informasi, (4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan suatu masalah, dan (5) menelaah ide-ide secara kritis. Sejalan dengan itu, Higher Order Thinking Skills (HOTS) telah meliputi proses menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001), proses kognitif dibedakan menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah Lower Order Thinking Skill (LOTS). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan kemampuan mengingat (C1), memahami (C2) dan menerapkan (C3) sementara dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6).

Soal HOTS merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau merujuk tanpa memproses. Soal HOTS

(18)

5

dalam konteks penilaian mengukur kemampuan untuk: 1) mentransfer satu konsep ke konsep lain, 2) mengolah dan menerapkan informasi, 3) menemukan hubungan dari berbagai informasi yang berbeda, 4) menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, dan 5) menganalisis ide dan informasi secara kritis (Widana, 2017:3).

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru dan menjadi bagian terpenting adalah kemampuan membuat dan mengembangkan alat untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi merupakan kegiatan mengidentifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum dan dapat juga untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Cara untuk mengetahui apakah siswa sudah memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah dengan melakukan penilaian. Tujuan dari kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum dan apakah materi pelajaran yang diajarkan di kelas sudah sesuai untuk siswa.

Berdasarkan praktik pembelajaran di lapangan, pembelajaran dan penilaian HOTS bukanlah suatu hal yang mudah diimplementasikan oleh para guru. Guru harus mampu menguasai konsep dan strategi pembelajarannya. Harapannya guru dapat menarik respon siswa agar lebih kritis dan pembelajaran lebih kondusif.

Dengan demikian, kegiatan pembelajaran tidak lagi teacher centered melainkan student centered. (Yayuk et al., 2019)

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi matematika SMP Negeri 6 Kota Jambi kelas VII bahwa guru di sekolah tersebut belum menerapkan pengembangan soal HOTS, serta ketersediaan soal HOTS pada pembelajaran matematika sangat sedikit, khususnya pada materi

(19)

perbandingan, siswa cenderung kurang mampu dalam menganalisis dan memahami soal yang diberikan. Contohnya pada materi perbandingan berbalik nilai, dimana siswa kurang paham karena memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dibandingkan dengan pengertian serta konsep dasar tentang perbandingan akibat dari kurang terlatihnya berpikir tingkat tinggi siswa.

Di masa pandemi Covid-19, dunia pendidikan mengalami perubahan terhadap sistem pembelajaran dan evaluasi. Sistem pembelajaran dan evaluasi saat ini terbagi menjadi dua metode, yakni luring dan daring. Pembelajaran daring berarti pembelajaran yang dilakukan secara online, dengan menggunakan aplikasi pembelajaran dan jejaring sosial (Masrur, 2020:52). Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka, melainkan melalui platform media menggunakan akses internet. Selain daring, terdapat istilah luring yang juga dikenal sebagai penerapan sistem pembelajaran. Luring adalah akronim dari luar jaringan yang terputus dari jejaring komputer, atau bisa juga disebut dengan pembelajaran dalam sistem offline atau tatap muka.

Sistem pembelajaran daring telah dilaksanakan sejak 16 Maret 2020, pembelajaran daring ini merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar dan proses evaluasi tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat menciptakan alat evaluasi pembelajaran yang lebih efektif dan efisien sebagai inovasi dengan memanfaatkan media online.

Selanjutnya guru dituntut untuk dapat menerapkan teknologi dan aplikasi yang dapat mendukung pembelajaran tatap muka kepada para siswanya. Guru

(20)

7

harus memastikan kegiatan pembelajaran tetap berjalan, meskipun sebagian siswa harus berada di rumah. Pedoman perubahan model pengajaran sebagian daring dan sebagian luring ini menuntut guru untuk meningkatkan cara penilaian kepada para siswanya. Seperti penilaian berdasarkan Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi yang menerapkan pengolahan dapat meningkatkan kreativitas siswa. Penilaian berdasarkan HOTS dapat diterapkan dalam pembelajaran daring atau pun luring, selama guru menggunakan bantuan aplikasi yang dapat menunjang proses pembelajaran dan penilaian.

Berdasarkan pernyataan narasumber bahwa kurangnya pemahaman siswa terhadap materi perbandingan yang dikarenakan rendahnya kemampuan tingkat berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal. Maka solusi yang dapat disarankan dengan memberi soal HOTS guna melatih siswa dalam berpikir kritis dan dievaluasi melalui instrumen penilaian formatif. Adapun soal HOTS yang digunakan berupa soal uraian yang memiliki tipe soal menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5) menggunakan aplikasi Jotform pada materi perbandingan.

Jotform merupakan suatu aplikasi online yang memuat soal-soal tes. Hasil penelitian oleh Aji, dkk (2020) menunjukkan bahwa formulir daring Jotform dan Google Form dapat menjadi solusi bagi guru dalam melakukan asesmen kepada siswa. Karena selain mudah digunakan, banyak kelebihan-kelebihan yang ditawarkan salah satunya adalah data asesmen cepat diidentifikasi. Untuk mengaksesnya, diperlukan komputer/smartphone/laptop serta jaringan yang stabil.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menemukan ide untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian

(21)

Formatif Berupa Tes Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) Berbantuan Aplikasi Jotform Pada Materi Perbandingan Kelas VII”.

Rumusan Masalah 1.2

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis HOTS menggunakan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII?

2. Bagaimana kualitas instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis HOTS menggunakan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII?

Tujuan Pengembangan 1.3

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis HOTS menggunakan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII.

2. Menganalisis kualitas instrumen formatif berupa tes berbasis HOTS yang dikembangkan.

Spesifikasi Pengembangan 1.4

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan yaitu instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) menggunakan Jotform pada materi perbandingan SMP kelas VII.

(22)

9

2. Penilaian ini memerlukan sarana berupa smartphone serta jaringan internet di sekolah.

3. Instrumen penilaian formatif yang dibuat menggunakan Jotform berbentuk soal uraian dimana setiap butir soal akan diberi durasi untuk pengerjaannya.

4. Instrumen penilaian formatif dibuat dari salah satu materi yang ada pada mata pelajaran matematika yaitu perbandingan.

Pentingnya Pengembangan 1.5

Adapun pentingnya pengembangan dilihat secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

1.5.1 Secara Teoritis

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan kurikulum di tingkat SMP/MTs sederajat yang terus berkembang agar sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Sebagai referensi atau rujukan pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) menggunakan Jotform pada materi perbandingan kelas VII.

1.5.2 Secara Praktis

1. Bagi guru, dapat menjadi pertimbangan dalam membuat instrumen penilaian formatif yang lebih menarik dan inovatif.

2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat serta dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal.

(23)

3. Bagi peneliti, dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan tentang pengembangan instrumen penilaian berbantuan aplikasi Jotform serta dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan pada penelitian selanjutnya.

Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.6

1.6.1 Asumsi

Pengembangan instrumen formatif ini mempunyai beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Belum pernah dilakukan tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pelajaran matematika.

2. Produk tes yang dikembangkan berbentuk soal uraian dapat diasumsikan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

1.6.2 Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan pengembangan dalam instrumen tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi di SMP Negeri 6 Kota Jambi adalah sebagai berikut:

1. Instrumen tes dibatasi pada materi matematika untuk kelas VII dengan pokok bahasan perbandingan.

2. Bentuk tes yang digunakan adalah uraian.

Definisi Istilah 1.7

1. Pengembangan adalah suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

(24)

11

2. Instrumen penilaian formatif adalah alat yang digunakan untuk melakukan penilaian, yang dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung..

3. High Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berpikir yang mencakup pemikiran kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif.

4. Jotform adalah aplikasi online yang memungkinkan siapapun membuat formulir online custom secara cepat.

(25)

12 II BAB II KAJIAN TEORITIK

Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan 2.1

2.1.1 Konsep Penilaian

Menurut Amirono & Daryanto (2016: 6), penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi siswa. Sejalan dengan penilaian menurut Permendikbud No. 23 Tahun 2016 yaitu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.

Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru harus mengetahui sejauh mana siswa telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.

Menurut Anderson (2003: 150), penilaian ini harus memenuhi prinsip yaitu:

1. Bermakna (meaningfulness)

Siapapun yang berkepentingan terhadap hasil penilaian siswa dapat melihat makna dibalik hasil penilaian yang telah dilakukan.

2. Transparansi atau keterbukaan (explicitness)

Setiap pihak yang membutuhkan informasi hasil belajar siswa dapat mengetahui bagaimana guru melakukan kegiatan penilaian belajar siswa dan hasil penilaiannya.

(26)

13

3. Adil (fairness)

Setiap siswa memperoleh kesempatan yang sama di dalam sistem penilaian belajar yang dilakukan guru dan sekolah. Adil bukan berarti setiap siswa memperoleh nilai yang sama, tetapi memperoleh nilai yang seharusnya diperoleh sesuai dengan keterampilan belajar masing-masing siswa, serta memenuhi kriteria validitas (validity) dan reliabilitas (reliability).

Penilaian formatif memiliki dua cara untuk diimplementasikan, yaitu (1) penilaian formatif, yaitu penilaian yang digunakan untuk mendiagnosis kemampuan siswa yang telah menguasai kompetensi dan kekurangan (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik) sebelum diberikan instruksi. Upaya untuk mempersiapkan kesesuaian strategi instruksional yang akan digunakan; dan (2) penilaian sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan setelah instruksi diberikan untuk mengevaluasi prestasi siswa dan kualitas keseluruhan dari proses instruksional.

Menurut Wiwik, dkk (2019: 6), penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan yaitu:

a. Penilaian akhir pembelajaran (assessment of learning)

Penilaian ini merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir siswa menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu.

Setiap guru melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, yang berarti guru tersebut melakukan assessment of learning.

(27)

b. Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning)

Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar.

Pada penilaian ini, guru memberikan umpan balik terhadap proses belajar siswa, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Penilaian ini juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan performa siswa.

Penugasan, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh bentuk assessment for learning.

c. Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning).

Penilaian ini mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Siswa diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilaian bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning.

2.1.2 Instrumen Penilaian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data suatu dalam suatu penilaian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan dideskripsikan akan dilampirkan atau digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam suatu penelitian (Nisa dkk, 2018).

Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai pencapaian pembelajaran siswa (Amirono & Daryanto, 2016: 17). Instrumen penilaian dapat disebut dengan teknik penilaian yang meliputi tes dan non-tes. Tes merupakan alat

(28)

15

atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian, yang dapat berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada siswa untuk mendapatkan respons sesuai dengan petunjuk tersebut, dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Non-tes merupakan prosedur penilaian yang ditujukan untuk menilai hasil belajar dari aspek tingkah laku seperti menilai aspek afektif dan aspek keterampilan (psikomotorik) (Amirono & Daryanto, 2016:71).

Yang termasuk tes yakni esai, benar salah (true-false), menjodohkan (matching), tes jawaban pendek, dan tes pilihan ganda (Jannah & Pahlevi, 2020:

110). Adapun kelebihan dari tes uraian menurut Miller, dkk (2009) yaitu:

1. Tes uraian dapat digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih kompleks yang tidak dapat diukur oleh bentuk tes lainnya.

2. Tes uraian menekankan pada pengintegrasian dan pengaplikasian kemampuan berpikir dan pemecahan masalah.

3. Tes uraian dapat digunakan untuk mengukur kemampuan menulis.

4. Pembuatan konstruksi tes uraian lebih mudah dilakukan dibandingkan bentuk tes lainnya.

5. Penggunaan tes uraian dapat memberikan konstribusi terhadap proses belajar siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Jika menggunakan tes uraian, hal yang paling utama diperhatikan yaitu berkaitan dengan rubrik penskoran yang akan digunakan. Penskoran pada tes uraian tidak dapat terlepas dari faktor subjektivitas dari penilai. Untuk menghindari dan mengurangi subjektivitas tersebut, maka sebaiknya dihindari penggunaan rubrik penskoran yang sifatnya holistik. Dalam tes uraian matematika

(29)

penggunaan kriteria secara holistik dalam menilai jawaban siswa akan sangat rentan dengan hal-hal yang berkaitan dengan subjektivitas penilai. Kelemahan lain dari rubrik holistik yaitu kriteria yang digunakan bersifat umum dan berlaku untuk semua butir soal. Artinya semua butir soal dengan indikator yang berbeda akan dinilai menggunakan kriteria yang sama. Rubrik seperti ini tentu akan mengabaikan karakteristik dan tingkat kesulitan dari butir soal. Dengan demikian penggunaan rubrik holistik dalam mengukur HOTS siswa sebaiknya dihindari.

Salah satu bentuk rubrik yang dapat digunakan untuk menilai jawaban siswa dalam tes HOTS yaitu bentuk rubrik yang memperhatikan karakteristik dan tingkat kesulitan butir soal. Rubrik ini akan menerapkan kriteria yang berbeda untuk masing-masing soal, tergantung pada karakteristik dan tingkat kesulitan butir soal. Semakin tinggi tingkat kesulitan butir, maka akan semakin tinggi pula bobot soal tersebut. Rubrik penilaian ini akan menentukan kriteria masing-masing butir berdasarkan langkah-langkah dan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat rubrik penilaian ini yaitu menentukan jawaban ideal dari suatu butir, selanjutnya dari jawaban tersebut akan diberi skor untuk masing-masing langkah dan konsep yang diaplikasikan dalam penyelesaian soal.

Nitko dan Brookhart (2011: 217) menjelaskan bahwa dalam penskoran soal uraian perlu memperhatikan hal berikut:

1. Penggunaan rubrik penskoran, dimana sebuah rubrik penskoran dapat menjaga konsistensi dalam pemberian skor dan validitas penilaian soal uraian.

(30)

17

2. Penyekoran satu pertanyaan pada satu waktu, maksudnya jika terdapat lebih dari satu pertanyaan uraian, penyekoran dilakukan pada pertanyaan pertama terlebih dahulu untuk setiap lembar jawaban, sebelum lanjut ke pertanyaan berikutnya. Hal ini bertujuan unuk menjaga keseragaman dalam menerapkan standar-standar penskoran. Metode ini juga akan membuat korektor lebih familiar dengan pedoman penskoran untuk setiap pertanyaan. Keuntungannya yaitu untuk menghindarkan korektor dari carryover error.

3. Penyekoran fokus pada konten, tanpa melihat faktor-faktor lain seperti pengejaan, gaya tulisan, kerapian, dan penggunaan bahasa.

4. Penyekoran dilakukan tanpa memperhatikan nama.

5. Memberikan tanggapan/umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa, dimana umpan balik tersebut diberikan ketika korektor menilai jawaban siswa dengan menuliskannya di lembar jawaban.

6. Penyekoran dilakukan secara independen, yaitu korektor hendaknya bersikap objektif dan mengesampingkan kepentingan-kepentingan yang sifatnya subjektif.

2.1.3 Penilaian Formatif

Salah satu jenis penilaian yang dipakai adalah penilaian formatif. Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung untuk memberikan umpan balikan (feedback) bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui kelemahan- kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar siswa dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik (Sutikno, 2019: 46). Soal-soal penilaian

(31)

formatif ada yang mudah dan ada yang sukar, bergantung pada tugas-tugas belajar (learning tasks) dalam program pembelajaran yang akan dinilai.

Menurut Waruwu (2021: 167), penilaian formatif termasuk bagian dari langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif.

Adapun perbedaan antara penilaian formatif dan penilaian sumatif disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif

No. Penilaian Formatif Penilaian Sumatif

1. Dilakukan saat proses pembelajaran unit/bab/kompetensi tertentu berlangsung.

Dilakukan pada akhir pembelajaran unit/bab/kompetensi tertentu.

2. Bertujuan untuk mengetahui perkembangan penguasaan siswa terhadap unit/bab/kompetensi yang sedang dipelajari.

Bertujuan untuk mengetahui pencapaian belajar siswa dari pembelajaran yang sudah berakhir.

3. Hasil digunakan untuk dasar memperbaiki proses pembelajaran unit/bab/kompetensi yang sedang dipelajari (agar siswa mencapai penguasaan yang optimal).

Hasil merupakan bukti mengenai apa yang dikuasai oleh siswa.

4. Hasil penilaian formatif tidak dipakai dalam menentukan nilai rapor.

Hasil penilaian sumatif digunakan untuk menentukan nilai rapor, naik kelas atau tinggal kelas, dan lulus atau tidak lulus.

Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan siswa (Arifin, 2012:

35). Penilaian formaif tidak ditujukan untuk menentukan kelulusan siswa, melainkan merangsang siswa lebih rajin belajar, sekaligus mengetahui bagian- bagian manakah dari materi yang diajarkan kepadanya yang belum dapat dikuasai deng an baik, selanjutnya dilakukan perbaikan dan pengulangan dalam belajar (Waruwu, 2021: 169).

(32)

19

Penilaian formatif dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dalam satu kali tatap muka, penilaian formatif dapat dilakukan lebih dari satu kali. Sebagai contoh, pada awal pembelajaran dengan menggunakan teknik respon bersama (choral response) guru mengecek penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Di tengah pelajaran, guru mengecek pemahaman siswa terhadap apa yang sedang dipelajarinya hingga pertengahan jam pelajaran itu dengan teknik bertanya.

Selanjutnya, di akhir pelajaran guru menggunakan exit slips untuk mengecek penguasaan siswa terhadap kompetensi yang dipelajari hingga akhir pelajaran saat itu (Waruwu, 2021: 171). Teknik Pass Keluar (exit slips) adalah teknik untuk menilai pemahaman siswa atas materi yang diberikan baru saja berlangsung.

Informasi yang akan diolah guru berupa jawaban tertulis oleh siswa atas pertanyaan yang diberikan.

Menurut Waruwu (2021), aspek, teknik, dan instrumen penilaian formatif dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Aspek, Bentuk, dan Instrumen Penilaian Formatif

Aspek Bentuk Instrumen

(1) (2) (3)

Penilaian sikap 1. Observasi 2. Penilaian diri 3. Penilaian antar teman 4. Jurnal

Daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, catatan guru

Penilaian pengetahuan

Tes tulis Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

Tes lisan Daftat pertanyaan

Penugasan Pekerjaan rumah atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Penilaian keterampilan

1. Praktik 2. Proyek 3. Portofolio

Daftar cek yang disertai rubrik.

(33)

Penilaian formatif dilakukan melalui tahap-tahap menurut Waruwu (2021:

173) yaitu:

a. Pengumpulan informasi

Pada tahap ini, guru mengumpulkan bukti-bukti mengenai penguasaan materi/kompetensi yang dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik.

b. Pengolahan dan interpretasi informasi

Pada tahap ini, guru dengan cepat mengolah data penilaian yang telah diperoleh. Untuk dapat menginterpretasi informasi dengan baik, guru perlu memahami capaian kompetensi yang diharapkan dari setiap penilaian yang dilakukan. Guru perlu menetapkan pedoman penskoran dari setiap penilaian yang dilakukan. Pedoman penskoran mencakup gambaran tentang aspek yang diharapkan dapat diperoleh dari penilaian yang dilakukan dan kualitas capaian siswa dari hasil pengamatan. Pedoman penskoran pada penilaian formatif lebih fleksibel dan harus sudah dipahami secara langsung oleh guru sehingga guru tidak perlu memegang pedoman penskoran pada saat penilaian formatif dilakukan di kelas.

c. Pengambilan tindakan

Pada tahap ini, guru memberikan umpan balik yang mencakup pemberitahuan mengenai tingkat penguasaan siswa, materi mana yang sudah dikuasai atau belum, dan tindak lanjut pembelajarannya berikutnya.

a. Umpan balik

Penilaian formatif dilakukan agar guru memperoleh umpan balik (data/informasi) mengenai keefektifan pembelajaran yang mereka rancang dan laksanakan (assessment for learning) dan sebagai sarana bagi siswa untuk

(34)

21

melihat kemampuan dirinya (assessment as learning). Bagi guru, umpan balik merupakan data/informasi mengenai perkembangan penguasaan kompetensi siswanya. Umpan balik dapat berupa data/informasi mengenai kesenjangan antara penguasaan siswa sesungguhnya dengan penguasaan yang diharapkan dicapai.

2.1.4 Higher Order Thinking Skill

Menurut Intan et al. (2020: 6), Higher Order Thinking Skill (HOTS) ataupun keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan yang menunjang siswa untuk berpikir kritis, kreatif, analitis, serta mampu menyelesaikan suatu permasalahan. Serupa yang dikemukakan oleh Suwartini, Haryanto, Prihatni (2017: 165), Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan keterampilan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif serta berpikir kreatif yang membentuk keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tidak hanya itu, menurut Yuniar et al., (2015: 192), Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan kemampuan berpikir yang mengujikan pada tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya mengujikan pada aspek ingatan atau hapalan saja, namun menguji sampai pada aspek analisis, sintesis, dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa berpikir tingkat tinggi ialah keterampilan siswa dalam memahami suatu konsep, mengembangkan ide ataupun gagasan, dan dapat memecahkan permasalahan yang ada.

Tujuan utama dari kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam

(35)

menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki, serta membuat keputusan dalam situasi-siuasi yang kompleks (Saputra, 2016: 91-92).

Brookhart (2010: 34) mengemukakan bahwa manfaat penilaian HOTS adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi untuk belajar.

2. Meningkatkan pencapaian hasil belajar.

Taksonomi Bloom pada ranah kognitif ialah dasar untuk keahlian berpikir tingkat tinggi. Berikut dimensi proses berpikir yang digunakan untuk menganalisis Higher Order Thinking Skill (HOTS) menurut Anderson &

Krathwolh (2001: 66-68) disajikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel Dimensi Proses Berpikir

Menganalisis (Analyze)

Menspesifikasikan aspek-aspek/elemen

Kata kerja: membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji

Mengevaluasi (Evaluate)

Mengambil keputusan sendiri

Kata kerja: evaluasi, menilai, menyanggah, memutuskan, memilih, mendukung Mencipta

(Create)

Mengkreasi ide/gagasan sendiri

Kata kerja: Mengkonstruksi, desain, kreasi, mengembangkan, menulis, memformulasikan

Soal yang termasuk Higher Order Thinking Skill (HOTS) memiliki ciri- ciri menurut Wiwik, dkk (2019: 39):

1. Transfer satu konsep ke konsep lainnya;

2. Memproses dan menerapkan informasi;

3. Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda;

4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah;

(36)

23

5. Menelaah ide dan informasi secara kritis.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi bisa dilaksanakan pada proses pembelajaran di kelas (Subadar, 2017: 83). Yakni dengan melatih siswa untuk mengerjakan soal berkarakteristik HOTS (Budiman & Jailani, 2014: 141).

Menurut Aisah & Pahlevi (2020: 147), Seorang guru dalam melatih siswa mengerjakan soal berkarakteristik HOTS dapat mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS. Melalui pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS, maka dapat memajukan SDM di Indonesia.

Menurut Widana (2017: 3), karakteristik instrumen penilaian berbasis HOTS adalah:

1. Dapat mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi 2. Soal HOTS dibuat secara kontekstual

3. Menggunakan jenis soal yang bervariasi.

Adapun tahap-tahap penyusunan soal berbasis HOTS menurut Widana (2017: 17) adalah:

1. Melakukan analisis kompetensi dasar yang akan dibuat soal berbasis HOTS.

2. Membuat kisi-kisi soal

3. Menggunakan stimulus menarik dan bersifat kontekstual atau sesuai dengan kehidupan nyata

4. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal 5. Menyusun kunci jawaban soal

(37)

2.1.5 Aplikasi Jotform

Jotform adalah aplikasi pembuat formulir yang mudah digunakan dan berfitur lengkap dengan ratusan pola formulir siap pakai dan berbagai integrasi dengan pihak ketiga. Aplikasi ini dibuat oleh perusahaan formulir online yang berada di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Menurut Imawanty dan Fransiska (2019: 129), aplikasi ini sangat direkomendasikan untuk digunakan sebagai sarana pendukung agar penilaian dan evaluasi bimbingan dan konseling lebih optimal.

Gambar 2.1 Tampilan Utama Jotform

Untuk membuat kuis, pengguna harus membuat akun terlebih dahulu, pengguna bisa membuat akun Jotform dengan menggunakan akun Google atau Facebook yang telah ada.

Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat kuis pada website Jotform:

1. Kunjungi situs jotform.com melalui komputer atau smartphone.

2. Login dengan akun Jotform atau bisa daftar akun Jotform terlebih dahulu dengan menggunakan akun Google atau Facebook.

(38)

25

Gambar 2.2 Tampilan Pendaftaran Akun Jotform

3. Klik tombol “Buat Formulir”.

Gambar 2.3 Langkah Awal Membuat Kuis

4. Pilih “Mulai dari awal” atau pilihan lainnya dengan menggunakan template atau impor form yang sudah ada. Namun kali ini, kita pilih “Mulai dari awal”

Gambar 2.4 Halaman Pembuatan Kuis

5. Selanjutnya, kita pilih tata letak. Terdapat dua jenis yakni bentuk klasik dan formulir dan formulir kartu. Kita pilih “Bentuk klasik”.

(39)

Gambar 2.5 Halaman Tata Letak

6. Klik tombol “Tambah Elemen Formulir”. Pada laman ini fungsinya kita akan membuat nama dan kelas siswa yang akan menggunakan soal online.

7. Pada form “Teks Pertanyaan”, isi saja header dengan judul form yang dibuat.

Gambar 2.6 Halaman Pertama Pembuatan Kuis

8. Mulai membuat soal online dengan memilih “Teks” dan kemudian drag ke kanan.

9. Pilihan model soal dapat dipilih di tombol sebelah kiri. Untuk memilihnya, drag salah satu pilihan ke kanan. Kemudian untuk membuat soal berikutnya, ulangi lagi cara tersebut.

(40)

27

Gambar 2.7 Pilihan Soal Dalam Jotform

Pilihan soal atau pertanyaan yang akan dibuat bisa dalam bentuk jawaban singkat (short text), jawaban panjang (long text), esai (paragraph), dropdown, pilihan satu jawaban (single choice), pilihan ganda (multiple choice), isian nomor (number), gambar (image), upload file, captcha, dan spinner.

10. Spesifik menambah soal dengan klik teks “Tambah halaman baru disini”.

Ulangi langkah ini untuk membuat beberapa soal sesuai kebutuhan.

Gambar 2.8 Tombol Menambah Halaman Baru

11. Apabila sudah selesai dalam membuat soal, bagikan link soal kepada siswa agar bisa mengerjakan soal online yang telah dibuat dengan klik menu

“Publikasi” dan pilih “Tautan Langsung Dari Formulir Anda”. Klik “Salin Tautan” tersebut dan selesai.

(41)

Gambar 2.9 Halaman Publikasi

Menurut Afriansyah, dkk (2020:31), Jotform memiliki keunggulan sendiri dibandingkan aplikasi lainnya yaitu memiliki fitur kelengkapan presensi disertai tanda tangan dan tampilan yang menarik dan interaktif akan menarik perhatian siswa untuk mengisinya.

2.1.6 Perbandingan

Perbandingan dari dua besaran yang satuannya sama merupakan bentuk pecahan dari satu besaran ke besaran yang lain. Pecahan adalah penulisan lain dari pembagian dengan notasi “ ” untuk membedakan dengan notasi pembagian, notasi untuk rasio digunakan notasi “:”.

Untuk penulisan, perbandingan berbeda satuan, satuannya harus disamakan terlebih dahulu. Ada beberapa aturan untuk mengoperasikan perbandingan yaitu:

Perbandingan (rasio) a terhadap b adalah pecahan 𝑎

𝑏 yang ditulis sebagai a : b

(42)

29

1. Nilai perbandingan (rasio) tidak akan berubah jika setiap besaran (bentuk) dikalikan atau dibagi dengan bilangan bukan nol yang sama.

2. Nilai perbandingan (rasio) tidak akan berubah, jika setiap besaran (bentuk) ditambah dengan bilangan positif yang sama.

Perhatikan contoh dan penyelesaiannya berikut.

Siswa di SMP Nusa Indah diminta untuk mengisi survei tentang kesukaannya membaca berita melalui media online atau media cetak. Dari 150 siswa, 100 siswa memilih media online dan 50 siswa memilih media cetak. Perbandingan (rasio) banyak siswa yang memilih media online terhadap jumlah siswa yang diwawancarai adalah?

Penyelesaian :

atau 2 : 3 atau 2 banding 3.

Rasio 2 dari 3 menyatakan bahwa 2 dari setiap 3 siswa yang diwawancarai lebih memilih membaca berita melalui media online.

Rasio banyak siswa yang memilih media online terhadap media cetak ditunjukkan sebagai berikut.

atau 2 : 1 atau 2 banding 1.

Rasio 2 dari 1 menyatakan bahwa untuk setiap 2 siswa yang memilih membaca berita melalui media online, terdapat 1 siswa yang memilih media cetak untuk membaca berita.

2.1.6.1 Perbandingan Senilai

Jika dua besaran selalu mempunyai rasio yang sama dalam setiap keadaan, maka kesua besaran itu disebut berbanding langsung atau terdapat perbandingan senilai. Perbandingan senilai ditandai atau dicirikan dengan kedua besaran itu

(43)

akan berkurang atau bertambah secara bersamaan pada setiap perubahan, seperti berikut.

1. Bentuk tabel

Jika A dan B mempunyai perbandingan senilai, maka:

Tabel 2.4 Tabel Perbandingan Senilai

Besaran A Besaran B

x1 y1

x2 y2

Berlaku Contoh:

Tabel 2.5 Jumlah dan Harga Pulpen

Harga Pulpen

Satuan Harga

1 buah Rp. 3000,00 2 buah Rp. 6.000,00 3 buah Rp. 9.000,00

2. Bentuk Grafik

Pada perbandingan senilai, nilai suatu barang akan naik/turun sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan. Grafik perbandingan senilai berupa garis lurus, y = kx.

(44)

31

Gambar 2.10 Contoh Grafik Perbandingan Senilai

3. Bentuk persamaan

Bentuk persamaan dari perbandingan senilai pada umumnya berbentuk y = kx atau y = mx + c atau

2.1.6.2 Perbandingan pada Peta atau Model

Dalam peta/gambar/model, kita mengetahui istilah skala, ukuran pada gambar, dan ukuran sebenarnya. Skala adalah perbandingan antara jarak pada gambar dengan jarak sebenarnya. Biasanya, skala dapat ditemukan pada peta.

Skala ditulis dengan awalan “ 1 : …. “ . Contohnya skala 1 : 1.000.000, artinya 1 cm pada peta mewakili jarak 1.000.000 cm atau 10 km pada keadaan sebenarnya.

Rumus skala sebagai berikut:

Pada gambar berskala selalu berlaku hal berikut:

1. Mengubah ukuran tetapi tidak mengubah bentuk.

2. Ukuran dapat diperbesar atau diperkecil.

(45)

2.1.6.3 Perbandingan Berbalik Nilai

Jika dua besaran selalu mempunyai hasil kali rasio yang sama dengan satu dalam setiap keadaan, maka kedua besaran itu dalam keadaan perbandingan berbalik nilai, secara ditulis sebagai berikut.

Ilustrasi dari persamaan , ditulis dengan untuk x dan y bilangan bulat. Perbandingan berbalik nilai dapat disajikan dalam bentuk tabel dan bentuk grafik.

1. Bentuk tabel

Jika A dan B mempunyai perbandingan senilai, maka:

Tabel 2.6 Tabel Perbandingan Berbalik Nilai

Besaran A Besaran B

x1 y1

x2 y2

Berlaku

Contoh:

Tabel 2.7 Nilai x dan y dari Persamaan

x 1 3

y 3 1

(x, y) (1, 3) (3, 1) 𝑥 1

𝑦 𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 𝑦 𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑦 𝑘 𝑥

(46)

33

2. Bentuk grafik

Pada perbandingan berbalik nilai jika salah satu besaran dinaikkan, besaran lain justru turun. Dan begitu juga sebaliknya. Bentuk grafik dari perbandingan berbalik nilai berupa kurva lengkung.

Gambar 2.11 Contoh Grafik Perbandingan Berbalik Nilai

2.1.7 Kriteria Kualitas Suatu Produk

Kriteria kualitas suatu produk yang dikembangkan mengacu pada kriteria Nieveen yaitu valid, praktis, dan efektif. Menurut Nieveen (1999:126), kualitas produk, pendesainan, pengembangan dan pengevaluasian program harus memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

1. Kevalidan

Suatu produk harus didasarkan pada materi atau pengetahuan (validitas isi) dan semua komponen harus secara konsisten dihubungkan satu sama lain (validasi konstruk). Dalam penelitian ini, kevalidan suatu instrumen penilaian formatif yang dikembangkan dilihat dari hasil lembar penilaian oleh validator materi dan bahasa.

(47)

2. Kepraktisan

Nieveen (1999:126) mengatakan suatu produk dikatakan praktis jika guru dan siswa mempertimbangkan produk tersebut mudah digunakan. Apabila terdapat kekonsistenan antara kurikulum dan proses pembelajaran, maka produk dapat dikatakan praktis. Dalam penelitian ini, kepraktisan suatu instrumen penilaian formatif yang dikembangkan dilihat dari hasil angket respon guru dan siswa.

3. Keefektifan

Suatu produk dikatakan efektif apabila siswa berhasil dalam proses pembelajaran dan terdapat kekonsistenan antara kurikulum, pengalaman belajar siswa dan pencapaian proses pembelajaran. Nieveen mengukur tingkat keefektifan dilihat dari hasil belajar atau kemampuan siswa setelah belajar.

2.1.8 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan yang penting adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Imawanty dan Andi (2019) dengan penelitian “Optimalisasi Asesmen Evaluasi Bimbingan Konseling dengan Memanfaatkan Aplikasi Formulir Daring Jotform”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ini sangat direkomendasikan untuk digunakan sebagai sarana pendukung agar penilaian dan evaluasi bimbingan dan konseling lebih optimal.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wibawa dan Agustina (2019) dengan penelitian yang berjudul “Peran Pendidikan Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Tingkat SMP di Era Society 5.0 Sebagai Penentu Kemajuan Bangsa Indonesia”. Menurut hasil penelitian, dengan menerapkan pembelajaran HOTS membuat siswa untuk berpikir secara

(48)

35

kritis dalam menerima informasi menjadi lebih cepat, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi yang kompleks.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aji, dkk (2020) dengan penelitian yang berjudul “Pengembangan Asesmen Berbasis Teknologi untuk Keberlangsungan BK ditengah Pandemi Covid-19”. Dalam penelitiannya, mereka mengatakan bahwa formulir daring Jotform dan Google Form dapat menjadi solusi bagi guru dalam melakukan asesmen kepada siswa.

Karena selain mudah digunakan, banyak kelebihan-kelebihan yang ditawarkan salah satunya adalah data asesmen cepat diidentifikasi.

Kerangka Berpikir 2.2

Kurikulum pendidikan selalu memiliki pengaruh terhadap kegiatan pembelajaran serta standar penilaian pendidikan. Kurikulum 2013 revisi menuntut siswa untuk mampu memprediksi, merancang, dan memperkirakan (Putri &

Dwijayanti, 2020:986). Sejalan dengan itu, Higher Order Thinking Skills (HOTS) telah meliputi proses menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas (Hanifah, 2019:1). Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi matematika SMP Negeri 6 Kota Jambi kelas VII bahwa guru di sekolah tersebut belum menerapkan pengembangan soal HOTS, serta ketersediaan soal HOTS pada pembelajaran matematika sangat sedikit, khususnya pada materi perbandingan, sehingga siswa cenderung kurang mampu dalam menganalisis dan memahami soal yang diberikan. Selain itu, guru harus memastikan kegiatan pembelajaran dan proses evaluasi tetap berjalan, meskipun siswa harus berada di

(49)

rumah. Sehingga diperlukan instrumen penilaian formatif berupa tes berbasis HOTS berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII. Peneliti mengembangkan instrumen penilaian formatif berupa tes sesuai dengan model pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation).

Setelah dilakukan pengembangan, maka selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Data kevalidan diperoleh dari validasi ahli. Untuk kepraktisan diperoleh dari respon guru dan siswa. Dan data kepraktisan diperoleh dari penilaian hasil pengerjaan siswa dan analisis butir soal Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Berpikir

Belum diterapkan pengembangan instrumen penilaian formatif berbentuk tes untuk melatih HOTS pada materi perbandingan.

Mengembangkan penilaian formatif untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII

Melakukan langkah-langkah pengembangan dari model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation)

Dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan dengan analisis kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan

Instrumen penilaian formatif berbantuan aplikasi Jotform pada materi perbandingan kelas VII yang telah memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan maka dapat

digunakan

(50)

37 III BAB III

METODE PENELITIAN

Model Pengembangan 3.1

Penelitian ini menggunakan tahapan Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation atau yang dikenal denagan metode ADDIE.

ADDIE merupakan kerangka kerja yang runtut dan sistematis dalam mengorganisasikan rangkaian kegiatan penelitian desain dan pengembangan.

Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.

ADDIE is merely a process that serves a guiding framework for complex situations, it is appropriate for developing educational products and other learning resources (Branch, 2009). Tahapan model ini ditunjukkan oleh gambar 3.1

Gambar 3.1 Tahapan Pengembangan ADDIE

(Sumber: Branch (2009) Instructional Design: The ADDIE Approach) Analyze

Develop

Evaluate Design

Implement

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke 60, Lembaga Administrasi Negara mengundang para penulis untuk

Guru diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran dan teknik penilaian untuk mengukur kompetensi keterampilan abad ke-21 yang mengarah pada peningkatan

Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) menghasilkan desain instrumen penilaian hasil belajar fisika berorientasi HOTS, 2) mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar

us I masih ada kekurangan yaitu belum mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, membangkitkan minat siswa untuk belajar, tidak sesuai dengan alokasi waktu

Kutipan tersebut memiliki arti bahwa setiap tenaga kerja akan semakin besar beban pekerjaannya (output) ketika tenaga kerja lain yang tidak bekerja harus keluar dari

Setelah menyelesaikan materi kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang Pengertian Hukum, Tujuan dan Sumber Hukum, Kodifikasi, Norma dan Hukum Ekonomi dalam kehidupan

Dari tabel 2 tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa hasil telaah dari 5 soal higher order thinking skill (HOTS) dengan menggunakan teknik penilaian uraian rata-rata 58 dengan

Untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa tentang bahan ajar Matematika Berbasis Higher Order Of Thinking Skill (HOTS) Berbantuan Media Karpinkas Materi Statistika di