• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PROSES BERVISI SETS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KOMPETENSI TERKAIT KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PROSES BERVISI SETS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KOMPETENSI TERKAIT KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN."

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

i

KOMPETENSI TERKAIT KELARUTAN DAN HASIL

KALI KELARUTAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Istikomatul Fatonah 4301411085

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

“Hai oramg-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Q.S. Muhammad: 7)

“...Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita...” (Q.S. At Tawbah: 40) Ingatlah, sungguh pertolongan Allah itu sangat dekat (Q.S. Al-Baqarah:214).

Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman:13) “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. (Q.S. Ar-Rahman: 60) Sesungguhnya bahagia itu ada pada setiap rasa syukur kita.

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan pengorbanannmu

2. Adikku tersayang yang selalu mendukung dan memotivasi

3. Saudari-saudari semuslimku di keluarga besar Ihwah Rasul dan organisasi yang telah mengajariku banyak hal.

4. Sang mentor dan sang murobiku. 5. Semua dosen pendidikan kimia 2011.

(5)

v PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Kimia.

4. Prof. Drs. A. Binadja, Apt., MS, Ph.D., selaku pembimbing 1 dan Dr. Sri Haryani, M.Si. selaku Pembimbing 2, yang telah memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan pada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SMA N 1 Kradenan yang telah memberi izin penelitian.

7. Reban, S.Pd dan seluruh staf pengajar di SMA N 1 Kradenan atas bantuan yang diberikan selama proses penelitian.

8. Siswa kelas XI IPA 5 dan XI IPA 6 SMA N 1 Kradenan tahun ajaran 2014/2015 yang telah membantu proses penelitian.

(6)

vi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 17 September 2015

(7)

vii ABSTRAK

Fatonah, Istikomatul. 2015. Pengaruh Pendekatan Proses Bervisi SETS terhadap Keterampilan Proses Siswa pada Kompetensi terkait Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Prof. Drs. A. Binadja, Apt., MS, Ph.D., Pembimbing 2 Dr. Sri Haryani, M.Si.

Kata kunci : keterampilan proses sains; pendekatan proses; visi SETS

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menerapkan pendekatan proses bervisi SETS dan mengetahui pengaruhnya terhadap keterampilan proses sains siswa. Kompetensi yang dipakai dalam penelitian ini adalah kompetensi terkait kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kradenan tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Pengambilan data dilakukan dengan metode tes dan angket. Pengaruh antar variabel dicari menggunakan persamaan persamaan r-product moment sementara peningkatan keterampilan proses sains dicari dengan persamaan N-Gain. Hasil uji N-gain dari data pretes dan postes menunjukkan dari kesembilan proses sains yang diteliti, jumlah siswa yang mendapat kriteria N-gain sedang hingga tinggi dikelas eksperimen lebih banyak dibandingkan kelas kontrol. Hasil uji korelasi data postes kedua kelas menunjukkan bahwa pendekatan proses bervisi SETS memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa dengan harga rxy sebesar 0,2. Pengaruh tersebut sebesar 4%. Berdasarkan hasil analisis

(8)

viii ABSTRACT

Fatonah, Istikomatul. 2015. The Effect of Process Approach that Feature SETS Visions on Student's Science Process Skills Related to the Solubility and Solubility Product Competencies. Undergraduate Thesis. Chemistry Department, Faculty of Mathematic and Natural Science, Universitas Negeri Semarang. Supervisor Prof. Drs. A. Binadja, Apt., MS, Ph.D., and Co-supervisor Dr. Sri Haryani, M.Si. Key words: process approach; science process skill; SETS vision

This experiment study aimed to implementate a process approach that feature SETS visions in class and to determine its effect on student's science process skills. Competencies used in this study are related to the solubility and solubility product. The population in this study was students of class XI IPA SMAN 1 Kradenan on the academic year of 2014/2015. Sampling purposive sampling technique was used. The non-equivalent control group design was used. Data collection was performed by test and questionnaire. N-gain test results showed of the ninth science process studied, the number of students who received N-gain criterion of moderate to high in experiment class was more than control class. Results of correlation test using the equation r-product moment indicated that the

process approach that feature SETS visions gave a positive effect on student’s

science process skills of with price of rxy was 0.2. The magnitude of these effects

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pendekatan Proses ... 10

2.2 Visi Science, Environment, Technology and Society (SETS)... 12

2.3 Keterampilan Proses Sains ... 13

2.4 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 19

2.4.1 Pengertian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan ... 19

2.4.2 Meramalkan Reaksi Pengendapan ... 21

2.4.3 Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan ... 21

2.4.4 Pengaruh pH terhadap Kelarutan ... 22

2.4.5 Kelarutan Khas dari Senyawa Ionik dalam Air pada suhu 250C ... 22

2.5 Hasil Penelitian Relevan ... 23

2.6 Pendekatan Proses Bervisi SETS, Keterampilan Proses Sains dan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan... 26

2.7 Kerangka Berpikir ... 28

2.8 Hipotesis ... 30

3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Penentuan Subjek Penelitian ... 31

3.1.1 Populasi Penelitian ... 31

3.1.2 Sampel Penelitian ... 31

3.1.3 Variabel Penelitian ... 31

3.1.3.1 Variabel Bebas ... 31

(10)

x

3.1.3.3 Variabel Kontrol... 32

3.2 Desain Penelitian ... 32

3.3 Prosedur Penelitian ... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data... 35

3.4.1 Jenis Data ... 35

3.4.2 Cara Mengumpulkan Data ... 35

3.4.2.1 Metode Dokumentasi ... 35

3.4.2.2 Metode Tes ... 35

3.4.2.3 Metode Observasi ... 36

3.4.2.4 Metode Angket ... 36

3.5 Instrumen Penelitian ... 36

3.5.1 Bentuk Instrumen ... 36

3.5.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen ... 38

3.6 Analisis Instrumen Penelitian ... 44

3.6.1 Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum ... 44

3.6.2 Tes ... 45

3.6.2.1 Validitas Soal ... 45

3.6.2.2 Daya Pembeda ... 47

3.6.2.3 Taraf Kesukaran ... 49

3.6.2.4 Reliabilitas ... 50

3.6.3 Lembar Observasi ... 51

3.6.3.1 Lembar Observasi Penilaian Keterampilan Proses Sains. ... 51

3.6.3.2 Lembar Observasi Afektif ... 53

3.6.4 Angket ... 54

3.6.4.1 Validitas ... 54

3.6.4.2 Reliabilitas ... 55

3.7 Metode Analisis Data ... 56

3.7.1 Analisis Data Awal ... 56

3.7.1.1 Uji Normalitas ... 56

3.7.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians ... 57

3.7.2 Analisis Data Akhir ... 57

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 57

3.7.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians ... 58

3.7.2.3 Uji Hipotesis ... 58

3.7.2.4 Analisis Data Keterampilan Proses Sains Siswa ... 60

3.7.2.5 Analisis Data Ranah Afektif Siswa ... 62

3.7.2.6 Analisis Deskriptif terhadap Hasil Angket ... 63

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Hasil Analisis Data Tahap Awal ... 65

4.1.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 65

4.1.1.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ... 66

4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ... 67

4.1.2.1 Hasil Analisis Data Kognitif ... 67

(11)

xi

4.1.2.3 Hasil Analisis Data Afektif ... 86

4.1.2.4 Hasil Analisis Data Angket ... 88

4.2 Pembahasan ... 91

4.2.1 Proses Pembelajaran ... 93

4.2.1.1 Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 93

4.2.1.2 Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ... 95

4.2.2 Pencapaian Kompetensi ... 95

4.2.2.1 Pencapaian Kompetensi Ranah Kognitif ... 95

4.2.2.2 Pencapaian Keterampilan Proses Sains Siswa ... 97

4.2.2.3 Pencapaian Ranah Afektif ... 105

4.2.3 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 110

5. PENUTUP ... 116

5.1 Simpulan ... 116

5.2 Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator-Indikator Keterampilan Proses Sains ... 16

2.2 Karakteristik Butir Soal KPS ... 18

3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum ... 44

3.3 Validitas Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum ... 44

3.4 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Soal... 45

3.5 Validitas Soal ... 45

3.6 Validitas Butir Soal Uji Coba Soal ... 47

3.7 Kriteria Daya Beda Soal... 48

3.8 Daya Beda Soal Uji Coba ... 48

3.9 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 49

3.10 Soal yang Digunakan untuk Evaluasi ... 51

3.11 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Lembar Observasi ... 51

3.12 Validitas Lembar Observasi ... 52

3.13 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Lembar Observasi ... 53

3.14 Validitas Lembar Observasi Afektif ... 53

3.15 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Lembar Angket ... 55

3.16 Validitas Lembar Angket ... 55

3.17 Interpretasi Nilai ... 61

3.18 Kriteria Skor Afektif Siswa ... 63

3.19 Kategori Rata-Rata Nilai Tiap Aspek Penilaian Afektif ... 63

3.20 Penskoran Tiap Butir Angket ... 63

3.21 Kriteria Skor Total Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 64

3.22 Kategori Rata-Rata Nilai Tiap Aspek Respon Siswa ... 64

4.1 Data Awal Populasi ... 65

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 66

4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ... 66

4.4 Gambaran Umum Hasil Ranah Kognitif ... 67

4.5 Hasil Uji Normalitas Data Kognitif ... 68

4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Postes ... 68

4.7 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Data Kognitif ... 69

4.8 Hasil Uji Rata-rata Satu Pihak Kanan Data Kognitif ... 70

4.9 Gambaran Umum Hasil Nilai KPS ... 70

4.10 Hasil Uji Pengaruh Antar Dua Variabel ... 71

4.11 Pengelompokan Kategori N-Gain Kelas Eksperimen (E) dan Kelas Kontrol (K) ... 73

4.12 Rata-Rata Skor Afektif Siswa Tiap Aspek ... 87

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Keterkaitan Antarunsur SETS ... 13

2.2 Kerangka Berpikir ... 29

4.1 Hasil Nilai Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 67

4.2 Hasil Nilai KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 71

4.3 Nilai N-Gain secara Klasikal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 73

4.4 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Mengobservasi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 75

4.5 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Menafsirkan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 76

4.6 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Memprediksi Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 77

4.7 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Mengklasifikasikan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 79

4.8 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Mengajukan Hipotesis Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 80

4.9 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Menggunakan Alat dan Bahan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 82

4.10 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Mengkomunikasikan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 83

4.11 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Menerapkan Konsep Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 85

4.12 Jumlah Siswa dengan N-Gain Rendah, Sedang dan Tinggi pada Keterampilan Mengajukan Pertanyaan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... …. 86

4.13 Perbandingan Rata-Rata Nilai Afektif antara Kelas Kontrol dan Eksperimen Tiap Aspek ... 88

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus Untuk Mata Pelajaran Kimia Kelas Eksperimen ... 122

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 128

3 Lembar Panduan Praktikum Siswa Kelas Eksperimen ... 160

4 Silabus Untuk Mata Pelajaran Kimia Kelas Kontrol ... 173

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 176

6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 205

7 Kisi-kisi Soal (Pre-Test dan Post-Test)... 211

8 Soal (Pre-Test dan Post-Test) ... 213

9 Kunci Jawaban Soal (Pre-Test dan Post-Test) ... 219

10 Angket Tanggapan Siswa ... 226

11 Kisi-Kisi Penilaian Aspek Afektif Siswa ... 227

12 Data Nilai Ulangan Tengah Semester ... 229

13 Uji Kesamaan Dua Varians Data Nilai Ulangan Tengah Semester ... 230

14 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Tengah Semester XI IPA 5 ... 231

15 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Tengah Semester XI IPA 6 ... 232

16 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 233

17 Analisis Uji Coba Soal ... 234

18 Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 237

19 Data Nilai Postes Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 238

20 Uji Normalitas Hasil Nilai Postes Ranah Kognitif Kelas Eksperimen ... 239

21 Uji Normalitas Hasil Nilai Postes Ranah Kognitif Kelas Kontrol... 240

22 Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Ranah Kognitif ... 241

23 Uji Perbedaan Rata-Rata Data Hasil Nilai Kognitif ... 242

24 Uji t Pihak Kanan Data Hasil Nilai Kognitif ... 243

25 Analisis Reliabilitas Lembar Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 244

26 Data Nilai KPS Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 247

27 Uji Korelasi Pengaruh Pendekatan Proses Bervisi SETS Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa ... 248

28 Analisis Ketercapaian Keterampilan Proses Sains (Kelas Eksperimen) ... 249

29 Analisis Ketercapaian Keterampilan Proses Sains (Kelas Kontrol) ... 254

30 Analisis Reliabilitas Lembar Afektif ... 259

31 Analisis Deskriptif Nilai Afektif Kelas Eksperimen ... 261

32 Analisis Deskriptif Nilai Afektif Kelas Kontrol ... 262

33 Analisis Reliabilitas Lembar Angket ... 263

34 Analisis Deskriptif Hasil Angket ... 264

35 Dokumentasi Hasil Pekerjaan Siswa ... 265

(15)

1

1.1 Latar Belakang

Sains merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis (Siahaan & Suyana, 2010). Artinya, sains senantiasa berkembang dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan zaman. Cara pembelajarannya pun harus sesuai dengan kondisi ini. Proses pembelajaran yang sesuai tentunya bukan pembelajaran yang hanya bersifat informatif saja, tetapi juga pembelajaran yang mampu membuat siswa mengetahui dan memiliki pengalaman tentang proses perkembangan sains tersebut.

(16)

Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kradenan, kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran dengan aktivitas sains yang rendah. Siswa cenderung hanya datang, duduk dan diam mencatat apa yang disampaikan guru. Saat diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya diam. Diamnya siswa tidak bisa diketahui dengan pasti apakah diam karena sudah mengerti, diam karena tidak paham sama sekali, atau karena hal lain. Guru dikelas yang diobservasi juga lebih sering menggunakan metode ceramah dibandingkan metode yang lainnya. Penggunaan alat peraga juga masih minim. Pemberian materi dari guru juga masih kurang mengaitkan antara isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran lebih banyak diisi latihan soal. Hasil wawancara dengan siswa dan guru menyebutkan bahwa praktikum jarang dilakukan. Bahkan pada semester sebelumnya, praktikum hanya dilakukan satu kali pada materi asam basa. Wawancara juga menghasilkan kesimpulan bahwa siswa menganggap pelajaran kimia sulit dipahami, sehingga siswa menggunakan cara praktis dalam belajar yaitu dengan menghafal.

Metode ceramah merupakan metode yang mengutamakan pada pemberian informasi kepada siswa oleh guru. Kelemahan metode ceramah adalah siswa akan cenderung pasif dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi berpusat pada guru (Saptorini, 2013). Hal ini kurang sesuai dengan semangat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menginginakan agar siswa terlibat atau dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran (Mulyasa, 2011:33).

(17)

respon terhadap pembelajaran. Kurangnya respon siswa saat pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi siswa kurang, yang dapat diartikan pula tingkat keterampilan proses sains siswa juga rendah (Kirch, 2007). Pembelajaran yang lebih banyak diisi dengan latihan soal menunjukkan bahwa aspek kognitif masih sangat diutamakan. Siswa yang masih mengutamakan cara menghafal hanya akan menghasilkan lulusan yang bagus secara teoritis tapi minim dalam hal aplikasi. Hal ini tentu kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran kimia di sekolah menengah atas yaitu membekali siswa agar mampu mengembangkan kemampuan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas. Ini berarti belajar kimia bukan hanya tentang hasil (produk) tetapi juga tentang proses.

(18)

Keterampilan proses sains dibagi menjadi dua yaitu keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi (Padilla, 1990). Keterampilan proses sains meliputi keterampilan mengobservasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menginterpretasikan data, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan (Holil, 2008). Kesembilan keterampilan dasar ini haruslah dikembangkan untuk kepentingan masa depan siswa. Keterampilan ini harus mulai diajarkan kepada siswa sejak dibangku kuliah. Maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu untuk memfasilitasi siswa meningkatkan kemampuan kognitif sekaligus menumbuh-kembangkan keterampilan dasarnya. Pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan proses.

Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hanya hasil. Proses pembelajarannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses penting untuk diterapkan karena dapat melatih daya pikir dan kemampuan psikomotor siswa. Pendekatan proses juga dapat meningkat partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal ini karena siswa berperan selaku subjek dalam belajar. Siswa bukan sekedar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai pencari informasi, sehingga siswa harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya, hasil belajarnya, atau pengalamannya (Holil, 2008).

(19)

waktu yang dimiliki oleh guru untuk mengajarkan semuanya kepada siswa. Maka, siswa perlu diberi bekal keterampilan proses sains agar kedepannya dapat mengolah informasi dari berbagai sumber bukan hanya dari guru. Bahwa sains itu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi produk dan dimensi proses. Hasil dari pengetahuan tidak pernah benar 100%, maka untuk dapat membuktikan argumennya dimasa datang, siswa perlu dibekali keterampilan untuk berproses mencari penguat argumennya kelak (Holil, 2008).

Penelitian Dewi (2011) tentang Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains terhadap KPS Siswa pada konsep suhu dan kalor menyimpulkan pembelajaran dengan pendekatan KPS berpengaruh terhadap KPS siswa dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Perhitungan statistik menunjukkan nilai rata-rata pre-test sebesar 50,25, nilai rata-rata post-test sebesar 70,58, diperoleh thitung

sebesar 7,78 dengan ttabel sebesar 2,00. Penelitian lain adalah penelitian Handayani

(20)

terhadap cara belajar peserta didik dan hasil belajar lebih bisa mengefisienkan waktu bagi pendidik dalam melakukan KBM. Penelitian lain tentang Pendekatan ini dilakukan oleh Priyanti dkk (2009) juga menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran kimia melalui pendekatan KPS berorientasi Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Salah satu standar kompetensi lulusan selain tersebut di atas adalah siswa mampu memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab. Sayangnya, pembelajaran di sekolah masih bersifat teori sehingga siswa tidak sadar bahwa sebenarnya disekelilingnya merupakan kimia dan produk kimia, bahwa selama ini kimia sangat dekat dengan siswa. Maka diperlukan pula bukan hanya pendekatan proses yang diterapkan namun pendekatan proses yang memiliki visi yang jelas yaitu visi SETS. Visi SETS (Science, Environment, Technology and Society) adalah cara pandang kedepan yang membawa kearah

(21)

mampu menghubungkan topik dengan pembelajaran, yang meningkatkan interaksi siswa selama pembelajaran, membuat pembelajaran berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman kepada siswa mengenai proses penelitian (Yörük, N. et al, 2010). Pengalaman merasakan proses penelitian dapat mengembangkan

keterampilan proses sains siswa.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh masalah tersebut melalui penelitian dengan judul Pengaruh Pendekatan Proses Bervisi SETS terhadap Keterampilan Proses Siswa pada Kompetensi terkait Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah penerapan pendekatan proses bervisi SETS berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa?

2. Bagaimana tanggapan siswa pada pelaksanaan pembelajaran pendekatan proses bervisi SETS?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menerapkan pendekatan proses bervisi SETS dan mengetahui pengaruhnya terhadap keterampilan proses sains siswa.

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa Calon Guru

a. Memberikan informasi tentang penerapan pendekatan proses bervisi SETS.

b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran, khususnya partisipasi siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa

a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga dapat lebih termotivasi dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

b. Meningkatkan partisipasi dan kemampuan siswa karena sistem pembelajarannya yang lebih bersifat student centered.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan saran dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

b. Sebagai acuan kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran yang dapat meningkatkan ketercapain kompetensi dasar siswa.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

(23)
(24)

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses (Gusti, 2010). Menurut Frederick (2014), pendekatan proses adalah sebagai berikut:

A process approach to science is one in which children do something with the concepts and generalizations they learn. It implies that students can manipulate, decide, solve, predict, and structure the knowledge of science in ways that are meaningful to them.

Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil (Nay dkk, 1971). Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah :

1) Mengamati gejala yang timbul.

(25)

3) Mengukur besaran-besaran yang bersangkutan. 4) Mencari hubungan antar konsep- konsep yang ada. 5) Mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah. 6) Memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesis. 7) Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi.

8) Berlatih menggunakan alat-alat ukur. 9) Melakukan percobaan.

10) Mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan data.

11) Berkomunikasi dan mengenal adanya variabel, mengendalikan suatu variabel. Pelaksanaan proses dimulai dari yang sederhana, selanjutnya diikuti dengan proses yang lebih kompleks makin banyak komponennya dan makin sulit (Gusti, 2010).

Keunggulan pendekatan proses adalah :

1) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.

2) Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

Kelemahan pendekatan proses :

1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan bahan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.

(26)

3) Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya (Gusti, 2010).

2.2 Visi Science, Environment, Technology and Society (SETS)

Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2007), pendidikan SETS merupakan cara pembelajaran yang bersifat terpadu yang melibatkan unsur sains, lingkungan teknologi dan masyarakat. Dalam pendidikan ini, siswa dikondisikan agar mau dan mampu mengetahui, memahami prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi (sederhana atau lebih rumit tergantung tingkat pendidikannya) disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya suatu produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.

Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal yang sifatnya nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat. Unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam SETS dibahas sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan (Binadja, 1999).

(27)

pembelajarannya mengenai bagaimana cara membuat peserta didik agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang saling berkaitan (Binadja, 1999). Keterkaitan antara keempat unsur SETS dapat dilihat di Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Keterkaitan Antarunsur SETS

2.3 Keterampilan Proses Sains

Ilmu sains dan mengajari siswa tentang sains lebih dari sekedar transfer ilmu pengetahuan. Dimensi sains yang pertama adalah isi dari sains, konsep dasar dan pengetahuan tentang sains itu sendiri. Dimensi ini yang banyak orang merasa paling penting.

Dimensi kedua adalah kegiatan ilmiah dan sikap ilmiah. Proses sains adalah keterampilan proses yang digunakan oleh para ilmuwan dalam kegiatan sains. Keterampilan proses sains inilah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Sains adalah tentang bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan, ini adalah keterampilan yang juga digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

LINGKUNGAN MASYARAKAT

TEKNOLOGI

(28)

Saat siswa diajarkan keterampilan ini dalam pembelajaran, siswa sebenarnya juga diajarkan tentang keterampilan yang akan siswa gunakan dalam kehidupan masa depan mereka.

Keterampilan proses sains merupakan pondasi dari metode ilmiah. Keterampilan proses sains dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi. Keterampilan proses sains terintegrasi meliputi mengontrol variabel, membuat hipotesis, menginterpretasikan data, melakukan percobaan, defining operationally, dan formulating models. Keterampilan proses sains dasar meliputi mengobservasi, mengukur, menyusun kesimpulan sementara (inferensi), mengklasifikasikan, memprediksi dan mengkomunikasikan (Padilla, 1990).

Mengobservasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat indra, seperti mata, hidung, telinga, lidah dan kulit. Semakin banyak indra yang digunakan dalam mengobservasi menunjukkan tingkat kemampuan observasi siswa. Selama ini, siswa mengobservasi hanya menggunakan satu indra, yaitu mata.

Mengukur adalah adalah keterampilan menggunakan alat ukur standar maupun tidak standar atau mengestimasi untuk mendeskripsikan dimensi dari suatu objek atau kejadian. Praktikum kimia menggunakan berbagai alat ukur yang terbuat dari kaca, seperti gelas ukur, gelas kimia dan termometer. Alat lain yang digunakan adalah timbangan digital dan timbangan Ohauss.

(29)

penelitian. Dengan melakukan inferensi, motivasi untuk melanjutkan penelitian lebih mendalam, karena biasanya inferensi akan menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih yang dapat mendorong untuk menemukan jawabannya. Inferensi bukanlah kesimpulan akhir, tapi hanya untuk sementara waktu berdasarkan penemuan yang sudah ada sebelum penelitian selesai dilakukan.

Mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian menjadi kategori-kategori berdasarkan sifat-sifat atau kriteria. Contoh kategori yang dapat dipakai adalah senyawa yang termasuk senyawa mudah larut, senyawa tidak mudah larut dan senyawa tidak larut dalam air. Contoh lainnya adalah siswa diminta untuk mengelompokkan barang-barang yang termasuk logam dan non logam.

Memprediksi atau meramalkan merupakan keterampilan membuat prediksi atau perkiraan menggunakan pola-pola tetentu terhadap sesuatu yang mungkin terjadi sebelum dilakukan pengamatan. Meramalkan dalam sains tentu berbeda dengan meramalkan secara magis. Hal ini karena meramalkan dalam sains tidak berdasarkan hal-hal yang bersifat tahayul, tetapi berdasarkan teori/fakta yang sudah ada sebelumnya.

Mengkomunikasikan adalah keterampilan dalam menjelaskan hasil pengamatan, menjelaskan grafik, tabel, atau diagram. Menyusun dan menyampaikan laporan, serta melakukan diskusi tentang hasil penelitian juga termasuk dalam keterampilan mengkomunikasikan.

(30)
[image:30.595.129.497.130.757.2]

Tabel 2.1 Indikator-Indikator Keterampilan Proses Sains (Rustaman, 2009)

No. Aspek Indikator

1. Mengobservasi - Menggunakan berbagai alat indra

- Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan

2. Mengklasifikasikan - Mencatat setiap hasil pengamatan secara terpisah

- Mencari persamaan dan perbedaan - Mengontraskan ciri-ciri

- Membandingkan

- Mencari dasar pengelompokan

3. Menafsirkan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan - Menemukan pola atau keteraturan dalam

suatu seri pengamatan - Menyimpulkan

4. Mempredikasi - Menggunakan pola atau keteraturan hasil pengamatan

- Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum terjadi

5. Mengajukan pertanyaan

- Bertanya apa, mengapa dan bagaimana - Bertanya untuk meminta penjelasan - Mengajukan pertanyaan yang berlatar

belakang hipotesis 6. Mengajukan

hipotesis

- Mengetahui bahwa ada yang lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan bukti yang lebih banyak

7. Merencanakan penelitian

- Menentukan alat dan bahan atau sumber yang akan digunakan

- Menentukan variabel atau faktor tertentu - Menentukan apa yang akan diatur, diamati

dan dicatat

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja

8. Menggunakan alat/bahan/sumber

- Memakai alat, bahan atau sumber

- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat, bahan atau sumber - Mengetahui bagaimana menggunakan

alat, bahan, atau sumber

9. Menerapkan konsep - Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

(31)

10. Mengkomunikasikan - Memeriksa atau menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan - Menyusun dan menyampaikan laporan

secara sistematis dan jelas

- Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

- Membaca grafik/tabel/diagram 11. Melaksanakan

percobaan

- Mencakup semua aspek KPS dalam situasi baru

- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

Penilaian adalah suatu prosedur untuk menilai kemampuan siswa dalam menguasai seluruh aspek keterampilan proses. Penilaian keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan pada setiap pembelajaran di kelas, di laboratorium, maupun di lapangan dengan menggunakan format observasi penilaian keterampilan proses (Fatmawati, 2013).

2. Tes Tertulis

[image:31.595.128.509.111.281.2]
(32)
[image:32.595.137.488.514.762.2]

Saat menggunakan metode penilaian tes tertulis, maka ada karakteristik tersendiri untuk tiap butir soal KPS yang harus diperhatikan (Rustaman, 2009). Karakteristik ini ada yang bersifat umum ada pula yang bersifat khusus. Secara umum, pembahasan butir soal KPS lebih ditujukan untuk membedakan dengan butir soal biasa yang mengukur penguasaan konsep, karena butir soal KPS tidak boleh dibebani konsep. Konsep dijadikan konteks. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun butir soal sudah dipelajari siswa dan tidak asing bagi siswa (dekat dengan keadaan sehari-hari siswa). Kedua, butir soal KPS mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya. Ketiga, aspek yang diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja. Keempat, sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek. Secara khusus, karakteristik butir soal KPS tertera pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Butir Soal KPS (Rustaman, 2009)

Aspek KPS Keterangan

Observasi Harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya

Interpretasi Harus menyajikan sejumlah data yang menyajikan pola

Klasifikasi Harus ada kesempatan

mencari/menemukan persamaan dan perbedaan atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk

Prediksi Harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan

(33)

bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik

Berhipotesis Dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

Merencanakan percobaan Harus memberikan kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah (variabel), mengendalikan peubah.

Menerapkan konsep atau prinsip

Harus membuat konsep atau prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya

Mengajukan pertanyaan Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak bisa, atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.

Pemberian skor tiap butir soal KPS perlu diberi dengan cara tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk soal observasi diatas yang berjumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3, pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2, pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2009).

2.4 Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

2.4.1 Pengertian Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

(34)

padatan kembali disebut kesetimbangan dinamis atau kesetimbangan ionik. Pada kesetimbangan ionik, konsentrasi ion-ion dari elektrolit padat tidak berubah lagi dengan waktu. Larutan tersebut dikatakan bersifat jenuh (Masterton, Hurley, Neth, 2012:91). Konsentrasi zat dalam suatu larutan jenuh disebut kelarutan s. Satuan kelarutan adalah mol/L (Johari & Rachmawati, 2010).

Contohnya ada larutan elektrolit AxBy dalam larutan jenuh.

Kesetimbangan ion yang terbentuk antara padatan AxBy dengan ion-ionnya Am+

dan Bn-, yang dapat dituliskan sebagai berikut.

AxBy(s) x Am+(aq) + y Bn-(aq)

Persamaan kesetimbangannya adalah:

[ ]

(Johari & Rachmawati, 2010)

Karena konsentrasi padatan AxBy tetap, maka [ ] dapat digabung dengan

untuk mendapatkan persamaan berikut:

[ ] = (Johari & Rachmawati, 2010)

Perkalian konsentrasi ion-ion Am+ dan Bn- dalam larutan jenuh diberi pangkat sama dengan koefisien reaksinya, x dan y, memberikan hasil kali kelarutan. Nilai hasil kali kelarutan sifatnya tetap selama suhu tetap. Nilainya sama dengan

[ ], maka [ ] disebut tetapan hasil kelarutan.

Apabila kelarutan AxBy sebesar s, maka nilai konsentrasi stoikiometri

(35)

AxBy(s) x Am+(aq) + y Bn-(aq)

x s y s

Dengan demikian, kita peroleh hubungan antara kelarutan dan hasil kali kelarutan s dari AxBy dengan tetapan hasil kali kelarutan sebagai berikut:

(Johari & Rachmawati, 2010)

Perumusan diperuntukkan bagi elektrolit berupa garam dan basa yang sukar larut.

2.4.2 Meramalkan Reaksi Pengendapan

Konsep dapat digunakan untuk meramalkan reaksi pengendapan elektrolit dalam larutan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai dengan quotion reaksi ( ). merupakan hasil dari perkalian konsentrasi molar ion-ion dalam larutan dengan asumsi bahwa zat terurai sempurna.

 Tidak ada endapan terbentuk

 Larutan tepat jenuh, endapan belum terbentuk

 Endapan terbentuk

(Masterton., Hurley., Neth, 2012:479)

2.4.3 Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan

Jika AgCl dimasukkan dalam larutan AgNO3 berarti sebelum terbentuk ion

Ag+ dan ion Cl- , didalam larutan sudah terdapat ion Ag+ dari larutan AgNO3. Ion

(36)

AgCl dilarutkan dalam NaCl, ion Cl- yang sudah ada dalam larutan disebut ion senama.

Menurut asas kesetimbangan (prinsip Le Chatelier), penambahan ion senama akan mempengaruhi reaksi reaksi kesetimbangaan.

AgCl (s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Jika dalam larutan sudah terdapat ion Ag+ atau sudah terdapat ion Cl-, reaksi kekanan akan sukar, berarti elektrolit semakin sukar larut (Supardi&Luhbandjono, 2008:21).

2.4.4 Pengaruh pH terhadap Kelarutan

Beberapa senyawa asam dan basa ada yang sukar larut dalam air, Senyawa asam atau basa tersebut akan membentuk larutan dengan pH jenuh. Besarnya pH jenuh sesuai banyaknya ion H+ atau ion OH- yang terlarut. Konsentrasi ini sangat bergantung pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan akan semakin membesar.

Berarti pH larutan asam akan semakin kecil sedangkan pH larutan basa akan semakin besar. Konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang terlarut dapat ditentukan dengan cara menghitung harga kelarutannya. Perubahan pH akan mempengaruhi kelarutan dari basa yang sukar larut dan garam dari asam lemah yang sukar larut (Johari & Rachmawati, 2010).

2.4.5 Kelarutan Khas dari Senyawa Ionik dalam Air pada suhu 250C 1) Semua senyawa logam alkali (golongan I A) dapat larut.

2) Semua senyawa yang mengandung ion amonium (NH4+) dapat larut.

3) Semua senyawa yang mengandung ion nitrat (NO3-), ion klorat (ClO3-) dan ion

(37)

4) Sebagian besar ion hdroksida (OH-) tidak dapat larut. Pengecualiannya adalah hdroksida logam alkali dan barium hidroksida. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2)

sedikit larut.

5) Sebagian besar senyawa yang mengandung ion klorida (Cl-), ion bromida (Br-) atau ion iodida (I-) dapat larut. Pengecualiannya senyawa-senyawa yang mengandung ion Ag+, ion Hg22+, dan ion Pb2+.

6) Semua ion karbonat (CO32-), ion fosfat (PO43-) dan ion sulfida (S2-) tidak dapat

larut. Pengecualiannya adalah senyawa-senyawa dari ion logam alkali dan ion ammonium.

7) Sebagian besar ion sulfat (SO42-) dapat larut. Kalsium sulfat (CaSO4) dan perak

sulfat (Ag2SO4) sedikit larut. Barium sulfat (BaSO4), merkuri (II) sulfat

(HgSO4) dan timbal sulfat (PbSO4) tidak dapat larut (Chang, 2004:93).

2.5 Hasil Penelitian Relevan

2.5.1 The Effects Of Science, Technology, Society, Environment (STSE) Interactions On Teaching Chemistry (Nuray Yörük, Inci Morgil, Nilgün Seçken, 2010)

(38)

Pembelajaran bervisi STSE membuat siswa lebih mampu menghubungkan topik dengan pembelajaran, yang meningkatkan interaksi siswa selama pembelajaran dan membuat lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa dapat dapat terlibat langsung dalam proses penelitian disamping mencoba untuk membuat hubungan antara konsep dengan topik yang disampaikan dalam pembelajaran. Hal ini dapat berefek positif dalam meningkatkan perhatian mereka saat pembelajaran berlangsung dan keterampilan proses sains siswa.

2.5.2 Pupil Achievement in Science A Process Approach-Part E (Torop, 1971) Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana keberterimaan siswa terhadap penerapan pembelajara Science A Prosess Approach (SAPA). Penelitian ini melibatkan 21 kelas dan 11 guru dari kelas empat sekolah dasar. Guru sebelumnya telah dipersiapkan untuk menerapkan SAPA di kelas dan dibekali pula dengan buku pegangan pembelajaran SAPA, meskipun guru masih diberi kebebasan untuk mengembangkannya. Evaluasi yang dipakai adalah pembuatan laporan atas tugas yang diberikan guru. Tugas yang diberikan berupa aplikasi dari materi yang telah diajarkan guru, sehingga siswa diberi kesempatan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Hasilnya 82% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran SAPA ini.

2.5.3 Learning by Doing: Experiments and Instruments in the History of Science Teaching (Elizabeth Cavicchi, 2012)

(39)

tentang hasil yang diharapkan. Apakah para ilmuwan terdahulu menghasilkan karya dari bangku sekolah? Tidak. Mereka menghasilkan karya dengan praktik langsung. Bahwa berhubungan langsung dengan alam adalah hakikat utama belajar sains.

2.5.4 Skripsi

Penelitian Dewi (2011) tentang Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Sains terhadap KPS Siswa pada konsep suhu dan kalor menyimpulkan pembelajaran dengan pendekatan KPS berpengaruh terhadap KPS siswa dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Perhitungan statistik menunjukkan nilai rata-rata pre-test sebesar 50,25, nilai rata-rata post-test sebesar 70,58, diperoleh thitung

sebesar 7,78 dengan ttabel sebesar 2,00.

Penelitian lain adalah penelitian Handayani (2011) berjudul meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui pendekatan keterampilan proses pada konsep laju reaksi tahun 2011. Penerapan pendekatan keterampilan proses dengan metode praktikum dan diskripsi terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep siswa pada konsep laju reaksi yaitu 70,12 pada siklus 1 dan 78,75 pada siklus 2.

(40)

dan dan hasil belajar lebih bisa mengefisienkan waktu bagi pendidik dalam melakukan KBM.

Penelitian lain tentang pendekatan keterampilan proses sains ini dilakukan oleh Priyanti dkk (2009) juga menghasilkan kesimpulan bahwa pembelajaran kimia melalui pendekatan KPS berorientasi Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Penggunaan visi SETS dalam pembelajaran membentuk kesan positif dalam diri siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati dan kesan positif yang timbul akibat pembelajaran bervisi SETS berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Pati (Sigit, 2008).

2.6 Pendekatan Proses Bervisi SETS, Keterampilan Proses Sains

dan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

(41)

mengetahui penerapan materi yang dipelajari dan bahkan mengembangkannya sendiri.

Pada pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan pendekatan proses bervisi SETS akan dibagi menjadi empat pokok bahasan. Pokok bahasan pertama adalah pengertian kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pokok bahasan kedua mengenai reaksi pengendapan. Pokok bahasan ketiga mengenai pengaruh ion senama terhadap kelarutan dan yang terakhir mengenai pengaruh pH terhadap kelarutan.

Pembelajaran untuk setiap pokok bahasan diawali dengan pembahasan artikel tentang fenomena yang ada disekitar lingkungan siswa. Dikarenakan akan ada empat pokok bahasan maka akan ada empat artikel yang akan dibahas siswa. Siswa dimintai pendapatnya mengenai fenomena tersebut. Artikel yang dibahas siswa mengandung aspek sains, teknologi yang dikembangkan serta dampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Didalam artikel terdapat sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa melalui percobaan. Namun, percobaan ini akan dirancang dan dilakukan sendiri oleh siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator. Dengan merancang percobaan sendiri dan melakukannya sendiri juga, siswa diharapkan akan dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya.

(42)

rumusan masalah, mengajukan hipotesis dalam rangka menjawab rumusan masalah, dan mengetahui alasan penggunaan alat dan bahan dalam percobaan yang akan dilakukan siswa. Keterampilan yang akan dikembangkan dengan kegiatan percobaan adalah keterampilan menafsirkan hasil pengamatan, mengklasifikasikan data hasil pengamatan, hingga akhirnya dapat menarik kesimpulan untuk menjawab hipotesis. Diakhir percobaan siswa diminta untuk membuat laporan percobaan. Pembuatan laporan percobaan dilakukan untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan. Dalam laporan siswa diminta untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi selama percobaan dilaksanakan dan kemudian mengakhiri penjelasan dengan membuat diagram SETS. Hal ini untuk mengembangkan keterampilan menerapkan konsep.

2.7 Kerangka Berpikir

(43)

Penerapan Pendekatan Proses Bervisi SETS terhadap Keterampilan Proses Siswa pada Kompetensi terkait Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Penerapan pendekatan proses diharapkan berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

[image:43.595.86.522.83.779.2]

Diharapkan keterampilan proses sains siswa meningkat Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

- Siswa tidak aktif dalam pembelajaran

- Guru lebih sering menggunakan metode ceramah

- Praktikum jarang dilakukan

- Pembelajaran berpaku pada produk

- Pembelajaran belum mengaitkan antara sains dengan lingkungan, teknologi serta masyarakat

Perlunya pengembangan keterampilan proses sains siswa

Penerapan Pendekatan Proses bervisi SETS

- Proses pembelajarannya yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses

- Meningkatkan kesan positif dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman kepada siswa bahwa aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling memberikan timbal balik

- Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik

- Standar Kompetensi Lulusan adalah siswa mampu mengembangkan dan menerapkan informasi informasi dan pengetahuan secara logis, kritis dan kreatif dan inovatif

(44)

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(45)

31

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Subyek Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi (Sugiyono, 2007:6) dalam penelitian ini seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kradenan tahun ajaran 2014/2015. Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kradenan tahun ajaran 2014/2015 berjumlah enam kelas.

3.1.2 Sampel Penelitian

Penentuan sampel (1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling (Arikunto, 2006:139; Sugiyono, 2007:68), yaitu memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah izin dari sekolah, guru kimia yang mengajar dikelas tersebut, dan waktu pelaksanaan pembelajaran. Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas XI IPA SMA N 1 Kradenan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan kelas yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan setelah analisis data awal nilai ulangan tengah semester II dari kedua kelas sampel.

3.1.3 Variabel Penelitian 3.1.3.1 Variabel Bebas

(46)

3.1.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat (Sugiyono, 2006:4) dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains siswa.

3.1.3.3 Variabel kontrol

Variabel kontrol (Sugiyono, 2006:6) dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran, jumlah jam mata pelajaran, dan materi yang diajarkan. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh guru yang sama dengan jumlah jam mata pelajaran yang sama dan materi yang diajarkan sama yaitu kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design (Arikunto, 2006:84). Desain ini digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Desain penelitian quasi eksperimennya adalah nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah nilai keterampilan proses sains dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Desain penelitian disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir Eksperimen Y1 X1 Y2

(47)

Keterangan:

X1 = perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan proses bervisi SETS)

X2 = pembelajaran kimia bervisi SETS Y1 = pretes

Y2 = postes

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri empat tahap, dengan rincian sebagai berikut:

3.3.1 Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan dilakukan untuk mengkaji permasalahan yang terjadi di sekolah serta mengkaji hasil penelitian sebelumnya terkait pembelajaran mengggunakan pendekatan proses dan visi SETS, dan mengurus perijinan unk penelitian.

3.3.2 Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:

a. Penyusunan perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal evaluasi, lembar observasi afektif, angket, lembar petunjuk praktikum.

b. Penyusunan instrumen dan dikonsultasikan dan divalidasi oleh dengan dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

(48)

d. Penentuan dua kelas sebagai sampel melalui pertimbangan guru kelas dan ijin dari sekolah.

e. Penentuan kelas yang dipakai sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan nilai ulangan tengah semester II kelas XI IPA tahun pelajaran 2014/2015.

3.3.3 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Melakukan pretes pada kedua sampel tersebut untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan tentang materi yang akan dibahas.

b. Mengevaluasi hasil pretes.

c. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, pembelajaran dengan pendekatan proses bervisi SETS diterapkan dalam kelas eksperimen dan pembelajaran bervisi SETS diterapkan dalam kelas kontrol. d. Memberikan postes pada akhir proses belajar mengajar untuk mengukur

keterampilan proses sains siswa dan ketercapaian kompetensi dasar siswa kelas kontrol dan eksperimen setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Evaluasi hasil postes dan membandingkan dengan hasil pretes untuk mengetahui peningkatan nilai hasil belajar.

(49)

3.3.4 Tahap Akhir

Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, melaporkan hasil penelitian, dan menarik kesimpulan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang diambil dari penelitian penerapan pendekatan proses bervisi SETS terkait kompetensi terkait kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah sebagai berikut.

1. Data hasil belajar kognitif.

2. Data kemampuan afektif dan keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3. Data tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran dengan pendekatan proses bervisi SETS pada kompetensi terkait kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3.4.2 Cara Mengumpulkan Data 3.4.2.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi (Arikunto, 2006:158) dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan nama-nama siswa anggota sampel dan daftar nilai ulangan tengah semester II pada mata pelajaran kimia SMA N 1 Kradenan kelas XI IPA. Data nilai dan daftar nama ini digunakan untuk analisis tahap awal.

3.4.2.2 Metode Tes

(50)

yaitu siswa yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan proses bervisi SETS dan siswa yang diberi pembelajaran dengan visi SETS. Kemudian dibandingkan mana yang lebih baik tingkat ketercapaiannya. Metode tes yang digunakan adalah pretes dan postes.

3.4.2.3 Metode Observasi

Metode observasi (Arikunto, 2006:156) digunakan untuk menilai afektif pada proses pembelajaran. Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah lembar observasi, yaitu lembar observasi yang berisi indikator-indikator yang dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan siswa dari ranah afektif selama proses pembelajaran berlangsung.

3.4.2.4 Metode Angket

Metode angket (Arikunto, 2006:151) digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan proses bervisi SETS yang diberikan pada siswa kelas eksperimen di akhir seluruh pertemuan kegiatan pembelajaran.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Bentuk Instrumen 3.5.1.1 Silabus

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kurikulum KTSP. Silabus yang digunakan dikembangkan dengan bervisi SETS.

3.5.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(51)

skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan yang terdiri dari 6 rencana pembelajaran, yang masing-masing dirancang untuk pertemuan selama 90 menit. RPP yang digunakan ada 2 yaitu RPP dengan memuat pendekatan proses bervisi SETS dan RPP dengan memuat visi SETS.

3.5.1.3 Lembar Petunjuk Praktikum

Lembar ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Lembar ini dibuat sesuai pendekatan proses bervisi SETS. Lembar ini berisi panduan pelaksanaan praktikum yang akan dilaksanakan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar ini hanya digunakan di kelas eksperimen. 3.5.1.4 Soal Tes

Soal tes digunakan untuk menilai penguasaan kognitif dan keterampilan proses sains siswa. Soal tes ini digunakan saat pretes (sebelum pembelajaran menggunakan pendekatan proses bervisi SETS maupun pembelajaran bervisi SETS) dan postes (setelah pembelajaran menggunakan pendekatan proses bervisi SETS maupun pembelajaran bervisi SETS).

3.5.1.5 Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menilai ranah afektif siswa selama kegiatan pembelajaran di kedua kelas. Lembar observasi tersebut dilengkapi dengan rubrik penilaian.

3.5.1.6 Lembar Angket Tanggapan Siswa

(52)

3.5.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen 3.5.2.1 Langkah-langkah Penyusunan Silabus

Langkah-langkah pengembangan instrumen silabus yang digunakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas berupa (nama mata pelajaran, jenjang pendidikan, kelas/tingkatan, dan kelompok target).

2) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi.

3) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar. Kompetensi dasar akan ditambah dalam rangka pengembangan pembelajaran bervisi SETS sesuai kebutuhan siswa.

4) Menentukan indikator pencapaian kompetensi dasar. Indikator pencapaian kompetensi dasar secara otomatis ditambahkan dengan indikator pencapaian kompetensi dasar yang ditambahkan dalam rangka pengembangan pembelajaran bervisi SETS.

5) Mengidentifikasi materi standar. Materi standar yang sudah ada akan ditambahkan dengan penambahan informasi seputar SETS yang menunjukkan keterkaitan diantara konsep sains, yang dipelajari, dengan aspek lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

(53)

7) Menentukan jenis penilaian (standar penilaian) yang ditambah dengan bentuk yang relevan untuk pencapaian kompetensi yang bervisi SETS.

8) Menentukan alokasi waktu pembelajaran. 9) Menentukan sarana dan sumber belajar.

10) Menentukan produk belajar/pembelajaran yang diharapkan diperoleh siswa selama kegiatan pembelajaran berpendekatan proses bervisi SETS berlangsung (Binadja, 2005c).

11) Setelah silabus selesai disusun dikonsultasikan dengan dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 serta guru mata pelajaran di sekolah untuk melihat kelayakan silabus untuk digunakan dalam penelitian.

Silabus hasil pengembangan untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 4.

3.5.2.2 Langkah-langkah Penyusunan RPP

Langkah-langkah penyusunan instrumen RPP yang digunakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

1) Mengisi kolom identitas yang disesuaikan dengan silabus hasil pengembangan untuk kelas eksperimen, meliputi subjek pembelajaran, materi pokok, kelas/semester, kelompok target, pertemuan ke-, dan waktu pelaksanaan.

(54)

3) Perumusan kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini meliputi kegiatan pendahuluan atau apersepsi, kegiatan utama dan kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran akan menggunakan pendekatan proses yang dapat dimasuki berbagai sisi SETS yang disesuaikan dengan materi pokok pembelajaran. 4) Sumber rujukan yang akan diapakai selama pembelajaran sesuai silabus hasil

pengembangan untuk kelas eksperimen.

5) Penentuan produk pembelajaran berupa produk pembelajaran dalam bentuk sumber daya manusia dan produk pembelajaran diluar SDM. Produk pembelajaran dalam bentuk sumber daya manusia diungkap secara spesifik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Produk pembelajaran diluar SDM diungkapkan berupa produk jadi dari kekayaan intelektual SDMnya. 6) Penentuan evaluasi program pembelajaran sesuai ketentuan dalam silabus

hasil perkembangan untuk kelas eksperimen.

7) Penanggung jawab pembelajaran, yakni guru subjek pembelajaran dan direktur instansi pendidikan (Binadja, 2005b).

8) Setelah RPP selesai disusun kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing 1 dan dosen pembing 2 serta guru mata pelajaran di sekolah untuk melihat kelayakan RPP untuk digunakan dalam penelitian.

RPP hasil pengembangan untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 2 dan untuk kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 5.

3.5.2.3 Langkah-langkah Penyusunan Lembar Petunjuk Praktikum

(55)

1) Melakukan analisis kurikulum.

2) Menyususun peta kebutuhan lembar petunjuk praktikum.

3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan dengan kompetensi yang hendak dipakai.

4) Menyusun lembar petunjuk praktikum sesuai dengan pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan proses bervisi SETS. Unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat harus ada dalam handout membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan.

5) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan.

6) Setelah lembar petunjuk praktikum selesai disusun, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing 1 dan dosen pembing 2 serta guru mata pelajaran di sekolah untuk melihat apakah media dapat digunakan dalam penelitian. 7) Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi.

Lembar petunjuk praktikum hasil pengembangan untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 3. Kelas kontrol menggunakan lembar kerja siswa yang dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.5.2.4 Langkah-langkah Penyusunan Soal Tes

Langkah-langkah penyusunan instrumen soal keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:

(56)

2) Menentukan aspek KPS yang akan dinilai.

3) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan.

4) Menentukan tipe atau bentuk tes. Direncanakan penelitian ini menggunakan soal tes berbentuk pilihan ganda beralasan dengan empat buah kemungkinan jawaban dan satu jawaban tepat yang diberi alasan dengan menggunakan pertanyaan yang mengacu pada indikator keterampilan proses sains.

5) Menyusun isi dan jawaban soal. 6) Menyususun kisi-kisi pemberian nilai.

7) Mengkonsultasikan butir soal, isi dan jawaban soal serta kisi-kisi pemberian nilai yang telah tersusun kepada ahli yaitu dosen pembimbing I, dosen pembimbing II untuk untuk memberikan validasi terhadap soal yang akan digunakan.

8) Melakukan uji coba soal.

9) Menganalisis hasil uji coba untuk mengukur reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran perangkat tes yang digunakan.

10) Melakukan revisi perangkat tes jika diperlukan berdasarkan hasil uji coba soal.

11) Menentukan soal-soal yang dipakai dalam penelitian.

Kisi-kisi pembuatan soal dapat dilihat pada Lampiran 7. Soal-soal yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 8 dan kunci jawaban dari soal dapat dilihat pada Lampiran 9.

(57)

3.5.2.5 Langkah-langkah Penyusunan Lembar Observasi Afektif

Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai berikut :

(1) Menentukan aspek yang akan diamati dalam penilaian afektif. (2) Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.

(3) Menyusun lembar observasi yang dilengkapi dengan rubrik penilaian.

(4) Mengkonsultasikan lembar observasi afektif yang telah tersusun kepada ahli yaitu dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

Kisi-kisi atau rubrik penilaian lembar observasi afektif yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 11.

3.5.2.6 Langkah-langkah Penyusunan Angket

Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angket adalah sebagai berikut:

(1) Menentukan indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

(2) Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar rating scale dengan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

(3) Menyusun aspek yang telah ditentukan dalam lembar angket.

(4) Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah tersusun kepada dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

(58)

3.6 Analisis Instrumen Penelitian

3.6.1 Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum

Validitas RPP diukur berdasarkan construct validity dengan pertimbangan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

[image:58.595.115.518.360.428.2]

Validator menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai rubrik validasi (skor tertinggi=4 dan skor terendah=1). Kemudian jumlahnya dikonsultasikan dengan Tabel 3.2 untuk menentukan kriteria kelayakan media.

Tabel 3.2 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum

Rentang Kriteria Kualitatif

78 ≤ skor ≤ 96 Sangat layak

60 ≤ skor ≤ 77 Layak

42 ≤ skor ≤ 59 Kurang Layak 24 ≤ skor ≤ 41 Tidak Layak

Berdasarkan perhitungan validitas silabus, RPP dan lembar petunjuk praktikum diperoleh hasil seperti Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Validitas Silabus, RPP dan Lembar Petunjuk Praktikum Jumlah Skor Kriteria

Validator I 86 Sangat layak

Validator II 80 Sangat layak

Hasil tersebut menunjukkan bahwa silabus, RPP dan lembar petunjuk praktikum dengan pendekatan proses bervisi SETS dapat digunakan untuk penelitian, karena dari kedua validator diperoleh kriteria sangat layak. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 36.

[image:58.595.157.467.512.561.2]
(59)

3.6.2 Tes

3.6.2.1 Validitas Soal

Perangkat soal tes harus memenuhi validitas isi dan validitas butir soal. Soal tes memenuhi validitas isi (content validity) apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Penyusunan kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum sebagai pedoman dalam pembuatan soal tes, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

Validator menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai rubrik validasi (skor tertinggi=4 dan skor terendah=1). Kemudian jumlahnya dikonsultasikan dengan Tabel 3.4 untuk menentukan kriteria kelayakan media.

Tabel 3.4 Rentang dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Soal

Rentang Kriteria kualitatif

38 ≤ skor ≤ 46 Sangat layak 29 ≤ skor ≤ 37 Layak

20 ≤ skor ≤ 28 Kurang Layak

11 ≤ skor ≤ 19 Tidak Layak

[image:59.595.159.466.523.580.2]

Berdasark

Gambar

Gambar 2.1 Keterkaitan Antarunsur SETS
Tabel 2.1 Indikator-Indikator Keterampilan Proses Sains (Rustaman, 2009)
Tabel 2.1 (lanjutan)
Tabel 2.2 Karakteristik Butir Soal KPS (Rustaman, 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Sistem Koneksi Tanpa Captive Portal Sistem koneksi ini adalah sistem standar yang biasanya dapat diterapkan secara langsung sesuai dengan titik akses

 Kolom Angka Kredit Menurut TPJA PT menunjukkan besaran angka kredit kegiatan tridarma dosen sesuai dengan hasil penilaian tim penilai jabatan akademik di PT dosen yang

Hasil : penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik, tingkat asupan energi, tingkat asupan protein, tingkat asupan karbohidrat dan

Dengan nilai rata-rata tes hasil belajar pada siklus II yaitu 76,11.Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan Hasil belajar IPA Fisika siswa kelas

The vision of this business is to make Bandung clean from rubbish through proper waste management, and to make the business become the largest waste collection center in Bandung

Mekanisme upaya keberatan terhadap putusan Badan Penyesaian Sengketa Konsumen di Pengadilan Negeri Makassar dapat dilakukan apabila terdapat salah satu pihak yang

Metode Penelitian Survey.Jakarta : LP3ES Tjiptono, Fandy. Yogyakarta :

Dokumen ini tidak diperuntukan sebagai suatu penawaran, atau permohonan dari suatu penawaran, permintaan untuk membeli atau menjual efek dan segala hal yang berhubungan dengan