• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI JUJUR DAN AMANAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING PADA SISWA KELAS VII SMPN 5 SELAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI JUJUR DAN AMANAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING PADA SISWA KELAS VII SMPN 5 SELAT."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

781

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI JUJUR DAN AMANAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING

PADA SISWA KELAS VII SMPN 5 SELAT.

NANI HERLINA

Email : linaherlina pai@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apakah metode pembelajaran Learning by Doing dapat meningkatkan Prestasi belajar pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ? (b) Bagaimanakah metode pembelajaran Learning By Doing dalam meningkatkan Prestasi belajar Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran learning by doing terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya pembelajaran learning by doing.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu:

perencanaan, kegiatan dan pengamatan, dan refleksi,. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VII. Data yang diperoleh berupa hasil tes akhir pelajaran, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Dari hasil analis didapatkan bahwa Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I (68%), siklus II (86%).

Simpulan dari penelitian ini adalah metode learning by doing dapat berpengaruh positif terhadap prestasi belajar Siswa kelas VII, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam

(2)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

782 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pendidikan pengembangan kurikulum dan model pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini terkait dengan orientasi pembelajaran dari waktu terus berkembang. Apalagi di zaman sekarang ini semuanya harus dituntut melakukan perubahan tak terkecuali didunia pendidikan, agar pendidikan kita dapat bersaing dengan negara-negara tetangga. Keperluan pembelajaran yang menerapkan model kekinian dan berorientasi pada pembelajaran untuk kehidupan sangatlah diperlukan. Oleh karena itu para praktisi pendidikan selalu mengevaluasi masalah kurikulum ini.

Proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah dalam setiap kurikulumnya menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi, namun dengan berjalannya seiring waktu tentu saja model pembelajaran selalu berkembang menuju yang lebih baik dan sesuai degan kemajuan zaman. Untuk menemukan model yang tepat guna memberikan ilmu kepada peserta didiknya.

Selama ini kebanyakan pembelajaran yang digunakan masih bersifat teacher learning, dimana guru yang menjadi pusat pembelajaran dan anak hanya ditempatkan sebagai pendengar, objek dan pasif sehingga eksplorasi yang akan dilakukan anak sangat terbatas bahkan tidak akan muncul. Tentu saja hal ini akan menghambat proses perkembangan belajar dan kreativitas anak dan akan berpengaruh pada hasil belajar nya di sekolah.

Kecerdasan dan kreativitas sangat penting dan memiliki kaitan yang erat walaupun tidak mutlak. Orang yang kreatif dapat dipastikan ia orang cerdas, namun tidak selalu orang yang cerdas pasti kreatif. Lahirnya sebuah kreativitas membutuhkan lebih dari sebuah kecerdasan. Kreativitas merupakan salah satu ciri perilaku yang menunjukkan perilaku intellegent atau cerdas, namun kreativitas dan intelegensi tidak selalu menunjukkan korelasi yang memuaskan.

Sebab skor IQ (Intellegence Quotient) yang rendah memang selalu diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula, namun skor IQ yang tinggi ternyata tidak selalu dibarengi oleh tingkat kreativitas yang tinggi pula.

Sebuah model atau metode pembelajaran yang diterapkan pada proses belajar mengajar di sekolah sangat menentukan dalam membangun kreativitas anak yang akan berpengaruh pada keterampilannya yang lain. Model pembelajaran seharusnya dapat memberikan waktu yang lebih untuk siswa melakukan kegiatan seperti berdiskusi, melakukan drama, memainkan berbagai

(3)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

783

macam alat musik dan memeragakan tarian maupun gerakan sehingga dalam kegiatan-kegiatan semacam itu memberikan sarana untuk memenuhi kebutuh sosial, emosional, intelektual, fisik dan perkembangan kreatif yang akan meningkatkan rasa percaya diri dalam diri siswa sehingga dalam pembelajaran yang diikuti siswa dapat termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran yang terapkan agar tidak membosankan dibutuhkan inovasi yang kreatif dan menggunakan suatu metode yang baik untuk menarik minat peserta didik. (Daniarti dan Minsih:2018) menyebutkan peran guru dalam pengelolaan kelas inovatif sangat komplek yaitu menjadi pengelola kelas atau pengelola pengajaran guru juga berperan sebagai fasilitator, motivator, demonstrator, mediator, dan evaluator. Intinya adalah bagaimana peran guru selalu berusaha supaya siswa bisa semangat, senang dan aktif dalam proses belajar menagajar. Apabila seorang siswa dalam proses belajar mampu berperan secara aktif sudah dapat dikatakan suatu pembelajaran tersebut berhasil serta fokus pada materi yang disampaikan pada guru. Pendidik pun perlu menentukan model yang sesuai dengan kondisi dilapangan sehingga penerapannya sesuai karakteristik kelas.

Pengalaman peneliti sendiri dari hasil pembelajaran yang dilakukan selama ini menggunakan cara lama yaitu dengan menggunakan model ceramah kemudian siswa mengerjakan soal, peneliti merasa banyak sekali kekurangan terdapat diproses pembelajaran tersebut. Misalnya ada beberapa siswa ketika proses pembelajaran berlangsung tidak memerhatikan guru menyampaikan materi, siswa sibuk dengan bermain sendiri dengan teman sebangku, mengobrol, bahkan duduk di bawah meja bermain dengan temannya, bahkan ketika guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal di buku terdapat beberapa siswa yang tidak mau mengerjakan. Pembelajaran seperti ini akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, membosankan bahkan akan mematikan aktivitas dan kreativitas siswa dikelas yang akan berpengaru pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat terjadi akibat dari beberapa faktor, menurut Zulaikha & Minsih (2017) mengatakan problematika tersebut meliputi penyusunan RPP yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan, penerapan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang kurang variatif, guru jarang menggunakan media/alat peraga yang sesuai dengan karakteristik siswa.

Hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap siswa jika terus dibiarkan, penggunaan model yang tidak inovatif dan kreatif membuat siswa seringkali bosan dan tidak mempunyai motivasi pada saat proses belajar dikelas.

Keberlangsungan proses belajar dapat dipengaruhi pada pemilihan model

(4)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

784

pembelajaran yang inovatif serta kreatif. Suatu model pembelajaran juga dapat mendorong rasa perhatian anak pada materi yang disampaikan, sehingga siswa memerhatikan guru dan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Pola pengajaran guru berkaitan erat dengan pilihan metode, jika bahan pelajaran disajkan secara menarik besar kemungkinan motivasi belajar siswa akan meningkat. Pemilihan metode yang salah akan menghambat pencapaian tujuan pembelajaran (Djamarah, 2010). Sesuai yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa model adalah acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Keterkaitan dengan pembelajaran sesuai dengan ungkapan (Ngalim Purwanto 2011) dalam Psikologi Pendidikan yang mengutip pendapat Morgan dalam bukunya mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Metode yang dimaksud didasarkan pada model pembelajaran yang dipakai, model pembelajaran dalam hal ini diartikan sebagai acuan proses perubahan tingkah laku yang dihasilkan melalui pengalaman. (John Dewey 1997) juga mengatakan bahwa pendidikan adalah pengembangan dari dalam dan merupakan pembentukan dari luar, sehingga pengalaman-pengalaman seorang anak juga sangat penting pembentukan pribadi seorang anak.

Model pembelajaran ini dipelopori oleh John Dewey, konsep belajar melalui melakukan, menjadi asas seluruh pengajaran John Dewey dan pertama kali diterapkan di AS pada tahun 1859 yaitu suatu pandangan pendidikan pragmatis berdasarkan dua alasan penting. Pertama, merupakan suatu takdir Tuhan bahwa anak adalah makhluk aktif. Kedua, melalui bekerja anak disiapkan untuk kehidupan pada masa depan. (Mappiare, 2006) Pembelajaran dengan model yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan pada suatu pembelajan anak bisa berperilaku secara aktif dan anak juga dapat dilibatkan secara langsung pada proses belajar dan mengajar. Alternatif yang dapat dilakukan guru pada permasalahan diatas bisa diatasi dengan penerapan model yang baik serta tepat yakni menggunakan suatu model yang disebut learning by doing yang mempunyai arti suatu cara yang dapat digunakan dalam pengajaran kepada siswa agar dapat lebih mengerti dan paham atas suatu materi yang diajarkan.

Siswa diajarkan untuk melakukan secara langsung, melihatnya, mendengar suatu bunyi dan dapat merasakannya secara nyata, atau disisi lain disebut mempraktekkannya. Agar anak dapat benar-benar paham sarana yang mendukung pada model pembelajaran tersebut bisa berupa suatu alat media, buku, audio visual, lapangan olahraga, media pembelajaran, dan berbagai fasilitas penunjang pendidikan yang lain.

Model pembelajaran learning by doing merupakan model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dikelas. Pembelajaran

(5)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

785

dengan model pembelajaran learning by doing ini siswa lebih ditekankan untuk berinteraksi langsung dengan objek yang dipelajarinya atau dengan kata lain belajar sambil melakukan. model learning by doing ini pada dasarnya merupakan model yang lebih menekankan pada melakukan percobaan secara langsung daripada sekedar membaca atau menghafal buku. Menggunakan model ini siswa akan mendapatkan lebih banyak informasi jika mereka melakukan apa yang mereka dengar, baca, dan tuliskan. Inilah merupakan kosep dari learning by doing. Teori tersebut menyatakan bahwa jumlah presentase yang didapat akan sangat bergantung dari keterlibatan dalam proses pembelajaran (Stephen, 2011). Suatu kegiatan belajar dengan melakukan tindakan secara nyata harus direncanakan dahulu dan mengatur waktu saat berkegiatan. Yang perlu ditekankan pada model ini yaitu kegiatannya lebih condong untuk melakukan demonstrasi, review, dan drill. Dengan cara demikian dapat menstimulus siswa untuk memiliki pengetahuan pengalaman situasi dan kondisi yang suatu saat nanti akan dijalani pada dunia kerja.

Siswa dapat berkesempatan untuk bisa terlibat secara langsung dengan adanya model learning by doing yang menekankan pada pengalaman siswa secara langsung. Materi yang disampaikan guru dapat diserap dengan baik kepada audience dengan baik. Anak tidak hanya sekedar tahu materi pada pelajaran tetapi siswa sampai pada tingkat paham serta keaktifan siswa dapat meningkat karena keaktifan siswa ini berpengaruh positif terhadap prestasi belajar, apabila siswa mempunyai keaktifan 5 belajar yang tinggi maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang dicapai (Khofifah & Minsih, 2016). Model pembelajaran learning by doing ini bermanfaat dalam memupuk motivasi belajar pada anak karena dalam model ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta manarik minat siswa dalam mengikuti jalannya pelajaran. Dengan bantuan media, sarana dan prasarana serta model pembelajaran yang inovatif yang disiapkan oleh guru akan mendukung kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa akan berperan secara aktif mengikuti kegiatan dan dapat mengeksplor pengetahuan dan kreatifitas siswa dengan cara melakukan materi pembelajaran secara nyata atau praktek di lingkungan sekolah.

Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dalam pembelajaran dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru serta proses belajar yang dapat diikuti oleh seluruh siswa dengan aktif. Sehingga guru dituntut untuk terus melakukan inovasi dan mengembangan model serta strategi belajar yang menyenangkan bagi siswa agar tidak merasa bosan. Guru diharapkan untuk menghidupkan proses pembelajaran agar mendorong siswa untuk berperan aktif dapat mengembangan rasa ingin tahu, kreatifitas dan pengetahuan yang

(6)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

786

dimiliki sehingga membantu dalam meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa (Djamarah, 2011). Dengan penggunaan model learning by doing ini diharapkan siswa dapat memahami materi yang disampaikan, menarik untuk mengikuti segala kegiatan yang dilakukan bersama guru di kelas serta lebih aktif dalam mengembangan kreatifitas anak. Pada model ini siswa tidak hanya dituntut untuk menghafalkan materi tetapi siswa juga melakukan kegiatan secara nyata atau langsung atau dapat disebut dengan praktek. Jadi siswa mendapatkan lebih dari sekedar tahu tetapi siswa mampu memahami pengetahuan dengan pengalaman yang dimiliki sehingga materi tersebut lebih memudahkan siswa dalam mengetahui suatu materi pembelajaran. Diharapkan dengan model pembelajaran learning by doing ini siswa mampu berpikir kritis, kreatif, serta inovatif sehingga pemahaman akan materi dapat dipahami dengan baik, dengan begitu hasil belajar siswa diharapkan mampu dapat meningkat dan siswa juga memiliki keaktifan belajar dikelas dengan menggunakan model tersebut. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka penulis dalam penelitian ini berinisiatif mengambil Judul :” MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PAI MATERI JUJUR DAN AMANAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING PADA SISWA KELAS VII SMPN 5 SELAT

METODOLOGI PENELITIAN

PTK dapat membantu dalam pengembangan kompetensi guru dalam penyelesaikan masalah. Dalam PTK pembelajaran mencakup kualitas isi, fisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, serta peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru (Prendergast, 2002).

Lewin (dalam Prendergast, 2002:2) secara tegas menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Sementara itu, Calhoun dan Glanz (dalam Prendergast, 2002:2) menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah. Disamping itu, Prendergast (2002:3) juga menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa.

Cole dan Knowles (Prendergast (2002:3-4) menyatakan bahwa, penelitian tindakan kelas dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi,

(7)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

787

efleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal. Pernyataan Knowles tersebut juga didukung oleh Noffke (Prendergast (2002:5), bahwa penelitian tindakan kelas dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru.

Whitehead (1993) menyatakan, bahwa penelitian tindakan kelas dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.

HASIL PENELITIAN

Supaya dalam penelitian ini, Penulis mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka cara yang digunakan adalah model siklus. Adapun pelaksanaan dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini terdapat beberapa hal yang harus di persiapkan yaitu menetapkan jumlah siklus penelitian, menetapkan waktu penelitian, menetapkan materi pelajaran yang akan disajikan, dan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), meminta bantuan Seseorang Guru (teman sejawat) untuk menjadi observer, yaitu Chintia Anggraini, S.Pd, membuat lembaran observasi, dan menyusun alat evaluasi (tes formatif)

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 September Tahun 2022 di Kelas VII jumlah siswa 29 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun proses kegiatan pada pertemuan pertama siklus 1 adalah sebagai berikut.

a). Kegiatan Awal

(8)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

788

Dalam kegiatan pembelajaran ini kegiatan diawali guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan membaca doa bersama, mengecek kehadiran peserta didik dengan mengabsen peserta didik, mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi, menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai dan menyampaikan kegiatan pembelajara yang akan dilaksanakan

Pada kegiatan mengamati guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar atau tayangan slide yang berkenaan dengan materi serta mengajukan pertanyaan. pada tahap eksplorasi peserta didik membaca materi yang diberikan serta mendiskusikan tentang masalah yang ada di LKPD. Pada kegiatan mengasosiasi siswa membuat rumusan/ringkasan tentang kandungan materi dengan kehidupan sehari-hari. Tahap mengkomunikasikan siswa menyampaikan hasil diskusi secara kelompok secara sederhana dan kelompok lain menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonfirmasi, menyanggah) Pengamatan

Kegiatan Akhir

Membuat kesimpulan dengan bimbingan guru Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas tes formatif kepada siswa, menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya kemudian menutup pelajaran dengan berdoa

Pengamatan

Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Materi Jujur dan amanah Siklus I dengan penerapan dengan model pembelajara Learning By Doing dilaksanakan dan dinilai oleh observer dari teman sejawat berdasarkan lembar pengamatan guru.. Observer menyimpulkan bahwa pada pertemuan I apersepsi harus disampaikan guru secara jelas, Guru harus lebih ekstra untuk membimbing siswa dalam meningkatkan keaktifannya seperti bertanya ataupun menanggapi pertanyaan serta mengerjakan tugas yang diberikan, pembentukan kelompok harus dilakukan secara tertib dengan bimbingan guru, kegiatan belajar berpusat kepada keaktifan siswa, Siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengeksplor kemampuannya sendiri dengan catatan garu tetap memberi bimbingan. Guru lebih meningkatkan kembali pengelolaan kelas serta waktu agar pembelajaran bisa efektif dan tujuan yang dikehendaki bisa tercapai.

(9)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

789 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pengajaran Metode pembelajaran learning by doing dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi Jujur dan Amanah.

2. Pembelajaran dengan Metode pembelajaran learning by doing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa secara klasikal dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68%), siklus II (86%).

3. Model pengajaran pembelajaran learning by doing dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.

4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

Penerapan pembelajaran dengan Metode pembelajaran learning by doing mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2002), Kamus Besar Pendidikan Agama Islam Edisi Ketiga, , Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono (2002), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Husamah, Yun1 Pantiwati dkk (2018), Belajar dan Pembelajaran, Malang:

Universitas Muhamadiyah Malang.

John de Santo (2002), Pendidikan dan Pengalaman, Yogyakarta: Kepel Press, Moeslichatoen R. (1999), Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka

Cipta.

Mursid (2010), Kurikulum Dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sebuah Harapan Masyarakat Semarang: AKFI Media.

M. Usman Basyiruddin (2000), Metodolog Pembelajaran Islam, Jakarta: Ciputat Press.

Purwanto Ngalim (2002), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

(10)

Vol. 2 No.2 Oktober 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Tema:

790

Prawiro Muhamad (2018), Pengertian Belajar (online) https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-belajar.html diakses tanggal 24 Juli 2021Oleh Tombo Ati Online 2016,

Semiawan Conny (1995), dkk., Pengenalan Dan Pengembangan Bakat Sejak Dini, Bandung: Remaja Rosda Karya

Suryosubroto, B (2009), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Syaiful Bahari Djamarah (2010), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,

Jakarta: Rineka Cipta,

Pendidikan Partisipatif (2004): Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey, Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Patmonodewo Soemiarti (2000), Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakuakn

Berdasarkan analisis terhadap aktivitas guru dalam penerapan metode snowball throwing mengalami peningkatan pada siklus II, pada siklus I dapat dikategorikan kriteria baik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran fisika sangatlah

Penerapan pembelajaran matematika materi Program Linear dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada peserta didik Kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1

Berdasarkan latar belakang diatas, dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Project Based Learning (PjBL) untuk Meningkatkan

Hasil penelitian yang sudah dipaparkan diatas terbukti berhsail dikarenakan hipotesis terjawab, yaitu Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dan

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa Penerapan model Problem Based Learning pada pelajaran Pendidikan Agama Islam materi Iman Kepada